Anda di halaman 1dari 23

Case Report Session

PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK

Oleh :
Khaira Ummah : 1410070100134

PRESEPTOR
dr. Mindasari

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


FAKULTAS KEDOKTERAN UNVERSITAS BAITURRAHMAH
BAGIAN PUBLIC HEALT
PUSKESMAS TANAH GARAM KOTA SOLOK
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan berkah dan

karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyeelesaikan laporan kasus tepat pada

waktunya. Tak lupa shalawat beriring salam penulis kirimkan kepada junjungan alam yakni

Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam yang buta akan pengetahuan

alam ke alam yang penuh dengan beribu ilmu seperti yang kita rasakan sekarang ini.

Case yang berjudul “Penyakit Paru Obstruktif Kronik” ini penulis buat sebagai tugas

saat menjalani kepaniteraan klinik public healt.

Rasa terima kasih saya sampaikan kepada pembimbing saya dr. Mindasari yang telah

bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing saya dalam penulisan laporan kasus ini

sehingga menjadi baik dan terarah.

Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penyusunan karya tulis ini.

Untuk itu, penulis memohon maaf atas segala kekhilafan dan kesalahan. Dan tidak lupa juga

penulis memohon saran serta kritik yang bersifat membangun agar tujuan menjadikan laporan

kasus ini sempurna dapat tercapai.

Solok, Januari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................i
Daftar Isi.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Tujuan................................................................................................................2
1.3 Manfaat..............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penyakit Paru Obstruktif Kronik........................................................................3
2.1.1 Defenisi....................................................................................................3
2.1.2 Faktor Resiko...........................................................................................3
2.1.3 Patogenesis...............................................................................................4
2.1.4 Klasifikasi................................................................................................4
2.1.5 Diagnosa...................................................................................................5
2.1.6 Diagnosa Banding....................................................................................9
2.1.6 penatalaksanaan......................................................................................10
BAB III LAPORAN KASUS...............................................................................14
BAB IV KESIMPULAN......................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 24
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) ditandai dengan obstruksi jalan nafas yang

ireversibel dan peningkatan usaha bernapas. Istilah lainnya adalah COLD dan COAD

(Chronic obstructive lung/airway disease; penyakit paru/jalan napas obstrurtif kronik). PPOK

meliputi bronkitis kronis dan emfisema yang sering terjadi bersamaan (Ward, 2006). Penyakit

paru obstruksi kronik (PPOK) merupakan salah satu dari kelompok penyakit tidak menular

yang telah menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh

meningkatnya usia harapan hidup dan semakin tingginya paparan faktor risiko, seperti faktor

pejamu yang diduga berhubungan dengan kejadian PPOK, semakin banyaknya jumlah

perokok, khususnya pada kelompok usia muda, serta pencemaran udara di dalam ruangan

maupun di luar ruangan dan di tempat kerja (Mangunnegoro, 2003).

Data di dunia pada tahun 2007 menunjukkan bahwa PPOK mengenai 210 jiwa, dan

penyakit ini merupakan penyebab kematian ke 5 pada tahun 2002 dan akan meningkat

menjadi ke 4 pada tahun 2030 (WHO, 2007). Diperkirakan jumlah penderita PPOK di Cina

tahun 2006 mencapai 38,1 juta penderita, di Jepang sebanyak 5 juta penderita dan Vietnam

sebanyak 2 juta penderita. Sedangkan di Indonesia diperkirakan terdapat sekitar 4,8 juta

penderita PPOK. Data yang didapat di BBKPM (Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat

Surakarta pada tahun 2012 menunjukan terdapat 439 pasien PPOK, pada tahun 2013

sebanyak 434 orang, dan pada tahun 2014 sebanyak 224 orang.

