Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN

“MUTU ASUHAN KEPERAWATAN

&

KOMPONEN STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN ”

Dosen pembimbing:

H. Edi Sukamto, SKp., M.Kep

Disusun oleh

ANNISA VADIRA IRMA SURYANI

ARSIANA RABIYATUL ADAWIYAH

ELLYTA ALDARIA YEYEN ANGGRAINI

M.REZAL YULIANA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


KALIMANTAN TIMUR PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
TAHUN 2021

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah tugas
mata kuliah Manajemen Keperawatan “Mutu Asuhan Keperawatan &
Komponen Standar Asuhan Keperawatan” tepat waktu. Makalah ini tidak akan
selesai tepat waktu tanpa bantuan dari berbagai pihak.

Kami menyadari dalam pembuatan tugas ini masih banyak terdapat


kekurangan. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan,
sehingga tugas yang sederhana ini dapat menjadi bahan bacaan yang bermanfaat
demi peningkatan mutu pendidikan dan tak lupa kami ucapkan terima kasih atas
kesempatan yang diberikan kepada kami. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan semua pihak yang membacanya.

Samarinda, 09 Februari 2021

Kelompok 6

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................

DAFTAR ISI.............................................................................................................

PENDAHULUAN.....................................................................................................

A. LATAR BELAKANG...............................................................................4

B. RUMUSAN MASALAH..........................................................................5

C. TUJUAN...................................................................................................5

PEMBAHASAN.....................................................................................................6

A. PENGERTIAN MUTU.............................................................................6

B. PENGERTIAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN...........................6

C. DIMENSI MUTU ASUHAN KEPERAWATAN………………………7

D. CIRI MUTU ASKEP……………………………………………..…….12

E. PENGERTIAN STANDAR…………………………………..………...13

F. TUJUAN SAK ………………………………………………..………..14

G. KOMPONEN SAK (STANDAR I-VI)……………………………...….15

PENUTUP.............................................................................................................20

A. KESIMPULAN.......................................................................................20

B. SARAN...................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................21

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Mutu Pelayanan Kesehatan adalah suatu hal yang diharapkan dan sudah
menjadi kebutuhan dasar setiap orang. Fasilitas kesehatan seperti rumah Sakit
dan puskesmas juga klinik atau balai pengobatan yang didalamnya terdiri atas
pelayanan yang beragam seperti pemeriksaan, perawatan, farmasi,
laboratiorium, termasuk pelayanan rekam medis merupakan organisasi jasa
pelayanan umum yang melayani masayarakat secara langsung, oleh karena itu
rumah sakit dan puskesmas harus memberikan pelayanan yang bermutu
sesuai dengan harapan pasien. Rekam medis memiliki peran yang vital di
fasilitas kesehatan, dengan data dan informasi rekam medis dan kualitas
pelayanan kesehatan dapat diukur.
Tujuan yang paling utama dalam pelayanan kesehatan adalah
menghasilkan outcome yang menguntungkan bagi pasien, provider dan
masyarakat. Pencapaian outcome yang diinginkan sangat tergantung dari
mutu pelayanan kesehatan. Informasi mengenai pelayanan kesehatan, baik
dari seluruh pengguna jasa pelayanan medik maupun seluruh individu dalam
populasi diperlukan sebagai sumber data utnuk dapat menjawab pertanyaan
mengenai pemerataan (equity). Efisiensi dan mutu pelayanan kesehatan
(EEQ), sehingga menajemen informasi dan teknologinya dalam banyak hal
sangant diperlukan dalam manajemen klinis, untuk mendaatkan informasi
yang akurat.
Mutu pelayanan kesehatan adalah suatu langkah ke arah peningkatan
pelayanan kesehatan baik untuk individu maupun untuk populasi sesuai denga
keluaran yang diharapkan dansesuaidenganpengetahuanprofesionalterkini.
Upaya untuk dapat melakukan penilaian mutu dengan berbagai pendekatan
yang ada, diperlukan suatu data kinerja yang akurat dan relevan sehingga

