Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

“Akuntansi Pemerintahan”

Tentang
“Laporan Pelaksanaan Anggaran (Laporan Realisasi
Anggran, Laporan Perubahan SAL, Laporan Arus Kas)”

Disusun Oleh :
Kelompok 3
1. Juwita Astina C 301 18 002
2. Nurul Oktavia C 301 18 013
3. Nadia Adiba Boften C 301 18 015
4. Joshua Gabriel Galamba C 301 18 023
5. Marisa Pratiwi C 301 18 021
6. Wiranti C 301 18 038
7. Vindy Annisa C 301 18 054
8. Natalin Vira C 301 18 141
9. Rizkina Maharani C 301 18 172

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TADULAKO
2020
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Keterkaitan Komponen Laporan Pelaksanaan Anggaran
Penyajian laporan keuangan merupakan salah satu agenda dalam memenuhi
suatu kewajiban dalam rangka pemenuhan kebutuhan bersama sebagaimana yang
telah diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam penyajian
laporan keuangan yang disusun oleh pemerintah, harus memuat komponen-
komponen laporan keuangan yang harus dipenuhi.  Salah satu komponen laporan
keuangan yang harus dipenuhi tersebut adalah laporan realisasi anggaran.
Laporan realisasi anggaran yang disusun oleh suatu entitas akan menyajikan
laporan realisasi anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan. Dalam peraturan tersebut telah ditetapkan standar yang
mengatur tentang bagaimana penyajian laporan realiasasi anggaran yang
semestinya. Tujuan dari penetapan standar laporan realisasi anggaran adalah
penetapan dasar-dasar penyajian laporan realisasi anggaran untuk pemerintah
dalam rangka untuk sebagai perwujudan pemenuhan tujuan akuntabilitas publik.

2.1.1 Laporan Realisasi Anggaran


Anggaran merupakan pedoman tindakan yang akan dilaksanakan
pemerintah meliputi rencana pendapatan, belanja, transfer dan pembiayaan
yang diukur dalam satuan rupiah yang disusun menurut klasifikasi tertentu
secara sistematis untuk satu periode.  Sedangkan realisasi anggaran
merupakan suatu serangkaian aktivitas dalam menggunakan sumber daya
ekonomi yang dikelola. Laporan realisasi anggaran yang selanjutnya
disebut dengan LRA merupakan laporan yang menyajikan ikhtisar sumber,
alokasi, dan pemakaian sumber daya ekonomi yang dikelola, serta
menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam
suatu periode pelaporan yang terdiri atas unsur pendapatan dan belanja.
Laporan realisasi anggaran mengungkapkan kegiatan keuangan
pemerintah pusat atau daerah yang menunjukkan ketaatan terhadap
anggaran APBN atau APBD. APBN (Anggaran Pendapatan Belanja
Negara) merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang
disetujui oleh DPR. Sedangkan APBD (Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah) merupakan rencana keuanagn tahunan pemerintahan daerah yang
disetujui oleh DPRD. Laporan realisasi anggaran menggambarkan
perbandingan antara anggaran dengan realisasinya dalam satu periode
pelaporan.
Secara umum laporan realisasi anggaran disusun dan disajikan dengan
basis kas. Basis kas merupakan basis akuntansi yang mengakui pengaruh
transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi,
saat kas atau setara kas diterima atau dibayarkan. Laporan realisasi
anggaran yang disusun dalam laporan keuangan akan dijelaskan secara
rinci dalam suatu catatan atas laporan keuangan. Penjelasan tersebut akan
memuat informasi-informasi yang mempengaruhi pelaksanaan anggaran 
seperti kebijakan fiskal dan moneter, sebab-sebab terjadinya perbedaan
yang material antara anggaran dan realisasinya, serta daftar-daftar yang
merinci lebih lanjut angka-angka yang perlu diberikan penjelasan lebih
lanjut.
Dalam penyajian laporan realisasi anggaran terdapat unsur-unsur yang
harus dipenuhi, antara lain adalah:
1. Pendapatan – LRA adalah penerimaan oleh bendahara umum
negara/bendahara umum daerah atau oleh entitas pemerintah lainnya
yang menambah saldo anggaran lebih dalam periode tahun anggaran
yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah dan tidak perlu dibayar
kembali oleh pemerintah
2. Belanja adalah semua pengeluaran oleh bendahara umum
negara/bendahara umum daerah yang mengurangi saldo anggaran lebih
dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh pemerintah
3. Transfer adalah penerimaan atau pengeluaran uang oleh suatu entitas
pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana
perimbangan dan dana bagi hasil.
4. Pembiayaan financing adalah setiap penerimaan/pengeluaran yang tidak
berpengaruh pada kenyataan bersih entitas yang perlu dibayar kembali
dan/atau akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan
maupun tahun anggaran berikutnya yang dalam penganggaran
pemerintah terutama dimaksud kan untuk menutup defisit atau manfaat
surplus anggaran. Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari
pinjaman dan hasil investasi. Pengeluaran pembiayaan antara lain
digunakan untuk pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberi
pinjaman kepada entitas lain dan penyertaan modal oleh pemerintah.

