Anda di halaman 1dari 10

ISSN: 2303-288X Vol. 1, No.

2, Oktober 2012

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR


METODE PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
BERBASIS PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW
UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN
DAN KEMAMPUAN APLIKATIF MAHASISWA

Gede Nurjaya

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra, Fakultas Bahasa dan Seni,


Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, Indonesia

Abstrak

Tujuan utama penelitian ini adalah menghasilkan bahan ajar Metode Pembelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia yang mampu meningkatkan pemahaman dan kemampuan
aplikatif mahasiswa. Untuk tujuan itu, rancangan penelitian yang digunakan adalah
rancangan penelitian dan pengembangan (R&D). Penelitian ini membutuhkan waktu dua
tahun untuk menghasilkan produk yang siap pakai.
Pada tahun kedua ini adalah uji coba efektivitas penggunaan bahan ajar. Hasilnya
adalah sebagai berikut ini. (1) Prestasi mahasiswa setelah diajarkan dengan menggunakan
bahan ajar yang telah disusun berada pada kategori baik dengan rata-rata skor 79,42. Skor
untuk pemahaman sebesar 81,17 dalam kategori baik, lebih tinggi dibandingkan skor
kemampuan aplikatif yang sebesar 76,8 pada kategori baik juga. (2) Respon mahasiswa
terhadap penggunaan bahan ajar dalam pembelajaran adalah positif dengan rata-rata 4,43
pada skala 5. (3) Kendalaa yang dihadapi oleh mahasiswa saat penggunaan bahan ajar
tersebut dalam pembelajaran adalah kekurang waktu dan ada beberapa bagian bahan ajar
yang sulit dipahami karena redaksinya.

Kata kunci: bahan ajar, prestasi, respon, kendala

Abstract

The study aimed at producing learning materials for the course of “Method of
Indonesian language and arts” in order to be able to increase the students’ comprehension
and application. The research design used was resarch and development model (R&D). The
study needed some steps before producing a ready-to-use product.
In the second year of the reserach project, the study conducted an experiment to
measure the efficacy of the product. The results of the experiment was as follows: a)
Students achievement after being taught using the designed learning materials falls within
the good category with M=79.42. The means of comprehension score is 81.17 which is
categorised good. It is higher than the score of application which is 76.8; b) students
response is very positif towards the use of designed learning materials as shown by means
of score which is 4.43 at scale 5. c) the only constraint faced by students in using the
designed learning materials is the time allotment. Besides, some parts of the materials are
difficult to understand, especially, their sentences.

