Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KELOMPOK

ARTIKEL PENGUATAN EKONOMI SYARIAH DI AKAR RUMPUT

KELOMPOK 3

ANNINDI GALIH VALIFAUZI (003104292020)

MUNAUWARAH HUSAIN (000904292020)

RAHMAH KHAIRUNNISA B (001204292020)

0
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan artikel yang berjudul “PENGUATAN
EKONOMI SYARIAH DI AKAR RUMPUT” ini dengan baik. Artikel ini berisi materi mengenai
penguatan ekonomi syariah di akar rumput yang merupakan salah satu tugas mata kuliah
Akuntansi Syariah.

Akhir kata, demikianlah kata pengantar ini kami buat. Kami menyadari bahwa artikel ini masih
jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Mohon maaf jika ada
kesalahan dalam penulisan. Saran dan kritik dari anda sangat kami harapkan. Semoga dapat
bermanfaat.

Makassar, 6 Maret 2021

Kelompok 6

1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL 0
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN 3
BAB II PEMBAHASAN 4
A.Sejarah Ekonomi Syariah di Indonesia 4
B.Kelebihan Ekonomi Syariah dibandingkan Dibandingkan Sistem Ekonomi Konvensional 4
C.Tantangan Pengembangan Ekonomi Syariah di Indonesia 7
D.Penguatan Sistem Ekonomi Syariah 9
BAB III SIMPULAN 12
DAFTAR PUSTAKA 13

2
BAB I
PENDAHULUAN

Sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, umat Islam dapat memberikan
peran terbaiknya melalui berbagai bentuk dalam Ekonomi dan Keuangan Syariah. Umer Chapra
menyatakan bahwa Islam telah menawarkan sebuah sistem ekonomi. Islam menekankan agar
menggunakan sumber daya yang diberikan Allah untuk memenuhi kebutuhankebutuhan
mendasar manusia dan menyediakan mereka kondisi kehidupan yang laik. Sehubungan dengan
hal itu, upaya implementasi ekonomi syariah hendaknya diwujudkan dalam bentuk
merealisasikan ketentuanketentuan ekonomi yang berasal dari Allah sebagaimana termuat di
dalam Alquran dan Sunah.

Implementasi ekonomi Syariah di Indonesia telah berlangsung dalam jangka waktu yang
lama seiring dengan datangnya Islam ke Indonesia. Sampai memasuki dua pertiga abad ke-20
ekonomi Syariah lebih banyak diwacanakan dan sejak 1990-an ekonomi Syariah mulai
diimplementasikan. Perkembangan keuangan syariah telah memberikan kontribusi bagi
pemenuhan kebutuhan keuangan masyarakat dan juga bagi pembangunan ekonomi nasional.
Hal ini ditunjukkan dengan semakin banyaknya produk dan layanan dan berkembangnya
infrastruktur yang mendukung industri keuangan syariah di Indonesia (Suwarsi & Wulandari,
2017). Namun demikian, perkembangan ekonomi syariah dewassa ini belum dianggap maksimal.

Implementasi ekonomi Syariah di Indonesia dihadapkan pada beberapa tantangan, yaitu


kondisi politik, kondisi sosiologis, dan kondisi ekonomi masyarakat. Inisiasi yang bisa diambil
dalam upaya mengimplementasikan ekonomi Syariah di Indonesia adalah pertama, perlu ada
penguatan bahwa ekonomi Syariah itu dapat dikatagorikan sebagai sistem ekonomi. Kedua, perlu
ada penguatan dalam aspek ilmu ekonomi Syariah. Ketiga, sosialisasi ekonomi Syariah dilakukan
dengan akselerasi yang tinggi. Keempat, ekonomi Syariah diwujudkan dalam segala perilaku
ekonomi masyarakat. Kelima, dilakukan reformasi politik dengan cara memilih politisi yang
memiliki komitmen untuk mengembangkan ekonomi Syariah di Indonesia

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Ekonomi Syariah di Indonesia