2.1.2 Struktur Laporan Realisasi Anggaran


Laporan realisasi anggaran menyajikan informasi yang masing-masing
diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu periode. Dalam laporan
realisasi anggaran harus diidentifikasikan secara jelas dan diulang pada
setiap halaman laporan, informasi yang harus disajikan meliputi :
1. Nama entitas pelaporan atau sarana identifikasi lainnya
2. Cakupan entitas pelaporan
3. Periode pelaporan
4. Mata uang pelaporan
5. Satuan angka yang digunakan

2.2 Fungsi Dan Komponen Laporan Realisasi Anggaran (LRA)


2.2.1 Manfaat Informasi Realisasi Anggaran
Dalam laporan realisasi anggaran akan menyediakan informasi
mengenai realisasi pendapatan-LRA, belanja, transfer, surplus/defisit-LRA
dan pembiayaan dari suatu entitas pelaporan yang masing-masing
diperbandingkan dengan anggarannya. Melalui informasi yang
dihasilkannya akan membantu para pengguna laporan keuangan dalam
menentukan proses pengambilan keputusan selanjutnya, serta
mengevaluasi keputusan mengenai alokasi seumber-sumber daya ekonomi
dan akuntabilitas publik.
Dengan laporan LRA tersebut, dapat diperoleh informasi yang
menunjukkan ketaatan entitas pelaporan terhadap anggaran dengan :
1. Penyediaan informasi mengenai sumber, alokasi dan penggunaan
sumber daya ekonomi
2. Penyediaan informasi mengenai realisasi anggaran secara menyeluruh
yang berguna dalam mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal
efisiensi dan efektivitas penggunaan anggaran.
Dalam laporan realisasi anggaran akan diperoleh informasi yang
berguna untuk memprediksi sumber daya ekonomi yang akan diterima
dalam periode mendatang yang akan digunakan untuk mendanai kegiatan
pemerintah pusat dan daerah. Laporan realisasi anggaran tersebut dapat
menyediakan informasi kepada para pengguna laporan tentang indikasi
perolehan dan penggunaan sumber daya ekonomi yang telah dilaksanakan
secara efisien, efektif dan hemat, sesuai dengan anggaran serta sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.2.2 Komponen Laporan Realisasi Anggaran (LRA)


