PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 1.Bilik mata depan normal ( atas ), dan sudut tertutup (bawah)
2
Glaukoma akut merupakan suatu kedaruratan mata yang
memerlukan p e n a n g a n a n segera untuk mencegah kerusakan
nervus optikus yang d a p a t menyebabkan kebutaan. Pengobatan medika
mentosa harus dimulai secepat mungkin untuk menurunkan tekanan intra okuler sebelum terapi
definitive iridektomi laser atau bedah dilakukan. Diagnosa pasti ditegakkan berdasarkan
gejala klinik dan hasil pemeriksaan gonioskopi yang dapat memberikan bukti bahwa sudut
bilik mata tertutup.5
2.2 KLASIFIKASI
Klasifikasi Vaughen untuk glaukoma adalah sebagai berikut :
1. Glaukoma primer, tidak diketahui penyebabnya, didapatkan bentuk :
- Glaukoma sudut sempit/ tertutup (close angle glaucoma,
a c u t e c o n g e s t i v e glaucoma).
- Glaukoma sudut terbuka (glaucoma simpleks, open angle
g l a u c o m a , c h r o n i c simple glaucoma).
2. Glaukoma sekunder, t i m b u l s e b a g a i a k i b a t p e n y a k i t l a i n d a l a m
b o l a m a t a , disebabkan :
- Perubahan lensa.
- Kelainan uvea
- Trauma
- Bedah.
- Rubeosis.
- Steroid dan lainnya.
3. Glaukoma kongenital
- Primer atau infantile.
- Menyertai kelainan kongenital lainnya.
4. Glaukoma absolute, keadaan terakhir suatu glaucoma, yaitu dengan kebutaan total dan bola
mata nyeri.2
3
Glaukoma sudut tertutup primer sendiri dapat dibagi dalam 5 tingkatan
dengan perjalan penyakitnya yang overlapping dan tidak selalu
d i m u l a i d a r i progresifitas tingkat awal ke tingkat selanjutnya. Kombinasi ini dibagi sesuai
dengantingkatan klinis, yaitu:
1. Glaukoma sudut tertutup suspek
2. Glaukoma sudut tertutup intermitten (subakut) : e p i s o d e s e r a n g a n s i n g k a t
d a n rekuren
3. Glaukoma sudut tertutup akut : kongesti dan post-kongesti
4. Glaukoma sudut tertutup kronik : tanpa atau dengan glaucomatous damage
5. Glaukoma sudut tertutup absolut : merupakan tingkat terakhir dari glaukoma akut, pada
tingkatan ini mata sudah mengalami kebutaan total.2,5
Ketiga bagian ini terlibat dalam proses outflow Aquos Humor. S t r u k t u r lain
yang terlibat adalah kanalis sklem. Kanalis
b e r b e n t u k sirkumfensial dan dihubungkan oleh septa-septa. Bagian dalam
kanalis dilapisi olehsel-sel endotel berbentuk kumparan yang mengandung vakuol-
vakuol besar, dan di bagian luar dilapisi oleh sel-sel datar halus yang mengandung
ujung dari kanalis-kanalis kolektor. Bagian selanjutnya yang berperan adalah
kanalis kolektor. Kanalis ini meninggalkan kanalis sklem dan berhubungan dengan vena
episklera. Aquos Humor adalah suatu cairan jernih yang mengisi kamera anterior
dan p o s t e r i o r mata. Diproduksi oleh korpus siliare dan bervariasi
d i u r n a l . S e t e l a h memasuki bilik mata belakang, humor akuos melalui pupil dan
4
masuk ke bilik mata depan dan kemudian ke perifer menuju ke sudut bilik mata
depan dan nantinya akan dikeluarkan melalui dua jalur outflow berbeda yaitu:
1.Outflow melalui jalur trabekulum (jalur konvensional). Yang
m e r u p a k a n jalur utama, dimana sekitar 90% outflow Aquos Humor melalui
jalinan trabekular menuju kanalis sklem dan berlanjut ke sistem vena kolektor.
