Anda di halaman 1dari 8

TUGAS GIZI DALAM KESEHATAN REPRODUKSI

Dosen Mata Kuliah : Wafi Nur M., SSiT, M.Kes (Epid)

“Sejarah Ilmu Gizi Dan Istilah-Istilah Gizi”

Disusun Oleh :

Cintya Laili Maharani (P07124216007)

Sarjana Terapan Reguler A Semester VI

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN KEBIDANAN
2019
A. SEJARAH ILMU GIZI
1. Di luar Indonesia
a. Hypoecrates (460 SM)
Menulis peranan makanan terhadap penyembuhan penyakit, yang
merupakan landasan salah satu cabang ilmu gizi, yaitu ilmu Dietetika atau
gizi klinik.
b. Carnaro dan Francis Bacon (abad 16)
Menyatakan makanan yang diatur dengan baik dapat memperpanjang
umur, sehingga setelah abad 16 berkembang doktrin hubungan makanan
dan panjang umur.
c. Vasco De Gama
Dalam pelayanan ke Indonesia tahun 1697 kehilangan 0,5 ABK akibat
scorbuit (sariawan). Baru abad 20 diketahui bahwa scorbut karena
kekurangan vitamin C.
d. Lavoiser dan Laplace (1762)
Melakukan percobaan binatang dengan menggunakan kalorimeter untuk
mengukur pemakaian oksiegn dan karbondioksida. Dengan penemuan ini
selain dikenal sebagai Bap ak Ilmu Kim ia dan Bio logi, Lavoiser ju ga
dikenal sebagai Bapak Ilmu Gizi Dunia.
e. At Water (1868)
Di Amerika dia dikenal sebagai Bapak Ilmu Gizi Amerika, dan dikatakan
pakar gizi dikenal sebagai perumus angka faktor = 4 : 4 : 9, yaitu
angka konversi perhitungan energi dari karbohidrat, protein dan lemak.
f. Ringer (1885) dan Locke (1990)
Penemuan Mineral – Sejak lama mineral telah diketahui dalam tulang dan
gigi. Pada tahun 1808 ditemukan kalsium. Tahun 1808, Boussingault
menemukan zat besi sebagai zat esensial. Ringer (1885) dan Locke (1990),
menemukan cairan tubuh perlu konsentrasi elektrolit tertentu. Awal abad 20,
penelitian Loeb tentang pengaruh konsentrasi garam natrium, kalium dan
kalsium klorida terhadap jaringan hidup.
g. Penemuan Vitamin – Awal abad 20, vitamin sudah dikenal. Sejak tahun
1887-1905 muncul penelitian-penelitian dengan makanan yang dimurnikan
dan makanan utuh. Dengan hasil: ditemukan suatu zat aktif dalam makanan
yang tidak tergolong zat gizi utama dan berperan dalam p en ceg ahan
penyakit (Scurvy dan Rickets). Pada tahun1912, Funk mengusulkan
memberi nama vitamine untuk zat tersebut. Tahun 1920, vitamin diganti
menjadi vitamine dan diakui sebagai zat esensial.
h. Penelitian Tingkat Molekular dan Selular – Penelitian ini dimulai tahun
1955, dan diperoleh pengertian tentang struktur sel yang rumit serta peranan
kompleks dan vital zat gizi dalam pertumbuhan dan pemeliharaan sel-sel.
Setelah tahun 1960, penelitian bergeser dari zat-zat gizi esensial ke inter
relationship antara zat-zat gizi, peranan biologik spesifik, penetapan
kebutuhan zat g i zi manusia dan pengolahan makanan thdp kandungan
zat gizi.
i. Keadaan Sekarang – Muncul konsep-konsep baru antara lain: pengaruh
keturunan terhadap kebutuhan gizi; pengaruh gizi terhadap perkembangan
otak dan perilaku, kemampuan bekerja dan produktivitas serta daya tahan
terhadap penyak i t infeksi. Pada bidang teknologi pangan ditemukan : cara
mengolah makanan bergizi, fortifikasi bahan pangan dengan zat-zat gizi
esensial, pemanfaatan sifat struktural bahan pangan dsb. FAO dan WHO
mengeluarkan Codex Alimentaris (peraturan food labeling dan batas
keracunan).
j.
2. Di Indonesia
a. Pendirian Laboratorium kesehatan
Pada tanggal 15 Januari 1888 di Jakarta oleh pemerintah kolonial
Belanda didirikan laboratorium kesehatan (Het Geneeskundig Laboratorium).
Dari laboratorium ini Eijkman (1896) menemukan petunjuk adanya hubungan
antara gejala beri-beri pada ayam dengan beras giling. Dari petunujk tersebut
Jansen dan Donath (1926) menemukan kristal vitamin B (Thiamin). Akhirnya
formula vitamin B1 ditemukan oleh R.R. Loillimus di Amerika tahun 1936.
Atas rintisan itu tahun 1929 Eijkman menerima hadiah Nobel dan
mendapat pengakuan sebagai perintis penemuan teori-teori tentang vitamin.
b. Pendirian Institut Voor Volksveeding/IVV (1934)
Dari lembaga ini Grijns, venderment, Janson, Donath, Van Veen melakukan
