4momentum Linear Dan Tumbukan
4momentum Linear Dan Tumbukan
BAB
IV
4.1 Pengantar
4.2 Momentum dan Hubungannya dengan Gaya
4.3 Kekekalam Momentum
4.4 Sistem dengan Massa yang Berubah
4.5 Tumbukan dan Impuls
4.6 Kekekalan Energi dan Momentum pada Tumbukan
4.7 Tumbukan Eleastik dalam Satu Dimensi
4.8 Tumbukan Elastik dalam Dua atau Tiga Dimensi
4.9 Pusat Massa
4.10 Pusat Massa dan Gerak Translasi
AL
4.1 Pengantar
Hukum kekekalan energi yang dibahas dalam bab terdahulu, hanyalah salah satu hukum
N
kekekalan di dalam fisika. Kuantitas lain yang ditemukan memiliki sifat kekal adalah
FI
momentum linier, momentum sudut dan muatan listrik. Pada bab ini kita akan
membahas momentum linier dan kekalannya. Selanjutnya dengan menggunakan hukum
kekekalan momentum serta hukum kekekalan energi, kita akan menganalisis tumbukan.
Tumbukan terjadi jika ada interaksi “obyek”, sering disebut “partikel”, baik partikel
tunggal (seperti ledakan bom), maupun partikel ganda (seperti tumbukan antara dua
kelereng). Tumbukan dari interaksi partikel ganda tidak harus bersinggungan satu sama
lain. Tumbukan seperti ini disebut “interaksi medan”.
Momentum linier dari sebuah partikel didefinisikan sebagai hasil kali antara massa dan
kecepatan partikel tersebut. Momentum linier umumnya dinyatakan dengan simbol p.
Jika m menyatakan massa partikel dan v adalah kecepatannya, maka momentum linier
(selanjutnya disebut saja “momentum”) p adalah:
p = mv (4.1)
Karena kecepatan adalah sebuah vektor, maka momentum haruslah merupakan vektor.
Arah momentum sama dengan arah kecepatan, dan besar momentum adalah p = mv.
Karena v bergantung pada kerangka acuan maka kerangka ini haruslah ditetapkan.
Sebuah gaya diperlukan untuk mengubah momentum dari sebuah partikel, baik besar
maupun arahnya. Pernyataan Hukum II Newton dapat ditafsirkan dalam bahasa
momentum sebagai berikut: “Laju perubahan momentum dari sebuah partikel sebanding
dengan gaya resultan yang bekerja padanya”. Secara matematis ditulis:
p
F t (4.2)
dengan F adalah gaya total yang bekerja pada obyek dan p adalah perubahan
momentum resultan yang terjadi selama selang waktu t. Jika sistem terdiri dari sebuah
partikel bermassa m konstan, maka dengan memasukkan persamaan (4.1) ke persamaan
(4.2) kita dapatkan bentuk Hukum II Newton yang lazim kita gunakan selama ini.
p mv mv o
F t t
AL
m(v v o ) mv v
ma, karena a
t t t
N
Pada sistem partikel banyak yang terdiri dari n partikel dengan massa masing-masing
FI
m1, m2, m3…..mn, sistem secara keseluruhan memiliki momentum total p. Momentum
total didefinisikan sebagai jumlah vektor semua momentum partikel dalam kerangka
acuan yang sama, yaitu;
p = p1 + p2 + …. + pn
= m1v1 + m2v2 +…+ mnvn (4.3)
dengan v1 adalah kecepatan m1, v2 adalah kecepatan m2, dan vn adalah kecepatan
partikel ke-n bermassa mn.
Hukum kekekalan momentum adalah hukum kekekalan kedua yang diulas dalam buku
ini; yang pertama adalah hukum kekekalan energi. Pada pertengahan abad ke-17
ditemukan bahwa jumlah momentum dari dua obyek yang bertumbukan adalah konstan.
Contoh tumbukan dua bola billiard (Gambar 4.1).
Andaikan gaya eksternal total pada sistem ini adalah nol. Selanjutnya, meskipun
momentum dari tiap-tiap bola berubah karena tumbukan, ternyata jumlah momentumnya
ditemukan sama sebelum dan sesudah tumbukan.
m1v1 m2v2 Jika m1v1 adalah momentum dari bola 1 dan m 2v2 adalah
momentum dari bola 2, keduanya diukur sebelum tumbukan,
maka momentum total kedua bola sebelum tumbukan adalah
m1v’1 m2v’2 m1v1+m2v2.
