DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 10
DEA NUR SHABRINA HIDAYAT (R011191024)
RATI MARDATILLAH (R011191050)
ILFA ZAHRA (R011191074)
BRIGITA SRI JANE (R011191100)
ELUZAI MEGAHYUNISEMBE (RO11191128)
NERS A 2019
REGULAR B
1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Puji syukur tak henti-hentinya kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT,
berkat, rahmat, dan hidayahnya, makalah yang berjudul “asuhan keperawatan dengan
tumor dada penyakit kanker paru dan tumor mediastinum” dapat diselesaikan dengan
tepat waktu
Makalah ini membahas mengenai kanker paru dan tumor mediastinum yang
didalamnya dipaparkan patofisiologi sampai asuhan keperawatan yang diberikan pada
klien dengan penyakit tersebut.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada teman-teman yang selama telah
berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini. Kami selaku mahasiswa yang telah
Menyusun makalah ini menydari bahwa makalah ini tidak sempurna. Oleh karenanya
saran dan kritik pembangun kami perlukan dalam makalah ini. Dengan adanya
makalah ini, kami sangat berharap agar wawasan para pembaca bertambah melalui
makalah ini.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2
1.3 Tujun Penulisan...........................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................4
PEMBAHASAN........................................................................................................................4
2.1 Kanker Paru (Karsinoma Bronkogenik)...........................................................................4
2.1.1 Definisi Kanker Paru (Karsinoma Bronkogenik)......................................................4
2.1.2 Etiologi.......................................................................................................................4
2.1.3 Patofisiologi...............................................................................................................5
2.1.4 Manifestasi Klinis......................................................................................................6
2.1.5 Penatalaksanaan Medis..............................................................................................7
2.1.6 Pathway....................................................................................................................10
2.1.7 Konsep Keperawatan...............................................................................................10
2.2 Tumor Mediastinum.......................................................................................................22
2.2.1 Definisi Tumor Mediastinum...................................................................................22
2.2.2 Etiologi.....................................................................................................................25
2.2.3. Patofisiologi............................................................................................................25
2.2.4. Manifestasi Klinis...................................................................................................26
2.2.5 Penatalaksanaan Medis............................................................................................26
2.2.6 Pathway....................................................................................................................28
..........................................................................................................................................28
2.2.7 Konsep Keperawatan...............................................................................................29
BAB III.....................................................................................................................................37
PENUTUP................................................................................................................................37
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................37
3.2 Saran...............................................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................38
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makhluk hidup tidak kecuali manusia membutuhkan oksigen untuk proses
metabolisme sel melalui sistem pernafasan. Sistem pernafasan bertanggung jawab terhadap
proses pertukaran gas antara organisme dengan lingkungan, yaitu pengambilan oksigen dan
eliminasi karbondioksida (Djojodibroto, 2013). Sistem pernafasan membawa oksigen melalui
jalan nafas ke alveoli jaringan paru, dimana terjadi proses difusi ke kapiler untuk
distribusikan ke jaringan (Black dan Hawks, 2009).
Tumor ganas atau kanker adalah sel tumor yang tumbuh dan berkembang secara tidak
terkontrol, menginvasi jaringan sekitar serta dapat menyebar ke bagian tubuh yang lain
(Jusuf, 2010).Kanker paru (Ca Paru) merupakan penyebab kematian utama akibat kanker
pada pria dan wanita. Kanker paru ini meningkat dengan angka yang lebih besar pada wanita
dibandingkan pada pria dan sekarang melebihi kanker payudara sebagai penyebab paling
umum kematian akibat kanker pada wanita. Menurut hasil penelitian, hampir 70% pasien
kanker paru mengalami penyebaran ketempat limfatik regional dan tempat lain pada saat
didiagnosis. Beberapa bukti menunjukkan bahwa karsinoma cenderung untuk timbul di
tempat jaringan perut sebelumnya (tuberculosis fibrosis ) di dalam paru .(Akper & Tapteng,
1998)
Menurut hasil penelitian, hampir 70% pasien kanker paru mengalami penyebaran
ketempat limfatik regional dan tempat lain pada saat didiagnosis. Beberapa bukti
menunjukkan bahwa karsinoma cenderung untuk timbul di tempat jaringan perut sebelumnya
(tuberculosis fibrosis ) di dalam paru . Kanker paru mengacu pada lapisan epithelium saluran
napas. Kanker paru dapat timbul dimana saja di paru dan kebanyakan kasus kanker paru dapat
dicegah jika kebiasaan merokok dihilangkan.(Akper & Tapteng, 1998)
Tumor mediastinum adalah tumor yang terdapat di rongga mediastinum dan berasal
dari salah satu struktur atau organ yang berada di rongga tersebut. Proses pembentukan
karsinogenesis merupakan kejadian somatic dan sejak lama diduga disebabkan karena
akumulasi perubahan genetik dan epigenetic yang menyebabkan perubahan pengaturan
normal control molekuler perkembangbiakan sel (Bedir, 2007).