4
dapat membantu pihak pihak rumah sakit dalam melakukan perubahan.
Ketersediaan sumber data merupakan syarat utama keberhasilan pengukuran
mutu. Masukan dari berbagai proses spesifik diatas berasal dari persepsi
subyektif konsumen kemudian diolah menjadi suatu pengukuran yang
objektif dan berhubungan dengan kebutuhan konsumen.Di rumah sakit dan
sarana pelayanan kesehatan lain terdapat tiga sumber data utama yaitu: berkas
administrasi, hasil pendataan pasien dan rekam medis pasien. Dengan
manajemen informasi kesehata, ketiga sumber data utama tersebut dapat
diintgrasikan dalam suatu sistem yang mudah diakses untuk dievaluasi dan
dianalisis bagi kepentingan perencanaan dan perbaikan mutu infformasi
kesehatan serta pelayanan kesehatan pada umumnya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian mutu?
2. Apa pengertian mutu pelayanan kesehatan?
3. Apa dimensi mutu asuhan keperawatan?
4. Apa ciri mutu askep?
5. Apa pengertian standar?
6. Apa tujuan SAK (standar asuhan keperawatan)?
7. Apa komponen SAK (Standar I-VI)?

C. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat memahami pengertian mutu
2. Mahasiswa dapat memahami pengertian mutu pelayanan kesehatan
3. Mahasiswa dapat memahami dimensi mutu asuhan keperawatan
4. Mahasiswa dapat memahami ciri mutu askep
5. Mahasiswa dapat memahami pengertian standar
6. Mahasiswa dapat memahami tujuan SAK (standar asuhan keperawatan)
7. Mahasiswa dapat memahami komponen SAK (Standar I-VI)

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MUTU

Sebelum mutu itu dikelola atau di “manage”, perlu terlebih dahulu


dipahami apa itu mutu. Dalam keseharian kita sudah sering terpapar dengan
kata “mutu”, namun ternyata mutu sendiri tidak memiliki definisi yang pasti.

Berikut ini adalah beberapa definisi mengenai mutu :

1. “Mutu adalah kepatuhan terhadap persyaratan atau spesifikasi “ Philip


Crosby, 1978.
2. “Mutu adalah melakukan hal yang benar sejak pertama kali dan
melakukannya lebih baik pada saat yang berikutnya”. Al-Assaf-1990.
3. Mutu adalah memenuhi persyaratan yang diminta konsumen, baik
konsumen internal maupun eksternal dalam hal layanan, dan produk
yang bebas cacat”. – IBM, 1982.
4. “Mutu merupakan suatu proses pemenuhan kebutuhan dan harapan
konsumen baik internal maupun eksternal. Mutu juga dapat diatrikan
sebagai suatu proses perbaikan yang bertahap dan terus menerus.” –Al
Assaf.1998.

B. PENGERTIAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN

Mutu pelayanan kesehatan, hal ini akan tergantung dari sudut pandang
pelakunya (Elizabeth, 2015);

1. Menurut pasien/ masyarakat mutu adalah empati, menghargai dan


anggap sesuai dengan kebutuhan dan ramah

6
2. Menurut petugas kesehatan mutu adalah bebas melakukan sesuatu
secara professional sesuai dengan ilmu pengetahuan, keterampilan
dan peralatan yang memenuhi standar
3. Menurut manajer/administrator adalah mendorong manager untuk
mengatur staf dan pasien / masyarakat yang baik
4. Menurut yayasan atau pemilik adalah menuntut pemilik agar
memiliki tenaga profesional yang bermutu dan cukup.

Walaupun tidak ada definisi mutu yang secara universal diterima, dari
beberapa definisi tentang mutu ada point-point penting yang dapat diambil,
yaitu :

1. Mutu berkenaan dengan terpenuhinya harapan konsumen atau


terlampauinya harapan konsumen.
2. Mutu itu bersifat dinamis, apa yang dianggap bermutu hari ini
mungkin tidak cukup baik untuk dianggap berkualitas di esok
hari.
3. Mutu dapat ditingkatkan.

C. DIMENSI MUTU ASUHAN KEPERAWATAN

Windy (2009) menyatakan bahwa dimensi mutu dalam pelayanan


keperawatan terbagi kedalam 5 macam, diantaranya:

1. Tangible (bukti langsung)

Merupakan hal-hal yang dapat dilihat dan dirasakan langsung oleh pasien
yang meliputi ‘fasilitas fisik, peralatan, dan penampilan staf keperawatan’.
Sehingga dalam pelayanan keperawatan, bukti langsung dapat dijabarkan
melalui : kebersihan, kerapian, dan kenyamanan ruang perawatan; penataaan
ruang perawatan; kelengkapan, kesiapan dan kebersihan peralatan perawatan
yang digunakan; dan kerapian serta kebersihan penampilan perawat.