1.2 Tujuan

1.2.1 tujuan Umum


Penulisan case ini bertujuan untuk melengkapi syarat Kepaniteraan Klinik Senior

(KKS) bagian Public Health II

1.2.2 Tujuan Khusus

Mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan PPOK mulai definisi hingga

penatalaksanaan

1.3 Manfaat

1.3.1 Bagi Penulis

Sebagai acuan dalam mempelajari, memahami dan mengembangkan teori mengenai

PPOK

Bagi Instusi Pendidikan

Dapat dijadikan sumber referensi atau bahan perbandingan bagi kegiatan yang ada

kaitannya dengan pelajaran kesehatan, khususnya yang berkaitan dengan PPOK


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)

2.1.1 Definisi

PPOK adalah penyakit paru yang dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan

aliran udara di saluran napas yang sepenuhnya tidak reversibel, bersifat progressif dan

berhubungan dengan respon inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang beracun

berbahaya, disertai efek ekstraparu yang berkontribusi terhadap derajat berat penyakit.

2.1.2 Faktor Resiko

1. Kebiasaan merokok merupakan satu - satunya penyebab kausal yang terpenting, jauh lebih

penting dari faktor penyebab lainnya.

Dalam pencatatan riwayat merokok perlu diperhatikan :

a. Riwayat merokok

- Perokok aktif

- Perokok pasif

- Bekas perokok

b. Derajat berat merokok dengan Indeks Brinkman (IB), yaitu perkalian jumlah rata-

rata batang rokok dihisap sehari dikalikan lama merokok dalam tahun :

- Ringan : 0-200

- Sedang : 200-600
- Berat : >600

2. Riwayat terpajan polusi udara di lingkungan dan tempat kerja

3. Hipereaktiviti bronkus

4. Riwayat infeksi saluran napas bawah berulang

2.1.3 Patogenesis

Obstruksi saluran napas pada PPOK bersifat ireversibel dan terjadi karena perubahan

struktural pada saluran napas kecil yaitu : inflamasi, fibrosis, metaplasi sel goblet dan

hipertropi otot polos penyebabutama obstruksi jalan napas.

Gambar 1. Patogenesis PPOK

2.1.4 Klasifikasi

Berdasarkan Global Initiatif for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD) 2010,

dibagi atas 4 derajat :

1. Derajat I : PPOK ringan

Gejala batuk kronik ada dan produksi sputum ada tapi tidak sering. Pada derajat ini

pasien sering tidak menyadari bahwa faal paru mulai menurun. Keterbatasan aliran

udara ringan (VEP1 / KVP < 70%; VEP1 > 80% prediksi)

2. Derajat II : PPOK sedang

Gejala sesak mulai dirasakan saat aktivitas dan kadang ditemukan gejala batuk dan

produksi sputum. Pada derajat ini biasanya pasien mulai memeriksa kesehatannya.
Semakin memburuknya hambatan aliran udara (VEP1 / KVP < 70%; 50% VEP1 <

80% prediksi)

3. Derajat III : PPOK berat

Gejala sesak lebih berat, penurunan aktivitas, rasa lelah dan serangan eksaserbasi

semakin sering dan berdampak pada kualitas hidup pasien. Hambatan aliran udara

yang semakin memburuk (VEP1 / KVP < 70%; 30% < VEP1 < 50% prediksi)

4. Derajat IV : PPOK sangat berat

Gejala diatas ditambah tanda-tanda gagal nafas atau gagal jantung kanan dan

ketergantungan oksigen. Pada derajat ini kualitas hidup pasien memburuk dan jika

eksaserbasi dapat mengancam jiwa. Hambatan aliran udara yang berat (VEP 1 / KVP <

70%; VEP1 < 30% prediksi atau VEP1 < 50% prediksi disertai gagal napas kronik)

2.1.5 Diagnosis

Gejala dan tanda PPOK sangat bervariasi, mulai dari tanpa gejala, gejala ringan

hingga berat. Pada pemeriksaan fisis tidak ditemukan kelainan jelas dan tanda inflasi paru.