Perkembangan ekonomi berbasis islam di Indonesia ditandai dengan


diberlakukannya UU No. 10 Tahun 1998 yang isinya memberikan arahan-arahan kepada bank
konvensional untuk membentuk divisi perbankan syariah, atau bahkan mengkonversi diri
menjadi bank syariah sehingga bank dan lembaga keuangan syariah lainnya mulai
bermunculan. Hasil evaluasi dari sosialisasi ekonomi syariah yang dilakukan oleh masing-
masing lembaga keuangan syariah menimbulkan kesadaran para praktisi diindustri
perbankan syariah yang mencetuskan bahwa sosialisasi sitemekonomi syariah untuk
masyarakat indonesia hanya dapat berhasil apabila dilakukan dengan cara yang terstrktur
dan berkelanjutan.
Menyadari hal tersebut, para praktisi dari lembaga-lembaga keuangan syariah
terpanggil dan mengajak seluruh kalangan yang berkepentingan untuk membentuk satu
organisasi yang ditujukan untuk melaksanakan program sosialisasi terstruktur dan
berkesinambungan kepada masyarakat. Organisasi yang berdiri tahun 2001 ini dinamakan
Perkumpulan Masyarakat Ekonomi Syariah, atau disingkat MES, yang dalam bahasa
Inggrisnya organisasi berskala nasional ini disebut Islamic Economic Society.

B. Kelebihan Ekonomi Syariah dibandingkan Dibandingkan Sistem Ekonomi Konvensional

Fondasi Kapitalisme adalah monetary based economy bukan real based economy,
sehingga rente ekonomi yang diperoleh bukan berdasarkan hasil investasi produktif, namun
dari investasi spekulatif. Kapitalisme mengabaikan aspek transendental, moral dan
ketuhanan. Dasar filosofi rasionalisme sekuler inilah yang menyebabkan ketidakseimbangan
yang berdampak pada kerusakan alam, kemiskinan, kerusuhan sosial, hingga menimbulkan
berbagai krisis berkelanjutan. Krisis yang terjadi pada tahun 1998 telah memberikan
pelajaran yang berharga bagi kita semua. Krisis tersebut berdampak pada sektor perbankan
dimana debitur mengalami ketidakmampuan untuk mengembalikan dana pinjaman karena

4
suku bunga melambung tinggi. Kondisi ini mengakibatkan goncangan pada sistem
manajemen moneter perbankan konvensional. Dari sudut pandang emosional,
mengamalkan ekonomi syariah berati mewujudkan seorang muslim yang kaffah karena
syariah, akhlak, dan akidah merupakan tiga ajaran pokok dalam islam. mengamalkan sistem
ekonomi syariah memberikan keuntungan bagi seseorang dalam bentuk kepatuhan
hambanya terhadap perintah-perintah Allah Swt, yang salah satunya adalah bermuamalah
dengan meninggalkan konsep riba.
Dalam Al-Qur’an Surah Surat Al- Baqarah ayat 275 menjelaskan :
“Orang-orang yang memakan (mengambil) riba itu tidak dapat berdiri betul
melainkan seperti berdirinya orang yang dirasuk Syaitan dengan terhoyong-hayang kerana
sentuhan (Syaitan) itu. Yang demikian ialah disebabkan mereka mengatakan: "Bahawa
sesungguhnya berjual beli itu sama sahaja seperti riba". Padahal Allah telah menghalalkan
berjual beli (berniaga) dan mengharamkan riba. Oleh itu sesiapa yang telah sampai
kepadanya peringatan (larangan) dari Tuhannya lalu ia berhenti (dari mengambil riba), maka
apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum pengharaman itu) adalah menjadi haknya, dan
perkaranya terserahlah kepada Allah. Dan sesiapa yang mengulangi lagi (perbuatan
mengambil riba itu) maka mereka itulah ahli neraka, mereka kekal di dalamnya.”
Menurut UU Perbankan syariah pasal 2, riba yaitu penambahan pendapatan secara
tidak sah (batil) antara lain dalam transaksi pertukaran barang sejenis yang tidak sama
kualitas, kuantitas, dan waktu penyerahan (fadhl), atau dalam transaksi pinjam-meminjam
yang mempersyaratkan Nasabah Penerima Fasilitas mengembalikan dana yang diterima
melebihi pokok pinjaman karena berjalannya waktu (nasi’ah).
Selain ditinjau dari aspek emosional, sistem ekonomi syariah juga memberikan
keuntungan secara rasional. Keuntungan tersebut dapat dirasakan dengan cara bertransaksi
melalui lembaga keuangan syariah seperti bank syariah, asuransi syariah, dll. Keuntungan
tersebut antara lain:

