Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

a. Pengetian Kanker Payudara

Menurut American Cancer Society, kanker adalah kelompok penyakit

yang disebabkan oleh sel-sel dalam tubuh yang berubah dan menyebar

diluar kendali. Sebagian besar jenis sel-sel kanker akan membentuk

benjolan atau massa yang disebut tumor. Sebagian besar kanker payudara

bermula dari kelenjar dan saluran kelenjar.9

b. Jenis Kanker Payudara

1) Kanker Payudara In Situ Noninvasif

Menurut American Cancer Society terdapat dua tipe dari

kanker payudara in situ yaitu ductal carcinoma in situ (DCIS) dan

lobular carcinoma in situ (LCIS). Dimana dari setiap tipe memiliki

karakteristik tersendiri.9

Ductal carcinoma in situ (DCIS) yaitu kondisi dimana sel-sel

abnormal yang menggantikan sel-sel epitel normal yang melapisi

saluran kelenjar dan mungkin meluas ke lobulus. DCIS belum tentu

berkembang menjadi kanker payudara invasive. Terkadang DCIS

berkembang sangat lambat meski tanpa perawatan, dan tidak

mempengaruhi kesehatan wanita. 9

Lobular carcinoma in situ (LCIS) yaitu kondisi dimana sel-

sel abnormal tumbuh dan meluas di beberapa lobulus yang ada di

11
12

payudara. LCIS merupakan sangat berhubungan terjadinya kanker

invansif. 9

2) Invansiv

Sekitar 80% kanker payudara bersifat invansif, dimana sel-sel

kanker telah menembus dinding kelejar atau saluran tempat asalnya

tumbuh ke jaringan payudara disekitarnya. Secara umum, kanker

payudara disebut sebagai penyakit tunggal, namun terdapat 21

subtipe histologi yang berbeda dan setidaknya empat subtipe molekul

yang berbeda dalam faktor resiko, presentasi, respon terhadap

pengobatan, dan hasil dari pengobatan. 9

3) Penyakit Paget

Penyakit paget pada puting payudara disebabkan oleh perluasan

karsinoma duktus in situ (DCIS) ke duktus laktiferosa dan ke dalam

kulit puting susu di dekatnya. Sel ganas merusak saluran epidermis

normal, sehingga cairan ekstrasel dapat dikeluarkan ke permukaan.

gambaran klinis biasanya berupa eksudat berkeropeng unilateral di

atas puting dan kulit areola. Pada sekitar separuh kasus, juga

ditemukan karsinoma yang mendasari dan tidak diperparah oleh

adanya penyakit Paget.9

4) Kanker Payudara Inflamasi

Karsinoma inflamasi, tumor yang tumbuh menyebar dengan cepat,

yang menyebar melalui invasi pada limfatik kulit. Gejala-gejalanya

mirip dengan infeksi payudara akut. Kulit menjadi merah, panas,


13

edematosa, berindurasi dan nyeri. Kanker jenis ini muncul pada

sekitar 15% hingga 2% perempuan yang menderita kanker payudara.

Karena gambaran awalnya sama dengan infeksi, maka diagnosa

kanker dapat terlambat. Prognosis pasien dengan kanker payudara

peradangan adalah buruk, walaupun dengan diagnosis dini9

b. Tanda dan Gejala

Kanker payudara biasanya tidak menimbulkan gejala saat masih

berbentuk tumor kecil, namun pada saat itu pula paling mudah untuk

diobati, sehinga sangat penting dilakukannya deteksi dini. Tanda dan

gejala yang umum dikeluhkan adalah benjolan atau massa. Terkadang

sel kanker menyebar ke kelenjar getah bening dan ketiak yang

menyebabkan adanya benjolan dan pembengkakan di area tersebut

bahkan sebelum tumor pada payudara membesar dan bisa diraba. Tanda

dan gejala lainnya adalah nyeri payudara, payudara terasa berat serta ada

perubahan pada payudara seperti kemerahan pada kulit, pembengkakan,

dan keluar cairan dari putting susu terutama jika darah, retraksi dan

erosi pada putting.9 Sedangkan jika berdasarkan fasenya tanda dan

gejala kanker payudara terdiri dari:

1) Fase awal kanker payudara asimptomatik (tanpa tanda gejala).

