Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Makanan adalah bahan yang mengandung zat-zat gizi dan atau unsur-unsur

ikatan kimia yang dapat direaksikan oleh tubuh menjadi zat gizi sehingga berguna

bagi tubuh. Zat gizi atau nutrients adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk

menghasilkan energy, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur

proses-proses kehidupan. Berkaitan dengan asupan gizi seseorang, setidaknya

kondisi seseorang akibat mengkonsumsi makanan dapat digolongkan menjadi tiga,

yaitu gizi buruk, baik, dan lebih.

Gizi atau makanan tidak saja diperlukan bagi pertumbuhan, perkembangan

fisik dan mental serta kesehatan, tetapi diperlukan juga untuk fertilitas atau

kesuburan seseorang agar mendapatkan keturunan yang selalu didambakan dalam

kehidupan keluarganya.

Kehadiran buah hati akan memberikan kebahagiaan dan keharmonisan

dalam kehidupan berkeluarga dan akan menjadi lengkaplah arti sebuah keluarga.

Pada saat pasangan suami-istri memutuskan untuk mempunyai anak, perlu segera

mempersiapkan diri diantaranya mengatur asupan nutrisi yang adekuat untuk

meningkatkan fungsi reproduksi sehingga dapat menunjang fertilitas dan

kesuburan.

B. Tujuan

Dari latarbelakang diatas, maka tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1
1. Untuk mengetahui perngertian ilmu gizi?

2. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan ilmu gizi?

3. Untuk mengetahui bagaimana ruang lingkup ilmu gizi?

4. Untuk mengetahui apa saja zat-zat gizi?

5. Untuk mengetahui apa saja zat gizi pendukung fertilitas?

6. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh zat gizi pada fertilitas?

7. Untuk mengetahui bagaimana hubungan dizi dengan menstruasi?

8. Untuk mengetahui bagaimana prinsip gizi pada menopause?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Gizi

Dalam buku Mardallena (2017), dijelaskan bahwa gizi adalah rangkaian

proses secara organic makanan yang dicerna oleh tubuh untuk memenuhi

kebutuhan pertumbuhan dan fungsi normal organ, serta mempertahankan

kehidupan seseorang. Gizi berasal dari bahasa arab “ghidza”, yang memiliki arti

sebagai makanan. Di Indonesia, gizi berkaitan erat dengan pangan, yaitu segala

bahan yang dapat digunakan sebagai makanan.

Makanan adalah bahan yang mengandung zat-zat gizi dan atau unsur-unsur

ikatan kimia yang dapat direaksikan oleh tubuh menjadi zat gizi sehingga berguna

bagi tubuh. Zat gizi atau nutrients adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk

menghasilkan energy, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur

proses-proses kehidupan. Berkaitan dengan asupan gizi seseorang, setidaknya

kondisi seseorang akibat mengkonsumsi makanan dapat digolongkan menjadi tiga,

yaitu gizi buruk, baik, dan lebih.

Berdasarkan informasi diatas, dapat kita simpulkan bahwa ilmu gizi adalah

ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang makanan dalam hubungannya

dengan kesehatan optimal. Ilmu gizi juga bisa didefinisikan sebagai ilmu yang

mempelajari mengenai makanan, zat gizi, proses pencernaan, metabolisme, dan

penyerapan dalam tubuh, juga disertai mengenai dampak dari kekurangan atau

kalebihan gizi bagi tubuh. Ilmu gizi berkaitan dengan tubuh manusia, hal tersebut

3
terhubung pada kesehatan tubuh yang menjadi pemenuhan energy, membangun dan

memelihara jaringan, serta mengatur proses kehidupan dalam tubuh. Secara luas,

pengkajian ilmu gizi juga berkaitan dengan kondisi ekonomi seseorang. Hubungan

ilmu gizi dan ekonomi seseorang yaitu mengenai pemenuhan gizi untuk

perkembangan otak, kemampuan belajar, dan produktivitas kerja. Selain itu,

kondisi ekonomi seseorang dalam pemenuhan gizinya dapat menjadi dasar penentu

ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas dalam menyongsong

pembangunan nasional. Beberapa ahli mendefinisikan pengertian ilmu gizi sebagai

berikut.

1. Turner (dalam Syafrizar, 2008) mendefinisikan ilmu gizi sebagai ilmu yang

mempelajari proses-proses dimana organisme hidup mempergunakan material-

material yang diperlukan untuk pemeliharaan fungsi tubuh.

2. Vrause (dalam Syafrizar, 2008) mendefinisikan ilmu gizi sebagai ilmu yang

mempelajari makanan dalam hubungannya dengan kesejahteraan tubuh,

meliputi: kebutuhan makanan, nilai makanan, pemeliharaan makanan untuk

golongan usia, dan aktivitas tertentu.

3. Yean Bogert (dalam Syafrizar, 2008) mendefinisikan ilmu gizi sebagai ilmu

yang mempelajari tentang pemberian makanan kepada tubuh setepat-tepatnya

untuk pertumbuhan, pemeliharaan, dan perbaikan.

4. Eza D. Wilson (dalam Syafrizar, 2008) mendefinisikan ilmu gizi sebagai ilmu

yang mempelajari tentang tubuh yang terdiri dari jenis, jumlah, materi yang

harus dicukupi dalam makanan sehari-hari guna pemeliharaan sel-sel tubuh.

