Anda di halaman 1dari 25

“FRAKTUR”

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Keperawatan Medikal Bedah 3
Yang dibina oleh Ns. Luh Titi Handayani,.M.Kes.

oleh
Miftakhul Arif (1811011043)
Muhammad Yusuf Sofyan P. (1811011052)
Maddadillah Nadhif (1811011070)

PROGRAM STUDI S1- ILMU PEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya
penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah ini.
Makalah Keperawatan Medikal Bedah III yang berjudul “Fraktur”
ini dilakukan untuk memahami secara dalam tentang Fraktur.
Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Ns. Luh Titi Handayani,.M.Kes. Selaku dosen pembimbing
mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III, atas segala wawasan,
ide, serta dengan sabar memberikan bimbingan, masukan dan
saran dalam proses perkuliahan.
Akhir kata, sangat disadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, yang tak lepas dari kesalahan dan kekurangan. Semoga
makalah ini banyak memberikan manfaat kepada diri penulis sendiri
khususnya dan pembaca sekalian umumnya.

Penulis

i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................
KATA PENGANTAR.....................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................ii
I. KONSEP DASAR MEDIS..........................................................1
1.1 Definisi......................................................................................................1

1.2 Etiologi......................................................................................................1

1.3 Patofisiologi..............................................................................................2

1.4 Manifestasi Klinis....................................................................................4

1.5 Pemeriksaan Penunjang.........................................................................4

1.6 Penatalaksanaan......................................................................................5

II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN.........................................6


2.1 Pengkajian................................................................................................6

2.2 Diagnosa Keperawatan.........................................................................12

2.3 Perencanaan Keperawatan...................................................................13

III. PENUTUP...........................................................................18
3.1 Kesimpulan.............................................................................................18

3.2 Saran.......................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA..................................................................20
LAMPIRAN...............................................................................21

ii
I. KONSEP DASAR MEDIS
1.1 Definisi
Fraktur merupakan istilah dari hilangnya kontinuitas tulang, tulang
rawan baik yang bersifat total maupun sebagian yang biasanya
disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Tibia merupakan salah satu
dari dua tulang yang menyusun batang kaki.
ROI (Removele of Inplate) adalah suatu tindakan operasi
pembedahan untuk pelepasan internal fiksasi yang berbentuk plate dan
skrew yang diberikan untuk memfiksasi tulang panjang yang
mengalami fraktur (Prasetyo, 2011).

1.2Etiologi
Fraktur adalah gangguan komplet atau tak-komplet pada
kontinuitas struktur tulang dan didefinisikan sesuai jenis dan
keluasannya.
Fraktur disebabkan oleh beberapa hal, menurut Helmi adalah:
a. Fraktur Traumatik
Disebabkan oleh adanya trauma langsung maupun tidak secara
tibatiba baik ringan maupun berat yang mengenai tulang.
b. Fraktur stres
Fraktur yang terjadi akibat tulang mengalami tekanan yang terlalu
sering.
c. Fraktur patologis
Fraktur yang disebabkan oleh kondisi sebelumnya, seperti kondisi
proses patologik penyakit yang mengakibatkan rentang fraktur
Fraktur terjadi ketika tulang menjadi subjek tekanan lebih besar
dari yang mampu diserap. Fraktur dapat disebabkan oleh hantaman
langsung, kekuatan yang meremukkan, gerakan memuntir yang
mendadak, atau bahkan kontraksi otot yang ekstrem.

1
Tipe-tipe fraktur :
a. Fraktur komplet
b. Fraktur inkomplet
c. Fraktur remuk
d. Fraktur tertutup
e. Fraktur terbuka
f. Fraktur intra-artikular meluas ke permukaan sendi tulang