2.Outflow melalui jalur uveoscleral (jalur unkonvensional). Dimana
s e k i t a r 10% outflow akuos humor melalui jalur ini. (gambar 2).
5
2.Tebalnya lensa, menyebabkan bilik mata depan menjadi lebih dangkal. Pada umur
25 tahun, dalamnya bilik mata depan rata-rata 3,6 mm, sedangkan pada umur 70 tahun 3,15
mm.
3.Kornea yang kecil, dengan sendirinya bilik mata depannya dangkal.
4.Tebalnya iris. Makin tebal iris, makin dangkal bilik mata depan
Pada sudut bilik mata yang sempit, letak lensa jadi lebih dekat ke iris, sehingga
aliran cairan bilik mata dari bilik mata belakang ke bilik mata depan tehambat,
inilah yang disebut dengan hambatan pupil. Hal ini dapat
m e n y e b a b k a n meningkatnya tekanan di dalam bilik mata belakang dan
medorong iris ke depan . P a d a s u d u t b i l i k m a t a d e p a n y a n g m e m a n g s u d a h
s e m p i t , a d a n y a d o r o n g a n i n i menyebabkan iris menutupi jaringan trabekula,
sehingga cairan bilik mata tidak dapat atau sukar untuk keluar dan terjadilah glaukoma
sudut tertutup.
2.5 INSIDENSI
Terjadi pada 1 dari 1000 orang yang berusia di atas 40 tahun dengan angka kejadian yang
bertambah sesuai usia. Perbandingan wanita dan pria pada penyakit ini adalah 4:1. Sering terjadi
pada kedua mata. 2
2.6 PATOGENESIS
Sudut bilik mata dibentuk dari jaringan korneosklera dengan pangkal iris.
Pada keadaan fisiologis bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan bilik
mata. Berdekatan dengan sudut ini didapatkan jaringan trabekulum, kanal
Schlemm, baji sklera, garis Schwalbe dan jonjot iris. Pada sudut filtrasi
terdapat garis Schwalbe yang merupakan akhir perifer endotel dan membran
descement, kanal schlemm yang menampung cairan mata ke salurannya. Sudut filtrasi
berbatas dengan akar iris berhubungan dengan sklera kornea dan disini ditemukan spur
s k l e r a y a n g m e m b u a t c i n c i n m e l i n g k a r 3 6 0 d e r a j a t d a n merupakan batas
6
belakang sudut filtrasi serta tempat insersi otot siliar longitudinal. A n y a m a n
trabekula mengisi kelengkungan sudut filtrasi yang mempunyai dua
komponen yaitu badan siliar dan uvea. T e k a n a n i n t r a o k u l a r d i t e n t u k a n o l e h
k e c e p a t a n t e r b e n t u k n y a c a i r a n m a t a (Aquos Humor) bola mata oleh badan siliar dan
hambatan yang terjadi pada trabekular meshwork. Aquos Humor yang dihasilkan badan
siliar masuk ke bilik m a t a b e l a k a n g , k e m u d i a n m e l a l u i p u p i l m e n u j u k e
b i l i k m a t a d e p a n d a n t e r u s k e sudut bilik mata depan, tepatnya ke jaringan
trabekulum, mencapai kanal Schlemm dan melalui saluran ini keluar dari bola mata. P a d a
glaukoma sudut terbuka, kelainan terjadi pada jalinan
t r a b e k u l a r , sedangkan sudut bilik mata terbuka lebar. Jadi tekanan intraokuler meningkat
karena adanya hambatan outflow Aquos Humor akibat kelainan mikroskopis pada
jalinan trabekular. Pada glaukoma sudut tertutup, jalinan trabekular normal,
sedangkan tekanan intraokuler meningkat karena obstruksi mekanik akibat penyempitan
sudut bilik mata, s e h i n g g a o u t f l o w Aquos Humor t e r h a m b a t s a a t m e n j a n g k a u
j a l i n a n t r a b e k u l a r . Keadaan seperti ini sering terjadi pada sudut bilik mata yang sempit
(kadang-kadangdisebut dengan “dangerous angle”).
