Mioma Uteri Stevanie
Mioma Uteri Stevanie
HOSPITAL EXPOSURE
MIOMA UTERI
NPM : 00000021089
FAKULTAS KEDOKTERAN
TANGERANG
2019
BAB I
1.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dengan pasien secara langsung
pada hari Rabu, 28 Agustus 2019 pukul 17.00 WIB di Rumah Sakit Umum
Siloam.
Keluhan Utama
Benjolan di perut bagian bawah dirasakan membesar, periode menstruasi
memanjang dan volume yang bertambah banyak sejak 3 bulan yang lalu. Pasien
juga merasakan adanya nyeri perut yang memburuk sejak 2 hari sebelum masuk
rumah sakit.
Riwayat Ginekologi
Pasien tidak memiliki keluhan keputihan. Pemeriksaan PAP Smear, IVA Test
dan Whiff Test belum pernah dilakukan pasien.
Riwayat Obstetri
Pasien belum memiliki anak.
Riwayat Kontrasepsi
Riwayat Sosial
Konsumsi alkohol, rokok dan penggunaan obat-obatan terlarang disangkal
oleh pasien. Pasien tinggal bersama suami dengan kondisi lingkungan yang cukup
bersih.
1.3 Pemeriksaan Fisik
- Kesadaran : Compos Mentis
- Keadaan umum : Tampak sakit sedang
- GCS : E (4) M (6) V (5)
- Berat Badan : 54 kg
- Tinggi Badan : 150 cm
- Indeks Massa Tubuh : 24
Tanda-Tanda Vital
- Tekanan Darah : 110/70 mmHg
- Laju Nafas : 16x/menit
- Nadi : 70x/menit
- Suhu : 36.1 °C
Pemeriksaan General
Findings:
o Ureter: Normal
o Buli-Buli (kandung kemih): Normal
o Usus: Normal
o Appendix: tervisualisasi diameter +/- 0.4 cm, tidak tampak fat
stranding disekitarnya
o Peritoneum, Omentum, Mesenterium: Normal
o Kelenjar Getah Bening: Normal
o Cairan Bebas: Tidak tampak
o Uterus: Uterus normal, terpasang IUD intrauterine, terdorong ke sisi
kiri
o Tulang & Sendi: Normal
o Dinding Abdominal: Normal
o Tampak massa isodens multilobulated, kalsifikasi (-) batas relatif tegas
pada regio abdomen bawah, regio adnexa sisi kanan ukuran +/- 8.31 x
7.65 cm
Impression:
Wanita, 27 tahun dengan suspek pedunculated DD/ parasitik mioma
CT Scan Lower Abdomen Non Contrast:
Massa isodens multilobulated, kalsifikasi (-) batas relatif tegas pada regio
abdomen bawah, regio adnexa sisi kanan ukuran +/- 8.31 x 7.65 cm
1.5 Resume
Pasien wanita berusia 27 tahun datang ke Rumah Sakit Umum Siloam (RSUS)
dengan keluhan benjolan di perut bagian bawah yang dirasakan mulai membesar
sejak 3 bulan yang lalu. Pasien baru menyadari adanya benjolan sejak 6 bulan
yang lalu. Pasien mengatakan perut pasien menjadi lebih keras. Selain itu, dalam 3
bulan terakhir, pasien juga mengeluhkan adanya periode menstruasi yang
memanjang dan volume yang lebih banyak. Periode menstruasi yang sebelumnya
sekitar 5-6 hari lamanya menjadi 10-12 hari. Penggantian pembalut dilakukan
sebanyak 5 kali pada 5 hari pertama menstruasi dan menjadi 3 kali selama sisa
periode menstruasi. Pasien mengatakan menggunakan pembalut sepanjang 35cm
dan pembalut yang digunakan selalu penuh. Nyeri pada perut bagian bawah juga
mulai dirasakan pasien sejak 1 minggu yang lalu, namun memberat sejak 2 hari
SMRS. Nyeri bersifat hilang timbul dan dirasakan menjalar dari depan hingga
punggung. Nyeri tidak dipengaruhi oleh siklus menstruasi. Keluhan tambahan
pasien berupa gangguan BAK yang dirasakan sejak 1 bulan yang lalu dan keluhan
BAB sekitar 2 minggu yang lalu. Pasien mengatakan terdapat peningkatan
frekuensi berkemih, dengan volume urin yang sedikit dalam setiap kali berkemih.
Pasien juga merasa frekuensi BAB pasien berkurang. Sebelumnya pasien BAB
rutin setiap hari namun saat ini menjadi 3-4 hari sekali.
Berdasarkan dari hasil pemeriksaan abdomen, terdapat penampakan abdomen
cembung atau terlihat membesar, terdapat nyeri tekan pada saat dipalpasi bagian
perut bawah dan terasa adanya massa di regio suprapubic. Pada pemeriksaan CT
Scan Lower Abdomen terlihat adanya massa isodens multilobulated dengan batas
relatif tegas pada regio abdomen bawah, regio adnexa sisi kanan ukuran +/- 8.31 x
7.65 cm.