Jenis tumor di rongga mediastinum dapat berupa tumor jinak atautumor ganas dengan
penatalaksanaan dan prognosis yang berbeda, karenanya ketrampilan dalam prosedur
diagnostik memegang peranan sangat penting (PDPI, 2003). Pembedahan yang dilakukan
oleh Becha, dkk dari Perancis terhadap 89 pasien tumor mediastinum dan terdiri dari 35 kasus
timoma invasive, 12 karsinoma timik, 17 sel germinal, 16 limfoma, 3 tumor saraf, 3
karsinoma tiroid, 2 radition induced sarcoma dan 1 kasus mesotelioma mediastinum.
Penelitian retrospektif dari tahun 1973 sampai dengan 1995 di New Mexico, USA
mendapatkan 219 pasien tumor mediastinum ganas yang diidentifikasi dari 110.284 pasien
penyakit keganasan primer, jenis terbanyak adalah limfoma 55%, sel germinal 16%, timoma
14%, sarcoma5%, neurogenik 3% dan jenis lainnya 7%.
Pada umumnya, kanker paru ditemukan setelah menginjak stadium lanjut, yaitu
stadium III B dan IV.6 Sehingga, tujuan utama pengobatan kanker paru adalah untuk
meningkatkan harapan hidup dan kualitas hidup. Namun, teknik formal yang mengukur hal
tersebut jarang digunakan untuk mengevaluasi dampak pengobatan. Padahal banyak pasien
1
dengan kanker paru yang lanjut usia dan memiliki riwayat penyakit yang kompleks dan
segudang komorbiditas.7 Selain itu terapi kanker paru sendiri, dalam hal ini adalah
kemoterapi, sebagai pilihan utama terapi kanker paru juga menunjukkan banyak efek
samping.8 Salah satu dari efek samping kemoterapi adalah nyeri.9\ Nyeri adalah gejala yang
paling menyedihkan yang berhubungan dengan kanker (Husen, 2016)
Selain nyeri karena penyakit kanker itu sendiri, nyeri akibat kemoterapi merupakan
nyeri yang sering ditemui.Nyeri ini dapat terjadi setiap saat setelah pengobatan dimulai dan
akan semakin parah seiring berjalannya pengobatan.Jika tidak dikendalikan, nyeri dapat
memiliki dampak buruk pada pasien dan keluarganya. Pentingnya manajemen nyeri sebagai
bagian dari perawatan kanker rutin telah tegas dikemukakan oleh WHO (World Health
Organization), organisasi profesional internasional dan nasional, serta lembaga pemerintah.
Prevalensi nyeri kronis adalah sekitar 30-50% di antara pasien dengan kanker yang sedang
menjalani pengobatan aktif untuk tumor solid dan 70-90% di antara mereka dengan penyakit
lanjut (Husen, 2016)
2
8. Mengidentifikasi definisi tumor mediastinum
9. Mengidentifikasi etiologi tumor mediastinum
10. Mengidentifikasi patofisiologi tumor mediastinum
11. Mengidentifikasi manifestasi klinis tumor mediastinum
12. Mengidentifikasi penatalaksanaan medis tumor mediastinum
13. Mengidentifikasi pathway tumor mediastinum
14. Mengidentifikasi asuhan keperawatan pada pasien pengidap tumor mediastinum
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kanker Paru (Karsinoma Bronkogenik)
2.1.1 Definisi Kanker Paru (Karsinoma Bronkogenik)
Kanker paru adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan
yang berasal dari paru sendiri (primer) Dalam pengertian klinik yang dimaksud
dengan kanker paru primer adalah tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus
(karsinoma bronkus = bronchogenic carcinoma).(Fatmawati, 2019)
2.1.2 Etiologi
Meskipun etiologi karsinoma bronkogenik yang sebenarnya belum diketahui,
tetapi ada tiga faktor yang agaknya bertanggung jawab dalam pening- katan insidensi
penyakit ini: merokok, bahaya industri, dan polusi udara. Semakin banyak orang yang
tertarik dengan hubungan antara perokok pasif, atau mengisap asap rokok yang
diembuskan oleh orang lain di dalam iuang tertutup, delgan risiko terjadinya kanker
paru. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pada orang-orang yang tidak
merokok, tetapi mengisap asap dari orang lain, risiko mendapatkan kanker paru
meningkat dua kali. (Tang et al., 2018)
Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi
pengaruh- nya kecil bila dibandingkan dengan merokok kretek. Kematian akibat
kanker paru jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan
dengan di daerah pedesaan. Hal ini, sebagian dapat dijelaskan dari kenyataan bahwa
kelompok sosial ekonomi yang lebih rendah cen- derung hidup lebih dekat dengan
tempat pekerjaan mereka, tempat udara kemungkinan besar lebih tercemar oleh
polusi. Suatu knrsinogen (bahan yang dapat menimbulkan kanker) yang ditemukan
dalam udara polusi (juga ditemukan pada asap rokok) adalah 3,4 benzpiren.(Tang et
al., 2018)
Dua faktor lain yang dapat berperan dalam peningkatan risiko terjadinya
kanker paru adalah makanan dan kecenderungan familial. Beberapa .penelitian
menunjukkan bahwa perokok yang makanannya rendah vitamin A memiliki risiko
yang lebih besar untuk terjadinya kanker paru. Terdapat juga bukti bahwa anggota
4
keluarga pasien kanker paru berisiko lebih besar terkena penyakit ini. (Tang et al.,
2018)
5
bukan perokok menderita kanker paru yang biasanya berupa adenokarsinoma (Minna,
7998).
