Anda di halaman 1dari 3

Kasus 2

Seorang residen anestesi semester 1 merawat pasien trauma multiorgan di ruang intensive
care unit (ICU). Untuk menopang kehidupan dasarnya pasien mendapatkan perawatan
dengan alat bantu kehidupan elektronik seperti ventilator dan alat pacu jantung. Ruang ICU
tersebut berada dalam keadaan penuh. Beberapa hari perawatan pasien mulai stabil, tetapi
masih tergantung pada alat bantu tersebut. Seniornya memutuskan harus mencabut alat bantu
tersebut, karena ada pasien lain yang lebih kritis tetapi peluang hidupnya lebih baik. Ketika
alat bantu tersebut dicabut, residen tersebut mengalami konflik batin yang berat.

1. Identifikasi situasi (frase kalimat atau peristiwa) yang sensitive isu etik!
a. Senior memutuskan harus mencabut alat bantu pada pasien, karena ruang ICU
tersebut berada dalam keadaan penuh dan ada pasien lain yang lebih kritis tetapi
peluang hidupnya lebih baik.
2. Adakah situasi (frase kalimat atau peristiwa) tersebut dengan kaidah dasar bioetik?
Ada, di antaranya :
a. Beneficence
1) Berbuat baik (beneficence). Selain menghormati martabat manusia, dokter
juga harus mengusahakan agar pasien yang dirawatnya terjaga keadaan
kesehatannya (patient welfare). Pengertian ”berbuat baik” diartikan bersikap
ramah atau menolong, lebih dari sekedar memenuhi kewajiban.
a) General beneficence:
o melindungi & mempertahankan hak yang lain
o mencegah terjadi kerugian pada yang lain,
o menghilangkan kondisi penyebab kerugian pada yang lain,
b) Specific beneficence:
o menolong orang cacat,
o menyelamatkan orang dari bahaya.
o mengutamakan kepentingan pasien.
o memandang pasien/keluarga/sesuatu tak hanya sejauh
menguntungkan dokter/rumah sakit/pihak lain.
o maksimalisasi akibat baik (termasuk jumlahnya > akibat-buruk).
o menjamin nilai pokok: “apa saja yang ada, pantas (elok) kita bersikap
baik terhadapnya” (apalagi ada yang hidup).
2) Alasannya: Seorang residen anestesi semester 1 merawat pasien trauma
multiorgan di ruang intensive care unit (ICU). Untuk menopang kehidupan
dasarnya pasien mendapatkan perawatan dengan alat bantu kehidupan
elektronik seperti ventilator dan alat pacu jantung.
b. Non – Maleficence
1) Tidak berbuat yang merugikan (Non-Maleficence). Praktik Kedokteran
haruslah memilih pengobatan yang paling kecil risikonya dan paling besar
manfaatnya. Pernyataan kuno: first, do no harm, tetap berlaku dan harus
diikuti.
a) Sisi komplementer beneficence dari sudut pandang pasien, seperti :
b) Tidak boleh berbuat jahat (evil) atau membuat derita (harm) pasien
c) Minimalisasi akibat buruk
d) Kewajiban dokter untuk menganut ini berdasarkan hal-hal :
e) Pasien dalam keadaan amat berbahaya atau berisiko hilangnya sesuatu
yang penting
f) Dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan tersebut
g) Tindakan kedokteran tadi terbuktiefektif
h) Manfaat bagi pasien > kerugian dokter (hanya mengalami risiko minimal).
2) Alasannya: Seniornya memutuskan harus mencabut alat bantu tersebut, karena
ada pasien lain yang lebih kritis tetapi peluang hidupnya lebih baik.
3. Adakah situasi (frase kalimat atau peristiwa) tersebut relevan dengan Kode Etik
Kedokteran Indonesia, Permenkes RI No 512/MENKES/PER/IV/2007 tentang Izin
Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran, dan KUHP yang relevan dengan praktik
dokter?
a. KODEKI: Ada, di antaranya:
a) Pasal 5: Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan
psikis maupun fisik hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien,
setelah memperoleh persetujuan pasien.
b) Pasal 13: Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu
tugas pe- rikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bersedia
dan lebih mampu memberikan.
c) Pasal 19 (2) : Dokter dan dokter gigi, dalam rangka memberikan pertolongan
pada keadaan gawat darurat guna penyelamatan jiwa atau pencegahan
kecacatan, dapat melakukan tindakan kedokteran dan kedokteran gigi diluar
kewenangannya sesuai dengan kebutuhan medis.