1. Angsuran pembiayan yang tetap (Fixed)


Dalam operasional bank syariah, kita akan mengenal skema pembiayaan murabahah,
yaitu transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan

5
(margin) yang disepakati oleh penjual (bank) dan pembeli (nasabah). Hal ini biasanya
tertuang dalam surat penawaran (Offering Letter) bank dimana dalam surat penawaran
tersebut berisi obyek jual beli, porsi pembiayaan bank, jangka waktu, nominal keuntungan
yang diperoleh bank, dan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi nasabah. Atas dasar
transaksi jual beli tersebut maka selama masa pembiayaan berjalan dan kemampuan bayar
nasabah masih baik, bank (penjual) tidak diperkenankan untuk menambah atau mengurangi
margin yang telah disepakati di awal. Sehingga angsuran yang dibayarkan oleh nasabah dari
awal pembiayaan sampai dengan lunas besarannya tidak berubah
Ditengah perekonomian yang tidak stabil dan suku bunga Bank Indonesia yang
berfluktuasi, skema murabahah ini sangat menguntungkan bagi nasabah individu maupun
badan. Bagi nasabah individu terdapat kepastian besarnya penghasilan yang harus disisihkan
untuk membayar angsuran setiap bulan. Bagi nasabah corporate tentu akan lebih mudah
dalam mengontrol keuangan operasionalnya dan menyusun budgeting perusahaan karena
cash out flow yang dapat dihitung dengan pasti dikemudian hari.
2. Sistem bagi hasil yang lebih adil
Bank syariah juga mengenal skema pembiayaan berbasis bagi hasil atau biasa dikenal
pembiayaan mudharabah dan musyarakah. Pembiayaan mudharabah adalah Akad
kerjasama antara pemilik dana (shahibul maal) yang menyediakan seluruh kebutuhan modal
dengan pihak pengelola usaha (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha bersama.
Keuntungan dibagi menurut perbandingan (nisbah) yang disepakati. Pemilik modal tidak
turut campur dalam pengelolaan usaha, tetapi mempunyai hak untuk melakukan
pengawasan. Perbedaan yang paling utama antara skema mudharabah dengan musyarakah
adalah porsi modal yang diberikan oleh pemilik dana. Dalam pembiayaan mudharabah
seluruh modal (100%) berasal dari pemilik dana, sedangkan pembiayaan musyarakah dana
berasal kontribusi masing-masing pihak sesuai porsi yang disepakati (misal: 70% : 30%).
Dalam pembiayaan ini, bank akan membuat proyeksi bagi hasil (PBH) setiap bulan
berdasarkan proyeksi omset usaha nasabah dan porsi bagi hasil yang disepakati. Selanjutnya
setiap akhir bulan, nasabah akan menyampaikan deklarasi bagi hasil (rekap omset hasil

6
usaha) yang didapat selama satu bulan. Atas dasar deklarasi tersebut bank akan menerima
pembayaran bagi hasil yang didapat atas usaha nasabah.
3. Bebas biaya penalti jika pembayaran dilakukan sebelum jatuh tempo
Bank syariah tidak membebankan biaya penalti dalam hal nasabah akan melakukan
pelunasan sebelum jatuh tempo. Bahkan bank memungkinkan untuk memberikan diskon
kepada nasabah berupa potongan margin dari yang seharusnya dibayar penuh menjadi lebih
kecil, walaupun potongan margin tersebut tidak diperjanjikan di awal.
4. Dapat melakukan negosiasi nisbah bagi hasil
Deposito di bank syariah menggunakan sistem bagi hasil. Perbedaan yang paling
signifikan dengan deposito bank konvensional adalah bunga yang didapatkan oleh nasabah
ditetapkan di awal dan bersifat pasti. Sedangkan dalam bank syariah, dasar bagi hasil yang
menjadi obyek bagi hasil adalah pendapatan bank (Revenue/ Profit sharing). Selanjutnya
nasabah dan bank berbagi hasil sesuai nisbah bagi hasil yang disepakati di awal.
5. Asuransi syariah tidak mengenal dana hangus
Dalam mekanismenya, Asuransi syariah yang implementasinya menggunakan prinsip
bagi hasil ini tidak mengenal dana hangus. Bagi peserta yang tidak ingin meneruskan
pembayaran premi dan akan mengundurkan diri sebelum masa jatuh tempo, maka asuransi
syariah akan membagikan sebagian dana/premi tersebut sesuai porsi bagi hasil yang
diesepakati di awal perjanjian(akad), kecuali sejak awal telah diniatkan untuk dijadikan
sebagai dana tabarru’ (dana kebajikan).