7
2. Reliability (keandalan)

Keandalan dalam pelayanan keperawatan merupakan kemampuan untuk


memberikan ‘pelayanan keperawatan yang tepat dan dapat dipercaya’,
dimana ‘dapat dipercaya’ dalam hal ini didefinisikan sebagai pelayanan
keperawatan yang ‘konsisten’. Oleh karena itu, penjabaran keandalan dalam
pelayanan keperawatan adalah : prosedur penerimaan pasien yang cepat dan
tepat; pemberian perawatan yang cepat dan tepat; jadwal pelayanan
perawatan dijalankan dengan tepat dan konsisten (pemberian makan, obat,
istirahat, dan lain-lain); dan prosedur perawatan tidak berbelat belit.

3. Responsiveness (ketanggapan) :

Perawat yang tanggap adalah yang ‘bersedia atau mau membantu


pelanggan’ dan memberikan’pelayanan yang cepat/tanggap’. Ketanggapan
juga didasarkan pada persepsi pasien sehingga faktor komunikasi dan situasi
fisik disekitar pasien merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Oleh
karena itu ketanggapan dalam pelayanan keperawatan dapat dijabarkan
sebagai berikut : perawat memberikan informasi yang jelas dan mudah
dimengerti oleh pasien; kesediaan perawat membantu pasien dalam hal
beribadah; kemampuan perawat untuk cepat tanggap menyelesaikan keluhan
pasien; dan tindakan perawat cepat pada saat pasien membutuhkan.

4. Assurance (jaminan kepastian)

Jaminan kepastian dimaksudkan bagaimana perawat dapat menjamin


pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien berkualitas sehingga
pasien menjadi yakin akan pelayanan keperawatan yang diterimanya. Untuk
mencapai jaminan kepastian dalam pelayanan keperawatan ditentukan oleh
komponen : ‘kompetensi’, yang berkaitan dengan pengetahuan dan
keterampilan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan;
‘keramahan’, yang juga diartikan kesopanan perawat sebagai aspek dari sikap
perawat; dan ‘keamanan’, yaitu jaminan pelayanan yang menyeluruh sampai
tuntas sehingga tidak menimbulkan dampak yang negatif pada pasien dan

8
menjamin pelayanan yang diberikan kepada pasien aman. Disampaikan dalam
Pelatihan Manajemen Keperawatan.

5. Emphaty (empati)

Empati lebih merupakan ’perhatian dari perawat yang diberikan kepada


pasien secara individual’. Sehingga dalam pelayanan keperawatan, dimensi
empati dapat diaplikasikan melalui cara berikut, yaitu : memberikan perhatian
khusus kepada setiap pasien; perhatian terhadap keluhan pasien dan
keluarganya; perawatan diberikan kepada semua pasien tanpa memandang
status sosial dan lain-lain.

Uraian mengenai dimensi mutu di atas akan membantu kita untuk


menentukan mutu pelayanan keperawatan. Mutu pelayanan keperawatan jika
dipandang sebagai suatu sistem yang terdiri dari input, proses dan outcome,
maka mutu pelayanan keperawatan merupakan interaksi dan ketergantungan
antara berbagai aspek, komponen atau unsur pelayanan keperawatan. Dan
untuk menjaga mutu pelayanan keperawatan perlu dilakukan penilaian
sebagai evaluasi dari mutu pelayanan tersebut. Oleh karena itu perlu dipahami
mengenai penilaian mutu yang akan dibahas pada sub bab berikut ini.