4
B. Perkembangan Ilmu Gizi

Titik tolak perkembangan imu gizi dimulai pada masa manusia purba dan

abad pertengahan sampai pada masa munculnya ilmu pengetahuan pada abad ke-

19 dan ke-20. Pada masa manusia purba, ilmu gizi dinyatakan sebagai suatu evolusi.

Para peneliti menggambarkan manusia sebagai pemburu makanan yang dikenal

sebagai toghunter. Bagi manusia purba, fungsi utama dari makanan adalah untuk

mempertahankan hidup. Untuk itu, aktivitas utama dari manusia purba adalah

mencari makan dengan cara berburu dan bercocok tanam. Beberapa budaya tentang

makanan yang dapat dikonsumsi, dihindari, serta diperlukan dengan cara tertentu

juga telah berkembang pada masa itu hingga sekarang. Seperti masyarakaat Suku

Badui dan Suku Samin misalnya, kedua suku menggunaakan teknologi tradisional

dengan ritual-ritual yang masih dianggap sacral oleh masyarakat setempat.

Kajian tentang ilmu gizi sesungguhnya diawali oleh Hipocrates yang

terkenal sebagai “Bapak Kedokteran” pada tahun 400 SM. Dalam salah satu

tulisannya, Hipocrates berspekulasi tentang peran dan makanan dalam

“pemeliharaan kesehatan dan penyembuhan penyakit” yang menjadi dasar

perkembangan ilmu dietetika yang dikenal dengan ‘terapi diit”. Ia juga berteori

perihal zat panas yang diperlukan oleh tubuh seseorang dan bersumber dari bahan

makanan. Secara umum, kebutuhan panas pada tumbuh seseorang dipengaruhi oleh

usia. Kecukupan zat panas tersebut akan dipenuhi dengan banyak sedikitnya

makanan yang dikonsumsi. Usia muda seseorang akan membutuhkan panas yang

lebih banyak daripada usia tua. Hal tersebut berkaitan dengan kebutuhan makan

seseorang saat muda yang lebih banyak dan secara berkala menjadi berkurang

5
hingga usia tua. Hipocrates memiliki konsep bahwa orang yang gemuk memiliki

jatah usia lebih sedikit dibanding orang kurus.

Memasuki abad ke-16, berkembang doktrin mengenai pemeliharaan

kesehatan yang tidak hanya dapat dicapai dengan pengaturan makanan, tetapi

kemudian berkembang juga doktrin tentang hubungan antara makanan dan panjang

umur. Comaro dan Francis Bacon, yang hidup lebih dari 100 tahun berpendapat

bahwa “makanan yang diatur dengan baik dapat memperpanjang umur”. Masuk

abad ke 17 dan 18, tercatat berbagai penemuan tentang sesuatu yang dimakan

(makanan) yang berhubungan dengan kesehatan. Pada abad ke-18, satu dari

beberapa penemuan ilmiah yang telah ditemukan yaitu penemuan adanya hubungan

antara proses pernapasan. Proses masuknya O2 dan keluarnya CO2 dari dalam

tubuh, dengan proses pengolahan makanan dalam tubuh disebutkan oleh Antonie

Laurent Lavoiser sebagai suatu yang hal mendasari ilmu gizi.

Lavoisier bersama seorang ahli fisika Laplace, merintis untuk pertama

kalinya penelitian kuantitatif mengenai pernapasan dengan percobaan binatang

(kelinci). Oleh karena penelitian tersebut, Lavoisier yang dikenal sebagai bapak

ilmu kimia dikenal juga sebagai bapak ilmu gizi dunia. Selain penemuan yang

dilakukan Lavoisier dan Laplace, beberapa penemuan ilmu pengetahuan yang

mendasari terbentuknya ilmu gizi yaitu:

1. Pada tahun 1687, ditemukan penemuan berupa penetapan standar makanan.

Penemuan tersebut mengatur tentang baik tidaknya berbagai jenis makanan

untuk tubuh.

6
2. Pada tahun 1747, Dr. Lind menemukan jeruk manis untuk menangggulangi

sariawan dan scorbut. Belakangan diketahui jeruk manis banyak mengandung

vitamin, sehingga dapat dikonsumsi untuk mecegah sariawan dan scorbut.

3. Pada tahun 1854, Suster Florence Nightingale menyimpulkan pemberian

makanan kepada pasien penderita akibat perang harus sesuai dengan kebutuhan

pasien untuk mempercepat proses penyembuhannya. Suster Florence

Nightingale telah dikenal sebagai tokoh Keperawatan Dunia.

4. Pada tahun 1803-1873, ditemukan analisis protein, KH, dan lemak, yang

merupakan komponen utama penghasil energy bagi tubuh.

5. Tahun 1831-1932, muncul beberapa tokoh atau pakar dalam pengukuran

energy dengan calorimeter (KKal) seperti Vait, Rubner, Lusk, dan Attwater.

6. Tahun 1861-1930, muncul tokoh Hopkin dan Eljkiman sebagai perintis

penemuan vitamin yang mampu membedakan vitamin yang larut dalam air dan

vitamin yang larut dalam lemak.

7. Tahun 1872-1929, Mendel dan Osborn menemukan vitamin dan analisis

kualitas protein. Kedua tokoh ini memperjelas posisi vitamin dalam makanan

dan peranannya dalam tubuh, serta kualitas protein yang dilihat dari struktur,

yaitu asam amino yang esensial maupun nonesensial.

Pada abad ke-19 tampaknya ilmu gizi sedang digodok oleh para ahli untuk

ditegakkan. Pada pertengahan abad ke-19, Rubner meneliti perihal urine dan feses

dengan berbagai susunan makanan yang menjadi dasar penelitian calorimeter.