Keywords: learning materials, achievement, response, constraint

Jurnal Pendidikan Indonesia | 102


ISSN: 2303-288X Vol. 1, No. 2, Oktober 2012

PENDAHULUAN Untuk menanggulangi


Mata kuliah Metode Pengajaran permasalahan seperti itu, telah ditemukan
Bahasa dan Sastra Indonesia (MPBSI) model pembelajaran yang efektif yaitu
adalah salah satu mata kuliah yang pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Model
diharapkan dapat membentuk mahasiswa ini ternyata mampu meningkatkan
menjadi seorang guru Bahasa dan Sastra pemahaman teoretis dan kemampuan
Indonesia. Dengan demikian, mata kuliah ini aplikatif mahasiswa dalam mata kuliah
seharusnya membekali peserta didik tersebut. Hal ini dimungkinkan karena model
berbagai konsep dan keterampilan mengajar ini memberikan kesempatan kepada
yang dibutuhkan untuk menjadi seorang mahasiswa untuk memahami konsep
guru Bahasa dan Sastra Indonesia. Selain metode PBSI tersebut secara berkelompok.
itu, mata kuliah ini seharusnyalah menjadi Pemahaman secara berkelompok
mata kuliah yang bersifat aplikatif bukan diharapkan mampu menjadi solusi
sekadar teoretis belaka. Hanya saja, untuk pemecahan permasalahan yang muncul
menjadikan mata kuliah ini sebagai bidang ketika mereka mempelajari konsep metode
yang aplikatif tampaknya masih merupakan tersebut secara mandiri. Apalagi pada saat
kendala yang perlu dipecahkan. pemahaman konsep secara kelompok ini,
Dari pengalaman membimbing mereka dibimbing oleh dosen
mahasiswa yang mengambil mata kuliah pembimbingnya. Setelah terjadi
pengajaran mikro dan pada saat mereka pemahaman konsep, secara individu,
praktik mengajar di sekolah, kentara sekali mereka harus bertanggung jawab terhadap
bahwa mahasiswa lebih banyak mengetahui pemahamannya karena mereka akan
hal ihwal metode pengajaran bahasa secara menyampaikan pemahamannya kepada
verbalistis (teoretis). Pengetahuan mereka teman lain pada kelompok lain. Kegiatan
itupun kurang disertai pemahaman yang menyajikan pemahaman kelompok oleh
bersifat analitis apalagi praktis. Keadaan individu kepada teman dari kelompok lain ini
yang demikian ini menyebabkan mereka, mengharuskan mereka untuk memiliki
umumnya, kurang memiliki keterampilan pemahaman yang betul-betul baik agar
untuk mengaplikasikan konsep-konsep kelompok lain juga memiliki pemahaman
Metode Pengajaran Bahasa dan Sastra yang sama dengan yang dimiliki oleh
Indonesia dalam pembelajaran ketika kelompoknya sendiri.
mereka praktik mengajar. Pemahaman Selain pemahaman yang baik
konsep mereka pun ternyata kurang terhadap konsep yang menjadi tugasnya,
memadai juga. mahasiswa secara individu juga harus
Keadaan demikian itu, tampaknya mempersiapkan teknik penyajian yang baik
disebabkan oleh pembelajaran mata kuliah sehingga memudahkan teman dari
tersebut yang kurang memberikan kelompok lain memahami konsep yang
kesempatan bagi para mahasiswa untuk, disajikan. Pada tahap menyajikan konsep
selain mampu memahami konsep pada kelompok lain inilah berbagai startegi
metodelogi. juga mampu harus diterapkan dan berbagai
mengaplikasikannya dalam kegiatan perlengkapan untuk mengajar harus
pembelajaran. disiapkan. Tahap ini menjadi kunci

Jurnal Pendidikan Indonesia | 103


ISSN: 2303-288X Vol. 1, No. 2, Oktober 2012

penguasaan keterampilan mengaplikasikan Bahan ajar yang telah tersusun


berbagai konsep yang telah dikuasai. memiliki peranan penting dalam
Agar model pembelajaran dapat pembelajaran. Dalam pandangan tradisional
terlaksana dengan baik maka diperlukan seperti dikemukakan oleh macomber (1952),
perangkat pembelajaran lainnya seperti bahan ajar merupakan ”subject matter”.
bahan ajar dan evaluasi yang relevan Bahan ajar yang saat itu sering disebut
dengan model yang digunakan. Dengan materi pelajaran dikatakan sebagai suatu
pertimbangan bahwa model pembelajaran kebulatan pengetahuan yang tersusun
tidak dapat berdiri sendiri, tanpa perangkat secara sistematis dari satuan-satuan materi
pendukungnya, maka dilakukanlah pelajaran. Pandangan modern justru
penelitian pengembangan bahan ajar untuk menganggap materi pelajaran bukanlah
mata kuliah Metode Pembelajaran Bahasa tujuan. Bahan ajar adalah alat dan media
dan Sastra Indonesia. yang memberi peluang kepada siswa untuk
Penelitian pengembangan bahan memperoleh pengalaman belajar. Dengan
ajar Metode PBSI ini ditujukan untuk dan melalui bahan ajar yang tersedia,
menghasilkan bahan ajar untuk mata kuliah pembelajar akan memperoleh pengalaman
Metode Pembelajaran Bahasa dan Sastra berhubungan dengan a) fakta-fakta dalam
Indonesia yang berkualitas dengan kehidupan, b) model-model kehidupan, c)
berbasiskan pembelajaran kooperatif jigsaw simbol-simbol yang dipakai dalam
untuk dapat meningkatkan pemahaman dan kehidupan (Sriasih, 2008). Melalui
kemampuan aplikatif mahasiswa. pengalaman ini pembelajar akan berlatih 1)
Untuk mencapai tujuan utama menilai dan mengembangkan ide-ide, 2)
tersebut diperlukan tujuan khusus yang memecahkan persoalan, 3) memperoleh
memerlukan dua tahap penelitian. Untuk keterampilan, dan 4) membina dan
tahun pertama, tujuan khusus ini adalah mengembangkan sikap mental serta daya
untuk menetapkan dan mendifinisikan apresiatif dan kreatif.
syarat-syarat bahan ajar yang sesuai Bahan ajar yang tersusun dalam
dengan kebutuhan kurikulum dan kebutuhan bentuk modul biasanya memberi peluang
mahasiswa, menemukan prototype bahan yang lebih banyak kepada mahasiswa untuk
ajar yang dibutuhkan, dan menetapkan mencapai harapan di atas. Modul sendiri
tingkat validitas bahan ajar melalui validasi. menurut Russel (1974:3) adalah ”...an
Tujuan tahun kedua adalah untuk instructional package dealing with a single
mengetahui tingkat efektifitas bahan ajar conseptual unit of subject matter”,
yang disusun terhadap peningkatkan sedangkan Warwich (1996) mendefinisikan
pemahaman dan kemampuan aplikatif modul sebagai suatu unit kurikulum yang
mahasiswa pada mata kuliah Metode lengkap, dan dapat ditambah dengan
Pembelajaran Bahasa dan Sastra pencapaian tugas yang lebih besar atau
Indonesia. Kegiatan tahun kedua ini tujuan-tujuan jangka panjang. Modul
merupakan tahap uji coba penggunaan sebagai bahan pembelajaran memiliki
bahan ajar untuk mengetahui prestasi dan struktur yang khas terdiri dari pendahuluan
respon mahasiswa, serta kendala yang yang berisi uraian singkat tentang cakupan
dihadapi jika pembelajaran menggunakan materi modul, tujuan pembelajaran, dan
bahan ajar yang disusun. urutan bahasan (kegiatan belajar). Pada

