(NIM: 191302061)
KELAS: E19
I. PENDAHULUAN
A. Deskripsi Singkat
B. Manfaat
kegiatan belajar.
II. PENYAJIAN
Nasional Pendidikan.
Standar Isi.
melalui tes dan non tes. Tes meliputi tes lisan, tertulis(bentuk uraian,
dan tes perbuatan yang meliputi: kinerja, penugasan, dan hasil katya.
1. Valid
Penilaian berbasis kompetensi harus mengukur apa yang
2. Keterbukaan
hanya berperan sebagai orang yang memberi nilai atau kritik, akan
4. Mendidik
5. Berkesinambungan
Penilaian dilakukan secara berencana, bertahap, teratur, terus-
6. Bermakna
siswa.
E. Ciri-Ciri Evaluasi
yang baik adalah” evaluasi dan hasil langsung, evaluasi dan transfer,
yang logis dan rasional. Peserta didik tidak dapat disebut telah
satu situasi tertentu saja, maka hasil belajar itu dapat disebut hasil
palsu, baik untuk informasi bagi peserta didik maupun untuk tujuan
ataupun tidak terjadi, dan sampai dimana pula telah tercapai hasil
hasil yang optimal. Anda dapat mengetahui proses apa yang dilalui
sholat itu.
hasil belajar dan proses belajar yang dijalani oleh peserta didik.
F. Prinsip-Prinsip Evaluasi
1. Komprehensif
2. Komparatif
dalam mengevaluasi.
3. Kontinyu
4. Obyektif
kuning, dan yang kuning itu hijau. Sebagai contoh, apabila seorang
guru itu sukes dalam mengajar, maka katakanlah bahwa guru ini
sukses, dan sebaliknya apabila jika guru itu kurang berhasil dalam
dilakukan
6. Fungsional
7. Diagnostik
pemecahannya.
1. Tujuan pembelajaran
3. Evaluasi
KBM Evaluasi
anak panah berasal dari evaluasi menuju ke tujuan. Di lain sisi, jika
Soal Latihan
1. PENDAHULUAN
A. Deskripsi singkat
B. Manfaat
II PENYAJIAN
A. Kesahihan
interpretasi terhadap hasil dari suatu instrument evaluasi atau tes, dan
diukur. Alat ukur yang tidak reliabel pasti tidak valid sedangkan alat
ukur yang reliabel belum tentu valid. Penilaian kesahihan alat ukur
terdiri dari :
dari isi tes tersebut. Suatu tes hasil belajar dikatakan valid
menurut validitas isi ini bilamana materi tes tersebut betul – betul
sekarang.
d. Kesahihan prediksi (prediction validity) (Arikunto, 1990:64)
pengadministrasiannya.
B. Keterandalan
skor tes atau hasil evaluasi lain yang berasal dari pengukuran yang
memberikan hasil yang lebih baik bagi para pengukur. Bila perlu
pengukuran.
oleh manusia.
1. Teknik Ulangan
berlainan
yang diukur, tingkat kesukaran maupun jumlah item. Kedua tes ini
selanjutnya di korelasikan.
3. Teknik Belah Dua
ini:
tetap pada posisi yang relative sama dalam satu kelompok dari
rendah. Ini disebabkan antara hasil tes yang mudah dan yang sulit
4. Objektivitas (objectivity)
tes
Arikunto.
C. Kepraktisan
1. Kemudahan mengadministrasi
evaluasi.
melancarkan evaluasi.
3. Kemudahan menskor
Soal Latihan
Graonlud?
BAB III
PROSEDUR EVALUASI
I. PENDAHULUAN
A. Deskripsi Singkat
Di dalam Bab ini membahas tentang Definisi hasil belajar,
B. Manfaat
pembelajaran.
II. PENYAJIAN
dalam hal apa dan bagian mana dari tujuan pendidikan sudah
dicapai.
terhadap materi).
1. Tujuan Umum
kurikuler).
2. Tujuan Khusus
pembelajaran
dapat kita lanjutkan dengan bahan yang baru ataukah kita harus
mengulangi.
D. Sasaran Evaluasi
1. Input
Calon siswa sebagai pribadi yang utuh, dapat ditinjau dari
a. Aspek kemampuan
b. Aspek kepribadian
c. Aspek sikap
tertentu.
d. Aspek intelegensi
ahli.Dalam hal ini yang terkenal adalah tes buatan Binet dan
2. Transformasi
mengajar.
d. Sistem administrasi
nya
3. Output
ditentukan
a. Prinsip evaluasi
1) Tujuan Pembelajaran.
3) Evaluasi
pelaksanaannya berkesinambungan.