Diagnosis PPOK di tegakkan berdasarkan :

A. Gambaran klinis

a. Anamnesis

- Keluhan

- Riwayat penyakit

- Faktor predisposisi

b. Pemeriksaan fisis

B. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan rutin

b. Pemeriksaan khusus

A. Gambaran Klinis
a. Anamnesis

- Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala pernapasan

- Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di tempat kerja

- Riwayat penyakit emfisema pada keluarga

-Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi/anak, mis berat badan lahir rendah

(BBLR), infeksi saluran napas berulang, lingkungan asap rokok dan polusi udara

- Batuk berulang dengan atau tanpa dahak

- Sesak dengan atau tanpa bunyi mengi

b. Pemeriksaan fisik

PPOK dini umumnya tidak ada kelainan

• Inspeksi

- Pursed - lips breathing (mulut setengah terkatup mencucu)

- Barrel chest (diameter antero - posterior dan transversal sebanding)

- Penggunaan otot bantu napas

- Hipertropi otot bantu napas

- Pelebaran sela iga

- Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis i leher dan edema

tungkai- Penampilan pink puffer atau blue bloater

• Palpasi

Pada PPOK fremitus sama kanan dan kiri

• Perkusi

Pada PPOK sonor samapi hipersonor di kedua lapangan paru

• Auskultasi

- suara napas vesikuler normal

- terdapat mengi pada waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi paksa
- ekspirasi memanjang

B. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan rutin

1. Faal paru

• Spirometri (VEP1, VEP1prediksi, KVP, VEP1/KVP

- Obstruksi ditentukan oleh nilai VEP1 prediksi ( % ) dan atau VEP1/KVP ( % ).

Obstruksi : % VEP1(VEP1/VEP1 pred) < 80% VEP1% (VEP1/KVP) < 75 %

- VEP1 merupakan parameter yang paling umum dipakai untuk menilai beratnya PPOK

dan memantau perjalanan penyakit.

- Apabila spirometri tidak tersedia atau tidak mungkin dilakukan, APE meter walaupun

kurang tepat, dapat dipakai sebagai alternatif dengan memantau variabiliti harian pagi

dan sore, tidak lebih dari 20%

2. Darah rutin

- Hb, Ht, leukosit

3. Radiologi

Foto toraks PA dan lateral berguna untuk menyingkirkan penyakit paru lain

Pada emfisema terlihat gambaran :

- Hiperinflasi

- Hiperlusen

- Ruang retrosternal melebar

- Diafragma mendatar- Jantung menggantung (jantung pendulum / tear drop / eye drop

appearance)

Pada bronkitis kronik :

• Normal

• Corakan bronkovaskuler bertambah pada 21 % kasus


b. Pemeriksaan Penunjang Lainnya

1. Analisis gas darah

Terutama untuk menilai :

- Gagal napas kronik stabil

- Gagal napas akut pada gagal napas kronik

2. Radiologi

- CT - Scan resolusi tinggi

- Mendeteksi emfisema dini dan menilai jenis serta derajat emfisema atau bula yang tidak

terdeteksi oleh foto toraks polos

- Scan ventilasi perfusi

Mengetahui fungsi respirasi paru

3. Elektrokardiografi

Mengetahui komplikasi pada jantung yang ditandai oleh Pulmonal dan hipertrofi ventrikel

kanan.

4. Ekokardiografi

Menilai funfsi jantung kanan

5. bakteriologi

Pemerikasaan bakteriologi sputum pewarnaan Gram dan kultur resistensi diperlukan untuk

mengetahui pola kuman dan untuk memilih antibiotik yang tepat. Infeksi saluran napas

berulng merupakan penyebab utama eksaserbasi akut pada penderita PPOK di Indonesia.

2.1.6 Diagnosis Banding

• Asma

• SOPT (Sindroma Obstruksi Pascatuberculososis)

Adalah penyakit obstruksi saluran napas yang ditemukan pada penderita

pascatuberculosis dengan lesi paru yang minimal.


• Pneumotoraks

• Gagal jantung kronik

• Penyakit paru dengan obstruksi saluran napas lain misal : bronkiektasis, destroyed

lung.

Asma dan PPOK adalah penyakit obstruksi saluran napas yang sering ditemukan di

Indonesia, karena itu diagnosis yang tepat harus ditegakkan karena terapi dan prognosisnya

berbeda.

