Anda di halaman 1dari 81

1

BUKU AJAR

Mata kuliah : Pengantar Ilmu Rekayasa Lingkungan


SKS : 3 (tiga)SKS
Semester : 1 (satu)
Program Studi : Teknik Lingkungan

Disusun Oleh :

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017
2

A. TINJAUAN MATA KULIAH

1. Deskripsi Singkat :
Mata kuliah Pengantar Rekayasa Ilmu Lingkungan (PIRL) membahas
mengenai pengertian rekayasa lingkungan, berbagai konsep dasar
tentang hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungannya ditinjau
dari aspek kesehatan, disamping itu juga mempelajari tentang prinsip
berbagai cara rekayasa untuk peningkatan derajat kesehatan, termasuk
penyediaan air bersih, penanganan limbah, drainase, plumbing,
pengelolaan limbah B3 serta pengelolaan lingkungan. Konsep dasar
tersebut dapat diaplikasikan dalam kegiatan rekayasa lingkungan dan
dipergunakan sebagai ilmu dasar dalam menangani isu – isu lingkungan.
Berturut-turut akan diuraikan tentang :
a. Pengertian Pengantar Ilmu Rekayasa Lingkungan
b. Konsep dan Prinsip Pengelolaan Air Limbah
c. Konsep dan Prinsip Pengelolaan Sumber Daya Air
d. Konsep dan Prinsip Pengelolaan Sampah
e. Konsep dan Prinsip Pengelolaan Limbah B3
f. Konsep dan Prinsip Pencemar Udara
g. Dampak Pembangunan terhadap Lingkungan
h. Bangunan Aplikasi Rekayasa Lingkungan

2. Relevansi mata kuliah :

Permasalahan lingkungan yang semakin kompleks mengakibatkan


semakin tinggi tuntutan untuk selalu melakukan adaptasi terhadap
permasalahan tersebut, salah satunya proses rekayasa lingkungan. Hal
tersebut menuntut pembelajaran Pengantar Ilmu Rekayasa Lingkungan
(PIRL) dalam menciptakan, mendistribusikan dan memanfaatkan informasi
guna menangani permasalahan lingkungan termasuk dalam aplikasi
rekayasa lingkungan untuk peningkatan hidup

3.1. Standar Kompetensi :


Setelah mengikuti mata kuliah Pengantar Ilmu Rekayasa Lingkungan
(PIRL) mahasiswa mampu menjelaskan pengertian hubungan timbal balik
antara manusia dan lingkungan serta mampu menjelaskan prinsip berbagai
3
cara rekayasa untuk peningkatan hidup.

3.2. Kompetensi Dasar :


Mahasiswa setelah mengikuti mata kuliah PIRL dapat menjelaskan
konsep dasar tentang hubungan timbal balik antara manusia dan
lingkungannya ditinjau dari aspek kesehatan, disamping itu juga
mempelajari tentang prinsip berbagai cara rekayasa untuk peningkatan
derajat kesehatan, termasuk penyediaan air bersih, penanganan limbah,
drainase, plumbing, pengelolaan limbah B3 serta pengelolaan lingkungan.

3.3. Indikator :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep Pengantar Ilmu Rekayasa
Lingkungan meliputi gambaran umum, hubungan antara pakar dan
perekayasa, pengertian dasar teknik lingkungan dan hubungan timbal
balik manusia dan lingkungan.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep dan prinsip pengelolaan air
limbah dan aplikasinya dalam rekayasa lingkungan.
3. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep dan prinsip pengelolaan
sumber daya air dan aplikasinya dalam rekayasa lingkungan.
4. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep dan prinsip pengelolaan
sampah dan aplikasinya dalam rekayasa lingkungan.
5. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep dan prinsip pengelolaan limbah
bahan berbahaya dan beracun (B3) dan aplikasinya dalam rekayasa
lingkungan.
6. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep dan prinsip pengelolaan
pencemar udara dan aplikasinya dalam rekayasa lingkungan.
7. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep dan prinsip dampak
pembangunan terhadap lingkungan.
8. Mahasiswa dapat menjelaskan bangunan aplikasi rekayasa lingkungan
4

B. POKOK BAHASAN I :

PENGERTIAN PENGANTAR ILMU


REKAYASA LINGKUNGAN
5

I.1. SUB POKOK BAHASAN: GAMBARAN UMUM REKAYASA


LINGKUNGAN

1.1 Pendahuluan
Secara tidak langsung kita selalu mengalami hubungan timbal
balik salah satunya merupakan hubungan timbal balik antara manusia
dan lingkungan. Dengan adanya hubungan timbal balik tentunya akan
menimbulkan masalah terhadap lingkungan maka diperlukan prinsip
berbagai rekayasa untuk peningkatan derajat kesehatan. Beberapa hal
dalam upaya peningkatan kesehatan meliputi penyediaan air bersih,
penanganan limbah, darinase, pengelolaan limbah B3 serta
pengelolaan lingkungan.

Untuk mempelajari lebih lanjut mengenai rekayasa lingkungan


maka mahasiswa harus memahami dan mampu menjelaskan prinsip
dasar dalam ilmu teknik lingkungan yakni gambaran umum rekayasa
lingkungan.
1.1.1. Deskripsi Singkat
Dengan maksud untuk menjelaskan gambaran umum rekayasa
lingkungan sehingga diharapkan mahasiswa mampu memahami
secara komprehensif.
1.1.2. Relevansi
Diharapkan setelah mahasiswa memahami gambaran umum rekayasa
lingkungan mahasiswa dapat mengaplikasikan dalam
permasalahan lingkungan.

1.1.3.1. Standar Kompetensi


Mahasiswa akan dapat mengetahui gambaran umum rekaya
lingkungan .
1.1.3.2. Kompetensi Dasar
Mahasiswa akan dapat menjelaskan konsep rekayasa lingkungan
secara umum.
6

1.2 Penyajian
1.2.1. Uraian :

Rekayasa merupakan profesi dengan penguasaan pengetahuan


matematika dan ilmu pengetahuan alam yang diperoleh dari telaah (study),
pengalaman dan praktek yang diaplikasikan guna mengambil keputusan
tentang cara pengembangan penggunaan bahan dan sumber daya alam
secara ekonomis untuk kepentingan manusia. Sedangkan menurut KBBI,
rekayasa merupakan penerapan kaidah – kaidah ilmu dalam pelaksanaan
(seperti perancangan, pembuatan konstruksi, serta pengoperasian
kerangka, peralatan, dan sistem yang ekonomis dan efisien). Perekayasa
pengetahuan (knowledge engineer) adalah seorang yang membantu pakar
dalam menyusun area permasalahan dengan menginterprestasikan dan
mengintegrasikan jawaban-jawaban pakar atas pertanyaan yang diajukan.
Dalam hal ini penulis sebagai perekayasa pengetahuannya.
Dalam proses kegiatan knowledge engineer (perekayasa sistem)
terdiri dari (Turban, 2005):
1. Knowledge Acquisition (akuisisi pengetahuan)
Akuisisi pengetahuan melibatkan akuisisi pengetahuan dari pakar
manusia, buku, dokumen atau file komputer. Pengetahaun
tersebut dapat spesifik terhadap domain persoalan atau terhadap
proses pemecahan masalah, dan dapat pula berupa pengetahuan
umum.
2. Knowledge Validation (validasi pengetahuan)
Pengetahaun harus valid dan teruji(misalnya dengan
menggunakan tes kasus) hingga kualitasnya dapat diterima. Hasil
tes kasus biasanya ditunjukkan oleh pakar untuk menguji
ketepatan (accuracy) dari sstem pakar.
3. Knowledge Representation (representasi pengetahuan)
Representasi pengetahuan adalah suatu teknik untuk
merepresentasikan basis pengetahuan yang diperoleh dalam
suatu skema / diagram tertentu sehingga dapat diketahui
relasi/keterhubungan antara suatu data dengan data yang lain.
4. Inference Explanation and Justification (justifikasi dan penjelasan
penalaran)
Bagian ini melibatkan desain dan pemrograman kemampuan
7
penjelasan, misalnya kemampuan untuk menjawab pertanyaan
bagaimana komputer mendapatkan kesimpulan.
Konsep rekayasa yang digunakan pada mata kuliah ini adalah
rekayasa Teknologi Lingkungan.Menurut Tjokrokusumo (1995) rekayasa
teknologi lingkungan adalah profesi dengan latar belakang ilmu
pengetahuan dan teknologi pengolahan meminimalkan pencemaran
lingkungan dan pengelolaan lingkungan untuk memecahkan masalah
dengan upaya melalui penelitian dan pengembangan yang menghasilkan
suatu tatanan lingkungan dengan berpedoman pada pembangunan yang
berkelanjutan (Sustainable Development). Rekayasa teknologi lingkungan
sangat erat kaitannya dengan ilmuwan dan perekayasa. Ilmuwan
(scientest) merupakan suatu profesi untuk menemukan kebenaran sesuatu
yang terjadi di lingkungan. Sedangkan di perekayasa merupakan profesi
yang mengerjakan dan membuktikan apa yang ditemukan ilmuwan atau
mengaplikasikan dari penemuan si ilmuwan. Perekayasa teknologi
lingkungan adalah bagian integral dari ilmuwan, khususnya ilmuwan
pengetahuan dan teknologi lingkungan.
Kode etik seorang perekayasa teknologi lingkungan merupakan
agian dari kode etik perekayasa. Perekayasa Teknologi Lingkungan
berpegang teguh kepada dan mempromosikan integritas, menghormati
dan menjunjung tinggi profesi kerekayasaan dengan:
1. Menggunakan keahlian dan pengetahuannya untuk melayani
kesejahteraan masyarakat
2. Jujur, bebas, sarat pengabdian pada publik, pelanggan dan
karyawannya.
3. Memperjuangkan dan meningkatkan secara menyeluruh derajat
profesi perekayasaan.
4. Mendukung disiplin ikatan keteknikan profesional lain.
Menurut Gilbert M, Masters (1991) terdapat doktrin fundamental oleh
seorang doktrin fundamental yaitu :
1. Seorang Perekayasa Teknologi Lingkungan harus berpegang
teguh pada kesadaran memelihara keselamatan dan
kemakmuran masyarakat.
2. Seorang Perekayasa Teknologi Lingkungan harus
mengutamakan pelayanan yang menjadi tanggungjawabnya.
3. Seorang Perekayasa Teknologi Lingkungan harus mampu
mengisukan kepentingan publik yang terpercaya dan benar.
8
4. Seorang Perekayasa Teknologi Lingkungan harus
berperilaku professional baik bagi pegawainya maupun pada
rekanannya dan mampu meniadakan saingan kepentingan.
5. Seorang Perekayasa Teknologi Lingkungan harus
membangun reputasinya secara profesional dalam pelayanan
dan tidak bersaing secara tidak sehat.
6. Seorang Perekayasa Teknologi Lingkungan harus
berperilaku, yaitu menjunjung tinggi dan mengangkat
kehormatan, integritas dan harga diri profesi perekayasa.
7. Seorang Perekayasa Teknologi Lingkungan harus
melanjutkan perkembangan profesionalismenya melalui
kebakatannya memberi kesempatan kepada perekayasa
teknologi lain agar berkembang lebih professional.

Teknik Lingkungan merupakan suatu profesi yang menjangkau


beberapa disiplin ilmu termasuk tekik sipil, kesehatan masyarakat, ekologi,
kimia dan meteorologi. Profesi teknik lingkungan menghasilkan
pengetahuan, keterampilan dan profesionalisme dalam tujuan pengelolaan
lingkungan yang lenih baik. Beberapa aktifitas yang dilakukan dapat
dibagi menjadi tiga kelompok yaitu sebagai berikut :
a. Usaha Rekayasa Pencemaran Atmosfir (Udara)
Rekayasa pencemaran atmosfir diupayakan dengan rekayasa
pengendalian vektor penyakit dan pengelolaan pencemran udara.
Berbagai alat pembersih gas buang sudang banyak tersedia
pemilihan dilakukan atas dasar efisiensi penyisihan emisi yang
terkendali, sifat fisis kimiawi pencemar dan lainnya
b. Usaha Rekayasa Pencemaran Air
Rekayasa pencemaran air diupayakan dengan rekayasa
pengendalian vektor penyakit, penyediaan air bersih, sistem
pengelolaan air limbah, drainase air hujan dan sistem plumbing.
Karena air tidak bertambah ataupun berkurang maka dengan
meningkatnya pemanfaatan air maka mempengaruhi kualitas. Hal
ini terjadi apabila kemampuan air untuk membersihkan dirinya
secara ilmiah sedah terpenuhi. Oleh karena itu diperlukan
tindakan untuk mencegah terjadinya pencemaran air. Dengan
demikian pengelolaan hidrosfir dilakukan dengan mengelola
pemanfaatan sumber daya air
9
c. Usaha Rekayasa Pencemaran Tanah
Rekayasa pencemaran tanah diupayakan dengan rekayasa
pengendalian vektor penyakit, pengelolaan limbah padat domestik
dan sistem pengolahan B3. Salah satu permasalahan utama
pencemaran tanah adalah sampah. Usaha pertama dalam
mengurangi sumber sampah baik dari segi kuantitas maupun
kualitas.

1.2.2. Latihan :
Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan gambaran umum
rekayasa lingkungan yang dapat digunakansebagai pengetahuan dasar
untuk mengkaji permasalahan lingkungan yang ada.

1.3 Penutup
1.3.1. Tes
1. Jelaskan hubungan antara pakar dan perekayasa!
2. Jelaskan apa yang di maksud dengan ilmu Teknik Lingkungan?
3. Jelaskan mengapa ilmu teknik lingkungan dibutuhkan dalam
upaya pengelolaan lingkungan ?
4. Berikan contoh kasus yang dapat diterapkan untuk mengatasi
permasalahan dengan ilmu teknik lingkungan ?

1.3.2. Umpan Balik


Mahasiswa dapat menjawab pertanyaan dari test formatif di atas.
Apabila kurang dari 80% maka mahasiswa diharapkan mempelajari
kembali dengan mengacu pada buku rujukan dalam penulisan buku
ajar ini.

1.3.3. Tindak lanjut


Apabila mahasiswa sudah dapat menjawab pertanyaan secara
benar dengan penguasaan 80% sampai dengan 100% maka dapat
melanjutkan pada materi selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Gilbert M, Masters .1991. Introduction to Environmental Engineering and


Science Second Edition
10
Turban, E. 2005. Decision Support Systems and Intelligent Systems Edisi
Bahasa Indonesia Jilid 1.Yogyakarta : Penerbit ANDI
Tjokrokusumo. 1995. Pengantar Teknik Lingkungan. Yogyakarta: STTL, YLH.
11

C. POKOK BAHASAN II :

KONSEP DAN PRINSIP PENGELOLAAN


AIR LIMBAH
12

II.1 SUB POKOK BAHASAN 1 : KONSEP DAN PRINSIP PENGELOLAN


AIR LIMBAH

1.1. Pendahuluan

Air limbah merupakan suatu hasil dari kegiatan yang menghasilkan


dampak buruk apabila tidak dilakukan penanganan yang cukup baik.
Dampak buruk tersebut dapat mengganggu kesehatan dan
keselamatan manusia. Pokok bahasan ini akan meninjau mengenai
konsep dan prinsip pengelolaan air limbah meliputi karakteristik air
limbah, sistem penyaluran air limbah dan sistem pengolahan air limbah
1.1.1. Deskripsi Singkat
Dengan maksud untuk menjelaskan konsep dan prinsip pengelolaan
air limbah meliputi karakteristik air limbah, sistem penyaluran air limbah
dan sistem pengolahan air limbah sehingga mahasiswa dapat
menganalisis sistem pengelolaan air limbah untuk peningkatan
perbaikan kualitas lingkungan.
1.1.2. Relevansi
Diharapkan setelah mahasiswa memahami konsep dan prinsip
pengelolaan air limbah meliputi karakteristik air limbah, sistem
penyaluran air limbah dan sistem pengolahan air limbah maka
mahasiswa d a p a t mengaplikasikan untuk upaya pengelolaan limbah
dan dapat digunakan sebagai ilmu dasar untuk pendalaman materi
dalam pengelolaan limbah secara spesifik.
1.1.3.1. Standar Kompetensi
Mahasiswa akan dapat menggunakan konsep dan prinsip pengelolaan
air limbah untuk upaya pengelolaan limbah dan dapat digunakan
sebagai ilmu dasar untuk pendalaman materi dalam pengelolaan
limbah secara spesifik.
1.1.3.2. Kompetensi Dasar
Mahasiswa akan dapat menjelaskan konsep dan prinsip pengelolaan
air limbah meliputi karakteristik air limbah, sistem penyaluran air limbah
dan sistem pengolahan air limbah.
13