Setiap komponen dalam LRA dijelaskan lebih lanjut dalam Catatan
atas Laporan Keuangan. Penjelasan tersebut memuat hal-hal yang
mempengaruhi pelaksanaan anggaran seperti kebijakan fiskal dan moneter,
sebab-sebab terjadinya perbedaan yang material antara anggaran dan
realisasinya, serta daftar-daftar yang merinci lebih lanjut atas angka-angka
yang dianggap perlu untuk dijelaskan. Namun dari segi struktur, LRA
Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota
memiliki struktur yang berbeda. Perbedaan ini lebih diakibatkan karena
adanya perbedaan sumber pendapatan pada pemerintah pusat, Pemerintah
Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota.
Penyusunan dan penyajian LRA didasarkan pada akuntansi anggaran,
akuntansi pendapatan-LRA, akuntansi belanja, akuntansi surplus/ defisit,
akuntansi pembiayaan dan akuntansi sisa lebih/kurang pembiayaan
anggaran (SiLPA/SiKPA), yang mana berdasar pada basis kas.
1. Akuntansi Anggaran
Salah satu perbedaan utama akuntansi pemerintahan dengan
akuntansi perusahaan komersial terletak pada akuntansi anggaran.
Dalam pemerintahan, pencatatan telah dimulai pada saat anggaran
(APBN/APBD) disahkan dan dialokasikan.
Akuntansi anggaran merupakan teknik pertanggungjawaban dan
pengendalian manajemen yang digunakan untuk membantu pengelolaan
pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan. Akuntansi anggaran
diselenggarakan sesuai dengan struktur anggaran yang terdiri dari
anggaran pendapatan, belanja, dan pembiayaan.
Anggaran pendapatan meliputi estimasi pendapatan yang dijabarkan
menjadi alokasi estimasi pendapatan. Anggaran belanja terdiri dari
apropriasi yang dijabarkan menjadi otorisasi kredit anggaran
(allotment). Anggaran pembiayaan terdiri dari penerimaan pembiayaan
dan pengeluaran pembiayaan.
2. Akuntansi Pendapatan-LRA
Pendapatan negara/daerah merupakan iuran rakyat yang
diamanatkan kepada Pemerintah, sehingga akuntansi pendapatan-LRA
disusun untuk memenuhi kebutuhan pertanggungjawaban sesuai dengan
ketentuan dan untuk keperluan pengendalian bagi manajemen
pemerintah pusat dan daerah.
Pendapatan-LRA diakui pada saat uang diterima pada Rekening
Kas Umum Negara/Daerah, yang mana pencatatan pendapatan-LRA
dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu mencatat jumlah bruto
penerimaan, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah
dikompensasikan dengan pengeluaran), namun ketika biaya atas
pendapatan tersebut bersifat variabel dan tidak dapat dianggarkan
terlebih dahulu dikarenakan proses belum selesai, maka dapat mencatat
nilai netonya.
Pemerintah mungkin saja melakukan kekeliruan dalam menghitung
tagihan pendapatan yang mengakibatkan kelebihan penerimaan
pendapatan, jika hal ini terjadi maka pemerintah harus mengembalikan
pendapatan tersebut. Pengembalian yang sifatnya sistemik (normal) dan
berulang (recurring) terjadi atas penerimaan pendapatan-LRA pada
periode penerimaan (tahun anggaran berjalan) maupun pada periode
sebelumnya (tahun anggaran sebelumnya) dibukukan sebagai pengurang
pendapatan-LRA. Namun, untuk koreksi dan pengembalian yang
sifatnya tidak berulang (non-recurring) atas penerimaan pendapatan-
LRA yang terjadi pada periode penerimaan pendapatan-LRA dibukukan
sebagai pengurang pendapatan-LRA pada periode yang sama.