Ruber menghubungkan susunan kajian kalori basal dengan luas penampang tubuh

dan menghitung energy, karbohidrat, protein, dan lemak dari berbagai jenis

7
makanan. Pada tahun1847, Mayer dan Helm Holz menemukan hukum konservasi

energy untuk organisme hidup dan mati.

Ilmu gizi dinobatkan sebagai cabang ilmu sendiri pada tahun 1926 berkat

Mary Swartz Rose yang dikukuhkan sebagai Profesor Ilmu Gizi pertama di

Columbia, New York, Amerika Serikat. Sejak saat itu, ilmu gizi terus mengalami

perkembangan tentang komposisi karbohidrat, lemak, protein, serat, air, dan abu,

serta nilai energy sejumlah bahan makanan. Pada abad ke-20, Mc Collum dan

Charles G. King melanjutkan penelitian vitamin yang kemudian muncul “Science

Nutrion”. Dalam bukunya, Soekirman (2000) menjelaskan apabila ilmu gizi adalah

ilmu pengetahuan yang membahas sifat-sifat nutrient yang terkandung dalam

makanan, pengaruh metaboliknya, serta akibat yang timbul bila terdapat

kekurangan zat gizi.

Tidak hanya di luar negeri, beberapa hasil penelitian yang masuk dalam

sejarah perkembangan ilmu gizi di Indonesia yaitu:

1. Pada tahun 1888, belanda mendirikan Laboraturium Kesehatan di Jakarta.

Tujuan didirikannya laboraturium tersebut untuk menanggulanginya penyakit

beri-beri di Indonesia dan Asia.

2. Pada tahun 1934, didirikan Lembaga Makanan Rakyat

3. Tahun 1938, pemerintah Belanda memfasilitasi pembentukan Lembaga

Eljkman untuk Jansen dan Donath yang meneliti masalah gondok di

Wonosobo. Lembaga tersebut berhasil melakukan Analisis Bahan Makanan

yang disingkat DKBM.

8
4. Tahun 1930, De Hass dkk menemukan defisiensi vitamin A dan meneliti

penelitian mengenai Kurang Energi Protein (KEP).

5. Tahun 1950, Lembaga Makanan Rakyat berada dibawah Kementerian

Kesehatan RI yang diketuai oleh Prof. Dr. Poerwo Soedarmo, sendiri

PERSAGI atau yang dikenal sebagai Bapak Gizi Indonesia.

Indonesia mengalami perkembangan kajian tentang kecukupan gizi

seseorang pada tahun 1950 tentang Pedoman Empat Sehat Lima Sempurna. Kajian

tersebut diperkenalkan pertama kali oleh Prof. Dr. Poerwo Soedarmo. Pada tahun

1960, penelitian gizi mulai berkembang dan melibatkan disiplin ilmu lain dalam

penetapan kebutuhan gizi manusia dan pengaruh pengolahan makanan terhadap

kandungan gizi. Sampai saat ini, Indonesia secara resmi menggunakan Pedoman

Gizi Seimbang (PGS) untuk menyiapkan pola hidup sehat masyarakat Indonesia

dalam menghadapi masalah kekurangan dan kelebihan gizi yang terjadi secara

bersama.

C. Ruang Lingkup Gizi

Ruang lingkup ilmu gizi memiliki cakupan yang sangat luas dan terdiri dari

tiga tahap. Tiga tahapan ruang lingkup tersebut yaitu input, proses, dan output.

Input merupakan proses makanan yang dimakan atau dikonsumsi. Proses

merupakan proses makanan yang dicerna, diserap, dan digunakan dalam proses

metabolisme tubuh. Sementara itu, output berperan dalam pertumbuhan sel,

pemeliharaan sel, memperlancar fungsi anatomis tubuh, serta berperan dalam

menghasilkan energy.

9
Kajian ilmu gizi akan selalu berkaitan dengan disiplin ilmu lain karena tidak

dapat berdiri sendiri. Tujuan penggunaan ilmu gizi di Indonesia yakni untuk

menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berkaitan dengan pangan.

Dalam mempelajari ilmu gizi, secara umum juga berkaitan dengan beberapa hal

sebagai berikut.

1. Sumber daya alam local, dimana ketersediaan bahan pangan akan berkaitan

dengan pemenuhan gizi seimbang.

2. Ilmu argonomi dan peternakan, yaitu mempelajari mengenai cara produksi

pangan.

3. Ilmu pangan dan kedokteran, yaitu mempelajari perubahan-perubahan

pascapanen yang meliputi penyediaan pangan, distribusi, dan pengolahan.

Selain itu, dipelajari juga mengenai konsumsi pangan dan cara pemanfaatan

makanan oleh tubuh dalam kondisi sehat dan sakit.

4. Ilmu mikrobiologi, biokimia, faal, dan biologi molekuler, yaitu mempelajari

zat-zat gizi dan unsur-unsur kimia makanan.

5. Ilmu ekonomi dan social seperti antropologi, social, dan psikologi. Ilmu ilmu

tersebut erat kaitannya dengan penyediaan pangan perorangan atau keluarga,

kondisi social yang akan memengaruhi cara pengolahan dan konsumsi pangan,

serta perliku seseorang terhadap jenis makanan tertentu yang dipengaruhi oleh

mitos.