1.2. Penyajian
1.2.1. Uraian :

A. KARAKTERISTIK AIR LIMBAH


Tujuan pengolahan limbah adalah untuk membuat limbah tidak
berbahaya sebelum dibuang. Parameter karakteristik limbah meliputi suhu,
pH, warna dan bau, zat padat, nitrogen, fosfor, klorida, Biological Oxygen
Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), dan logam beracun .
Meskipun semuanya penting sebagai parameter karakteristik limbah, BOD
merupakan parameter yang paling penting. Biological Oxygen Demand (BOD)
dari air limbah atau air tercemar menunjukan jumlah oksigen yang dibutuhkan
untuk mendekomposisi secara biologis bahan organik biodegradable dalam
kondisi aerobik. Bahan organik cenderung mengalami dekomposisi dan
diubah ke bentuk anorganik yang stabil. Dekomposisi bahan organik
dilakukan oleh bakteri yang tersedia di limbah. Terdapat dua jenis bakteri
pendekomposisi yaitu bakteri yang bekerja dengan oksigen (aerob) dan yang
lainnya bekerja tanpa adanya oksigen (anaerob). Sedangkan untuk bakteri
fakultatif dapat bekerja pada kedua kondisi tersebut. Penguraian bahan
organik dilakukan secara enzimatik. Bakteri dapat menguraikan beberapa
bahan organik, yang dikenal sebagai bahan organik yang dapat terdegradasi.
Bakteri membutuhkan oksigen untuk metabolisme sehingga kebutuhan
oksigen yang dilakukan bakteri untuk mendegradasi (membusukan) bahan
organik dikenal sebagai Biological Oxygen Demand (BOD)

B. PENYALURAN AIR LIMBAH


Menurut R.C Gaur (2008) tujuan pengelolaan air limbah adalah
melindungi lingkungan dari dampak buruk air limbah. Pengelolaan air limbah
memiliki beberapa komponen diantaranya sebagai berikut :
1. Pengumpulan Air Limbah Domestik
Air limbah dihasilkan dari berbagai aktivitas disemua rumah. Air yang
dihasilkan dari dapur setelah membersihkan peralatan dll berisi residu
bubuk cuci dan minyak, partikel makanan dll. Air yang dihasilkan dari
kamar mandi juga mengandung sabun deterjen debu, kotoran dll.
Karena keduanya tidak termasuk urin dan kotoran (kotoran manusia,
tanah longsor) sehingga disebut sebagai air limbah tidak busuk. Unit
14
yang dikenal sebagai toilet, menghasilkan limbah busuk. Istilah busuk di
sini berarti materi yang mudah terurai secara hayati. Perangkap yang
digunakan dalam limbah busuk ini menggunakan bagian pipa
melengkung yang dirancang khusus untuk menjaga (perangkap)
sebagian air selalu ada di dalamnya sehingga mencegah masuknya bau
busuk (gas busuk) ke tempat dari pipa dan komponen lainnya dari sistem
pengumpulan.
2. Pengangkutan Air Limbah
Air limbah domestik dibawa dari ruang pembuangan terakhir sampai
pada pengangkutan utama. Saluran pembuangan umumnya disesuaikan
dengan jalan oleh departemen pemerintah seperti Kesehatan
Masyarakat Departemen Teknik Negara, atau badan lokal seperti
pemerintah kota atau otoritas pembangunan. Sebuah lubang got
disediakan sehubungan dengan jaringan pipa ini. Manhole adalah suatu
ruangan dari batu yang ditutupi dengan penutup lubang besi cor atau
beton disediakan untuk pemeriksaan dan pembersihan saluran
pembuangan. Ruang yang ada harus mencukupi satu orang dewasa
untuk membersihkan ruangan dan saluran pembuangan. Selokan yang
bisa dijangkau maka akan dibersihkan secara manual. Untuk selokan
yang harus dibersihkan dengan alat mekanik, jarak manholesakan
tergantung pada jenis peralatan yang akan digunakan untuk pembersihan
saluran pembuangan. Jaraknya dari manholes diatas 90 sampai 150 m.
boleh diijinkan berjalan lurus untuk selokan diameter 900 sampai 1500
mm Jarak dari lubang di 150 sampai 200 m. Untuk selokan diameter 1,5
sampai 2 m, yang selanjutnya dapat ditingkatkan sampai 300 m untuk
selokan berdiameter lebih dari 2 m.

C. UNIT OPERASI DAN UNIT PROSES PENGOLAHAN AIR


LIMBAH
Pengolahan air limbah meliputi operasi / proses apapun yang dapat
mengurangi karakteristik air limbah. Pengolahan air limbah juga meliputi
proses fisik, kimia dan biologi. Unit operasi merupakan metode pengelolaan air
limbah dengan penerapan fisik sementara unit proses merupakan metode
pengelolaan air limbah secara kimia dan biologi.Tujuan pengolahan air limbah
adalah untuk menghasilkan suatu efluen yang dapat diterima melalui operasi
unit yang tersedia. Umumnya hasil dari pengelolaan air limbah menghasilkan
15
perubahan konsentrasi zat tertentu hal ini dikenal sebagai perpindahan fasa.
Berikut merupakan transfer fasa utama :
a. Perpindahan udara (aerasi)
b. Perpindahan ion (koagulasi kimia, perubahan ion, presipitasi kimia,
adsorpsi)
c. Solute Stabilization (Klorinasi, Rekarbonasi, Liming, Break point and
super chlorination)
d. Perpindahan padatan ( Penegangan, sedimantasi, pengapungan,
filtrasi)
e. Perpindahan nutrisi
f. Konsentrasi padatan dan stabilisasi (thickening, chemical conditioning,
vacuum filtration, insenerasi, centrifuging, pengapungan biologi,
sludge digestion, wet cobustion )

Tabel berikut merupakan aplikasi unit operasi dalam pengelolaan air limbah :
No Unit Operasi Aplikasi
1 Screening Menyaring benda – benda yang mengapung
2 Comminution Menggiling dan menghancurkan objek dengan
ukuran yang besar
3 Equalization Ekualisasi aliran dan BOD
4 Mixing Mencampurkan zat kimia dan udara di air limbah
dan menjaga padatan dalam suspensi
5 Flocculation Memperbesar partikel yang kecil dengan cara
membentuk flok
6 Sedimentation Pemisahan dengan padatan yang memiliki massa
7 Floatation Pengapungan lumpur yang dihasilkan secara
biologis
8 Filtration Menghilangkan material kecil setelah pengolahan
air limbah secara biologi maupun kimia
9 Micro Menghilangkan alga dari kolam stabilisasi dan
screening kolam oksidasi

Sedangkan tabel berikut merupakan aplikasi secara kimia unit proses


dalam pengelolaan air limbah :

No Unit Proses Aplikasi


1 Chemical Menghilangkan fosfor dan padatan dalam
16
precipitation sedimentasi
2 Gas transfer Menambahkan dan menghilangkan gas
3 Adsorption Menghilangkan bahan organik
4 Disinfection Membunuh mikroorganisme
5 Dechlorination Menghilangkan residu klorin
6 Miscellaneous Pengolahan air limbah khusus

Unit proses secara biologi merupakan suatu proses menghilangkan residu


limbah dengan bantuan aktivitas biologi. Proses biologi dibedakan pada
kebutuhan oksigen mikroorganisme dalam mengolah air limbah. Proses biologi
dibedakan menjadi :
a. Proses aerobik
Proses terjadi dengan adanya oksigen oleh bakteri aerobik. Proses
aerobik meliputi :
1. Trickling filter
2. Proses lumpur aktif dengan modifikasinya
3. Kolam stabilisasi aerobik (kolam oksidasi)
4. Aerated lagoons
b. Proses anaerobik.
Proses anaerobik terjadi tanpa oksigen menggunakan bakteri anaerob.
Proses anaerobik meliputi hal berikut,
1. Anaerobic sludge digestion
2. Proses kontak anaerobik
3. filter anaerobik
4. anaerobik lagoon atau kolam anaerobik
5. tangki septik dan tangki imhoff

c. Proses fakultatif
Bakteri fakultatif merupakan bakteri yang dapat bekerja dengan ada atau
tidaknya ketersediaan oksigen sehingga dapat hidup dalam kondisi aerob
maupun anaerob.

1.2.2. Latihan :
Mahasiswa diharapkan dapat menganalis konsep dan prinsip
pengelolaan air limbah meliputi karakteristik air limbah, sistem
penyaluran air limbah dan sistem pengolahan air limbah sehingga
mahasiswa dapat menganalisis sistem pengelolaan air limbah untuk
peningkatan perbaikan kualitas lingkungan.
17
1.3. Penutup
1.3.1. Tes Formatif
1. Apa yang dimaksud dengan air limbah secara umum ?
2. Parameter apa saja yang mengindikasikan air limbah
tercemar ?
3. Jelaskan pengolahan air limbah secara aerob?
4. Jelaskan pengolahan air limbah secara anaerob ?
5. Apa perbedaan unit proses dengan unit operasi ?

1.3.2. Umpan Balik


Mahasiswa dapat menjawab pertanyaan dari test formatif di atas.
Apabila kurang dari 80% maka mahasiswa diharapkan mempelajari
kembali dengan mengacu pada buku rujukan dalam penulisan buku
ajar ini.
1.3.3. Tindak lanjut
Apabila mahasiswa sudah dapat menjawab pertanyaan secara
benar dengan penguasaan 80% sampai dengan 100% maka dapat
melanjutkan pada materi selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Gaur, R.C. 2008. Basic Environmental Engineering. New Age International


Publisher : India
18

D. POKOK BAHASAN III :

KONSEP DAN PRINSIP PENGELOLAAN


SUMBER DAYA AIR
19

III.1. SUB POKOK BAHASAN 1. :


DEFINISI HIDROLOGI DAN KONSEP PENGELOLAAN SUMBER DAYA
AIR
1.1. Pendahuluan
Jumlah komposisi air di bumi merupakan dua pertiga dari
komposisi keseluruhan. Jumlah air yang tinggi tidak langsung
membuktikan bahwa air dapat dikonsumsi langsung oleh
manusia.Air dapat tersedia berupa bentuk es maupun gletser.
Menurut R.C. Gaur (2008), sumber air terbesar di samudera
mengandung garam yang tidak dapat dimanfaatkan, air payau
(97,24% dari total air) dan air tawar (0,62%) yang biasa digunakan
untuk irigasi dan air minum. Air tawar akan didistribusikan ke
sumber permukaan sepertu sungai, danau dan air tanah.

1.1.1. Deskrip si singkat

Sub Pokok Bahasan ini, menjelaskan konsep dan prinsip pengelolaan


sumber daya air yang dipergunakan dalam pengelolaan lingkungan
meliputi drainase dan sistem plumbing. Dalam bagian ini di harapkan
mahasiswa dapat memahami dengan jelas mengenai konsep dan
prinsip pengelolaan sumber daya air sehingga dapat menerapkannya
sebai ilmu dasar dalam upaya pengelolaan lingkungan termasuk dalam
drainase dan sistem plumbing.

1.1.2. Relevansi
Setelah mendapatkan penjelasan mengenai konsep dan prinsip
pengelolaan sumber daya air maka mahasiswa dapat menggunakan
konsep dan prinsip tersebut dan mengaplikasikannya dalam
pekerjaan/dunia kerja

1.1.3.1. Standar Kompetensi


Mahasiswa akan dapat memahami konsep dan prinsip pengelolaan
sumber daya air dengan aplikasi drianase dan sistem plumbing dalam
upaya pengelolaan lingkungan yang diberikan.
20

1.1.3.2. Kompetensi Dasar


Mahasiswa akan dapat menjelaskan konsep dan prinsip pengelolaan
sumber daya air dengan aplikasi drianase dan sistem plumbing dalam
upaya pengelolaan lingkungan yang diberikan

1.2. Penyajian

1.2.1 URAIAN :

A. SIKLUS HIDROLOGI

1. Siklus Tertutup

Hujan yang jatuh ke bumi baik langsung menjadi aliran maupun


tidak langsung melalui vegetasi atau media lainnya akan
membentuk siklus air. Air berubah wujud berupa gas / uap akibat
panas matahari dan disebut dengan proses penguapan
(evaporasi). Uap ini bergerak di atmosfir (udara) kemudian
akibat perbedaan temperature atmofer dari panas menjadi dingin
maka air akan terbentuk akibat kondensasi dari uap menjadi
keadaan cairan. Bila temperature berada dibawah titik beku
kristal es mulai terbentuk. Tetesan air kecil tumbuh oleh
kondensasi dan bebenturan dengan tetesan lain dan terbawa
oleh gerakan udara turbulen sampai pada kondisi yang cukup
besar menjadi butir air. Apabila jumlah butir air sudah cukup
banyak akibat berat sendiri maka butir air tersebut akan turun ke
bumi yang biasa disebut hujan Bila temperatur udara turun
sampai dibawah 00C maka butiran air akan berubah menjadi
salju (Kodoatie and Sjarief, 2005)

2. Siklus Terbuka

Aliran tanah merupakan salah satu sub sistem yang


disebutsiklus terbuka hal ini dikarenakan pada siklus tertutup
dengan suatu bagian tertentu dipotong dari seluruh sisitem
aliran.
21
B. SUMBER AIR
Semua sumber air dapat diisi ulang dengan presipitasi dalam berbagai
bentuk seperti hujan, salju, hujan es, embun, dll. Curah hujan merupakan
sumber utama sumber air penyusun utama siklus hidrologi. Air mengalami
penguapan dari berbagai faktor, diantaranyan faktor iklim seperti suhu,
kelembaban relatif dan kecepatan angin. Kelembaban relatif adalah
perbandingan jumlah uap air yang ada di udara sampai jumlah maksimum
uap yang dapat ditahan udara pada suhu yang ditentukan. Menurut M.C.
Gaur (2008) Sumber air dapat dimanfaatkan secara ekonomi dan terbagi
dalam dua kategori berikut :
a. Sumber permukaan
Sumber permukaan merupakan sumber di mana air mengalir di atas
permukaan bumi dan langsung tersedia seperti air baku pada danau, sungai
atau waduk. Danau merupakan salah satu sumber permukaan air yang
dapat digunakan untuk pasokan air dalam skala yang kecil. Penggunaan
sungai sebagai pasokan air tidak dapat digunakan pada waktu tertentu
dikarenakan faktor iklim. Salah satu sumber air yang paling baik digunakan
adalah dengqan membangun bendungan. Bendungan merupakan suatu
bangunan yang digunakan untuk membendung suatu aliran sungai dan air
yang di bendung tersebut kjemudian disimpan dalam suatu bangunan
dinamakan waduk. Umumnya bendungan dibangun untuk pembangkit listrik
tenaga air dan irigasi.
Air tanah merupakan sumber air yang terletak didalam permukaan
bumi. Umumnya sumber air tanah memiliki garam yang akan terlarut dalam
air tanah dan tidak dapat dikonsumsi. Sehingga sebaiknya dilakukan upaya
penyaringan terhadap garam tersebut. Apabila tidak maka air tersebut akan
mengalir ke laut dan samudera kemudian akan menguap ke atmosfer. Hal
tersebut dikenal sebagai siklus air. Maka perlu dilakukan upaya pengelolaan
air secara bijak dan disesuaikan dengan aturan dan hukum yang berlaku.
Upaya pengelolaan ini disebut konservasi air Dalam era saat ini, konstruksi
bendungan tidak dapat dihindari. Peran insinyur lingkungan adalah
memaksimalkan manfaat dan meminimalkan kekurangannya. Berikut
merupakan jenis – jenis bendungan :
1. Bendungan Bumi
Bendungan bumi terbuat dari tanah. Hal ini dapat mengurangi
kekuatan yang diberikan terutama karena kekuatan geser tanah.. Ketika
22
lembah yang luas dan pondasi kurang kuat, tanah yang baik tersedia;
bendungan bumi adalah pilihan yang baik karena lebih ramah lingkungan.
2. Bendungan Gravitasi
Bendungan gravitasi terbuat dari batu dan beton, dan tahan tekanan
air, tekanan uplift, tekanan angin dll karena beratnya. Bendungan gravitasi
lebih cocok untuk lembah sempit dengan lereng curam dan pondasi yang
kuat. Bendungan gravitasi lebih kuat dan lebih mahal dari pada bendungan
bumi.
3. Bendungan Batu
Bendungan batu merupakan kombinasi dari dua hal tersebut di
atas.Segmen bagian dalam terdiri dari potongan-potongan batu, batu-batu
besar dll dengan tahan membran luar. Mereka kurang kuat dari pada
gravitasi bendungan dan digunakan untuk ketinggian yang terbatas hanya,
terutama bila potongan batu tersedia dengan berlimpah.
Beberapa bendungan yang kurang umum seperti bendungan runcing,
bendungan bendungan, bendungan baja, bendungan kayu juga terdapat
bendungan karet. Pada semua jenis bendungan, pemilihan lokasi bendungan
sangat penting. Pemilihan Situs mencakup pertimbangan topografi daerah,
pondasi yang sesuai, spillway (outflow), ketersediaan bahan, kedap air
reservoir yang dibuat, penggenangan karena pembangunan waduk termasuk
rehabilitasi pengungsi, aksesibilitas, masalah sedimen dan manfaat langsung
dan tidak langsung

b. Subsurface atau sumber bawah tanah


Air hujan yang tersaring dan meresap di dalam bumi akan membentuk
permukaan air yang dikenal sebagai air tanah. Sifat air tanah ini bersifat
murni karena melewati filtrasi dengan melewati tanah. Aliran air hujan dari
permukaan bumi ke bawah tanah bergantung pada porositasnya dari tanah,
tingkat kehilangan air akibat penguapan, rembesan ke sumber permukaan.
23

 Porositas
Porositas lapisan (tanah atau batuan) adalah pengukuran kuantitatif
dari rongga yang ada dalam volume tertentu. Porositas secara
matematis merupakan perbandingan antara volume rongga dan volume
volume total. Dapat dijelaskan dengan rumus berikut :
η = Vv / V × 100 %
Dimana
Vv = Volume void
V = volume total
Porositas tergantung pada bentuk dan susunan partikel padat. Nilai
porositas lebih besar apabila memiliki ukuran dan bentuk yang sama
begitu pula sebaliknya Ukuran dan bentuk yang berbeda menghasilkan
nilai porositas yang kecil. Diketahui porositas pasir mencapai 30-40%
sedangkan batu tulis atau granit hanya memiliki porositas 1 sampai 4%.
 Permeabilitas
Permeabilitas didefinisikan sebagai kemampuan batuan atau lapisan
tanah untuk mentransmisikan atau melewati air. Air masuk ke dalam
pori-pori (void) batuan, dan tersimpan sampai mengering. Porositas
batuan tersebut mendefinisikan jumlah air maksimal yang bisa
disimpan di batu karang. Porositas itu sendiri tidak menjamin untuk
menyimpan air bawah tanah. Sebenarnya air bisa masuk ke batu jika
batu memungkinkan aliran air melewatinya, yaitu bergantung pada
apakah batu itu adalah permeabel atau tidak. Jadi batu yang berpori
tidak memiliki sifat permeabel.