Sedangkan untuk Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak
berulang (non-recurring) atas penerimaan pendapatan-LRA yang terjadi
pada periode sebelumnya dibukukan sebagai pengurang Saldo Anggaran
Lebih pada periode ditemukannya koreksi dan pengembalian tersebut.
3. Akuntansi Belanja
Akuntansi belanja disusun selain untuk memenuhi kebutuhan
pertanggungjawaban sesuai dengan ketentuan, juga dapat dikembangkan
untuk keperluan pengendalian bagi manajemen untuk mengukur
efektivitas dan efisiensi belanja tersebut. Pengeluaran untuk belanja
dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu secara langsung dikeluarkan oleh
Bendahara Umum Negara/Daerah (BUN/BUD), atau melalui bendahara
pengeluaran. Jika pengeluaran dilakukan oleh BUN/BUD maka belanja
diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Umum
Negara/Daerah, sedangkan jika pengeluaran melalui bendahara
pengeluaran maka pengakuan belanja dilakukan pada saat
pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang
mempunyai fungsi perbendaharaan.
Jika terjadi kekeliruan dalam pengeluaran belanja maka koreksi atas
Pengeluaran belanja (penerimaan kembali belanja) yang terjadi pada
periode pengeluaran belanja dibukukan sebagai pengurang belanja pada
periode yang sama. Apabila diterima pada periode berikutnya, koreksi
atas pengeluaran belanja dibukukan dalam pendapatan-LRA dalam pos
pendapatan lain-lain-LRA.
4. Akuntansi Surplus/Defisit-LRA
Selisih antara pendapatan-LRA dan belanja selama satu periode
pelaporan dicatat dalam pos Surplus/Defisit-LRA. Surplus-LRA terjadi
jika jumlah pendapatan-LRA selama suatu periode lebih besar daripada
jumlah belanja pada periode tersebut, begitupula sebaliknya, defisit-
LRA terjadi jika jumlah pendapatan-LRA lebih kecil dari jumlah belanja
selama satu periode pelaporan tersebut.
5. Akuntansi Pembiayaan
Pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi keuangan
pemerintah, baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar
atau akan diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah
terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau memanfaatkan
surplus anggaran. Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari
pinjaman, dan hasil privatisasi BUMN/BUMD. Sementara, pengeluaran
pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok
pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan
modal oleh pemerintah di BUMN/BUMD.
Penerimaan pembiayaan diakui pada saat uang diterima pada
Rekening Kas Umum Negara/Daerah, dan dicatat berdasarkan azas
bruto. Sedangkan Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat dikeluarkan
dari Rekening Kas  Umum Negara/Daerah.
6. Akuntansi Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA)
SiLPA/SiKPA adalah selisih lebih/kurang antara realisasi
penerimaan dan pengeluaran selama satu periode pelaporan atau selisih
lebih/kurang antara realisasi pendapatan-LRA dan penerimaan
pembiayaan dengan belanja dan pengeluaran pembiayaan selama satu
periode pelaporan. Nilai SilPA/SiKPA pada akhir periode pelaporan
inilah yang nantinya dipindahkan ke Laporan Perubahan Saldo
Anggaran Lebih.
Apabila dalam LRA terdapat transaksi mata uang asing maka harus
dicatat/dibukukan dalam mata uang rupiah atau dikonversi terlebih ke
rupiah.