Disiplin ilmu diatas tentu saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan dalam

mencukupi kebutuhan gizi seseorang maupun masyarakat. Pada contohnya,

masyarakat di pantai memiliki cara yang berbeda dalam pemenuhan gizinya dengan

10
masyarakat yang berada di pegunungan. Masyarakat di pesisir laut tentu memiliki

hasil laut yang berlimpah. Dari hal itu, hasil laut seperti ikan dikenal sebagai protein

hewani. Pada kenyatannya, masih sedikit pengetahuan masyarakatt tentang

kandungan gizi lain pada lobster, rumput laut, ataupun tanaman yang layak makan

disekitar pesisir. Maka, tenaga ahli seperti ahli pangan, dokter, mikrobiologi dan

lainnya sangat dibutuhkan untuk membantu masyarakat mengetahui potensi sumber

pangan di sekitar. Selain itu, antropolog juga dibutuhkan untuk membantu para

tenaga ahli pangan mengetahui tradisi cara menikmati sumber pangan.

D. Zat Zat Gizi

Pada umumnya, zat zat gizi yang diperlukan oleh tubuh dikelompokan

menjadi tiga bagian. Tiga kelompok bagian tersebut yaitu sumber energy,

pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh, serta pengatur proses tubuh. Zat

gizi yang termasuk sumber energy yaitu karbohidrat, lemak, dan protein. Oksidasi

beberapa zat tersebut digunakan untuk aktivitas tubuh dan disebut sebagai zat

pembakar. Sementara itu, zat gizi yang termasuk ke dalam pertumbuhan dan

pemeliharaan jaringan tubuh yaitu protein, mineral, dan air. Fungsi dari ketiga zatt

tersebut untuk membentuk sel-sel baru, memelihara, dan mengganti sel-sel yang

rusak. Beberapa zat itu disebut sebagai zat pembangun.

Yang terakhir, zat yang termasuk sebagai proses pengatur tubuh yaitu

protein, mineral, air dan vitamin. Fungsi protein sebagai pengatur keseimbangan air

dalam sel, bertindak sebagai pemeliharaan netralitas tubuh dan membentuk

antibody penangkal organisme infektif dan bahan-bahan asing yang dapat masuk

11
ke dalam tubuh. Setelah mengetahui kelompok bagian yang diperlukan oleh tubuh,

beberapa zat-zat gizi secara spesifik yaitu:

1. Karbohidrat

2. Protein

3. Lemak

4. Vitamin

5. Mineral

6. Air

E. Zat Gizi Pendukung Fertilitas

Untuk meingkatkan kesuburan pasangan yang terpenting dilakukan adalah

mengkonsumi makanan yang bergizi dan seimbang, sebaiknya pasangan

menghindari makanan yang terlalu diolah atau mengandung bahan-bahan tiruan,

diantaranya keju olahan, daging olahan, makanan beku, makanan kalengan. Bila

membeli buah-buahan jangan yang dalam kaleng atau hanya sirupnya saja. Untuk

sayuran hindarkan sayuran kaleng, kudapan asin, kacang dan minyak

terhidrogenisasi, hindari roti putih, jangan terlalu sering minum susu skim

kalengan, jangan mengonsumsi makanan yang sudah tidak segar lagi. Menurut Neil

(2001) untuk menambah kesuburan sebaiknya pilih makanan sebagai berikut:

daging dan alternafnya (ikan, telur, kacang-kacangan), buah dan sayuran (buah,

sayuran mentah, makanan segar, jus buah/ sayuran, buah kering) dan roti dan sereal

yang tidak banyak diolah (roti, bubur, makanan kering, biji-bijian, gandum, spageti

dan beras merah), susu dan hasil olahan susu (susu, yogurt, keju).

12
Pilih makanan yang belum disuling: nasi, roti, sereal dan kripsi biji-bijian,

makanlah makanan segar seperti susu dan sayuran, baik yang mentah atau yang

telah dimasak. Telur adalah sumber protein terbaik dan juga mengandung berbagai

macam gizi, karena diperlukan untuk pembuahan. Kacang-kacangan dan biji-bijian

dari tanaman juga sangat bergizi, kacang polong. Ikan dikonsumsi sekali seminggu.

Untuk daging bervariasi, sayuran dan buah merupakan sumber vitamin dan mineral

yang sangat baik. Memasak lebih baik dikukus, pengaturan gizi ini dilakukan sejak

wanita berusia 19 tahun sampai 26 tahun.

F. Pengaruh Zat Gizi Pada Fertilitas

Kesuburan seseorang selain dapat dipengaruhi oleh factor keturunan dan

factor usia, juga dipengaruhi oleh factor gizi pasangan, factor gizi ini mempunyai

peran yang sangat penting dalam mendukung kesuburan tersebut. Kekurangan

nutrisi pada seseorang akan berdampak pada penurunan fungsi reproduksi, hal ini

dapat diketahui apabila seseorang mengalami anoreksia nervosa, maka akan terlihat

perubahan-perubahan hormonal tertentu, yang ditandai dengan penurunan berat

badan yang mencolok, hal ini terjadi karena kadar gonadotropin dalam serum dan

urine menurun serta penurunan pola sekresinya, kejadian tersebut berhubungan

dengan gangguan fungsi hipotalamus.

Pada wanita anoreksia kadar hormone steroid mengalami perubahan yang

meningkatnya kadar testosterone serum dan penurunan ekresi 17 ketosteroid dalam

urine, diantaranya androsteron dan epiandrosteron, dampaknya terjadi perubahan

siklus ovulasi. Bila anoreksia tidak terlalu berat dapat diberikan hormone GRH

13
(gonad-tropin relating hormone), karena hormone tersebut dapat mengembalikan

siklus haid kearah normal.