Karsinoma sel skuamosa (epidermoid) merupakan tipe histologik karsinoma
bronkogenik yang paling sering ditemukan, berasal dari permukaan epitel bronkus.
Perubahan epitel termasuk metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka panjang,
secara khas mendahului timbulnya tumor. Karsinoma sel skuamosa biasanya terletak
sentral di sekitar hilus, dan menonjol ke dalam bronki besar. Diameter tumor jarang
melampaui beberapa sentimeter dan cenderung menyebar secara langsung ke kelenjar
getah bening hilus, dinding dada dan mediastinum. Karsinoma sel skuamosa
seringkali disertai batuk dan hemoptisis akibat iritasi atau ulserasi, pneumonia, dan
pembentukan abses akibat obstruksi dan infeksi sekunder. Karena tumor ini
cenderung agak lamban dalam bermetastasis, maka pengobatan dini dapat
memperbaiki prognosis. Adenoksrsinomn, (sesuai dengan namanya) memperlihatkan
susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat mengandung mukus. Kebanyakan
jenis tumor ini timbul dibagian perifer segmen bronkus dan kadang-kadang dapat
dikaitkan dengan jaringan parut lokal pada paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi
seringkali meluas ke pembuluh darah dan limfe pada stadium dini, dan sering
bermetastasis jauh sebelum lesi primer menyebabkan gejala-gejala.(Tang et al., 2018)
Karsinoma sel kecil, seperti tipe sel skuamosa, biasanya terletak di tengah di
sekitar percabangan utama bronki. Tidak seperti kanker paru yang lain, jenis tumor ini
timbul dari sel-sel Kulchitsky, komponen normal epitel bronkus. Secara mikroskopis,
tumor ini terbentuk dari sel-sel kecil (sekitar dua kali ukuran limfosit) dengan inti
hiperkromatik pekat dan sitoplasma sedikit. Sel-sel ini sering menyerupai biji oat,
sehingga diberi narna karsinoma sel oat. Karsinoma sel kecil memiliki waktu
pembelahan yang tercepat dan prognosis yang terburuk dibandingkan dengan semua
karsinoma bronkogenik. Metastasis dini ke mediastinum dan kelenjar limfe hilus,
Demikian pula dengan penyebaran hematogen ke organ-organ distal, sering dijumpai.
Sekitar 70% dari semua pasien memiliki bukti-bukti penyakit yang ekstensif
6
(metastasis ke distal) pada saat diagnosis, dan angka kelangsungan hidup 5 tahun
lebih kecil dari 5%. (Tang et al., 2018)
Sindrom endokrin terlihat pada 12% pasien. Tumor sel oat menghasilkan
hampir seluruh hormon polipeptida, seperti hormon paratiroid (PTH);-hormon
adrenokortikotropik (ACTH), atau hormon antidiuretik (ADH) yang menimbulkan
gejala hiperparatiroid, sindrom Cushing, sindrom ketidaktepatan sekresi ADH
(SIADH) berhubungan dengan retensi cairan dan hiponatremia. Sindrom jaringan ikat
rangki termasuk jari tabuh (biasanya pada NSCLC) timbul pada 30% kasus dan
osteoartropati hipertrofik (HOA) hingga 10% kasus (biasanya pada adeno-
7
karsinoma). Gejala sistemlk seperti anoreksia, penurunan berat badan, dan kakeksia
pada 30% kasus adalah sindrom paraneoplastik yang tidak diketahui asalnya.(Tang et
al., 2018)
Pembedahan
Reseksi bedah adalah metode yang lebih dipilih untuk pasien dengan
tumor setempat tanpa adanya penyebaran metastatic dan mereka yang fungsi
jantung paru baik. Tiga tipe reseksi paru yang mungkin dilakukan adalah
lobektomi (satu lobus paru diangkat), lobektomi sleeve (lobus yang
mengalami kanker diangkat dan segmen bronkus besar direseksi), dan
pneumonerektomi (pengangkatan seluruh paru).
Terapi radiasi
8
digunakan sebagai pengobatan paliatif untuk menghilangkan tekanan tumor
pada struktur vital. Terapi radiasi dapat mengendalikan metastatis medulla
spinalis dan kompresi vena cava superior.
Kemoterapi
9
2.1.6 Pathway
Riwayat kesehatan: gejala saat ini, termasuk batuk kronik, sesak napas, sputum
berwarna darah. Manifestasi sistemik seperti penurunan berat badan saat ini,
anoreksia, nyeri tulang, riwayat merokok panjanan pekerjaan terhadap karsinogen,
penyakit kronik seperti COPD.