Tanda dan gejala yang paling umum adalah benjolan dan penebalan

pada payudara. Kebanyakan sekitar 90% ditemukan oleh penderita


14

sendiri. Pada stadium dini, kanker payudara tidak menimbulkan

keluhan.

2) Fase lanjut

a) Bentuk dan ukuran payudara berubah, berbeda dari sebelumnya.

b) Luka pada payudara sudah lama tidak sembuh walau sudah diobati.

c) Eksim pada puting susu dan sekitarnya sudah lama tidak sembuh

walau diobati.

d) Putting susu sakit, keluar darah, nanah atau cairan encer dari putting

atau keluar air susu pada wanita yang sedang hamil atau tidak

menyusui.

e) Putting susu tertarik ke dalam.

f) Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk (peud d’orange).

3) Metastase luas, berupa:

a) Pembesaran kelenjar getah bening supraklavikula dan servikal.

b) Hasil rontgen thorax abnormal dengan atau tanpa efusi pleura.

c) Peningkatan alkali fosfatase atau nyeri tulang berkaitan dengan

penyebaran ke tulang.

d) Fungsi hati abnormal.

c. Stadium Kanker Payudara

Menentukan stadium kanker payudara sangat penting untuk

memprediksi kedepan, perencanaan, serta perawatan dan pengobatan yang

akan diberikan. Setiap pasien akan diperiksa secara klinik dan patologi.
15

Stadium klinik berdasarkan deteksi dini dan radiografik sedangkan

stadium patologi berdasarkan 9

Prognosis dari kanker payudara sangat dipengaruhi oleh stadium

penyakit. Stadium penyakit adalah luasnya penyebaran kanker saat

pertama kali di diagnosa. Klasifikasi tumor TNM menggunakan informasi

mengenai ukuran tumor dan sebaran tumor pada payudara dan jaringan

didekatnya (T), sebaran lanjutan ke kelenjar getah bening (N), dan adanya

metastasis (M). Saat T, N, dan M sudah ditentukan, stadium 0, I, II, III, or

IV dapat ditetapkan, dengan stadium 0 berarti in situ, stadium I berarti

kanker invasif stadium awal, dan stadium IV berarti penyakit paling berat.

Sistem stadium TNM biasanya digunakan pada pengaturan klinis. 9

Pada kanker payudara, penilaian TNM sebagai berikut :

T (tumor size), ukuran tumor :

T 0 : tidak ditemukan tumor primer.

T 1 : ukuran tumor diameter 2 cm atau kurang.

T 2 : ukuran tumor diameter antara 2-5 cm.

T 3 : ukuran tumor diameter lebih 5 cm.

T 4 : ukuran tumor berapa saja, tetapi sudah ada penyebaran ke kulit atau

dinding dada atau pada keduanya, dapat berupa borok, edema atau

bengkak, kulit payudara kemerahan atau ada benjolan kecil di kulit di luar

tumor utama.

N (node), kelenjar getah bening regional:


16

N 0 : tidak terdapat metastasis pada kelenjar getah bening regional di

ketiak/aksilla.

N 1 : ada metastasis ke kelenjar getah bening aksilla yang masih dapat

digerakkan.

N 2 : ada metastasis ke kelenjar getah bening aksilla yang sulit digerakkan.

N 3 : ada metastasis ke kelenjar getah bening di atas tulang selangka

(supraclavicula) atau pada kelenjar getah bening di mammary interna di

dekat tulang sternum.

M (metastasis), penyebaran jauh :

M x : metastasis jauh belum dapat dinilai.