Jurnal Pendidikan Indonesia | 104


ISSN: 2303-288X Vol. 1, No. 2, Oktober 2012

kegiatan belajar berisi sajian materi, contoh, mengetahui prestasi dan respon mahasiswa
latihan serta rangkuman yang bersifat terhadap penggunaan bahan ajar yang
interaktif untuk menumbuhkan pembelajaran tersusun. Selain itu, juga untuk mengetahui
(Winataputra, dkk, 1972:2). Modul kendala yang dihadapi. Sehubungan
diharapkan disusun sedemikian rupa agar dengan itu, data penelitian ini dikumpulkan
memungkinkan 1) meningkatkan secara dengan metode tes dan angket. Metode tes
maksimal kegiatan pembelajaran, 2) meliputi tes pemahaman dan tes unjuk kerja
terselenggaranya proses maju berkelanjutan untuk menjaring kemampuan aplikatif.
secara efektif, 3) pembelajaran berpusat Angket dipakai untuk menjaring data respon
pada siswa (Depdikbud, 1985:4). Modul dan kendala yang dihadapi. Untuk respon,
yang disusun dengan baik dapat digunakan angket terstruktur dan untuk
memberikan banyak keuntungan, yaitu 1) kendala digunakan angket terbuka.
dapat meningkatkan secara maksimal
pembelajaran, 2) pembelajar lebih aktif HASIL DAN PEMBAHASAN
dalam proses belajarnya karena Hasil Prestasi mahasiswa
menghadapi sejumlah masalah atau tugas Pelaksanaan uji coba penggunaan
yang harus dikerjakan, 3) dapat memberikan bahan ajar Metode PBSI dalam
balikan dengan segera sehingga pembelajar pembelajaran dilaksanakan pada semester
dapat mengetahui hasil belajarnya, 4) genap tahun ajaran 2010/2011. Uji coba ini
kegiatan pembelajar terarah karena modul melibatkan tiga kelas yang ada di Jurusan
mengandung sasaran belajar yang jelas, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
dan 5) keterlibatan pengajar dalam dengan jumlah mahasiswa yang terlibat
pembelajaran sangat minimal (Russel, ketika uji coba sebanyak 60 orang dengan
1974:20; Suryobroto, 1983:16; dan rincian sebagai berikut: kelas A sebanyak
Nasution, 2000:206). 28 orang, kelas B sebanyak 18 orang, dan
kelas C sebanyak 14 orang. Uji coba
METODE PENELITIAN dilaksanakan sebanyak dua kali dengan
Penelitian ini menggunakan materi yang diajarkan adalah pendekatan
rancangan penelitian dan pengembangan komunikatif dan model pembelajaran
dengan tahapan yang sering dikenal dengan konstruktivisme.
4-D (define, design, develop, disseminate). Setelah dilakukan tes sehabis
Pengembangan materi pembelajaran ini pelaksanaan pembelajaran dengan
mengacu pada model pengembangan Dick menggunakan bahan ajar “Metode PBSI”
& Carey (1990). yang disusun ditemukan prestasi mahasiswa
Kegiatan penelitian ini terdiri dari: berada pada kategori baik dengan rata-rata
(1) melakukan analisis kebutuhan (need 79,42. Jika dilihat secara parsial masing-
assesment), (2) menetapkan pokok-pokok masing kemampuan, yaitu kemampuan
materi yang akan dikembangkan, dan (3) pemahaman konsep dan kemampuan
mengembangkan prototype, (4) validasi ahli, aplikatif, tampak ada perbedaan, walupun
(5) uji coba. masih berada pada kategori baik. Rata-rata
Pada tahun kedua dari kemampuan pemahaman mahasiswa
pengembangan bahan ajar Metode PBSI ini adalah 81,17, sedangkan rata-rata
dilakukan tahapan uji coba untuk kemampuan aplikatif adalah 76,8.