3. Agar diperoleh hasil belajar yang obyektif dalam pengertian
sebagai berikut:
c. Penentuan metodologi
d. Pengembangan instrument
sebagai berikut:
perbuatan siswa.
Soal Latihan
I. PENDAHULUAN
A. Deskripsi Singkat
B. Manfaat
pembelajaran.
metode evaluasi.
II. PENYAJIAN
kalsifikasi tersebut.
memberi arti :
diagnosti.
1. Evaluasi Formatif
saja yang telah berhasil dan siapa yang dianggap belum berhasil
lanjut dari evaluasi ini adalah bagi para siswa yang belum
proses belajar-mengajar.
b. Manfaat Evaluasi
berikut:
c. Waktu Pelaksanaan
penting.
2. Evaluasi Sumatif
36)
c. Waktu Pelaksanaan
pengajaran.
relatif (kelompok)
cara:
peserta didik.
peserta didik
dikehendaki
sebagai berikut:
3) Mengadakan seleksi
3. Evaluasi Diagnostik
Soal Latihan
BAB V
I.PENDAHULUAN
A. Deskripsi Singkat
B. Manfaat
II. PENYAJIAN
pendidikan.
sebagai berikut :
pendidikan.
harus mengingat bahwa biasanya ada dua hasil yang diperoleh dari
outcomes).
pengiring.
tahu ada tidaknya efek pengiring tersebut serta jika ada seperti apa
pelaksana program.
pelaksanaan program.
3. Untuk memperoleh dasar bagi pembuatan atau pengambilan
1. Bagi guru:
a. Untuk mengetahui kemajuan belajar siswa.
b. Untuk mengetahui kedudukan masing-masing individu peserta
didik dalam kelompoknya.
c. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan dalam cara belajar
mengajar.
d. Untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan menentukan
kelulusan peserta didik.
2. Bagi peserta didik:
a. Untuk mengetahui kemampuan dan hasil belajar.
b. Untuk memperbaiki cara belajar.
c. Untuk menumbuhkan motivasi belajar.
3. Bagi sekolah:
a. Untuk mengukur mutu hasil pendidikan.
b. Untuk mengetahui kemajuan dan kemunduran sekolah.
c. Untuk membuat keputusan pada peserta didik.
d. Untuk mengadakan perbaikan kurikulum.
4. Bagi orang tua peserta didik:
Analisis data
Kriteria – Deskriptif
1. Kriteria internal
f. Kemampuan generative
2. Kriteria eksternal
Jabar, 2009:9).
dalam hal ini dikutip deskripsi yang disampaikan Arikunto dan Jabar
sebagai berikut:
1. Pendidik.
2. Peserta didik.
3. Materi/kurikulum.
4. Sarana dan prasarana.
5. Pengelolaan.
6. Lingkungan.
program.
sebagai berikut :
1) Fungsi pemantauan
yang diinginkan.
2) Sasaran pemantauan
Soal Latihan
Pendidikan ?
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan komponen program dan bagian hal
evaluasi ?
BAB VI
TEORI TES KLASIK
I. PENDAHULUAN
A. Deskripsi Singkat
B. Manfaat
Mata kuliah ini mendukung mahasiswa agar lebih aktif dalam
pembelajaran.
II. Pengkajian
Psikologi. Teori tes klasik dikenal juga dengan sebutan teori skor
murni (true score theory). Hal ini berkaitan dengan fokus kajian teori tes
klasik yang ingin melihat nilai skor murni dari skor tampak yang
kronologi model ini, tetapi juga sebagai kontras dengan lebih teori
teori tes klasik dengan teori respon butir. Dari sisi pendekatan, teori tes
utama analisis adalah skor total individu (X). Setiap tes memiliki eror (E)
Skor murni (T) dan error (E) keduanya adalah variabel laten, namun
murni individu. Skor per-item juga dapat dipastikan benar dan salahnya
yaitu misalnya jika jawaban seseorang benar maka diberi skor 1 dan
menjawab setiap item dimana menilai jawaban bukan pada total skor
tampat terdapat skor murni (T) dan error pengukuran (E) yang tidak
dalam teori tes klasik diantaranya sebagai berikut (disarikan dari Azwar,
2015)
murni (T), dan eror pengukuran (E) bersifat aditif. Skor tampak (X) yang
diperoleh individu merupakan akumulasi dari skor murni (T) dan eror
pengukuran (E).
Asumsi pertama teori tes klasik adalah bahwa terdapat hubungan
teori klasik adalah penyimpangan tampak dari skor harapan teoritik yang
maka besar varians skor tampak akan tergantung pada variasi eror
pengukuran.
harapan є (X). Dengan demikian skor murni adalah nilai rata-rata skor
ukur.