M 0 : tidak terdapat metastasis jauh.

M 1 : terdapat metastasis jauh.

Setelah masing-masing faktor T,N, dan M didapatkan, ketiga faktor

tersebut kemudian digabung dan akan diperoleh stadium kanker sebagai

berikut :

Tabel 1. Stadium Kanker

Stadium T N M
Stadium 0 Tis N0 M0
Stadium IA T1 N0 M0
Stadium IB T0 N1mic M0
T1 N1mic M0
Stadium IIA T0 N1 M0
T1 N1 M0
T2 N0 M0
Stadium IIB T2 N1 M0
T3 N0 M0
Stadium IIIA T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
17

T3 N1-N2 M0
Stadium IIIB T4 N1-N2 M0
Stadium IIIC Semua T N3 M0
Stadium IV Semua T Semua N M1

d. Penyebab dan Faktor Risiko

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko kanker payudara

terbagi atas faktor termodifikasi dan faktor yang tidak termodifikasi.

Faktor yang tidak termodifikasi diantaranya usia, riwayat keluarga,

menarke dini, menopause yang terlambat. Faktor yang termodifikasi

diantaranya termasuk obesitas setelah menopause, penggunaan kombinasi

hormone estrogen dan progestin pada saat menopause, konsumsi alkohol.9

1) Faktor Reproduksi

a) Menarche

Menarche dini meningkatkan risiko kanker payudara. Butler

dkk meneliti hubungan antara usia menarche, siklus ovulasi yang

lebih dini, dan siklus reproduksi yang pendek, terhadap

peningkatan risiko kanker payudara dalam 1505 kontrol dan 1647

kasus. Didapatkan bahwa pada usia menarche yang lebih muda

(<12tahun) terdapat peningkatan risiko kanker payudara (OR =

1,5). Dalam studi metaanalisis oleh Momenimovahed dkk

menyatakan bahwa usia menarche dini meningkatkan 2 kali resiko

kanker payudara. Semakin muda usia menarche, semakin lama

pula tubuh terpapar dengan hormon esterogen dan progesterone

dimana meningkatkan faktor resiko kanker payudara. Progesteron


18

dan esterogen juga menyebabkan pertumbuhan, dan proliferasi

jaringan payudara. Pada saat proliferasi, jaringan payudara lebih

rentan terhadap zat karsinogenik.2,10

Dalam studi metaanalisis yang dilakukan Yi-Sen Sun dkk

mengatakan setiap satu tahun keterlambatan menarche menurunkan

resiko kanker payudara sekitar 5-10%. Risiko kanker payudara

lebih tinggi sekitar 20% pada wanita yang mengalami menarche di

usia kurang dari 12 tahun dibanding mereka yang mengalami

menarche di usia 14 tahun atau lebih. Ini dikarenakan karena

paparan hormon reproduksi lebih lama dan lebih kuat berhubungan

dengan HR+ kanker payudara. 11

b) Paritas

Efek dari jumlah paritas terhadap risiko kanker payudara

telah lama diteliti. Dalam suatu studi meta-analisis melaporkan

bahwa pada wanita nullipara atau belum pernah melahirkan

mempunyai risiko 30% untuk berkembang menjadi kanker

payudara. 2

Dalam studi metaanalisis yang dilakukan Yi-Sen Sun dkk di

Cina mengatakan setiap satu kelahiran hidup menurunkan resiko

kanker payudara sekitar 5-10% pada wanita. Menurut penelitian

Dong-Man Yee dkk di Cina mengatakan bahwa kehamilan hingga

bersalin dapat menurunkan risiko kanker payudara, sepenuhnya

diterima. Paparan dari hormon saat hamil dibutuhkan jaringan


19

payudara untuk meyempurnakan proses diferensiasi sel di jaringan

payudara, dimana menurunkan kerentanan terhadap zat

karsinogen.11,12

Dalam studi metaanalisis oleh Momenimovahed dkk

menyatakan melahirkan anak pertama di usia relatif tua

meningkatkan 27% resiko terkena kanker payudara. Payudara

