Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

KOLIK ABDOMEN

Oleh

Nama : Nur Rochmat Wibowo

NIM : 20101440118057

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN KESDAM IV/ DIPONEGORO

PRODI D III KEPERAWATAN

TAHUN 2020/2021
1. Pengertian
Kolik abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus
intestinal (nettina, 2001). Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan
terhambatnya aliran isi usus ke depan tetapi peristaltiknya normal (reeves, 2013).
Kolik abdomen merupakan nyeri yan gdapat terlokalisasi dan dirasakanseperti
perasaan tajam. Mekanisme terjadinya nyeri ini adalah karena sumbatan baik parsial
ataupun total baik oragan tubuh berongga atau organ yang terlibat tersebut dipengaruhi
peristaltik. Beberapa yang menjadi penyebab kolik abdomen adalah kolik bilier, kolik
renal dan kolik karena sumbatan usus halus.
Kolik abdomen adalah nyeri perut yang kadang timbul secara tiba-tiba dan kadang
hilang dan merupakan variasi kondisi dariyang sangat ringan sampai yang bersifat fatal
(Ilmu Penyakit Dalam, 2013).
2. Etiologi
1. Mekanis
1. Adhesi/perlengketan pascabedah (90% dari obstruksi mekanik)
2. Karsinoma
3. Volvulus
4. Intususepsi
5. Obstipasi
6.  Polip
7. Striktur
2. Fungsional (non mekanik)
1. Ileus paralitik
2. Lesi medula spinalis
3. Enteritis regional
4. Ketidakseimbangan elektrolit
5. Uremia
3. Etiologi yang lain yaitu
1. Inflamasi peritoneum parietal : perforasi peritonitis, opendisitis, diverti kulitis,
pankreanitis, kolesistitis.
2. Kelainan mukosa viseral : tukak peptik, inflamatory bowel disease, kulitis infeksi,
esofagitis.
3. Obstrukti viseral : ileus obstruksi, kolik bilier atau renal karena batu.
4. Regangan kopsula organ : hepatitis kista ovarium, pilelonefritis
5. Gangguan vaskuler : iskemia atau infark intestinal.
6. Gangguan motilitas : irritable bowel syndrome, dispepsia fungsional.
7. Ekstra abdominal : hespes trauma muskuloskeletal, infark miokard dan paru dan
lainnya
3. Manifestasi Klinis
4. Mekanika sederhana – usus halus atas
Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah empedu
awal, peningkatan bising usus (bunyi gemerincing bernada tinggi terdengar pada
interval singkat), nyeri tekan difus minimal.
5. Mekanika sederhana – usus halus bawah
Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat,muntah – sedikit atau tidak ada –
kemudian mempunyai ampas, bising usus dan bunyi “hush” meningkat, nyeri tekan
difus minimal.
6. Mekanika sederhana – kolon
Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir, kemudian
terjadi muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan difus minimal.
7. Mekanika obstruksi parsial
Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn. Gejalanya kram
nyeri abdomen, distensi ringan dan diare.
8. Strangulasi
Gejala berkembang dengan cepat; nyeri parah, terus menerus dan terlokalisir; distensi
sedang; muntah persisten; biasanya bising usus menurun dn nyeri tekan terlokalisir
hebat. Feses atau vomitus menjadi berwarna gelap atau berdarah atau mengandung
darah samar.
4. Patofisiologi
Peristiwa patofisiologi yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa memandang
apakah obstruksi usus tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau fungsional.
Perbedaan utamanya adalah obstruksi paralitik, paralitik dihambat dari permulaan, sedangkan
pada obstruksi mekanis peristaltik mula-mula diperkuat kemudian intermiten akhirnya hilang.
Limen usus yang tersumbat profesif akan terenggang oleh cairan dan gas. Akumulasi gas
dan cairan didalam lumen usus sebelah proksimal dari letak obstruksi mengakibatkan distensi
dan kehilangan H2O dan elektrolit dengan peningkatan distensi maka tekanan intralumen
meningkat, menyebabkan penurunan tekanan vena dan kapiler arteri sehingga terjadi iskemia
dinding usus dan kehilangan cairan menuju ruang peritonium akibatnya terjadi pelepasan
bakteri dan toksin dari usus, bakteri yang berlangsung cepat menimbulkan peritonitis septik
ketika terjadi kehilangan cairan yang akut maka kemungkinan terjadi syok hipovolemik.
Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau jika terjadi stranggulasi akan
menyebabkan kematian.
Ileus obstruktif merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena adanya
daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan
penyempitan/penyumbatan lumen usus. Hal tersebut menyebabkan pasase lumen usus
terganggu. Akan terjadi pengumpulan isi lumen usus yang berupa gas dan cairan, pada bagian
proximal tempat penyumbatan, yang menyebabkan pelebaran dinding usus (distensi).
Sumbatan usus dan distensi usus menyebabkan rangsangan terjadinya hipersekresi
kelenjar pencernaan. Dengan demikian akumulasi cairan dan gas makin bertambah yang
menyebabkan distensi usus tidak hanya pada tempat sumbatan tetapi juga dapat mengenai
seluruh panjang usus sebelah proximal sumbatan. Sumbatan ini menyebabkan gerakan usus
yang meningkat (hiperperistaltik) sebagai usaha alamiah. Sebaliknya juga terjadi gerakan anti
peristaltik. Hal ini menyebabkan terjadi serangan kolik abdomen 
5. Pathways
Obstruksi usus Akumulasi gas cairan Kehilangan H2O
didalam lumen sebelah Distensi
dan elektrolit
proksimal dari letak
absorpsi