Korelasi antara eror pengukuran dan skor murni adalah nol.
Menurut asumsi ini, bagi suatu kelompok populasi subjek yang dikenai
independen satu sama lain. variasi eror tidak tergantung pada variasi
skor murni.
mengukur atribut yang sama maka skor kesalahan pada tes pertama
tidak berkorelasi dengan skor murni pada tes kedua ( ). Asumsi ini akan
pengertian tes yang pararel. Dua perangkat tes dapat clikatakan sebagai
tes-tes yang pararel jika skor-skor populasi yang menempuh kedua tes
tersebut mendapat skor murni yang sama ( T = T' )dan varian skor-skor
terpenuhi.
Asumsi terakhir dari teori tes klasik menyatakan tentang definisi tes
bilangan konstanta, maka kedua tes itu disebut tes yang pararel.
1. Daya beda
beda, yaitu : (1) teknik point biserial, (2) teknik biserial, (3) teknik phi,
B=U_L
n1 n2
Dimana dari rumus di atas dapat dimaknai bahwa daya beda adalah
n1
n2
Rumus tersebut dapat digunakan untuk menghitung daya beda butir-
moment yang dikenal dengan korelasi point biserial untuk data dalam
Sx q
proporsi peserta ujian yang menjawab benar pada butir tes sedangkan
= ( x+ – x ) P
kurva normal. x+ adalah mean skor dari peserta tes yang memiliki
total, p adalah proporsi peserta ujian yang menjawab benar butir ini
2√(p)(q)
Djemari Mardapi butir yang diterima harus memiliki indeks daya beda
> 0,3 butir dengan indeks daya beda kurang dari antara 0,1 sampai 0,3
perlu direvisi dan jika daya bedanya < 0,1 maka butir tersebut tidak
2. Indeks Kesukaran
besaran indeks korelasi maka butir soal tersebut semakin mudah. Dan
semakin kecil angka indeks korelasi maka butir soal tersebut semakin
terbaik. Karena itulah maka menurut Allen & Yen tingkat kesukaran
yang baik adalah 0,3 sampai 0,7. Butir dengan tingkat kesulitan
dibawah 0,3 dianggap butir soal yang sukar sedangkan jika indeksnya
nilai p bagi suatu butir hanya menunjukkan indeks bagi kelompok yang
diuji. Harga p ini bisa berubah jika tes diujikan pada kelompok yang
berbeda. Selain itu, indeks kesukaran yang dihasilkan dari rumus ini
benar p.
3. Efektivitas Distraktor
pilihan jawaban. Diantara pilihan jawaban yang ada, hanya satu yang
benar. Selain jawaban yang benar ada juga Jawaban yang salah atau
seberapa baik pilihan yang salah tersebut dapat mengecoh peserta tes
setiap butir.
peserta tes secara perorangan. Oleh karena itulah ada upaya untuk
free). Berangkat dari hal itulah para ahli kemudian menyusun teori
kelemahan yang ada dalam teori tes klasik. Teori ini kemudian dikenal
Soal Latihan
KONSTRUKSI TEST
I. PENDAHULUAN
A. Deskripsi Singkat
B. Manfaat
pembelajaran.
II. PENYAJIAN
A. Konsep Belajar
dan pemahaman.
merespon lingkungan.
perilaku kea rah positif yang relative permanen pada diri orang yang
perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan
dimiliki siswa dari suatu interaksi tindak belajar dan mengajar yang
berupa hasil intelektual, strategi kogitif, sikap dan nilai, inovasi verbal
C. Konstruksi Tes
standar).
individu/kelompok.
Konstruksi Tes adalah prosedur sistematis untuk
a. Tujuan Test
diukur.
c. tabel spesifikasi
k. Persiapan mahasiswa
m. Cara penskoran
g. memotivasi siswa
semua tujuan.
pengajaran tertentu.
diragukan lagi
sendiri.
4. Jenis-Jenis Tes
didik.
sendiri.
2) Tes Objektif
1) Tes Formatif
adalah :
2) Tes Summatif
4) Tes Diagnostik
a. Validitas
adalah ketetapan.
c. Objektivitas
d. Praktikabilitas
e. Ekonomis
Yang dimaksud ekonomis disini ialah bahwa
lama.
Soal Latihan
BAB VIII
ANALISIS TES
I. PENDAHULUAN
A. Deskripsi singkat
tes.