Penting untuk diketahui, jika sudut bilik mata tidak sempit atau sudut terbuka luas,
perifer iris tidak kontak dengan perifer kornea, sehingga sudut bilik mata depan tidak
tertutup dan glaukoma sudut tertutup tidak akan terjadi. Ini
m e r u p a k a n perbedaan dasar antara glaukoma sudut terbuka dengan glaukoma sudut
tertutup. Ketika dislokasi lensa sebagai penyebab tertutupnya sudut bilik mata
maka keadaan ini dikenal dengan glaukoma sudut tertutup sekunder. Jika glaukoma sudut
tertutup tidak diketahui penyebabnya, kondisi ini dikenal dengan glaukoma
sudut tertutup primer. Apabila sudut bilik mata depan tertutup secara cepat dan
berat, ini dikenal dengan glaukoma akut y a n g d i s e r t a i d e n g a n b a n y a k g e j a l a
d a n t a n d a . A p a b i l a penutupan sudut bilik mata depan tidak sempurna dan kadang-kadang
saja terjadi, ini dikenal dengan glaukoma sudut tertutup intermitten atau glaukoma sudut tertutup
kronik , dan disertai dengan sedikit gejala. Apabila glaukoma
s u d u t t e r t u t u p intermitten yang tidak mempunyai gejala, ini dikenal
d e n g a n glaukoma sudut tertutup kreeping.
7
Satu hal penting untuk diketahui bahwa tidak semua sudut bilik mata sempit akan
berkembang menjadi glaukoma akut, dapat terjadi hanya sebagian kecil saja, t e r u t a m a p a d a
mata yang pupilnya berdilatasi sedang (3,0 - 4,5mm) yang dapat
memungkinkan terjadinya blok pupil sehingga dapat berlanjut menjadi sudut tertutup. Akibat
terjadinya blok pupil, maka tekanan intraokular lebih tinggi di bilik m a t a b e l a k a n g
d a r i p a d a b i l i k m a t a d e p a n . J i k a b l o k p u p i l s e m a k i n b e r a t t e k a n a n intra
okuler di bilik mata belakang semakin bertambah, sehingga konveksivitas iris semakin
bertambah juga, ini dikenal dengan iris bombe, yang membuat perifer iris kontak dengan jalinan
trabekuler, dan menyebabkan sudut bilik mata depan tertutup. Jika tekanan intraokuler
meningkat secara drastis akibat sudut tertutup komplit maka akan terjadi glaukoma akut.
Mekanisme lain yang dapat menyebabkan glaukoma akut ialah plateau iris dan letak lensa lebih
ke anterior. Pada keadaan seperti ini juga sering terjadi blok pupil.
8
2.8 PEMERIKSAAN
a. Slit-lamp Biomikroskopi
• Konjungtiva bulbi: hiperemia kongestif, kemotis dengan injeksi silier, injeksi konjungtiva
dan episclera.
• Kornea: edema dengan vesikel epithelial dan penebalan struma, keruh, tidak sensitif
karena tekanan pada saraf kornea.
• Bilik mata depan: dangkal dengan kontak iridokorneal perifer. Flare dan sel
akuos dapat dilihat setelah edem kornea dapat dikurangi.
• Iris: gambaran corak bergaris tak nyata karena edema,
b e r w a r n a kelabu, dilatasi pembuluh darah iris.
• Pupil: oval vertikal, tetap pada posisi semi-dilatasi, kadang-kadang didapat
midriasis yang total, warna kehijauan, tidak ada reaksi terhadap cahaya dan
akomodasi
b. Tonometri Schiotz
Normal TIO : 10-21 mmHg, pada glaukoma akut dapat
mencapai 50-100 mmHg
c. F u n d u s k o p i
Papil saraf optik menunjukan penggaungan dan atrofi, seperti
p a d a glaukoma simpleks. Sehingga cup disk ratio membesar (N = <0,4) (gambar 3 dan
4). Sering juga ditemukan optic-disk edema dan hiperemis.