10
Pemeriksaan fisik: penampilan umum; warna kulit, bukti jari gada (Clubbing finger);
berat badan dan tinggi badan; tanda tanda vital; kecepatan pernapasan, kedalaman,
ekskursi; suara paru terhadap perkusi dan auskultasi
b. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolar kapiler
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan sekresi dan
penurunan aktivitas batuk karena nyeri
3. Nyeri akut berhubungan dengan prosedur bedah
4. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.
5. Intoleransi aktivitas
6. Ketidakefektifan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
c. Intervensi
11
Kelebihan atau oksigenisi napas bibir, kompensi awal
kekurangan adekuat perubahan kulit / terhadap
dalam dengan GDA membrane mukosa, kerusakan
oksigenasi dan dalam misalnya pucat, jaringan paru.
atau rentang sianosis. 2. Bunyi nafas
pengeluaran normal dan 2. Catat ada atau tidak dapat menurun,
karbondioksida bebas gejala adanya bunyi tidak sama atau
di dalam distress tambahan dan adanya tak ada pada
membran pernafasan. bunyi tambahan, area yang sakit.
kapiler alveoli Mendemonst misalnya krekels, Krekels adalah
rasikan batuk mengi bukti
efektif dan 3. Selidiki perubahan peningkatan
Batasan
suara nafas status mental / tingkat cairan dalam
Karakteristik:
yang bersih, kesadaran area jaringan
Keletihan
tidak ada sebagai akibat
Takikardi 4. Pertahankan
sianosis, dan peningkatan
Dipsneu kepatenan jalan napas
dispneu, permeabilitas
Frekuensi dengan posisi,
mampu membrane
dan penghisapan, dan
bernafas alveolar-
kedalaman pemberian oksigen
dengan kapiler. Mengi
nafas sesuai indikasi
mudah. adalah bukti
abnormal 5. Dorong / bantu latihan
Tanda-tanda vital adanya tahanan
GDA napas dalam
dalam rentang atau
Somnolen penyempitan
normal
jalan nafas
Factor yang sehubungan
berhubungan: dengan mukus/
perubahan edema serta
membrane tumor.
alveolar kapiler 3. Menunjukkan
peningkatan
hipoksia atau
komplikasi
12
seperti
pergeseran
mediastinal bila
disertai dengan
takipnea,
takikardia,
deviasi trakea
4. Obstruksi jalan
napas
mempengaruhi
ventilasi dan
mengganggu
pertukaran gas,
memaksimalka
n sediaan
oksigen untuk
pertukaran
meningkatkan
ventilasi dan
oksigenasi
maksimal dan
mencegah
atelektasis
13
jam, usaha yang minimal
Peningkatan (Manajemen) Peningkatan volume
Definisi: meningkatkan
Batuk udara di paru-paru
Ketidakmampuan dan
membersihkan mempertahanka Bantu pasien batuk akan mendorong
14
latihan napas 2. Sokongan fisik
dalam tidak akan pada insisi akan
merusak paru terasa nyaman
atau jahitan dan melegakan
2. Dengan tangan, 3. Air hangat dapat
tahan daerah membantu
insisi selama rileksasi dan
batuk dan membuat batuk
bernapas dalam lebih efektif
3. Berikan air 4. Cairan dan
hangat untuk kelembapan
diminum membantu
4. Jaga kadar mencairkan
hidrasi untuk sekret,
kelembapan membuatnya
udara dengan lebih mudah
baik dikelurkan
5. Monitor hasil 5. Rontgen dada
rontgen dada yang rutin akan
6. Evaluasi apakah membantu
perlu suction mendeteksi
atelektasis dan
infeksi
6. Jika batuk tidak
efektif, suction
mungkin
diperlukan untuk
mengeluarkan
sekret paru
15
No. Diagnosa NANDA Hasil Intervensi Rasional
16
Karakteristik:
Ekspresi
wajah
nyeri
Laporan
pasien
tentang
5. Pengurangan
perilaku
nyeri yang
nyeri/
adekuat harus
perubahan
didapatkan.
aktivitas
Namun
Keluhan pemberian obat
tentang berlebihan dapat
intensitas menekan
mengguna yang
pernapasan dan
kan standar direkomend
reflex batuk
skala nyeri asikan
6.Gunakan tindakan 6. Posisi dan
Keluha tekhnik rileksasi
pengurangan nyeri
ntentang yang tepat dan
nonfarmakologi secara
karakteristi tindakan-
bersamaan
k nyeri tindakan tepat
dengan lainnya dapat
mengguna menambah
kan standar efektivitas dari
instrument obat-obatan.