Jurnal Pendidikan Indonesia | 105


ISSN: 2303-288X Vol. 1, No. 2, Oktober 2012

Kemampuan pemahaman ternyata lebih Jika dilihat perimbangan antara


tinggi dari kemampuan aplikatif dengan kategori prestasi mahasiswa, tampaknya
selisih 4,37 poin. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa tergolong ke
mahasiswa lebih mampu memahami konsep dalam kategori sangat baik, seperti tampak
dibandingkan dengan mengaplikasikan pada tabel berikut.
konsep yang dipahaminya.

Tabel 1: Perimbangan jumlah dan persentase kategori prestasi mahasiswa


No Kateori Jumlah Persentase
1. Sangat baik 27 45
2. Baik 21 35
3. Cukup 12 20
4. Kurang - -
5. Sangat kurang - -
Jumlah 60 100

Tabel di atas memperlihatkan perimbangan dengan pembelajaran dengan cara seperti


tingkat prestasi mahasiswa berdasarkan yang diterapkan dosen, (2) Saya senang
kategorinya. Dari tabel tersebut terlihat dosen memberikan bahan ajar untuk
bahwa kategori prestasi mahasiswa berada didiskusikan, (3) Saya tertarik dengan model
pada tiga kategori yaitu sangat baik, baik, penataan bahan ajar yang diberikan, (4)
dan cukup. Tidak ada mahasiswa yang Saya dapat memahami bahan ajar yang
berada pada kategori kurang dan sangat diberikan guru, (5) Bahan ajar memudahkan
kurang. Kategori sangat baik bahkan saya dalam memahami materi pelajaran, (6)
menduduki peringkat teratas dengan jumlah Saya bisa mengaplikasikan konsep yang
45%. Kategori cukup malahan berada pada ada pada bahan ajar untuk menyusun
peringkat paling rendah dengan jumlah 20% skenario pembelajaran, (7) Saya bisa
masih di bawah kategori baik yang sebesar membuat skenario pembelajaran dengan
35%. mengkaji bahan ajar yang diberikan dosen
secara berkelompok, dan (8) Saya ingin
Hasil Respon Mahasiswa dosen tetap memberikan bahan ajar dalam
Utuk menjaring respon mahasiswa setiap pembelajaran. Hasil angket berupa
terhadap efektivitas penggunaan bahan ajar respon mahasiswa terhadap penggunaan
Metode PBSI dalam pembelajaran, bahan ajar Metode PBSI dalam
digunakan delapan pernyataan. Kedelapan pembelajaran, dapat dilihat pada tabel
pernyataan tersebut adalah (1) Saya senang berikut.