Gambar 3 : saraf optik normal (kiri), penggaungan saraf optik pada glaukoma akibat peningkatan TIO
(kanan)
9
Gambar 4: Terlihat cup-disk ratio membesar akibat penggaungan saraf optik pada funduskopi (kanan)
d. Gonioskopi
Pemeriksaan gonioskopi adalah tindakan untuk melihat sudut bilik
mata dengan goniolens. Gonioskopi adalah suatu cara untuk melihat langsung
keadaan patologik sudut bilik mata, juga untuk melihat hal-hal yang terdapat
pada sudut bilik mata seperti benda asing. Dengan gonioskopi dapat
ditentukan klasifikasi glaukoma penderita apakah glaukoma terbuka atau
glaukoma sudut tertutup dan mungkin dapat menerangkan penyebab suatu glaukoma
sekunder.1 Pemeriksaan gonioskopi ditunda sampai edem kornea berkurang,
salah satunya dengan obat yang dapat menurunkan tekanan
i n t r a o c u l a r , m i s a l n y a d e n g a n gliserin topical atau saline hipertonik salp mata.
(gambar 5)
Gambar 5: Gonioskopie
10
e. P e m e r i k s a a n l a p a n g p a n d a n g .
Pemeriksaan lapang pandang penting, baik untuk menegakkan diagnosa maupun untuk
meneliti perjalanan penyakitnya, juga untuk menentukan pengobatan
selanjutnya. Harus selalu diteliti keadaan lapang pandangan perifer dan
sentral. Pada glaukoma yang masih dini, lapang pandangan perifer belum
menunjukkan kelainan, tetapi lapang pandangan sentral sudah menunjukkan
adanya bermacam-macam skotoma. Jika glaukomanya sudah lanjut, lapang
pandangan perifer juga memberikan kelainan berupa penyempitan yang
dimulai dari bagian nasal atas. Yang kemudian akan b e r s a t u d e n g a n
k e l a i n a n y a n g a d a d i t e n g a h y a n g d a p a t m e n i m b u l k a n t u n n e l vision,
seolah-olah melihat melalui teropong untuk kemudian menjadi buta.
f. Tes provokasi,
Tes ini dilakukan pada keadaan yang meragukan.
Tes yang dilakukan : tes kamar gelap, tes midriasis, tes membaca, tes
bersujud(prone test). Untuk glaucoma sudut tertutup, yang umum dilakukan
adalah tes kamar gelap (karena pupil akan midriasis dan pada sudut bilik mata yang
sempit, ini akan menyebabkan tertutupnya sudut bilik mata). Caranya adalah
ukur TIOawal, kemudian pasien masuk kamar gelap selama 60-90 menit. Ukur segera
TIOnya. Kenaikan > 8 mmHg, tes provokasi (+)
11
2.10 PENCEGAHAN
1) Deteksi dini
Salah satu satu cara pencegahan glaukoma adalah dengan deteksi
s e d i n i mungkin. Tidak ada tindakan yang dapat mencegah terjadinya
glaukoma sudut t e r b u k a . J i k a p e n y a k i t i n i d i t e m u k a n s e c a r a
d i n i , m a k a h i l a n g n y a f u n g s i penglihatan dan kebutaan bisa dicegah
dengan pengobatan. Orang-orang yang m e m i l i k i resiko menderita
glaukoma sudut tertutup sebaiknya m e n j a l a n i pemeriksaan
mata yang rutin dan jika resikonya tinggi sebaiknya menjalani
iridotomi untuk mencegah serangan akut.
- Faktor risiko lain yang perlu diwaspadai adalah mereka yang memiliki
riwayat keluarga penderita glaukoma, mata minus tinggi atau plus tinggi
(hipermetropia), s e r t a p e n d e r i t a p e n y a k i t s i s t e m i k s e p e r t i d i a b e t e s
a t a u k e l a i n a n v a s k u l a r (jantung).