Berhubungan dengan fungsi menstruasi, secara khusus jumlah wanita yang

anovulasi akan meningkat bila berat badannya meningkat. Pada penelitian ternyata

wanita gemuk memiliki resiko tinggi terhadap ovulasi infertile, dan fungsi ovulasi

terganggu, sehingga menjadi tidak subur. Keadaan ini terjadi apabila peningkatan

berat badan terlalu cepat, pada umumnya peningkatan berat badan disebabkan

karena asupan gizi yang berlebihan. Bila siklus berlangsung tanpa ovulasi pada

wanita gemuk, menunjukan adanya kelainan pada pengeluaran hormone. Bila kadar

SHBG rendah, akan terjadi peningkatan produksi hormone androgen baik di

ovarium maupun di kelenjar kelenjar adrenal. Kondisi kegemukan berkaitan dengan

proses perubahan androgen menjadi estrogen. Hipotalamus merangsang

peningkatan sekresi hormone LH serta terjadi hiperandrogenisme.

Mekanisme lain adalah gangguan pematangan folikel akibat peningkatan

LH dan kadar testosterone yang rendah. Wanita kegemukan dengan siklus

menstruasi normal kadar testosteronnya lebih rendah daripada wanita gemuk yang

mengalami amenore. Seberapa gemuk yang akan menyebabkan siklus anovulasi

tidak diketahui dengan pasti, yang jelas bahwa diet dan berat badan sangat

memengaruhi fungsi menstruasi.

Berdasarkan uraian diatas sudah jelas bahwa diet memengaruhi siklus

menstruasi, hal ini berhubungan dengan perubahan kadar hormone steroid yang

merupakan factor kunci dalam proses pengaturan siklus tersebut. Walaupun telah

14
terbukti bahwa gizi lebih maupun gizi kurang mengurangi tingkat fertilitas, namun

mekanisme terjadinya masih belum jelas. Pada wanita dengan diet normal, asupan

kalori memengaruhi siklus menstruasi, tetapi belum jelas asupan apa yang

berkontribusi pada peningkatan asupan kalori. Asupan tinggi lemak berpengaruh

terhadap kadar hormone steroid, dibuktikan diet rendah lemak memperpanjang

siklus, hari menstruasi serta memperpanjang lamanya fase folikuler.

G. Hubungan Status Gizi Dengan Menstruasi

1. Menarche

Menarche adalah haid yang pertama terjadi, yang merupakan ciri khas

kedewasaan seorang wanita yang sehat dan tidak hamil. Status gizi remaja

wanita sangat memengaruhi terjadinya menarche baik dari factor usia

terjadinya menarche, adanya keluhan-keluhan selama menarche maupun

lamanya hari menarche. Secara psikologis wanita remaja yang pertama sekali

mengalami haid akan mengeluh rasa nyeri, kurang nyaman dan mengeluh

perutnya terasa begah. Tetapi pada beberapa remaja keluhan-keluhan tersebut

tidak dirasakan, hal ini dipengaruhi oleh nutrisi yang adekuat yang biasa

dikonsumsi, selain olahraga yang teratur (Brunner, 1996).

Hormone yang berpengaruh terhadap terjadinya mecarche adalah

estrogen dan progesterone. Estrogen berfungsi mengatur siklus haid,

sedangkan progesteron berpengaruh pada uterus yaitu dapat mengurangi

kontraksi, selama siklus haid. Agar menarche tidak menimbulkan keluhan-

keluhan, sebaiknya remaja wanita mengkonsumsi makanan dengan gizi

seimbang, sehingga status gizinya baik. Status gizi dikatakan baik, apabila

15
nutrisi yang diperlukan baik protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin

maupun air digunakan oleh tubuh sesuai kebutuhan (Krummel, 1996).

Gizi kurang atau terbatas selain akan memengaruhi pertumbuhan,

fungsi organ tubuh, juga akan menyebabkan terganggunya fungsi reproduksi.

Hal ini akan berdampak pada gangguan haid, tetapi akan membaik bila asupan

nutrisinya baik. Seberapa jauh pengetahuan status gizi terhadap terjadinya

menarche belum ada yang melakukan penelitian. Sebagai bahan perbandingan

dibawah ini akan diuraikan tentang asupan energy total dan keragaman

komponen diet.

Asupan energy bervariasi sepanjang siklus haid, terjadi peningkatan

asupan energy pada fase luteal dibandingkan fase folikuler. Peningkatan

konsumsi energy premenstruasi dengan ekstra penambahan 87-500 Kkal/ hari.

Kesimpulannya bahwa estrogen mengakibatkan efek penekanan atau

penurunan terhadap nafsu makan (Krummel, 1996). Identifikasi tentang jenis

nutrisi yang dapat mengakibatkan perubahan asupan energy belum didapatkan

data yang pasti. Ada yang berpendapat karbohidrat merupakan sumber.

Peningkatan asupan kalori selama fase luteal, yang lain berpendapat bahwa

konsumsi softdrink yang mengandung gula cenderung meningkat selama fase

luteal. Selain itu juga ada uang berpendapat bahwa asupan lemak dan protein

akan meningkat pada fase luteal. Dengan demikian selama fase luteal terjadi

peningkatan asupan makanan atau energy (Krummel, 1996).

