Oleh :
Khaira Ummah : 1410070100134
PRESEPTOR
dr. Mindasari
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan berkah dan
karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyeelesaikan laporan kasus tepat pada
waktunya. Tak lupa shalawat beriring salam penulis kirimkan kepada junjungan alam yakni
Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam yang buta akan pengetahuan
alam ke alam yang penuh dengan beribu ilmu seperti yang kita rasakan sekarang ini.
Case yang berjudul “Penyakit Paru Obstruktif Kronik” ini penulis buat sebagai tugas
Rasa terima kasih saya sampaikan kepada pembimbing saya dr. Mindasari yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing saya dalam penulisan laporan kasus ini
Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penyusunan karya tulis ini.
Untuk itu, penulis memohon maaf atas segala kekhilafan dan kesalahan. Dan tidak lupa juga
penulis memohon saran serta kritik yang bersifat membangun agar tujuan menjadikan laporan
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................i
Daftar Isi.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Tujuan................................................................................................................2
1.3 Manfaat..............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penyakit Paru Obstruktif Kronik........................................................................3
2.1.1 Defenisi....................................................................................................3
2.1.2 Faktor Resiko...........................................................................................3
2.1.3 Patogenesis...............................................................................................4
2.1.4 Klasifikasi................................................................................................4
2.1.5 Diagnosa...................................................................................................5
2.1.6 Diagnosa Banding....................................................................................9
2.1.6 penatalaksanaan......................................................................................10
BAB III LAPORAN KASUS...............................................................................14
BAB IV KESIMPULAN......................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 24
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) ditandai dengan obstruksi jalan nafas yang
ireversibel dan peningkatan usaha bernapas. Istilah lainnya adalah COLD dan COAD
(Chronic obstructive lung/airway disease; penyakit paru/jalan napas obstrurtif kronik). PPOK
meliputi bronkitis kronis dan emfisema yang sering terjadi bersamaan (Ward, 2006). Penyakit
paru obstruksi kronik (PPOK) merupakan salah satu dari kelompok penyakit tidak menular
yang telah menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh
meningkatnya usia harapan hidup dan semakin tingginya paparan faktor risiko, seperti faktor
pejamu yang diduga berhubungan dengan kejadian PPOK, semakin banyaknya jumlah
perokok, khususnya pada kelompok usia muda, serta pencemaran udara di dalam ruangan
Data di dunia pada tahun 2007 menunjukkan bahwa PPOK mengenai 210 jiwa, dan
penyakit ini merupakan penyebab kematian ke 5 pada tahun 2002 dan akan meningkat
menjadi ke 4 pada tahun 2030 (WHO, 2007). Diperkirakan jumlah penderita PPOK di Cina
tahun 2006 mencapai 38,1 juta penderita, di Jepang sebanyak 5 juta penderita dan Vietnam
sebanyak 2 juta penderita. Sedangkan di Indonesia diperkirakan terdapat sekitar 4,8 juta
penderita PPOK. Data yang didapat di BBKPM (Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat
Surakarta pada tahun 2012 menunjukan terdapat 439 pasien PPOK, pada tahun 2013
sebanyak 434 orang, dan pada tahun 2014 sebanyak 224 orang.
1.2 Tujuan
penatalaksanaan
1.3 Manfaat
PPOK
Dapat dijadikan sumber referensi atau bahan perbandingan bagi kegiatan yang ada
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
PPOK adalah penyakit paru yang dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan
aliran udara di saluran napas yang sepenuhnya tidak reversibel, bersifat progressif dan
berhubungan dengan respon inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang beracun
berbahaya, disertai efek ekstraparu yang berkontribusi terhadap derajat berat penyakit.
1. Kebiasaan merokok merupakan satu - satunya penyebab kausal yang terpenting, jauh lebih
a. Riwayat merokok
- Perokok aktif
- Perokok pasif
- Bekas perokok
b. Derajat berat merokok dengan Indeks Brinkman (IB), yaitu perkalian jumlah rata-
rata batang rokok dihisap sehari dikalikan lama merokok dalam tahun :
- Ringan : 0-200
- Sedang : 200-600
- Berat : >600
3. Hipereaktiviti bronkus
2.1.3 Patogenesis
Obstruksi saluran napas pada PPOK bersifat ireversibel dan terjadi karena perubahan
struktural pada saluran napas kecil yaitu : inflamasi, fibrosis, metaplasi sel goblet dan
2.1.4 Klasifikasi
Berdasarkan Global Initiatif for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD) 2010,
Gejala batuk kronik ada dan produksi sputum ada tapi tidak sering. Pada derajat ini
pasien sering tidak menyadari bahwa faal paru mulai menurun. Keterbatasan aliran
udara ringan (VEP1 / KVP < 70%; VEP1 > 80% prediksi)
Gejala sesak mulai dirasakan saat aktivitas dan kadang ditemukan gejala batuk dan
produksi sputum. Pada derajat ini biasanya pasien mulai memeriksa kesehatannya.