Pelepasan bakteri dan toksin dari Kehilangan Tekanan


usus yang nekotrik ke dalam cairan menuju infralumen
peritoneum dan sirkulasi sistemik ruang
peritoneum

Syok hipovolemik Gangguan


kebutuhan istirahat Peradangan
dan tidur
hipotalamus
Peningkatan
suhu tubuh
Mediator
Nyeri
Mual,
Anoreksia muntah
Nyeri akut

Ketidakseimbangan Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh

6. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiologi
- USG Abdomen
2. Pemeriksaan rektal
3. Laboratorium :
- Leukosit
- HB
7. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
- Koreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
- Terapi Na+, K+, komponen darah
- Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan interstisial
- Dekstrosa dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan intraseluler
- Dekompresi selang nasoenteral yang panjang dari proksimal usus ke area
penyumbatan; selang dapat dimasukkan dengan lebih efektif dengan pasien
berbaring miring ke kanan.
- Implementasikan pengobatan unutk syok dan peritonitis.
- Hiperalimentasi untuk mengoreksi defisiensi protein karena obstruksi kronik, ileus
paralitik atau infeksi.
- Reseksi usus dengan anastomosis dari ujung ke ujung.
- Ostomi barrel-ganda jika anastomosis dari ujung ke ujung terlalu beresiko.
- Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan mendekompresi usus
dengan reseksi usus yang dilakukan sebagai prosedur kedua.
2. Tindakan KEPERAWATAN
- Infus RL ; jika anuria -> infus RL:D5 = 1:1
- Bila dehidrasi berat -> infus diguyur, dipasang kateter dauwer
- Beri analgetik ringan (xylomidon),Spasmolitik: Baralgin, Sulfas Aliopin (inj) ;
jika kesakitan sekali -> beri petidin 1 amp im, jangan beri Antibiotik kalau
penyebab tidak jelas
- Bila gelisah penderita gelisah, beri Diazepam 10 mg iv, bisa diulang tiap 30 menit
- Bila panas, beri: antipiretik (Parasetamol)
- Bila keadaan umum jelek, beri supportif Vitamin / Alinamin F (inj), Cortison inj 3
cc atau Deksametason 2 amp
- Bila dengan upaya di atas keadaan tidak membaik, rujuk ke RSUD
8. Focus Pengkajian Keperawatan
Pengakajian, meliputi :
a. Identitas klien
b. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan klien sebelum MRS dan saat MRS. Biasanya klien mengeluh
nyeri perut, defans muskular, muntah dan lain-lain.
c. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang. Bagaimana serangan itu timbul, lokasi, kualitas, dan
faktor yang mempengaruhi dan memperberat keluhan sehingga dibawa ke Rumah
Sakit.
2. Riwayat kesehatan dahulu. Megkaji apakah klien pernah sakit seperti yang dirasakan
sekarang dan apakah pernah menderita HT atau penyakit keturunan lainnya yang
dapat mempengaruhi proses penyembuhan klien.
3. Riwayat kesehatan keluarga. Gambaran mengenai kesehatan keluarga dan adakah
penyakit keturunan atau menular.
d. Pola- pola fungsi kesehatan
1. Pola pesepsi dan tata laksana hidup sehat. Perubahan penatalaksanaan dan
pemeliharaan kesehatan sehingga dapat menimbulkan perawatan diri.
2. Pola nutrisi dan metabolism. Terjadi gangguan nutris karena klien merasakan nyeri
sehingga tidak toleran terhadap makanan dan klien selalu ingin muntah.
3. Pola eliminasi. Terjadi gangguan karena klien tidak toleran terhadap makanan
sehingga terjadi konstipasi.
4. Pola aktivitas dan latihan. Akan terjadi kelemahan dan kelelahan.
5. Pola persepsi dan konsep diri. Tidak terjadi gangguan / perubahan dalam diri klien.
6. Pola sensori dan kognitif. Kurangnya pengetahuan akan menyebabkan collic abdomen
yang berulang.
7. Pola reproduksi dan seksual. Tidak terjadi dalam gangguan dalam pola reproduksi dan
seksual.
8. Pola hubungan peran. Kemungkinan akan terjadi perubahan peran selama klien sakit
sehubungan dengan proses penyakitnya.
9. Pola penanggulangan stress. Bagaimana cara klien mengatasi masalahnya.
10. Pola tata nilai dan kepercayaan. Tidak terjadi gangguan pada pola tata nilai dan
kepercayaan.
e. Pemeriksaan fisik
1. Status kesehatan umum. Akan terjadi nyeri perut yang hebat, akibat proses
penyakitnya.
2. Sistem respirasi. Sesuai dengan derajat nyerinya, jika nyerinya ringan kemungkinan
tidak terjadi sesak tapi jika derajat nyerinya hebat / meninggi akan terjadi sesak.
3. Sistem kardiovaskuler. Bisa terjadi takikardi, brodikardi dan disritmia atau penyakit
jantung lainnya.
4. Sistem persyarafan. Nyeri abdumen, pusing/sakit kepala karena sinar.
5. Sistem gastrointestinal. Pada sistem gastrointestinal didapatkan intoleran terhadap
makanan / nafsu makan berkurang, muntah.
6. Sistem genitourinaria/eliminasi. Terjadi konstipasi akibat intoleransi terhadap
makanan.
9. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut
2. Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Gangguan kebutuhan istirahat dan tidur