- Sebaiknya diperiksakan tekanan bola mata bila mata kemerahan dan sakit
kepala berat.
2) N u t r i s i y a n g a d e k u a t ( b a n y a k m e n g a n d u n g v i t a m i n A d a n B e t a
Karoten). Faktor risiko pada seseorang yang bisa menderita
glaukoma adalah seperti diabetes m e l l i t u s d a n h i p e r t e n s i , u n t u k
itu bagi yang menderita diabetes mellitus dianjurkan untuk
mengurangi mengkonsumsi gula agar tidak terjadi komplikasiglaukoma,
12
sedangkan untuk penderita hipertensi dianjurkan untuk diet rendah garam
karena jika tekanan darah naik cepat akan menaikkan tekanan bola mata.
3) Gaya Hidup (Life style) yang sehat seperti menghindari merokok dan
olahragateratur. Olahraga dapat merendahkan tekanan bola mata sedikit.
4) P e n c e g a h a n l a n j u t a n b a g i y a n g s u d a h m e n d e r i t a g l a u k o m a a g a r t i d a k
b e r t a m b a h parah/untuk mencegah tingginya tekanan intraokuler yaitu:
Mengurangi stress
Hindari membaca dekat karena pupil akan menjadi kecil sehingga
g l a u c o m a akan memblok pupil
Hindari pemakaian obat simpatomimetik karena pupil akan
melebar (dilatasi)
Diet rendah natrium
Pembatasan kafein
Mencegah konstipasi
Mencegah manuver valsava seperti batuk, bersin, dan mengejan
k a r e n a a k a n meningkatkan TIO
Menempatkan pasien dalam posisi supinasi dapat membantu
p a s i e n m e r a s a nyaman dan mengurangi tekanan intra okular. Diyakini
juga bahwa dengan posisi supinasi, lensa jatuh menjauh dari iris yang mengurangi
blok pupil
2.11 PENATALAKSANAAN7
1. Terapi medikamentosa
1.1. Agen osmotik
1.2. Karbonik anhidrase inhibitor
1.3. Miotik kuat (Parasimpatomimetik)
1.4. Beta-blocker
1.5. Alpha adrenergic agonist
1.6. Analog Prostaglandin
1.7. Kortikosteroid Topikal
13
2. Observasi respon terapi
2.1. Monitor ketajaman visus, edema kornea, dan ukuran pupil
2.2.Ukur tekanan intraocular setiap 15 menit
2.3Gonioskopi
3. Parasintesis
4. Bedah Laser
4.1.Laser iridektomi
4.2.Laser iridoplasti
5. Bedah insisi
5.1.Iridektomi bedah insisi
5.2. Trabekuloktomi
6. Ekstraksi lensa
7. Tindakan profilaksis
14
dapat menyebabkan mual muntah. Menurunkan tekanan intraokular dalam waktu 30-90
menit setelah pemberian.
• Manitol
Dosis 1-2 gram/kgBB dalam 50% cairan. Aman digunakan pada pasien diabetes
karena tidak dimetabolisme. Puncak efek hipotensif okular terlihat dalam 1-3 jam. B i l a
tidak dapat diberikan oral (mis : pasien mual-muntah) dapat diberikan
secara intravena dalam 20% cairan dengan dosis 2 gr/kgBB selama 30 menit.
Maksimal penurunan tekanan dijumpai dalam 1 jam setelah pemberian IV. Pada
penderita payah jantung pemberian manitol berbahaya, karena volume darah
yang beredar m e n i n g k a t s e h i n g g a m e m p e r b e r a t k e r j a j a n t u n g y a n g t e l a h
g a g a l . P e m b e r i a n manitol juga dikontraindikasikan pada penyakit ginjal
dengan anuria, kongesti atau udem paru yang berat, dehidrasi hebat, dan perdarahan intra
kranial, kecuali bila akan dilakukan kraniotomi, serta pada pasien yang hipersensitivitas
terhadap manitol.