C. Tantangan Pengembangan Ekonomi Syariah di Indonesia


Ekonomi syariah berpotensi menggantikan posisi ekonomi konvensional, namun
dalam penerapannya banyak kendala dan tantangan yang dihadapi antara lain masih
diberlakukannya pajak ganda di perbankan syariah; belum siapnya dukungan SDM ekonomi
syariah; tidak ada kurikulum ekonomi syariah di sekolah umum, sehingga pemahaman,
kesadaran serta kepedulian masyarakat rendah; persepsi negatif sekelompok muslim dan
non-muslim yang takut mengaplikasikan hukum syariah secara kafah; belum kuatnya
dukungan parpol Islam untuk menerapkan ekonomi syariah; meningkatnya apresiasi

7
masyarakat dan kegairahan memperluas pasar ekonomi syariah belum diikuti dengan
edukasi yang memadai.
Terdapat beberapa peluang yang dimasyarakat Indonesia terkait pengembangan
ekonomi syariah, antara lain:
1. Respon masyarakat yang antusias dalam melakukan aktivitas ekonomi dengan
menggunakan prinsip-prinsip syariah
2. Kecenderungan yang positif disektor non-keuangan/eknomi seperti sistem
pendidikan, hukum dan lain sebagainya yang menunjang pengembangan
ekonomi syariah nasional.
3. Pengembangan instrumen keuangan syariah yang diharapkan akan menarik
investor/pelaku bisnis untuk masuk dan membesarkan industri perbankan
syariah nasional.
4. Potensi investasi dari negara-negara timur tengah dalam industri perbankan
nasional.

Dalam islam kita diajarkan untuk memperhatikan kaum lemah. Dalam Al-Qur’an
Surah Al-Hasyr ayat 7 menyatakan “Harta rampasan fai’ yang diberikan Allah kepada Rasul-
Nya (yang berasal) dari penduduk beberapa negeri, adalah untuk Allah, Rasul, dan kerabat
(Rasul), anak yatim, dan untuk orang-orang dalam perjalanan, agar harta itu jangan hanya
beredar diantara orang-orang kaya saja diantara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu
maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada
Allah. Sungguh Allah sangat keras hukuman-Nya.
Berdasarkan ayat diatas, maka kita dapat mengambil pelajaran bahwasanya
aktivitas perekonomian hendaknya melibatkan partisipasi aktif dari kelompok masyarakat
kelas menengah kebawah, yang notabene mereka adalah mayoritas di suatu negara. Tidak
hanya didominasi kelompok-kelompok elite saja. Bercermin dari ayat tersebut, timbullah
urgensi bagi kita sesama muslim untuk membantu mengembangkan dan meningkatkan
usaha rakyat, contohnya UKM. Pengembangan UKM sebagai institusi yang mampu
mengaktifkan partisipasi masyarakat harus mendapat perhatian kita semua. Bercermin dari
negara kita yang merupakan negara berkembang dengan melimpahnya tenaga kerja namun

