Anda di halaman 1dari 10

PEMBAHASAN

A. Pengertian Surat Setoran Pajak

Apabila seseorang atau badan sudah memiliki NPWP, maka dia memiliki kewajiban melakukan
perhitungan pajak yang terutang dengan menggunakan sarana SPT. Apabila berdasarkan
perhitungannya ternyata terdapat pajak yang harus dibayar, maka sarana untuk melakukan
pembayaran pajak tersebut dinamakan Surat Setoran Pajak (SSP).

SSP yaitu surat yang digunakan Wajib Pajak untuk melakukan pembayaran atau penyetoran
pajak yang terutang ke kas negara melalui Kantor Penerima Pembayaran.

SSP ada 2 jenis yaitu SSP Standar dan SSP Khusus

a) SSP Standar

Yaitu surat yang digunakan Wajib Pajak untuk melakukan pembayaran atau penyetoran
pajak yang terutang ke kas negara dan digunakan sebagai bukti pembayaran dengan bentuk,
ukuran dan isi yang disesuaikan dengan ketentuan Direktur Jenderal Pajak.

Satu SSP Standar berlaku untuk satu jenis pajak/masa pajak/tahun pajak/ketetapan pajak dengan
menggunakan satu Kode MAP dan satu kode jenis setoran.

SSP Standar dibuat dalam rangkap 5, yang diperuntukan sebagai berikut:

- Lembar ke-1 : untuk arsip Wajib Pajak.


- Lembar ke-2 : untuk Kantor Pelayanan Pajak (KPP) melalui Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara (KPPN).
- Lembar ke-3 : untuk dilaporkan oleh Wajib Pajak ke KPP.
- Lembar ke-4 : untuk Bank Persepsi, kantor pos dan giro.
- Lembar ke-5 : untuk arsip Wajib Pungut atau pihak lain.

b) SSP Khusus

Yaitu bukti pembayaran atau penyetoran pajak terutang ke Kantor Penerima Pembayaran
yang dicetak oleh Kantor Penerima Pembayaran dengan menggunakan mesin transaksi atau alat
lainnya yang isinya sesuai dengan yang ditetapkan dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak.

1
SSP khusus mempunyai fungsi sama dengan SSP standar dalam administrasi perpajakan.

Paling sedikit SSP Khusus memuat keterangan sebagai berikut:

1. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

2. Nama Wajib Pajak;

3. Identitas Kantor Penerima Pembayaran;

4. Mata Anggaran Penerimaan (MAP)/Kode Jenis Pajak dan Kode Jenis Setoran;

5. Masa Pajak dan atau Tahun Pajak;

6. Nomor Ketetapan (untuk pembayaran: STP, SKPKB, atau SKPKBT);

7. Jumlah dan tanggal pembayaran; dan

8. Nomor Transaksi Pembayaran Pajak (NTPP) dan atau Nomor Transaksi Bank (NTB)
atau Nomor Transaksi Pos (NTP).

SSP Khusus tidak dapat digunakan untuk pembayaran pajak :

a. Fiskal Luar Negeri (Kode MAP/Jenis Pajak 0118, Kode Jenis Setoran 100) yang dibayar
pada counter-counter di bandara dan pelabuhan laut
b. PPh Pasal 26 Subjek Pajak Luar Negeri (kode MAP/jenis pajak 0117, semua kode jenis
setoran) baik untuk perorangan maupun badan.
c. PPN yang terutang atas pengalihan aktiva dalam rangka restrukturisasi perusahaan (kode
MAP/jenis pajak 0131, kode jenis setoran 104)
d. PPN yang terutang atas pemanfaatan BKP tidak berwujud atau JKP dari luar Daerah
Pabean (kode MAP/jenis pajak 0131, kode jenis setoran 101 dan 104)
e. PPh Pasal 22 impor dan PPN impor atas barang bawaan penumpang, awak sarana
pengangkut, pelintas batas dan kiriman pos sebagaimana diatur oleh Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai

B. Fungsi Surat Setoran Pajak

Fungsi Surat Setoran Pajak

1. Sebagai sarana untuk membayar pajak.


2. Sebagai bukti pembayaran pajak bila telah disahkan oleh Pejabat kantor penerima
pembayaran yang berwenang, atau bila telah mendapatkan validasi dari pihak lain yang
berwenang.

2
C. Tempat Pembayaran dan Penyetoran Pajak

1. Bank yang ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Anggaran.


2. Kantor Pos.

Contoh : Bank Badan Usaha Milik Negara BNI , BRI dan Mandiri
Bank Swasta lainnya yaitu BCA
Bank tempat pembayaran pajak disebut juga dengan nama Bank Persepsi

Pembayaran Pajak dapat dikelompokkan menjadi:

1. Pembayaran masa
2. Pembayaran kekurangan pajak setelah berakhirnya Tahun Pajak atau bagian Tahun Pajak.
3. Pembayaran karena adanya STP, SKPKB, SKPKBT, SKP, SKK, dan Putusan Banding

Dalam pembayaran masa, batas waktu pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang untuk
suatu saat atau Masa Pajak adalah tidak boleh melebihi 15 hari setelah saat terutangnya pajak
atau Masa pajak berakhir.

Pembayaran pajak di lakukan dengan beberapa cara sebagai berikut:

· Membayar sendiri pajak yang terutang

· Melalui pemotongan dan pemungutan oleh pihak lain

· Melalui pembayaran pajak di luar negeri

· Pemungutan PPN oleh pihak penjual atau oleh pihak yang di tunjuk pemerintah

· Pembayaran pajak lainnya seperti:

- Pembayaran pajak bumi dan bangunan (PBB)

- Pembayaran bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB)

- Pembayaran bea materai.

D. Batas Waktu Pembayaran atau Penyetoran Pajak

Dalam pembayaran masa, batas waktu pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang
untuk suatu saat atau Masa Pajak adalah tidak boleh melebihi 15 hari setelah saat terutangnya
pajak atau Masa pajak berakhir. Atas keterlambatan pembayaran pajak, dikenakan sanksi denda
administrasi bunga 2% (dua persen) sebulan dari pajak terutang dihitung dari jatuh tempo
pembayaran.

3
1. Untuk Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi (OP)
a. Batas waktu penyampaian SPT-nya adalah paling lama 3 bulan setelah akhir
Tahun Pajak
 Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender kecuali bila
Wajib Pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun
kalender.
 Dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT Tahunan adalah WP OP
yang dalam satu tahun Pajak menerima atau memperoleh penghasilan neto
tidak melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
b. Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan SPT Tahunan PPh
harus dibayar lunas sebelum SPT PPh disampaikan.

2. Untuk SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan


a. Batas waktu penyampaian SPT-nya adalah paling lama 4 bulan setelah akhir
Tahun Pajak
 Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender kecuali bila
Wajib Pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun
kalender.
b. Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan SPT Tahunan PPh
harus dibayar lunas sebelum SPT PPh disampaikan.

3. Untuk SPT Masa


a. Batas waktu penyampaian SPT nya adalah paling lama 20 hari setelah akhir
Tahun Pajak.
b. Menteri Keuangan menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran
pajak yang terutang untuk suatu saat atau Masa Pajak bagi masing-masing jenis
pajak, paling lama 15 (lima belas) hari setelah saat terutangnya pajak atau
berakhirnya Masa Pajak.
c. Tanggal jatuh tempo pembayaran, penyetoran pajak, dan pelaporan pajak untuk
SPT Masa, yaitu :

4
1. Jika tanggal jatuh tempo pembayaran pajak bertepatan dengan hari libur
termasuk hari sabtu atau hari libur nasional, maka pembayaran pajak dapat
dilakukan pada hari kerja berikutnya.
2. Jika tanggal batas akhir pelaporan bertepatan dengan hari libur termasuk
hari sabtu atau hari libur nasional, pelaporan dapat dilakukan pada hari
kerja berikutnya.
3. Hari libur nasional termasuk hari yang diliburkan untuk penyelenggaraan
Pemilihan umum yang ditetapkan oleh Pemerintah dan cuti bersama
secara nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah.
4. Batas waktu pembayaran, penyetoran, atau pelaporan pajak untuk SPT
masa adalah :

Batas Pembayaran (Paling


Lambat ...) Batas Pelaporan
No. Jenis Pajak
(Pasal 2 PMK Undang Undang di bidang
242/PMK.03/2014) Perpajakan
1 PPh pasal 4(2) setor sendiri tgl 15 bulan berikutnya tgl 20 bulan berikutnya
2 PPh pasal 4(2) pemotongan tgl 10 bulan berikutnya tgl 20 bulan berikutnya
3 PPh pasal 15 setor sendiri tgl 15 bulan berikutnya tgl 20 bulan berikutnya
4 PPh pasal 15 pemotongan tgl 10 bulan berikutnya tgl 20 bulan berikutnya
5 PPh pasal 21 tgl 10 bulan berikutnya tgl 20 bulan berikutnya
6 PPh pasal 23/26 tgl 10 bulan berikutnya tgl 20 bulan berikutnya
7 PPh pasal 25 tgl 15 bulan berikutnya tgl 20 bulan berikutnya
PPh pasal 22 impor setor
saat penyelesaian dokumen
8 sendiri (dilunasi bersamaan dg  
PIB
bea masuk, PPN, PPnBM)
PPh pasal 22 impor yang hari kerja terakhir minggu
9 1hari kerja berikutnya
pemungutan oleh BC berikutnya
hari yang sama dg
PPh pasal 22 pemungutan oleh 14 hari setelah masa pajak
10 pembayaran atas penyerahan
bendaharawan berakhir
barang
11 PPh pasal 22 migas tgl 10 bulan berikutnya tgl 20 bulan berikutnya
PPh pasal 22 pemungutan oleh
12 tgl 10 bulan berikutnya tgl 20 bulan berikutnya
WP badan tertentu
akhir bulan berikutnya setelah
akhir bulan berikutnya
masa pajak berakhir &
13 PPN & PPnBM setelah masa pajak berakhir
sebelum SPT masa PPN
disampaikan
14 PPN atas kegiatan tgl 15 bulan berikutnya setelah akhir bulan berikutnya

5
membangun sendiri Masa Pajak berakhir setelah masa pajak berakhir
PPN atas pemanfaatan BKP
tgl 15 bulan berikutnya setelah akhir bulan berikutnya
15 tidak berwujud dan/atau JKP
saat terutangnya pajak setelah Masa Pajak berakhir
dari Luar Daerah Pabean
PPN & PPnBM Pemungutan akhir bulan berikutnya
16 tgl 7 bulan berikutnya
Bendaharawan setelah masa pajak berakhir
PPN dan/ atau PPnBM harus disetor pada hari yang
pemungutan oleh Pejabat sama dengan pelaksanaan
17 Penandatanganan Surat pembayaran kepada PKP  
Perintah Membayar sebagai Rekanan Pemerintah melalui
Pemungut PPN KPPN
PPN & PPnBM Pemungutan tgl 15 bulan berikutnya setelah akhir bulan berikutnya
18
selain bendaharawan Masa Pajak berakhir setelah masa pajak berakhir
PPh 25 WP kriteria tertentu
yang dapat melaporkan harus dibayar paling lama
20 hari setelah berakhirnya
19 beberapa Masa Pajak dalam pada akhir Masa Pajak
Masa Pajak terakhir
satu SPT Masa. (Pasal 3 ayat terakhir.
(3B) UU KUP)
Pembayaran masa selain PPh
25 WP kriteria tertentu yang harus dibayar paling lama
dapat melaporkan beberapa sesuai dengan batas waktu 20 hari setelah berakhirnya
20
Masa Pajak dalam satu SPT untuk masing-masing jenis Masa Pajak terakhir.
Masa. (Pasal 3 ayat (3B) UU pajak.
KUP)

d. Ketentuan terkait SPT Masa PPh Pasal 25 :

1. Dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 25


adalah :
 WP OP yang tidak menjalankan usaha atau tidak melakukan
pekerjan bebas.
 WP OP yang dalam satu tahun Pajak menerima atau memperoleh
penghasilan neto tidak melebihi PTKP (kepada WP ini juga
dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT Tahunan)
2. Wajib Pajak yang melakukan pembayaran PPh Pasal 25 melalui bank
persepsi atau kantor pos persepsi dengan sistem pembayaran
secara online dan Surat Setoran Pajak (SSP)-nya telah mendapat validasi
dengan Nomor Transaksi Pembayaran Negara (NTPN), maka SPT Masa
PPh Pasal 25 dianggap telah disampaikan ke KPP sesuai dengan tanggal
validasi yang tercantum pada SSP.

6
E. Tata Cara Menunda Mengangsur Pembayaran Atas Ketetapan Pajak

Pajak yang masih harus dibayar dalam Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar (SKPKB), serta Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), dan
Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Putusan Banding, serta Putusan
Peninjauan Kembali yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, harus
dilunasi dalam jangka waktu 1 bulan sejak tanggal diterbitkan. Apabila WP mengalami kesulitan
likuiditas atau mengalami keadaan diluar kekuasaannya sehingga WP tidak akan mampu
memenuhi kewajiban pajak pada waktunya. Tata cara pengangsuran atau penundaan pembayaran
pajak adalah sebagai berikut :

1. WP mengajukan permohonan secara tertulis kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak


(KPP) tempat WP terdaftar untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak yang
masih harus dibayar atau kekurangan utang pajak.
2. Apabila WP disetujui untuk mengangsur atau menunda pembayaran kecuali STP, WP
dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan, dihitung sejak jatuh
tempo pembayaran sampai dengan pembayaran angsuran/pelunasan, dengan ketentuan
bagian dari bulan dihitung penuh 1 bulan.
3. Permohonan harus diajukan secara tertulis paling lama 9 hari kerja sebelum jatuh tempo
pembayaran, disertai dengan alasan dan bukti yang mendukung permohonan, serta
jumlah pembayaran pajak yang dimohon untuk diangsur, masa angsuran, dan besarnya
angsuran, atau jumlah pembayaran pajak yang dimohon untuk ditunda dan jangka waktu
penundaan.
4. Apabila batas waktu 9 hari tersebut tidak dapat dipenuhi oleh WP karena keadaan di luar
kekuasaannya, permohonan WP masih dapat dipertimbangkan DJP sepanjang WP dapat
membuktikan kebenaran keadaan di luar kekuasaannya tersebut.
5. Permohonan harus diajukan dengan menggunakan formulir sebagaimana ditetapkan
dalam Lampiran I PER - 38/PJ/2008.
6. Wajib Pajak yang mengajukan permohonan, harus memberikan jaminan yang besarnya
ditetapkan berdasarkan pertimbangan Kepala KPP, kecuali apabila Kepala KPP
menganggap tidak perlu. Jaminan dapat berupa garansi bank, surat/dokumen bukti
kepemilikan barang bergerak, penanggungan utang oleh pihak ketiga, sertifikat tanah,
atau sertifikat deposito.
7. WP yang mengajukan permohonan dalam jangka waktu yang melampaui 9 hari kerja
sebelum jatuh tempo, harus memberikan jaminan berupa garansi bank sebesar utang
pajak yang dapat dicairkan sesuai dengan jangka waktu pengangsuran atau penundaan.

7
Angsuran atas utang pajak dapat diberikan paling lama 12 bulan sejak diterbitkannya Surat
Keputusan Persetujuan Angsuran Pembayaran Pajak dengan angsuran paling banyak 1 kali
dalam 1 bulan, untuk permohonan angsuran atas utang pajak berupa STP, SKPKB, SKPKBT,
dan Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Putusan Banding, serta Putusan
Peninjauan Kembali. Atau paling lama sampai dengan bulan terakhir Tahun Pajak berikutnya,
untuk permohonan angsuran atas kekurangan pembayaran utang pajak berupa pajak yang
terutang berdasarkan SPT Tahunan PPh, dengan angsuran paling banyak 1 (satu) kali dalam 1
(satu) bulan.

Penundaan atas utang pajak dapat diberikan paling lama 12 bulan sejak diterbitkannya Surat
Keputusan Persetujuan Penundaan Pembayaran Pajak, untuk permohonan penundaan atas utang
pajak berupa STP, SKPKB, SKPKBT, dan Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan
Pembetulan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali. Atau paling lama sampai
dengan bulan terakhir Tahun Pajak berikutnya, untuk permohonan penundaan atas kekurangan
utang pajak berupa pajak yang terutang berdasarkan SPT Tahunan PPh.

Bunga yang timbul akibat angsuran atau penundaan pembayaran pajak, dihitung berdasarkan
saldo utang pajak. Bunga ditagih dengan menerbitkan STP pada setiap tanggal jatuh tempo
angsuran, jatuh tempo penundaan, atau pada tanggal pembayaran. Bunga tidak dikenakan
terhadap angsuran atau penundaan atas pembayaran STP.

Keputusan Pengangsuran atau Penundaan Pembayaran Pajak

Setelah mempertimbangkan alasan beserta bukti pendukung yang diajukan oleh WP, Kepala
KPP atas nama DJP menerbitkan keputusan dalam jangka waktu 7 hari kerja setelah tanggal
diterimanya permohonan. Keputusan dapat berupa :

1. Menyetujui jumlah angsuran pajak dan/atau masa angsuran atau lamanya penundaan
sesuai dengan permohonan Wajib Pajak;
2. Menyetujui jumlah angsuran pajak dan/atau masa angsuran atau lamanya penundaan
sesuai dengan pertimbangan Kepala KPP; atau
3. Menolak permohonan Wajib Pajak.

Apabila jangka waktu 7 hari kerja telah terlampaui dan Kepala KPP tidak menerbitkan suatu
keputusan, permohonan disetujui sesuai dengan permohonan WP, dan Surat Keputusan
Persetujuan Angsuran Pembayaran Pajak atau Surat Keputusan Persetujuan Penundaan
Pembayaran Pajak harus diterbitkan paling lama 5 hari kerja setelah jangka waktu 7 hari kerja
tersebut berakhir. Apabila WP yang sedang mengajukan permohonan untuk mengangsur atau
menunda pembayaran pajak diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) dan/atau
Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga (SKPIB), pengembalian kelebihan pembayaran

8
pajak dan/atau pemberian imbalan bunga tersebut diperhitungkan terlebih dahulu dengan utang
pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Penetapan kembali besarnya angsuran dan/atau masa angsuran dilakukan dengan prosedur :

1. Kepala KPP memberitahukan kepada Wajib Pajak tentang pemindahbukuan/pembayaran


dan perubahan saldo utang pajak serta permintaan usulan perubahan angsuran;
2. Wajib pajak harus menyampaikan usulan perubahan angsuran paling lama 5 hari kerja
sejak tanggal penerbitan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP) atau Surat
Perintah Membayar Imbalan Bunga (SPMIB);
3. Kepala KPP menerbitkan Surat Keputusan Persetujuan Angsuran Pembayaran Pajak yang
juga berfungsi sebagai pembatalan Surat Keputusan Persetujuan Angsuran Pembayaran
Pajak sebelumnya berdasarkan usulan yang disampaikan oleh Wajib Pajak paling lama 5
(lima) hari kerja sejak tanggal diterimanya usulan Wajib Pajak.

9
Kesimpulan
Surat setoran pajak adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melakukan
pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke kas negara melalaui kantor penerima
pembayaran.

Fungsi Surat Setoran Pajak (SSP) adalah sebagai bukti pembayaran paajak apabila telah
disahkan oleh pejabat kantor penerima pembayaran yang berwenang atau apabila telah
mendapatakan validasi.

Tempat pembayaran dan penyetoran Pajak yaitu pada Bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dan Kantor Pos.

Dalam pembayaran masa, batas waktu pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang
untuk suatu saat atau Masa Pajak adalah tidak boleh melebihi 15 hari setelah saat terutangnya
pajak atau Masa pajak berakhir. Atas keterlambatan pembayaran pajak, dikenakan sanksi denda
administrasi bunga 2% (dua persen) sebulan dari pajak terutang dihitung dari jatuh tempo
pembayaran.

Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan secara tertulis untuk mengangsur dan
menunda pembayaran STP,SKPKB,SKPKBT, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan
Keberatan, dan Putusan Banding ke Direktur Jenderal Pajak, dalam hal ini Kepala Kantor
Pelayanan tempat Wajib Pajak terdaftar, apabila mengalami kesulitan likuiditas atau mengalami
keadaan diluar kekuasaannya (force major), sehingga tidak dapat memenuhi kewajiban pajaknya
pada waktu itu. Dengan syarat 1) Pemohonan harus diajukan paling lambat 15 hari sebelum saat
jatuh tempo pembayaran utang Pajak berakhir, kecuali untuk force major dapat diajukan setelah
tanggal jatuh tempo, 2) menyatakan alasan – alasan penundaan pembayaran, 3) Menyatakan
jumlah pajak yang dimohonkan untuk ditunda dan atau diangsur. KPP atas nama Direktur
Jenderal Pajak menerbitkan Surat Keputusan Angsuran / Penundaan Pembayaran Pajak dalam
jangka waktu 10 hari sejak pemohonan diterima. Masa angsuran penundaan diberikan paling
lambat 12 bulan sejak tanggal diterbitkan surat keputusan, dan tidak dapat diperpanjang lagi.

10

Anda mungkin juga menyukai