Disusun oleh :
Kelompok 4
Nama NIM
Fitriana 2021071014123
Alichia Aprilia 2021071014087
Ade Hardita 2021071014158
Ruth Petrika Yewes 2021071014192
Omince Soo
Falentina Hosyo 2021071014283
Sara Wersay 2021071014324
Helena Rumainum
Gristin Sub
Desi Luku
Natalia Padwa 2021071014039
Nikodemus Butu
Adolfina Ondoafo 2020071014631
Yosina kobak
Abad sebelum masehi filosof Junani bernama Hippocrates (460-377 SM), yang
dikenal sebagai Bapak Ilmu Kedokteran, dalam salah satu tulisannya berspekulasi
tentang peran makanan dalam “pemeliharaan kesehatan dan penyembuhan penyakit”
yang menjadi dasar perkembangan ilmu dietetika yang belakangan dikenal dengan
“Terapi Diit’. Memasuki abad ke-16 berkembang doktrin bukan saja pemeliharaan
kesehatan yang dapat dicapai dengan pengaturan makanan tetapi kemudian
berkembang juga tentang hubungan antara makanan dan panjang umur. Misalnya
Cornaro, yang hidup lebih dari 100 tahun (1366-1464) dan Francis Bacon (1561-
1626) berpendapat bahwa “makan yang diatur dengan baik dapat memperpanjang
umur”. Memasuki abad ke-17 dan ke-18, tercatat berbagai penemuan tentang sesuatu
yang dimakan (makanan) yang berhubungan dengan kesehatan semakin banyak dan
jelas, baik yang bersifat kebetulan maupun yang dirancang yang kemudian
mendorong berbagai ahli kesehatan waktu itu untuk melakukan berbagai percobaan.
Pada Abad ke-18 berbagai penemuan ilmiah dimulai, termasuk ilmu-ilmu yang
mendasari ilmu gizi. Satu diantaranya yang terpenting adalah penemuan adanya
hubungan antara proses pernapasan yaitu proses masuknya O2 ke dalam tubuh dan
keluarnya CO2, dengan proses pengolahan makanan dalam tubuh oleh Antoine
Laurent Lavoisier (1743- 1794). Lavoisier bersama seorang ahli fisika Laplace
merintis untuk pertama kalinya penelitian kuantitatif mengenai pernapasan dengan
percobaan binatang (kelinci). Oleh karena itu Lavoisier selain sebagai Bapak Ilmu
Kimia, dikalangan ilmuwan gizi dikenal juga sebagai Bapak Ilmu Gizi Dunia.
B. Sejarah Gizi Indonesia
Gizi merupakan bagian dari substansi pangan dan bagian dari substansi tubuh
manusia. Sementara pangan dan manusia adalah bagian kecil dari alam semesta. Istilah
gizi atau nutrition, berasal dari Bahasa latin “nutr” yang berarti “to nurture”, yaitu
memberi makan dengan baik. Sebutan nutrition mulai dikenal di Inggris pada awal abad
ke-19, sebelumnya istilah yang digunakan adalah “diet. Istilh nutrition mulai popular di
Inggris setalah publikasi berjudul Nutriology di Londonpada tahun 1812. Dalam tulisan
tersebut diungkap pentingnya makan aneka ragam makanan dari hewani dan nabati
termasuk buah dan sayur untuk hidup sehat (Drummond, 1991:
Di Indonesia istilah gizi di adopsi dari Bahasa Arab yait “ghiza” yang dalam
dialek Mesir di baca Ghizi artinya makanan yang menyehatkan. Pada tahun 1950 Prof.
Dr. Poerwo Soedarmo mendapat amanah untuk memimpin Insituut voor Volksvoeding,
selanjutnya dinamakan sebagai Lembaga Makanan Rakyat yang bertempat di Gedung
Eijkman di jalan Diponegoro No. 69, Jakarta, yaitu salah satu gedung yang berada dalam
lokasi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.
Pada masa itu masih banyak terjadi busung lapar, kwashiorkor, defisiensi vitamin
A dan angka kematian yang tinggi. Produksi pangan tidak mencukupi kebutuhan pokok,
dan konsumsi makanan yang kurang selama puluhan tahun menyebabkan sebagian besar
penduduk berada dalam “status tidak sehat tidak sakit”. Pemimpin Lembaga Makanan
Rakyat menyadari bahwa masalah gizi di Indonesia tidak dapat diatasi oleh satu instansi
saja. Berbagai instansi harus bekerjasama dan bertanggung jawab mengatasi masalah
tersebut.
Zat Gizi atau Nutrisi adalah zat pada makan yang dibutuhkan oleh organisme
untuk pertumbuhan dan perkembanga yang dimanfaatkan secara langsung oleh tubuh
yang meliputi protein, vitamin,mineral, lemak dan air. Zat gizi diperoleh dari makanan
yang didapatkan dalam bentuk sari makanan dari hasil pemecahan pada system
pencernaan. Zat gizi di bagi menjadi dua yaitu:
Pengertian menurut Lioni Ellis H, Gizi adaah komponen penting yang diperlukan
oleh tubuh umtuk tumbuh dan berkembang. Pengertian secara klasik, Gizi hanya
dibutuhkan dengan kesehatan tubuh (menyediakan eneri, membangun, memelihara
jaringan tubuh, mengatur proses – proses kehidupan dalam tubuh).
1) Undang-undang No.7 Tahun 1996 tentang pangan (pasal 1 no. 13 & 14 Bab VIII
tentang mutu pangan dan Gizi; pasal 27: 1-4)
2) Undang-undang No. 36 Tahun 1999 tentang kesehatan, Bab VIII tentang Gizi pasal
141.
Ilmu gizi kemudian dibagi menjadi dua ruang lingkup dalam bidang keilmuan yang
dilihat dari segi sifatnya yaitu sebagai berikut;
1) Ilmu gizi yang berkaitan dengan kesehatan perorangan yang disebut Gizi kesehatan
perorangan (Clinical Nutrition) yaitu, Gizi klinik lebih menitikberatkan pada kuratif
dari pada preventif dan promotif. Dengan pendekatan kuratif, prosesnya dimulai dari
anamnesia dan pengkajian status nutrisi pasien, pemeriksaan antropometri beserta
tindak lanjut terhadap gangguan, pemeriksaan radiologi dan tes laboratorium yang
berkaitan dengan status nutrisi pasien,serta interaksi timbal balik antara nutrient dan
obat-obatan.
2) Ilmu gizi yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat yang disebut Gizi kesehatan
masyarakat (Public Healt Nutrition), yang berkaitan dengan gangguan gizi pada
kelompok masyarakat, oleh sebab itu sifatnya lebih ditekankan pada pencegahan
(preventif) dan peningkatan (promotif). Termasuk tentang bahan tambahan Pangan
(pewarna, penyedap, dan bahan-bahan kontaminan lainnya).