2.3 Fungsi dan Komponen Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih


Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LP-SAL) menyajikan pos-pos
berikut, yaitu: saldo anggaran lebih awal (saldo tahun sebelumnya), penggunaan
saldo anggaran lebih, Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SILPA/SIKPA)
tahun berjalan, koreksi kesalahan pembukuan tahun sebelumnya, lain-lain dan
Saldo anggaran lebih akhir untuk periode berjalan. Pos-pos tersebut disajikan
secara komparatif dengan periode sebelumnya.
LP-SAL dimaksudkan untuk memberikan ringkasan atas pemanfaatan saldo
anggaran dan pembiayaan pemerintah, sehingga suatu entitas pelaporan harus
menyajikan rincian lebih lanjut dari unsur-unsur yang terdapat dalam LP-SAL
dalam Catatan atas Laporan Keuangan.  Struktur LP-SAL baik pada Pemerintah
Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota tidak memiliki
perbedaan.

2.4 Fungsi dan Komponen Laporan Arus Kas


2.4.1 Pengertian
Laporan Arus Kas merupakan laporan yang menyajikan informasi
mengenai penerimaan dan pengeluaran kas melalui kas umum negara/kas
daerah selama periode tertentu. Pada dasarnya aktivitas keuangan
pemerintah sebagian besar merupakan penerimaan dan pengeluaran kas
negara/daerah dalam rangka pencapaian sasaran-sasaran yang ditetapkan.
Bahkan penentuan adanya hak dan kewajiban pemerintah diakui pada saat
kas diterima atau dikeluarkan dari kas umum negara/kas daerah. Hal ini
sesuai dengan basis yang dianut yaitu basis kas menuju akrual.
Laporan Arus Kas menggambarkan arus masuk dan arus keluar kas
dan setara kas. Arus kas masuk dapat berasal dari penerimaan tunai
pendapatan, penjualan aset tetap, pencairan dana cadangan, penjualan
kekayaan daerah yang dipisahkan, pinjaman bahkan penerimaan atas
potongan pembayaran yang dilakukan pemerintah (PFK). Arus kas keluar
misalnya pembayaran tunai belanja pegawai, belanja modal, pembayaran
cicilan hutang, pemberian pinjaman, pembentukan dana cadangan,
penyertaan modal pemerintah, dan penyetoran kepada pihak ketiga (PFK)
atas pemotongan yang telah dilakukan.
Penerimaan dan pengeluaran kas dalam Laporan Arus Kas disajikan
berdasarkan aktivitas-aktivitas keuangan pemerintahan. Penerimaan dan
pengeluaran dikelompokkan berdasarkan aktivitas tersebut. Aktivitas
tersebut terdiri dari aktivitas operasi, investasi aset nonkeuangan, aktivitas
pembiayaan, dan aktivitas nonanggaran. Hal ini berbeda dengan penyajian
yang ada dalam Laporan Realisasi Anggaran.
Pada dasarnya penerimaan dan pengeluaran yang tercantum dalam
Laporan Arus Kas sama dengan penerimaan dan pengeluaran yang ada
dalam Laporan Realisasi Anggaran. Pendapatan dan belanja juga
penerimaan dan pengeluaran pembiayaan seperti yang tercantum dalam
Laporan Realisasi Anggaran diakui berdasarkan penerimaan dan
pengeluaran kas di kas negara/daerah. Hal ini disebabkan basis yang dianut
dalam penyajian Laporan Realisasi Anggaran yaitu basis kas.
Akan tetapi ada transaksi keuangan pemerintah yang menimbulkan
penerimaan dan pengeluaran kas tetapi tidak dianggarkan. Artinya
transaksi tersebut tidak tercantum dalam Laporan Realisasi Anggaran.
Transaksi atau aktivitas ini disebut transaksi nonanggaran. Transaksi ini
sebenarnya merupakan penerimaan kas untuk dan atas nama pihak lain
yang harus diserahkan kepada pihak tersebut. Oleh karena itu transaksi ini
disebut transaksi perhitungan pihak ketiga (PFK). Misalnya, pemerintah
daerah diwajibkan memungut pajak penghasilan atas pembayaran gaji atau
honor yang dilakukan. Pemungutan tersebut untuk dan atas nama
Pemerintah Pusat (Ditjen Pajak) dan harus disetor kepada Pemerintah Pusat
(Ditjen Pajak). Transaksi ini merupakan arus masuk dan keluar kas dan
mempengaruhi posisi kas tetapi tidak masuk dalam Laporan Realisasi
Anggaran.
Transaksi nonanggaran menjadi faktor yang membedakan substansi
Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan Arus Kas. Hal lain yang
membedakan adalah penyajian. Penerimaan dan pengeluaran kas dalam
Laporan Realisasi Anggaran diklasifikasikan berdasarkan jenis belanja
sedangkan penyajian dalam Laporan Arus Kas diklasifikasikan berdasarkan
aktivitas keuangan pemerintahan.
Pengertian kas dan setara kas yang ada dalam Laporan Realisasi
Anggaran sama dengan pengertian kas dan setara kas dalam neraca. Dalam
Laporan Arus Kas terdapat tiga jenis kas yang mempunyai nama dan jenis
yang sama dalam neraca. Jenis kas dan setara kas yang dimaksud untuk
Pemda adalah Kas di Kas Daerah, Kas di Bendahara Pengeluaran, dan Kas
di Bendahara Penerimaan. Saldo-saldo yang ditunjukkan dalam Laporan
Arus Kas harus menunjukkan jumlah yang sama dalam neraca.