Jurnal Pendidikan Indonesia | 106


ISSN: 2303-288X Vol. 1, No. 2, Oktober 2012

Tabel 2: Hasil angket respon mahasiswa terhadap penggunaan bahan ajar


metode PBSI dalam pembelajaran
Pilihan Jawaban
No.
SS S KS (3) TS STS Rerata Kategori
Pernyataan
(5) (4) (2) (1)
1. 45 15 - - - 4,75 Sangat positif
2. 35 25 - - - 4,58 Sangat positif
3. 25 35 - - - 4,42 positif
4. 5 55 - - - 4,01 positif
5. 20 40 - - - 4,33 Positif
6. 20 40 - - - 4,33 positif
7. 20 40 - - - 4,33 Positif
8. 45 15 - - - 4,75 Sangat positif
Jumlah rata 1+2+3+4+5+6+7+8 4,43 Positif

Berdasakan tabel hasil angket di atas, ditelusuri, ternyata kesulitan terletak pada
terlihat bahwa mahasiswa merespon positif kutipan asli yang tidak diadaptasi sesuai
penggunaan bahan ajar Metode PBSI dalam konteks wacana pada bahan ajar tersebut
pelaksanaan pembelajaran dengan rata-rata dan juga kesesuaian dengan pola bahasa
respon adalah 4,43 dalam kategori positif. atau ragam bahasa yang dikendaki oleh
Dari delapan item pernyataan pada angket, mahasiswa.
semua pernyataan dijawab positif oleh
mahasiswa. Hal ini lebih memperkuat rata- PEMBAHASAN
rata semua item yang sebasar 4,43 tersebut. Dari temuan yang telah
dikemukakan di depan, maka ada beberapa
Kendala yang Dihadapi dalam temuan menarik yang perlu dibahas lebih
Pembelajaran lanjut. Pembahasan ini meliputi prestasi
Dari angket bebas yang diisi oleh mahasiswa, respon, dan kendala yang
mahasiswa mengenai kendala dalam dihadapi ketika pelaksanaan pembelajaran
pelaksanaan pembelajaran ditemukan dengan menggunakan bahan ajar yang
adanya dua kendala dalam pemanfaat telah disusun.
bahan ajar Metode PBSI. Kedua kendala Prestasi mahasiswa yang rata-rata
tersebut adalah (1) waktu yang terbatas dan umumnya adalah 79,42 dengan kategori
(2) ada beberapa bagian materi yang sulit baik, tampaknya merupakan sinya bahwa
dipahami (berupa kutipan asli). Semua pembelajaran dengan menggunakan bahan
mahasiswa menyatakan kendala waktu ajar yang telah disusun tampaknya
sebagai kendala utama. Mengenai kendala mempunyai pengaruh yang cukup signifikan.
kedua, hanya ditemukan sebanyak 50%. Apalagi rata-rata umum ini adalah gabungan
Artinya hanya 50% mahasiswa sampel yang nilai pemahaman dan aplikatif yang untuk
menyatakan ada beberapa bagian dari pertama kalinya dilakukan penilaian secara
bahan ajar yang sulit dipahami. Setelah berimbang. Maksud berimbang di sini