merupakan salah satu organ yang unik, payudara masih dalam fase

primordium selama satu dekade atau lebih, lalu saat menarche

payudara memasuki fase froliferasi . Payudara belum memasuki

fase matang sampai wanita hamil dan melahirkan anak hidup yang

pertama. Jaringan epitelium payudara yang belum matang lebih

rentan terhadap zat karsinogen. Sehingga akan meningkatkan

resiko kanker payudara.10,13

Dalam penelitian Prabandari di Purwokerto didapatkan

bahwa nulipara lebih beresiko 6 kali terkena kanker payudara.

Wanita yang tidak memiliki anak atau memiliki anak pertama

mereka setelah usia 30 memiliki risiko kanker payudara sedikit

lebih tinggi. Hamil di usia muda mengurangi risiko kanker

payudara. Kehamilan mengurangi jumlah siklus menstruasi

perempuan, yang mungkin menjadi alasan untuk efek ini.3

c) Menyusui

Studi mengatakan menyusui selama satu tahun atau lebih

mengurangi risiko kanker payudara pada wanita secara


20

keseluruhan, semakin lama menyusui dapat mengurangi resiko

kanker payudara. Dari 47 penelitian dari 30 negara menyatakan

risiko kanker payudara berkurang 4% untuk setiap 12 bulan

menyusui. Semakin lama waktu menyusui. Semakin besar efek

proteksi terhadap kanker yang ada. Sehingga wanita yang mnyusui

menurunkan risiko kanker dibandingkan wanita yang tidak

menyusui. Terdapat efek proteaktif dari menyusui terhadap kanker

paydara. Sebab dari efek proteaktif menyusui dikarenakan adanya

penurunan level esterogen dan sekresi bahan-bahan karsinogenik

selama menyusui.2

Dalam penelitian Anggorowati (2013) di Kudus

mengatakan riwayat menyusui yang rendah memiliki resiko 5 ,4

kali terkena kanker payudara. Wanita yang tidak menyusui akan

lebih besar terserang kanker. Kondisi ini dipengaruhi oleh

mekanisme hormonal. Wanita menyusui akan mengeluarkan

hormon yang disebut prolaktin. Di dalam tubuh, hormon prolaktin

tersebut akan menekan paparan hormon estrogen dalam jumlah

banyak dan waktu yang lama yang dapat memicu terjadinya kanker

payudara. Segera setelah proses melahirkan kadar hormon estrogen

dan hormon progesteron yang tinggi selama masa kehamilan akan

menurun dengan tajam. Kadar hormon estrogen dan hormon

progesteron akan tetap rendah selama masa menyusui.

Menurunnya kadar hormon estrogen dan hormon progesteron


21

dalam darah selama menyusui akan mengurangi pengaruh hormon

tersebut terhadap proses proliferasi jaringan termasuk jaringan

payudara yang memicu terjadinya kanker payudara.14

2) Faktor endokrin

a) Kontrasepsi oral

Studi mengatakan penggunaan kontrasepsi oral (kombinasi

pil estrogen dan progesteron) berhubungan dengan meningkatkan

risiko kanker payudara, terutama pada wanita yang

menggunakannya sebelum usia 20 tahun atau sebelum kehamilan

pertama. Risiko berkurang ketika wanita berhenti menggunakan

kontrasepsi hormonal setelah 10 tahun, sama halnya dengan

mereka yang tidak pernah menggunakan kontrasepsi hormonal. 9

Faktor eksogen (kontrasepsi hormonal) masih mendapatkan

kontroversi sampai saat ini terkait peran kontrasepsi hormonal

dalam perkembangan kanker payudara. Namun, beberapa studi

menunjukkan bahwa kontrasepsi hormonal berperan dalam

meningkatkan risiko kanker payudara pada wanita pramenopause,

tetapi tidak pada wanita dalam masa pascamenopause.