1.8 Penatalaksanaan
Miomektomi
1.9 Prognosis
- Quo ad vitam: Dubia ad bonam
- Quo ad functionam: Dubia ad bonam
- Quo ad sanationam: Dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos uterus (miometrium) yang terdiri
dari sel-sel jaringan otot polos, jaringan fibroid dan kolagen. Terdapat beberapa
istilah lain dari mioma uteri diantaranya fibromioma, miofibroma, leiomioma,
fibroleiomioma, fibroma dan fibroid.(1) Ukuran, bentuk, jumlah dan lokasi fibroid
bervariasi.
2.2 Etiologi
Penyebab atau faktor-faktor yang menginisiasi tumbuhnya mioma uteri pada
sel otot polos miometrium belum diketahui secara pasti. Transformasi neoplastik
dari meometrium menjadi mioma melibatkan mutasi pada miometrium normal.
Selain itu hormon steroid juga berperan dalam perkembangan fibroid. Fibroid
memiliki reseptor untuk hormon estrogen dan progesteron, dan juga memproduksi
aromatase (enzim yang mengubah androgen menjadi estrogen) sehingga semakin
banyak hormon estrogen yang terproduksi. Ketika hormon estrogen dan
progesteron terikat dengan sel miometrium maka akan mempromosikan mitosis.
Maka, semakin tinggi hormon estrogen dan progesteron akan membantu
pertumbuhan fibroid (mioma akan semakin besar).
2.6 Diagnostik
1. Pemeriksaan fisik
Pelvic examination atau pemeriksaan bimanual. Pemeriksaan ini perlu
didampingi dengan pemeriksaan penunjang lainnya untuk menegakkan
diagnosis.
2. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan seperti misalnya complete blood count (CBC)
digunakan untuk melihat kadar haemoglobin. Evaluasi ini perlu
dilakukan untuk melihat apakah ada anemia pada pasien yang
disebabkan oleh mioma uteri.
b. Radiologi/Imaging
i. Ultrasonografi (USG)
USG biasanya menjadi pilihan utama dalam
mengevaluasi endometrium dan miometrium. Pemeriksaan ini
dapat memaparkan jumlah, ukuran, lokasi mioma dan juga
vaskularisasi dari uterus. Pada umumnya USG transabdominal
(TA) dan transvaginal (TV) dilakukan. Transvaginal USG lebih
sensitif terhadap fibroid ukuran kecil (< 5mm). Tranabdominal
USG juga memiliki keterbatasan ketika pasien obesitas.(6)
ii. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI sangat akurat dalam mendeteksi mioma dalam
jumlah, ukuran dan juga lokasi. MRI juga dapat
mengidentifikasi jenis-jenis tumor lainnya. Pada umumnya,
MRI digunakan pada wanita yang memiliki uterus lebih besar
atau pada wanita yang memasuki menopause (premenopause).
iii. Histerosonografi
Disebut juga sebagai saline infusion sonogram.
Prosedur ini menggunakan saline steril untuk mengembangkan
rongga uterus (uterus cavity) untuk dapat lebih mudah melihat
gambaran mioma submukosal atau dinding uterus pada wanita
yang memiliki perdarahan menstruasi berat.
iv. Histerosalpingografi
Prosedur ini menggunakan tinta agar rongga uterus dan
tuba falopi dapat terlihat pada pemeriksaan X-ray. Biasanya
digunakan pada kasus infertilitas, dimana jika terdapat tuba
falopi yang tertutup dapat terlihat dengan jelas. Pemeriksaan ini
digunakan juga pada kasus mioma submukosal.
v. Histeroskopi
Menggunakan teleskop yaitu histereskop yang
dimasukkan melalui cervix dan kedalam uterus. Saline
kemudian dimasukkan, kemudian pemeriksa dapat
mengevaluasi dinding uterus dan pembukaan dari tuba falopi.
2.7 Komplikasi
Beberapa komplikasi mioma uteri adalah perubahan mioma menuju keganasan
(leiomiosarcoma), anemia (defisiensi zat besi), infertilitas, gangguan persalinan,
abortus, presentasi fetal yang salah (fetal malpresentation), dan bayi lahir
prematur.
2.8 Penatalaksanaan
Tatalaksana mioma uteri dibagi menjadi beberapa cara, diantaranya melalui
pengobatan medis, alternaif non-operatif dan operatif.
Gambar 2.2 Opsi manajemen mioma uteri
1. Medikamentosa
Pengobatan medikamentosa merupakan terapi pengganti atau
tambahan dari operatif. Beberapa terapi yang digunakan diantaranya
kontrasepsi oral (meminimalisir perdarahan menstruasi dan membantu
meringankan nyeri panggul) , progesteron, NSAIDs (untuk meringankan rasa
sakit), tranexamic acid (bertujuan untuk mengurangi perdarahan selama
menstruasi), danazol, tamoksifen, analog GnRHa (bertujuan untuk
mengecilkan mioma dengan meminimalisir produksi hormon estrogen).