A. Penilaian Mutu Pelayanan Keperawatan

Penilaian terhadap mutu dilakukan dengan menggunakan pendekatan-


pendekatan yang dikelompokkan dalam tiga komponen, yaitu :

1. Audit Struktur (Input)

Donabedian (1987, dalam Wijono 2000) mengatakan bahwa struktur


merupakan masukan (input) yang meliputi sarana fisik
perlengkapan/peralatan, organisasi, manajemen, keuangan, sumber daya
manusia dan sumber daya lainnya dalam fasilitas keperawatan. Baik tidaknya
struktur sebagai input dapat diukur dari jumlah besarnya mutu, mutu struktur,
besarnya anggaran atau biaya, dan kewajaran. Penilaian juga dilakukan
terhadap perlengkapan-perlengkapan dan instrumen yang tersedia dan

9
dipergunakan untuk pelayanan. Selain itu pada aspek fisik, penilaian juga
mencakup pada karakteristik dari administrasi organisasi dan kualifikasi dari
profesi kesehatan. Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Tappen
(1995), yaitu bahwa struktur berhubungan dengan pengaturan pelayanan
keperawatan yang diberikan dan sumber daya yang memadai. Aspek dalam
komponen struktur dapat dilihat melalui :

a. Fasilitas, yaitu kenyamanan, kemudahan mencapai pelayanan dan


keamanan
b. Peralatan, yaitu suplai yang adekuat, seni menempatkan peralatan
c. Staf, meliputi pengalaman, tingkat absensi, ratarata turnover, dan
rasio pasien-perawat
d. Keuangan, yaitu meliputi gaji, kecukupan dan sumber keuangan.

Berdasarkan kedua pendapat di atas, maka pendekatan struktur lebih


difokuskan pada hal-hal yang menjadi masukan dalam pelaksanaan pelayanan
keperawatan, diantaranya yaitu :

a. Fasilitas fisik, yang meliputi ruang perawatan yang bersih,


nyaman dan aman, serta penataan ruang perawatan yang indah;
b. Peralatan, peralatan keperawatan yang lengkap, bersih, rapih dan
ditata dengan baik;
c. Staf keperawatan sebagai sumber daya manusia, baik dari segi
kualitas maupun kuantitas
d. Keuangan, yang meliputi bagaimana mendapatkan sumber dan
alokasi dana.

Faktor-faktor yang menjadi masukan ini memerlukan manajemen yang


baik, baik manajemen sumber daya manusia, keuangan maupun logistik.

2. Proses (Process)

Donabedian (1987, dalam Wijono 2000) menjelaskan bahwa pendekatan


ini merupakan proses yang mentransformasi struktur (input) ke dalam hasil

10
(outcome). Proses adalah kegiatan yang dilaksanakan secara profesional oleh
tenaga kesehatan (perawat) dan interaksinya dengan pasien.

Dalam kegiatan ini mencakup diagnosa, rencana perawatan, indikasi


tindakan, prosedur dan penanganan kasus. Dengan kata lain penilaian
dilakukan terhadap perawat dalam merawat pasien. Dan baik tidaknya proses
dapat diukur dari relevan tidaknya proses bagi pasien, fleksibelitas/efektifitas,
mutu proses itu sendiri sesuai dengan standar pelayanan yang semestinya, dan
kewajaran (tidak kurang dan tidak berlebihan). Tappen (1995) juga
menjelaskan bahwa pendekatan pada proses dihubungkan dengan aktivitas
nyata yang ditampilkan oleh pemberi pelayanan keperawatan.. Penilaian
dapat melalui observasi atau audit dari dokumentasi.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendekatan ini difokuskan pada


pelaksanaan pemberian pelayanan keperawatan oleh perawat terhadap pasien
dengan menjalankan tahap-tahap asuhan keperawatan. Dan dalam
penilaiannya dapat menggunakan teknik observasi maupun audit dari
dokumentasi keperawatan. Indikator baik tidaknya proses dapat dilihat dari
kesesuaian pelaksanaan dengan standar operasional prosedur, relevansi
tidaknya dengan pasien dan efektifitas pelaksanaannya.

3. Hasil (Outcome)

Pendekatan ini adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan perawat terhadap
pasien. Dapat berarti adanya perubahan derajat kesehatan dan kepuasan baik
positif maupun negatif. Sehingga baik tidaknya hasil dapat diukur dari derajat
kesehatan pasien dan kepuasan pasien terhadap pelayanan perawatan yang
telah diberikan (Donabedian, 1987 dalam Wijono 2000).