2.1.7 Penatalaksanaan

A. Penatalaksanaan umum PPOK

Tujuan penatalaksanaan :

- Mengurangi gejala

- Mencegah eksaserbasi berulang

- Mencegah progresivitas penyakit

- Mencegah dan menangani komplikasi

- Meningkatkan toleransi latihan

- Memperbaiki dan mencegah penurunan faal paru

- Meningkatkan kualitas hidup penderita

- Menurunkan angka kematian

Penatalaksanaan secara umum PPOK meliputi :

1. Edukasi

Tujuan edukasi pada pasien PPOK :

1. Mengenal perjalanan penyakit dan pengobatan

2. Melaksanakan pengobatan yang maksimal

3. Mencapai aktiviti optimal

4. Meningkatkan kualiti hidup


2. Obat - obatan

a. Bronkodilator

Diberikan secara tunggal atau kombinasi dari ketiga jenis bronkodilator dan

disesuaikan dengan klasifikasi derajat berat penyakit. Pemilihan bentuk obat diutamakan

inhalasi, nebuliser tidak dianjurkan pada penggunaan jangka panjang. Pada derajat berat

diutamakan pemberian obat lepas lambat ( slow release ) atau obat berefek panjang ( long

acting ).

Macam - macam bronkodilator :

- Golongan antikolinergik

Digunakan pada derajat ringan sampai berat, disamping sebagai bronkodilator juga

mengurangi sekresi lendir ( maksimal 4 kali perhari ).

- Golongan agonis beta - 2

Bentuk inhaler digunakan untuk mengatasi sesak, peningkatan jumlah penggunaan dapat

sebagai monitor timbulnya eksaserbasi. Sebagai obat pemeliharaan sebaiknya digunakan

bentuk tablet yang berefek panjang. Bentuk nebuliser dapat digunakan untuk mengatasi

eksaserbasi akut, tidak dianjurkan untuk penggunaan jangka panjang. Bentuk injeksi

subkutan atau drip untuk mengatasi eksaserbasi berat.

- Kombinasi antikolinergik dan agonis beta - 2

Kombinasi kedua golongan obat ini akan memperkuat efek bronkodilatasi, karena

keduanya mempunyai tempat kerja yang berbeda. Disamping itu penggunaan obat kombinasi

lebih sederhana dan mempermudah penderita.

- Golongan xantin

Dalam bentuk lepas lambat sebagai pengobatan pemeliharaan jangka panjang,

terutama pada derajat sedang dan berat. Bentuk tablet biasa atau puyer untuk mengatasi sesak
( pelega napas ), bentuk suntikan bolus atau drip untuk mengatasi eksaserbasi akut.

Penggunaan jangka panjang diperlukan pemeriksaan kadar aminofilin darah.

b. Antiinflamasi

Digunakan bila terjadi eksaserbasi akut dalam bentuk oral atau injeksi intravena,

berfungsi menekan inflamasi yang terjadi, dipilih golongan metilprednisolon atau prednison.

Bentuk inhalasi sebagai terapi jangka panjang diberikan bila terbukti uji kortikosteroid positif

yaitu terdapat perbaikan VEP1 pascabronkodilator meningkat > 20% dan minimal 250 mg.

c. Antibiotika

Hanya diberikan bila terdapat infeksi. Antibiotik yang digunakan :

- Lini I : amoksisilin

makrolid

- Lini II : amoksisilin dan asam klavulanat

sefalosporin

kuinolon

makrolid baru

Perawatan di Rumah Sakit :

dapat dipilih

- Amoksilin dan klavulanat

- Sefalosporin generasi II & III injeksi

- Kuinolon per oral

ditambah dengan yang anti pseudomonas

- Aminoglikose per injeksi

- Kuinolon per injeksi

- Sefalosporin generasi IV per injeksi

d. Antioksidan
Dapat mengurangi eksaserbasi dan memperbaiki kualiti hidup, digunakan N -

asetilsistein. Dapat diberikan pada PPOK dengan eksaserbasi yang sering, tidak dianjurkan

sebagai pemberian yang rutin.

e. Mukolitik

Hanya diberikan terutama pada eksaserbasi akut karena akan mempercepat perbaikan

eksaserbasi, terutama pada bronkitis kronik dengan sputum yang viscous. Mengurangi

eksaserbasi pada PPOK bronkitis kronik, tetapi tidak dianjurkan sebagai pemberian rutin.

