Kelompok 4
Nama Anggota Kelompok :
1. Kresensia Angelicha Hardi (1810121004)
2. Kadek Nadia Narendra (1810121011)
3. Ni Nyoman Sonia Santhy Suryani (1810121030)
4. Ni Kadek Candra Dewi (1810121050)
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS WARMADEWA
2018
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan, karena berkat anugerah dan restu-Nya,
kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Bahasa Indonesia, yang berjudul “APBN
SEBAGIAN BESAR BERASAL DARI PAJAK”, tanpa kekurangan apapun. Tidak lupa
kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, karena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman kami. Kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Hormat kami,
Kelompok 4.
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 5
BAB II PEMBAHASAN 7
2.1.2 PAJAK 13
3.1 SIMPULAN 23
3.2 SARAN 23
DAFTAR PUSTAKA 24
3
Tabel 1. Struktur Dasar APBN (format lama) 9
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.1 LATAR BELAKANG
Negara Kesatuan Republik Indonesia mempunyai wilayah dan teritorial yang luas.
Dalam perkembangannya, pemerintah berusaha agar pembangunan di Indonesia dapat
merata, sehingga seluruh wilayah Indonesia dapat mengalami peningkatan mutu hidup dan
ikut bersaing dalam dunia internasional. Hal ini menyangkut dengan perkembangan
ekonomi dunia terhadap nilai mata uang di negeri kita, yaitu rupiah. Jika pemerintah tidak
mampu mengikuti perkembangan dunia global baik dalam bidang ekonomi atau
infrastruktur, maka Indonesia dapat mengalami kemunduran di mata dunia internasional.
Negara perlu menyiapkan suatu rancangan sistematis dan terperinci untuk mengatur
pemasukan dan pengeluaran pembangunan negara, agar keuangan Indonesia tetap stabil dan
tidak mengalami defisit. Rencana keuangan tahunan pemerintah negara Indonesia disebut
APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara). APBN berisi tentang daftar sistematis
dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara dengan jangka
waktu satu tahun, yang ditetapkan dengan undang-undang, dilaksanakan secara terbuka,
dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
APBN sebagian besar berasal dari pajak. Pajak, berdasarkan Kamus Besar Bahasa
Indonesia, memiliki definisi sebagai pungutan wajib, biasanya berupa uang yang harus
dibayar oleh penduduk sebagai sumbangan wajib kepada negara atau pemerintah
sehubungan dengan pendapatan, pemilikan, harga beli barang, dan sebagainya. Lalu
menurut UU No.28 Tahun 2007 Pasal 1 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan, pajak adalah sebuah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.
Maka dari itu, hubungan antara APBN dan pajak penting adanya dan menarik untuk
dibahas, sehingga dari hubungan tersebut, kami dapat menghasilkan suatu makalah dengan
judul “APBN SEBAGIAN BESAR BERASAL DARI PAJAK”.
5
2. Bagaimana alokasi pajak dalam APBN 2018 ?
BAB II
PEMBAHASAN
6
2.1 APBN DAN PAJAK
2.1.1 APBN (ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA)
2.1.1.1 PENGERTIAN DAN DASAR HUKUM APBN
APBN adalah singkatan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Sesuai dengan
kepanjangannya, APBN dapat diartikan sebagai suatu daftar yang memuat perincian
sumber-sumber pendapatan negara dan jenis-jenis pengeluaran negara dalam waktu satu
tahun. Pada zaman Orde Baru, APBN dirancang dan dilaksanakan untuk satu tahun mulai 1
April - 31 Maret tahun berikutnya, misalnya mulai 1 April 1995 - 31 Maret 1996. Akan
tetapi, sejak tahun 2000 (Era Reformasi), APBN dirancang dan dilaksanakan untuk satu
tahun mulai 1 Januari - 31 Desember tahun yang sama. APBN dirancang berdasarkan
landasan hukum tertentu. Landasan hukum tersebut adalah sebagai berikut.
1. UUD 1945 Pasal 23 (sesudah diamandemen) yang pada intinya berisi :
APBN ditetapkan setiap tahun dengan Undang-Undang.
Rancangan APBN dibahas di DPR dengan memerhatikan pendapat Dewan
Perwakilan Daerah.
Apabila DPR tidak menyetujui rancangan anggaran yang diusulkan
pemerintah, maka pemerintah memakai APBN tahun lalu.