1.3Patofisiologi
Fraktur disebabkan oleh beberapa hal di antaranya karena adanya
traumatik pada tulang. Tulang yang telah melemah oleh kondisi
sebelumnya terjadi pada fraktur patologis.
Patah tulang tertutup atau terbuka akan mengenai serabut syaraf
yang akan menimbulkan rasa nyeri. Selain itu fraktur dan patah tulang
adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan tulang rawan yang
umumnya disebabkan oleh rudapaksa, tulang tidak mampu digerakkan
sehingga mobilitas fisik terganggu.
Intervensi medis dengan penatalaksanaan pembedahan
menimbulkan luka insisi yang menjadi pintu masuknya organisme
patogen serta akan menimbulkan masalah resiko tinggi infeksi
pascabedah, nyeri akibat trauma jaringan lunak. Intervensi
pembedahan pada fraktur tertutup adalah ORIF (Open Reduction
Internal Fixation) merupakan tindakan bedah yang dilakukan untuk
mempertemukan dan memfiksasi kedua ujung fragmen tulang yang
patah serta untuk mengoptimalkan penyembuhan dan hasil dengan
cara pemasangan plate dan skrew. Setelah tulang menyambung (satu
sampai dua tahun) maka plate dan skrew akan dilepas, dirumah sakit
pelepasan tersebut sering disebut dengan operasi ROI apabila tidak
dilakukan maka dapat mengganggu pertumbuhan tulang serta reaksi
penolakan dari tubuh seperti infeksi.

2
Komplikasi awal berupa syok, embolisme lemak, sindrom
kompartemen,dan tromboemboli vena (DVT, PE). Komplikasi lanjut
mencakup penyatuan (union) yang lambat, kesalahan penyatuan
(malunion), tidak menyatu (nonunion), nekrosis avaskular (AVN)
tulang, reaksi terhadap alat fiksasi internal, sindrom nyeri regional
kompleks (CRPS).
Pathway

Trauma Langsung Trauma Tidak Langsung Kondisi Patologis

Fraktur

Diskontinuitas Tulang Pergeseran Fragmen Tulang Nyeri

Perubahan Jaringan Kerusakan integritas Kerusakan Fragmen


jaringan, resiko tulang
infeksi

Tek. Sumsum tulang


Pergeseran fragmen Spasme otot lebih besar dari kapiler
tulang
Peningkatan Melepaskan katekolamin
Deformitas tekanan kapiler
Metabolisme asam
Gangguan Fungsi Pelepasan histamin lemak
ekstremitas
Protein plasma Bergabung dengan
Hambatan hilang trombosit
mobilitas fisik
Edema Emboli
Putus vena /arteri

3
Perdarahan Penekanan pembuluh Menyumbat
darah pembuluh darah
Kehilangan volume

Resiko syok Ketidakefektifan

(Hipovolemik) perfusi jaringan

1.4Manifestasi Klinis
Mendiagnosis fraktur harus berdasarkan manifestasi klinis klien,
riwayat, pemeriksaan fisik, dan temuan radiologis.
Tanda dan gejala klinis fraktur mencakup nyeri akut, kehilangan
fungsi, deformitas, pembekakan, memar, spasme otot, nyeri,
ketegangan, kehilangan fungsi, pemendekan ekstremitas, krepitus,
perubahan neurovaskular, syok dan edema lokal serta ekimosis, namun
tidak semua manifestasi terdapat dalam setiap fraktur.

1.5Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan rontgen: menentukan lokasi/luasnya fraktur/trauma.
Untuk mendapatkan gambaran 3 dimensi keadaan dan kedudukan
tulang yang sulit, maka diperlukan 2 proyeksi yaitu AP atau PA dan
lateral. Dalam keadaan tertentu diperlukan proyeksi tambahan
(khusus) ada indikasi untuk memperlihatkan pathologi yang dicari
karena adanya superposisi.
2. Scan tulang, tomogram, scan CT/MRI: memperlihatkan fraktur,
juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan
lunak.
3. Arteriogram: dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.
4. Hitung darah lengkap : Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi)
atau menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ
jauh pada trauma multipel).

4
5. Profil koagulasi: perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah,
tranfusi multiple, atau sedera hati.