C. KUALITAS AIR
Kualitas air merupakan aspek yang paling penting. Standar kualitas air
meliputi internasional maupun nasional. Standar kualitas air untuk dipasok
untuk konsumsi manusia.. Air juga harus terbebas dari bau dengan suhu air
yang cukup dan bersifat tidak korosif dan bebas mineral. Untuk mencapai
kondisi ideal ini standar minimum kualitas harus ditetapkan. Peraturan
mengenai persyaratan kualitas air minum Indonesia ditetapkan oleh
peraturan menteri kesehatan republik Indonesia Nomor
492/Menkes/PER/IV/2010.
24

D. DRAINASE
Drainase merupakan terjemahan dari kata drainage menurut John M.
Echol dan Hasan Shadily (1975) adalah:
i. Pengeringan pembuangan air
ii. Pengurasan, penyaluran, pengaliran
iii. Susunan saluran jalannya air
iv. Daerah yang dikeringkan
Sedangkan darianse perkotaan menurut Hardjosuprapto (1998) secara
umum adalah suatu sistem prasarana drainase dalam wilayah perkotaan
yang berfungsi selain mengendalikan dan mengalirkan limpasan air hujan
yang berlebihan dengan aman, juga untuk menyalurkan kelebihan air
lainnya yang yang mempunyai dampah mengganggu atau mencemari
lingkungan perkotaan, yaitu air buangan atau air limbah lainnya . Air
buangan dikelompokan menjadi dua yaitu :
a. Limpasan air hujan (relatif belum tercemar )
Limpasan air hujan, mulai dari limpasan awal sebagian besar 70%
diresapkan ke dalam tanah agar dapat memberi imbuhan ke dalam
tanah, sedangkan 30% dilimpaskan ke permukaan tanah agar tidak
mengakibatkan banjir. Limpasan air hujan disalurkan dalam saluran
terbuka (parit) atau saluran tertutup ke sungai atau badan air
penerima yang mampu kapasitasnya baik di hulu maupun di hilir.
b. Air limbah.
Air limbah dikelompokan menjadi dua yaitu air limbah domestik
yaitu buangan air rumah tangga dimana air limbah domestik
memiliki dua penanganan yaitu sistem penanganan setempat
(onsite system) dan sistem penanganan terpusat (offsite system).
Dalam sistem setempat sampai kini di Indonesia pada umumnya
sistem plumbing didalam rumah dilakukan pemisahan antara limbah
cucian (grey water) dan air limbah kotoran (black water). Air limbah
cucian dibuang langsung ke dalam saluran sedangkan air limbah
kotoran dibuang kedalam tangki septik. Sedangkan pada sistem
terpusat terdapat dua penyaluran yaitu dengan sistem campuran
dan dengan sistem terpisah.
Di Indonesia masih banyak dilakukan sistem penanganan
25
campuran yaituair limbah domestik bahkan air limbah industri
dibuang langsung ke dalam saluran terdekat. Seharusnya pada
penanganan sistem campuran dilakukan dengan saluran tertutup.
Akan tetapi apabila disalurkan dalam sistem tertutup terjadi terjadi
fluktuasi debit air pada musim kemarau dan musim penghujan
sehingga pada pembuatan saluran dinilai tidak ekonomis.
Berikut merupakan kegunaan drainase perkotaan
1. Mengeringkan genangan air
2. Mengandalikan akumululasi limpasan air hujan yang berlebihan dan
dapat dimanfaatkan untuk air tanah
3. Mengendalikan erosi, kerusakan jalan dan bangunan
4. Pengelolaan kualitas air
Karakteristik dari suatu sistem drainase seperti daya tahan air,
topografi, dimensi dari drainase dan durasi presipitasi menentukan debit
drainase yang dihasilkan. Debit drainase tersebut dapat ditetentukan
menurut R.C. Gaur (2008) sebagai berikut :
Q = 10 CiA
Diketahui :
Q = debit aliran (m3/jam)
C = koefisien aliran
I = intensitas hujan (mm/jam)
A = luas area yang dialiri oleh drainase (hektar)
Berikut merupakan angunan – bangunan sistem drainase dan
pelengkapnya menurut Kodoatie (2005) :
1. Bangunan bangunan sistem drainase
Yang dimaksud dengan bangunan dalam isitem drainase adalah
bangunan struktur dan bangunan non struktur
 Bangunan struktur
Bangunan struktur merupakan bangunan pasangan disertai dengan
perhitungan – perhitungan kekuatan tertentu. Contoh bangunan
struktur adalah :
a. Bangunan rumah pompa
b. Bangunan tembok penahan tanah
c. Bangunan terjunan
d. Jembatan
 Bangunan Non struktur
Bangunan non struktur meruoakan bangunan pasangan atau tanpa
26
pasangan tidak disertai dengan perhitungan kekuatan tertentu yang
biasanya siap dipasang. Contoh bangunan struktur :
Pasangan :
a. Saluran kecil tertutup
b. Tembok talud saluran
c. Manhole
d. Street inlet
Tanpa Pasangan :
a. Saluran tanah
b. Saluran tanah berlapis rumput
c. Saluran tanah berlapis tanah kedap air
2. Bangunan pelengkap saluran drainase
Bangunan pelengkap saluran drianase diperlukan untuk
melengkapu suatu sistem saluran untuk fungsi tertentu. Pada dasarnya
bangunan pelengkapdrainase haruslah kuat, fungsional, tidak
menyebabkan ketidaknyamanan berkendaraan, dan tidak merusak
keindahan kota. Adapun bangunan pelengkap sisitem drainase antara
lain :
a. Catch Basin / Watershed
Bangunan dimana air masuk ke dalam saluran tertutup. Air
mengalir bebas diatas permukaan tanah menuju catch basin. Untuk
mempermudah air masuk, lokasi catch basin. Diteteapkan pada
tempat yang rendah. Permukaan juga dibuat lebih rendah di tanah
sekelilingnya. Catch Basin dibuat pada setiap persimpangan jala,
pada tempat rendah dan tempat parkir.
b. Inlet.
Apabila terdapat saluran terbuka dimana pembuangannya akan
dimasukkan ke dalam saluran tertutup yang lebih besar, maka
dibuat konstruksi khusus inlet. Inlet harus diberi saringan agar
sampah tidak masuk ke saluran tertutup.
c. Manhole
Untuk keperluan pemeliharaan sistem saluran drainase tertutup di
setiap pertemuan, perubahan dimensi, perubahan bentuk selokan
dan setiap jaraj 10-25 m diberi manhole. Lubang manhole dibuat
sekecil mungkin supaya ekonomis asal dimasuki orang dewasa.
Biasanya diameter lubang adalah 60 cm dengan tutup dari besi
lubang.
27

d. Head wall
Merupakan konstruksi khusus pada outlet saluran tertutup dan
ujung gorong – gorong yang dimaksudkan untuk melindungi dari
longsor dan erosi
e. Gorong – gorong
Gorong – gorong didesain untuk mengalirkan air untuk menembus
jalan raya, jalan kereta api, atau lain – lain. Bentuk penampang
berupa lingkaran, segi empat dan sebagainya tergantung debit,
ruang bebas dari atasnya, perhitungan ekonomidan peraturan
setempat.
f. Bangunan terjun
Bangunan inii digunakan untuk menerjunkan aliran. Hal ini
diperlukan jika kemiringan medan tanah sangat curam dan
dikhawatirkan bangunan salurantidak stabil. Bangunan ini juga
dilengkapi dengan ruang olakan untuk meredam energi.
g. Siphon
Biasanya dipakai untuk melintasi sungai. Siphon hanya digunakan
jika benar- benar diperlukandan tidak ada alternatif lain untuk
membuat persilangan dengan bangunan atau sungai lain. Selain
harganya yang mahal secara hidrolis juga kurang menguntungkan
dan mudah tersumbat. Sebaiknya dalam merencanakan drainase
dihindarkan perencanaan dengan menggunakan siphon. Saluran
dengan debit yang lebih besar dapat dibuat shipon dan saluran
drainase yang dibuat dengan saluran terbuka dipakai gorong –
gorong.

E. SISTEM PLUMBING
Menurut Morimura (1993) Sistem plumbing merupakan bagian yang
tidak dapat dipisahkan dalam pembangunan gedung. Oleh karena itu
perencanaan dan peraancangan sistem plumbing harus dilakukan
bersamaan dan seuai dengan tahapan – tahapan perencanaan dan
perancanangan gedung itu sendiri. Prosedur perancangan plumbing
meliputi :
a. Rancangan konsep, dalam menyiapkan rancangan konsep hal –
hal yang perlu diketahui meliputi :
1. Jenis dan penggunan gedung
28
2. Denah bangunan
3. Jumlah penghuni
b. Penelitian lapangan
Penelitian lapangan yang kurang memadai akan menimbulkann
kesulitan pada tahap awal perancanngan dan menyebabkan
terhambatnya pelaksanaan pemasangan instalasi. Penelitian
lapangan tidak hanya berupa kunjungan lokasi dan melihat
situasi setempat tetapi mencakup perundingan dengan instansi
Pemerintah yang berwenang, menjajagi instansi pengairan dan
perikanan setempat, serta penelitian yang menyangkut hak
penggunaan air dan pembuangan air
Berikut merupakan sistem perancangan plumbing yang meliputi :
1. Perancangan Sistem Penyediaan Air Panas
Sistem penyediaan air panas adalah instalasi yang menyediakan
air panas dengan menggunakan sumber air bersih, dipanaskan
dengan berbagai cara, baik langsung dari alat pemanas ataupun
sistem perpipaan.
2. Perancangan Sistem Penyediaan Air Dingin
Sistem penyediaan air bersih meliputi beberapa peralatan seperti
tangki air bawah tanah, tangki air atas atap, pompa, perpipaan dan
sebagainya. Dalam peralatan ini air minum harus dapat dialirkan ke
tempat yang dituju tanpa mengalami pencemaran.

Alat plumbing digunakan untuk semua peralatan yang dipasang didalam


mauoun diluar gedung untuk menyediakan air panas atau air dingin dan
untuk menerima (mengeluarkan) air buangan. Bahan yang digunakan alat
plambing harus memenuhi syarat – syarat berikut :
1. Tidak menyerap air
2. Mudah dibersihkan
3. Tidak berkarat dan tidak mudah aus
4. Relatif mudah buat
5. Mudah dipasang

Berikut merupakan beberapa jenis peralatan plumbing :


a. Kloset
Kloset dapat dibagi dalam beberapa golongan menurut konstruksi nya :
29
 Tipe wash out
Pada tipe wash out limbah tinja tidak langsung jatuh ke dalam air
sekat melainkan pada suatu permukaan penampung yang agak
luas dan berair sehingga pada waktu penggelontoran tidak bisa
bersih seutuhnya sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap.
 Tipe wash down
Memiliki konstruksi yang sama seperti tipe wash down akan
tetapi limbah tinja langsung jatuh ke dalam air sekat sehingga
tidak menimbulkan bau seperti pada tipe wash out.
 Tipe siphon
Tipe siphon memiliki sifat mennunda aliran air dan menimbulkan
efek siphon. Jumlah air yang ditahan didalam suatu ruang lebih
banyak dan mempunyai muka air yang lebih tinggi dibanding tipe
wash down sehingga efek bau yang ditimbulkan lebih berkurang.
 Tipe siphon jet
Tipe ini dibuat untuk menimbulkan efek siphon yang lebih kuat
dengan memancarkan air dalam sekat melalui suatu lubang kecil
searah aliran air buangan dan menghasilkan air penggelontor
lebih banyak
 Tipe blow out
Tipe ini dirancang untuk menggelontorkan dengan cepat limbah
tinja dalam kloset dengan tekanan mencapai 1 kg/cm 2 dan
menimbulkan suara berisik.
b. Peturasan
Pada tempat umum sering dilakukan pemasangan peturasan yang
dibuat dari porselen, plastik atu baja tahan karat dan harus memenuhi
syarat – syarat berikut :
1. Memiliki kedalaman 15 cm atau lebih
2. Pipa pembuangan ukuran 40 mm atau lebih dan dilengkapi dengan
saringan
3. Pipa penggelontor harus diberi lubang – lubang untuk menyiram
bidang belakang talang dengan lapisan air
4. Laju aliran air penggelontor dapat ditentukan dengan menganggap
setiap 45 cm panjang talang ekivalen dengan satu peturasan biasa.
30

1.2.2. Latihan

Cari artikel di google /media massa/ tugas akhir/ kerja praktek


tentang pilih salah satu :

 Aplikasi pengelolaan sumber daya air

 Aplikasi sistem drainase suatu daerah beserta contoh


perhitungannya

 Aplikasi sistem plumbing suatu gedung beserta contoh


perhitungannya

 Penggunaan data base komputer pada pembuatan sim

 Artikel di print out.

1.3.1. Test Formatif :


1. Jelaskan mengenai siklus hidrologi secara umum!
2. Sebutkan dan jelaskan bagian bangunan dari sistem darinase !
3. Jelaskan sistem perancangan plumbing ?
4. Jelaskan penggunaan alat – alat plumbing dalam sistem plumbing !

1.3.2. Umpan balik


Mahasiswa dapat menjawab pertanyaan dari test formatif di atas maka
dikatakan menguasai materi. Apabila kurang dari 80% penguasaan materi
maka mahasiswa diharapkan mempelajari kembali dengan mengacu pada
buku rujukan dalam penulisan buku ajar ini.

1.3.3. Tindak lanjut


Apabila mahasiswa sudah dapat menjawab pertanyaan secara benar
dengan penguasaan 80% sampai dengan 100% maka dapat melanjutkan
pada materi selanjutnya.
31
DAFTAR PUSTAKA

Echols, John M. dan Hassan Shadily. 1975. Kamus Inggris Indonesia :


An English Indonesian Dictionary. Jakarta: PT Gramedia
Hardjosuprapto, Moh. Masduki. 1998. Drainase Perkotaan.
Kodoatie and Sjarief. 2005. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu.
Yogyakarta : Penerbit Andi
Morimura dan Noerbambang.1993. Perancangan dan Pemeliharaan
Sistem Plumbing. Jakarta : PT. Pradnya Paramita
Peraturan menteri kesehatan republik Indonesia Nomor
492/Menkes/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air
Minum

Gaur, R.C. 2008. Basic Environmental Engineering. New Age International


Publisher : India
32
E. POKOK BAHASAN IV

KONSEP DAN PRINSIP PENGOLAHAN


SAMPAH
33

IV. 1 POKOK BAHASAN 1.

1.1. PENDAHULUAN
Sampah menjadi suatu permasalahan umum suatu perkotaan
Meningkatnya jumlah mahasiswa dan keragaman aktivitas di
perkotaan mengakibatkan munculnya persoalan dalam upaya
pelayanan, penampungan, dan pengelolaan sampah. Sehingga
diperlukan upaya pengelolaan sampah untuk mengurangi timbulan
sampah yang dihasilkan.