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1994 tentang Pendapatan dan Belanja Negara.
3. Keppres Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan APBN.
Pemerintah sudah mempunyai gambaran yang jelas mengenai apa saja yang akan
diterima sebagai pendapatan dan pengeluaran apa saja yang harus dilakukan selama satu
tahun dengan adanya APBN. APBN digunakan sebagai pedoman agar kesalahan,
pemborosan, dan penyelewengan yang merugikan dapat dihindari. Apabila APBN disusun
dengan baik dan tepat, serta dilaksanakan sesuai aturan, maka akan mampu meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja, dan kemakmuran bangsa.
7
Pemerintah dapat mengalokasikan (membagikan) pendapatan yang diterima sesuai
dengan sasaran yang dituju. Misalnya, berapa besar untuk belanja (gaji) pegawai,
untuk belanja barang, dan berapa besar untuk proyek.
2. Fungsi Distribusi
Pemerintah dapat mendistribusikan pendapatan yang diterima secara adil dan
merata. Fungsi distribusi dilakukan untuk memperbaiki distribusi pendapatan di
masyarakat sehingga masyarakat miskin dapat dibantu. Caranya, antara lain dengan
melakukan kebijakan subsidi seperti subsidi BBM.
3. Fungsi Stabilisasi
Pemerintah dapat menstabilkan keadaan perekonomian untuk mencegah hal-hal
yang tidak diinginkan. Misalnya, dalam keadaan inflasi (harga barang dan jasa
naik), pemerintah dapat menstabilkan perekonomian dengan cara menaikkan pajak.
Dengan menaikkan pajak, jumlah uang yang beredar dapat dikurangi sehingga
harga-harga dapat kembali turun.
APBN memiliki beberapa sumber, yaitu :
a. Penerimaan Perpajakan
Pajak adalah iuran yang wajib dibayar oleh warga kepada negara untuk
kepentingan umum. Hasil dari pajak tidak dapat dirasakan langsung, melainkan
melalui pembangunan infrastruktur secara umum.
b. Penerimaan Negara Bukan Pajak
Penerimaan yang tergolong dalam Penerimaan Negara Bukan Pajak, ialah :
Penerimaan negara yang bersumber dari pengelolahan dana pemerintah.
Penerimaan atau pemasukan negara yang berasal dari pemanfaatan sumber
daya alam yang mereka miliki.
Penerimaan atau pemasukan negara yang berasal dari hasil-hasil
pengelolahan kekeyaan negara yang telah dipisahkan.
Penerimaan atau pemasukan yang berasal dari aktivitas pemerintah yang
berupa pelayanan kepada masyarakat.
Penerimaan atau pemasukan yang berasal dari pengenaan denda
administrasi dan berdasarkan keputusan pengadilan.
Penerimaan atau pemasukan lainnya yang berdasarkan pada peraturan
perundang-undangan tentang penerimaan negara bukan pajak.
c. Hibah
8
Penerimaan hibah adalah semua penerimaan negara yang berasal dari
sumbangan swasta dalam negeri serta sumbangan lembaga swasta dan
pemerintah luar negeri. Penerimaan hibah yang dicatat di dalam APBN
merupakan sumbangan atau donasi (grant) dari negara-negara asing,
lemaga/badan nasional, serta perorangan yang tidak ada kewajiban untuk
membayar kembali. Perkembangan penerimaan negara yang berasal dari hibah
ini dalam setiap tahun anggaran bergantung pada komitmen dan kesediaan
negara atau lembaga donatur dalam memberikan donasi (bantuan) kepada
pemerintah indonesia.
Struktur dasar APBN terdiri atas sisi penerimaan dan sisi pengeluaran negara. Sisi
penerimaan negara terdiri atas penerimaan dalam negeri (migas, pajak, dan bukan pajak),
dan penerimaan luar negeri atau bantuan luar negeri yang disebut juga penerimaan
pembangunan meliputi bantuan program dan bantuan proyek. Adapun sisi pengeluaran
negara, terdiri atas pengeluaran rutin (antara lain: belanja barang, belanja pegawai, dan
subsidi daerah otonom), dan pengeluaran pembangunan yang merupakan biaya pelaksanaan
proyek-proyek pemerintah. Penerimaan pembangunan dalam anggaran negara ditujukan
untuk menutupi kekurangan penerimaan yang lebih kecil.