nyeri
Berhubungan
dengan prosedur
bedah
17
Diharapkan
4. Defisiensi Setelah 1x24 jam, Pendidikan Kesehatan : 1. Agar pasien
Pengetahuan pengetahuan mengerti
1. Menjelaskan kandungan
( Domain 5 meningkat dengan
risiko merokok rokok yang
kelas 4) criteria hasil:
bagi tubuh membahayak
Perilaku 2. Menjelaskan an tubuh
patuh Bahaya dari 2. Agar pasien
Definisi: Polusi udara
Ketiadaan atau mengetahui
3. Menjelaskan pola
defisien dampak dari
kebiasaan yang
informasi polusi udara
berpengaruh
kognitif yang terhadap penyakit 3. Agar klien
berkaitan klien dapat
dengan topik 4. Memberikan menghindari
tertentu, atau kesempatan kebiasaan
kemahiran pasien untuk yang buruk
bertanya 4. Agar pasien
Batasan lebih
Karakteristik: mengerti
Manajemen Nutrisi
tentang
Perilaku
1. Menjelaskan kepada penjelasan
tidak tepat
klien untuk menjaga
Kurang pola makan yang baik
Pengetahu dan benar 5. Agar klien
an dapat
mengerti dan
memahami
Factor yang
zat-zat
berhubungan :
makanan
kurang
yang
informasi
diperlukan
oleh tubuh
18
spesifik
Pertimbangkan
komitmen klien
untuk
meningkatkan
frekuensi dan
jarak aktivitas
Dorong aktivitas
kreatif yang tepat
19
memasukkan c. Weight Control Yakinkan diet
atau mencerna Setelah dilakukan yang dimakan
nutrisi oleh tindakan mengandung
karena faktor tinggi serat untuk
keperawatan
biologis, mencegah
psikologis atau selama….nutrisi konstipasi
ekonomi. kurang
Ajarkan pasien
DS: Nyeri teratasi dengan
bagaimana
abdomen indikator:
membuat
Muntah Kejang Albumin serum
catatan makanan
perut, Rasa Pre albumin harian.
penuh tiba-tiba serum
setelah makan Monitor adanya
Hematokrit penurunan BB
Hemoglobin dan gula
DO: - Diare -
Total iron binding darah
Rontok rambut
capacity Monitor
yang berlebih -
Kurang nafsu Jumlah limfosit lingkungan
Monitor turgor
kulit
Monitor
kekeringan,
rambut kusam,
total
protein, Hb dan
kadar Ht
20
Monitor mual dan
muntah
Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan
jaringan
konjungtiva
Monitor intake
nuntrisi
Informasikan
pada klien dan
keluarga
tentang manfaat
nutrisi
d. Implementasi
e. Evaluasi
21
2.2 Tumor Mediastinum
2.2.1 Definisi Tumor Mediastinum
Perlu diketahui!!!! Tumor mediastinum adalah tumor yang terdapat di dalam
mediastinum yaitu rongga yang berada di antara paru kanan dan kiri. Mediastinum
berisi jantung, pembuluh darah arteri, pembuluh darah vena, trakea, kelenjar timus,
syaraf, jaringan ikat, kelenjar getah bening dan salurannya. Rongga mediastinum ini
sempit dan tidak dapat diperluas, maka pembesaran tumor dapat menekan organ di
dekatnya dan dapat menimbulkan kegawatan yang mengancam jiwa.
2. Teratoid
Teratoid dibagi menjadi dua, yaitu:
Kista Dermoid
Contoh dari kista dermoid adalah dahak penderita mengandung gigi, tulang, rambut.
Teratoma (Mesoderm)
22
Teratoma merupakan neoplasma yang terdiri dari beberapa unsur jaringan yang asing
pada daerah dimana tumor tersebut muncul. Teratoma paling sering ditemukan pada
mediatinum anterior. Teratoma yang histologik benigna mengandung terutama
derivate ectoderm (kulit) dan entoderm (usus).
Pada teratoma maligna dan tumor sel benih seminoma, tumor teratokarsinoma dan
karsinoma embrional atau kombinasi dari tumor itu menduduki i yang terpenting.
Penderita dengan kelainan ini adalah yang pertama-tama perlu mendapat perhatian
untuk penanganan dan pembedahan.
Mengenai teratoma benigna, dahulu disebut kista dermoid, prognosisnya cukup baik.
Pada teratoma maligna, tergantung pada hasil terapi pembedahan radikal dan tipe
histologiknya, tapi ini harus diikuti dengan radioterapi atau kemoterapi. (Aru W.
Sudoyo, 2006)
3. Limfoma
Secara keseluruhan, limfoma merupakan keganasan yang paling sering pada
mediastinum. Limfoma adalah tipe kanker yang terjadi pada limfosit (tipe sel darah
putih pada sistem kekebalan tubuh vertebrata). Terdapat banyak tipe limfoma.
Limfoma adalah bagian dari grup penyakit yang disebut kanker Hematological. Pada
abad ke-19 dan abad ke-20, penyakit ini disebut penyakit Hodgkin karena ditemukan
oleh Thomas Hodgkin tahun 1832. Limfoma dikategorikan sebagai limfoma Hodgkin
dan limfoma non-Hodgkin.
4. Tumor Tiroid
Tumor tiroid merupakan tumor berlobus, yang berasal dari Tiroid.