Sedangkan Tappen (1995) menjelaskan bahwa outcome berkaitan dengan


hasil dari aktivitas yang diberikan oleh petugas kesehatan. Hasil ini dapat
dinilai dari efektifitas dari aktivitas pelayanan keperawatan yang ditentukan
dengan tingkat kesembuhan dan kemandirian. Sehingga dapat dikatakan
bahwa fokus pendekatan ini yaitu pada hasil dari pelayanan keperawatan,

11
dimana hasilnya adalah peningkatan derajat kesehatan pasien dan kepuasan
pasien. Sehingga kedua hal tersebut dapat dijadikan indikator dalam menilai
mutu pelayanan keperawatan.

Pendekatan-pendekatan di atas dapat digunakan sebagai indikator dalam


melakukan penilaian terhadap mutu. Namun sebagai suatu sistem penilaian
mutu sebaiknya dilakukan pada ketiga unsur dari sistem tersebut yang
meliputi struktur, proses dan hasil. Dan setelah didapatkan hasil penilaiannya,
maka dapat dilakukan strategi yang tepat untuk mengatasi kekurangan atau
penilaian negatif dari mutu pelayanan tersebut. Namun seiring berjalannya
waktu, strategi peningkatan mutu mengalami perkembangan yang dapat
menjadi wacana kita mengenai strategi mana yang tepat dalam melakukan
upaya yang berkaitan dengan mutu pelayanan.

D. CIRI MUTU ASKEP

Indikator Mutu Keperawatan menurut ANA

Kategori Ukuran
Ukuran berfokus 1 Angka kematian pasien karena komplikasi operasi
outcomes pasien 2 Angka decubitus
3 Angka pasien jatuh
4 Angka psien jatuh dengan cidera
5 Angka restrain
6 ISK karena pemasangan cateter di ICU
7 Blood stream infection karena pemasangan cateter line central di
ICU dan HDNC
8 VAP di ICU dn HDNC
Ukuran berfokus 9 Konseling berhenti merokok pada kasus AMI
pada intervensi 10 Konseling berhenti merokok pada kasus Gagal jantung
11 Konseling berhenti merokok pada kasus Peneumonia
perawat
Ukuran berfokus 12 Perbandingan antara RN, LVN/LPN, UAP dan kontrak
pada system 13 Jam perawatan pasien per hari oleh RN,LPN/LPN dan UAP
14 Practice Environment Scale—Nursing Work Index

12
15 Turn over

E. PENGERTIAN STANDAR

a. Standar adalah suatu pernyataan diskriptif yang menguraikan penampilan


kerja yang dapat diukur melalui kualitas struktur, proses dan hasil (Gillies,
1989,h.121).
b. Standar merupakan pernyataan yang mencakup kegiatan-kegiatan asuhan
yang mengarah kepada praktek keperawatan profesional (ANA,1992,h.1)

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan


bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat,
berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif, ditujukan
kepada individu, keluarga, dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang
mencakup kehidupan manusia (lokakarya Nasional 1983). Standar praktek
keperawatan adalah suatu pernyataan yang menguraikan suatu kualitas yang
diinginkan terhadap pelyanan keperawatan yang diberikan untuk klien ( Gillies,
1989h. 121). Fokus utama standar praktek keperawatan adalah klien. Digunakan
untuk mengetahui proses dan hasil pelayanan keperawatan yang diberikan dalam
upaya mencapai pelayanan keperawatan. Melalui standar praktek dapat diketahui
apakah intervensi atan tindakan keperawatan itu yang telah diberi sesuai dengan
yang direncanakan dan apakah klien dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Tipe
standar praktek keperawatan Beberapa tipe standar telah digunakan untuk
mengarahakan dan mengontrol praktek keperawatan.
Standar dapat berbentuk ‘normatif’ yaitu menguraikan praktek
keperawatan yang ideal yang menggambarkan penampilan perawat yang bermutu
tinggi, standar juga berbentuk ‘empiris’ yaitu menggambarkan praktek
keperawatan berdasarkan hasil observasi pada sebagaian besar sarana pelayanan
keperawatan (Gillies 1989,h.125). Standar Asuhan Keperawatan adalah uraian

13
pernyataan tingkat kinerja yang diinginkan, sehingga kualitas struktur, proses dan
hasil dapat dinilai. Standar asuhan keperawatan berarti pernyataan kualitas yang
didinginkan dan dapat dinilai pemberian asuhan keperawatan terhadap
pasien/klien. Hubungan antara kualitas dan standar menjadi dua hal yang saling
terkait erat, karena melalui standar dapat dikuantifikasi sebagai bukti pelayanan
meningkat dan memburuk (Wilkinson, 2006).