Tabel 1. Struktur Dasar APBN (format lama)
9
i. Pajak dalam negeri
1. Pajak penghasilan
Migas
Non migas
2. Pajak pertambahan nilai
3. Pajak bumi dan bangunan
4. Bea perolehan atas tanah dan bangunan
5. Cukai
6. Pajak lainnya
ii. Pajak perdagangan internasional
1. Bea masuk
2. Pajak/Pungutan ekspor
b) Penerimaan bukan pajak
i. Penerimaan SDA
1. Minyak bumi
2. Gas alam
3. Pertambangan umum
4. Kehutanan
5. Perikanan
ii. Bagian laba BUMN
iii. PNBP lainnya
A.2. Hibah
B. Belanja Negara
B.1. Anggaran belanja pemerintah pusat
a) Pengeluaran rutin
b) Pengeluaran pembangunan
B.2. Anggaran belanja untuk daerah
a) Dana perimbangan
b) Dana otonomi khusus dan penyeimbang
C. Keseimbangan Primer
D. Surplus/Defisit Anggaran (A–B)
E. Pembiayaan (E1+E2)
E.1 Pembiayaan dalam negeri
E.2 Pembiayaan luar negeri (Neto)
10
a. Perencanaan.
b. Pengesahaan RAPBN oleh DPR.
c. Pelaksanaan APBN oleh pemerintah.
d. Pengawasan dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN oleh pemerintah kepada
DPR.
Penyusunan APBN memiliki prinsip-prinsip yang telah diatur. Prinsip-prinsip yang ada,
ialah :
1. Prinsip penyusunan APBN berdasarkan dari aspek pendapatan.
Intensifikasi penerimaan anggaran dalam jumlah dan kecepatan penyetoran.
Intensifikasi penagihan dan pemungutan piutang negara, sewa dalam pemakaian
barang-barang milik negara.
Penutupan ganti rugi dari kerugian yang diterima oleh negara dan denda yang
sudah dijanjikan.
2. Prinsip penyusunan APBN berdasarkan dari aspek pengeluaran.
11
Hemat, tidak mewah, efisien, dan sesuai dari kebutuhan teknis yang telah
diisyaratkan.
Terarah, terkendali sesuai dari rencana program/kegiatan .
Semaksimal mungkin dalam penggunaan hasil produksi dalam negeri dengan
memperhatikan dari segi kemampuan/potensi nasional.
Penyusunan program pembangunan tahunan dituangkan dari APBN yang berasakan
antara lain sebagai berikut :
a. Kemandirian, yaitu sumber penerimaan dalam negeri terus ditingkatkan.
b. Penghematan atau peningkatan dalam efisiensi dan juga produktivitas.
c. Penajaman dalam perioritas pembangunan.
Pengeluaran pemerintah merupakan salah satu aspek penggunaan sumber daya ekonomi
yang secara langsung dikuasai dan dimiliki oleh pemerintah (pusat maupun daerah) dan
secara tidak langsung dimiliki oleh masyarakat melalui pembayaran pajak. Di Indonesia,
pengeluaran pemerintah dapat dibedakan menurut dua klasifikasi, sebagai berikut.
1. Pengeluaran rutin pemerintah, yaitu pengeluaran untuk pemeliharaan atau
penyelenggaraan pemerintah sehari-hari. Termasuk dalam pengeluaran rutin, yaitu
belanja pegawai, belanja barang, subsidi daerah otonom, bunga, dan cicilan utang luar
negeri.
2. Pengeluaran pembangunan, yaitu pengeluaran untuk pembangunan, baik fisik seperti
jalan, jembatan, gedung-gedung dan pembelian kendaraan dinas, maupun
pembangunan nonfisik spritual, seperti penataran dan training.