Setelah tumbukan, tiap-tiap bola mempunyai kecepatan dan momentum yang berbeda,
yakni m1v’1 dan m2v’2. Momentum total setelah tumbukan adalah m 1v’1+m2v’2. Dengan
demikian tanpa gaya eksternal berlaku:
m1v1+m2v2 = m1v’1+m2v’2 (4.4)
Dalam hal ini, vektor momentum total dari sistem dua bola adalah kekal atau konstan.
Dalam hubungan diatas, F adalah gaya pada bola 1 mendorong bola 2, dan t adalah
waktu kontak kedua bola selam tumbukan. Bilamana persamaan (4.5) diterapkan pada
bola 2, berdasarkan hukum Newton ketiga, gaya pada bola 2 terhadap bola 1 adalah F,
sehingga ditulis -Ft=m2v’2-m2v2.
Persamaan terakhir diatas menunjukkan bahwa jika jumlah gaya-gaya yang bekerja pada
sistem adalah nol, maka p=0, sehingga tidak ada perubahan momentum total. Jadi
pernyataan umum “ hukum kekekalan momentum” adalah “Momentum total dari suatu
sistem terisolir adalah konstan”.
Contoh 1.
Sebuah mobil dengan massa 10.000 kg bergerak dengan kecepatan 24,0 m/s menabrak
mobil sejenis yang sedang mogok. Selanjutnya kedua mobil berjalan beriringan setelah
bertabrakan. Berapa kecepatan kedua mobil?
Jawab.
Momentum total awal adalah m1v1+ m2v2 = (10.000 kg)(24,0m/s)+ (10.000 kg)(24,0m/s)
=2,4x105 kgm/s. Setelah tumbukan, kedua mobil bergerak dengan kecepatan yang sama
(mobil berjalan mendorong mobil mogok), jadi: (m1+m2)v’=2,4x105kgm/s. Maka v’ =
(2,4x105kgm/s) / (2,0x104 kg) =12,0 m/s.
terdapat massa yang masuk ke dalam sistem, laju perubahan massa dM/dt diberi tanda
FI
positif; sebaliknya jika terdapat massa yang keluar diberi tanda negatif. Contoh yang
aktual dari sistem ini adalah roket yang diluncurkan.
t v t+t v+v
M-M
M
u
a b
Gambar 4.2 Peluncuran roket (a) pada saat peluncuran (b) pada saat t+t
pengamat. Massa dan kecepatan sistem berubah secara berurutan menjadi M-M dan
v+v. Berdasarkan persamaan (4.2):
p p f pi
Feks (4.6)
t t
Dengan pf adalah momentum akhir sistem (Gambar 4.2b) dan pi adalah momentum awal
sistem (Gambar 4.2a). Momentum akhir sistem diberikan oleh:
p f ( M M )(v v) Mu (4.7a)
Jika t dibuat menuju nol, keadaan Gambar 4.2b mendekati keadaan Gambar 4.2a,
dalam hal ini v/t mendekati dv/dt. Besaran M adalah massa yang ditolakkan dalam
waktu t. Karena perubahan massa benda terhadap waktu, dM/dt, dalam hal ini harus
AL
berharga negatif, maka ketika t manuju nol, besaran positif M/t kita ganti dengan –
dM/dt. Akhirnya, v menuju nol bila t menuju nol. Dengan demikian persamaan (4.8)
N
FI
menjadi:
dv dM dM
Feks M v u (4.9a)
dt dt dt
d ( Mv) dM
atau Feks u (4.9b)
dt dt
Contoh 2.
Sebuah senapan mesin dipasang di atas kereta yang dapat menggelinding bebas tanpa
gesekan di atas permukaan horizontal. Massa sistem (kereta+senapan) pada satu saat
tertentu adalah M. Pada saat tersebut senapan memuntahkan perluru-peluru bermassa m
dengan kecepatan u terhadap kerangka acuan. Kecepatan kereta dalam kerangka ini
adalah v dan kecepatan peluru terhadap kereta adalah u-v. Banyaknya peluru yang
ditembakkan terhadap satuan waktu adalah n. Hitung percepatan yang dialami kereta!
Jawab.
Anggap tidak ada gaya eksternal yang bekerja pada sistem, maka berdasarkan
dv dM
persamaan (4.19a) kita peroleh: M v real , disini dv/dt = a (percepatan sistem),
dt dt
vreal =u-v, dan dM/dt = -mn yaitu laju pengurangan massa sistem tiap satuan waktu. Ma
mn
= (vreal)(-mn) atau a v real .
