A. PENGERTIAN DEBAT
Debat merupakan kegiatan adu argumen antara dua pihak atau lebih yang
bertujuan untuk memutuskan masalah / sesuatu yang harus diselesaikan.
B. UNSUR-UNSUR DEBAT
Mosi : Topik/tema yang akan dibicarakan dalam perdebatan.
Tim afirmasi / Tim pro : Tim yang sepaham / setuju dengan mosi dalam
perdebatan.
Tim oposisi / Tim kontra : Tim yang menentang / menolak / tidak
setuju dalam perdebatan.
Tim netral / yuri yang dipanggil / penonton
Moderator : Orang yang bertindak sebagai pemimpin jalannya
perdebatan (menengahi dan menyimpulkan pendapat)
Notulis : Menulis dengan baik semua yang ada dalam perdebatan dari
awal sampai akhir
Peserta debat
Amelia Salsabila K
D. JENIS – JENIS DEBAT
Berdasarkan bentuk, maksud, dan metodenya, debat dibagi menjadi 4 macam,
yakni:
Amelia Salsabila K
F. ETIKA DAN TATA CARA DEBAT
1) Memahami dan menjalankan peraturan debat yang telah disepakati oleh
peserta dan anggota debat.
2) Pertanyaan yang diajukan sebaiknya disampaikan dengan profesional, tidak
menghina, menguji, maupun merendahkan lawan, pertanyaan juga tidak
boleh menyerang lawan secara pribadi namun fokus ke permasalahan
yang sedang dibahas.
3) Ajukan argumen dengan analisis yang kritis, masuk akal, dan runtut.
4) Dalam menyampaikan gagasan kenali dan pahami kelemahan maupun
kelebihan yang dimiliki lawan.
5) Argumen yang disampaikan tidak perlu terlalu banyak karena waktu yang
terbatas.
6) Memahami dengan baik tentang kesalahan-kesalahan dalam berpikir
terutama pada penyelesaian masalah.
7) Menyajikan gagasan yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
Sertakan juga data-data yang valid yang dapat mendukung argumen atau
gagasan.
8) Buatlah kesimpulan yang menunjukkan pernyataan final dengan kalimat
yang lugas dan langsung.
H. TUJUAN DEBAT
1. Melatih keberanian mengemukakan pendapat
2. Melatih mematahkan pendapat lawan
3. Meningkatkan kemampuan merespon sesuatu masalah
Amelia Salsabila K
I. MENYIMPULKAN HASIL DEBAT
Ada tiga cara untuk menarik kesimpulan dengan penalaran induktif yaitu :
a. Generalisasi
Penarikan kesimpulan dengan cara generalisasi berpangkal pada
pernyataan-pernyataan yang bersifat khusus, fenomena-fenomena khusus
kemudian ditarik pernyataan yang bersifat general (umum).
b. Analogi
Penarikan kesimpulan yang didasarkan atas perbandingan dua hal
yang berbeda, tetapi karena mempunyai kesamaan segi, fungsi, atau ciri,
kemudian keduanya dibandingkan (disamakan).
Contoh :
Pembanding 1:
Orang tua mendidik kita di rumah dengan penuh kasih sayang.
Mereka mengajari kita banyak hal. Tak jarang kita dimarahi ketika
kita nakal dan tidak mematuhi nasihat mereka.
Simpulan :
Jadi, dapat dikatakan bahwa para guru adalah orang tua kita di
sekolah.
c. Sebab-Akibat
Dalam pola penalaran ini sebab bisa menjadi gagasan utamanya
sedangkan akibat menjadi gagasan penjelasnya. Namun, dapat juga terjadi
sebaliknya. Beberapa sebab dapat menjadi gagasan penjelas sedangkan
akibat menjadi gagasan utamanya.
Contoh :
Sebab-sebab :
1. Konsep drainase saat ini dimaksudkan untuk mencegah yang
diterapkan di seluruh pelosok tanah air saat ini untuk
mencegah banjir
Amelia Salsabila K
2. Konsep yang dipakai adalah konsep drainase konvensional,
yaitu drainase “pengaturan kawasan”.
3. Drainase konvensional adalah upaya membuang atau
mengalirkan air kelebihan secepat-cepatnya ke sungai
terdekat.
4. Dalam konsep drainase konvensional, seluruh air hujan yang
jatuh ke atau di suatu wilayah harus secepat-cepatnya dibuang
ke sungai dan seterusnya mengalir ke laut.
5. Orang sama sekali tidak berpikir apa yang akan terjadi di
bagian hilir, jika semua air hujan dialirkan secepat-cepatnya ke
sungai tanpa diupayakan agar air mempunyai waktu cukup
untuk meresap ke dalam tanah.
6. Konsep mengalirkan air secepatnya berarti pengatusan
kawasan atau menurunkan kesempatan bagi air untuk
meresap ke dalam tanah.