F. TUJUAN SAK (STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN)

1. Memberi bantuan yang efektif kepada semua orang yang memerlukan


pelayanan kesehatan sesuai dengan Sistem Kesehatan Nasional.
2. Menjamin bahwa bantuan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pasien
dan mengurangi/menghilangkan kesenjangan.
3. Mengembangkan standar asuhan keperawatan yang ada.
4. Memberi kesempatan kepada semua tenaga keperawatan untuk
mengembangkan tingkat kemampuan profesiona.
5. Memelihara hubungan kerja yang efektif dengan semua kalangan
kesehatan.
6. Melibatkan pasien dalam perencanaan dan pelaksanaan pelayanan
kesehatan.
Tujuan dan manfaat standar asuhan keperawatan penting lainnya
mencakup pada dasarnya mengukur kualitas asuhan kinerja perawat dan
efektifitas manajemen organisasi.

14
G. KOMPONEN SAK (STANDAR I-VI)

Pemberian asuhan keperawatan ini juga dapat dilakukan oleh perawat


dengan cara memperhatikan keadaan dan juga kebutuhan dasar manusia yang
dibutuhkan pelayanan menggunakan keperawatan sehingga dapat ditentukan apa
diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang
tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia,kemudian dapat dievaluasi
tingkat perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan dari
mulai yang sederhana sampai dengan yang kompleks. Standar asuhan
keperawatan yang diberlakukan melalui SK Dirjen Yan Med
No.YM.00.03.2.6.7637 Tahun 1993.

STANDAR I : PENGKAJIAN

Untuk melakukan asuhan keperawatan diperuntukan data yang melalui


keperawatan pemberian dengan asuhan proses lengkap dan aktual sesuai dengan
keadan pasien, data ini diperoleh melalui pengkajian. Komponen pengkajian
keperawatan meliputi:

1.Pengumpulan data:

a. Menggunakan format yang baku – Sistematis


b. Di isi sesuai item yang tersedia
c. Aktual
d. Absah

2.Pengelompokan data

a. Data biologis
b. Data psikologis
c. Data sosial
d. Data spiritual

15
3.Perumusan masalah

a. Kesenjangan antara status kesehatan dengan norma dan juga pola fungsi
kehidupan
b. Perumusan masalah ditunjang oleh data yang telah di kumpulkan

STANDAR II : DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa dirumuskan berdasarkan status kesehatan pasien, dianalisis, dan

dibandingkan dengan norma fungsi kehidupan pasien.

1.Diagnosa keperawatan dihubungan dengan penyebab kesenjangan dan


pemenuhan kebutuhan pasien

2.Dibuat sesuai wewenang perawat

3.Komponennya terdiri dari masalah, penyebab, tanda dan gejala atau terdiri dari
masalah dan penyebab

4.Bersifat aktual apabila masalah kesehatan pasien sudah nyata terjadi.

5.Bersifat potensial apabila masalah kesehatan pasien, kemungkinan besar akan


terjadi

6.Dapat ditanggulangi oleh perawat

STANDAR III : PERENCANAAN KEPERAWATAN

Perencaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan. Komponen


perencaanan keperawatan meliputi :

1. Prioritas masalah

 Masalah-masalah yang mengancam kehidupan merupakan prioritas


pertama.
 Masalah- masalah yang mengancam kesehataan seseorang adalah prioritas
kedua

16
 Masalah- masalah yang mempengaruhi perilaku merupakan prioritas
ketiga.

2.Tujuan asuhan keperawatan

 Spesifik
 Bisa diukur
 Bisa dicapai
 Realistik
 Ada batas waktu

3.Rencana tindakan

1. Disusun berdasarkan tujuan asuhan keperawatan


2. Melibatkan pasien atau keluarga
3. Mempertimbangkan latar belakang budaya pasien atau keluarga
4. Menentukan alternatif tindakan yang tepat
5. Mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku,
lingkungan, sumber daya dan fasilitas yang ada.
6. Menjamin rasa aman dan nyaman bagi pasien
7. Kalimat instruksi, ringkas, tegas dengan bahasanya mudah dimengerti.