2.4.2 Manfaat Laporan Arus Kas


Laporan Arus Kas bermanfaat untuk berbagai kepentingan. Informasi
arus masuk dan keluar kas dalam Laporan Arus Kas berguna untuk melihat
transaksi kas di masa lalu dan memprediksi arus kas di masa yang akan
datang. Dalam paragraf 5, 6, dan 7 PSAP 03 mengungkapkan bahwa
Laporan Arus Kas berguna:
1. Sebagai indikator jumlah arus kas di masa yang akan datang, serta
berguna untuk menilai kecermatan atas taksiran arus kas yang telah
dibuat sebelumnya;
2. Sebagai alat pertanggung-jawaban arus kas masuk dan arus kas keluar
selama periode pelaporan;
3. Memberikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna laporan
dalam mengevaluasi perubahan kekayaan bersih/ekuitas dana suatu
entitas pelaporan dan struktur keuangan pemerintah (termasuk likuiditas
dan solvabilitas).
Realisasi arus kas dapat dijadikan sebagai indikator arus kas di masa
yang akan datang. Kejadian yang akan datang dapat diperkirakan dari
realisasi yang terjadi saat ini. Perkiraan atau prediksi ini akan lebih baik
kalau didasarkan pada data masa lalu lebih dari satu. Data lebih dari satu
ini dapat disusun dalam bentuk analisis kecenderungan (trend) untuk
mendapatkan perkiraan yang lebih tepat. Arus kas dapat digunakan dalam
analisis trend untuk memperkirakan arus kas di masa yang akan datang.
Arus kas merupakan transaksi penting dalam pemerintahan. Arus kas
keluar dan masuk merupakan prediksi sebelum terjadi. Sebuah Laporan
Arus Kas menunjukkan realisasi arus kas yang diprediksi sebelumnya.
Oleh karena itu, Laporan Arus Kas yang disusun dapat dijadikan untuk
menilai kecermatan taksiran yang telah dibuat sebelumnya.
Penerimaan dan penggunaan kas sebenarnya direncanakan dan
disepakati dari awal. Jenis-janis penerimaan dan pengeluaran yang ada
dalam Laporan Realisasi Anggaran juga merupakan kesepakatan adanya
penerimaan dan pengeluaran kas untuk berbagai aktivitas. Oleh karena itu
penyajian laporan Arus Kas juga merupakan bentuk pertanggungjawaban.
Laporan Arus Kas sebagai pertanggungjawaban terkait juga dengan
fungsi yang menyajikannya. Laporan Arus Kas dibuat oleh unit yang
memegang fungsi perbendaharaan. Fungsi perbendaharaan yang dimaksud
adalah Bendahara Umum Negara/Bendahara Umum Daerah sehingga
merupakan bentuk pertanggungjawaban Bendahara Umum
Negara/Bendahara Umum Daerah.
Informasi mengenai arus kas juga dapat dijadikan bahan evaluasi
aktiva bersih atau ekuitas. Peningkatan jumlah kas akan meningkatkan juga
ekuitas. Kas di Kas Daerah dan Kas di Bendahara Pengeluaran dalam
konteks Pemda akan dapat dilihat dalam rekening kelompok ekuitas yaitu
SiLPA. Sementara itu, Kas di Bendahara Penerimaan juga dapat dilihat
dalam kelompok ekuitas tetapi dengan nama akun Pendapatan
Ditangguhkan. Hal ini merupakan pencerminan konsep rekening yang
saling menyeimbangkan (self balancing account).
Klasifikasi arus kas menurut aktivitas operasi, investasi aset
nonkeuangan, pembiayaan, dan non anggaran memberikan informasi yang
memungkinkan para pengguna laporan untuk menilai pengaruh dari
aktivitas tersebut terhadap posisi kas dan setara kas pemerintah. Informasi
tersebut juga dapat digunakan untuk mengevaluasi hubungan antar aktivitas
operasi, investasi aset nonkeuangan, pembiayaan, dan nonanggaran.
Satu transaksi tertentu dapat mempengaruhi arus kas dari beberapa
aktivitas, misalnya transaksi pelunasan utang yang terdiri dari pelunasan
pokok utang dan bunga utang. Pembayaran pokok utang akan
diklasifikasikan ke dalam aktivitas pembiayaan sedangkan pembayaran
bunga utang akan diklasifikasikan ke dalam aktivitas operasi.