M
Contoh 3.
a. Hitung impuls yang dialami oleh seseorang yang bermassa 70 kg pada tanah
setelah melompat dari ketinggian 3,0 m.
b. Kemudian perkiraan gaya rata-rata yang didorongkan kaki orang tersebut oleh
tanah kalau mendarat dengan kaki tegak
c. Sama dengan soal b tetapi kaki bengkok. Dalam hal ini, anggap tubuh bergerak
1,0 cm selama tumbukan, dan pada kasus kedua, bilamana kaki bengkok sekitar
50 cm.
Jawab.
a. Ambil percepatan sebesar a=g=9,8 m/s2, dan kecepatan awal vo =0. Maka
kecepatan tubuh saat mencapai tanah:
v=[2a(y-yo)]1/2 = [2(9,8m/s2)(,0m)]1/2 = 7,7 m/s. Impuls pada tubuh orang
tersebut:
Ft =p = p – po =0-(70 kg) (7,7 m/s) = -542 Ns
Tanda negatif menunjukkan bahwa arah gaya berlawanan dengan arah
momentum tubuh (gaya arahnya ke atas)
b. Tubuh berkurang kecepatnnya dari 7,7 m/s menjadi nol dalam jarak d=1,0
cm=1,0x10-2m. Laju rata-rata selama perioda ini adalah v=(7,7+0)/2=3,8 m/s.
sehingga waktu tumbukan diberikan oleh t=d/v =(1,0x10-2m)/(3,8m/s) = 2,6
x10-3 s. Besar gaya rata-rata orang tersebut (arah ke bawah); F= impuls/t =
AL
(540 Ns)/(2,6x10-3) = 2,1x105 N dan F = Ftanah – mg, maka:
Ftanah = F + mg = (2,1x105N) + (70 kg)(9,8 m/s2)
N
c. d = 50 cm = 0,5 m.
t =d / v = (0,5 m)/(3,8 m/s) = 0,13 s
f =(540 Ns)/(0,13 s) = 4,2x103 N
ftanah = F + mg = $,2x103 N + 0,6x103 N = 4,9x103 N.
Jadi pada tumbukan elastik berlaku hukum kekekalan energi kinetik dan hukum
kekekalan momentum; pada tumbukan tidak elastik tidak berlaku hukum kekekalan
energi kinetik namun berlaku hukum kekekalan momentum.
menggambarkan kedua persamaan di atas kecepatan sesudah tumbukan, yakni v1’ dan
v2’ dapat ditentukan.
y y
m1v1 m2v2 m1v’1 m2v’2
x x
a b
Gambar 4.4 Tumbukan elastik dua obyek kecil (a). Sebelum tumbukan, (b). Setelah
tumbukan
Persamaan kekekalan momentum dan energi kinetik dapat dituliskan kembali sebagai
berikut:
m1( v1 – v1’) =m2 (v2’-v2) (4.13)
2 2 2 2
m1( v1 – v1’ ) =m2( v2’ – v2 ) (4.14a)
Persamaan (4.14a) dapat dituliskan kembali seperti;
Contoh 4.
Dari data pada gambar dibawah ini, hitunglah
v1=5m/s v2 =-10m/s
m1 M2
Jawab.
Karena bidang licin, maka Feks 0, yaitu W N 0 . Jadi kita dapat menggunakan
b. Ek (total) = (1/2)m1v12+(1/2)m2v22
= (1/2)(30x10-3kg)(5m/s)2+(1/2)(20x10-3kg)(-10 m/s)2
= 1,375 J
c. E’k (total) = (1/2)m1v1’2+(1/2)m2v2’ 2
= (1/2) (30x10-3kg)(-7m/s)2+(1/2)(20x10-3kg)(8m/s)2
= 1,375 J.
Prinsip kekekalan momentum dan energi dapat juga diterapkan untuk tumbukan dalam
dua atau tiga dimensi. Untuk kasus demikian, kaidah vektor kembali berperan penting.
Contoh tumbukan semacam ini dapat dilihat pada permainan billiar, serta tumbukan
atom-atom. Gambar 4.5 memperlihatkan partikel 1 bermassa m 1 bergerak sepanjang
sumbu-x dan menumbuk partikel 2 bermassa m 2 yang mula-mula dalam keadaan diam.