2.1.2 PAJAK
2.1.2.1 PENGERTIAN, FUNGSI, DAN JENIS-JENIS PAJAK
Sumber pendapatan Negara Indonesia yang utama adalah pajak. Secara umum, pajak
adalah iuran yang wajib dibayarkan oleh rakyat untuk kepentingan negara. Pajak
merupakan salah satu sarana pemerataan pendapatan warga negara dan sumber dana
pembangunan negara bagi pemerintah. Hasil dari pajak tidak langsung diterima oleh
masyarakat yang membayar pajak, melainkan diterima lewat pembangunan nasional secara
umum seperti pembangunan jalan raya, fasilitas umum, dan lain sebagainya. Undang-
Undang No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan mengatur
tentang definisi pajak, tata cara pembayaran pajak, dan lain sebagainya. Undang-undang ini
menimbulkan suatu ikatan yang menyebabkan adanya kewajiban warga negara untuk
12
menyetorkan sejumlah dana tertentu kepada negara. Negara mempunyai kekuatan untuk
memaksa dan pajak tersebut dipergunakan untuk penyelenggaraan pemerintahan. Hal ini
memperlihatkan bahwa pajak yang dipungut harus berdasarkan undang-undang, sehingga
menjamin adanya kepastian hukum, baik bagi petugas pajak sebagai pengumpul pajak
maupun wajib pajak sebagai pembayar pajak. Adapun fungsi yang dimiliki pajak, ialah :
13
a. Pajak Langsung adalah pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh
Wajib Pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain
atau pihak lain. Contohnya yaitu Pajak Penghasilan (PPh).
b. Pajak Tidak Langsung adalah pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau
dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga. Contohnya yaitu Pajak
Pertambahan Nilai (PPN).
2. Pajak menurut sifat dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
a. Pajak Subjektif yaitu pajak yang pengenaannya memperhatikan keadaan pribadi
wajib pajak atau pengenaan pajak yang memperhatikan keadaan subjeknya.
Contohnya yaitu Pajak Penghasilan (PPh).
b. Pajak Objektif yaitu pajak yang pengenaannya memperhatikan objeknya baik
berupa benda, keadaan, perbuatan atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya
kewajiban membayar pajak, tanpa memperhatikan keadaan pribadi Subjek Pajak
(Wajib Pajak) maupun tempat tinggal. Contohnya yaitu Pajak Pertambahan
Nilai (PPN).
3. Pajak menurut lembaga pemungut pajak dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
a. Pajak Negara adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan
untuk membiayai rumah tangga negara pada umumnya. Contohnya PPh, PPN
dan PPnBM.
b. Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah baik daerah
tingkat I (pajak provinsi) maupun daerah tingkat II (pajak kabupaten/kota) dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah masing-masing. Contohnya
adalah Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, dan
lain-lain.
Secara umum, pajak yang berlaku di Indonesia dapat dibedakan menjadi Pajak Pusat
dan Pajak Daerah. Pajak Pusat adalah pajak-pajak yang dikelola oleh Pemerintah Pusat
yang dalam hal ini sebagian dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak – Departemen
Keuangan. Sedangkan Pajak Daerah adalah pajak-pajak yang dikelola oleh Pemerintah
Daerah baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Pajak-pajak Pusat yang dikelola
oleh Direktorat Jenderal Pajak meliputi :
1. Pajak Penghasilan (PPh).
PPh adalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi atau badan atas penghasilan
yang diterima atau diperoleh dalam suatu Tahun Pajak. Yang dimaksud dengan
penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang berasal baik dari
14
Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat digunakan untuk konsumsi atau
untuk menambah kekayaan dengan nama dan dalam bentuk apapun. Dengan demikian
maka penghasilan itu dapat berupa keuntungan usaha, gaji, honorarium, hadiah, dan
lain sebagainya.
2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
PPN adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi Barang Kena Pajak atau Jasa Kena
Pajak di dalam Daerah Pabean. Orang Pribadi, perusahaan, maupun pemerintah yang
mengkonsumsi Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak dikenakan PPN. Pada
dasarnya, setiap barang dan jasa adalah Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak,
kecuali ditentukan lain oleh Undang-undang PPN. Tarif PPN adalah tunggal yaitu
sebesar 10%. Dalam hal ekspor, tarif PPN adalah 0%. Yang dimaksud Dengan Pabean
adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, peraian, dan ruang
udara diatasnya.
3. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPn BM)
Selain dikenakan PPN, atas barang-barang kena pajak tertentu yang tergolong mewah,
juga dikenakan PPn BM. Barang Kena Pajak yang tergolong mewah adalah :
Barang tersebut bukan merupakan barang kebutuhan pokok; atau
Barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat tertentu; atau
Pada umumnya barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan
tinggi; atau
Barang tersebut dikonsumsi untuk menunjukkan status; atau
Apabila dikonsumsi dapat merusak kesehatan dan moral masyarakat, serta
mengganggu ketertiban masyarakat.