•Ureum intravena
Dosis 1-1,5 g/kg IV Tidak seefektif manitol karena berat molekulnya
lebih rendah sehingga lebih cepat dipenetrasi pada mata. Penggunaannya harus
dengan pengawasan ketat untuk menghindari komplikasi kardiovaskuler.
15
Berbeda dengan obat-obat yang lebih tua, Dorzolamide sanggup menerobos
kedalam mata dengan aplikasi topical.
• Dichlorphenamide
Dosis awal 100-200mg per oral, diikuti 100 mg setiap 12 jam sampai tercapai
respons yang diinginkan. Dosis pemeliharaan (maintenance) yang biasa
untuk glaukoma adalah 25-50 mg 3 atau 4 x/hari. Dosis harian total tidak melebihi 300mg.
• Brinzolamide
Brinzolamide adalah penghambat karbonik anhidrasi yang digunakan pada mata
dengan kadar 1 %. Brinzolamide digunakan untuk mengobati tekanan
yang meningkat pada mata karena glaukoma sudut terbuka.
B r i n z o l a m i d e j u g a digunakan untuk mengatasi kondisi yang disebut hipertensi pada
mata
16
jam kemudian. Tersedia dalam bentuk tetes mata dengan kadar 0,25%, 0,5% dan
0,68%.
1.6.Analog Prostaglandin
• Latanoprost 0,005%
Senyawa analog prostaglandin yang dapat menurunkan tekanan intraokuler
dengan cara meningkatkan outflow Aquos Humor. Dosis 1 tetes/ hari. Tersedia dalam
bentuk tetes mata dengan kadar 0,005%, dan juga dikombinasi dengan Timolol maleate.
1.7.Kortikosteroid Topikal
Inflamasi merupakan bagian penting dari patofisiologi dan timbulnya gejala.
Steroid topical mengurangi reaksi inflamasi dan kerusakan
nervus optikus.
• Prednisolon asetat 1%
D i g u n a k a n s e l a m a 1 m i n g g u p a s c a o p e r a s i i r i d e k t o m i . Diberikan sebagai
pengganti obat-obat antiglaukoma yang digunakan saat serangan akut sebelumnya.
17
c) Obat hiperosmotik. Gliserin 50 % peroral 1-1,8 gram/kg BB.
d) Untuk mengurangi rasa sakitnya dapat disuntikkan 10-15 mg morfin.
e) 10-12,5 kg largaktil ----> penderita yang muntah-muntah sebelum tablet diamox dan tablet
gliserin diberikan, sehingga obat dapat ditelan. Dengan pengobatan di atas bersama-sama,
tekanan yang tinggi sekali dapat ditekan sampai dibawah 25 mmHg dalam waktu 24 jam.
Jika tekanan intraokulernya sudah turun, operasi harus dilakukan paling lambat 2-4 hari
kemudian. Selama ini pengobatan tetap dilanjutkan. Bila tekanan tetap tinggi, melebihi 30
mmHg diberikan obat hiperosmotik yang lain yaitu : manitol (1,5-3/kg BB) 20 tetes/ menit
(20%) atau ureum 30% infus, 300 cc diberikan ± 2-3 jam yang diberikan sebelum operasi
dilakukan.
Ad. 3. Parasintesis
Jika pemakaian terapi medikamentosa secara intensif masih dianggap lambat d a l a m
menurunkan tekanan intraokuler ke tingat yang aman dan kadang-
kadang j u s t r u s e t e l a h p e m b e r i a n 2 a t a u 4 j a m m a s i h t e t a p t i n g g i .
18
Sekarang ini mulai diperkenalkan cara menurunkan tekanan
i n t r a o k u l e r y a n g c e p a t d e n g a n t e k h n i k parasintesis. Pada prosedur ini, mata
diberikan anestesi lokal sebelumnya, lalu jarum dimasukkan ke dalam bilik mata depan
untuk mengeluarkan Aquos Humor. Cairan disedot sebanyak 0,05 ml, sehingga
secara cepat dapat mengurangi tekanan di mata. Cara ini jg dapat menghilangkan rasa
nyeri dengan segera pada pasien.