1.6Penatalaksanaan
Penatalaksanaan menggunakan penatalaksanaan medis.
1. Diagnosis dan penilaian fraktur: Anamnesis pemeriksaan
klinis dan radiologi dilakukan dilakukan untuk mengetahui dan
menilai keadaan fraktur. Pada awal pengobatan perlu diperhatikan
lokasi fraktur, bentuk fraktur, menentukan teknik yang sesuai
untuk pengobatan komplikasi yang mungkin terjadi selama
pengobatan.
2. Reduksi: Tujuan dari reduksi untuk mengembalikan panjang dan
kesejajaran garis tulang yang dapat dicapai dengan reduksi terutup
atau reduksi terbuka. Reduksi tertutup dilakukan dengan traksi
manual atau mekanis untuk menarik fraktur, kemudian
memanipulasi untuk mengembalikan kesejajaran garis normal.
Jika reduksi tertutup gagal atau kurang memuaskan, maka bisa
dilakukan reduksi terbuka. Reduksi terbuka dilakukan dengan
menggunakan alat fiksasi internal untuk mempertahankan posisi
sampai penyembuhan tulang menjadi solid. Pembedahan terbuka
ini akan mengimobilisasi fraktur hingga bagian tulang yang patah
dapat tersambung kembali.
3. Retensi: Imobilisasi fraktur bertujuan untuk mencegah
pergeseran fragmen dan mencegah pergerakan yang dapat
mengancam penyatuan. Pemasangan plat atau traksi dimaksudkan
untuk mempertahankan reduksi ekstremitas yang mengalami
fraktur.
4. Rehabilitasi: Mengembalikan aktivitas fungsional seoptimal
mungkin. Setelah pembedahan, pasien memerlukan bantuan untuk
melakukan latihan.

5
II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
1. identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang
dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi,
golongan darah, nomer register, tanggal masuk rumah sakit,
diagnosis medis (Padila, 2012).
2. Keluhan utama
Keluhan utamanya adalah rasa nyeri akut atau kronik. Selain itu
klien juga akan kesulitan beraktivitas. Untuk memperoleh
pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan
menurut Padila ( 2012) :
 Provoking incident : Apakah ada peristiwa yang menjadi faktor
presipitasi nyeri.
 Quality of pain: Seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau
digambarkan klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau
menusuk.
 Region: Radiation, relief : Apakah rasa sakit bisa reda, apakah
rasa sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit
terjadi.
 Severity (scale) of pain : Seberapa jauh rasa nyeri yang
dirasakan klien, bisa berdasarkan skala nyeri atau klien
menerangkan seberapa jauh rasa sakit memepengaruhi
kemampuan fungsinya.
 Time : Berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah
bertambah buruk pada malam hari atau siang hari
3. Riwayat penyakit sekarang
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan
memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut akan menyambung.

6
4. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang menyebabkan
fraktur patologis yang sering sulit untuk menyambung. Selain itu,
penyakit diabetes dengan luka sangat beresiko terjadinya
osteomyelitis akut maupun kronik dan juga diabetes menghambat
proses penyembuhan tulang (Padila, 2012).
5. Riwayat penyakit keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang
merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti
diabetes, osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan
dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetik
(Padila, 2012).
6. Riwayat penyakit psikososial
Merupakan respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya
dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau
pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari (Padila, 2012).
7. Pola pola
 pola persepsi dan tata laksana hidup sehatPada kasus fraktur
akan timbul ketakutan akan terjadi kecacatan pada dirinya dan
harus menjalani penatalaksaan kesehatan untuk membantu
penyembuhan tulangnya. Selain itu, pengkajian juga meliputi
kebiasaan hidup klien seperti penggunaan obat steroid yang
dapat menggangu metabolisme kalsium, pengonsumsian alkohol
yang bisa mengganggu keseimbangannya dan apakah klien
melaksanakan olahraga atau tidak (Padila, 2012).
 Pola nutrisi dan metabolism
 Insufisiensi pancreas/DM (predisposisi untuk hipoglikemia atau
ketoasidosis), malnutrisi termasuk obesitas, membran mukosa
kering karena pembatasan pemasukan atau periode post puasa
(Doenges dalam Jitowiyono dan Kristiyanasari, 2010). Pada klien
fraktur harus mengonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari-

7
harinya seperti kalsium, zat besi, protein, vitamin untuk
membantu proses penyembuhan tulang dan pantau
keseimbangan cairan (Padila, 2012).
 Pola eliminasi
 Pantau pengeluaran urine frekuensi, kepekatannya, warna, bau,
dan jumlah apakah terjadi retensi urine. Retensi urine dapat
disebabkan oleh posisi berkemih yang tidak alamiah,
pembesaran prostat dan adanya tanda infeksi saluran kemih Kaji
frekuensi, konsistensi, warna, serta bau feses.
 Pola tidur dan istirahat
 Klien akan merasakan nyeri, keterbatasan gerak sehingga hal ini
dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu
juga, pengkajian dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana
lingkungan, kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur serta
penggunaan obat tidur (Padila, 2012). Tidak dapat beristirahat,
peningkatan ketegangan, peka terhadap rangsang, stimulasi
simpatis.
 Pola aktivitas
 Timbulnya nyeri, keterbatasan gerak maka semua bentuk
kegiatan klien menjadi berkurang dan kebutuhan klien perlu
banyak dibantu oleh orang lain. Hal lain yang perlu dikaji adalah
bentuk aktivitas (Padila, 2012).
 Pola hubungan dan peran
 Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan masyarakat
karena klien harus menjalani rawat inap (Padila, 2012).
 Persepsi dan konsep diri
 Dampak yang timbul pada klien adalah rasa takut akan
kecacatan, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan
aktivitas secara optimal dan pandangan dirinya yang
salah(Padila, 2012).
 Pola sensori dan kognitif