B. Manfaat
untuk mengetahui mutu suatu tes yang di buat oleh tenaga pendidik.
wujud tes yang baik dan bagaimana butir soal yang baik, karena isi
materi mata kuliah ini memberi panduan pada tenaga pendidik dalam
membuat tes agar dapat terjamin objektifitas dan keakuratannya.
efisien.
diantaranya:
terhadap soal tes akan lain seandainya tes itu sudah disusun
diajarkan?
siswa?
b. Cara kedua adalah mengadakan analisis soal (item analysis).
tersebut.
efisien.
bentuk uraian yang tidak dianalisis. Oleh sebab itu tes bentuk
keakuratannya.
tes. Tes yang valid (absah = sah) adalah tes benar-benar mengukur
apa yang hendak diukur. Tes matematika kelas dua SMP, hendaknya
; bukan siswa SMP kelas tiga atau siswa SD kelas enam. Dan bukan
kelas lainnya.
Tes yang tidak mengikuti kaidah penulisan butir soal akan tampak
lebih baik daripada tidak ada analisis sama sekali. Tentu saja akan
pertanyaan berikut.
sudah dianggap valid, atau nilai mata pelajaran yang sama yang
menggunakan komputer.
mencari skor tes yang akan dijadikan kriteria. Bila kriterianya buruk
atau tidak valid, maka validitas tes yang diperoleh akan percuma
saja.
sama seperti validitas kriteria, dalam hal ini skor tes dikorelasikan
atau lebih; tentu saja angka itu makin tinggi makin baik. Suatu tes
relatif tidak berubah walaupun diteskan pada situasi dan waktu yang
Contoh:
sama.
dua tes yang disusun dengan tujuan yang sama (hanya sedikit
waktu beberapa hari saja. Skor dari kedua macam tes tersebut
reliabilitas tes.
satu-tes dua kali percobaan diatasi dengan metode ketiga ini yaitu
sebagai berikut:
Contoh:
2× r ½½
r 11=
( 1+r ½½ )
Di mana:
Contoh:
2 ×0,60
Maka Reliabilitas tes =0,75
( 1+ 0,60 )
benar adalah membelah item atau butir soal. Tidak akan keliru
butir soal harus genap agar dapat dibelah.Ada dua cara membelah
butir soal:
a. Membelah atas item-item genap dan item-item ganjil yang
akhir.
sukar.
yang paling efektif ialah dengan jalan mengevaluasi test hasil belajar
teknik analisis soal atau yang biasa disebut item analisis. Cara
itu merupakan basis bagi penyiapan tes-tes yang lebih baik untuk
tahun berikutnya.
tes mana yang baik dan mana yang tidak baik,dan mengapa items
atau soal itu di katakan baik atau tidak baik. Dengan mengetahui soal-
soal yang tidak baik itu selanjutnya kita dapat mencari kemungkinan
soal, sedikitnya kita dapat mengetahui tiga hal penting yang dapat di
levelof an item).
a. Taraf Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau
luar jangkauannya.
0,0 menunjukan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0
0,0 1,0
Sukar Mudah
0,80.
B
Rumus : P=
JS
Di mana:
P = Indeks kesukaran
b. Daya Pembeda
pandai. Dengan demikian ada tiga titik pada daya pembeda, yaitu:
-1,000,00 1,00
saja.
tetapi bila diberikan kepada anak yang lemah hasilnya lebih tinggi.
hasilnya sama aja. Dengan demikian, tes yang tiidak memiliki daya
Sungguh aneh bila anak pandai tidak lulus, tetapi anak bodoh
Di mana:
SR - ST
Contoh:
Tes pilihan ganda atau option 4 diberikan kepada 30 orang
berikut:
Pengecoh yang tidak dipilih sama sekali oleh testee berarti bahwa
Soal Latihan
penggunaanya ?
MANAJEMEN PENGUJIAN
I. PENDAHULUAN
A. Deskripsi Singkat
B. Manfaat
pembelajaran.
pengujian
II. PENYAJIAN
A. Definisi
1. Manajemen
2. Pengujian
B. Organisasi Pengujian
Ujian Pemantapan .
Pemantapan
Pemantapan selesai
dipahami.
D. Pengembangan Instrumen
2011)
1. Pengembangan Instrumen
a. Intrumen tes
penempatan, (b) tes diagnostik, (c) tes formatif, dan (d) tes
3) Membuat kisi-kisi
4) Menulis soal
tidak.
7) Merevisi soal
tes, yaitu :
4) Menentukan penyekoran
5) Menelaah instrument
6) Menyusun instrument
data tersebut”
a. Validasi
1973).
b. Realibitas
semakin tinggi.
consistency method).
c. Praktikabilitas