Kontraindikasi
Iridektomi laser tidak dapat dilakukan pada mata dengan rubeosis iridis karena dapat terjadi
perdarahan. Resiko perdarahan juga meningkat pada
pasien y a n g menggunakan anti-koagulan sistemik, seperti aspirin. Walaupun laser
iridektomi tidak membantu dalam kasus glaukoma sudut tertutup yang disebabkan
oleh mekanisme blok pupil, tetapi kadang-kadang laser iridektomi perlu dilakukan
untuk mencegah terjadinya blok pupil pada pasien dengan sudut bilik mata tertutup.
Pertimbangan sebelum operasi
Pada glaukoma sudut tertutup akut sering mengalami kesulitan saat
m e l a k u k a n iridektomi laser karena kornea keruh, sudut bilik mata dangkal,
pembengkakan iris. Sebelum dilakukan laser harus diberikan inisial gliserin
topikal untuk memperbaik iedema kornea agar mudah untuk mempenetrasi kripta iris.
Komplikasi
19
Komplikasi dari argon laser adalah sinekia posterior, katarak lokal, meningkatnya
tekanan intraokular, iritis, lubang iridektomi lebih cepat tertutup
kembali dan terbakarnya kornea dan retina. Pada umumnya komplikasi
y a n g s e r i n g t e r j a d i meliputi kerusakan lokal pada lensa dan kornea, ablasio retina,
pendarahan, gangguan visus dan tekanan intraokular meningkat.8
20
Ad. 5. Bedah insisi
Iridektomi insisi dilakukan pada pasien yang tidak berhasil dengan tindakan laser
iridektomi seperti:
•Pada situasi iris tidak tidak dapat dilihat dengan jelas karena edema kornea, hal ini sering terjadi
pada pasien glaukoma akut berat yang berlangsung 4-8 minggu.
•Sudut bilik mata depan dangkal, dengan kontak irido-korneal yang luas
•Pasien yang tidak kooperatif
•Tidak tersedianya peralatan besar.5
21
Aquos Humor dengan memintas struktur p e n g a l i r a n yang alamiah. Ketika
cairan mengalir melalui saluran baru ini, akan terbentuk bleb
(gelembung). Dapat diobservasi pada pemeriksaan konjungtiva.
Persiapan sebelum operasi yaitu pembahasan ditujukan untuk
m e m p e r b a i k i penglihatan dan biasanya dikerjakan secara berencana, kecuali pada
kasus-kasus yang tidak biasa, misalnya lensa hipermature yang sejak awal telah memberikan
ancaman terjadinya ruptura. (Gambar 8).
Gambar 8: Trabekulektomi
Indikasi
Tindakan trabekulektomi dilakukan pada keadaan glaukoma akut yang berat
atau setelah kegagalan tindakan iridektomi perifer.
Komplikasi
Setelah prosedur filtrasi meliputi hipotoni (TIO rendah yang tidak normal),
hifema(darah di kamera anterior mata), infeksi dan kegagalan filtrasi.
22
Ad. 7. Tindakan profilaksis
Tindakan profilaksis terhadap mata normal kontralateral dilakukan
laser iridektomi profilaksis, ini lebih disukai daripada perifer
i r i d e k t o m i b e d a h , y a n g dilakukan pada mata kontralateral yang tidak mempunyai
symptom.
2.12 PROGNOSIS
Prognosa baik apabila glaukoma akut cepat terdeteksi dan mendapat terapi segera mungkin.
Sering diagnosa dibuat pada stadium lanjut, dimana lapang pandang telah hilang secara
progresif, iris menjadi atrofi dan midriasis pupil telah menetap. Penanganan episode akut yang
terlambat akan menyebabkan sinekia sudut tertutup permanen dan bahkan menyebabkan
kebutaan permanen dalam 2-3 hari.
BAB III
23
KESIMPULAN
1. G l a u k o m a a d a l a h s u a t u p e n y a k i t d i m a n a g a m b a r a n k l i n i k y a n g
l e n g k a p d i t a n d a i oleh peninggian tekanan intraokular, penggaungan dan
degenerasi papil saraf optik serta dapat menimbulkan skotoma ( kehilangan lapangan
pandang).