8
 Klien fraktur daya rabanya berkurang terutama pada bagian
fraktur, sedangkan pada indera yang lainnya tidak timbul
gangguan begitu juga pada kognitifnya tidak mengalami
gangguan (Padila, 2012).
 Pola reproduksi seksual
 Klien tidak bisa melakukan hubungan seksual karena harus
menjalani rawat inap dan keterbatasan gerak serta rasa nyeri.
Selain itu, klien juga perlu dikaji status perkawinannya termasuk
jumlah anak, lama perkawinannya (Padila, 2012).
 Pola penanggulangan stress
 Perasaan cemas, takut, marah, apatis, faktor-faktor stress
multiple seperti masalah finansial, hubungan, gaya hidup
(Doenges dalam Jitowiyono dan Kristiyanasari, 2010).
 Timbul kecemasan akan kecacatan pada diri dan fungsi
tubuhnya. Mekanisme koping yang ditempuh klien biasanya
tidak efektif (Padila, 2012).
 Pola tata nilai dan keyakinan
 Klien tidak dapat melakukan kebutuhan beribadah dengan baik
terutama frekuensi dan konsentrasi (Padila, 2012).
8. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum :
 Kesadaran penderita : apatis, sopor, koma, gelisah,
komposmentis tergantung pada keadaan klien.
 Tanda-tanda vital : Kaji dan pantau potensial masalah yang
berkaitan dengan pembedahan : tanda vital, derajat
kesadaran, cairan yang keluar dari luka, suara nafas,
pernafasan infeksi kondisi yang kronis atau batuk dan
merokok.
 Pantau keseimbangan cairan

9
 Observasi resiko syok hipovolemia akibat kehilangan darah
pada pembedahan mayor (frekuensi nadi meningkat,
tekanan darah turun, konfusi, dan gelisah)
 Observasi tanda infeksi (infeksi luka terjadi 5-9 hari, flebitis
biasanya timbul selama minggu kedua) dan tanda vital
 Kaji komplikasi tromboembolik : kaji tungkai untuk tandai
nyeri tekan, panas, kemerahan, dan edema pada betis
 Kaji komplikasi emboli lemak : perubahan pola panas,
tingkah laku, dan tingkat kesadaran
 Kaji kemungkinan komplikasi paru dan jantung : observasi
perubahan frekuensi frekuensi nadi, pernafasan, warna
kulit, suhu tubuh, riwayat penyakit paru, dan jantung
sebelumnya
 Kaji pernafasan : infeksi, kondisi yang kronis atau batuk
dan merokok.
2. Secara sistemik menurut padila (2012)
 Sistem integument
Terdapat eritema, suhu disekitar daerah trauma meningkat,
bengkak, edema, nyeri tekan.
 Kepala
Tidak ada gangguan yaitu normo cephalik simetris, tidak
ada penonjolan, tidak ada nyeri kepala.
 Leher
Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan,
reflek menelan ada
 Muka
Wajah terlihat menahan sakit, tidak ada perubahan fungsi
maupun bentuk. Tidak ada lesi, simetris, tak edema
 Mata
Tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis

10
 Telinga
Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak
ada lesi atau nyeri tekan.
 Hidung
Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung.
 Mulut dan faring
Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan,
mukosa mulut tidak pucat.
 Thoraks
Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris
 Paru-paru
Inspeksi :Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya
tergantung pada riwayat penyakit klien yang berhubungan
dengan paru.
Palpasi : Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba
sama
Perkusi : Suara ketok sonor, tak ada redup atau suara
tambahan lainnya
Auskultasi : Suara nafas normal, tak ada wheezing atau
suara tambahan lainnya seperti stridor dan ronchi
 Jantung
Inspeksi : Tidak tampak iktus jantung
Palpasi :Nadi meningkat, iktus tidak teraba
Auskultasi : Suara S1 dan S2 tunggal tak ada mur-mur
 Abdomen
Inspeksi : Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia
Palpasi : Turgor baik, tidak ada defands muskuler hepar
tidak teraba
Perkusi : Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan
Auskultasi : Kaji bising usus