Jurnal Pendidikan Indonesia | 107


ISSN: 2303-288X Vol. 1, No. 2, Oktober 2012

adalah penilaian aplikatif yang selama ini pemahaman. Akan aneh, jika nilai
jarang dilakukan dalam perkuliahan mata pemahaman lebih rendah dibandingkan
kuliah Metode Pembelajaran, umumnya, dan aplikatif. Walaupun demikian, prestasi ini
khususnya Metode PBSI, sekarang ini masih dapat ditingkatkan jika kendala yang
dilakukan secara lebih seksama yang dihadapi selama pembelajaran dapat
menjadi bagian yang setara dengan dihilangkan.
pemahaman konsep. Ada dua kendala yang dikemukakan
Pemberian bahan ajar yang tercetak oleh mahasiswa dalam penerapan bahan
kepada mahasiswa tampaknya juga ikut ajar ini. Kendala pertama adalah kurangnya
berkontribusi terhadap prestasi mereka waktu pembelajaran. Kendala kedua adalah
mengikuti perkuliahan. Logikanya adalah ada beberapa bagian materi yang sulit
dengan diberikan bahan ajar yang tercetak, dipahami oleh mahasiswa. dalam hal
maka waktu yang biasanya tersita untuk kendala waktu, mahasiswa menganggap
mencatat materi dapat dikurangi dan waktu yang tersedia untuk mengerjakan
konsentrasi mahasiswa untuk bekerja dalam tugas perkuliahan yang menyangkut
pembelajaran dapat ditingkatkan. Hal ini pemahaman dan kemampuan aplikatif
tampaknya disebabkan oleh komponen masih terlalu singkat. Hal ini juga peneliti
bahan ajar seperti kompetensi dasar dan rasakan. Kekurangan waktu ini terjadi bisa
indikator yang secara eksplisit dapat mereka karena beberapa kemungkinan. Jika dilihat
baca dari bahan ajar ini. Sesuai dengan dari konsep pembelajaran, mahasiswa atau
konsep pembalajaran seperti dikemukakan siswa yang tidak ingat dengan berjalannya
dalam konsep pembelajaran mikro, bahwa waktu selama pembelajaran adalah
pemahaman dan konsentrasi mahasiswa mahasiswa atau siswa yang asyik
dapat ditingkatkan jika mereka mengetahui mengerjakan tugas-tugas pembelajaran.
dari awal tujuan pemnbelajarannya dan Kemungkinan yang lain adalah tugas yang
langkah-langkah kegiatan yang dapat terlalu banyak sehingga terasa waktu
dilakukan selama pembelajaran. tersedia sedikit atau memang waktunya
Hal menarik yang berkaitan dengan sedikit. Kedua kemungkinan ini tampaknya
prestasi yang juga perlu dicermati adalah ada pada penelitian ini. Mahasiswa memang
adanya perbedaan kemampuan tampak asyik bekerja sehingga mereka lupa
pemahaman dan kemampuan aplikatif. waktu. Di lain pihak, waktu perkuliahan
Kemampuan pemahaman lebih tinggi untuk mata kuliah Metode PBSI memang
perolehan hasilnya yaitu sebesar 81,17, kurang karena terjadi perubahan berupa
sedangkan kemampuan aplikatif sebesar pengurangan jumlah JS dari 4 JS untuk 2
76,8. Ada selisih 4,37 poin dari kedua SKS menjadi 2 JS untuk 2 SKS. Peneliti
kemampuan tersebut. Hal ini dapat mengamati waktu pembelajaran yang hanya
dijelaskan bahwa kemampuan aplikatif 2 JS tampaknya tidak mencukupi untuk
memang merupakan tingkatan yang lebih pencapaian tingkat pemahaman dan
tinggi jika melihat taksonomi Bloom. Karena kemampuan aplikatif dalam perkuliahan
tingkatannya lebih tinggi yaitu tergolong C3 Metode PBSI.
sedang pemahaman C2, maka wajarlah Walaupun ada kendala seperti di
kemampuan aplikatif lebih sulit sehingga atas, mahasiswa merespon positif (4,43)
prestasinya lebih rendah dibandingkan penggunaan bahan ajar yang disusun untuk