5. Kista pericardium
Ini adalah kista dengan dinding yang tipis, terisi cairan jernih yang selalu dapat
menempel pada pericarp dan kadang-kadang berada dalam hubungan terbuka dengan
perikard itu. Yang terbanyak terdapat di ventral, di sudut diafragma jantung. Kista ini
juga dikenal sebagai kista coelom. Kista pleuroperikardial adalah kelainan congenital,
tetapi baru muncul manifestasi pada usia dewasa. Sampai desenium ke 5 atau 6,
ukuran tumor biasanya secara lambat bertambah, tetapi jarang sampai lebih dari 10
cm. pada fluoroskopi, kista-kista ini sering terlihat sebagai rongga-rongga dengan
dinding yang tipis dengan perubahan bentuk pada pernapasan dalam. Kista-kista
coelom di sebelah kanan harus differensiasi dengan lemak parakardial dan dengan
hernia diafragmatika melalui foramen Morgagni. Kista-kista ini sering terdapt,
meskipun tentang hal ini tidak ada data yang jelas. Kista ini tidak menimbulkan
23
keluhan, infeksi sangat jarang dan malignitasnya tidak diketahui. Karena itu ekstirpasi
hanya diperlukan pada keraguan yang serius mengenai diagnosisnya atau pada ukuran
kista yang sangat besar.
6. Tumor neurogenik
Tumor Neurogen merupakan tumor mediastinal yang terbanyak terdapat,
manifestasinya hampir selalu sebagai tumor bulat atau oval, berbatas licin, terletak
jaug di mediastinum belakang. Tumor ini dapat berasal dari saraf intercostals, ganglia
simpatis, dan dari sel-sel yang mempunyai cirri kemoreseptor. Tumor ini dapat terjadi
pada semua umur, tetapi relative frekuen pada umur anak. (Aru W. Sudoyo, 2006)
Banyak Tumor Nerogenik menimbulkan beberapa gejala dan ditemukan pada foto
thorax rutin. Gejala biasanya merupakan akibat dari penekanan pada struktur yang
berdekatan. Nyeri dada atau punggung biasanya akibat kompresi atau invasi tumor
pada nervus interkostalis atau erosi tulang yang berdekatan. Batuk dan dispneu
merupakan gejala yang berhubungan dengan kompresi batang trakeobronchus.
Sewaktu tumor tumbuh lebih besar di dalam mediastinum posterosuperior, maka
tumor ini bisa menyebabkan sindrom pancoast atau Horner karena kompresi peleksus
brakhialis atau rantai simpatis servikalis.
Pembagian dari tumor neurogenik, menurut letaknya:
a. Dari saraf tepi: Neurofibroma, Neurolinoma
b.Dari saraf simpati:GanglionNeurinoma,Neuroblastoma,Simpatikoblastoma
c. Dari paraganglion: Phaeocromocitoma, Paraganglioma
7. Kista Bronkhogenik
Kista Bronkogen kebanyakan mempunyai dinding cukup tipis, yang terdiri dari
jaringan ikat, jaringan otot dan kadang-kadang tulang rawan. Kista ini dilapisi epitel
rambut getar atau planoselular dan terisi lendir putih susu atau jernih. Kista bronkus
terletak menempel pada trakea atau bronkus utama, kebanyakan dorsal dan selalu
dekat dengan bifurkatio. Kista ini dapat tetap asimptomatik tetapi dapat juga
menimbulkan keluhan karena kompresi trakea, bronki utama atau esophagus. Kecuali
itu terdapat bahaya infeksi dan perforasi sehingga kalau ditemukan diperlukan
pengangkatan dengan pembedahan. Gejala dari kista ini adalah batuk, sesak napas
sampai dengan sianosis.
2.2.2 Etiologi
24
Radikal bebas dapat menyerang molekul penting seperti DNA, protein dan
lipid, dan oleh karena mereka juga cenderung dapat memperbanyak diri, mereka dapat
menciptakan kerusakan yang signifikan. Terbentuklah neoplasma atau massa jaringan
yang abnormal pada saat proses pembelahannya. Radikal bebas dapat dibentuk dalam
berbagai macam reaksi seperti misalnya fragmentasi, substitusi, oksidasi, addisi, dan
reduksi.
Selain itu, tumor bisa juga disebabkan oleh hormon-hormon dalam tubuh yang
diproduksi secara abnormal. Hormon ini mempengaruhi pertumbuhan jaringan dalam
tubuh, sehingga dapat membelah dengan cepat dan pertumbuhannya abnormal.
2.2.3. Patofisiologi
Sebagaimana bentuk kanker/karsinoma lain, penyebab dari timbulnya
karsinoma jaringan mediastinum belum diketahui secara pasti; namun diduga
berbagai faktor predisposisi yang kompleks berperan dalam menimbulkan manifestasi
tumbuhnya jaringan/sel-sel kanker pada jaringan mediastinum. Adanya pertumbuhan
sel-sel karsinoma dapat terjadi dalam waktu yang relatif singkat maupun timbul dalam
suatu proses yang memakan waku bertahun-tahun untuk menimbulkan manifestasi
klinik. Adakalanya berbagai bentuk karsinoma sulit terdeteksi secara pasti dan cepat
oleh tim kesehatan. Diperlukan berbagai pemeriksaan akurat untuk menentukan
masalah adanya kanker pada suatu jaringan.