Pada remaja wanita perlu mempertahankan status gizi yang baik,

dengan cara mengonsumsi makanan seimbang karena sangat dibutuhkan pada

16
saat haid, terbukti pada saat haid tersbeut terutama fase luteal akan terjadi

peningkatan kebutuhan nutrisi. Apabila hal ini diabaikan maka dampaknya

akan terjadi keluhan-keluhan yang menimbulkan rasa ketidaknyamanan

selama siklus haid.

2. Menstrusasi

Konposisi diet baik secara kuantitatif maupun kualitatif, dianggap

memengaruhi siklus menstruasi serta penampilan reproduksi. Tetapi timbul

pertanyaan seberapa sering factor diet dipandang sebagai penyebab timbulnya

amenore, masih jarang penelitian yang menggunakan diet sebagai metoda

perlakuan, dan uraiannya sering tidak lengkap atau tumpeng tindih. Siklus

mentruasi dipengaruhi bukan saja oleh diet vegetarian tetapi diet yang

bervariasi dalam hal lemak, serat dan nutrient lainnya (Krummel, 1996).

a. Diet vegetarian

Pengaruh diet vegetarian terhadap hormone seks telah diteliti, 9

orang vegetarian diberi diet yang mengandung daging, ternyata fase

folikuler memanjang, rata-rata 4,2 hari juga FSH meningkat, E2 menurun

secara signifikan. Sebaliknya 16 orang diet biasa beralih ke diet yang

kurang daging selama 2 bulan mengalami pemendekan fase folikuler, rata-

rata 3,8 hari, mengalami penurunan frekuensi puncak LH dan peningkatan

kadar LH. Setelah mengalami 2 kali injeksi LHRH, terjadi hubungan

antara diet dengan fungsi menstruasi. Pada wanita yang mengonsumsi diet

vegetarian terjadi peningkatan frekuensi gangguan siklus menstruasi.

17
Prevalensi ketidakteraturan menstruasi 26,5% pada vegetarian dan 4,9%

pada nonvegetarian

b. Diet Rendah Lemak

Hasil penelitian pada diet rendah lemak disbanding tinggi lemak,

ternyata pad diet tinggi lemak tidak memberikan perbedaan kadar hormone

dalam plasma dan urine kesimpulan tidak mempunyai pengaruh pada

kadar hormone seks. Sedangkan pada diet rendah lemak akan

menyenbabakan tiga efek utama: panjang siklus menstruasi meningkat

rata-rata 1,3 hari, lamanya waktu menstruasi meningkat rata-rata 0,5 hari

dan fase folikuler meningkat rata-rata 0,9 hari. Dengan demikian maka

bagi wanita yang bukan vegetarian bila berubah ke diet rendah lemak akan

memperpanjang siklus menstruasi sebagai akibat dari memanjangnya fase

mentruasi dan fase folikuler

Sindrom premenstrual adalah kombinasi gejala yang terjadi sebelum

haid dan menghilang setelah haid keluar. Gejala utama meliputi sakit

kepala, letih, sakit pinggang, pembesaran dan sakit pada payudara dan

perasaan begah pada perut. Tindakan yang dilakukan untuk menangani

kasus sindrom pramesntrual adalam menganjurkan perubahan diet selain

menambah suplemen nutrisi, walaupun tidak secara khusus jenis nitrisinya

apa. Secara umum anjuran diet meliputi pembatasan gula, garam, daging,

lemak hewani, alcohol, kopi, rokok. Sedangkan perlu ditambah

konsumsinya adlah jenis ikan, uanggas, roti, kacang-kacangan,

karbohidrat kompleks, sayuran daun hijau dan sereal (Krummel, 1996).

18
Kebanyakan klien sindrom premenstrual mengonsumsi susu dan produknya

sebanyak 5 kali lipat dan 3 kali lipat untuk gula halus. Dengan mengonsumsi rendah

lemak, dan tinggi karbohidrat akan mengurangi pembengkakan payudara.

Sedangkan konsumsi tinggi karbohidrat dan rendah protein dapat memperbaiki

gangguan perasaan tidak nyaman, hal ini berhubungan dengan pembentukan

serotonin di dalam otak.

H. Prinsip Gizi Pada Menopause

Fase reproduksi atau fase subur berlangsung sampai usia sekitar 45 tahun,

pada masa ini organ reproduksi wanita mengalami fungsi yang sebenarnya yaitu

hamil dan melahirkan. Fase akhir dalam kehidupan wanita setelah masa reproduksi

berakhir disebut klimakterium yang berlangsung secara bertahap (Dini, 2002).

Premenopause yaitu sejak fungsi reproduksinya mulai menurun, sampai timbul

keluhan atau tanda-tanda menopause. Perimenopause yaitu periode dengan keluhan

memuncak dengan rentangan 1-2 tahunn sebelum dan 1-2 tahun sesudah

menopause, masa wanita mengalami akhir dari datangnya haid sampai berhenti

sama sekali, pada masa ini menopause masih berlangsung. Postmenopause yaitu

masa setelah perimenopause sampai senilis.

Menopause adalah masa berhentinya haid secara alamiah yang biasanya

terjadi antara usia 45-50 tahun, atau masa berhentinya haid sama sekali. Kesiapan

menghadapi menopause menurut Dini (2002) mengonsumsi makanan begizi yaitu

mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang. Pemenuhan gizi yang memadai akan

sangat membantu dalam menghambat berbagai dampak negative menopause

terhadap kinerja otak, mencegah kulit kering serta berbagai penyalit lainnya. Gizi

19
seimbang adalah memenuhi kebutuhan gizi per hari dengan supan zat-zat gizi

maknan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, air.