Jurnal Pendidikan Indonesia | 108


ISSN: 2303-288X Vol. 1, No. 2, Oktober 2012

digunakan dalam pembelajaran. Dari Sastra Indonesia” yang telah disusun


delapan item yang diajukan yang diajukan berada pada kategori baik dengan rata-
tidak ada yang direspon tidak positif. rata nilai 79,42 untuk gabungan kedua
Mahasiswa merespon sangat positif kemampuan (kemampuan pemahaman
dosennya mengajar dengan model dan kemampuan aplikatif). Secara
pembelajaran yang menggunakan bahan sendiri-sendiri, terlihat ada perbedaan
ajar, bahkan mereka sangat menginginkan kemampuan pemahaman (rata-rata
dosen terus mengajar dengan memberikan 81,17) dengan kemampuan aplikatif
bahan ajar seperti pada saat penelitian. (rata-rata 76,8). Perbedaan hasil ini
Selain itu, bahan ajar yang diberikan menunjukkan bahwa mahasiswa lebih
memudahkan mereka mempelajari materi sulit mengaplikasikan konsep
sehingga dengan bahan ajar itu mereka dibandingkan dengan sekadar
merasa mampu membuuat skenario memahami konsep.
pembelajaran yang inovatif. Yang paling 2. Respon mahasiswa terhadap
kecil responnya adalah tingkat keterbacaan penggunaan bahan ajar “Metode
bahan ajar yang memudahkan mereka Pembelajaran Bahasa dan Sastra
memahami materi. Tampak ini menjadi Indonesia” yang telah disusun tergolong
salah satu kendala juga dalam ke dalam kategori positif dengan rata-
pembelajaran dengan bahan ajar ini. rata skor 4,43. Artinya bahan ajar yang
Mahasiswa menyatakan ada beberapa disusun dianggap cukup berkontribusi
bagian materi yang sulit dipahami. Setelah dalam usaha mahasiswa memahami
ditelusuri, ternyata bagian yang sulit itu dan mengaplikasikan konsep mata
adalah bagian-bagian yang kebanyakan kuliah Metode PBSI.
berupa kutipan langsung dari buku lain. 3. Ada dua kendala yang dihadapi oleh
Kesulitan memahami kutipan langsung ini mahasiswa dalam pembelajaran dengan
tampaknya disebabkan oleh gaya tulisan menggunakan bahan ajar Metode PBSI
atau ragam bahasa yang digunakan oleh yang telah disusun. Kendala tersebut
penulis. Ragam tulisan tersebut untuk adalah (1) kekurangan waktu untuk
ukuran mahasiswa sampel masih sulit mengerjakan tugas-tugas dan (2) ada
dicerna. Kendala ini dipecahkan dengan beberapa bagian materi yang sulit
jalan mengurangi kutipan langsung agar dipahami sehingga penjelasan maupun
gaya atau ragam bahasanya linier dengan bimbingan dosen pengajar masih
gaya atau ragam bahasa pada bagian- diperlukan.
bagian lainya dari bahan ajar ini. 4. Uji coba penggunaan bahan ajar ini
dalam pembelajaran mengisyaratkan
SIMPULAN DAN SARAN bahwa bahan ajar yang telah disusun
Simpulan cukup efektif sebagai sarana untuk
Bersadarkan hasil analisis data dan mengajarkan mata kuliah Metode
pembahasan terhadap hasil penelitian, Pembelajaran Bahasa dan Sastra
maka dapat disimpulkan sebagai berikut. Indonesia. Tingkat efektivitas tersebut
1. Prestasi mahasiswa setelah diajarkan tampak dari prestasi yang ditunjukkan
dengan menggunakan bahan ajar oleh mahasiswa setelah mereka
“Metode Pembelajaran Bahasa dan diajarkan dengan bahan ajar yang