11
 Inguinal-genetakis-anus
Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, ada kesulitan
buang air besar.
 Sistem musculoskeletal
Tidak dapat digerakkan secara bebas dan terdapat jahitan,
darah merembes atau tidak.
9. Tindakan kolaborasi perawat
Penggunaaan antikoagulasi, steroid, dan antibiotik, antihipertensi,
kardiotonik glokosid, antidisritmia, bronchodilator, diuretic,
dekongestan, analgetik, anti inflamasi, anti koagulan.. Penggunaan
alkohol (resiko akan kerusakan ginjal yang mempengaruhi koagulasi
dan pilihan anastesia dan juga potensial penarikan diri post operasi
(Doenges dalam Jitowiyono dan Kristiyanasari, 2010).
10. Pemeriksaan diagnostic
Menurut Istianah (2017) antara lain:
 Foto rontgen (X-ray) untuk menentukan lokasi dan luasnya
fraktur.
 Scan tulang, temogram, atau scan CT/MRIB untuk
memperlihatkan fraktur lebih jelas, mengidentifikasi kerusakan
jaringan lunak.
 Anteriogram dilakukan untuk memastikan ada tidaknya
kerusakan vaskuler.
 Hitung darah lengkap, hemokonsentrasi mungkin meningkat
atau menurun pada perdarahan selain itu peningkatan leukosit
mungkin terjadi sebagai respon terhadap peradangan.

2.2 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri berhubungan dengan jaringan tulang, gerakan fragmen
tulang, edema, dan cedera jaringan, alat traksi atau imobilisasi,
stress, ansietas.

12
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan atau
keletihan, ketidakadekuatan oksigen, ansietas, dan gangguan pola
tidur.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan,
perubahan status metabolik, kerusakan sirkulasi dan penurunan
sensasi dibuktikan dengan terdapat luka atau ulserasi, kelemahan,
turgor kulit buruk, terdapat jaringan nekrosis.
4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ,
ketidaknyamanan, kerusakan muskuloskeletal , pembatasan
aktivitas, dan dan penurunan kekuatan ketahanan.
5. Resiko infeksi berhubungan statis cairan tubuh, respon inflamasi
tertekan, prosedur invasif dan jalur penusukan, luka atau
kerusakan kulit, insisi pembedahan.
6. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kurang
terpajan informasi.

2.3 Perencanaan Keperawatan


1. Nyeri berhubungan dengan jaringan tulang, gerakan fragmen
tulang, edema, dan cedera jaringan, alat traksi atau imobilisasi,
stress, ansietas.
Intervensi :
 Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga.
Rasional : Hubungan yang baik membuat klien dan keluarga
kooperatif.
 Kaji tingkat intensitas dan frekuaensi nyeri
Rasional : Tingkat intensitas nyeri dan frekuensi menunjukkan
skala nyeri.
 Jelaskan pada klien penyebab dari nyeri
Rasional : memberikan penjelasan akan menambah
pengetahuan klien tentang nyeri.

13
 Observasi tanda-tanda vital
Rasional : tanda-tanda vital untuk mengetahui perkembangan
klien.
 Melakukan kolaborasi dengan tim medis pemberian analgetik
Rasional : Tindakan dependent perawat, analgetik berfungsi
untuk membelok stimulasi nyeri
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan atau
keletihan, ketidakadekuatan oksigen, ansietas, dan gangguan pola
tidur.
Intervensi :
 Rencanakan periode istirahat yang cukup
Rasional : Mengurangi aktivitas yang tidak diperlukan, energi
terkumpul dapat digunakan untuk aktivitas seperlunya secara
optimal.
 Berikan latihan aktivitas secara bertahap
Rasional : Tahapan-tahapan yang diberikan membantu
prosesaktivitas secara perlahan dengan menghemat tenaga
namun tujuan yang tepat, mobilisasi dini.
 Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai
kebutuhannya
Rasional : Mengurangi pemakaian energi sampai kekuatan
pasien pulih kembali.
 Setelah latihan dan aktivitas kaji respon pasien
Rasional : Menjaga kemungkinan adanya respon abnormal dari
tubuh sebagai akibat dari latihan.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan,
perubahan status metabolik, kerusakan sirkulasi dan penurunan
sensasi dibuktikan dengan terdapat luka atau ulserasi, kelemahan,
turgor kulit buruk, terdapat jaringan nekrosis.
Intervensi :
 Kaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan luka