Semakin memburuknya hambatan aliran udara (VEP1 / KVP < 70%; 50% VEP1 <
80% prediksi)
Gejala sesak lebih berat, penurunan aktivitas, rasa lelah dan serangan eksaserbasi
semakin sering dan berdampak pada kualitas hidup pasien. Hambatan aliran udara
yang semakin memburuk (VEP1 / KVP < 70%; 30% < VEP1 < 50% prediksi)
Gejala diatas ditambah tanda-tanda gagal nafas atau gagal jantung kanan dan
ketergantungan oksigen. Pada derajat ini kualitas hidup pasien memburuk dan jika
eksaserbasi dapat mengancam jiwa. Hambatan aliran udara yang berat (VEP 1 / KVP <
70%; VEP1 < 30% prediksi atau VEP1 < 50% prediksi disertai gagal napas kronik)
2.1.5 Diagnosis
Gejala dan tanda PPOK sangat bervariasi, mulai dari tanpa gejala, gejala ringan
hingga berat. Pada pemeriksaan fisis tidak ditemukan kelainan jelas dan tanda inflasi paru.
A. Gambaran klinis
a. Anamnesis
- Keluhan
- Riwayat penyakit
- Faktor predisposisi
b. Pemeriksaan fisis
B. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan rutin
b. Pemeriksaan khusus
A. Gambaran Klinis
a. Anamnesis
- Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala pernapasan
-Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi/anak, mis berat badan lahir rendah
(BBLR), infeksi saluran napas berulang, lingkungan asap rokok dan polusi udara
b. Pemeriksaan fisik
• Inspeksi
- Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis i leher dan edema
• Palpasi
• Perkusi
• Auskultasi
- terdapat mengi pada waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi paksa
- ekspirasi memanjang
B. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan rutin
1. Faal paru
- VEP1 merupakan parameter yang paling umum dipakai untuk menilai beratnya PPOK
- Apabila spirometri tidak tersedia atau tidak mungkin dilakukan, APE meter walaupun
kurang tepat, dapat dipakai sebagai alternatif dengan memantau variabiliti harian pagi
2. Darah rutin
3. Radiologi
Foto toraks PA dan lateral berguna untuk menyingkirkan penyakit paru lain
- Hiperinflasi
- Hiperlusen
- Diafragma mendatar- Jantung menggantung (jantung pendulum / tear drop / eye drop
appearance)
• Normal
2. Radiologi
- Mendeteksi emfisema dini dan menilai jenis serta derajat emfisema atau bula yang tidak
3. Elektrokardiografi
Mengetahui komplikasi pada jantung yang ditandai oleh Pulmonal dan hipertrofi ventrikel
kanan.
4. Ekokardiografi
5. bakteriologi
Pemerikasaan bakteriologi sputum pewarnaan Gram dan kultur resistensi diperlukan untuk
mengetahui pola kuman dan untuk memilih antibiotik yang tepat. Infeksi saluran napas
berulng merupakan penyebab utama eksaserbasi akut pada penderita PPOK di Indonesia.
• Asma
• Penyakit paru dengan obstruksi saluran napas lain misal : bronkiektasis, destroyed
lung.
Asma dan PPOK adalah penyakit obstruksi saluran napas yang sering ditemukan di
Indonesia, karena itu diagnosis yang tepat harus ditegakkan karena terapi dan prognosisnya
berbeda.
2.1.7 Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan :
- Mengurangi gejala
1. Edukasi
a. Bronkodilator
Diberikan secara tunggal atau kombinasi dari ketiga jenis bronkodilator dan
disesuaikan dengan klasifikasi derajat berat penyakit. Pemilihan bentuk obat diutamakan
inhalasi, nebuliser tidak dianjurkan pada penggunaan jangka panjang. Pada derajat berat
diutamakan pemberian obat lepas lambat ( slow release ) atau obat berefek panjang ( long
acting ).
- Golongan antikolinergik
Digunakan pada derajat ringan sampai berat, disamping sebagai bronkodilator juga
Bentuk inhaler digunakan untuk mengatasi sesak, peningkatan jumlah penggunaan dapat
bentuk tablet yang berefek panjang. Bentuk nebuliser dapat digunakan untuk mengatasi
eksaserbasi akut, tidak dianjurkan untuk penggunaan jangka panjang. Bentuk injeksi
Kombinasi kedua golongan obat ini akan memperkuat efek bronkodilatasi, karena
keduanya mempunyai tempat kerja yang berbeda. Disamping itu penggunaan obat kombinasi
- Golongan xantin
terutama pada derajat sedang dan berat. Bentuk tablet biasa atau puyer untuk mengatasi sesak
( pelega napas ), bentuk suntikan bolus atau drip untuk mengatasi eksaserbasi akut.
b. Antiinflamasi
Digunakan bila terjadi eksaserbasi akut dalam bentuk oral atau injeksi intravena,
berfungsi menekan inflamasi yang terjadi, dipilih golongan metilprednisolon atau prednison.