b. Permenkes RI No 512/MENKES/PER/IV/2007: Tidak ada

c. KUHP: Tidak ada


4. Adakah situasi (frase kalimat atau peristiwa) tersebut relevan dengan maqasid
Syariah dan kaidah dasar bioetik Islam?
a. Maqasid Syariah, ada yaitu :
a) Hifdh Al-Nafs (Memberikan perlindungan terhadap kehidupan):
Tujuan dari sudut pandang ini adalah tidak saja mempertahankan
kehidupan,tetapi adalah menegoptimalkan kualitas hidup yang dikaruniakan
Allah kepada pasien atau sekelompok orang yang menjadi tanggung jawab
formalnya. Nafs ini juga diartikan harga diri atau kehormatan pasien yang
dirawat.
Alasan: Dari analisis Hifdh Al-Nafs bahwa seorang senior residen lebih
memindahkan alat bantu untuk menopang kehidupan pasien yang lebih kritis
tetapi memiliki peluang hidupnya lebih baik.
b. Kaidah dasar bioetik Islam:
a) Qoidah al yaqiin (Kaidah kepastian) : Dari segi pandang ini, kaidah kepastian
yang dimaksudkan adalah tidak ada yang benar-benar pasti (yaqiin) dalam
ilmu kedokteran artinya tingkat kepastian dalam ilmu kedokteran tidak
mencapai standart yaqiin yang diminta oleh hokum, meskipun demikian
diharapkan dokter dalam mengambil keputusan medis, mengambil keputusan
berdasarkan dari tingkat probabilitas terbaik yang ada. Dari analisis Qoidah al
yaqiin bahwa : Seorang senior residen memutuskan untuk mencabut alat bantu
karena ada pasien yang lebih kritis tetapi peluang hidupnya lebih baik.
Seorang senior residen mengambil keputusan berdasarkan dari probabilitas
terbaik berdasarkan keputusan medis .
b) Qoidah al dharar (Kaidah kerugian) : Intervensi medis untuk menghilangkan
al dharar (luka, kerugian, kehilangan hari-hari sehat) pada pasien. Pilihan
antara 2 keburukan, jika dihadapkan dengan 2 situasi medis dimana keduanya
akan menyebabkan kerugian dan tidak ada pilihan selain memilih salah satu
dari keduanya, yang kurang merugikan dilakukan. Dari analisis Qoidah al
dharar adalah : Keuntungan dari seorang pasien yang mendapatkan perawatan
alat bantu berupa ventilator dan alat pacu jantung adaalah peluang hidupnya
lebih tinggi daripada pasien yang sudah dicabut alat bantu karena pasien
tersebut akan memperburuk kesehatannya. Sehingga disini adanya kerugian
dari pasien yang sudah dicabut alat bantunya.
5. Identifikasi masalah medik etik yang dijumpai!
a. Prima facie: terjadi tabrakan antara kaidah autonomy dan non maleficence.
Dokter lebih mengutamakan kaidah non maleficence dengan mengutamakan
keselamatan pasien lain yang lebih kritis dan dinilai memiliki peluang hidup lebih
baik.
6. Bagaimana solusi yang kelompok anda berikan?
a. Walaupun pasien trauma multiorgan dipindahkan ke bangsal, pasien tetap harus
diberikan perawatan yang terbaik.

Anda mungkin juga menyukai