Dengan semakin meningkatnya volume massa sel-sel yang berproliferasi maka
secara mekanik menimbulkan desakan pada jaringan sekitarnya; pelepasan berbagai
substansia pada jaringan normal seperti prostalandin, radikal bebas dan protein-
protein reaktif secara berlebihan sebagai ikutan dari timbulnya karsinoma
meningkatkan daya rusak sel-sel kanker terhadap jaringan sekitarnya; terutama
jaringan yang memiliki ikatan yang relatif lemah. Kanker sebagai bentuk jaringan
progresif yang memiliki ikatan yang longgar mengakibatkan sel-sel yang dihasilkan
dari jaringan kanker lebih mudah untuk pecah dan menyebar ke berbagai organ tubuh
lainnya (metastase) melalui kelenjar, pembuluh darah maupun melalui peristiwa
mekanis dalam tubuh.
Adanya pertumbuhan sel-sel progresif pada mediastinum secara mekanik
menyebabkan penekanan (direct pressure/indirect pressure) serta dapat menimbulkan
25
destruksi jaringan sekitar; yang menimbulkan manifestasi seperti penyakit infeksi
pernafasan lain seperti sesak nafas, nyeri inspirasi, peningkatan produksi sputum,
bahkan batuk darah atau lendir berwarna merah (hemaptoe) manakala telah
melibatkan banyak kerusakan pembuluh darah. Kondisi kanker juga meningkatkan
resiko timbulnya infeksi sekunder; sehingga kadangkala manifestasi klinik yang lebih
menonjol mengarah pada infeksi saluran nafas seperti pneumonia, tuberkulosis
walaupun mungkin secara klinik pada kanker ini kurang dijumpai gejala demam yang
menonjol.
26
2.2.6 Pathway
Virus
Faktor Hormonal Adanya zat yang Struktur dasar
bersifat toksik DNA berubah
Fakto Lingkungan
Faktor Genetik
Terjadi perubahan
struktur sel
Terbentuk Nyeri
Vena leher neoplasma akut
mengembang
pada sindroma
vena cava
superior
Riwayat kesehatan: gejala saat ini, termasuk batuk kronik, sesak napas, sputum
berwarna darah. Manifestasi sistemik seperti penurunan berat badan saat ini,
anoreksia, nyeri tulang, riwayat merokok panjanan pekerjaan terhadap karsinogen,
penyakit kronik seperti COPD.
Pemeriksaan fisik: penampilan umum; warna kulit, bukti jari gada (Clubbing finger);
berat badan dan tinggi badan; tanda tanda vital; kecepatan pernapasan, kedalaman,
ekskursi; suara paru terhadap perkusi dan auskultasi
Rongga dada adalah cara utama mendiagnosis tumor dan kista mediastinum.
Rontgen lateral dan oblik dapat menemukan letak tumor CT scan digunakan untuk
mendeteksi timoma yang tersembunyi juga untuk menentukan lesi masa. Biopsi nodus
limfe yang membesar yang diangkat dari atas klavikula atau yang idangkat selama
mediastinoskopi dapat membantu diagnosis. Pemeriksaan darah bermanfaat dalam
menyingkirkan penyebab lain dari perbesaran nodus limfe, seperti leukemia, dan
pemeriksaan sputum membantu dalam menyingkirkan tuberkolosis.
b. Diagnose keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan sekresi dan
penurunan aktivitas batuk karena nyeri
2. Nyeri akut berhubungan dengan prosedur bedah
3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan sumber daya tidak adekuat karena gejala
terkait penyakit
4. Gangguan citra diri berhubungan dengan perubahan persepsi diri
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
28
c. Intervensi
metabolic menelan
5. Jelaskan rasionalisasi
latihan menelan pada
Batasan pasien dan keluarga
karakteristik:
-Enggan makan
-Kurang minat
pada makanan
-Ketidakmampua
n memakan
makanan
-Kelemahan otot
29
untuk menelan
Factor yang
berhubungan:
asupan diet
kurang
30
berat, dengan sedang menjadi lebih parah
berakhirnya dapat
Ekpresi
diantisipasi atau 4. Pendekatan
nyeri wajah
diprediksi, dan preventif
pasien
dengan durasi untuk
sedang
kurang dari 3 kontrol nyeri
bulan. Menggunak 5. Kaji efektivitas memberikan
an obat dan hindari tingkat
Batasan analgesik obat yang kelegaan
Karakteristik: yang berlebihan yang lebih
Ekspresi direkomend konsisten
wajah asikan dan
nyeri mengurangi
kecemasan
Laporan
pasien
tentang
5. Pengurangan
perilaku
nyeri yang
nyeri/
6.Gunakan tindakan adekuat
perubahan
pengurangan nyeri harus
aktivitas
nonfarmakologi secara didapatkan.