2.4.3 Bentuk Dan Struktur Laporan Arus Kas


Bentuk dan struktur Laporan Arus Kas merupakan kerangka atau
acuan dalam penyajian Laporan Arus Kas. Bentuknya terdiri dari uraian
berbagai aktivitas yang disajikan secara stafel diurutkan dari atas ke bawah.
Penyajian didahului dengan arus kas masuk dan keluar berbagai aktivitas.
Kemudian disajikan saldo awal dan saldo akhir kas.
Struktur Laporan Arus Kas terdiri dari arus masuk dan keluar kas
berbagai aktivitas. Dari arus masuk dan arus masuk setiap aktivitas akan
diperoleh arus kas bersih dari setiap aktivitas. Arus kas bersih setiap
aktivitas dijumlahkan sehingga diperoleh kenaikan atau penurunan kas.
Jika arus penjumlahan arus kas bersih setiap aktivitas positif berarti ada
kenaikan kas. Sebaliknya jika penjumlahan arus kas bersih setiap aktivitas
negatif maka terjadi penurunan kas. Kenaikan atau penurunan kas akan
ditambahkan dengan saldo akhir sehingga diperoleh saldo akhir. Saldo
akhir yang dihasilkan dari penjumlahan ini harus sama dengan yang
tercatat di neraca untuk masing-masing akun yang berkaitan.
Aktivitas yang dijadikan dasar dalam penyajian Laporan Arus Kas
terdiri dari aktivitas operasi, aset nonkeuangan, pembiayaan, dan
nonanggaran. Aktivitas operasi adalah aktivitas penerimaan dan
pengeluaran kas yang ditujukan untuk kegiatan operasional pemerintah
selama satu periode akuntansi.
Aktivitas investasi aset nonkeuangan adalah aktivitas penerimaan dan
pengeluaran kas yang ditujukan untuk perolehan dan pelepasan aset tetap
dan aset nonkeuangan lainnya. Aktivitas pembiayaan adalah aktivitas
penerimaan kas yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran kas yang
akan diterima kembali yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah dan
komposisi investasi jangka panjang, piutang jangka panjang, dan utang
pemerintah sehubungan dengan pendanaan defisit atau penggunaan surplus
anggaran. Aktivitas nonanggaran adalah aktivitas penerimaan dan
pengeluaran kas yang tidak mempengaruhi anggaran pendapatan, belanja,
transfer, dan pembiayaan pemerintah.
Aktivitas-aktivitas dalam penyajian Laporan Arus Kas diuraikan lebih
rinci sebagai berikut:
a. Aktivitas Operasi
Arus kas bersih aktivitas operasi merupakan indikator yang
menunjukkan kemampuan operasi pemerintah dalam menghasilkan kas
yang cukup untuk membiayai aktivitas operasionalnya di masa yang
akan datang tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar.
Arus masuk kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari:
1. Penerimaan Perpajakan;
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP);
3. Penerimaan Hibah;
4. Penerimaan Bagian Laba perusahaan negara/daerah dan Investasi
Lainnya; dan
5. Transfer masuk.
Arus keluar kas untuk aktivitas operasi terutama digunakan untuk
pengeluaran:
1. Belanja Pegawai;
2. Belanja Barang;
3. Bunga;
4. Subsidi;
5. Bantuan Sosial;
6. Hibah;
7. Belanja Lain-lain; dan
8. Transfer keluar.
Jika suatu entitas pelaporan mempunyai surat berharga yang
sifatnya sama dengan persediaan, yang dibeli untuk dijual, maka
perolehan dan penjualan surat berharga tersebut diklasifikasikan sebagai
aktivitas operasi.
Jika entitas pelaporan mengotorisasikan dana untuk kegiatan suatu
entitas lain, yang peruntukannya belum jelas apakah sebagai modal
kerja, penyertaan modal, atau untuk membiayai aktivitas periode
berjalan, maka pemberian dana tersebut harus diklasifikasikan sebagai
aktivitas operasi. Kejadian ini dijelaskan dalam catatan atas laporan
keuangan.

b. Aktivitas Investasi Aset Nonkeuangan


Arus kas dari aktivitas investasi aset nonkeuangan mencerminkan
penerimaan dan pengeluaran kas bruto dalam rangka perolehan dan
pelepasan sumber daya ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan
dan mendukung pelayanan pemerintah kepada masyarakat di masa yang
akan datang.
Arus masuk kas dari aktivitas investasi aset nonkeuangan terdiri dari:
1. Penjualan Aset Tetap;
2. Penjualan Aset Lainnya.
Arus keluar kas dari aktivitas investasi aset nonkeuangan terdiri dari :
1. Perolehan Aset Tetap;
2. Perolehan Aset Lainnya.
c. Aktivitas Pembiayaan
Arus kas dari aktivitas pembiayaan mencerminkan penerimaan dan
pengeluaran kas bruto sehubungan dengan pendanaan defisit atau
penggunaan surplus anggaran, yang bertujuan untuk memprediksi klaim
pihak lain terhadap arus kas pemerintah dan klaim pemerintah terhadap
pihak lain di masa yang akan datang.
Arus masuk kas dari aktivitas pembiayaan antara lain:
1. Penerimaan Pinjaman;
2. Penjualan Surat Utang Negara Pemerintah;
3. Hasil Privatisasi Perusahaan Negara/Daerah;
4. Penjualan Investasi Jangka Panjang Lainnya; dan
5. Pencairan Dana Cadangan.
Arus keluar kas dari aktivitas pembiayaan antara lain:
1. Pembayaran Cicilan Pokok Utang;
2. Pembayaran Obligasi Pemerintah;
3. Penyertaan Modal Pemerintah;
4. Pemberian Pinjaman Jangka Panjang; dan
5. Pembentukan Dana Cadangan.

d. Aktivitas Nonanggaran
Arus kas dari aktivitas nonanggaran mencerminkan penerimaan dan
pengeluaran kas bruto yang tidak mempengaruhi anggaran pendapatan,
belanja dan pembiayaan pemerintah. Arus kas dari aktivitas
nonanggaran antara lain Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) dan kiriman
uang. PFK menggambarkan kas yang berasal dari jumlah dana yang
dipotong dari Surat Perintah Membayar atau diterima secara tunai untuk
pihak ketiga misalnya potongan Taspen dan Askes. Kiriman uang
menggambarkan mutasi kas antar rekening kas umum negara/daerah.
Arus masuk kas dari aktivitas nonanggaran meliputi penerimaan
PFK dan kiriman uang masuk. Sedangkan, arus keluar kas dari aktivitas
nonanggaran meliputi pengeluaran PFK dan kiriman uang keluar.