1.1.1. Deskrip si singkat

Konsep dan prinsip pengelolaan sampah merupakan bagian


penting sebagai ilmu dasar Pengantar Ilmu Rekayasa Lingkungan.
Karena sistem persampahan erat kaitannya dengan aplikasi
rekayasa lingkungan yang sangat dibutuhkan dan sapat
dimanfaatkan dimasyarakat. Konsep dan prinsip pengelolan
sampah meliputi definisi sampah, seumber dan jenis sampah,
karakteristik sampah dan pengelolaan sampah.

1.1.2. Relevansi
Setelah mempelajari konsep dan prinsip pengelolaan sampah maka
mahasiswa dapat memahami sistem persampahan yang dapat
dipergunakan salam aplikasi rekayasa lingkungan yang berkaitan
dengan limbah padat seperti sampah. Oleh karena itu pembahasan bab
ini akan berguna bagi bekal mahasiswa dalam mengatasi masalah
persampahan.
34

1.1.3.1. Standart kompetensi


Setelah mempelajari konsep dan prinsip pengelolaan mahasiswa
diharapkan mampu menjelaskan, menganalisis pemanfaatan sampah
pada peningkatan efisiensi pengolahan limbah

1.1.3.2. Kompetensi dasar


Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat menjelaskan
aplikasi dalam efisiensi pemanfaatan limbah padat

1.2. PENYAJIAN
1.2.1. URAIAN :

A. DEFINISI SAMPAH
Menurut World Health Organization (WHO) sampah adalah sesuatu yang
tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang
yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya
(Chandra, 2006). Undang-Undang Pengelolaan Sampah Nomor 18 tahun
2008 pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa sampah adalah sisa kegiatan
sehari-hari manusia dan/atau dari proses alam yang berbentuk padat.
Sampah adalah sisa kegiatan sehari hari manusia atau proses alam yang
berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik atau anorganik, bersifat
dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna
lagi dan dibuang ke lingkungan

B. JENIS SAMPAH
Menurut Mulyani (2014) Berdasarkan asalnya, sampah dapat dibagi
menjadi :
1. Sampah organik (sampah basah)
Sampah organik merupakan sampah yang berasal dari bahan
penyusun tumbuhan dan hewan baik berasal dari alam atau
dihasilkan dari kegiatan manusia. Sampah ini dengan mudah dapat
diuraikan oleh mikroorganisme karena memiliki rantai karbon yang
relatif pendek. Contoh sampah organik meliputi sampah kebun,
saampah dapur (sisa makanan) dan kotoran ternak
2. Sampah anorganik (sampah kering)
Sampah anorganik merupakan sampah yang berasal dari sumber
daya alam tak terbarui. Sampah jenis ini bersifat sulit atau bahkan
35
tidak terurai secara alami. Sampah anorganik dapat dibedakan
menjadi :
a. Sampah logam dan produk olahannya
b. Sampah plastik
c. Sampah kertas
d. Sampah kaca dan keramik

C. SUMBER SAMPAH
Sampah dapat dihasilkan dari berbagaisumber yang memiliki aktivitas
berbeda – beda (Mulyani, 2014). Sumber – sumber tersebut antara lain :

a. Pemukiman
Sampah pemukiman pada dasarnya merupakan sisa hasil
kegiatan rumah tangga. Jenis- jenis sampah penyusunnya
antara lain berupa sisa makanan, bekas pembungkus (kertas,
plastik, daun, kain, kayu, kaca, logam dn sampah kebun).
Sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga dapat
mengandung B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Sampah
dapat dikategorikan B3 jika merupakan bahan dan atau bekas
kemasan suatu jenis bahan berbahaya dan beracun karena sifat
kandungannya tersebut baik secara langsung maupun tidak
langsung dapat merusak atau mencemarkan lingkungan hidup
dan membahayakan kesehatan manusia. Jenis – jenisnya
meliputi antara lain batu baterai bekas, kemsan bahan kimia
(cat, pembersih, kosmetik, pelumas kendaraan, dll), accu bekas
dan cartridge

b. Daerah komersial dan institusi


Daerah komersial seperti rumah makan, pertokoan, pasar,
perkantoran, hotel serta institusi (sekolah, rumah sakit, penjara,
pusat pemerintahan, dll) menghasilkan jenis sampah berupa
plastik, kertas, kayu, kaca, logam, sisa makanan dan B3.

c. Konstruksi dan pembongkaran bangunan


Sisa material yang timbul dari kegiatan konstruksi dan
pembongkaran bangunan dapat dikategorikan menjadi dua
bagian yaitu :
a. Sampah pembongkaran bangunan adalah sisa material
yang timbul dari hasil pembongkaran atau penghancuran
36
bangunan lama.
b. Sampah sisa konstruksi adalah sisa material konstruksi
yang berasal dari pembangunan atau renovasi bangunan
milik pribadi, komersil dan struktur lainnya. Sisa material
tersebut berupa sampah yang terdiri dari beton, batu
bata, plesteran, kayu, pipa, dan komponen listrik.

d. Fasilitas Umum
Sumber sampah dari kelompok ini dapat berupa jalan kota,
taman, tempat parkir, tempat rekreasi, saluran drainase kota,
dll. Daerah ini umumnya menghasilkan sampah berupa
daun/dahan pohon, pasir/lumpur, sampah umum seperti plastik,
kertas, dan lain – lain

e. Kawasan Industri
Sampah yang ditimbulkan oleh kawasan industi berasal dari
dari sisa proses produksi dan buangan non industri. Kegiatan
umum dalam lingkungan industri tetap menghasilkan sampah
sejenis sampah domestik seperti sisa makanan, kertas, plastik
dan lain-lain. Hal yang perlu mendapat perhatian adalah
bagaimana agar sampah yang tidak sejenis sampah kota
tersebut tidak masuk dalam sistem pengelolaan sampah kota.

f. Pertanian/perkebunan
Sampah dari sumber ini terutama dihasilkan oleh aktivitas
penanaman, pemupukan, pemanenan. Sampah yang dihasilkan
dapat berupa jerami, sisa sayuran, ranting kayu, dll.

g. Peternakan
Sampah yang berasal dari sumber ini dapat terdiri dari kotoran
ternak, sisa makanan dan bangkai binatang

D. KARAKTERISTIK SAMPAH
Karakteristik sampah erat kaitannya dengan komposisi fisiknya.
Komposisi sampah dinyatakan sebagai % berat (biasanya berat basah ) atau
% volume (basah) Komposisi dan sifat sampah menggambarkan aktivitas
manusia (Damanhuri,2015). Pengelompokan komposisi sampah menjadi 9
jenis menurut SNI-19-3964-1995 yaitu sampah makanan, kayu dan sampah
taman, kertas dan karton, tekstil dan produk tekstil, karet dan kulit, plastik,
logam, gelas dan lain – lain.
37
Menurut (Damanhuri,2015) Bila dikaitkan dengan penanganan dan
pengolahannya, pengelompokan berdasarkan komposisi dapat dibagai
menjadi :
a. Sampah mudah membusuk (putrescible) dan sampah tidak mudah
membusuk
b. Sampah organik dan anorganik
c. Sampah mudah terurai secara biologis (biodegradable) dan tidak
mudahterurai
d. Sampah mudah terbakar (combustible) dan tidak mudah terbakar
e. Sampah bisa didaur ulang (recyclable) dan tidak dapat didaur ulang
f. Sampah berbahaya (hazardous) dan tidak berbahaya.
Sampah dengan komposisi bahan organik yang tinggi akan mengandung
kadar air besar, nilai kalor rendah, kadar abu rendah, dan berat jenis tinggi.

Komponen Sampah Degradabilitas (%)


Selulosa dari kertas bungkus 50
Hemiselulosa 70
Karbohidrat 70
Lignin 0
Plastik 0
Sumber: Sudrajat dkk.,2002

E. PRINSIP PENGOLAHAN SAMPAH


Menurut Damanhuri (2015) Upaya penanganan dan pengolahan sampah dapat
dikelompokan berdasarkan komposisinya yang dijabarkan dalam tabel berikut :
No. Komposisi Penanganan dan pengolahan
1 Sampah sisa makanan Putrescible,biodegradable,combustible
dan organik
Kayu,daun,sampah
2 taman Biodegradable,combustible dan organik
3 Kertas dan karton Biodegradable,combustible,recyclable
Tekstil dan produk
4 tekstil Biodegradable,combustible,recyclable
5 Karet dan kulit Biodegradable,combustible,recyclable
6 Plastik, Combustible dan recyclable
7 Logam Recyclable
8 Gelas Recyclable
9 Sampah berbahaya Harus ditangani
10 lain – lain. Hanya lahan pengurukan

Sementara kegiatan penanganan sampah menurut


(Mulyani,2014) meliputi :
1. Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan
sampah sesuai dengan jenis, jumlah dan atau sifat
38
sampah
2. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan
pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat
penampungan sementara atau tempat pengolahan
sampah terpadu (TPST)
3. Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari
sumber dan atau dari tempat penampungan sampah
sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu
menuju ke tempat Pemrosesan akhir
4. Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik,
komposisi dan jumlah sampah
5. Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengambilan
sampah dan atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke
media lingkungan secara aman
Pengolahan sampah pada dasarnya dibagi menjadi 2 jenis
yaitu pengolahan sampah Anorganik dan pengolahan sampah
organik.
a. Pengolahan Sampah Anorganik
Pengolahan sampah anorganik perlu dilakukan khususnya
guna penghematan sumber daya alam yang digunakan.
Beberapa cara yang digunakan diantaranya dijual langsung,
mengurangi produksi sampah, menggunakan kembali,
mendaur ulang dan dengan proses insenerasi
b. Pengolahan Sampah Organik
Pengolahan Sampah Organik secara garis besar
dikelompokan menjadi makanan ternak, pemanfaatan briket,
pemanfaatan biogas, dan pengomposan

1.3.1. Test Formatif


1. Jelaskan macam – macam sumber sampah !
2. Sebut dan jelaskan apa yang dimaksud dengan sampah yang
compustible!
3. Mengapa sampah perlu dilakukan pengolahan!?
4. Jelaskan salah satu studi kasus pengolahan sampah di salah satu
lingkunganmu !

1.3.2. Umpan balik


39
Mahasiswa dikatakan berhasil mempelajari sub pokok bahasan ini apabila
dapat menjawab pertanyaan dari test formatif di atas. Apabila kurang dari
80% maka mahasiswa diharapkan mempelajari kembali dengan mengacu
pada buku rujukan dalam penulisan buku ajar ini.

1.3.3. Tindak lanjut


Apabila mahasiswa sudah dapat menjawab pertanyaan secara benar
dengan penguasaan 80% sampai dengan 100% maka dapat
melanjutkan pada materi selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Chandra, Budiman. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. EGC.
Jakarta
Damanhuri,Enri.2015.Pengelolaan Sampah Terpadu. Penerbit ITB :
Bandung
Mulyani, H. 2014. Buku Ajar Kajian Teori dan Aplikasi Optimasi
Perancangan Model Pengomposan. Jakarta: CV. Trans Info Media
Sudrajat. 2002 . Mengelola Sampah Kota Solusi Mengatasi Masalah
Sampah Kota. Penebar Swadaya : Depok.
Undang-Undang Pengelolaan Sampah Nomor 18 Tahun 2008
40
F. POKOK BAHASAN V

PENGERTIAN KONSEP SISTEM PENGELOLAAN LIMBAH


B3
41

V. SUB POKOK BAHASAN : PENGERTIAN KONSEP


SISTEM PENGELOLAAN LIMBAH B3

1.1PENDAHULUAN

Limbah merupakan salah satu permasalahan yang cukup serius


untuk dijadikan perhatian bagi masyarakat dan pemerintah Indonesia,
terutama akibat perkembangan industri yang merupakan tulang
punggung peningkatan perekonomian Indonesia. Peraturan- peraturan
tentang masalah ini telah banyak dikeluarkan oleh Pemerintah, tetapi di
lapangan banyak mengalami hambatan. Penanganan limbah merupakan
suatu keharusan guna terjaganya kesehatan manusia serta lingkungan
pada umumnya. Namun pengadaan dan pengoperasian sarana
pengolah limbah ternyata masih dianggap memberatkan bagi sebagian
industri.

Keaneka ragaman jenis limbah akan tergantung pada aktivitas


industri serta penghasil limbah lainnya. Mulai dari penggunaan bahan
baku, pemilihan proses produksi, pemilihan jenis mesin dan sebagainya,
akan mempengaruhi karakter limbah yang tidak terlepas dari proses
industri itu sendiri. Sebagian dari limbah industri tersebut berkategori
hazardous waste. Tetapi jenis limbah ini berasal pula dari kegiatan lain,
seperti dari aktivitas pertanian (misalnya penggunaan pestisida),
kegiatan energi (seperti limbah radioaktif PLTN), kegiatan kesehatan
(seperti limbah infectious dari rumah sakit) atau dari kegiatan rumah
tangga (misalnya penggunaan batere merkuri). Namun sebagian besar
jenis limbah yang dihasikan, biasanya berasal dari kegiatan industri.
Limbah berkategori non-hazardous tidak perlu ditangani seketat limbah
hazardous, walaupun limbah tersebut berasal dari industri. Sesuai
dengan PP 18/99 juncto 85/99, padanan kata untuk Hazardous Waste
yang digunakan di Indonesia adalah Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun dan disingkat menjadi Limbah B3.

1.2Deskripsi Singkat

Dengan maksud untuk menjelaskan pengertian Konsep Pengelolaan


Limbah B3, karena limbah merupakan salah satu permasalahan
yang cukup serius untuk dijadikan perhatian bagi masyarakat dan
pemerintah Indonesia, terutama akibat perkembangan industri yang
42
merupakan tulang punggung peningkatan perekonomian Indonesia
sehingga mahasiswa memahaminya secara komprehensif dan
mampu mengelola limbah B3 pada kondisi lapangan.

1.3Relevansi

Diharapkan setelah mahasiswa memahami konsep dan prinsip


penanganan dan pengelolaan limbah B3 maka mahasiswa akan
dengan mudah mengaplikasikan di lingkungan sekitar.
1.1.3.1. Standar Kompetensi
Mahasiswa akan mampu mengelola limbah B3 sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
1.1.3.2. Kompetensi Dasar
Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dan prinsip
penanganan dan pengelolaan limbah B3.
1.2 PENYAJIAN
1.2.1 URAIAN
Sebelum menjelaskan pengertian konsep pengelolaan limbah,
akan di jelaskan peraturan-peraturan yang diacu pada proses
pengelolaan limbah B3.
A. Pengertian Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Pengertian limbah berbahaya menurut Riyanto (2013) adalah
substansi/zat berbahaya yang telah dipisahkan/dibuang, tak diacuhkan,
dilepaskan, atau direncanakan sebagai matrial limbah, atau sesuatu yang bisa
jadi berhubungan dengan zat lain menjadi berbahaya. Sedangkan menurut PP
No. 18 tahun 1999 pengertian limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau
kegiatan, sedang limbah bahan berbahaya dan beracun disingkat menjadi
limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung
bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena siafat dan/atau
konsentrasinya dan/atau jumlahnya. baik secara langsung, maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakan lingkungan hidup,
dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan
hidup manusia serta makhluk hidup lain.
B. Peraturan Limbah B3
Pada dasarnya pengelolaan bahan berbahaya dan beracun (B3) di
Indonesia mengacu pada prinsip-prinsip dan pedoman pembangunan
berkelanjutan yang telah dituangkan dalam Undang-Undang No. 32 tahun
2009 sebagai pengganti UU-23/1997 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
43
Lingkungan Hidup. Pasal 1 (21) UU-32/2009 mendefinisikan bahan berbahaya
dan beracun (disingkat B3) adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang
karena sifat, konsentrasi dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun
tidak langsung dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup,
dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan serta kelangsungan
hidup manusia dan mahluk hidup lain.
Selanjutnya UU-32/2009 menggariskan dalam Ps 58 (1) bahwa setiap
orang yang memasukkan ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia, menghasilkan, mengangkut, mengedarkan, menyimpan,
memanfaatkan, membuang, mengolah, dan/atau menimbun B3 wajib
melakukan pengelolaan B3. Secara spesifik pengelolaan B3 ini telah diatur
dalam Peraturan Pemerintah (PP) No 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan
Bahan Berbahaya dan Beracun, yang akan diuraikan lebih lanjut dalam Bagian
ini.
Beberapa peraturan yang secara langsung akan mempengaruhi kualitas
dan kuantitas limbah B3 yang dihasilkan adalah peraturan-peraturan yang
mengatur masalah bahan berbahaya, yaitu :
- Peraturan Pemerintah No.7/1973 tentang pengawasan atas peredaran,
penyimpanan dan penggunaan pestisida
- Peraturan Menteri Kesehatan No.453/Menkes/Per/XI/1983 tentang bahan
berbahaya
- Keputusan Menteri Perindustrian RI No.148/M/SK/4/1985 tentang
pengamanan bahan beracun dan berbahaya di lingkungan industri
- Keputusan Menteri Pertanian No.724/Kpts/TP.270/9/1984 tentang
larangan penggunaan pestisida EDB
- Keputusan Menteri Pertanian No.536/Kpts/TP.270/7/1985 tentang
pengawasan pestisida
Limbah radioaktif di Indonesia dikelola oleh Badan Tenaga Atom
Nasional (BATAN) yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah No.33 Tahun
1985 tentang Dewan Tenaga Atom dan Badan Tenaga Atom Nasional dan
Keputusan Presiden No. 82 Tahun 1985 tentang Badan Tenaga Atom Nasional.