14
Rasional : Mengetahui sejauh mana perkembangan luka
mempermudah dalam melakukan tindakan yang tepat.
 Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan
yang luka
Rasional : Mengidentifikasi tingkat keparahan luka sehingga
mempermudah intervensi.
 Pantau peningkatan suhu tubuh
Rasional : Suhu tubuh yang meningkat dapat diidentifikasikan
sebagai adanya proses peradangan.
 Berikan perawatan luka dengan teknik aseptik. Balut luka
dengan kasa kering dan steril.
Rasional : Teknik aseptik membantu mempercepat
penyembuhan luka dan mencegah terjadinya infeksi.
 Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan,
misalnya debridement
Rasional : Agar benda asing atau jaringan yang terinfeksi tidak
menyebar luas pada area kulit normal lainnya.
 Setelah debridement, ganti balutan sesuai kebutuhan
Rasional : Balutan dapat diganti satu atau dua kali sehari
tergantung kondisi parah atau tidaknya luka, agar tidak terjadi
infeksi.
 Kolaborasikan pemberian antibiotik sesuai indikasi
Rasional : Antibiotik berguna untuk mematikan
mikroorganisme patogen pada daerah yang beresiko terjadi
infeksi.
4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ,
ketidaknyamanan, kerusakan muskuloskeletal , pembatasan
aktivitas, dan dan penurunan kekuatan ketahanan.
Intervensi :
 Kaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan
peralatan

15
Rasional : Mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi.
 Tentukan tingkat motivasi pasien dalam melakukan aktivitas
Rasional : Mempengaruhi penilaian terhadap kemampuan
aktivitas aspakan ketidakmampuan ataukah ketidakmauan.
 Ajarkan atau pantau dalam hal penggunaan alat bantu
Rasional : Menilai batasan kemampuan aktivitas optimal.
 Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif,
juga mobilisasi dini
Rasional : memepertahankan dan meningkatkan kekuatan dan
ketahanan otot.
 Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi
Rasional : Mengembangkan perencanaan dan
mempertahankan mobilitas pasien.
5. Resiko infeksi berhubungan statis cairan tubuh, respon inflamasi
tertekan, prosedur invasif dan jalur penusukan, luka atau
kerusakan kulit, insisi pembedahan
Intervensi :
 Pantau tanda-tanda vital
Rasional :mengidentifikasi tanda-tanda peradangan terutama
bila suhu tubuh meningkat.
 Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptic
Rasional : Mengendalikan penyebaran mikroorganisme
patogen.
 Lakukan perawatan terhadap prosedur invasif seperti
infus,kateter, drainase luka
Rasional : Mengurangi resiko infeksi nosokomial.
 Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan
darah, seperti hemoglobin dan leukosit
Rasional : penurunan hemoglobin dan peningkatan jumlah
leukosit dari normal bisa terjadi akibat proses infeksi.

16
 Kolaborasi untuk pemberian antibiotik
Rasional : Antibiotik mencegah perkembangan
mikroorganisme patogen.
6. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosisi, dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kurang
terpajan informasi.
Intervensi :
 Kaji tingkat pengetahuan
Rasional : Mengetahui seberapa jauh pengalaman dan
pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
 Berikan penjelasan pada klien tentang tentang penyakitnay
dan kondisinya sekarang
Rasional : Mengetahui penyakit dan konsinya sekarang. , klein
dan keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa
cemas.
 Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatiakan diet
makanannya
Rasional : Diet dan pola makan yang teapat membantu
prosespenyembuhan.
 Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi
yang telah diberikan
Rasional : Mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan
keluarga serta menilai keberhasilan dari tindakan yang
dilakukan.