Bentuk inhalasi sebagai terapi jangka panjang diberikan bila terbukti uji kortikosteroid positif
yaitu terdapat perbaikan VEP1 pascabronkodilator meningkat > 20% dan minimal 250 mg.
c. Antibiotika
- Lini I : amoksisilin
makrolid
sefalosporin
kuinolon
makrolid baru
dapat dipilih
d. Antioksidan
Dapat mengurangi eksaserbasi dan memperbaiki kualiti hidup, digunakan N -
asetilsistein. Dapat diberikan pada PPOK dengan eksaserbasi yang sering, tidak dianjurkan
e. Mukolitik
Hanya diberikan terutama pada eksaserbasi akut karena akan mempercepat perbaikan
eksaserbasi, terutama pada bronkitis kronik dengan sputum yang viscous. Mengurangi
eksaserbasi pada PPOK bronkitis kronik, tetapi tidak dianjurkan sebagai pemberian rutin.
3. Terapi Oksigen
kerusakan sel dan jaringan. Pemberian terapi oksigen merupakan hal yang sangat penting
untuk mempertahankan oksigenasi seluler dan mencegah kerusakan sel baik di otot maupun
Manfaat oksigen
- Mengurangi sesak
- Memperbaiki aktiviti
- Mengurangi vasokonstriksi
- Mengurangi hematokrit
2.1.8 Komplikasi
1. Gagal napas
3. Kor pulmonal
Hasil analisis gas darah Po2 < 60 mmHg dan Pco2 > 60 mmHg, dan pH normal,
penatalaksanaan :
- Bronkodilator adekuat
- Terapi oksigen yang adekuat terutama waktu latihan atau waktu tidur
- Antioksidan
- Demam
- Kesadaran menurun
Infeksi berulang
Pada pasien PPOK produksi sputum yang berlebihan menyebabkan terbentuk koloni
kuman, hal ini memudahkan terjadi infeksi berulang. Pada kondisi kronik ini imuniti menjadi
Kor pulmonal :
Ditandai oleh P pulmonal pada EKG, hematokrit > 50 %, dapat disertai gagal jantung
kanan
BAB III
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Umur : 70 tahun
Anamnesa
- Sesak nafas sejak 2 hari yang lalu, sesak tidak menciut, sesak dirasakan terus-meners,
sesak meningkat saat aktivitas, namun sesak tidak dipengaruhi oleh cuaca, emosi, dan
makanan, sesak sudah dirasakan sejak 1 tahun ini, sesak > 1x dalam seminggu, sesak
- Batuk sejak 1 minggu yang lalu meningkat sejak 1 hari yang lalu batuk dirasakan
terus menerus, batuk berdahak, dahak berwarna putih kekuningan, dahak susah
dikeluarkan
- Nyeri dada sejak 1 minggu yang lalu, nyeri dirasakan hilang timbul, nyeri dada
menjalar ke punggung
- Demam disangkal
- Kebiasaan :
- Merokok :+
- Jumlah batang/hari : 16
- Narkoba : (-)
- Alkohol : (-)
Pemeriksaan Fisik
Nadi : 80X/menit
Nafas : 26 X/menit
Suhu : 36.3 oC
Berat badan : 43 kg
STATUS GENERALISATA
- Kepala
- Mata
- Leher
Thorax
- Paru
Inspeksi : Hemitoraks kiri dan kanan simetris dalam keadaan statis dan dinamis,
- Jantung
- Abdomen
Palpasi : Nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Timpani
- Edema (-/-)
- Sianosis (-/-)
Diagnosa Kerja
Penatalaksanaan
- Non Farmakologi
- Bed Rest
- Farmakologi
- Aminopilin 3x200 mg
- Methylprednisolon 2x4 mg
- Salbutamol 3x2 mg
- Amoksisilin 3x500 mg
- Ambroxol 3x30 mg
- Curcuma 2x200 mg
- Paracetamol 3x500 mg
Spirometri.
BAB IV
KESIMPULAN
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) didefinisikan sebagai penyakit paru kronik
berupa obstruksi saluran pernapasan yang bersifat progresif dan tidak sepenuhnya reversible
yang diasosiasikan dengan respon inflamsi abnormal paru terhadap gas berbahaya ataupun
partikel asing.
Faktor resiko yang berkaitan dengan PPOK adalah faktor herediter yaitu defisiensi
alpha – 1 antitripsin, kebiasaan merokok, riwayat terpapar polusi udara di lingkungan dan
tempat kerja, hipereaktivitas bronkus, riwayat infeksi saluran napas bawah berulang.
Manifestasi klinis pasien PPOK adalah batuk kronis, berdahak kronis, dan sesak nafas.
Diagnosis pada pasien PPOK dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
PPOK eksaserbasi akut adalah bila kondisi pasien PPOK mengalami perburukan yang
bersifat akut dari kondisi sebelumnya yang stabil yang ditandai dengan sesak napas yang
bertambah berat, produksi sputum yang meningkat dan perubahan warna sputum menjadi
lebih purulent.
berulang memperbaiki dan mencegah penurunan faal paru dan meningkatkan kualitas hidup
penderita.
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta
Jakarta
3. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi i, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II