4. Bea Meterai
Bea Meterai adalah pajak yang dikenakan atas dokumen, seperti surat perjanjian, akta
notaris, serta kwitansi pembayaran, surat berharga, dan efek, yang memuat jumlah
uang atau nominal diatas jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan.
5. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
PBB adalah pajak yang dikenakan atas kepemilikan atau pemanfaatan tanah dan atau
bangunan. PBB merupakan Pajak Pusat namun demikian hampir seluruh realisasi
penerimaan PBB diserahkan kepada Pemerintah Daerah baik Propinsi maupun
Kabupaten/Kota.
6. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
15
BPHTB adalah pajak yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan atau
bangunan. Seperti halnya PBB, walaupun BPHTB dikelola oleh Pemerintah Pusat
namun realisasi penerimaan BPHTB seluruhnya diserahkan kepada Pemerintah
Daerah baik Propinsi maupun Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan.
Pajak-pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah baik Propinsi maupun
Kabupaten/Kota antara lain meliputi :
1) Pajak Provinsi
a. Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air;
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air;
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bemotor;
d. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan.
2) Pajak Kabupaten/Kota
a. Pajak Hotel;
b. Pajak Restoran;
c. Pajak Hiburan;
d. Pajak Reklame;
e. Pajak Penerangan Jalan;
f. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C;
g. Pajak Parkir.
J. Pendidikan.
Alokasi pendidikan mendapat jatah sebesar 10,1%. Alokasi ini digunakan untuk
pencapaian di bidang pendidikan, yaitu (1) meningkatnya akses layanan
pendidikan dasar, dengan indikator banyaknya jumlah siswa pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah penerima bantuan Program Indonesia Pintar
melalui KIP sebanyak 19,7 juta siswa; (2) tercapainya mahasiswa penerima
bantuan Bidik Misi sebanyak 401,5 ribu mahasiswa; (3) bantuan operasional
sekolah (pusat) untuk 8,8 juta siswa; (4) tunjangan profesi guru untuk 257,2 ribu
guru PNS; (5) pembangunan dan rehabilitasi 30,7 ribu ruang kelas; (6)
meningkatnya kualitas pembelajaran melalui revitalisasi 75 Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK); serta (7) pengelolaan/pengembangan
72 PTN baru dan akademi komunitas.
K. Perlindungan Sosial.
Alokasi perlindungan sosial mendapat jatah sebesar 11,2%. Alokasi ini
digunakan untuk membantu masyarakat dalam bidang hukum, yaitu (1) bantuan
tunai bersyarat/PKH kepada 10 juta KPM berdasarkan basis data yang lebih
valid dan akuntabel; (2) penyaluran bantuan sosial pangan berupa bantuan sosial
rastra dan bantuan pangan nontunai (BPNT) kepada 15,6 juta KPM; (3)
penyediaan bantuan kelompok usaha ekonomi produktif (KUBE) di wilayah
perdesaan bagi 64.700 keluarga miskin; dan (4) rehabilitasi dan perlindungan
19
sosial terhadap anak balita terlantar, anak terlantar/anak jalanan, anak
berhadapan dengan hukum dan anak yang mendapatkan perlindungan khusus
sebanyak 90.000 anak.
2. Alokasi Kontribusi Anda dalam Belanja Ke Daerah
A. Dana Alokasi Umum.
Dana alokasi umum mendapat sebesar 52,5%. Salah satu transfer dana
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah yang bersumber dari pendapatan
APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan
antardaerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi.
B. Dana Bagi Hasil.
Dana bagi hasil mendapat sebesar 11,6%. Dana yang dialokasikan kepada
daerah yang bersumber dari pendapatan APBN berdasarkan persentase
tertentu guna mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi. Dana Bagi Hasil terdiri dari Dana Bagi Hasil dari Pajak dan
Dana Bagi Hasil dari Sumber Daya Alam.