Penggunaan kontrasepsi oral berhubungan dengan peningkatan

risiko kanker yang signifikan (RR=3.3) 2

Dalam penelitian Sihombing di Bogor, wanita yang

menggunakan kontrasepsi hormonal berisiko 3,63 kali

menyebabkan tumor payudara. Salah satu faktor terjadinya kanker


22

payudara adalah pajanan hormonal terutama hormon estrogen di

dalam tubuh. Pertumbuhan jaringan payudara sangat sensitif

terhadap hormone estrogen, oleh karena itu perempuan yang

terpajan hormon ini dalam waktu yang lama akan berisiko besar

terhadap kanker payudara.7

b) Terapi sulih hormon

Studi meta analisis menunjukan bahwa terapi sulih

hormone (TSH) dapat meningkatkan risiko kanker payudara. Ada

peningkatan risiko sebesar 2,3% tiap tahun pada wanita

pascamenopause yang memakai TSH. 2

3) Diet

a) Konsumsi alkohol

Alkohol dapat menyebabkan hiperinsulinemia yang akan

merangsang faktor pertumbuhan pada jaringan payudara. Hal ini

akan merangsang pertumbuhan yang tergantung esterogen pada

lesi pra kanker yang selama masa menopause akan mengakami

regresi ketika jumlah esterogen menurun.9

b) Obesitas

Berdasarkan American Cancer Society menyatakan bahwa

wanita yang mengalami obesitas atau kelebihan berat badan

setelah memasuki masa menopause memiliki risiko lebih tingi

menderita kanker payudara. Kegemukan atau obesitas akan


23

meningkatkan sintesis esterogen pada timbunan lemak yang

berpengaruh terhadap proses proliferasi jaringan payudara.9

4) Genetik

Dalam penelitian Suryani di Lampung responden yang

mempunyai riwayat keluarga dengan kanker mempunyai risiko

sebesar 10,214 kali mengalami kanker payudara bila dibandingkan

dengan responden yang tidak mempunyai riwayat keluarga dengan

kanker payudara. Mutasi yang paling banyak terjadi pada kanker

payudara adalah gen BRCA 1 dan BRCA 2. Pada sel normal gen

ini membantu mencegah terjadinya kanker dengan jalan

menghasilkan protein yang dapat mencegah pertumbuhan

abnormal. Wanita dengan mutasi pada gen BRCA 1 dan BRCA 2

mempunyai peluang 80% untuk berkembang menjadi kanker

payudara selama hidupnya. 8,9


24

B. Kerangka Teori

Faktor Reproduksi:
1. Usia menarche dini
2. Paritas rendah
3. Masa laktasi

Faktor Endokrin:
1. Kontrasepsi oral
2. Terapi sulih hormon
Kejadian
Kanker
Diet: Payudara
1. Konsumsi alkohol
2. Obesitas

Genetik:
1. Riwayat keluarga kanker
payudara
2. Riwayat keluarga kanker
ovarium

Gambar 1. Kerangka Teori Faktor Risiko Kanker Payudara

C. Kerangka Konsep

Variabel Bebas

1. Usia menarche Variabel terikat


2. Paritas
3. Riwayat menyusui Kanker payudara
4. Riwayat kontrasepsi
hormonal
5. Riwayat genetik
25

Gambar 1. Kerangka konsep faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kanker

payudara wanita.

Keterangan Gambar:

: Variabel yang diteliti

: Ada hubungan

D. Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan usia menarche dengan kanker payudara

2. Ada hubungan usia pertama melahirkan dengan kanker payudara

3. Ada hubungan paritas dengan kanker payudara

4. Ada hubungan riwayat kontrasepsi hormonal dengan kanker payudara

5. Ada hubungan riwayat genetik dengan kanker payudara

6. Ada faktor yang paling dominan yang berhubungan dengan kanker payudara

Anda mungkin juga menyukai