Dalam Standar Asuhan Keperawatan ada yang merupakan aspek


keamanan pasien yang harus mendapat perhatian dengan ketentuan:

1. Menjaga keselamatan pasien yang gelisah diatas tempat tidur.

2. Mencegah infeksi nosokomial.

3. Mencegah kecelakaan pada penggunaan alat elektronika.

4. Menjaga dari kecelakaan akibat penggunaan alat yang mudah meledak.

5. Mencegah kekeliruan pengguanan obat.

17
STANDAR IV : INTERVENSI KEPERAWATAN

Intervensi Keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang


ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara maksimal yang
mencakup aspek peningkatan, pencegahan, pemeliharaan serta pemulihan
kesehatan dengan mengikutsertakan pasien dan keluarganya.

1. Dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan


2. Menyangkut keadaan bio-psiko-sosio spiritual pasien
3. Menjelaskan setiap tindakan keperawatan yang akan dilakukan kepada
pasien maupun keluarga
4. Sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
5. Menggunakan sumber daya yang ada
6. Menerapkan prinsip aseptik dan antiseptic
7. Menerapkan prinsip aman, nyaman, dan ekonomis, privacy dan
mengutamakan keselamatan pasien
8. Melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respons pasien
9. Merujuk dengan segera bila ada masalah yang mengancam keselamatan
pasien
10. Mencatat semua tindakan yang telah dilaksanakan
11. Merapikan pasien dan alat setiap selesai melakukan tindakan
12. Melaksanakan tindakan asuhan keperawatan yang berpedoman pada
prosedur teknis yang telah ditentukan dan juga dengan berencana untuk
menilai perkembangan pasien

18
STANDAR V : EVALUASI KEPERAWATAN

Evaluasi keperawatan bisa dilakukan secara periodik, sistematis, dan juga


dengan berencana untuk menilai perkembangan pasien

1. Setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi


2. Evaluasi hasil menggunakan indicator yang ada pada rumusan tujuan
3. Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan
4. Evaluasi melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan
5. .Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar

STANDAR VI : CATATAN ASUHAN KEPERAWATAN

Catatan asuhan keperawatan dilakukan secara individual

1. Dilakukan selama pasien selama pasien dirawat nginap dan rawat jalan
2. Dapat digunakan sebagai bahan informasi, komunikasi dan laporan
3. Dilakukan segera setelah tindakan dilaksanakan
4. Penulisannya harus jelas dan segera dan ringkas serta menggunakan istilah
yang baku
5. Sesuai dengan pelaksanaan proses keperawatan
6. Setiap pencatatan harus mencantumkan inisial, paraf, dan juga nama
perawat yang telah melaksanakan tindakan dan juga waktunya
7. Menggunakan formulir yang baku
8. Disimpan sesuai dengan peraturan yang berlaku

19
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas kita dapatkan simpulkan bahwa terdapat
hubungan mutu pelayanan kesehatan yang berhubungan secara signifikan
dalam asuhan keperawatan. Kita juga dapat memahami standar asuhan
keperawatan dan komponennya
Tujuan dari standar asuhan keperawatan, memberikan asuhan keperawatan
secara efektif kepada pasien dan menjamin bahwa bantuan diarahkan
untuk memenuhi kebutuhan pasien sesuai dengan komponen standar
asuhan keperawatan.

B. SARAN
Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca serta
dapat dijadikan saah satu referensi sebagai tugas maupun bahan praktikum

20
DAFTAR PUSTAKA

Budiono.2016.Konsep Dasar keperawatan.Jakarta:Kementrian Keseshatan


Republik Indonesia
Christense, P. J dan Janet W. Kenney. 2009.Proses Keperawatan Aplikasi
Model Konseptual, edisi 4. Jakarta : EGC
Departemen Kesehatan Republik Rumah Sakit Umun dan Pendidikan
Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI
Hidayat, A. A. (2007). Konsep Dasar Keperawatan (Edisi 2 Ed.).
Surabaya: Salemba Medika.
Kusnanto, S. M. (2004). Pengantar Profesi & Praktik Keperawatan
Profesional. Jakarta: Egc
Maryam. S., Setiawati. S., Ekasari, M. F. (2008). Buku ajar berpikir kritis

21

Anda mungkin juga menyukai