2. Operatif/Pembedahan
a. Histerektomi
Opsi ini merupakan pengobatan definitif untuk mioma uteri,
terkhususnya untuk wanita yang berumum 40-50 tahun, yang biasanya
sudah tidak menginginkan untuk memiliki anak. Tindakan ini merupakan
tindakan dengan tingkat invasif minimal serta tindakan yang tidak terlalu
mahal.
b. Laparoskopik miomektomi
Dilakukan opsi ini kepada wanita yang ingin mempertahankan uterus.
c. Histeroskopik miomektomi
Opsi ini sering dipakai untuk menyingkirkan mioma submukosa.
Metode ini dapat memberikan persentase fertilitas yang lebih baik setelah
operasi (mencapai 45%) serta meminimalisir timbulnya komplikasi.
3. Non-operatif
a. Embolisasi Arteri Uterus (Uterine Artery Embolization/UAE)
Metode ini merupakan suatu tindakan terfokuskan untuk menghentikan
aliran darah menuju mioma. Pada umumnya, mioma hanya memiliki 2
arteri yang mensuplai perdarahannya, sedangkan miometrium memiliki
banyak collateral arteries, sehingga pada prosedur ini miometrium tidak
akan ikut terhenti aliran darahnya.
b. Ablasi Fibroid (Fibroid Ablation)
Ablasi adalah destruksi jaringan menggunakan energi terkonsentrasi.
Energi yang digunakan ada beberapa, diantaranya ultrasound,
radiofrequancy (RF) dan laser. Metode ini bertujuan untuk mengurangi
perdarahan menstruasi dan juga ukuran dari mioma. Fertilitas tidak
terganggu jika menggunakan teknik ini.(7)
BAB III
ANALISA KASUS
Pasien datang dengan keluhan benjolan pada bagian bawah perut yang mulai
dirasakan membesar dalam 3 bulan terakhir. Pasien merasakan perutnya yang mulai
membesar dan menjadi keras. Selain itu pasien juga mengeluhkan adanya periode menstruasi
yang memanjang serta bertambahnya volume perdarahan menstruasi (menorrhagia) yang
dimulai sejak 3 bulan SMRS. Dalam satu kali siklus, menstruasi berlangsung selama 10-12
hari, dan pasien melakukan 5 kali ganti pembalut per hari nya dalam 5 hari pertama
menstruasi dan 3 kali ganti pembalut selama sisa periode menstruasi. Pasien juga mengatakan
bahwa ada keluhan nyeri pada bagian perut bawah yang memberat sejak 2 hari SMRS. Nyeri
dirasakan hilang timbul dan tidak dipengaruhi oleh siklus menstruasi. Hal ini juga
mengkonfirmasi untuk menghilangkan kecurigaan terhadap endometriosis.
Hal ini lebih mengarah kepada adanya gangguan pada sistem reproduksi. Perdarahan
pada mioma uteri dapat disebabkan oleh terganggunya keseimbangan endometrium atau
dilatasi pembuluh darah pada uterus dikarenakan adanya massa pada uteri. Menorrhagia,
benjolan dan nyeri pada bagian perut bawah yang dirasakan oleh pasien dapat menjadi salah
satu gejala yang mendukung diagnosis mioma uteri.
Usia pasien menjadi salah satu faktor resiko terjadinya mioma uteri. Walaupun pada
umumnya mioma uteri terjadi pada kalangan wanita premenopause yaitu umur sekitar 40-50
tahun, tidak menutup kemungkinan bahwa usia muda (yaitu 27 tahun) tidak akan terkena
mioma uteri. Pasien masih dalam rentang usia produktif, dimana masih memproduksi hormon
estrogen dan progesteron dalam jumlah tinggi. Pertumbuhan mioma uteri dapat dicetus oleh
adanya hormon estrogen. Kemudian adanya riwayat keluhan serupa yang terjadi pada ibu
kandung pasien beberapa tahun yang lalu, sehingga dapat meningkatkan kecurigaan terhadap
diagnosis mioma uteri.
Tatalaksana mioma uteri yang dilakukan pada pasien ini adalah prosedur operatif
yaitu miomektomi. Sesuai dengan indikasi miomektomi dan karena pasien masih
menginginkan kehamilan maka miomektomi dipilih sebagai prosedur tatalaksana.
DAFTAR PUSTAKA
3. Kesehatan D, Juli VN, Ningrum NW, Rahman RTA. Hubungan Obesitas Dan Riwayat
Keluarga Dengan Kejadian Mioma Uteri Di Ruang Poli Kandungan RSUD dr . H .
Moch . Ansari Saleh banjarmasin. 2018;9(1):594–606.