Setelah kedua partikel terhambur, m 1= membentuk sudut 1 terhadap x dan m2
membentuk sudut 2 terhadap sumbu-x.
m1 p1 ’ y
m1 p1 ’ y
m1 m2 1’
x
m1
p1 m2 1’2’
m2 x
p1 2’ p2’
m2
p2’
AL
Gambar 4.5 Tumbukan elastik dalam dua dimensi
Dari kekekalan energi kinetik diperoleh hubungan:
N
(1/2)m1v12+(1/2)m2v22 =(1/2)m1v1’2+(1/2)m2v2’ 2
FI
Contoh 5.
Sebuah peluru bermassa 10 kg bergerak pada sumbu-x positif dengan kecepatan 140
m/s. Jika peluru ini kemudian pecah menjadi 3 bagian dengan data sebagai berikut:
Jawab.
a. Momentum awal peluru
pox = mvox = (10 kg) (140 m/s) = 1400 kg m/s
poy = mvoy = (10 kg) (0) = 0
poz = mvoz = (10 kg) (0) = 0
b. Momentum liniar akhir yaitu;
pfx = m1 v1x + m2 v2x + m3 v3x = (3x210)+(4x105)+ p3x=1400
pfy = m1 v1y+m2v2y+ m3 v3y = (3x(-180))+(4x40)+ p3y=0
AL
pfz = m1 v1z + m2 v2z + m3 v3z =(3x80)+(4x(-60))+ p3z=0
pfx = 630 + 420 + p3x=1400
N
Besar kecepatan
126,7
arahnya tg 1 47,3 o terhadap sumbu-x
116,7
5.9 Pusat Massa
Sejauh ini obyek yang ditinjau diperlakukan sebagai partikel tunggal. Dalam gerak
translasi, tiap-tiap titik pada obyek mengalami pergeseran yang sama dengan titik
lainnya sepanjang waktu, sehingga gerak dari satu partikel menggambarkan gerak
keseluruhan obyek. Tetapi, walaupun dalam geraknya obyek berotasi ataupunm
bervibrasi, ada satu titik pada obyek yang bergerak serupa dengan gerak sebuah partikel
bila dikenai gaya luar yang sama, titik tersebut dinamakan “pusat massa”.
Tinjau sistem dua partikel m1 dan m2 yang masing-masing berjarak x1 dan x2 dari titik
pusat 0. Pusat massa sistem terletak pada jarak x cm dari titik pusat 0, dengan xcm
didefinisikan sebagai (lihat gambar 4.6).
m1 x1 m2 x 2 m1 x1 m2 x 2
xcm (4.17)
m1 m2 M
dengan M=m1+m2 adalah massa total sistem. Pusat massa terletak pada garis antara m 1
dan m2. Jika kedua massa sama (m1=m2=m), xcm persis berada di tengah, karena dalam
m( x1 x 2 ) x1 x 2
kasus ini x cm .
2m 2
y
AL
x1
Jika m1> m2, maka pusat massa akan bergeser mendekati
x2 m1. Sebaliknya jika m1<m2 maka pusat massa akan
N
Jika kita mempunyai n partikel m 1, m2, .. mn sepanjang garis lurus, maka menurut
definisi, pusat massa partikel-partikel ini terhadap suatu titik asal adalah:
m1 x1 m2 x 2 ... mn x n mi xi
xcm (4.18)
m1 m2 ... mn mi
dengan x1, x2,..xn adalah jarak masing-masing massa terhadap titik asal yang digunakan
untuk mengukur xcm.
Untuk banyak partikel yang tersebar dalam ruang dan tidak harus segaris ataupun tidak
harus sebidang, pusat massanya berada pada xcm, ycm, zcm, masing-masing dinyatakan
sebagai berikut:
x cm
m x i i
, y cm
m y i i
, z cm
m z i i
(4.19a)
M M M
Dalam notasi vektor, masing-masing partikel dalam sistem dapat dinyatakan dengan
vektor posisi rI dalam suatu sistem koordinat tertentu dan pusat massanya ditunjukkan
oleh vektor posisi rcm. Vektor-vektor ini dihubungkan dengan xI, yI, zI dan xcm, ycm dan
zcm dalam persamaan (4.19a) melalui
rI=ixi+jyI+kzI, dan rcm = ixcm+jycm+kzcm.
Dengan demikian, ketiga persamaan (4.19a) dapat digantikan dengan sebuah persamaan
vektor;
rcm
m r i i
(4.19b)
M
Persamaan (4.19b) menyatakan bahwa jika titik asal kerangka acuan dipilih pada titik
pusat t massa (rcm=0), maka sistem tersebut berlaku mi ri 0 .