C. Pengelolaan B3 dalam PP 74/2001


Menurut PP 74/2001: ‘bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya
disingkat dengan B3 adalah bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya
dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan dan atau
44
merusak lingkungan hidup, dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya’ (pasal 1
angka
1). Sedangkan sasaran pengelolaan B3 adalah 'untuk mencegah dan atau
mengurangi
resiko dampak B3 terhadap lingkungan hidup, kesehatan manusia dan mahluk
hidup
lainnya’ (pasal 2).
Pengertian pengelolaan B3 adalah 'kegiatan yang menghasilkan,
mengangkut,mengedarkan, menyimpan, menggunakan dan atau membuang
B3’ (pasal 1 angka 2). Dalam kegiatan tersebut, terkait berbagai fihak yang
merupakan mata rantai dalam pengelolaan B3. Setiap mata rantai tersebut
memerlukan pengawasan dan pengaturan. Oleh karenanya, pasal-pasal
berikutnya mengatur masalah kewajiban dan perizinan bagi mereka yang akan
memproduksi (menghasilkan), mengimpor, mengeksport, mendistribusikan,
menyimpan, menggunakan dan membuang bahan tersebut bilamana tidak
dapat digunakan kembali. Disamping aspek yang terkait dengan pencegahan
terjadinya pencemaran lingkungan dan atau kerusakan lingkungan yang
menjadi kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap fihak yang terkait, maka
aspek keselamatan dan kesehatan kerja serta penanggulangan kecelakaan dan
keadaan darurat diatur dalam PP tersebut.
Tidak semua pengelolaan bahan yang berbahaya diatur oleh PP
tersebut, antara lain karena telah diatur dalam PP lain, atau telah diatur oleh
instansi lain berdasarkan konvesi internasional seperti bahan radioaktif. Bahan
berbahaya yang tidak termasuk yang diatur adalah (pasal 3) :
- Bahan radioaktif
- Bahan peledak
- Hasil produksi tambang serta minyak gas dan gas bumi dan hasil olahannya
- Makanan dan minuman serta bahan tambahan makanan lainnya
- Perbekalan kesehatan rumah tangga dan kosmetika
- Bahan sediaan farmasi, narkotika, psikotropika dan prekursor lainnya
- Bahan aditif lainnya
- Senjata kimia dan senjata biologi
45

D. Pelabelan, Penyimpanan dan Pengangkutan


 Dokumen
Bahan-bahan berbahaya tersebut bila akan diangkut ke tempat lain,
harus dilengkapi dengan dokumen resmi, yang merupakan legalitas
kegiatan pengelolaan sehingga dokumen ini akan merupakan sarana/alat
pengawasan dalam konsep cradle-to-grave. Dokumen ini dikenal pula
sebagai shipping papers, dengan format yang telah dibakukan dengan
Keputusan Kepala Bapedal No.02/Bapedal/09/1995, yang antara lain
terdiri dari:

Bagian yang harus diisi oleh penghasil atau pengumpul limbah B3,
antara lain berisi :
a) Nama dan alamat penghasil atau pengumpul limbah B3 yang
menyerahkan limbah B3
b) Nomor identifikasi (identification number) UN/NA
c) Kelompok kemasan (packing group),
d) Kuantitas (berat, volume dan sebagainya)
e) Kelas 'bahaya' dari bahan itu (hazard class),
f) Tanggal penyerahan limbah
g) Tanda tangan pejabat penghasil atau pengumpul, dilengkapi tanggal,
untuk menyatakan bahwa limbahnya telah sesuai dengan keterangan
yang ditulis serta telah dikemas sesuai peraturan yang berlaku.

Bila pengisi dokumen adalah pengumpul yang berbeda dengan


penghasil, maka dokumen tersebut dilengkapi dengan salinan
penyerahan limbah tersebut dari penghasil limbah.
Bagian yang harus diisi oleh pengangkut limbah B3, antara lain
berisi :
a) Nama dan alamat pengangkut limbah B3
b) Tanggal pengangkutan limbah
c) Tanda tangan pejabat pengangkut limbah

Bagian yang harus diisi oleh pengolah atau pengumpul atau


pemanfaat limbah B3, antara lain berisi :
a) Nama dan alamat pengolah atau pengumpul atau pemanfaat limbah
B3
46
b) Tanda tangan pejabat pengolah, pengumpul atau pemanfaaat,
dilengkapi tanggal, untuk menyatakan bahwa limbah yang diterima
sesuai dengan keterangan dari penghasil dan akan diproses sesuai
peraturan yang berlaku

Apabila limbah yang diterima ternyata tidak sesuai dan tidak


memenuhi syarat, maka limbah tersebut dikembalikan lagi kepada
penghasil, disertai keterangan:
a) Jenis limbah dan jumlahnya
b) Alasan penolakan
c) Tanda tangan pejabat pengolah atau pemanfaat dan tanggal
pengembalian

Surat-surat dokumentasi pengangkutan tersebut ditempatkan di


kendaraan angkut sedemikian rupa sehingga cepat didapat dan tidak tercampur
dengan surat-surat lain. Penghasil limbah B3 akan menerima kembali dokumen
limbah B3 tersebut dari pengumpul atau pengolah selambatlambatnya 120 hari
sejak limbah tersebut diangkut untuk dibawa ke pengumpul atau pengolah atau
pemanfaat.
Nomor identifikasi mempunyai kode UN (United Nation) atau NA (North
America) diikuti oleh 4 digit angka, yang secara cepat akan dapat memberikan
informasi bila terjadi kecelakaan. Diharapkan Tim yang bertanggungjawab
dalam menangani kecelakaan, secara cepat dapat mengidentifikasi sifat bahan
berbahaya itu serta cara penanggulangannya.

 Simbol dan Label


Label Versi US-DOT:
Guna keamanan dan memudahkan pengenalan secara cepat bahan
berbahaya tersebut, maka United States - Department of Transportation (US-
DOT) digunakan tanda-tanda dalam bentuk simbul dan label. Simbol berbentuk
bujur sangkar diputar 45 derajat sehingga membentuk belah ketupat. Pada
keempat sisi belah ketupat tersebut dibuat garis sejajar yang menyambung
sehingga membentuk bidang belah ketupat dalam ukuran 95 persen dari ukuran
belah ketupat bahan. Warna garis yang membentuk belah ketupat dalam sama
dengan warna simbol pada bagian bawah simbol terdapat blok segilima dengan
bagian atas mendatar dari sudut terlancip terhimpit dengan garis sudut bawah
belah ketupat bagian dalam. Simbol yang dipasang pada kemasan minimal
berukuran 10 cm x 10 cm, sedangkan simbol pada kendaraan pengangkut
47
tempat penyimpanan minimal 25 cm x 25 cm. Sedang label merupakan
penandaan pelengkap
yang berfungsi memberikan informasi dasar mengenai kondisi kualitatif dan
kuantitatif dari suatu bahan yang dikemas.
Simbol atau label tersebut pada dasarnya dibagi berdasarkan kelas ‘bahaya’
dari limbah yangakan diangkut. Terdapat 9 klasifikasi bahan berbahaya menurut
versi USDOT yaitu:
a) Kelas-1: bahan yang mudah meledak (explosive), terbagi lagi menjadi 5
divisi dengan nomor 1.1 sampai 1.5 sesuai dengan jenis akibat yang
dapat ditimbulkan oleh eksplosif tersebut. Definisi eksplosif menurut
USDOT adalah setiap senyawa kimia, campuran atau peralatan, yang
penggunaannya adalah dengan memfungsikan ledakannya.
b) Kelas-2: gas, terbagi menjadi 3 divisi dengan nomor 2.1 sampai 2.3
sesuai dengan sifat-sifatnya, yaitu:
 Divisi 2.1: flammable gas (gas mudah terbakar) yaitu bahan berupa
gas yang pada
 temperatur -20 °C dan tekanan 1 atmosfir akan terbakar bila
bercampur dengan udara
 sekitar 13 % volume atau kurang.
 Divisi 2.2: nonflammable compressed gas yaitu setiap bahan atau
campuran yang dikemas pada tabung gas dengan tekanan dan
tidak termasuk ke dalam divisi 2.1 dan 2.
 Divisi 2.3: poisonous gas (gas beracun) yaitu bahan berupa gas
yang pada temperatur -
 20 °C dengan tekanan 1 atmosfir akan merupakan bahan toksik
pada manusia, atau dianggap toksik pada manusia dengan adanya
pengujian pada binatang di laboratorium
 dengan harga LC50< 5000 ppm.
c) Kelas-3: cairan mudah terbakar (flammable). Kriteria cairan yang mudah
terbakar adalah setiap cairan dengan titik nyala (flash point) tidak lebih
dari 60,5 °C.
d) Kelas-4: padatan mudah terbakar atau berbahaya bila lembab, terbagi
menjadi 3 divisi dengan nomor 4.1 sampai 4.3 sesuai dengan sifat-
sifatnya, yaitu :
 Divisi 4.1: flammable solid yaitu bahan padat, bukan peledak, yang
bila pada kondisi normal terjadi kecelakaan akan menyebabkan
48
terbentuknya api akibat gesekan dan sebagainya, atau bila dibakar
akan menyala segera dan cepat.
 Divisi 4.2: spontaneously combustible materials yaitu bahan yang
bila pada kondisi normal terjadi kecelakaan secara spontan akan
menjadi panas akibat berkontak dengan udara misalnya bahan
yang termasuk pyrophoric.
 Divisi 4.3: dangerous when wet materials yaitu bahan yang secara
spontan menyala atau memberikan gas bila berkontak dengan air.
e) Kelas-5: pengoksidasi dan peroksida organik, terbagi menjadi 2 divisi.
Oksidator adalah bahan kimia seperti khlorat, permanganat, peroksida
organik, nitrat dan sebagainya yang dapat mengoksidasi materi organik,
sedang peroksida organik adalah senyawa yang mengandung struktur -
O-O-.
f) Kelas-6: bahan racun dan menular, terbagi menjadi 2 divisi. Kelompok
berikutnya adalah bahan beracun (di luar gas) yang diketahui toksik pada
manusia, dan bahan menular baik berupa mikroorganisme atau toxin
yang dapat mendatangkan penyakit pada manusia.
g) Kelas-7: bahan radioaktif. Bahan radioaktif (termasuk kelas-7) menurut
versi USDOT adalah setiap materi atau kombinasi materi yang secara
spontan mengionisasi radiasi dengan aktivitas spesifik lebih besar dari
0,002 microcurie per-gram. Plakat yang digunakan berlabelkan
Radioactive white-I, Radioactive yellow-II dan Radioactive yellow-III.
Radioactive white-I dengan bahaya minimum, dengan plakat warna putih
dan simbol hitam. Radioactive Yellow-III adalah dengan bahaya
maksimum. Plakat Radioactive yellow-II dan Radioactive yellow-III
berwarna kuning di atas, dan putih di bawah dengan simbol hitam,
sedang tulisan I, II atau III dengan warna merah.
h) Kelas-8: bahan korosif. Bahan korosif (kelas-8), baik cair atau padat,
menurut versi USDOT didefinisikan sebagai bahan yang dapat
menyebabkan kerusakan visibel ke materi yang kontak dengannya.
i) Kelas-9: lain-lain. Kelompok lain-lain (kelas-9) adalah bahan yang yang
dapat menyebabkan bahaya, tetapi belum termasuk dalam katagori kelas
sebelumnya, seperti obat bius dan sebagainya.
Disamping itu, terdapat bahan yang tidak termasuk dalam kelas tersebut
(tertulis 'none'), yaitu:
 Bahan-bahan terlarang
 Bahan-bahan eksplosif terlarang
49
 Bahan-bahan dengan aturan lain, dengan kode ORM (other regulated
materials) ORM-D: komuditas konsumer seperti hair spray
 ORM-E: lain-lain yang diatur oleh USDOT

Label Versi NFPA:


Disamping US-DOT, maka di Amerika Serikat the National Fire
Protection Association (NFPA) mengembangkan pula label berwarna dengan
kode, untuk mengindikasikan bahaya bahan kimia terhadap kesehatan,
flammabilitas, dan reaktivitas. Label dibutuhkan dipasang pada seluruh bahan
kimia yang ada di sebuah laboratorium, bila belum mencantumkan label yang
sesuai, maka label NFPA ini merupakan label yang perlu dipasang. Bentuk
belah ketupat yang dibagi empat, dengan warna masing-masing kotak berbeda.
Untuk menujukkan derajad bahaya maka digunakan angka:
 Setiap kotak diberi warna: biru (bahaya terhadap kesehatan), merah
(fbahaya terhadap kebakaran), kuning (bahaya terhadap reaktivitas), dan
putih (bahaya khsusus)
 Angka dan notasi yang terdapat pada masing-masing kotak adalah:
a) Bahaya terhadap kesehatan:
o 0 = minimal, artinya tidak terdapat bahaya toksisitas
o 1 = ringan, artinya mempunyai karakter dapat menyebabkan iritasi,
tetapi hanya berakibat minor bahkan tanpa perawatan, dan/atau tidak
berbahaya bila digunakan secara hati-hati dan bertanggung jawab
o 2 = moderat, artinya artinya mempunyai karakter yang dapat
menyebabkan bahaya bila paparan berlanjut, dan mungkin
menyebabkan luka atau kerusakan kecuali dilakukan pengobatan
o 3 = serius, artinya mempunyai karakter yang dapat menyebabkan luka
atau kerusakan pada paparan yang singkat walau dilakukan
pengobatan, dan/atau diketahui mempunyai efek karsinogen, mutagen
atau teratogen pada binatang
o 4 = ekstrim, merupakan bahan yang sangat toksik, yang dapat
menyebabkan kematian atau kerusakan dalam paparan yang sangat
singkat, dan dilakukan pengobatan
b) Bahaya terhadap timbulnya kebakaran:
o 0 = minimal, artinya tidak terbakar, tidak menyebabkan flash point,
tidak terbakar di udara bila terpapar pada 815,5 oC selama 5 menit.
50
o 1 = ringan, artinya baru dapat terbakar bila dipanaskan terlebih dahulu,
dan/atau akan terbakar di udara terbuka bila terpapar pada 815,5 oC
selama 5 menit, dan/atau mempunyai flash point di bawah 93,4 oC
o 2 = moderat, artinya bahan tidak mudah terbakar yang mempunyai
karakter dapat terbakar bila terpapar panas terlebih dahulu, atau perlu
terpapar pada temperatur tinggi agar kebakaran terjadi, dan/atau
bahan padat yang menghasilkan uap mudah terbakar, dan/atau
mempunyai flash point di atas 37,8oC tetapi lebih kecil dari 93,4oC
o 3 = serius, artinya bahan mudah terbakar yang mempunyai karakter
menghasilkan uap yang mudah terbakar dalam kondisi biasa, dan/atau
dapat membentuk ledakan yang terbakar dengan cepat di udara,
dan/atau siap terbakar dengan sendirinya akibat kandungan oksigen di
dalamnya, dan/atau mempunyai flash point di atas 22,8 oC, tetapi di
bawah 37,8oC
o 4 = ekstrim, merupakan bahan yang mudah terbakar dengan flash
point di bawah 22,8oC
c) Bahaya terhadap adanya air (reaktif terhadap air):
o 0 = minimal, artinya bahan yang stabil, dan tidak reaktif terhadap air.
o 1 = ringan, artinya bahan yang stabil yang menjadi tidak stabil bila
terpapar pada
o temperatur tekanan tinggi.
o 2 = moderat, artinya bahan yang tidak stabil dan akan cepat berubah
tetapi tidak menimbulkan ledakan, dan/atau bahan yang akan berobah
kompisisi kimianya dengan melepaskan enersi yang dikandungnya
pada temperatur dan tekanan normal, dan/atau akan bereaksi dengan
keras bila terdapat air, dan/atau akan menghasilkan ledakan bila
bercampur dengan air.
o 3 = serius, artinya bahan yang dapat meledak namun membutuhkan
penyulut yang kuat agar eterjadi, atau dapat menyimpan panas
sebelum terjadi kebakaran, dan/atau bahan yang sensitive terhadap
panas, atau terhadap kejutan mekanis pada temperatur tinggi,
dan/atau bahan yang bereaksi dengan sendirinya dengan air tanpa
membutuhkan panas terlebih dahulu.
o 4 = ekstrim, bahan yang dapat meledak dan terdekomposisi secara
keras pada temperatur dan tekanan normal, dan atau bahan yang
dapat menghasilkan reaksi eksotermis dengan sendirinya bila
51
berkontak dengan bahan tanpa atau adanya biasa biasa, dan/atau
bahan yang sensitive terhadap perubahan kejutan mekanis atau panas
pada temperatur dan tekanan normal.
d) Bahaya spesial, yaitu:
o Reaktif terahadap air (dengan kode: W)
o Bahan oksidator (dengan kode: Ox)
o Bahan radioaktif (dengan kode tanda radioaktif)
o Bahan racun (dengan kode tanda racun)
Contoh:

Sumber : Damanhuri, 2010

Label Versi KepBapedal 05/09/1995:


Di Indonesia, berdasarkan keputusan Kepala Bapedal
No.05/Bapedal/09/1995 terdapat delapan jenis simbol, yaitu (Gambar 1):
 Simbol klasifikasi limbah B3 mudah meledak : warna dasar oranye. Simbol
berupa gambar berwarna hitam suatu materi limbah yang menunjukkan
meledak, yang terdapat ditepi antara sudut atas dan sudut kiri belah ketupat
bagian dalam. Pada bagian tengah terdapat tulisan “MUDAH MELEDAK”
berwarna hitam yang diapit oleh 2 garis sejajar berwarna hitam sehingga
membentuk 2 buah bangun segitiga sama kaki pada bagian dalam belah
ketupat.
 Simbol klasifikasi limbah B3 yang mudah terbakar : terdapat 2 (dua) macam
simbol untuk klasifikasi limbah yang mudah terbakar, yaitu simbol untuk
cairan mudah terbakar dan padatan mudah terbakar:
- simbol cairan mudah terbakar: bahan dasar merah. gambar simbol
berupa lidah api berwarna putih yang menyala pada suatu permukaan
berwarna putih. Gambar terletak di bawah sudut atas garis ketupat
bagian dalam. Pada bagian tengah terdapat tulisan “ CAIRAN..” dan
52
dibawahnya terdapat tulisan “MUDAH TERBAKAR” berwarna putih. Blok
segilima berwarna putih.
- simbol padatan mudah terbakar: dasar simbol terdiri dari warna merah
dan putih yang berjajar vertikal berselingan. Gambar simbol berupa lidah
apai berwarna hitam yang menyala pada satu bidang berwarna hitam.
Pada bagian tengah terdapat tulisan “PADATAN” dan dibawahnya
terdapat tulisan “MUDAH TERBAKAR” berwarna hitam. Blok segilima
berwarna kebalikan dari warna dasar simbol.
 Simbol klasifikasi limbah B3 reaktif: bahan dasar berwarna kuning dengan
blok segilima berwarna merah. Simbol berupa lingkaran hitam dengan asap
berwarna hitam mengarah ke atas yang terletak pada suatu permukaan
garis berwarna hitam. Di sebelah bawah gambar simbol terdapt tulisan
“REAKTIF” berwarna hitam.
 Simbol klasifikasi limbah B3 beracun: bahan dasar putih dengan blok
segilima berwarna merah. Simbol berupa tengkorak manusia dengan tulang
bersilang berwarna hitam. Garis tepi simbol berwarna hitam. Pada sebelah
bawah gambar terdapt tulisan “BERACUN” berwarna hitam.
 Simbol klasifikasi limbah B3 korosif: belah ketupat terbagi pada garis
horizontal menjadi dua bidang segitiga. Pada bagian atas yang berwarna
putih terdapat 2 gambar, yaitu disebelah kiri adalah gambar tetesan limbah
korosif yang merusak pelat bahan berwarna hitam, dan disebelah kanan
adalah gambar lengan yang terkena tetesan limbah korosif. pada bagian
bawah, bidang segitiga berwarna hitam, terdapat tulisan “KOROSIF”
berwarna putih, serta blok segilima berwarna merah.
 Simbol klasifikasi limbah B3 menimbulkan infeksi: warna dasar bahan
adalah putih dengan garis pembentuk belah ketupat bagian dalam berwarna
hitam. Simbol infeksi berwarna hitam terletak di sebelah bawah sustu atas
garis belah ketupat bagian dalam. pada bagian tengah terdapat tulisan
“INFEKSI” berwarna hitam, dan dibawahnya terdapat blok segilima
berwarna merah.
 Simbol limbah B3 klasifikasi campuran: warna dasar bahan adalah putih
dengan garis pembentuk belah ketupat bagian dalam berwarna hitam.
gambar simbol berupa tanda seru berwarna hitam terletak di sebelah bawah
sudut atas garis belah ketupat bagian dalam. Pada bagian tengah bawah
terdapat tuliasan “CAMPURAN” berwarna hitam serta blok segilima
berwarna merah.
53
Menurut peraturan yang digunakan di Indonesia, terdapat 3 jenis label yang
berkaitan dengan sistem pengemasan limbah B3, yaitu:
 Label identitas limbah: berfungsi untuk memberikan informasi tentang asal
usul limbah, identitas limbah serta kuantifikasi limbah dalam suatu kemasan
limbah B3. Label identitas limbah berukuran minimum 15 cm x 20 cm atau
lebih besar, dengan warna dasar kuning dan tulisan serta garis tepi
berwarna hitam, dan tulisan “PERINGATAN !” dengan huruf yang lebih
besar berwarna merahdiisi dengan huruf cetak dengan jelas terbaca dan
tidak mudah terhapus serta dipasang pada setiap kemasan limbah B3 yang
disimpan di tempat penyimpanan, dengan mencantumkan antara lain: nama
dan alamat penghasil, jumlah dan jenis limbah serta tanggal pengisian.
Label identitas dipasang pada kemasan di sebelah atas simbol dan harus
terlihat dengan jelas.
 Label untuk penandaan kemasan kosong : bentuk dasar label sama dengan
bentuk dasar simbol dengan ukuran sisi minimal 10 x 10 cm2 dan tulisan
“KOSONG” berwarna hitam ditengahnya. Label harus dipasang pada
kemasan bekas pengemasan limbah B3 yang telah dikosongkan dan atau
akan digunakan untuk mengemas limbah B3.
 Label penunjuk tutup kemasan: berukuran minimal 7 x 15 cm2 dengan
warna dasar putih dan warna gambar hitam. Gambar terdapat dalam frame
hitam, terdiri dari 2 (dua) buah anak panah mengarah ke atas yang berdiri
sejajar di atas balok hitam. Label terbuat dari bahan yang tidak mudah
rusak karena goresan atau akibat terkena limbah dan bahan kimia lainnya.
Label dipasang dekat tutup kemasan dengan arah panah menunjukkan
posisi penutup kemasan. Label harus terpasang kuat pada setiap kemasan
limbah B3, baik yang telah diisi limbah B3, maupun kemasan yang akan
digunakan untuk mengemas limbah B3.

Simbol Limbah B3 versi KepBapedal 05/09/1995


E. Pengemasan dan Pewadahan
Pengemas B3 :
54
Pengemasan (packaging) juga diatur dan perlu dicantumkan dalam surat
pengangkutan. Alat pengemas dapat berupa: drum baja, kotak kayu, drum fiber,
botol gelas dan sebagainya. Pengemasan yang baik mempunyai kriteria:
- Bahan tersebut selama pengangkutan tidak terlepas ke luar
- Keefektifannya tidak berkurang
- Tidak terdapat kemungkinan pencampuran gas dan uap
Terdapat 3 jenis kelompok pengemasan, yaitu:
- Kelompok I: derajat bahaya besar
- Kelompok II: derajat bahaya sedang
- Kelompok III: derajat bahaya kecil.
Pengemas dan Pewadah Limbah B3 Versi Kep
No.01/Bapeda/09/1995 :
Di Indonesia, ketentuan tentang pengemasan dan pewadahan limbah B3 diatur
dalam Kep. No.01/Bapedal/09/1995. Ketentuan dalam bagian ini berlaku bagi
kegiatan pengemasan dan pewadahan limbah B3 di fasilitas:
a) Penghasil, untuk disimpan sementara di dalam lokasi penghasil;
b) Penghasil, untuk disimpan sementara di luar lokasi penghasil tetapi tidak
sebagai pengumpul;
c) Pengumpul, untuk disimpan sebelum dikirim ke pengolah;
d) Pengolah, sebelum dilakukan pengolahan dan atau penimbunan;

F. Penyimpanan dan Pengumpulan


Penyimpanan kemasan menurut Keputusan Bapedal
No.01/Bapedal/09/1995 dibuat dengan sistem blok. Setiap blok terdiri atas 2
(dua) x 2 (dua) kemasan (Gambar 3), sehingga dapat dilakukan pemeriksaan
menyeluruh terhadap setiap kemasan. Dengan demikian jika terdapat
kerusakan kecelakaan dapat segera ditangani. Lebar gang antar blok minimal
60 cm untuk memudahkan petugas melaluinya, sedang lebar gang untuk lalu
lintas kendaraan pengangkut (forklift) disesuaikan dengan kelayakan
pengoperasiannya.
Penumpukan kemasan harus mempertimbangkan kestabilan tumpukan
kemasan. Jika kemasan berupa drum logam (isi 200 liter), maka tumpukan
maksimum adalah 3 lapis dengan tiap lapis dialasi palet, dan setiap palet
mengalasi 4 drum. Jika tumpukan lebih dan 3 lapis atau kemasan terbuat dari
plastik, maka harus dipergunakan rak (Gambar 4). Jarak tumpukan kemasan
tertinggi dan jarak blok kemasan terluar terhadap atap dan dinding bangunan
penyimpanan tidak boleh kurang dari 1 m.
55
Kemasan-kemasan berisi limbah B3 yang tidak saling cocok harus
disimpan secara terpisah, tidak dalam satu blok, dan tidak dalam bagian
penyimpanan yang sama. Penempatan kemasan diatur agar tidak ada
kemungkinan bagi limbah-limbah tersebut jika terguling/tumpah akan
tercampur/masuk ke dalam bak penampungan bagian penyimpanan lain.

G. Pengangkutan
Di Amerika Serikat, aturan-aturan yang dikeluarkan oleh DOT telah meliputi
lebih dari 30.000 jenis bahan berbahaya. Bahan-bahan ini diangkut melalui
udara, laut, darat (termasuk kereta api). Produk-produk berbahaya tersebut
diangkut dengan berbagai container seperti : vessel, tank car, tank truck,
intermodal portable tank, cylinder, drum, barrel, can, box, botle dan cask. Dalam
hal ini Research and Special Programs Administration (RSPA) dari USDOT
mengeluarkan dan bertanggungjawab untuk mengembangkan aturan-aturan,
acuan-acuan teknik yang standar serta pengujian untuk itu.
Transportasi bahan berbahaya yang bervolume besar (bulky) dapat
dilakukan melalui segala jenis angkutan, seperti melalui darat, kereta api atau
laut. Cargo tank merupakan sarana yang biasa digunakan di darat, dan
biasanya terbuat dari baja atau campuran alumunium atau dapat pula dari
bahan lain seperti titanium, nikel atau stainless steel. Kapasitas yang digunakan
di USA adalah antara 4000 sampai 12000 gallon (15 sampai 50 m3). Beban
kendaraan biasanya dibatasi sampai 80.000 pound (36 ton).

1.2.2 Latihan :
Diharapkan setelah mahasiswa memahami konsep dan prinsip
penanganan dan pengelolaan limbah B3 maka mahasiswa akan dengan
mudah mengaplikasikan di lingkungan sekitar
1.3 Penutup
1.3.1 Tes Formatif
1. Menurut anda apa yang dimaksud dengan B3?
2. Apa yang dimaksud dengan limbah B3 menurut PP No. 18 tahun
1999?
3. Bagaimanakah cara pengelolaan limbah B3?
4. Apa saja bagian yang harus diisi oleh pengolah atau pengumpul atau
pemanfaat limbah B3?
5. Bagaimanakah pelabelan limbah B3 menurut NFPA?
56
1.3.2 Umpan Balik
Mahasiswa dapat menjawab pertanyaan dari test formatif di
atas. Apabila penguasaan kurang dari 80% maka mahasiswa
diharapkan mempelajari kembali dengan mengacu pada buku
rujukan dalam penulisan buku ajar ini.
1.3.3 Tindak lanjut
Apabila mahasiswa sudah dapat menjawab pertanyaan secara
benar dengan penguasaan 80% sampai dengan 100% maka
dapat melanjutkan pada materi selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Damanhuri, Enri. 2010. Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).


FTSL ITB : Bandung
Riyanto, 2013. Limbsh Bahan Berbahay dan Beracun (Limbah B3).
Deepublish CV. Budi Utama : Yogyakarta
57

G. POKOK BAHASAN VII :

PENGERTIAN PENCEMARAN UDARA


58

I.6. SUB POKOK BAHASAN 6 : PENGERTIAN PENCEMARAN UDARA


1.1 Pendahuluan
Udara (mengandung oksigen) merupakan syarat vital untuk
mempertahankan kehidupan. Bumi pada awalnya tidak terdapat oksigen dan
bahkan belum terdapat kehidupan. Namun perlahan terdapat organisme
yang membutuhkan oksigen karena adanya evolusi oksigen dan saat ini
terdapat sekitar 21% oksigen di atmosfer dan hampir setiap makhluk
mengonsumsinya untuk proses metabolisme. Karena alam memiliki proses
fotosintesis dimana tanaman hijau menghasilkan oksigen (O 2) dengan
adanya bantuan sinar matahari dan mengkonsumsi karbondioksida (CO 2),
sehingga konsentrasi O 2 dapat didaur ulang dan CO 2 yang dihasilkan oleh
aktivitas manusia dan alam dapat dikonsumsi kembali dalam proses
fotosintesis tersebut. Gas CO 2 bukanlah gas yang berbahaya, gas tersebut
bertindak seperti kaca pada efek rumah kaca yang mampu memberikan efek
hangat pada bumi. Gas CO 2 memungkinkan radiasi gelombang pendek
matahari melewatinya untuk masuk ke bumi dan mencegah radiasi
gelombang panjang bumi keluar dari atmosfer, sehingga mampu menjaga
bumi tetap hangat. Apabila tidak ada keberadaan gas CO 2 maka bumi tidak
dapat dihuni. Suhu permukaan bumi akan menjadi sangat rendah/negatif
jika tidak adanya gas CO 2. Sehingga CO2 merupakan gas yang bermanfaat.
Lalu mengapa CO 2 menjadi penyebab terjadinya pemanasan global?
Pemanasan global berarti peningkatan suhu bumi yang mengakibatkan
melelehnya es dan peningkatan tingkat air di lautan dan peningkatan
penyakit bawaan vektor dan ketidaknyamanan. Di sinilah letak konsep
'Polusi'. Pencemaran berarti pencampuran segala sesuatu yang tidak
diinginkan, yang menyebabkan beberapa efek berbahaya. Dalam kasus ini,
gas CO2 dengan presentase tertentu dibutuhkan untuk menjaga agar bumi
tetap hangat dan nyaman, namun apabila presentase gas CO 2 berlebih
maka suhu akan meningkat sangat tinggi sehingga tidak diinginkan dan
dengan demikian menyebabkan polusi udara.
59

Di bawah ini merupakan komposisi rata-rata udara kering bersih :


Tabel. 1 Komposisi Udara

Sumber : Gaur, 2008


Perubahan yang tidak diinginkan pada komposisi di atas, atau
pencampuran partikel padat berbahaya (suspended particulate matter) atau
penambahan suara di luar tingkat tertentu (db) dikenal sebagai polusi
udara.