3. Terapi Oksigen

Pada PPOK terjadi hipoksemia progresif dan berkepanjangan yang menyebabkan

kerusakan sel dan jaringan. Pemberian terapi oksigen merupakan hal yang sangat penting

untuk mempertahankan oksigenasi seluler dan mencegah kerusakan sel baik di otot maupun

organ - organ lainnya.

Manfaat oksigen

- Mengurangi sesak

- Memperbaiki aktiviti

- Mengurangi hipertensi pulmonal

- Mengurangi vasokonstriksi

- Mengurangi hematokrit

- Memperbaiki fungsi neuropsikiatri

- Meningkatkan kualiti hidup

2.1.8 Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada PPOK adalah :

1. Gagal napas

- Gagal napas kronik

- Gagal napas akut pada gagal napas kronik


2. Infeksi berulang

3. Kor pulmonal

Gagal napas kronik :

Hasil analisis gas darah Po2 < 60 mmHg dan Pco2 > 60 mmHg, dan pH normal,

penatalaksanaan :

- Jaga keseimbangan Po2 dan PCo2

- Bronkodilator adekuat

- Terapi oksigen yang adekuat terutama waktu latihan atau waktu tidur

- Antioksidan

- Latihan pernapasan dengan pursed lips breathing

Gagal napas akut pada gagal napas kronik, ditandai oleh :

- Sesak napas dengan atau tanpa sianosis

- Sputum bertambah dan purulen

- Demam

- Kesadaran menurun

Infeksi berulang

Pada pasien PPOK produksi sputum yang berlebihan menyebabkan terbentuk koloni

kuman, hal ini memudahkan terjadi infeksi berulang. Pada kondisi kronik ini imuniti menjadi

lebih rendah, ditandai dengan menurunnya kadar limfosit darah.

Kor pulmonal :

Ditandai oleh P pulmonal pada EKG, hematokrit > 50 %, dapat disertai gagal jantung

kanan
BAB III

LAPORAN KASUS

Identitas Pasien

Nama : Tn. Jabril

Umur : 70 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Tanah Garam

Anamnesa

- Keluhan Utama : Sesak nafas sejak 2 hari yang lalu

- Riwayat penyakit sekarang :

- Sesak nafas sejak 2 hari yang lalu, sesak tidak menciut, sesak dirasakan terus-meners,

sesak meningkat saat aktivitas, namun sesak tidak dipengaruhi oleh cuaca, emosi, dan
makanan, sesak sudah dirasakan sejak 1 tahun ini, sesak > 1x dalam seminggu, sesak

malam hari > 1x dalam sebulan

- Batuk sejak 1 minggu yang lalu meningkat sejak 1 hari yang lalu batuk dirasakan

terus menerus, batuk berdahak, dahak berwarna putih kekuningan, dahak susah

dikeluarkan

- Nyeri dada sejak 1 minggu yang lalu, nyeri dirasakan hilang timbul, nyeri dada

menjalar ke punggung

- Batuk darah disangkal

- Demam disangkal

- Penurunan berat badan disangkal

- Penurunan nafsu makan sejak 2 hari yang lalu

- Keringat malam hari disangkal

- BAB dan BAK normal

- Riwayat Penyakit Dahulu

- Riwayat mengkonsumsi OAT disangkal

- Riwayat asma disangkal

- Riwayat diabetes mellitus disangkal

- Riwayat penyakit jantung disangkal

- Riwayat hipertensi disangkal

- Riwayat Penyakit Keluarga

- Riwayat minum OAT disangkal

- Riwayat asma disangkal

- Riwayat hipertensi disangkal

- Riwayat diabetes mellitus disangkal

- Riwayat pekerjaan dan Kebiasaan :