Akibat:
Akibatnya, banyak terjadi kekeringan di mana-mana sebab air
tidak diberi kesempatan meresap ke dalam tanah.
J. KALIMAT EFEKTIF
Adalah kalimat yang mampu menyampaikan pesan pembicara atau penulis
sama seperti yang dipahami oleh pembaca atau pendengar. Kalimat baku selalu
berwujud kalimat efektif meskipun kalimat efektif tidak selalu berwujud kalimat
baku.
Penyebab ketidakefektifan kalimat
1. Menyalahi Kaidah Tata Bahasa
a. Menyalahi kaidah fonologi (ejaan)
Contoh :
Harga B.B.M semakin tak terjangkau rakyat kecil. (B.B.M
seharusnya BBM).
Pelayanan kesehatan di Puskesmas sekarang ini sudah
memenuhi standart. (Puskesmas seharusnya puskesmas
sebab tidak diikuti nama wilayahnya, standart seharusnya
standar).
Amelia Salsabila K
b. Menyalahi kaidah morfologi (pembentukan kata)
Contoh:
Anissa memakai pakaian yang menyolok mata. (menyolok
seharusnya mencolok)
Para siswa mendiskusikan hasil analisa mereka. (analisa
seharusnya analisis).
c. Menyalahi kaidah sintaksis / tata kalimat
Contoh:
Pada rapat itu membahas upaya pemberantasan virus H5N1.
(S kalimat aktif tidak jelas sebab didahului oleh kata depan).
Pembetulan: Rapat itu membahas upaya pemberantasan
virus H5N1. atau Pada rapat itu dibahas upaya pemberantasan
virus H5N1.
d. Kalimatnya tidak logis/tidak masuk akal
Contoh:
Pencuri berhasil ditangkap polisi. (Yang berhasil bukan
pencurinya, tetapi polisinya sebab pencuri yang berhasil
seharusnya tidak tertanggkap, tetapi mampu melarikan diri).
Pembetulan: Polisi berhasil menangkap pencuri.
e. Tidak mengandung unsur mubadzir
Contoh:
.Kedua orang itu saling berpandang-pandangan.
Pembetulan: Kedua orang itu berpandang-pandangan.
Kedua orang itu saling berpandangan.
Selesai belajar bunuhlah lampunya.
Pembetulan: Selesai belajar padamkan lampunya
f. Mengandung unsur kedaerahan/asing
Contoh:
Anak-anak sudah pada datang. (Anak-anak sudah datang.)
g. Bermakna ambigu atau ganda.
Contoh:
Pesawat Fokker baru mendarat di lapangan terbang Adi
Sucipto Malang. (pesawat fokker baru / baru mendarat ?)
Amelia Salsabila K
K. KATA BAKU DAN KATA TIDAK BAKU
1. Kata Baku
Adalah kata yang digunakan sesuai aturan atau kaidah berbahasa
Indonesia yang sudah ditentukan sebelumnya
Ciri-ciri Kata Baku
Tidak dipengaruhi bahasa daerah tertentu.
Tidak dipengaruhi bahasa asing.
Bukan bahasa percakapan.
Pemakaian imbuhan pada kata bersifat eksplisit.
Pemakaian kata sesuai dengan konteks kalimat.
Kata baku bukan kata rancu
Kata baku tidak mengandung hiperkorek.
Tidak mengandung pleonasme
Tidak mengandung Hiperkorek
Fungsi Kata Baku
1. Sebagai Pemersatu
2. Pemberi Kekhasan
Penggunaan bahasa baku dapat menjadi ciri khas bagi setiap
penggunanya, baik itu individu maupun kelompok.
3. Pembawa Kewibawaan
Orang atau kelompok yang menggunakan kata baku dalam
kesehariannya akan diangggap sebagai orang yang berwibawa
dan patut dihormati. Hal ini dikarenakan bahasa baku identik
dengan formalitas dan kesantunan.
4. Kerangka Acuan
Bahasa baku merupakan bahasa yang sesuai dengan kaidah
bahasa Indonesia, sehingga layak untuk menjadi acuan
berbahasa seseorang. Bila seseorang mampu menggunakan
bahasa baku dengan baik, maka orang tersebut dianggap sudah
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Contoh Kata Baku
aktif, pasif, apotek, efektif, nasihat, karena, foto, bioster, bus, objek,
teknik, azan, anugerah, antree, daftar, derajat, atlet, februari,
diagnosis, baterai
contoh kalimatnya : pada hari ini saya akan makan siang di rumah
Amelia Salsabila K
Penggunaan Kata Baku
Untuk membuat Surat dinas, membuat laporan, membuat
karya ilmiah, membuat nota dinas, membuat surat lamaran pekerjaan,
digunakaan saat berpidato, surat menyurat antar organisasi(lembaga,
instansi,dst)
Amelia Salsabila K