Keubtuhan gizi orang dewasa dengan berat normal adalah sekitar 2000-2200 Kkal

per hari. Dengan pemenuhan gizi secara seimbang ini diharapkan seseorang tidak

kelebihan atau kekurangan berat badan dan juga terkangkit suatu enyakit seperti

diabetes mellitus atau anemia.

Apabila cukup mengonsumsi gizi seimbang, tidak diperlukan asupan gizi

tertentu untuk mencegah suatu gangguan. Namun, tidak ada salahnya untuk

mengantisipasi kebutuhan makanan yang diperlukan pada masa menopause atau

berhentinya hormone estrogen dalam tubuh. Terutama, jika anda memiliki resiko

terkena gangguan tubuh tertentu yang mungkin akan terjadi di masa yang akan

dating. Jenis makanan tersebut diantaranya mengandung phytohormcm estrogen,

seperti kacang kedelai atau papaya. Selain itu, jangan lupa cukup mengonsumsi

makanann yang mengandung vitamin D, seperti ikan tuna, salmon, minyak ikan,

telur dan susu. Meskipun vitamin D sebdiri sebenarnya bisa diperoleh dari sinar

matahrai yang dapat anda peroleh dengan mudah dan bebas.

1. Nutrisi

Bertambahnya usia menyebabkan beberapa organ tidak melakukan

proses perbaikan (remodeling) diri lagi. Misalnya, massa tulang tidak

melakukan pembentukan kembali. Selain itu, semakin tua, aktivitas gerak yang

dilakukan juga tidak sekuat dulu sehingga kalori yang dikeluarkan juga

berkurang. Selain itu, kebutuhan kalori untuk metabolism tubuh juga menurun.

Semua ini akan mengurangi energy yang dikeluarkan karena energy yang

20
dikeluarkan lebih sedikit ketika dibandingkan ketika usia muda. Dengan

demikian, asupan makanan yang dibuuhkan juga berkurang. Apabila asupan

makanan yang dikonsumsi dalam jumlah yang sama, akan tersimpan dalam

bentuk lemak.

Meskipun demikian, setiap orang tetap membutuhkan makanan bergizi

seimbang, dalam arti memenuhi zat-zat gizi yang mengandung karbohidrat,

protein, lemak, vitamin, dan mineral. Perlu diketahui tidak ada bahan makanan

yang memiliki kandungan zat gizi yang lengkap. Oleh karena itu, setiap orang

harus memenuhi kebutuhan gizi setiap hari dengan beragam jenis/ dengan cara

ini, kekurangan zat gizi dari satu jenis makanan tertentu dapat dipenuhi dari

jenis makanan yang lain. Hal yang harus diperhatikan adalah ketika tubuh

mulai tua, umumnya memiliki kelelahan atau gangguan. Walaupun demikian,

ada orang yang tetap sehat di hari tuanya. Oleh karena itu, sesuaikan asupan

makanan dengan gangguan yang dideritanya. Meskipun, seseorang sebenarnya

tidak dianjurkan untuk tidak mengonsumsi zat-zat tertentu sama sekali. Karena

untuk memenuhi kebutuhan gizi tubuh, zat-zat gizi lain dibutuhkan untuk

rposes metabolismenya. Oleh karena itu, tidak mengonsumsi makanan tertentu

sama seklai akan mengganggu proses metabolism makanan sehingga zat-zat

gizi tersebut tidak dapat bermanfaat bagi tubuh. Penting mengurangi atau tidak

mengonsumsi bahan-bahan yang memang tidak baik bagi penyakit atau tubuh

di masa tua sehingga tidak memicu penyakit atau menurunkan kondisi

kesehatannya.

21
2. Kebutuhan Kalori

Dalam ilmu gizi, setiap usia membutuhkan kalori yang berbeda.

Kondisi ini tentu disesuaikan dengan kebutuhan tubuh pada saat itu. Factor

berat badan berpengaruh terhadap pengaturan asupan gizi yang tepat agar tidak

kurang atau kelebihan berat. Apabila, tubuh membutuhkan perhatian khusus

dari asupan gizinya, seperti apabila seseorang sedang sakit, dalam keadaan

hamil atau menyusui.

Pada dasarnya, kecukupan gizi pada usia menopause sama seperti

kecukupan gizi pada kelompok usia yang lebih muda. Satu-satunya

pengecualian adalah penurunan kebutuhan akan energy yang mengikuti

pertambahan usia. Penyebabnya adalah kegiatan fisik yang biasanya akan

menurun bersamaan dengan bertambahnya usia sehingga energy yang

dikeluarkan lebhi sedikit. Selain itu, perubahan pada komposisi dan fungsi

tubuh menyebabkan penurunan BMR (Basal Matabolic Rate), perubahan-

perubahan pada berat badan dan komposisi berat organ tubuh, dan

bertambahnya prevalensi penyakit. Apabila konsumsi energy tidak berkurang,

bera badan akan naik. Diet harus mempunyai nilai gizi yang tinggi untuk

menjamin terpenuhinya kebutuhan semua nutrient, sementara masukan energy

(jumlah total makanan) dikurangi. Tubuh membutuhkan gizi yang seimbang

karena di dalamnya mengandung zat-zat yang sangat membantu kerja organ

tubuh. Harus di dingat, tubuh tetap membutuhkan asupan gizi yang seimbang

sehingga perlu meningkatkan zat-zat gizi tertentu dengan jumlah sesuai

kebutuhan. Kebutuhan gizi yaitu protein, lemak, vitamin, dan mineral tidak

22
berkurang sewaktu seorang wanita menginjak usia lanjut, tetapi kebutuhannya

akan kalori berkurang. Oleh karena itu, sangat penting untuk memakan

makanan yang mengandung gizi tinggi dan menghindari makanan bergula dan

berlemak yang “berkalori tetapi tidak bergizi”

Anjuran dalam mengonsumsi makanan pada masa menopause


(Brunner, 1996)

Nutrisi Anjuran

Karbohidrat Makanlah lebih banyaj karbohidrat kompleks, seperti biji-

bijian utuh (whole grain), roti dan pasta (macaroni atau

spageti), kaccang-kacangan, nasi, sauran, dan buah-buahan.

Kurangi menggunakann gula dan makanan yang mengandung

banyak gula. Makanlah lebih banyak makanan yang kaya

akan serat

Protein Kurangi konsumsi protein hingga tidak melebihi 15% dari

jumlah kalori biasa. Dapatkan lebih banyak protein dari

sumber-sumber nabati dan kurangi sumber-sumber hewani

Lemak Kurangi jumlah konsumsi lemak hingga tidak melebihi 25-

30% dari jumlah kalori biasa. Siring mengurangi jumlah

konsumsi lemak, tingkatkan rasio “lemak yang baik” (tak

jenuh ganda) dan kurangi “lemak yang buruk” (jeuh).

Vitamin dan Makanlah berbagai macam sayuran dan buah-buhan setiap

mineral hari. Susu, produk susu, brokoli, dan sayuran berdaum jaihau

adalah sumber kalsium.

23
3. Pola Makan Sehat

Dengan semakin meningkatnya usia, nutrisi yang masuk kedalam tubuh juga

semakin diperhatikan. Apalagi jika menderita penyakit tertentu. Dibawah ini

petunjuk bagaimana mengelola makanan yang tepat agar menjadi zat-zat gizi

yang bermanfaat bagi tubuh. Berikut ini hal-hakk yang harus diperhatikan

dalam menerapkan pola makan yang sehat:

a. Pilihkan jenis makanan yang “bermanfaat” misalnya, memilih makanan

berprotein yang mengandung lemak tak jenuh, seperti ikan tuna dan

salmon. Lebih baik mengonsumsi protein nabati daripada protein hewani.

Patuhi jadwal makan, yaitu makan makanan bergizi seimbang tiga kali

sehari pada waktu yang tepat, yaitu sarapan, makan siang, dan makan

malam dan dua kali makan makanan selingan.

b. Jangan makan pada kondisi lapar karena akan membuat acara makan

terburu-buru dan banyak. Akibatnya akan membuat perut panas. Namun,

jangan makan pada waktu perut masih kenyang. Dikhawatirkan hal ini

menjadi kebiasaan yang dapat menimbun lemak dalam tubuh.

c. Selain bervariasi, perbanyaklah konsumsi makanan yang diolah dari bahan

makanan yang segar dengan proses pengolahan yang tidak terlalu lama.

Dengan demikian, kandungan zat gizinya diharapkan dapat diperoleh

secara maksimal.

d. Makanlah secukupnya, jangan turuti selera makan yang sedang meningkat

atau sebaliknya yang sedang menurun.

24
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Gizi atau nutrisi, merupakan ilmu yang mempelajari perihal makanan serta

hubungannya dengan kesehatan. Ilmu pengetahuan tentang gizi (nutrisi) membahas

sifat-sifat nutrient (zat-zat gizi) yang terkandung dalam makanan, pengaruh

metaboliknya serta akibat yang timbul bila terdapat kekurangan (ketidakcukupan)

gizi. Zat-zat gizi tidak lain adalah senyawa-senyawa kimia yang terkandung dalam

makanan yang pada gilirannya diserap dan digunakan untuk meningkatkan

kesehatan tubuh kita.

Pola makan diyakini membawa pengaruh pada siklus haid. Selain

pentingnya pemilihan kandungan nutrisi dan asupan gizi, pola makan yang teratur

dan baik memberikan banyak keuntungan serta kebaikan kepada tubuh secara

menyeluruh ketika haid maupun tidak ketika haid.

Status kualitas dari asupan nutrisi dan gizi mempengaruhi kinerja kalenjar

hipotalamus yang memiliki peran mengendalikan kelancaran siklus haid yang ada.

Bagaimanapun lakukanlah pola makan secara teratur. Apapun yang berlebihan

tidak baik. Makan terlalu sering ataupun makan terlalu jarang karena dalam diet

yang ekstrim tidak memberikan kebaikan apapun pada tubuh. Seperti halnya pola

makan, jika terdapat ketidakseimbangan dalam pola asupan dan kualitas gizi, maka

akan berpengaruh pada kelancaran siklus haid pula. Bahkan ketidakseimbangan

tersebut memberikan dampak pula pada terhentinya siklus sama sekali

(amenoreae).

25
B. Saran

1. Bagi mahasiswa agar dapat lebih menambah pengetahuan dalam hubungan

status gizi dengan kesehatan reproduksi.

2. Bagi tenaga kesehatan agar lebih menambah pengalaman dalam upaya

meningkatkan status gizi dalam kesehatan reproduksi yang berhubungan

dengan menstruasi dan menopause.

26

Anda mungkin juga menyukai