- Pekerjaan : petani

- Kebiasaan :

- Merokok :+

- Mulai merokok : 30 tahun

- Berhenti merokok : belum berhenti

- Jumlah batang/hari : 16

- Indeks Brikman : 1.168 (perokok berat)

- Narkoba : (-)

- Alkohol : (-)

Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Composmentis cooperatif

Tekanan darah : 110/50 mmHg

Nadi : 80X/menit

Nafas : 26 X/menit

Suhu : 36.3 oC

Tinggi badan : 160 cm

Berat badan : 43 kg

STATUS GENERALISATA

- Kepala

- Mata

o Konjungtiva : anemis (-/-)

o Sklera : Ikterik (-/-)

- Leher

o JVP : 5-2 cmH2O


o KGB : tidak ada pembesaran KGB

Thorax

- Paru

Inspeksi : Hemitoraks kiri dan kanan simetris dalam keadaan statis dan dinamis,

tidak ada pergerakan dinding dada yang tertinggal

Palpasi : Fremitus taktil kanan dan kiri sama

Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru

Auskultasi : Ronkhi (-/-), wheezing (+/+), ekspirasi memanjang (+/+)

- Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Ictus cordis tidak teraba

Perkusi : Batas jantung dalam batas normal

Auskultasi : Irama reguler, bising (-), s3 gallop (-)

- Abdomen

Inspeksi : Perut tampak tidak membuncit

Palpasi : Nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), hepar dan lien tidak teraba

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Ekstremitas superior dan inferior :

- Edema (-/-)

- Sianosis (-/-)

- Akral hangat (+/+)

- CRT < 2 detik (+/+)

Diagnosa Kerja

Suspek PPOK Eksaserbasi Akut


Diagnosa Banding

Suspek Asma Persisten Ringan dalam Serangan Akut Ringan

Penatalaksanaan

- Non Farmakologi

- Bed Rest

- Kurangi aktivitas dan kelelahan

- Farmakologi

- Aminopilin 3x200 mg

- Methylprednisolon 2x4 mg

- Salbutamol 3x2 mg

- Amoksisilin 3x500 mg

- Ambroxol 3x30 mg

- Curcuma 2x200 mg

- Paracetamol 3x500 mg

3.8 Pemeriksaan Anjuran

Spirometri.

BAB IV

KESIMPULAN

Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) didefinisikan sebagai penyakit paru kronik

berupa obstruksi saluran pernapasan yang bersifat progresif dan tidak sepenuhnya reversible

yang diasosiasikan dengan respon inflamsi abnormal paru terhadap gas berbahaya ataupun

partikel asing.

Faktor resiko yang berkaitan dengan PPOK adalah faktor herediter yaitu defisiensi

alpha – 1 antitripsin, kebiasaan merokok, riwayat terpapar polusi udara di lingkungan dan
tempat kerja, hipereaktivitas bronkus, riwayat infeksi saluran napas bawah berulang.

Manifestasi klinis pasien PPOK adalah batuk kronis, berdahak kronis, dan sesak nafas.

Diagnosis pada pasien PPOK dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang.

PPOK eksaserbasi akut adalah bila kondisi pasien PPOK mengalami perburukan yang

bersifat akut dari kondisi sebelumnya yang stabil yang ditandai dengan sesak napas yang

bertambah berat, produksi sputum yang meningkat dan perubahan warna sputum menjadi

lebih purulent.

Tujuan penatalaksaan PPOK adalah untuk mengurangi gejala, mencegah eksaserbasi

berulang memperbaiki dan mencegah penurunan faal paru dan meningkatkan kualitas hidup

penderita.

DAFTAR PUSTAKA

1. PDPI. 2011. PPOK Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia, PDPI:

Jakarta

2. PDPI. 2011. PPOK Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia, PDPI:

Jakarta

3. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi i, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II

edisi VI, Jakarta : Interna Publishing; 2009


4. Rab T. 2016. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta : Trans Info Media

Anda mungkin juga menyukai