17
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Fraktur adalah terputusnya hubungan atau kontinuitas tulang
karena stress pada tulang yang berlebihan. Selanjutnya penulis akan
menyimpulakn sesuai dengan tahapan-tahapan yang ada didalam
proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnose, perencanaan,
implementasi, evaluasi.
1. Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi
langsung yang penulis dapatkan dari keluarga pasein dan pasien
itu sendiri, selain itu juga penulis mendapatkan informasi dari
perawat dan catatan medic pasien.
2. Tiga diagnosa yang penulis temukan pada pasien setelah dilakukan
pengkajian yaitu :
a. Nyeri b.d fraktur d.d klien mengatakan nyeri pada paha
sebelah kanan karena patah
b. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d Vulnus exoriasi d.d
mengatakan perih dan merasa cenut cenut
c. Gangguan mobilitas fisik b.d fraktur d.d keluarga klien
mengatakan aktivitas klien selalu dibantu oleh keluarga
3. Dalam menyusun rencana keprawatan pada pasien penulis
mengacu pada konsep dasar askep yang kemudian disesuaikan
dengan kemampuan pasien dan ruangan perawatan pasien
4. Dalam melakukan tindakan keperawatan penulis tidak melakukan
semua yangada dalam rencana keperawatan karena keterbatasan
sarana, kemampuan pasien dan waktu yang ada
5. Evaluasi dilakukan pada ketiga hari perawatan sesuai dengan
rencana yang telah ada, tetapi masih banyak diagnose yang belum
teratasi.

18
3.2 Saran
1. Bagi pasien dan keluarga
Pada penderita fraktur femur dekstra sangat dibutuhkan
istirahat total dan minimalkan pengeluaran energy, jadi hal yang
paling utama yang dapat dilakukan pasien dan keluarganya jika
terjadi komplikasi adalah berupaya untuk beristirahat total.
2. Bagi lahan peraktek
Perawatan penderita fraktur femur memerlukan waktu yang
cukup panjang dan sangat beresiko terjadi komplikasi. Dengan
demikian perawatan kepada penderita haruslah dilakukan dengan
cermat dan tepat, untuk mencapai hal tersebut pihak rumah sakit
hendaklah mempunyai perawat yang telah berpengalaman dalam
perawatan pasien fraktur femur.

19
DAFTAR PUSTAKA
Asrizal, R. A. (2014). Closed Fracture 1/3 Middle Femur Dextra. Medula,
2(3), 94–100.
Ganesan, E., & Arumugam, B. (2016). Analysis of the Outcome of Fracture
Femur Surgeries among Adult Population – A Prospective Study.
3(6), 1723–1725.
Istianah. (2017). Fraktur. Jurnal Ners.
Kepel, F. R., & Lengkong, A. C. (2020). Fraktur geriatrik. 8(28), 203–210.
Kusuma, U., Surakarta, H., Di, L., Kelurahan, W., & Surakarta, M. (2020).
1), 2), 3) 1). 000.
padila. (2012). Fraktur Femur 1/3 Dekstra. Jurnal Keperawatan.
Platini, H. (2020). Karakteristik pasien fraktur ekstremitas bawah.
Aisyiyah, 7(1), 49–53.
Salah, A., & Femur, F. (2020). KARAKTERISTIK PASIEN FRAKTUR
FEMUR AKIBAT KECELAKAAN LALU LINTAS PADA ORANG
DEWASA Astri Doris Akademi Keperawatan Kesdam I / BB Padang
Email : Astridoris20@gmail.com.
Salsabila, F., Padjadjaran, U., & Gigi, F. K. (2019). Distribusi Fraktur
Mahkota Gigi Anterior Rahang Atas Pada Anak Cerebral Palsy.
104–108. https://doi.org/10.24198/pjdrs.v4i1.27111
)1396( .‫ ف‬.‫ ا‬,‫ & ق راملکی‬,.‫ خ‬,‫ ابیلی‬,.‫ ش‬.‫ ط‬,‫ی امچلو‬. No Title‫مطالع ه ش ناخت وض عیت موج ود‬
‫مس ئولیت اجتم اعی دانش گاه مبت نی ب ر الگ وی واالیس ب ر اس اس دی دگاه اعض ای ه یئت علمی‬
،‫ شماره چهارم‬،‫ سال هشتم‬،‫ فصل نامه علمی پژوهشی آموزش عالی ایران‬.)‫دانشگاه تهران‬:‫(مورد‬
1395 ‫زمستان‬.

20
LAMPIRAN
Jurnal Internasional

21
Jurnal Nasional

22

Anda mungkin juga menyukai