Jurnal Pendidikan Indonesia | 109


ISSN: 2303-288X Vol. 1, No. 2, Oktober 2012

disusun. Selain itu, respon positif teaching: An introduction to


mahasiswa juga menunjukkan bahwa education. New York: McGraw-Hill
bahan ajar ini efektif sebagai sarana Companies.
Dahar, R. W. 1989. Teori-teori belajar.
belajar.
Jakarta: Erlangga.
Depdikbud.1985. Pedoman Penyusunan
Saran-saran Modul. Jakarta. Badan
Berdasarkan simpulan terhadap Pengembangan Pendidikan-
temuan pada penelitian ini, maka beberapa Depdikbud.
saran dapat diajukan. Dick, W. & I. Carey. 1990. The Systematic
1. Pengembangan bahan ajar yang Design of Instructional. USA: Harper
Collin.
disusun dengan prinsip yang sistematis
Gunter, M. A., Estes, T. H., & Schwab, J. H.
ternyata dapat menunjang peningkatan 1990. Instruction: A models approach.
prestasi mahasiswa seperti pada Boston: Allyn and Bacon.
temuan ini. Berdasarkan kenyataan itu Jacobs, G.M., Lee, G.S, & Ball, J. 1996.
dapat disarankan kepada pihak yang Learning Cooperative Learning via
berkeinginan menyusun bahan ajar Cooperative Learning: A Sourcebook
hendaknya mengikuti model of Lesson Plans for Teacher Edu-
cation on Cooperative Learning.
pengembangan bahan ajar yang Singapore: SEAMEO Regional
sistemetis dengan tahapan yang jelas. Language Center.
2. Respon positif mahasiswa terhadap Jigsaw. 2011. http://www.jigsaw.org/
penggunaan bahan ajar dalam
perkuliahan mengindikasikan bahwa Johnson, Keith & Morrow, Keith. 1987.
sangat penting kiranya menyiapkan Communication in the Classroom:
Aplications and Methods for a
bahan ajar sebagai sarana perkuliahan.
Communicative Approach. England:
Bahan ajar akan menggugah Longman Group Ltd.
mahasiswa untuk asyik bekerja karena Joyce, B., & Weil, M. 1980. Model of
mereka memiliki pegangan yang pasti teaching. New Jersey: Prentice-Hall,
mengenai tugasnya pada pertemuan Inc.
tersebut. Kessler, Carolyn. 1992. Cooperating
3. Walaupun model pengembangan bahan Language Learning: A Teacher’s
Resource Book. Englewood Cliffs,
ajar ini dikhususkan penggunaannya
N.J.: Prentice Hall Regents.
untuk Jurusan Pendididkan Bahasa dan Lie Anita, 2005. Coopertive Learning(
Sastra Indonesia di Undiksha, namun mempraktikkan cooperative learning
kepada pihak yang memerlukan di ruang-ruang kelas). Jakarta:
prosedur pengembangan bahan ajar Grasindo.
tampaknya model pengembangan ini Marton, Waldemar. 1988. Methods in
dapat memberikan inspirasi untuk English Teaching: Framework and
Options. New York: Prentice Hall.
dicobakan pada jenis bahan ajar lainnya
Muslimin,M.pd,dkk. 2000. Model
yang sejalan. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya:
Universitas Negeri Surabaya.
DAFTAR RUJUKAN Nasuitin, S. 2000. Berbagai Pendekatan
Arends, R. I., Wenitzky, N. E., & dalam Proses Belajar dan Mengajar.
Tannenboum, M. D. 2001. Exploring Jakarta: Bumi Aksara.

Jurnal Pendidikan Indonesia | 110


ISSN: 2303-288X Vol. 1, No. 2, Oktober 2012

Nunan, David. 1991. Language Teaching


Methodelogy: A Texbook for
Teachers. New York: Printice Hall.
Nurjaya, Gede. 2009. Penggunaan Model
Pembelajaraan Kooperatif Jigsaw
pada Pembelajaran Metode
Pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia untuk Meningkatkan
Pemahaman dan Kemampuan
Aplikatif Mahasiswa. Laporan
Penelitian (tidak diterbitkan).
Undiksha: Singajara
Nurjaya, Gede. 2010. Pengembangan
Bahan Ajar Metode Pembelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia
Berbasis Pembelajaran Kooperatif
Jigsaw untuk Meningkatkan
Pemahaman dan Kemampuan
Aplikatif Mahasiswa. Laporan
Penelitian (tidak diterbitkan).
Undiksha: Singaraja
Russel, J.D. 1974. Modular Instructional. A
Guide to the Design, Selection,
Utilization and Evaluation of Modular
Materials. Minneapolish, Minnesota:
Burgess.
Slavin, R. E. 1995. Cooperative learning.
Second edition. Boston: Allyn and
Bacon.
Sriasih, S.A.P. 2008. Telaah Buku Teks.
Singaraja: Undiksha.
Suandi, Nengah, dkk. 2010. Pengembangan
Materi Pembelajaran Mata Kuliah
Aplikasi Bahasa Indonesia di
Perguruan Tinggi Berorientasi
Integrasi Nasional dan Harmoni
Sosial. Laporan Penelitian (Tidak
diterbitkan). Undiksha: Singaraja.
Suryosuroto, B. 1983. Sistem Pengajaran
dengan Modul. Yogyakarta: Bina
Aksara.
Winataputra, dkk. 1977. Panduan
Operasional Penulisan Modul.
Jakarta: Depdikbud-UT FKIP.

Jurnal Pendidikan Indonesia | 111

Anda mungkin juga menyukai