1.1.1 Deskripsi Singkat


Dengan maksud untuk menjelaskan pengertian pencemaran
udara dan klasifikasi pencemaran udara, diharapkan mahasiswa
mampu memahaminya secara komprehensif. Karena
pencemaran udara merupakan salah satu permasalahan yang
cukup serius untuk dijadikan perhatian bagi masyarakat dan
pemerintah Indonesia.
1.1.2 Relevansi
Diharapkan setelah mahasiswa memahami pengertian
pencemaran udara dan klasifikasi pencemaran udara, maka
mahasiswa akan dengan mudah mengaplikasikan di lingkungan
sekitar.
60
1.1.3.1 Standar Kompetensi
Mahasiswa akan mampu menangani pencemaran udara
berdasarkan klasifikasi pencemaran udara.
1.1.3.2 Kompetensi Dasar
Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian pencemaran udara
dan klasifikasi pencemaran udara,

1.2 Penyajian
1.2.1 URAIAN
A. Pengertian Pencemaran Udara
Perkins (1974) mendefinisikan polusi udara sebagai "kehadiran satu
atau lebih kontaminan seperti debu, asap, gas, kabut, bau, asap atau uap di
atmosfer luar dalam jumlah atau karakteristik dan durasi yang dimungkinkan
membahayakan kehidupan manusia, tumbuhan atau hewan atau harta
benda atau yang secara tidak wajar mengganggu kenikmatan hidup”.
Definisi ini hanya mencakup 'atmosfir luar', namun polusi dalam ruangan
lebih parah akhir-akhir ini, karena emisi dari kegiatan rumah tangga yang
kurang tepat. Tingkat suara yang tidak diinginkan dikenal sebagai
bising/noise yaitu bentuk polusi udara saat suara bergerak melalui udara.
Pada dasarnya polusi udara sangat penting bagi manusia karena rata-rata
orang dewasa mengkonsumsi 12 kg udara per hari yang kira-kira 12 kali
lebih banyak daripada konsumsi makanan. Sehingga polusi udara lebih
penting daripada bentuk polusi lainnya. Bahkan dalam kasus ekstrim, hal itu
terbukti fatal karena polusi udara dapat meyebar dengan cepat
dibandingkan dengan polusi lainnya seperti polusi air atau tanah yang
berlangsung perlahan.
Terdapat beberapa bencana yang diketahui seperti London Smog
(1952), lebih dari 4000 orang meninggal karena penggunaan batubara yang
tidak sesuai. Kondisi atmosfir dingin yang tenang karena non-dispersi asap
menyebabkan terbentuknya asap berbahaya yang berakibat fatal (asap +
kabut). Uap air kental yang terdapat di udara (kabut) mengikat polutan
seperti oksida sulfur dan partikel (partikel padat kecil mengambang di udara)
yang menyebabkan tindakan fatal pada manusia. Bahkan di Bombay (1986)
kabut asap juga mempengaruhi kondisi kesehatan ribuan orang, meski tidak
ada yang meninggal. Pada bulan Desember 1984, gas metil isocynate yang
bocor dari pabrik pestisida Union Carbide dan sekitar 2.500 orang
meninggal dan sekitar 2 lac terkena dampak serius. Terdapat begitu banyak
61
kejadian serupa lainnya dalam sejarah dunia yang cukup bagi kita untuk
memiliki pemikiran serius mengenai pengendalian pencemaran udara. Tabel
berikut menunjukkan beberapa bencana besar akibat pencemaran udara.
Tabel 2. Bencana Besar yang diakibatkan karena Pencemaran Udara

Sumber : Gaur, 2008

B. Klasifikasi Pencemaran Udara


1. Klasifikasi Pencemaran Udara
i. Kontaminan Alami
Serbuk sari merupakan zat alami yang penting karena sifat iritasi
dan alerginya yang khas terkadang menyebabkan bronkitis,
asma, dan dermatitis. Butir serbuk sari adalah gametofit jantan
dari gymnosperma dan angiosperma dan terbang ke atmosfer dari
tanaman dan lain-lain. Butiran serbuk sari udara yang diangkut
berkisar antara 10 dan 50 mikron.
ii. Aerosol
Aerosol mengacu pada dispersi partikel padat atau cair dengan
ukuran mikroskopik di udara. Aerosol juga dapat didefinisikan
sebagai sistem koloid dimana media dispersi adalah gas dan fasa
terdispersi berupa padat atau cair. Diameter aerosol dapat
berkisar dari 0,01 (atau kurang) mikron sampai 100 mikron.
Berbagai macam aerosol adalah sebagai berikut :
 Debu (Dust) : Debu diproduksi oleh sumber penggilingan,
62
penggiling dan sumber alami seperti badai angin. Umumnya
partikel debu berdiameter di atas 20 mikron. Mereka tidak
menggumpal namun menetap di bawah gravitasi, namun
partikel yang lebih kecil seperti 5 mikron membentuk suspensi
stabil.
 Asap (Smoke) : Asap terdiri dari partikel halus yang
dihasilkan oleh pembakaran yang tidak sempurna. Umumnya
terdiri dari partikel karbon berukuran kurang dari 1,0 mikron.
 Kabut (Mists) : Kabut adalah dispersi cahaya dari tetesan air
yang tersuspensi di atmosfer, berukuran antara 40 sampai
400 mikron.
 Kabut (Fog) : Kabut terdiri dari dispersi air atau es di dekat
permukaan bumi yang mengurangi jarak pandang kurang dari
500 m. Kabut alami memiliki ukuran partikel berkisar antara
1,0 sampai 40 mikron.
 Uap (Fumes) : Uap adalah partikel padat yang dihasilkan oleh
kondensasi dari fase gas setelah terjadi penguapan dari zat
yang meleleh. Uap mengembang dan kadang menyatu.
iii. Gas
Berikut adalah gas-gas polutan udara utama :
 Sulfur dioksida : Adalah gas polutan udara utama yang
dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar seperti batubara.
Hampir semua negara sumber utama produksi listrik adalah
dengan membakar bahan bakar fosil. Kandungan belerang
batubara bervariasi dari 1 sampai 4%. SO 2 juga diproduksi
dalam operasi metalurgi.
 Oksida Nitrogen : Oksida Nitrogen dihasilkan baik pada
produksi asam nitrat atau pada knalpot mobil dan sebagai
efluen pembangkit listrik. Dari tujuh jenis Oksida Nitrogen (N 2O,
NO, NO2, NO3, N2O3, N2O4, N2O5) hanya oksida nitrat dan
nitrogen dioksida yang diklasifikasikan sebagai polutan utama.
Semua nitrogen oksida secara kolektif dikenal sebagai NO X.
 Karbon monoksida : Produk ini dihasilkan dari pembakaran
batubara dan produk minyak bumi lainnya yang tidak
sempurna. Karbon monoksida juga dihasilkan oleh knalpot
mobil. Gas CO dan hidrokarbon yang tidak terbakar diukur
dalam pemeriksaan polusi kendaraan.
63
 Hidrogen sulfida : Hidrogen Sulfida adalah gas yang
mengganggu (berbau busuk). Hidrogen Sulfida dihasilkan oleh
penguraian bahan organik anaerobik (tanpa adanya udara).
Senyawa sulfur berpolusi udara lainnya adalah metil mercaptan
(CH3 SH) dan dimethyle sulfida (CH 3 S CH3), dll.
 Hidrogen fluorida : Adalah polutan penting bahkan dalam
konsentrasi yang sangat rendah. Hidrogen fluorida dihasilkan
dalam pembuatan pupuk fosfat.
 Klorin dan hidrogen klorida : Merupakan campuran di udara
yang dihasilkan dari adanya kebocoran di pabrik pengolahan
air atau industri lain. Hidrogen klorida juga berkembang dalam
berbagai proses kimia industri. Efek utama klorin adalah
gangguan pernafasan yang bisa berakibat fatal.
 Ozon : Adalah gas yang dibutuhkan di lapisan atas atmosfer
karena menyerap radiasi UV sinar matahari. Tapi ozon yang
berada di dekat permukaan bumi merupakan gas beracun.
Ozon membuat bahan kimia beracun dengan reaksi fotokimia.
 Aldehida : Mereka dihasilkan dari oksidasi bahan bakar motor
dan minyak pelumas yang tidak sempurna. Mereka mungkin
juga terbentuk karena reaksi fotokimia. Formaldehida dapat
mengganggu penglihatan.
2. Polutan Udara Primer dan Sekunder
Polutan udara primer adalah polutan yang diemisikan langsung
dari sumber yang dapat diidentifikasi. Polutan udara sekunder adalah
polutan yang hasilkan di udara dengan interaksi dua atau lebih
polutan udara primer. Contoh polutan udara primer :
1) Bahan dasar partikulat halus (kurang dari 100μ) dan kasar (lebih
dari 100μ)
2) Oksida belerang
3) Oksida nitrogen
4) Karbon monoksida
5) Halogen
6) Senyawa organik
7) Senyawa radioaktif
Polutan udara sekunder :
1) Ozon
2) PAN (peroxi asetilitritr)
64
3) kabut fotokimia
4) kabut asam
Asbut adalah hal yang paling penting dan berbahaya dari hal di
atas. Asbut adalah campuran dua kata asap dan kabut. Bisa dari dua
jenis, fotokimia atau diproduksi oleh batu bara.
Fotokimia asbut atau kabut asap terjadi di daerah bermotor yang
tinggi akibat kondisi meteorologi yang buruk (tidak ada angin), oleh
interaksi hidrokarbon dan oksidan dengan adanya sinar matahari.
Konstituen utamanya adalah nitrogen oxida, peroxy acetyl nitrat,
karbon monoksida dan ozon. Hal ini menyebabkan iritasi mata berat,
mengurangi visibilitas, kerusakan vegetasi dan retak pada karet.
Kabut asap berbasis batubara terjadi karena pencampuran asap
dalam kondisi dingin yang tenang (di bawah 10 derajat) dengan
senyawa belerang dan abu terbang dll.
Pada dasarnya, ketika dispersi polutan dibatasi karena tidak
adanya pergerakan udara dan kondisi dingin, terbentuklah kabut
asap. Efeknya yang berbahaya bergantung pada waktu pemaparan
dimana seseorang terkena dampaknya. Hal itu bisa berakibat fatal
apabila terpapar dalam jangka waktu panjang.

3. Polutan Berdasarkan Sumbernya


Cara lain untuk mengklasifikasikan polutan udara adalah dilihat dari
sumbernya yang bersifat tetap atau bergerak. Dengan cara ini
mereka dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
 Sumber titik (Point Source) (sumber stasioner besar seperti
pembangkit listrik)
 Sumber area (Area Source) (sumber stasioner kecil seperti
pemanasan perumahan)
 Sumber bergerak (Mobile Source) (sumber garis seperti
kendaraan jalan raya atau sumber wilayah seperti Pesawat
terbang di bandara)
Tabel berikut menunjukkan polutan udara yang berbeda dan sumber
utama mereka.
65
Tabel 3. Polutan Udara Beserta Sumbernya

Sumber : Gaur, 2008

Tabel di bawah ini menunjukkan batas polutan udara yang diijinkan di


udara.

Tabel 4. Batas yang Diperbolehkan dari Beberapa Polutan Penting di


Udara

Sumber : Gaur, 2008

* Rata-rata aritmatika tahunan minimum 104 pengukuran dalam setahun


yang diambil dua kali seminggu, 24 jam pada interval seragam.
** Nilai 24 jam / 8 jam harus dipenuhi 98% dari waktu dalam setahun.
66
Namun 2% dari waktu itu mungkin melebihi tapi tidak pada dua hari
berturut-turut.

Polutan udara memiliki efek berbahaya pada manusia, hewan,


tumbuhan dan bahkan pada bangunan. Polutan udara mungkin berasal
dari emisi kendaraan bermotor atau aktivitas industri ataupun aktivitas
manusia. Tabel berikut menunjukkan efek berbahaya bagi kehidupan
sekitar.

Tabel 5. Dampak Merugikan dari Emisi Kendaraan bagi Manusia

Sumber : Gaur, 2008

Tabel 6. Efek Berbahaya dari Polutan Udara yang Berbeda-beda


terhadap Kesehatan Manusia.

Sumber : Gaur, 2008


67

1.2.2 Latihan :
Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan pengertian pencemaran
udara dan klasifikasi pencemaran udara, dan mahasiswa mampu
memahaminya secara komprehensif.
1.3 Penutup
1.3.1 Tes Formatif
1. Menurut anda apa yang dimaksud dengan pulusi udara?
2. Jelaskan bagaiman polusi udara dapat tersebar ke lingkungan!
3. Deskripsikan klasifikasi-klasifikasi polutan udara!
4. Jelaskan bagaiman aerosol dapat menjadi polutan udara!
5. Apa yang dimaksud dengan efek rumah kaca?

1.3.2 Umpan Balik


Mahasiswa dapat menjawab pertanyaan dari test formatif di atas. Apabila
penguasaan kurang dari 80% maka mahasiswa diharapkan mempelajari kembali
dengan mengacu pada buku rujukan dalam penulisan buku ajar ini.
1.3.3 Tindak lanjut
Apabila mahasiswa sudah dapat menjawab pertanyaan secara benar
dengan penguasaan 80% sampai dengan 100% maka dapat melanjutkan
pada materi selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Gaur, R.C. 2008. Basic Environmental Engineering. New Age International
Publisher : India
68

H. POKOK BAHASAN VII :

DAMPAK PEMBANGUNAN TERHADAP


LINGKUNGAN
69

I.7 SUB POKOK BAHASAN 7 : DAMPAK PEMBANGUNAN TERHADAP


LINGKUNGAN

1.1 Pendahuluan
Masalah lingkungan bukan lagi menjadi masalah suatu bangsa dan
negara saja tetapi seluruh dunia dihadapkan pada masalah yang sangat
kompleks dan pelik. Kita bahkan semua lapisan masyarakat sudah tahu tentang
masalah tersebut sehingga tak perlu dirinci satu persatu. Kompleksnya dan
menyeluruhnya masalah lingkungan dapat dibuktikan dengan tayangan di
berbagai media cetak dan media elektronik yang hampir tiap hari dimunculkan.
Dari sekian banyak permasalahan yang dihadapi mulai dari masalah pangan,
energi, kerusakan lingkungan, industrialisasi, pencemaran, pengangguran
perekonomian sampai masalah sosial sepintas tampaknya terpisah-pisah tetapi
kalau dicermati akan tampak bahwa permasalahan tersebut saling kait mengait
dan bersumber pada rangkaian masalah pokok, yaitu: dinamika kependudukan,
pengembangan sumber daya alam dan energi, pertumbuhan ekonomi dan
perkembangan ilmu dan teknologi serta benturan terhadap tata lingkungan.
Semakin beragam kegiatan ekonomi semakin besar kemampuan
ekonomi negara itu untuk tumbuh cepat dan stabil. Namun demikian,
keragaman dalam kegiatan ekonomi harus sejalan dengan usaha meragamkan
sistem lingkungan. Hal ini hanya mungkin apabila dalam proses pembangunan
sudah diperhitungkan segi lingkungan hidup dan diusahakan keselarasan
antara pengembangan keragaman kegiatan ekonomi dengan pengembangan
keragaman sistem lingkungan. Pertumbuhan penduduk yang tinggi secara
cepat telah melampaui batas daya tampung sistem biologi bumi disertai dengan
menyusutnya sumber daya. Dengan demikian permasalahan lingkungan
berakar pada hubungan jumlah penduduk dengan sistem alam serta sumber
dayanya.

1.1.1 Deskripsi Singkat


Dengan maksud untuk menjelaskan bagaimana dampak
pembangunan terhadap lingkungan diharapkan mahasiswa mampu
memahaminya secara komprehensif.

1.1.2 Relevansi
70
Diharapkan setelah mahasiswa memahami bagaimana dan apa saja
dampak pembangunan terhadap lingkungan diharapkan mahasiswa
mampu memberikan solusi yang tepat dalam menangani dampak
negatif yang disebabkan karena adanya pembangunan

1.1.3.1Standar Kompetensi
Mahasiswa akan mampu memberikan solusi yang tepat dalam
menangani dampak negatif yang disebabkan karena pembangunan.