8
dengan jumlah modal yang terbatas, maka UKM dinilai merupakan pilihan yang baik dalam
rangka memutar roda ekonomi dan membuka lapangan pekerjaan sehingga jumlah
pengangguran di Indonesia dapat berkurang. UKM ini telah menjadi alat yang efektif didalam
meningkatkan kontribusi sektor privat baik dalam pertumbuhan maupun pemerataan.
Dalam upaya mengimplemetasikan sistem ekonomi syariah di Indonesia,
bagaimanapun, akan dihadapkan pada berbagai tantangan. Bila dielaborasi, maka tantangan
tersebut dapat dipilah kepada beberapa bentuk tantangan, yaitu:
1. Kondisi politik. Tantangan kondisi politik berkait dengan kewenangan eksekutif
dan legislatif dalam aspek kebijakan dan regulasi ekonomi. Sebab, bagaimanapun,
implementasi ekonomi syariah di Indonesia akan berkait dengan masalah
kebijakan dan regulasi, sementara kebijakan dan regulasi sangat membutuhkan
kedua institusi tersebut.
2. Kondisi sosiologis. Tantangan kondisi sosiologis ini berkait erat dengan kesiapan
masyarakat dalam menerima ekonomi syariah untuk diimplementasikan. Hal ini
muncul disebabkan karena sudah berabad-abad lamanya masyarakat Indonesia
telah terbiasa dengan perilaku ekonomi konvensional. Bahkan, tidak sedikit umat
Islam yang sangat memuja sistem ekonomi yang tumbuh dan berkembang di
Barat. Deislamisasi yang telah berlangsung berabad-abad ini ternyata telah
menyebabkan kerangka pemikiran umat Islam menjadi stagnan dan apriori
terhadap konsepsi ekonomi syariah. Keadaan seperti ini kemudian berimplikasi
pada lemahnya pengetahuan dan pemahaman umat Islam akan ekonomi syariah.

D. Penguatan Sistem Ekonomi Syariah

Gagasan tentang penguatan sistem ekonomi Syariah ini tampaknya perlu dipertegas
kembali. Hal ini mengingat, banyak kalangan yang meragukan keberadaan ekonomi syariah
sebagai sebuah sistem ekonomi. Dengan alasan, sebuah sistem ekonomi selain kuat dalam
aspek konsep juga mesti tampak implementasinya dalam masyarakat luas. Islam didasarkan
pada tiga prinsip pokok yaitu : tauhid, khilafah dan adalah (keadilan), yang jelas pula
merupakan sumber utama dari maqasyid dan strategi ekonomi Islam. Batu fondasi

9
percayaan Islam adalah Tauhid. Bahwa alam teralih dirancang dengan sadar dan diciptakan
oleh Wujud Tertinggi, Yang Esa dan tidak ada yang menyamai-Nya, bukan terjadi secara
kebetulan. Dia terlibat secara aktif dalam hukum-hukum Alam. Segala sesuatu yang
diciptakannya mempunyai tujuan. Tujuan inilah yang menjadikan wujudnya Alam ini dimana
manusia adalah bagian darinya, berarti penting. Dan manusia adalah khalifah Tuhan di bumi,
dan telah diberkahi dengan semua kelengkapannya. Konsep khalifah ini memiliki sejumlah
implikasi, atau akibat yang wajar, yatu: persaudaraan universal , sumber-sumber daya adalah
amanat, gaya hidup sederhana dan kebebasan manusia.
Komitmen Islam yang besar pada persaudaraan dan keadilan menuntut agar semua
sumber daya yang tersedia bagi ummat manusia, amanat suci dari Tuhan digunakan untuk
mewujudkan maqahid asy-Syariah, empat di antaranya cukup penting, yakni: pemenuhan
kebutuhan, penghasilan yang diperoleh dari sumber yang baik, distribusi pendapatan dan
kekayaan yang adil dan pertumbuhan dan stabilitas. Tidak seperti kapitalisme dan sosialisme,
tujuan-tujuan islam adalah suatu hasil mutlak dn logis dari filsafat yang mendasarinya. Untuk
masyarakat Muslim mewujudkan tujuantujuannya, diperlukan suatu strategi yang juga
merupakan hasil logis dari filsafat yang mendasarinya.
Strategi ini meliputi regorganisasi seluruh sistim ekonomi dengan empat unsur
penting yang saling mendukung, yaitu:
1. Suatu mekanisme filter yang disepakati masyarakat, yaitu moral, dengan
mengubah skala preferensi individu sesuai dengan tuntutan khilafah
2. Suatu sistem motivasi yang kuat untuk mendorong individu agar berbuat
sebaikbaiknya bagi kepentingannya sendiri dan masyarakat, dengan dasar
pertanggung jawaban kepada Tuhan dan Hari Akhir
3. Restrukturisasi seluruh ekonomi, dengan tujuan mewujudkan maqashid meskipun
sumber-sumber yang ada itu langka, dengan dasar lingkungan sosial yang kondusif
untuk menaati aturanaturan pengamatan dengan tidak mengizinkan pemilikan
materi dan konsumsi yang mencolok sebagai sumber pretise
4. Suatu peran pemerintah yang berorientasi tujuan yang positif dan kuat