C. Dana Alokasi Khusus Fisik.
Pajak memberikan sebesar 8,1%. Dana ini terdiri dari Dana Alokasi Khusus
Reguler, Infrastruktur dan Publik Daerah, dan Afirmasi. Dana Alokasi Khusus
Reguler ditujukan untuk pembangunan di dalam bidang Pendidikan,
Kesehatan dan KB, Perumahan, Pemukiman, Air Minum, dan Sanitasi,
Kedaulatan Pangan, Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Energi Skala Kecil,
Kelautan dan Perikanan, Prasarana Pemerintahan Daerah, Transportasi, Sarana
Perdagangan, serta Industri Kecil Menengah dan Pariwisata.
D. Dana Alokasi Khusus Non Fisik.
Pajak memberi sebesar 16,1% dari total pajak. Dana ini digunakan untuk
membiayai kegiatan dalam bidang Bantuan Operasional Sekolah (BOS),
Bantuan Operasional Penyelenggaraan PAUD (BOP), Tunjangan Profesi Guru
PNS Daerah, Tambahan Penghasilan Guru PNS Daerah, Dana Proyek
Pemerintah Daerah dan Desentralisasi, BOK dan BOKB, serta Dana
Peningkatan Kapasitas Koperasi, UKM, dan Ketenagakerjaan.
Dana Keistimewaan DIY. Total Anggaran Dalam APBN 2018: Rp 1 Triliun
Dana ini dialokasikan untuk mendanai urusan Keistimewaan DIY, meliputi: a)
tata cara pengisian jabatan, kedudukan, tugas, dan wewenang Gubernur dan
20
Wakil Gubernur; b) kelembagaan Pemerintah Daerah DIY; c) kebudayaan; d)
pertanahan; dan e) tata ruang.
E. Dana Otonomi Khusus.
Pajak menyumbangkan sebesar 2,6% untuk Dana Otonomi Khusus. Dana
Otonomi Khusus Provinsi Papua dan Papua Barat terutama ditujukan untuk
pembiayaan Pendidikan dan Kesehatan. Dana Tambahan Infrastruktur
Provinsi Papua dan Papua Barat ditujukan untuk mempercepat pembangunan
infrastruktur, seperti jalan, jembatan, dermaga, sarana transportasi darat,
sungai maupun laut. Selain itu, terdapat Dana Otonomi Khusus Provinsi Aceh
yang ditujukan untuk pembiayaan pembangunan dan pemeliharaan
infrastruktur, pemberdayaan ekonomi rakyat, pengentasan kemiskinan, serta
pendanaan pendidikan, sosial, dan kesehatan.
Dana Insentif ke daerah ialah sebesar 1,1%. Dana ini dialokasikan kepada
Provinsi, Kabupaten, dan Kota berdasarkan kriteria utama dan kriteria kinerja.
Dana ini bertujuan untuk memberikan penghargaan (reward) kepada daerah
yang mempunyai kinerja baik dalam bidang Kesehatan Fiskal dan Pengelolaan
Keuangan Daerah, Pelayanan Dasar Publik, dan Perekonomian dan
kesejahteraan (termasuk pengendalian tingkat inflasi).
G. Dana Desa.
Pada tahun 2018, Dana Desa mendapat dana dari pajak sebesar 7,8%. Dana
Desa dialokasikan kepada 74.954 desa dengan rata-rata alokasi dana desa per
desa sebesar Rp 800,5 juta. Arah kebijakan Dana Desa tahun 2018 adalah
untuk (1) meningkatkan anggaran Dana Desa, dengan tetap memperhatikan
kondisi keuangan negara, (2) mengalokasikan Dana Desa dengan
memperhatikan aspek pemerataan dan keadilan, (3) meningkatkan kualitas
pengelolaan Dana Desa, dan (4) meningkatkan kapasitas perangkat desa
melalui pelatihan dan pendampingan desa guna meningkatkan efektivitas
pengelolaan dan penggunaan Dana Desa.
21
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Pada pemaparan dan pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan beberapa hal yang
penting, yaitu :
2. Alokasi pajak dalam APBN 2018 terbagi dalam dua komponen besar
yaitu Belanja Pemerintah Pusat, dengan 11 bidang alokasi, dan Belanja ke
Daerah, dengan 7 bidang alokasi.
3.2 SARAN
Saran yang dapat diberikan mengenai isi dari makalah ini, ialah :
1. Perlu adanya pengumpulan data yang lebih mendalam dan terperinci mengenai
APBN 2018.
Terima kasih.
22
DAFTAR PUSTAKA
23