10. Focus Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Noc Nic


1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan a. Catat keluhan
keperawatan selama 3x24 nyeri, termasuk
jam nyeri klien teratasi lokasi lamanya.
dengan criteria hasil : b. Observasi TTV
klien.
a. Klien mengatakan rasa c. Kaji ulang faktor
nyeri berkurang yang meningkatkan
b. Klien menunjukkan raut atau menurunkan
muka yang rileks nyeri.
c. Klien mampu d. Berikan makan
mendefinisikan rasa sedikit tapi sering
nyerinya sesuai indikasi
d. Tanda vital klien dalam untuk pasien.
batas normal e. Identifikasi dan
batasi makanan
yang menimbulkan
ketidaknyamanan.
f. Kolaborasi dengan
tim medis dalam
pemberian terapi
analgetik

2 Ketidakseimbangan Nutrisi Setelah dilakukan tindakan a. Kaji dan observasi


kurang dari kebutuhan tubuh keperawatan selama 3x24 TTV klien.
jam nutrisi klien terpenuhi b. Dorong klien untuk
dengan criteria hasil : makan makanannya
sedikit demi
a. Klien mau makan sedikit.
b. Klien tidak merasa mual c. Berikan makan
c. Jumlah limfosit dalam sedikit tapi sering
batas normal sesuai indikasi
d. Tanda vital dalam batas pasien.
normal d. Kolaborasi dengan
tim gizi dalam
pemberian diit. 

3 Gangguan kebutuhan Setelah dilakukan tindakan Sleep enhancement


istirahat dan tidur keperawatan selama 3x24 1. Determinasi efek-
jam nutrisi klien terpenuhi efek medikasi
dengan kriteria hasil; terhadap pola tidur
2. Jalankan
1. Jumlah jam tidur dalam pentingnya tidur
batas normal 6-8 ,yang adekuat
jam/hari 3. Fasilitas untuk
2. Pola tidur, kualitas mempertahankan
dalam batas normal aktivitas sebelum
3. Perasaan segar setelah tidur (membaca)
atau istirahat 4. Ciptakan
4. Mampu lingkungan yg
mengidentifikasi hal-hal nyaman
yang mampu 5. Kolaborasi
meningkatkan tidur pemberian obat
tidur
6. Diskusikan dengan
pasien dan keluarga
tentang teknik tidur
pasien
7. Instruksikan untuk
memonitor tidur
pasien
8. Monitor waktu
makan dan minum
dengan waktu tidur
9. Monitor/catat
kebutuhan tidur
pasien setiap hari
dan jam
PUSTAKA

Nettina, Sandra M. 2014. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa Setiawan dkk. Ed. 1.
Jakarta : EGC

Reeves, Charlene J et al. 2013. Medical-Surgical Nursing. Alih Bahasa Joko Setyono. Ed. I.
Jakarta : Salemba Medika 

Sjamsuhidajat, Wim dc Jong, 2014. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta:EGC. 

Slamet Suyono. 2013. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Prof. Dr. SpPD. KE., FKUI
Jakarta.

Smeltzer Suzanne C. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC

Syaifuddin Drs. B.Ac, 2013. Anatomi Fisiologi. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai