Anda di halaman 1dari 13

PENGERTIAN GIZI

ruang lingkup dan sejarahnya – Kesehatan manusia tentunya berkaitan dengan asupan makanan
yang dikonsumsinya setiap hari. dimana makanan yang dikonsumsinya hendaknya merupakan
sumber dari berbagai nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk melakukan proses metabolism
tubuh. berbagai makanan tersebut tentunya dipelajari dalam Ilmu gizi. Nah untuk penjelasan
selengkapnya mengenai hal tersebut. silahkan simak penjelasan dibawah ini.

Pengertian Ilmu Gizi


Definisi dari ilmu gizi ini memang terdapat berbagai pendapat. Dimana secara garis besar ilmu
gizi merupakan ilmu yang mempelajari mengenai makanan yang berhubungan dengan kesehatan
tubuh secara optimal. Di sisi lan terdapat pendapat mengenai makna ilmu gizi, yang mana
merupakan ilmu makanan, zat-zat gizi dan substansi yang terkandung didalamnya, juga
mengenai peranan dan keseimbangannya untuk kesehatan tubuh.

Di sisi lain juga terdapat beberapa pengertian Ilmu gizi dari para ahli gizi yang menyatakan apa
itu Ilmu gizi. Salah satunya adalah Gutrie yang menyatakan bahwa ilmu gizi adalah sebuah ilmu
yang mempelajari mengenai makanan, zat gizi, proses pencernaan, metabolism dan penyerapan
dalam tubuh, juga disertai mengenai dampak dari kekurangan atau kelebihan gizi bagi tubuh. di
sisi lain Sediaoetama juga mendefinisikan mengenai ilmu gizi, yang mana merupakan sebuah
ilmu yang mempelajari hal yang berkaitan dengan makanan dan juga kesehatan tubuh

Sedangkan secara etimologis, bahwa kata gizi tersebut berasal dari bahasa arab. Ghidz yang
merupakan kata dalam bahasa arab yang artinya adalah makanan. Dengan beberapa penjelasan
dan definisi ilmu gizi diatas, dapat disimpulkan bahwa ilmu gizi adalah ilmu yang mempelajari
proses tubuh dalam memanfaatkan makanan yang dimulai dari mengunyah, menelan, mencerna,
menyerap, mendistribusikan, menggunakan dan membuang zat yang tidak digunakan.

Ruang Lingkup Ilmu Gizi

Setelah memahami akan makna ilmu gizi diatas, pembahasan selanjutnya beralih pada ruang
lingkup ilmu gizi.dimana cakupannya cukup luas. Ruang lingkup ilmu gizi tersebut terbagi
terdiri dari beberapa tahap. Pertama, input, yang merupakan proses makanan dimakan atau
dikonsumsi. Kedua, proses yang merupakan proses makanan dicerna, diserap dan digunakan
dalam proses metabolism tubuh. Ketiga adalah output, yang mana berperan dalam pertumbuhan
sel, pemeliharaan sel, memperlancar fungsi anatomis dan tubuh, serta berperan dalam
menghasilkan energi. Dan yang terakhir adalah outcome yang berbuah pada pertumbuhan fisik,
mental, kecerdasan dan juga produktivitas.
Mempelajari ilmu gizi tentunya juga perlu mengetahui akan ilmu-ilmu lain yang berkaitan
diantaranya adalah ilmu agronomi, ilmu angan, mikrobiologi, biokimia, faal, biologi molecular
dan juga kedokteran. Di masyarakat sendiri, diharapkan mereka mengetahui akan beberapa hal
penting yang berkaitan dengan gizi seperti gizi individu, keluarga, masyarakat, gizi instutusi dan
juga gizi olahraga.

Sejarah Ilmu Gizi

Pada awalnya ilmu gizi ini diperkenalkannya oleh bapak Gizi dunia yaitu seorang ahli kimia
berkewarganegaraan perancis, yaitu Antonie Lavoisier. Sedangkan di dalam negeri juga terdapat
ahli ilmu gizi yang berperan dalam memperkenalkan akan pentingnya ilmu gizi tersebut. prof.
DR. Poerwo Sudarmo merupakan bapak Gizi Indonesia yang memperkenalkan pentingnya akan
asupan makanan yang merupakan 4 sehat 5 sempurna.

Perkembangan ilmu gizi tentunya tidak hanya berhenti sampai disitu, pasalnya terdapat beberapa
penemuan yang sangat penting dalam dunia gizi. Salah satunya adalah penemuan mineral yang
terkandung dalam tulang dan gigi, selanjutnya juga ditemukan kalsium pada tahun 1808. Pada
tahun-tahun berikutnya juga mulai ditemukan nutrisi penting lainnya didalam tubuh seperti zat
besi, cairan elektrolit. Begitu juga dengan penemuan vitamin, yang mana sebelumnya telah
dilakukan berbagai penelitian sejak tahun 1887. Dan pada akhirnya 1912 vitamin dinyatakan
sebagai zat yang tidak tergolong zat gizi utama dalam pencegahan penyakit.

Pada tahun-tahun selanjutnya yaitu pada tahun 1955, penelitian tingkat molecular dan selular
mulai diadakan. Dengan hasil yang diperoleh merupakan pengertian tentang struktur sel yang
rumit dan kompleks. Sedangkan 5 tahun selanjutnya penelitian yang dilakukan mulai difokuskan
terhadap hubungan zat gizi, peranan biologic dan penetapan kebutuhan zat gizi pada manusia
serta pengolahan makanan terhadap kandungan gizi manusia.

Demikianlah penjelasan mengenai ilmu gizi yang telah dirinci mulai dari pengertian, ruang
lingkup beserta sejarah singkat perkembangan ilmu gizi baik di dunia maupun didalam negeri.
Istilah ilmu gizi dikenal di Indonesia pada tahun 1950, yang diterjemahankan dari kata Inggris
“nutrition“. Kata Gizi ini berasal dari kata “ghidza” dalam bahasa Arab, yang berarti makanan.
Kata “ghidza” dalam dialek Mesir dibaca “gizi”. Ada juga yang menerjemahkan dari kata
“nutrition” menjadi “nutrisi”.

Pengertian Ilmu Gizi adalah ilmu yang menganalisis mengenai pengaruh pangan yang
dikonsumsi terhadap organisme hidup. Definisi ilmu gizi yang lain yang lain yaitu ilmu gizi
mempelajari hubungan yang terjadi antara manusia dan pangan yang dikonsumsinya, serta
pengaruhnya terhadap aspek kejiwaan dan kehidupan sosialnya, yang juga meliputi aspek
fisiologis dan biokimiawi.

Ilmu gizi disebut juga sebagai ilmu mengenai pangan, zat zat gizi dan senyawa lain yang
terkandung di dalam bahan makanan. Reaksi, interaksi serta keseimbangannya yang
dihubungkan dengan penyakit dan kesehatan. Selain itu meliputi juga proses proses pencernaan
pangan, serta penyerapan, pemanfaatan, pengangkutan dan ekskresi zat zat oleh organisme.

Definisi ilmu gizi yang lain juga menyebutkan bahwa ilmu gizi mempelajari proses proses
organisme hidup di dalam menerima dan memanfaatkan bahan pangan yang diperlukan untuk
dapat memelihara fungsi organ tubuh dan pertumbuhan serta perbaikan jaringan.

Dari pemaparan di atas, definisi-definisi tersebut selalu mengandung dua unsur pokok, yaitu
Pangan dan Manusia atau masyarakat. Pada hakikatnya ilmu gizi merupakan gabungan dari
berbagai macam disiplin ilmu. Ilmu yang berkaitan dengan manusia atau masyarakat; seperti
ilmu faal, biokimia, ilmu kimia, ilmu dan teknologi pangan serta patologi.

Dengan luasnya ruang lingkup ilmu gizi, maka ilmu gizi ini dibagi dalam cabang cabang ilmu,
seperti : ilmu gizi manusia (human nutrition), ilmu gizi klinik (clinical nutrition), ilmu gizi
masyarakat (community nutrition), ilmu gizi hewan (animal nutrition), ilmu fisiologi gizi
(physiological nutrition) dan juga ilmu pangan (food science).

Perkembangan gizi sebagai ilmu pengetahuan berpangkal pada fungsi pangan untuk kehidupan.
Konsep yang sudah ada sejak zaman purba adalah : konsumsi pangan diperlukan untuk
kelangsungan hidup. Bahkan sampai sekarang masih banvak penduduk, terutama di negara
negara yang sedang berkembang, yang mempertaruhkan nyawanya agar memperoleh bahan
pangan. Dalam hal ini, segi kuantitatif (jumlah) lebih dipentingkan daripada segi kualitatif
(mutu). Pada abad ke 16, bangsa Mesir dan Romawi mulai memperhatikan segi kualitas (mutu)
pangan yang dikonsumsinya.
Setiap orang peduli dengan pangan untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Pangan mengandung
zat zat yang diperlukan oleh tubuh sebagai sumber energi untuk memelihara kelangsungan
proses proses di dalam tubuh, untuk tumbuh dan berkembang, serta agar dapat melakukan
aktivitas sehari-hari. Energi tersebut diperoleh dari hasil pembakaran karbohidrat (oksidasi),
lemak dan protein dalam tubuh.

Di alam terdapat berbagai jenis bahan pangan, baik itu yang berasal dari tanaman yang disebut
sebagai bahan pangan nabati maupun yang berasal dari hewan yang dikenal dengan bahan
pangan hewani. Diantara berbagai jenis bahan pangan tersebut, ada yang kaya akan satu jenis zat
gizi, sebaliknya ada juga yang miskin akan zat gizi tersebut. Umumnya tidak ada suatu bahan
pangan yang lengkap mengandung semua zat gizi di dalam jumlah yang mencukupi untuk
keperluan tubuh, kecuali air susu ibu (ASI) untuk bayi. Manusia memerlukan berbagai macam
bahan bahan pangan untuk menjamin agar semua zat gizi yang diperlukan tubuh dapat terpenuhi
dalam jumlah yang mencukupi.

Perlunya memilih pangan yang baik mengakibatkan berkembangnya ilmu gizi, bagaimana bahan
pangan diserap, dicerna, dimetabolisme dan diekskresikan. Zat zat gizi menyediakan berbagai
kebutuhan sel sel tubuh yang beraneka-ragam. Sel memerlukan energi, bahan bahan pembangun
dan bahan bahan untuk mengganti atau memperbaiki bagian bagian yang rusak. Setiap jenis sel
mempunyai kebutuhan yang berbeda. Contohnya, sel sel otot menghasilkan serat serat otot dan
oleh karena itu memerlukan protein. Setelah mengerjakan tugasnya, sel akan rusak dan perlu
diganti; Contohnya, sel darah merah diganti setiap enam minggu.

Para ahli gizi membagi zat zat gizi ke dalam 6 (enam) kelompok besar, yaitu: (1) karbohidrat, (2)
lemak, (3) protein, (4) vitamin, (5) mineral dan dan (6) air. Ada dua kelompok zat gizi, yang
pertama, yaitu karbohidrat (pati, gula) dan lemak merupakan sumber energi utama bagi tubuh,
dan yang kedua ialah protein yang merupakan zat pembangun dan zat pengganti sel sel yang
rusak, selain itu dapat digunakan juga sebagai sumber energi. Karbohidrat dan lemak juga
merupakan komponen yang diperlukan untuk pembentukan membran sel. Protein merupakan
sumber asam asam amino yang digunakan untuk melaksanakan fungsi sel dan penggantian sel.
Protein (asam amino) merupakan sumber senyawa bernitrogen, yang dapat digunakan untuk
membentuk asam nukleat untuk pembuatan bahan genetik. Dalam berbagai hal, sel dapat
mengubah suatu zat menjadi molekul kelompok zat gizi lain; contohnya karbohidrat (glukosa)
dan protein (asam amino), keduanya dapat dikonversi menjadi lemak; sedangkan protein dan
lemak dapat diubah juga menjadi karbohidrat (glukosa, glikogen).

Sementara itu, tiga kelompok yang lain, yaitu air, vitamin dan mineral, yang bukan merupakan
senyawa pembangun atau sumber energi. Namun demikian, kelompok ini memiliki peranan
penting di dalam tubuh. Air sangat esensial bagi kehidupan, karena lebih dari setengah bagian
jaringan makhluk hidup terdiri dari air. Fungsi air yaitu : 1) merupakan komponen utama semua
sel; 2) air merupakan medium tempat berlangsungnya transpor energi kimia dan semua reaksi
biokimia yang melandasi kehidupan jaringan tubuh seperti tulang, gigi, kulit dan sel darah
merah; 3) serta sebagai bahan pengatur dalam menjaga konsentrasi tertentu ion ion anorganik di
dalam dan di luar sel, dalam proses pembekuan darah serta dalam berbagai proses metabolisme
lainnya. Vitamin merupakan komponen dari berbagai macam sistem enzim yang vital bagi sel,
sehingga dapat juga dikatakan mengatur berbagai proses metabolisme, di samping juga
mempengaruhi pertumbuhan dan pembentukan sel sel baru. Demikian juga mineral, di samping
sebagai komponen struktural tubuh, sebagian mineral juga merupakan komponen berbagai
macam enzim.

Contoh makanan bergizi


GIZI SEIMBANG

Gizi seimbang
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Gizi seimbang[1] adalah susunan makanan sehari–hari yang mengandung zat-zat gizi dalam jenis
dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memerhatikan prinsip keanekaragaman
atau variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan, dan berat badan (BB) ideal[2].

Di Amerika Serikat dan beberapa negara lain, prinsip Gizi Seimbang divisualisasi berupa
“piramida” Gizi Seimbang. Tidak semua negara menggunakan piramida, tetapi disesuaikan
dengan budaya dan pola makan setempat. Misalnya, di Thailand dalam bentuk piramida terbalik
sebagai “bendera”, dan di China sebagai “pagoda” dengan tumpukan rantang. Para pakar gizi
yang bergabung dalam Yayasan Institut Danone Indonesia (DII) bersama para penulis dari
Tabloid Nakita (Kompas-Gramedia), mengadaptasi piramida sesuai dengan budaya Indonesia,
dalam bentuk tumpeng dengan nampannya yang untuk selanjutnya akan disebut sebagai
“Tumpeng Gizi Seimbang” (TGS).* TGS dirancang untuk membantu setiap orang memilih
makanan dengan jenis dan jumlah yang tepat, sesuai dengan berbagai kebutuhan menurut usia
(bayi, balita, remaja, dewasa dan usia lanjut), dan sesuai keadaan kesehatan (hamil, menyusui,
aktivitas fisik, sakit).

Tumpeng Gizi Seimbang, oleh Yayasan Institut Danone Indonesia

Tumpeng Gizi Seimbang (TGS) menggambarkan 4 prinsip Gizi Seimbang (TGS)[3] meragakan 4
prinsip Gizi Seimbang (GS): aneka ragam makanan sesuai kebutuhan, kebersihan, aktivitas fisik
dan memantau berat badan ideal. TGS terdiri atas beberapa potongan tumpeng: satu potongan
besar, dua potongan sedang, dua potongan kecil, dan di puncak terdapat potongan terkecil.
Luasnya potongan TGS menunjukkan porsi makanan yang harus dikonsumsi setiap orang per
hari. TGS yang terdiri atas potongan-potongan itu dialasi oleh air putih. Artinya, air putih
merupakan bagian terbesar dan zat gizi esensial bagi kehidupan untuk hidup sehat dan aktif.
Dalam sehari, kebutuhan air putih untuk tubuh minimal 2 liter (8 gelas). Setelah itu, di atasnya
terdapat potongan besar yang merupakan golongan makanan pokok (sumber karbohidrat).
Golongan ini dianjurkan dikonsumsi 3—8 porsi. Kemudian di atasnya lagi terdapat golongan
sayur dan buah sebagai sumber vitamin dan mineral. Keduanya dalam potongan yang berbeda
luasnya untuk menekankan pentingnya peran dan porsi setiap golongan. Ukuran potongan sayur
dalam PGS sengaja dibuat lebih besar dari buah yang terletak di sebelahnya. Dengan begitu,
jumlah sayur yang harus dilahap setiap hari sedikit lebih besar (3-5 porsi) daripada buah (2—3
porsi). Selanjutnya, di lapisan ketiga dari bawah ada golongan protein, seperti daging, telur, ikan,
susu dan produk susu (yogurt, mentega, keju, dan lain-lain) di potongan kanan, sedangkan di
potongan kiri ada kacang-kacangan serta hasil olahan seperti tahu, tempe, dan oncom.

Terakhir dan menempati puncak TGS makanan dalam potongan yang sangat kecil adalah
minyak, gula, dan garam, yang dianjurkan dikonsumsi seperlunya. Pada bagian bawah tumpeng
terdapat prinsip Gizi Seimbang lain, yaitu pola hidup aktif dengan berolahraga, menjaga
kebersihan dan pantau berat badan. Karena prinsip gizi seimbang didasarkan pada kebutuhan zat
gizi yang berbeda menurut kelompok umur, status kesehatan, dan jenis aktivitas, maka satu
macam TGS tidak cukup. Diperlukan beberapa macam TGS untuk ibu hamil dan menyusui, bayi
dan balita, remaja, dewasa, dan usia lanjut.

Sejarah Gizi Seimbang


Gizi terjemahan dari bahasa Inggris "Nutrition" dan “nutrition science”. Meskipun belum resmi
ditetapkan oleh Lembaga Bahasa Indonesia, istilah Gizi dan Ilmu Gizi telah dipakai oleh
Prof.Djuned Pusponegoro, dalam pidato pengukuhannya sebagai guru besar ilmu penyakit anak
di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun 1952[4]. Tahun 1955 , Ilmu Gizi resmi
menjadi mata kuliah di Fakultas Kedokteran UI, dan tahun 1958 secara resmi dipakai dalam
pidato pengukuhan Prof.Poerwo Soedarmo[5] sebagai Guru Besar Ilmu Gizi pertama di
Indonesia, di Fakultas Kedokteran UI. Sejak itu sampai sekarang banyak Fakultas Kedokteran ,
Fakultas Pertanian , Fakultas Teknologi Pangan, Fakultas Kesehatan Masyarakat telah
mendirikan Bagian atau Departemen Ilmu Gizi. Tahun 1965 di Jakarta diresmikan Akademi Gizi
dari Departemen Kesehatan, yang sampai sekarang tersebar di hampir semua propinsi di
Indonesia sebagai Pendidikan Politeknis Kesehatan Jurusan Gizi . Pengesahan kata Gizi sebagai
terjemahan resmi dari Nutrition dan Nutrition Science[6], diperoleh pada akhir tahun 50an dari
Prof DR. Haryati Soebadio seorang dosen, ahli bahasa, dan sebagai direktur Lembaga Bahasa
Indonesia Fakultas Sastra UI . Prof.DR.Soebadio, menjelaskan tentang akar bahasa Indonesia
kebanyakan dari bahasa Arab dan Sanksekerta. Kata Inggris Nutrition dalam bahasa Arab di
sebut GHIZAI, dan dalam bahasa Sanksekerta SVASTAHARENA. Keduanya artinya sama,
makanan yang menyehatkan. Atas petunjuk tersebut Prof.Poerwo Soedarmo, ketika itu masih
menjabat sebagai Kepala Lembaga Makanan Rakyat Kementerian Kesehatan dan Direktur
Akademi Gizi Kementerian Kesehatan, bapak gizi Indonesia memilih kata GIZI sebagai
terjemahan resmi kata nutrition, yang sejak tahun 1952 kata GIZI itu sudah dipakai dikalangan
ilmu kedokteran dan kesehatan masyarakat. Sedang kata SVASTAHARENA di pakai dalam
lambang organisasi PERSAGI,[7] sampai sekarang.

Ilmu Gizi dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari " Proses Makanan sejak
masuk mulut sampai dicerna oleh organ-organ pencernakan, dan diolah dalam suatu sistem
metabolisme menjadi zat-zat kehidupan (zat gizi dan zat non gizi) dalam darah dan dalam sel-sel
tubuh membentuk jaringan tubuh dan organ-organ tubuh dengan fungsinya masing-masing
dalam suatu sistem, sehingga menghasilkan pertumbuhan (fisik) dan perkembangan (mental) ,
kecerdasan, dan produktivitas sebagai syarat dicapainya tingkat kehidupan sehat, bugar dan
sejahtera."

Ilmu gizi publik adalah ilmu gizi yang diaplikasikan untuk kesejahteraan publik (masyarakat
luas) dengan tidak sengaja mengkaitkannya dengan masalah kesehatan masyarakat, tetapi juga
dengan masalah-masalah ekonomi, kemiskinan, pertanian, lingkungan hidup, pendidikan ,
kesetaraan gender, dan masalah-maslah pembangunan manusia lainnya.

Secara pendek dan populer ilmu gizi sering diartikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan
makanan dengan kesehatan. Sementara itu pada saat yang bersamaan fakultas kedokteran hewan
IPB menterjemahkan Animal Nutrition sebagai nutrisi makanan ternak. Dengan demikian nutrisi
lebih banyak di pakai untuk makanan ternak sedangkan gizi resmi di pakai di fakultas kedokteran
dan semua lembaga gizi.

Dulu kita mengenal pedoman makan berslogan “4 Sehat 5 Sempurna” (4S5S) yang dipopulerkan
oleh Prof. Poerwo Soedarmo, , pada tahun 1950-an. Namun, sejak tahun 1990-an, pedoman
tersebut dianggap tak lagi sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi gizi.
Hal ini juga sesuai dengan adanya perubahan pedoman “Basic Four” di Amerika Serikat—yang
merupakan acuan awal 4S5S pada masa itu—menjadi “Nutrition Guide for Balance Diet”. Di
Indonesia, “Nutrition Guide for Balance Diet” diterjemahkan menjadi “ Pedoman Gizi
Seimbang” (PGS)[8]. Pada konferensi pangan sedunia tahun 1992 di Roma dan Genewa, yang
diadakan oleh FAO, dalam rangka menghadapi beban ganda masalah gizi di negara berkembang,
antara lain ditetapkan agar semua negara berkembang yang semula menggunakan pedoman
sejenis “Basic Four” memperbaiki menjadi “Nutrition Guide for Balance Diet”. Indonesia
menerapkan keputusan FAO tersebut dalam kebijakan Repelita V tahun 1995 sebagai PGS dan
menjadi bagian dari program perbaikan gizi. Namun, PGS kurang disosialisasikan sehingga
terjadi pemahaman yang salah dan masyarakat cenderung tetap menggunakan 4S5S. Baru pada
tahun 2009 secara resmi PGS diterima oleh masyarakat, sesuai dengan Undang-Undang
Kesehatan No. 36 tahun 2009 yang menyebutkan secara eksplisit “Gizi Seimbang” dalam
program perbaikan gizi.

Perbedaan Empat Sehat Lima Sempurna dengan Gizi


Seimbang
Sesuai dengan prinsip Gizi Seimbang, pola makan berdasarkan "Pedoman Gizi Seimbang" (PGS)
tidak dapat berlaku sama untuk setiap orang. Tiap golongan usia, status kesehatan, dan aktivitas
fisik, memerlukan PGS yang berbeda sesuai kondisi masing-masing. Hal ini berbeda dengan pola
makan berdasarkan slogan "4 sehat 5 sempurna" (4S & 5S) yang berlaku bagi semua orang di
atas dua tahun. Tak jelas bagaimana pedoman yang mengelompokkan makanan hanya ke dalam
4 kelompok secara kualitatif itu dapat menjadi acuan untuk memenuhi kebutuhan berbagai
golongan masyarakat. Pada saat slogan 4S5S diciptakan tahun 1950-an, diasumsikan bahwa
kebiasaan makan masyarakat makin sehat sehingga berbagai masalah kesehatan karena
kekurangan dan kelebihan gizi dapat dicegah dan dikurangi. Asumsi ini ternyata tidak terwujud,
baik di Indonesia maupun negara-negara lain, termasuk negara asal 4S5S di AS. Oleh karena itu
pedoman 4S5S sejak awal tahun 1990-an secara internasional telah digantikan oleh pedoman
yang lebih rinci yang disebut PGS dengan alasan sebagai berikut.

Pertama,

 Susunan makanan yang terdiri atas 4 kelompok ini, belum tentu sehat, bergantung apakah porsi
dan jenis zat gizinya sesuai dengan kebutuhan. Contoh, jika pola makan kita sebagian besar
porsinya terdiri atas sumber karbohidrat (nasi), sedikit sumber protein, sedikit sayur dan buah
sebagai sumber vitamin, maka pola makan tersebut tidak dapat dianggap sehat. Sebaliknya, jika
pola makan kita terlalu banyak sumber lemak dan protein seperti hidangan yang banyak daging
dan minyak atau lemak, tetapi sedikit sayur dan buah, maka pola makan itu tak dapat dianggap
sehat.

 Selain jenis makanan, pola makan berdasarkan PGS menekankan pula proporsi yang berbeda
untuk setiap kelompok yang disesuaikan atau diseimbangkan dengan kebutuhan tubuh. PGS pun
memperhatikan aspek kebersihan makanan, aktivitas fisik, dan kaitannya dengan pola hidup
sehat lain.

Kedua,

 Susu bukan "makanan sempurna" seperti anggapan umum selama ini. Dengan anggapan itu
banyak orang, termasuk kalangan pemerintah, menganggap susu merupakan "jawaban" atas
masalah gizi[9]. Sebenarnya, susu adalah sumber protein hewani yang juga terdapat pada telur,
ikan dan daging.

 Oleh karena itu di dalam PGS, susu ditempatkan dalam satu kelompok dengan sumber protein
hewani lain. Dari segi kualitas protein, telur dalam ilmu gizi dikenal lebih baik dari susu karena
daya cerna protein telur lebih tinqggi daripada susu.

Ketiga,

 Slogan 4S5S yang dipopulerkan oleh Prof. Poerwo Soedarmo, Bapak Gizi Indonesia, pada tahun
1950-an dianggap tak lagi sesuai dengan perkembangan iptek gizi, seperti halnya slogan "Basic
Four" di Amerika yang merupakan acuan awal 4S5S pada masa itu. "Basic Four" dari AS yang
diciptakan tahun 1940-an bertujuan mencegah pola makan orang Amerika yang cenderung
banyak lemak, tinggi gula, dan kurang serat. Namun, setelah dievaluasi tahun 1970-an, ternyata
slogan tersebut tidak memperbaiki pola makan penduduk Amerika, yang disertai dengan
meningkatnya penyakit degeneratif terkait gizi. Sejak itu, slogan "Basic Four" diperbarui dan
disempurnakan menjadi "Nutrition Guide for Balance Diet" dengan visual piramida.

 Di Indonesia "Nutrition Guide for Balance Diet" diterjemahkan menjadi PGS yang juga
menggunakan visual piramida. Berbeda dengan Nutrition Guide AS yang berlaku untuk usia di
atas 2 tahun, di Indonesia PGS berlaku sejak bayi dengan memasukkan ASI eksklusif sebagai Gizi
Seimbang.
Pada konferensi pangan sedunia yang diadakan oleh FAO tahun 1992 di Roma dan Genewa,
antara lain ditetapkan agar semua negara berkembang yang semula menggunakan slogan sejenis
"Basic Four" memperbaiki menjadi "Nutrition Guide for Balance Diet". Keputusan FAO tersebut
diterapkan di Indonesia dalam kebijakan Repelita V tahun 1995 sebagai PGS dan menjadi bagian
dari program perbaikan gizi. Namun, PGS kurang disosialisasikan sehingga terjadi pemahaman
yang salah dan masyarakat cenderung tetap menggunakan 4S5S. Baru pada tahun 2009 secara
resmi PGS diterima masyarakat, sesuai dengan Undang-Undang Kesehatan No 36 tahun 2009
yang menyebutkan secara eksplisit "Gizi Seimbang" dalam program perbaikan gizi.

Anda mungkin juga menyukai