Keluhan bersamaan Namun
tentang pemberian
intensitas obat
mengguna berlebihan
kan standar dapat
skala nyeri menekan
pernapasan
Keluha
dan reflex
ntentang
batuk
karakteristi
k nyeri 6. Posisi dan
dengan tekhnik rileksasi
mengguna yang tepat dan
kan standar tindakan-
31
instrument tindakan tepat
nyeri lainnya dapat
menambah
berhubungan
efektivitas dari
dengan prosedur
obat-obatan.
bedah
nyaman pasien
4. Bantu pasien
Berkeluh sehingga bisa
mengenal situasi
kesah mnegurangi
yang menimbulkan
kecemasan
Kurang kecemasan
3. Mengetahui
puas
apa yang
dengan
5. Dorong pasien untuk diharapkan
keadaan
mengungkapkan pasien dari
Gelisah
perasaan, ketakutan, penyebab
Takut
persepsi kecemasan.
4. Mengetahui
Factor yang apa yang
berhubungan: diharapkan
sumber daya pasien dari
tidak adekuat penyebab
32
karena gejala kecemasan.
terkait penyakit
perubahan negative
semakin
menambah
factor yang
rasa tidak
berhubungan:
percaya diri
33
persepsi diri klien
5. Dengan
mengungkapk
an
perasaannya
beban pasien
akan
berkurang
d. Implementasi
Implementasi adalah melakukan tindakan sesuai dengan apa yang telah
direncanakan sebelumnya
e. Evaluasi
Berat badan stabil dan intake terpenuhi
Pasien menerima kondisi diri akibat penyakit yang diderita dan meningkat
kepercayaan dirinya (masalah teratasi seluruhnya), maka dihentikan.
Klien tampak menunjukkan perbaikan ventilasi
Oksigenisi adekuat dengan GDA dalam rentang normal
Klien dapat mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih,
Klien tidak ada sianosis dan dispneu, serta mampu bernafas dengan mudah.
Tanda-tanda vital normal
Pasien sudah mampu mengungkapkan perasaan maupun ketakutan yang dialaminya.
Kecemasan yang pasien alami sudah berkurang ataupun sudah hilang
Pasien akan menjaga pola hidup yang di buktikan dengan tidak merokok, menghindari
asap rokok, serta melindungi diri dari polusi udara.
Klien akan menjaga Pola makan
34
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kanker paru terjadi akibat pertumbuhan sel abnormal yang tak terkendali di
satu atau kedua paru-paru. Sel abnormal itu muncul ketika mekanisme kontrol normal
tubuh berhenti bekerja. Sel-sel lama tidak mati, tapi tumbuh tak terkendali hingga
membentuk sel-sel baru yang abnormal. Kanker paru sangat berkaitan dengan
kebiasaan hidup yang tidak sehat, seperti merokok tembakau. Faktanya, merokok
tembakau adalah penyebab terbesar kanker paru-paru. Sementara tumor mediastinum
terdiri dari mediastinum depan, mediastinum tengah, dan mediastinum belakang. Iini
semua bergantung pada lokasi atau bagian mana yang diserang oleh tumor. Jadi dapat
disimpulkan bahwa kanker paru dan tumor mediastinum merupakan bagian dari tumor
dada
3.2 Saran
Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien, perawat pasti akan
melalui tahapan proses keperawatan. Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada
klien, perawat pasti akan melalui tahapan proses keperawatan, dimana asuhan
keperawatan sangat penting dalam proses penyembuhan klien. Oleh karena itu,
asuhan keperawatan yang diberikan haruslah tepat demi kelancaran pengobatan pada
setiap klien.
35
DAFTAR PUSTAKA
Ui, F. I. K. (2015). Analisis praktik..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2015.
Husen, A. (2016). Hubungan antara derajat nyeri dengan tingkat kualitas hidup pasien
kanker paru yang menjalani kemoterapi. 5(4), 545–557.
Akper, M., & Tapteng, P. (1998). Created by: Mahasiswa Akper Pemkab Tapteng Angk.3
Page 1. 1–16.
LeMone, Priscilla. Dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Gangguan
respirasi & Muskuloskeletal. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia A & Wilson, Lorraine M. (2012). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6, Jakarta: EGC
Akper, M., & Tapteng, P. (1998). Created by: Mahasiswa Akper Pemkab Tapteng Angk.3
Page 1. 1–16.
Bedir, G. (2007). Asuhan keperawatan tumor mediastinum. Combustion Science and
Technology, 21(5–6), 1–49.
Fatmawati, F. (2019). Kanker Paru. Buku Ajar Paru, 125–143.
Husen, A. (2016). Hubungan antara derajat nyeri dengan tingkat kualitas hidup pasien
kanker paru yang menjalani kemoterapi. 5(4), 545–557.
Prabantini, Dwi (Penterjemah). 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Rapha
Publishing
Smeltzer. Suzanne C., dkk. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi Delapan
Volume Satu. Jakarta: EGC.
Sue, Moorhead, dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi Kelima. Jakarta:
Elsevier.
Tim Penulis MMN. 2019. Atlas of Anatomy Edisi 2019. Makassar: Medical Mini Notes.
Pearce, C. Evelyn. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia
Sulistyono, Roni dkk. 2018. TOP ONE SBMPTN SAINTEK 2019. Jakarta : PT Bintang
Wahyu
36
Guyton A.C. and J.E. Hall 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta: EGC
37