1.1.3.2Kompetensi Dasar
Mahasiswa mampu menjelaskan bagaimana dan apa saja dampak
pembangunan terhadap lingkungan

1.2 Penyajian

1.2.1 URAIAN

A. Dampak Pembangunan terhadap Lingkungan


Selama bertahun-tahun para ahli mencari jawaban untuk memecahkan
masalah lingkungan dengan konsentrasi terhadap pemahaman dan
pemecahan masalah lingkungan seperti pemanasan global dan kepunahan
species, tetapi tak disadari bahwa masalah tersebut memang yang ada
dan kenyataannya hanya gejala (symptoms) yang melandasi krisis tidak
berkelanjutan (crisis of unsustainability). Kelemahan dari respons manusia
terhadap masalah lingkungan dapat dijajaki terhadap berbagai faktor.
Salah satu faktor terpenting adalah mengenali dan menghadapi akar
penyebab (root causes) dari krisis lingkungan. Dengan demikian untuk
dapat memecahkan masalah krisis lingkungan harus ditujukan pada akar
penyebabnya.
Implementasi pemecahan pada tingkat akar penyebabnya merupakan
pemecahan masalah yang sebenarnya bukan hanya pemecahan
seadanya yang diwariskan kepada generasi berikutnya. Pemecahan yang
berawal pada akar penyebabnya merupakan pemecahan yang sistemik
bukan hanya sekedar pemecahan yang bersifat simptomatik. Pemecahan
yang sistemik memberikan harapan terbesar untuk menciptakan hubungan
lingkungan dan manusia yang berkelanjutan (sustainable).
71

Gambar 1. Akar Penyebab dari Krisis Lingkungan


Sumber : Gesyan, 2015

Tabel 1.
Perbandingan Strategi Penanggulangan Masalah Lingkungan yang
Bersifat Simptomatik
(tradisional) dengan Strategi yang Menerapkan Prinsip Berkelanjutan (root
causes)

Masalah Pemecahan Komentar Pemecahan Komentar


tradisional Suistainable
Pencemaran Pembuatan Mengurangi emisi Efisiensi energi Mengurangi semua
udara dari Cerobong SO2 tetapi tidak dan daur ulang bentuk
pabrik asap mengurangi pencemaran
berbahan pengeluaran CO2 dari
bakar dan pertambangan,
batubara NOx; tidak transportasi, dan
mengurangi pembakaran
pencemaran dari batubara,
angkutan/transportasi mengurangi
dan pertambangan kerusakan habitat
akibat penggalian
dan eksplorasi
Meningkatnya Membuat Menghancurkan Melindungi sungai
kebutuhan air bendungan aliran dan habitat liar,
baru sungai mengurangi melindungi sumber
habitat organisme, rekreasi,
mengurangi sumber menggunakan
rekreasi alami, energy dan sumber
72
memerlukan energi lain yang lebih
dan sumber lain kecil
untuk
membangun
bendungan
Meningkatnya Menambang Meningkatkan semua Menggunakan Mengurangi semua
kebutuhan batu bara bentuk pencemaran, energi secara bentuk
energi lebih banyak meningkatkan lebih efisien, pencemaran,
lagi atau pengrusakan habitat daur ulang, mengurangi
mencari dan dapat menggunakan perusakan habitat,
sumber mengakibatkan sumbersumber mengurangi
minyak dan kepunahan species. yang dapat kepunahan
Gas. diperbaharui, species,
pengendalian mengurangi
pertambahan pemanasan global,
penduduk mengurangi
penipisan mineral.
Sumber : Gesyan, 2015

Proses pembangunan tidak boleh terhenti tetapi alam ini harus tetap dapat
diwariskan dari generasi ke generasi dalam keadaan yang tetap baik, layak
untuk mendukung kehidupan generasi yang akan datang dengan sejahtera.
Pembangunan yang demikian adalah pembangunan yang terlanjutkan. Agar
pembangunan dapat terlanjutkan, ada tiga syarat yang harus dipenuhi yaitu
syarat ekonomi, sosial budaya dan ekologi. Persyaratan ekonomi telah diketahui
sejak lama sekali, sedangkan syarat sosial budaya dan ekologi baru disadari
setelah 30-40 tahun yang lalu setelah muncul permasalahan budaya
memelihara hasil pembangunan dan masalah lingkungan. Agar masalah ini
dapat dihindarkan maka perlu dilakukan Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL).
ANDAL hanya akan efektif jika dilakukan sejak awal perencanaan proyek dan
diintegrasikan dengan telaah kelayakan rekayasa dan ekonomi. Kenyataannya,
ANDAL masih jarang dilakukan dan kalaupun dilaksanakan dilakukan setelah
telaah kelayakan rekayasa dan ekonomi selesai dilakukan dan setelah diambil
keputusan untuk melaksanakan proyek yang direncanakan tersebut.

B. Pengantar Dokumen Lingkungan (AMDAL)


Seperti telah dikemukakan bahwa agar pembangunan dapat terlanjutkan
dan masalah lingkungan dapat dihindarkan maka perlu dilakukan analisis
mengenai dampak lingkungan (AMDAL) sebelum suatu pembangunan
berlangsung. Sebelumnya, AMDAL merupakan kajian mengenai dampak
penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan
hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
73
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Analisis mengenai dampak
lingkunganlah yang seharusnya menentukan apakah suatu pembangunan dapat
dilaksanakan atau tidak. Hal ini berarti bahwa analisis mengenai dampak
lingkungan merupakan bagian dari perencanaan awal suatu pembangunan.
Analisis mengenai dampak lingkungan ditujukan agar lingkungan tetap
terpelihara untuk menunjang pembangunan yang berkelanjutan.
Menurut Pasal 22 UU No 32 Tahun 2009 Tentang PPLH Setiap usaha
dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup wajib
memiliki AMDAL. Amdal disusun oleh Pemrakarsa pada tahap perencanaan
suatu Usaha dan/atau Kegiatan. Penentuan kewajiban menyusun Amdal
dilakukan melalui kegiatan penapisan. Dokumen AMDAL terdiri dari :
1) Kerangka Acuan
Ruang lingkup kajian analisis dampak lingkungan hidup yang merupakan
hasil pelingkupan
2) Andal
Telaahan secara cermat dan mendalam tentang dampak penting suatu
rencana Usaha dan/atau Kegiatan
3) RKL - RPL
 Upaya penanganan dampak terhadap lingkungan hidup yang
ditimbulkan akibat dari rencana Usaha dan/atau Kegiatan
 Upaya pemantauan komponen lingkungan hidup yang terkena
dampak akibat dari rencana Usaha dan/atau Kegiatan.

Gambar 2. Tahapan Penyusunan Dokumen AMDAL


74

1.2.2 Latihan :
Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan pengertian pencemaran
udara dan klasifikasi pencemaran udara, dan mahasiswa mampu
memahaminya secara komprehensif.

1.3 Penutup
1.3.1 Tes Formatif
1. Sebagai calon sarjana Teknik Lingkungan bagaimanakah anda
mengatasi dampak negatif lingkungan yang disebabkan karena adanya
pembangunan dengan tetap menerapkan prinsip berkelanjutan?
2. Bagaimanakah tahap-tahap dalam penyusunan AMDAL?

1.3.2 Umpan Balik


Mahasiswa dapat menjawab pertanyaan dari test formatif di atas.
Apabila penguasaan kurang dari 80% maka mahasiswa diharapkan
mempelajari kembali dengan mengacu pada buku rujukan dalam
penulisan buku ajar ini.

1.3.3 Tindak lanjut


Apabila mahasiswa sudah dapat menjawab pertanyaan secara benar
dengan penguasaan 80% sampai dengan 100% maka dapat
melanjutkan pada materi selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Gesyan, Daniel. 2015. Pembangunan dan Dampak Terhadap Lingkungan.


https://www.academia.edu/11978381/PEMBANGUNAN_DAN_DAMPAK_TER
HADAP_LINGKUNGAN
Priyambada, Ika Bagus. 2013. Pengertian, Manfaat, dan Proses AMDAL.
Universitas Diponegoro : Semarang
75

h. POKOK BAHASAN VIII :

APLIKASI ILMU TEKNIK LINGKUNGAN


76

I.8 SUB POKOK BAHASAN 8 : APLIKASI ILMU TEKNIK LINGKUNGAN


1.1 Pendahuluan
Teknik Lingkungan merupakan sebuah program studi yang bertujuan
untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan dengan pendekatan teknologi.
Teknik Lingkungan dijabarkan sebagai pemikiran keteknikan dan keterampilan
dalam memecahkan masalah pengendalian lingkungan yang menyangkut
penyediaan air minum; sistem pembuangan dan pendaurulangan buangan
cair, padat, dan gas; sistem drainase perkotaan dan desa serta sanitasi
lingkungan; pengendalian pencemar dan pengelolaan kualitas air, tanah, dan
udara; serta pengendalian dan pengelolaan dampak lingkungan.
Dengan demikian, tugas utama dari insinyur lingkungan adalah untuk
melindungi kesehatan masyarakat dengan melindungi (dari degradasi lebih
lanjut), mempertahankan (kondisi sekarang), dan meningkatkan lingkungan.
Lingkungan rekayasa adalah penerapan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan
rekayasa untuk lingkungan. Beberapa menganggap teknik lingkungan untuk
memasukkan pengembangan proses berkelanjutan.

1.1.1 Deskripsi Singkat


Dengan maksud untuk menjelaskan bagaimana peran sarjana teknik
lingkungan di masyarakat dan pengaplikasian ilmu teknik lingkungan
di masyarakat.

1.1.2 Relevansi
Diharapkan setelah mahasiswa memahami apa saja aplikasi ilmu teknik
lingkungan di masyarakat, mahasiswa mampu mengaplikasikan ilmu
teknik lingkungan tersebut di lapangan.

1.1.3.1Standar Kompetensi
Mahasiswa akan mampu mengaplikasikan ilmu teknik lingkungan
tersebut di lapangan.

1.1.3.2 Kompetensi Dasar


Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengaplikasikan ilmu teknik
lingkungan pada masyarakat.
77

1.2 Penyajian
1.2.1 URAIAN

A. PDAM
PDAM atau Perusahaan Daerah Air Minum merupakan salah satu unit
usaha milik daerah, yang bergerak dalam distribusi air bersih bagi masyarakat
umum. PDAM terdapat di setiap provinsi, kabupaten, dan kotamadya di seluruh
Indonesia. PDAM merupakan perusahaan daerah sebagai sarana penyedia air
bersih yang diawasi dan dimonitor oleh aparat-aparat eksekutif maupun legislatif
daerah.
Perusahaan air minum yang dikelola negara secara modern sudah ada
sejak zaman penjajahan Belanda pada tahun 1920 an dengan
nama Waterleiding sedangkan pada pendudukan Jepang perusahaan air minum
dinamai Suido Syo.

Gambar 1. PDAM
Sumber : Detik.com,2017
Tugas pokok Perusahaan Daerah Air Minum, adalah menyelenggarakan
pengelolaan air minum untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang
mencakup aspek sosial, kesejahteraan dan pelayanan umum.

B. IPAL
IPAL atau instalasi pengolahan air limbah pada umumnya dipakai sebagai
suatu proses pengolahan limbah air domestik. Ipal atau juga disebut stp
(sewage treatment plant) banyak digunakan untuk pengolahan limbah domestik
yang cukup besar, limbah domestik yang cukup besar ini umumnya dihasilkan
78
oleh gedung kantor, apartemen, hotel, rusun dan gedung yang digunakan untuk
khalayak ramai.
Pengolahan limbah yang tidak benar akan berdampak sangat besar
untuk lingkungan hidup, untuk itulah suatu badan pemerintah yang khusus
pemerhati lingkungan hidup atau sering di sebut badan pengawasan lingkungan
hidup daerah (BPLHD). Badan inilah yang mengatur setiap pengolahan limbah
domestik gedung agar tidak dibuang sembarangan, untuk itulah dibuat suatu
aturan yang mewajibkan setiap gedung dapat mengolah limbah domestiknya
dengan benar agar hasil buangan limbah dari gedung itu tidak merusak
lingkungan sekitar.
Banyak beberapa ketentuan yang memang harus dipatuhi oleh setiap
pengolah gedung yang salah satunya adalah tidak boleh sembarangan atau
limbah gedung tidak boleh langsung dibuang ke saluran kota sebelum melalui
proses pengolahan yang benar. Dampak atau sanksi atas pelanggaran
peraturan badan lingkungan hidup tersebut sangatlah jelas, bisa sampai
pembekuan operasional gedung tersebut. Limbah domestik yang dihasilkan
suatu gedung, contoh gedung hotel, sangat besar disetiap harinya, bisa
mencapai ratusan ribu liter air limbah. Untuk itu penanganan yang benar dan
proses pengolahan yang baik sangat dibutuhkan, sebagai solusinya adalah
setiap limbah air dari gedung tersebut harus melalui suatu instalasi pengolahan
limbah cair yang baik.

Gambar 2. IPAL Domestik


Sumber : http://ipal-wwtp.blogspot.co.id/2015/08/ipal-stp-limbah-
domestik-komunal.html
79
C. TPA
Tempat Pengolahan Akhir (TPA) merupakan tempat dimana sampah
mencapai tahap terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di sumber,
pengumpulan, pemindahan/pengangkutan, pengolahan dan pembuangan. TPA
merupakan tempat dimana sampah diisolasi secara aman agar tidak
menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitarnya. Karenanya
diperlukan penyediaan fasilitas dan perlakuan yang benar agar keamanan
tersebut dapat dicapai dengan baik.
Selama ini masih banyak persepsi keliru tentang TPA yang lebih sering
dianggap hanya merupakan tempat pembuangan sampah. Hal ini
menyebabkan banyak Pemerintah Daerah masih merasa saying untuk
mengalokasikan pendanaan bagi penyediaan fasilitas di TPA yang dirasakan
kurang prioritas disbanding dengan pembangunan sektor lainnya.
Di TPA, sampah masih mengalami proses penguraian secara alamiah
dengan jangka waktu panjang. Beberapa jenis sampah dapat terurai secara
cepat, sementara yang lain lebih lambat; bahkan ada beberapa jenis sampah
yang tidak berubah sampai puluhan tahun; misalnya plastik. Hal ini
memberikan gambaran bahwa setelah TPA selesai digunakanpun masih ada
proses yang berlangsung dan menghasilkan beberapa zat yang dapat
mengganggu lingkungan. Karenanya masih diperlukan pengawasan terhadap
TPA yang telah ditutup.
Pengolahan sampah mengenal beberapa metoda dalam pelaksanaannya yaitu:

a. Open Dumping
Open dumping atau pembuangan terbuka merupakan cara pembuangan
sederhana dimana sampah hanya dihamparkan pada suatu lokasi;
dibiarkan terbuka tanpa pengamanan dan ditinggalkan setelah lokasi
tersebut penuh. Masih ada Pemda yang menerapkan cara ini karena
alasan keterbatasan sumber daya (manusia, dana, dll).

Cara ini tidak direkomendasikan lagi mengingat banyaknya potensi


pencemaran lingkungan yang dapat ditimbulkannya seperti:
 Perkembangan vektor penyakit seperti lalat, tikus, dll
 Polusi udara oleh bau dan gas yang dihasilkan
 Polusi air akibat banyaknya lindi (cairan sampah) yang timbul
 Estetika lingkungan yang buruk karena pemandangan yang kotor

b. Control Landfill
80
Metoda ini merupakan peningkatan dari open dumping dimana secara
periodik sampah yang telah tertimbun ditutup dengan lapisan tanah untuk
mengurangi potensi gangguan lingkungan yang ditimbulkan. Dalam
operasionalnya juga dilakukan perataan dan pemadatan sampah untuk
meningkatkan efisiensi pemanfaatan lahan dan kestabilan permukaan
TPA.
Di Indonesia, metode control landfill dianjurkan untuk diterapkan di kota
sedang dan kecil. Untuk dapat melaksanakan metoda ini diperlukan
penyediaan beberapa fasilitas diantaranya:
 Saluran drainase untuk mengendalikan aliran air hujan
 Saluran pengumpul lindi dan kolam penampungan
 Pos pengendalian operasional
 Fasilitas pengendalian gas metan
 Alat berat

c. Sanitary Landfill
Metode ini merupakan metode standar yang dipakai secara internsional
dimana penutupan sampah dilakukan setiap hari sehingga potensi
gangguan yang timbul dapat diminimalkan. Namun demikian diperlukan
penyediaan prasarana dan sarana yang cukup mahal bagi penerapan
metode ini sehingga sampai saat ini baru dianjurkan untuk kota besar dan
metropolitan.

Gambar 3. TPA Sanitary Landfill


Sumber : http://st281460.sitekno.com/article/79511/2014-paser-punya-
sanitary-land-fill.html
81
1.2.2 Latihan :
Diharapkan setelah mahasiswa memahami apa saja aplikasi ilmu teknik
lingkungan di masyarakat, mahasiswa mampu mengaplikasikan ilmu
teknik lingkungan tersebut di lapangan

1.3 Penutup
1.3.1 Tes Formatif
Selain yang telah dijelaskan pada bahan ajar di atas, apa saja aplikasi
ilmu teknik lingkungan yang kamu ketahui?

1.3.2 Umpan Balik


Mahasiswa dapat menjawab pertanyaan dari test formatif di atas.
Apabila penguasaan kurang dari 80% maka mahasiswa diharapkan
mempelajari kembali dengan mengacu pada buku rujukan dalam
penulisan buku ajar ini.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.pdampurwakarta.com/profil-perusahaan/tugas-pokok-dan-
fungsi/
https://ikatekniklingkunganits.com/portfolio/aplikasi-ilmu-teknik-
lingkungan-dalam-teknologi-sanitasi-di-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai