Apabila seseorang atau badan sudah memiliki NPWP, maka dia memiliki kewajiban melakukan
perhitungan pajak yang terutang dengan menggunakan sarana SPT. Apabila berdasarkan
perhitungannya ternyata terdapat pajak yang harus dibayar, maka sarana untuk melakukan
pembayaran pajak tersebut dinamakan Surat Setoran Pajak (SSP).
SSP yaitu surat yang digunakan Wajib Pajak untuk melakukan pembayaran atau penyetoran
pajak yang terutang ke kas negara melalui Kantor Penerima Pembayaran.
a) SSP Standar
Yaitu surat yang digunakan Wajib Pajak untuk melakukan pembayaran atau penyetoran
pajak yang terutang ke kas negara dan digunakan sebagai bukti pembayaran dengan bentuk,
ukuran dan isi yang disesuaikan dengan ketentuan Direktur Jenderal Pajak.
Satu SSP Standar berlaku untuk satu jenis pajak/masa pajak/tahun pajak/ketetapan pajak dengan
menggunakan satu Kode MAP dan satu kode jenis setoran.
b) SSP Khusus
Yaitu bukti pembayaran atau penyetoran pajak terutang ke Kantor Penerima Pembayaran
yang dicetak oleh Kantor Penerima Pembayaran dengan menggunakan mesin transaksi atau alat
lainnya yang isinya sesuai dengan yang ditetapkan dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak.
1
SSP khusus mempunyai fungsi sama dengan SSP standar dalam administrasi perpajakan.
4. Mata Anggaran Penerimaan (MAP)/Kode Jenis Pajak dan Kode Jenis Setoran;
8. Nomor Transaksi Pembayaran Pajak (NTPP) dan atau Nomor Transaksi Bank (NTB)
atau Nomor Transaksi Pos (NTP).
a. Fiskal Luar Negeri (Kode MAP/Jenis Pajak 0118, Kode Jenis Setoran 100) yang dibayar
pada counter-counter di bandara dan pelabuhan laut
b. PPh Pasal 26 Subjek Pajak Luar Negeri (kode MAP/jenis pajak 0117, semua kode jenis
setoran) baik untuk perorangan maupun badan.
c. PPN yang terutang atas pengalihan aktiva dalam rangka restrukturisasi perusahaan (kode
MAP/jenis pajak 0131, kode jenis setoran 104)
d. PPN yang terutang atas pemanfaatan BKP tidak berwujud atau JKP dari luar Daerah
Pabean (kode MAP/jenis pajak 0131, kode jenis setoran 101 dan 104)
e. PPh Pasal 22 impor dan PPN impor atas barang bawaan penumpang, awak sarana
pengangkut, pelintas batas dan kiriman pos sebagaimana diatur oleh Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai
2
C. Tempat Pembayaran dan Penyetoran Pajak
Contoh : Bank Badan Usaha Milik Negara BNI , BRI dan Mandiri
Bank Swasta lainnya yaitu BCA
Bank tempat pembayaran pajak disebut juga dengan nama Bank Persepsi
1. Pembayaran masa
2. Pembayaran kekurangan pajak setelah berakhirnya Tahun Pajak atau bagian Tahun Pajak.
3. Pembayaran karena adanya STP, SKPKB, SKPKBT, SKP, SKK, dan Putusan Banding
Dalam pembayaran masa, batas waktu pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang untuk
suatu saat atau Masa Pajak adalah tidak boleh melebihi 15 hari setelah saat terutangnya pajak
atau Masa pajak berakhir.
· Pemungutan PPN oleh pihak penjual atau oleh pihak yang di tunjuk pemerintah
Dalam pembayaran masa, batas waktu pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang
untuk suatu saat atau Masa Pajak adalah tidak boleh melebihi 15 hari setelah saat terutangnya
pajak atau Masa pajak berakhir. Atas keterlambatan pembayaran pajak, dikenakan sanksi denda
administrasi bunga 2% (dua persen) sebulan dari pajak terutang dihitung dari jatuh tempo
pembayaran.
3
1. Untuk Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi (OP)
a. Batas waktu penyampaian SPT-nya adalah paling lama 3 bulan setelah akhir
Tahun Pajak
Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender kecuali bila
Wajib Pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun
kalender.
Dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT Tahunan adalah WP OP
yang dalam satu tahun Pajak menerima atau memperoleh penghasilan neto
tidak melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
b. Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan SPT Tahunan PPh
harus dibayar lunas sebelum SPT PPh disampaikan.
4
1. Jika tanggal jatuh tempo pembayaran pajak bertepatan dengan hari libur
termasuk hari sabtu atau hari libur nasional, maka pembayaran pajak dapat
dilakukan pada hari kerja berikutnya.
2. Jika tanggal batas akhir pelaporan bertepatan dengan hari libur termasuk
hari sabtu atau hari libur nasional, pelaporan dapat dilakukan pada hari
kerja berikutnya.
3. Hari libur nasional termasuk hari yang diliburkan untuk penyelenggaraan
Pemilihan umum yang ditetapkan oleh Pemerintah dan cuti bersama
secara nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah.
4. Batas waktu pembayaran, penyetoran, atau pelaporan pajak untuk SPT
masa adalah :
5
membangun sendiri Masa Pajak berakhir setelah masa pajak berakhir
PPN atas pemanfaatan BKP
tgl 15 bulan berikutnya setelah akhir bulan berikutnya
15 tidak berwujud dan/atau JKP
saat terutangnya pajak setelah Masa Pajak berakhir
dari Luar Daerah Pabean
PPN & PPnBM Pemungutan akhir bulan berikutnya
16 tgl 7 bulan berikutnya
Bendaharawan setelah masa pajak berakhir
PPN dan/ atau PPnBM harus disetor pada hari yang
pemungutan oleh Pejabat sama dengan pelaksanaan
17 Penandatanganan Surat pembayaran kepada PKP
Perintah Membayar sebagai Rekanan Pemerintah melalui
Pemungut PPN KPPN
PPN & PPnBM Pemungutan tgl 15 bulan berikutnya setelah akhir bulan berikutnya
18
selain bendaharawan Masa Pajak berakhir setelah masa pajak berakhir
PPh 25 WP kriteria tertentu
yang dapat melaporkan harus dibayar paling lama
20 hari setelah berakhirnya
19 beberapa Masa Pajak dalam pada akhir Masa Pajak
Masa Pajak terakhir
satu SPT Masa. (Pasal 3 ayat terakhir.
(3B) UU KUP)
Pembayaran masa selain PPh
25 WP kriteria tertentu yang harus dibayar paling lama
dapat melaporkan beberapa sesuai dengan batas waktu 20 hari setelah berakhirnya
20
Masa Pajak dalam satu SPT untuk masing-masing jenis Masa Pajak terakhir.
Masa. (Pasal 3 ayat (3B) UU pajak.
KUP)
6
E. Tata Cara Menunda Mengangsur Pembayaran Atas Ketetapan Pajak
Pajak yang masih harus dibayar dalam Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar (SKPKB), serta Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), dan
Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Putusan Banding, serta Putusan
Peninjauan Kembali yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, harus
dilunasi dalam jangka waktu 1 bulan sejak tanggal diterbitkan. Apabila WP mengalami kesulitan
likuiditas atau mengalami keadaan diluar kekuasaannya sehingga WP tidak akan mampu
memenuhi kewajiban pajak pada waktunya. Tata cara pengangsuran atau penundaan pembayaran
pajak adalah sebagai berikut :
7
Angsuran atas utang pajak dapat diberikan paling lama 12 bulan sejak diterbitkannya Surat
Keputusan Persetujuan Angsuran Pembayaran Pajak dengan angsuran paling banyak 1 kali
dalam 1 bulan, untuk permohonan angsuran atas utang pajak berupa STP, SKPKB, SKPKBT,
dan Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Putusan Banding, serta Putusan
Peninjauan Kembali. Atau paling lama sampai dengan bulan terakhir Tahun Pajak berikutnya,
untuk permohonan angsuran atas kekurangan pembayaran utang pajak berupa pajak yang
terutang berdasarkan SPT Tahunan PPh, dengan angsuran paling banyak 1 (satu) kali dalam 1
(satu) bulan.
Penundaan atas utang pajak dapat diberikan paling lama 12 bulan sejak diterbitkannya Surat
Keputusan Persetujuan Penundaan Pembayaran Pajak, untuk permohonan penundaan atas utang
pajak berupa STP, SKPKB, SKPKBT, dan Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan
Pembetulan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali. Atau paling lama sampai
dengan bulan terakhir Tahun Pajak berikutnya, untuk permohonan penundaan atas kekurangan
utang pajak berupa pajak yang terutang berdasarkan SPT Tahunan PPh.
Bunga yang timbul akibat angsuran atau penundaan pembayaran pajak, dihitung berdasarkan
saldo utang pajak. Bunga ditagih dengan menerbitkan STP pada setiap tanggal jatuh tempo
angsuran, jatuh tempo penundaan, atau pada tanggal pembayaran. Bunga tidak dikenakan
terhadap angsuran atau penundaan atas pembayaran STP.
Setelah mempertimbangkan alasan beserta bukti pendukung yang diajukan oleh WP, Kepala
KPP atas nama DJP menerbitkan keputusan dalam jangka waktu 7 hari kerja setelah tanggal
diterimanya permohonan. Keputusan dapat berupa :
1. Menyetujui jumlah angsuran pajak dan/atau masa angsuran atau lamanya penundaan
sesuai dengan permohonan Wajib Pajak;
2. Menyetujui jumlah angsuran pajak dan/atau masa angsuran atau lamanya penundaan
sesuai dengan pertimbangan Kepala KPP; atau
3. Menolak permohonan Wajib Pajak.
Apabila jangka waktu 7 hari kerja telah terlampaui dan Kepala KPP tidak menerbitkan suatu
keputusan, permohonan disetujui sesuai dengan permohonan WP, dan Surat Keputusan
Persetujuan Angsuran Pembayaran Pajak atau Surat Keputusan Persetujuan Penundaan
Pembayaran Pajak harus diterbitkan paling lama 5 hari kerja setelah jangka waktu 7 hari kerja
tersebut berakhir. Apabila WP yang sedang mengajukan permohonan untuk mengangsur atau
menunda pembayaran pajak diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) dan/atau
Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga (SKPIB), pengembalian kelebihan pembayaran
8
pajak dan/atau pemberian imbalan bunga tersebut diperhitungkan terlebih dahulu dengan utang
pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Penetapan kembali besarnya angsuran dan/atau masa angsuran dilakukan dengan prosedur :
9
Kesimpulan
Surat setoran pajak adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melakukan
pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke kas negara melalaui kantor penerima
pembayaran.
Fungsi Surat Setoran Pajak (SSP) adalah sebagai bukti pembayaran paajak apabila telah
disahkan oleh pejabat kantor penerima pembayaran yang berwenang atau apabila telah
mendapatakan validasi.
Tempat pembayaran dan penyetoran Pajak yaitu pada Bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dan Kantor Pos.
Dalam pembayaran masa, batas waktu pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang
untuk suatu saat atau Masa Pajak adalah tidak boleh melebihi 15 hari setelah saat terutangnya
pajak atau Masa pajak berakhir. Atas keterlambatan pembayaran pajak, dikenakan sanksi denda
administrasi bunga 2% (dua persen) sebulan dari pajak terutang dihitung dari jatuh tempo
pembayaran.
Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan secara tertulis untuk mengangsur dan
menunda pembayaran STP,SKPKB,SKPKBT, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan
Keberatan, dan Putusan Banding ke Direktur Jenderal Pajak, dalam hal ini Kepala Kantor
Pelayanan tempat Wajib Pajak terdaftar, apabila mengalami kesulitan likuiditas atau mengalami
keadaan diluar kekuasaannya (force major), sehingga tidak dapat memenuhi kewajiban pajaknya
pada waktu itu. Dengan syarat 1) Pemohonan harus diajukan paling lambat 15 hari sebelum saat
jatuh tempo pembayaran utang Pajak berakhir, kecuali untuk force major dapat diajukan setelah
tanggal jatuh tempo, 2) menyatakan alasan – alasan penundaan pembayaran, 3) Menyatakan
jumlah pajak yang dimohonkan untuk ditunda dan atau diangsur. KPP atas nama Direktur
Jenderal Pajak menerbitkan Surat Keputusan Angsuran / Penundaan Pembayaran Pajak dalam
jangka waktu 10 hari sejak pemohonan diterima. Masa angsuran penundaan diberikan paling
lambat 12 bulan sejak tanggal diterbitkan surat keputusan, dan tidak dapat diperpanjang lagi.
10