2.4.4 Penyajian Laporan Arus Kas


A. Entitas Penyaji Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas mempunyai ciri khas dalam penyajiannya. Tidak
seluruh entitas menyajikan Laporan Arus Kas. Laporan ini hanya
disajikan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan. Hal ini
diatur dalam paragraf 12 PSAP 03 yang berbunyi sebagai berikut:
Entitas pelaporan yang wajib menyusun dan menyajikan laporan arus
kas adalah unit organisasi yang mempunyai fungsi perbendaharaan.
Selanjutnya dalam paragraf 13 disebutkan: unit organisasi yang
mempunyai fungsi perbendaharaan adalah unit yang ditetapkan sebagai
bendaharawan umum negara/daerah dan/atau kuasa bendaharawan
umum negara/daerah.
Di pemerintah pusat unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan
adalah bendaharawan umum negara. Di pemerintah daerah unit yang
mempunyai fungsi perbendaharaan adalah Bendahara Umum Daerah
(BUD). Dengan demikian yang membuat Laporan Arus Kas di
pemerintah pusat adalah Bendahara Umum Negara dan di pemerintah
daerah Bendahara Umum Daerah.
Pada pemerintah daerah, entitas pelaporan yaitu entitas yang
menyajikan laporan keuangan yang dimaksudkan untuk tujuan umum
hanya satu. Satuan kerja perangkat daerah (SKPD) bukan merupakan
entitas pelaporan. Dengan demikian SKPD bukan tidak membuat
Laporan Arus Kas.
Lain halnya di pemerintah pusat. Kementerian/Lembaga merupakan
entitas pelaporan tetapi tidak membuat Laporan Arus Kas. Laporan Arus
Kas hanya dibuat oleh Bendaharawan Umum Negara yaitu Menteri
Keuangan.

B. Metode Penyajian Laporan Arus Kas


Laporan Arus Kas dapat disajikan dalam dua metode. Entitas
pelaporan dapat menyajikan arus kas dari aktivitas operasi dengan cara:
1. Metode Langsung
Metode ini mengungkapkan pengelompokan utama penerimaan
dan pengeluaran kas bruto.
2. Metode Tidak Langsung
Dalam metode ini, surplus atau defisit disesuaikan dengan
transaksi-transaksi operasional nonkas, penangguhan (deferral) atau
pengakuan (accrual) penerimaan kas atau pembayaran yang
lalu/yang akan datang, serta unsur pendapatan dan belanja dalam
bentuk kas yang berkaitan dengan aktivitas investasi aset
nonkeuangan dan pembiayaan.
Entitas pelaporan pemerintah pusat/daerah sebaiknya menggunakan
metode langsung dalam melaporkan arus kas dari aktivitas operasi.
Keuntungan penggunaan metode langsung adalah sebagai berikut:
1. Menyediakan informasi yang lebih baik untuk mengestimasikan arus
kas di masa yang akan datang;
2. Lebih mudah dipahami oleh pengguna laporan; dan
3. Data tentang kelompok penerimaan dan pengeluaran kas bruto dapat
langsung diperoleh dari catatan akuntansi.
Disamping itu, dengan basis yang dianut saat ini belum
memungkinkan digunakannya metode tidak langsung. Transaksi-
transaksi nonkas tidak secara langsung mempengaruhi posisi kas dan
penangguhan-penangguhan tidak dapat disajikan. Oleh karena itu sangat
beralasan jika metode yang disarankan untuk digunakan adalah metode
langsung.

C. Hubungan Laporan Arus Kas Dan Neraca


Paragraf 52 PSAP 03 menyebutkan “Entitas pelaporan
mengungkapkan komponen kas dan setara kas dalam Laporan Arus Kas
yang jumlahnya sama dengan pos terkait di Neraca”. Artinya, ada
hubungan atau kesesuaian antara jumlah-jumlah yang ada dalam
Laporan Arus Kas dan Neraca.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

3.3 Pertanyaan Kelompok

Anda mungkin juga menyukai