10
Demi terealisasinya ekoomi yang berbasis islam dimasyarakat luas, dapat dilakukan
langkah-langkah seperti penyuluhan, pemberian pelatihan atau bimbingan kepada
masyarakat maupun pembukaan sesi diskusi dan konsultasi terkait ekonomi islam.

11
BAB III
SIMPULAN

Ekonomi syariah berpotensi menggantikan posisi ekonomi konvensional, namun


dalam penerapannya banyak kendala dan tantangan yang dihadapi antara lain masih
diberlakukannya pajak ganda di perbankan syariah; belum siapnya dukungan SDM ekonomi
syariah; tidak ada kurikulum ekonomi syariah di sekolah umum, sehingga pemahaman,
kesadaran serta kepedulian masyarakat rendah; persepsi negatif sekelompok muslim dan
non-muslim yang takut mengaplikasikan hukum syariah secara kafah; belum kuatnya
dukungan parpol Islam untuk menerapkan ekonomi syariah; meningkatnya apresiasi
masyarakat dan kegairahan memperluas pasar ekonomi syariah belum diikuti dengan
edukasi yang memadai.
Gagasan tentang penguatan sistem ekonomi Syariah ini tampaknya perlu dipertegas
kembali. Hal ini mengingat, banyak kalangan yang meragukan keberadaan ekonomi syariah
sebagai sebuah sistem ekonomi. Dengan alasan, sebuah sistem ekonomi selain kuat dalam
aspek konsep juga mesti tampak implementasinya dalam masyarakat luas. Islam didasarkan
pada tiga prinsip pokok yaitu : tauhid, khilafah dan adalah (keadilan), yang jelas pula
merupakan sumber utama dari maqasyid dan strategi ekonomi Islam.

12
Daftar Pustaka

Janwari, Yadi. TANTANGAN DAN INISIASI DALAM IMPLEMENTASI EKONOMI SYARIAH DI


INDONESIA. Fakultas Syariah dan Hukum UIN Bandung.

Mashdurohatun, Anis. TANTANGAN EKONOMI SYARIAH DALAM MENGHADAPI MASA DEPAN


INDONESIA DI ERA GLOBALISASI. Jurnal Dinamika Hukum Vol. 11 Edisi Khusus Februari
2011. Fakultas Hukum Universitas Islam Sultan Agung Semarang.

Sumadi, Tira Nur Fitria. SOSIALISASI EKONOMI SYARIAH DI MASJID ISTIQOMAH WERU
SUKOHARJO. Jurnal Budimas Vol. 3, No. 01. 2021. ITB AAS Indonesia, Surakarta.

Iskandar, Azwar. Possumah, Bayu Taufiq. Aqbar Khaerul. PERAN EKONOMI DAN KEUANGAN
SOSIAL ISLAM SAAT PANDEMI COVID-19. Sekolah Tinggi Ilmu Islam dan Bahasa Arab
(STIBA), Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i. Volume 7 Nomor 7 (2020). ISSN: 2356-1459. E-
ISSN: 2654-9050 Hlm. 625 – 638. Makassar Intstitut Tazkia, Bogor.

Efendi, A.Wasis. Saputra, Riansyah. Syarasfati, Amanda. Purnamasari, Oktaviana.


MENINGKATKAN KESADARAN MASYARAKAT PAMULANG BARAT DALAM MENGHINDARI
RIBA MELALUI SOSIALISASI PERBANKAN SYARIAH. 2019. Prosiding Seminar Nasional
Pengabdian Masyarakat LPPM UMJ E-ISSN: 2714-6286. Fakultas Agama Islam, Universitas
Muhammadiyah Jakarta.

13

Anda mungkin juga menyukai