Suatu benda tegar dapat dipandang sebagai sistem partikel yang saling berdekatan dan
sangat rapat sehingga dapat ditentukan pusat massanya. Caranya kita bagi-bagi benda
AL
menjadi n buah elemen kecil yang masing-masing bermassa mi. Jika mI dibuat sangat
kecil (mI 0), maka letak pusat massa dinyatakan dalam bentuk vektor diberikan oleh:
N
1
rcm r.dm
FI
(4.20)
m
Dalam pernyataan diatas, dm adalah elemen massa diferensial pada posisi r dari titik
asal kerangka acuan.
Contoh 6.
Tentukan letak pusat massa sistem yang terdiri atas tiga partikel dengan massa
masimng-masing m1 = 1,0 kg, m2 = 2,0 kg dan m3 =3,0 kg. Partikel tersebut masing-
masing terletak di titik sudut segitiga sama sisi dengan rusuk 1,0 m.
Jawab.
y3 m3
Pilih sumbu-x berimpit dengan salah satu sisi segitiga
seperti pada Gambar 4.7. x3 = ½ meter.
rcm y3 = [12-(1/2)2]2 = (3/4)1/2
m1 r3 m2 x (m)
xcm
m x i i
(1kg)(0) (2kg)(1m) (3kg)(1 / 2m) 7
m
M (1 2 3)kg 2
y cm
m y i i
(1kg)(0) (2kg)(0) (3kg)(3 / 4)1 / 2 m 31 / 2
m
M (1 2 3)kg 4
Tinjau gerak sekumpulan partikel, masing-masing dengan massa m1, m2,…mn. Massa
keseluruhan M dianggap konstan. Persamaan (4.19b) dapat dituliskan kembali sebagai
Mrcm = m1r1 + m2 r2 +….+ mn rn
dengan rcm adalah vektor posisi yang menyatakan letak pusat massa partikel dalam suatu
kerangka acuan tertentu. Persamaan ini diferensiasikan terhadap waktu sehingga
diperoleh:
drcm dr dr dr
M m1 1 m2 2 ..... mn n atau
dt dt dt dt
AL
Mvcm = m1v1 + m2 v2 +….+ mn vn (4.21)
drn dr
dengan v n adalah kecepatan partikel ke-n, dan v cm cm kecepatan pusat massa.
N
dt dt
FI
Persamaan (4.21) mengungkapkan bahwa momentum total dari sistem sama dengan
hasil kali massa total dengan kecepatan pusat massa sistem. Persamaan (4.21)
dideferensiasikan terhadap waktu, sehingga
dvcm dv dv dv
M m1 1 m2 2 ..... mn n atau
dt dt dt dt
Macm = m1a1 + m2 a2 +….+ mn an (4.22)
dengan acm adalah percepatan pusat massa sistem, sedang an adalah percepatan partikel
ke-n. Berdasarkan hukum II Newton, persamaan (4.22) dapat ditulis menjadi:
Jadi jumlah semua gaya yang bekerja pada sistem sama dengan massa total sistem
dikalikan dengan percepatan pusat massanya. Pusat massa sistem bergerak seperti
sebuah partikel tunggal bermassa M dibawah pengaruh gaya eksternal total .
SOAL LATIHAN
1. Sebuah benda bermassa 2 kg bergerak di atas bidang datar yang licin dengan
kelajuan tetap 5 m/dtk, dikerjakan gaya yang besarnya berubah terhadap waktu
dan arahnya sama dengan arah gerak benda. Gaya tersebut mempunyai harga
2000 N pada saat t=0 dtk dan berharga nol pada saat t=0,05 dtk.
Di muka mobil mainan tersebut terdapat sebuah mobil ambulance (mainan) yang
bermassa M = 5 kg dan bergerak dengan kecepatan 3 m/dtk dalam arah yang
sama. Sebuah pegas tak bermassa dengan konstanta pegas k = 1120 N/m
dipasang di belakang mobil ambulance M (lihat gambar disamping). Berapa jauh
mampatan pegas (pegas tidak bengkok).
Balok lain bermassa m diletakkan diantara alok pertama dan dinding dan
digerakkan ke kiri dengan laju konstan v (lihat gbr). Dengan menganggap bahwa
semua tumbukan benar-benar elastik, tentukanlah harga m agar kedua balok
bergerak dengan kecepatan yang sama setelah m menumbuk M.
ω
5 a Sebuah bola elastis dengan massa M