penelitian “Perintisan Penemuan Vitamin”.
c. IVV berubah menjadi Lembaga Makanan Rakyat (1950)
Prof. Dr. Poorivo Soedarmo (pimpinan IMR) memulai programnya dengan
pendidikan tenaga gizi, penyuluhan gizi masyarakat dan penelitian gizi.
Berkeat rintisan Prof. Poorivo pendidikan gizi maupun ilmu gizi di Indonesia
berkembang sampai saat ini. Atas jasanya Prof. Poorivo dikukuhkan sebagai
Gizi Indonesia.
d. Dr. Ig. Tarwatjo, dkk (1980-an)
Melakukan penelitian tentang Hubungan Kekurangan Vitamin A dengan
Resiko Kehamilan Balita di Aceh dan Jawa Barat”.b dari penelitian ini
terbukti dengan pemberian suplemen kapsul vitamin A dosis tinggi, (200.000
i) sekali dalam 6 bulan pada anak berumur 1 – 6 tahun dapat menurunkan
resiko kematian Balita 34– 46 %. Jika pembuktian penelitian ini dapat
diterima para pakar gizi, maka Indonesia tercatat telah 2 kali berperan
dalam perkembangan ilmu gizi dunia.
B. ISTILAH-ISTILAH GIZI
1. Aflatoksin : kumpulan mikotoksin yang dihasilkan oleh jamur Aspergillus flavus yang
dapat tumbuh pada kacang dan biji-biji sereal saat disimpan dalam kondisi lembab
dan hangat.
2. Angka Kecukupan Gizi (AKG) : suatu rata-rata zat gizi setiap hari bagi semua orang
menurut golongan umur, jenis kelmin, ukuran tubuh, aktifitas tubuh dan kondisi
fisiologis khusus untuk mencapai derajad kesehatan yang optimal.
3. Air Susu Ibu (ASI) : cairan hasil sekresi kelenjar susu sebagai sumber makanan bayi
yang baru lahir sampai usia dua tahun.
4. Bahan Makanan Campuran (BMC) : campuran bahan makanan, susu skim, gula,
minyak, dalam komposisi tertentu.
5. Bahan Makanan Penukar (BMP) : golongan bahan makanan sejenis dalam hal
kandungan zat gizinya terutama dalam energi, lemak, karbohidrat dan protein yang
dapat saling ditukar dalam merencanakan menu makanan sehari-hari.
6. Bahan Tambahan Pangan (BTP) : bahan yang ditambahakan kedalam pangan untuk
mempengarihi sifat atau bentuk pangan.
7. Daftar komposisi Bahan Makanan (DKBM) : daftar yang memuat kadar gizi bergabai
bahan makanan yang digunakan di Indonesia.
8. Diet Rendah Garam (DRG) : suatu diet makanan yang diberikan kepada pasien edema
atau asites dan hipertensi.
9. Dietetik : praktik dan penerapan ilmu dan seni pengaturan macam dan jumlah
makanan berdasarkan kondisi kesehatan, kebutuhan gizi dan sosial ekonomi klien.
10. Fermentasi : perubahan kimiawi dan sensori dalam makanan dengan ada atau tidak
adanya oksigen, biasanya dengan bantuan mikroorganisme tertentu berupa bakteri,
jamur, dan ragi membentuk makanan baru.
11. Fortifikasi makanan : suatu proses penambahan satu atau lebih zat gizi mikro tertentu
pada bahan makanan atau makanan untuk meningkatkan status gizi dan kesehatan
masyarakat.
12. Fruktosa : salah satu bentuk monosakarida selain glukosa, atau disebut juga gula
buah.
13. Gizi baik : keadaan gizi seseorang menurut ukuran berat badan dan menurut umur
sesuai dengan acuan baku/normal.
14. Gizi buruk : kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi
energy dan protein dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang cukup
lama.
15. Higiene pangan : kondisi dan perlakuan yang diperlukan untuk menjamin keamanan
pangan di semua tahap rantai pangan.
16. Higiene sanitasi makanan : upaya untuk mengendalikan factor makanan, orang,
tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit
atau gangguan kesehatan.
17. Hipervitaminosis : keadaan yang terjadi karena kelebihan vitamin terutama vitamin
larut lemak (vitamin A dan D), atau vitamin B6, niasin.
18. Hipovitaminosis : kelainan fisiologis karena kekurangan vitamin.
19. Informasi nilai gizi : daftar kandungan zat gizi pangan pada label pangan sesuai
dengan format yang dibakukan.
20. Karbohidrat : zat gizi berupa senyawa organic yang terdiri dari atom karbon,
hydrogen, dan oksigen yang digunakan sebagai bahan pembentuk energy.
21. Kartu Menuju Sehat untuk Balita (KMS-Balita) : alat yang sederhana dan murah,
yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak.
22. Kegemukan : seorang dewasa yang memiliki nilai indeks masa tubuh (IMT) antara