2. Glaukoma sudut tertutup terjadi bila terdapat kenaikan mendadak dari
tekanan intraokular, yang disebabkan penutupan sudut bilik mata depan
yang mendadak oleh pangkal iris, sehingga menghalangi sama sekali
keluarnya Aquos Humor melalui trabekula, menyababkan meningginya
tekanan intraokular, sakit yang sangat di mata secara mendadak dan menurunnya
ketajaman penglihatan secara tiba-tiba, disertai tanda kongesti, maka disebut pula
glaukoma akut kongestif atau glaukoma akut.
3. Glaukoma akut hanya timbul pada orang-orang yang mempunyai sudut bilik
mata yang sempit. Jadi hanya pada orang-orang dengan predisposisi anatomis.
4. P e m e r i k s a a n glaukoma akut yaitu : pemeriksaan slit-lamp,
p e m e r i k s a a n t e k a n a n bola mata ( tonometri Schiotz, tonometri aplanasi, tonometri
digital), gonioskopi, funduskopi, pemeriksaan lapang pandang, dan tes provokasi.
5. P e n a t a l a k s a n a a n g l a u k o m a s u d u t t e r t u t u p t e r d i r i d a r i m e n g u r a n g i
t e k a n a n i n t r a okular, menekan inflamasi, dan pemulihan sudut yang tertutup.
6. L a s e r Iridiotomy Perifer (LPI) dilakukan 24-48 jam setelah
t e k a n a n i n t r a o c u l a r terkontrol, yang dipertimbangkan sebagai terapi definitive
untuk glaukoma sudut-tertutup. Disaat LPI merupakan terapi definitive terbaru,
ada beberapa pendapat b a h w a A r g o n L a s e r P e r i p h e r a l I r i d o i p l a s t y
( A L P I ) d a n A n t e r i o r C h a m b e r Paracentesis (ACP) dapat digunakan dalam
manajemen glaukoma sudut-tertutup
7. Glaukoma dapat dirawat dengan obat tetes mata, tablet, operasi laser atau
operasi mata. Menurunkan tekanan pada mata dapat mencegah kerusakan
penglihatan lebih lanjut. Oleh karena itu semakin dini deteksi glaukoma
maka akan semakin besar tingkat kesuksesan pencegahan kerusakan mata.
24
DAFTAR PUSTAKA
25
1. Ilyas, Sidartha, dkk. Glaukoma. dalam: Ilmu Penyakit Mata, edisi 3,
Jakarta,BalaiPenerbit FKUI, 2002, hal 212-217.
2. Vaughan, D.G. Asbury, T. Riodan-Eva, P. Glaukoma. dalam : Oftalmologi Umum,ed.
Suyono Joko, edisi 14, Jakarta, Widya Medika, 2000, hal : 220-230
3. Anonim. Glaukoma. Diunduh dan
http://www.oocities.com/infokeben/glaukoma.htm.Diakses Januari 2014.
4. Wijaya, Nana. Glaukoma. dalam : Ilmu Penyakit Mata, ed. Wijaya Nana, cet.6,Jakarta,
Abadi Tegal, 1993, hal : 219-232.
5. American Academy of Ophtalmology: Acute Primary Angle Closure
Glaucomain Basic and Clinical Science Course, section 10, 2005-2006, page 122-126.
6. O’brien, Chock, Opere. An Overview of Glaucoma Management for
Pharmacists.http://www.uspharmacist.com/continuing_education/ceviewtest/lessonid/1
06698/.Updated April 2010.
7. Noecker, R. J. Glaucoma, Angle Closure, Acute. Available
athttp://emedicine.medscape.com/article/1206956-diagnosis.Updated January 2011
8. Indra. Glaukoma. Available athttp://iebegtd.wordpress.com/2010/12/05/glaukoma/.
Diakses Januari 2014
26