25,0-2,9. Pada anak balita kegemukan dengan menggunakan nilai z-skor indeks
BB/TB antara 2,0-3,0.
23. Kelaparan : kondisi yang disebabkan oleh kurangnya asupan zat-zat gizi terutama
kalori dan protein dibandingkan dengan kebutuhan tubuh.
24. Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) : suatu keluarga yang mampu mengenal, mencegah
dan mengatasi masalah gizi setiap anggotanya.
25. Keseimbangan energi : perbedaan antara asupan energy dari makanan dengan
pengeluaran energy karena metabolism basal dan aktivitas fisik.
26. Kurang Energi dan Protein (KEP) : keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh
rendahnya konsumsi energy dan protein dalam makanan sehari-hari.
27. Kurang Energi Kronis (KEK) : suatu keadaan kekurangan makanan dalam waktu
yang lama sehingga menyebabkan ukuran Indeks Masa Tubuh (IMT) di bawah
normal (kurang dari 18,5 untuk orang dewasa.
28. Konseling gizi : suatu proses komunikasi dua arah antara konselor dan pasien/klien
untuk membantu pasien/klien mengenali dan mengatasi masalah gizi.
29. Kwashiorkor : kurang gizi tingkat berat yang umumnya terjadi pada balita.
30. Label Pangan: setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan,
dan kombinasi keduanya.
31. Makanan jajanan : makanan dan minuman yang diproduksi oleh pengusaha sector
informal dengan modal kecil dijajakan dan siap dikonsumsi di tempat keramaian,
sepanjang jalan, permukiman, dengan berkliling atau menetap .
32. Makanan cair : makanan dalam bentuk halus dengan konsentrasi cairan yang tinggi.
33. Makanan saring : makanan yang dimasak dengan mengguakan lebih banyak air dan di
berikan sudah disaring terlebih dahulu.
34. Nutrional assessment : penilaian status gizi seseorang dilakukan secara antropometri,
biokimia, atau konsumsi makanan.
35. Pangan lokal : pangan yang diproduksi dan dikembangkan sesuai dengan potensi
sumber daya wilayah dan budaya setempat.
36. Perilaku gizi seimbang : pengetahuan, sikap dan praktik keluarga meliputi
mengonsumsi makanan seimbang da berperilaku hidup sehat.
37. Pewarna makanan : zat yang umumnya digunakan dalam makanan untuk
meningkatkan penampilan makanan lebih menarik.
38. Program Makanan Tambahan Penyuluhan (PMT-Penyuluhan) : program pemberian
makanan tambahan yang bertujuan untuk memberikan contoh kepada ibu yang
mempunyai balita tentang makanan yang baik menunya dan tepat porsi dan
pengaturannya.
39. Resep masakan : suatu daftar dan jumlah bahan makanan yang dibutuhkan, bumbu
yang ditambahkan dan urutan cara memasak untuk membuat suatu masakan.
40. Sakarin : pemanis buatan pengganti gula sukrosa yang dibuat dari metil-atra-nilat.
41. Sayuran : makanan nabati yang berupa daun, buah atau umbi yang merupakan sumber
zat gizi mineral dan vitamin.
42. Sukrosa : salah satu jenis gula disakarida yang terdiri dari glukosa dan fruktosa.
43. Siklus menu : daftar menu makanan harian yang dibuat tiga atau lima hari untuk
menghindari menu yang sama pada hari yang sama.
44. Ukuran rumah tangga (URT) : ukuran takaran makanan yang biasa digunakan dalam
rumah tangga seperti sendok teh, sendok makan, sendok takar, piring, gelas, botol,
kaleng, mangkuk, bungkus, sachet, keping, buah, biji dan iris.
45. Umami : tambahan untuk empat komponen indera pengecap rasa utama yang sudah
dikenal (manis, asam, asin dan pahit) adalah umami atau gurih.
46. Usual intake : konsumsi rata-rata yang merupakan kebiasaan dalam jangka waktu
lama.
47. Vegetarian, ovo : kelompok vegetarian yang pantang makanan sumber protein hewani
tetapi masih boleh mengkonsumsi telur.
48. Vitamin : senyawa organik dengan jumlah sedikit dalam tubuh tetapi penting untuk
mengontrol proses metabolisme.
49. Yogurt : susu yang difermentasi dengan dua macam bakteri Streptococcus
thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus.
50. Zat gizi : substansi dalam makanan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk hidup sehat,
terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.

Anda mungkin juga menyukai