Anda di halaman 1dari 9

FERTILITAS, DAYA HIDUP EMBRIO, DAYA TETAS DAN BOBOT TETAS

TELUR AYAM RAS HASIL INSEMINASI BUATAN DENGAN AYAM


TOLAKI

Eki Indrawati1), Takdir Saili2) dan Syam Rahadi2, La Ode Nafiu2)


1)
Alumnus Fakultas Peternakan UHO
2)
Staf Pengajar Fakultas Peternakan UHO
*
e-mail : takdirsaili@yahoo.com

ABSTRAK

Ayam tolaki merupakan ayam kampung yang dikembangkan di Sulawesi Tenggara yang
memiliki postur tubuh yang kecil dan produksi telur yang rendah. Oleh karena itu dibutuhkan upaya
untuk meningkatkan performans produksi dan reproduksi ayam tolaki. Salah satu upaya tersebut
adalah menerapkan sistem kawin silang menggunakan metode inseminasi buatan. Pada penelitian ini
dilakukan inseminasi semen ayam tolaki ke saluran reproduksi ayam petelur untuk menghasilkan
telur/ayam silangan. Parameter yang diukur pada penelitian meliputi fertilitas, daya hidup embrio,
daya tetas dan bobot tetas. Penelitian ini dilaksanakan di kandang Pembibitan Unggas Fakultas
Peternakan Universitas Haluoleo selama tiga bulan (Juni-Agustus 2012). Penelitian ini menggunakan
12 ekor ayam ras petelur dan 4 ekor ayam tolaki. Semua data yang diperoleh ditabulasi dan dianalisis
secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukan fertilitas telur hasil persilangan yaitu 50,54%, daya
hidup embrio, daya tetas dan bobot tetas masing-masing 92,18%, 59,56% dan 39,83 g. Kesimpulan
akhir dari penelitian ini menyatakan fertilitas telur, daya hidup embrio, daya tetas dan bobot tetas telur
masih sangat rendah. Rujukan selanjutnya perlu dilakukan persilangan ayam ras petelur jantan
dengan ayam tolaki betina.

Kata kunci : Ayam tolaki, Fertilitas, daya hidup embrio, daya tetas, Inseminasi buatan.

ABSTRACT

Tolaki chicken is a local native chicken in South East Sulawesi wich has small body and low
egg production. Therefore the effort for increasing production perpormance of tolaki chicken was
need. One of the efforts was applying cross breeding program using artivicial insemination method.
In this experiment, the semen of tolaki chicken was used to inseminate layer for producing cross breed
egg/chicken. Several parameters refered to reproduction aspect of cross breed/chicken such as egg
fertility, survival rate of embryo, hatching rate and day old chick (DOC) weight were measured. The
exsperiment was conducted in Poultry Breeding Centre of Animal Science Faculty, Haluoleo
university for 3 monts (June-August 2012). Twelve layers and four tolaki cocks were used in this
experiment. All data were tabulatetd and analyzed using descriptive analysis. Result of this
experiment showed that fertility of the cross breed egg was 50,54%, while survival rate, hatching rate
and DOC weight were 92,18%, 64,79% and 39,83 g. Respectively. finally it was concluded that egg
fertility, survival rate, hatching rate and DOC weight got from this experiment were still low,
therefore it was recommended to conduct next research conserned to cross breeding cock layer with
tolaki chicken.

Key words: tolaki chicken, fertility, survival rate, hatching rate, DOC.

*)
Corresponding authors

10 JITRO VOL.2 NO.2 MEI 2015


PENDAHULUAN memproduksi ayam sebagai sumber daging
Ayam tolaki merupakan plasma yang mirip daging ayam tolaki, dengan
nutfah Sulawesi Tenggara yang perlu PBB yang relatif cepat atau mendekati
dijaga kelestariannya. Penyebutan ayam pertumbuhan ayam ras.
tolaki didasarkan atas perkembangan, Produktivitas ternak hasil
pembentukan, dan penyebarannya di perkawinan alami masih sangat rendah dan
daerah Konawe oleh masyarakat suku memberikan peluang silang dalam yang
tolaki (Nafiu dkk., 2009). Budidaya ayam semakin tinggi tetapi jika diusahakan lebih
tolaki dapat dimanfaatkan sebagai sumber intensif maka bisa ditingkatkan
daging dan telur, baik telur komsumsi produktivitasnya. Efek negatif dari silang
maupun telur tetas. dalam adalah menyebabkan penurunan
Ayam tolaki memiliki postur tubuh tingkat produksi baik tingkat
yang kecil serta ukuran telur yang relatif pertumbuhannya ataupun produksi telur
kecil dengan rata-rata bobot telur 35,55 g untuk generasi berikutnya.
atau berkisar 27,00-41,55 g (Nafiu., dkk Solusi teknologi untuk
2009) lebih ringan dibanding ayam buras meningkatkan performans reproduksi yang
yang mencapai 35-45 g (Mansjoer, 2003). baik dari ayam tolaki adalah dengan
Salah satu upaya untuk melakukan persilangan melalui IB. IB
meningkatkan performans ayam tolaki merupakan salah satu teknologi yang dapat
adalah melalui metode kawin silang. dilakukan untuk meningkatkan populasi
Teknik kawin silang dilakukan untuk dan produksi ternak secara kualitatif
memanfaatkan efek heterosis dan maupun kuantitatif serta merupakan salah
penggabungkan beberapa sifat dari kedua satu metode perkawinan yang mempunyai
tetua kepada keturunan. Hasil prospek untuk dikembangkan pada
persilangannya diharapkan dapat pemeliharaan ayam buras. Penerapan
menggabungkan sifat-sifat positif yang teknologi IB dapat meningkatkan produksi
dibawa kedua tetuanya dan diharapkan telur tetas yang berasal dari induk dan
dapat diperoleh efek heterosis, dalam arti pejantan yang mempunyai produksi tinggi.
melebihi rata-rata penampilan salah satu Pengukuran aspek reproduksi dari
atau kedua tetuanya dan menunjukkan telur ditujukan untuk mengetahui
daya pertumbuhan (vigor) yang lebih keberhasilan awal dari kawin silang.
Performans reproduksi yang dapat diamati
besar, memiliki postur yang lebih besar,
fertilitas yang lebih tinggi, serta ketahanan dari telur ayam hasil persilangan ayam
terhadap penyakit yang lebih baik tolaki dan ayam ras petelur pada penelitian
(Warwick dkk., 1990). ini yakni fertilitas, daya hidup embrio,
Selama ini ayam tolaki daya tetas, dan bobot tetas telur.
berkembang biak secara alami, karena
sistem pemeliharaannya secara ekstensif MATERI DAN METODE
sehingga campur tangan manusia sebagai Penelitian ini dilaksanakan di
pemilik ternak sangat sedikit bahkan bisa Kandang Pembibitan Ternak Unggas,
dikatakan tidak ada. Hal ini diprediksi Laboratorium Lapangan Jurusan
menjadi penyebab rendahnya produktivitas Peternakan Fakultas Peternakan
ayam tolaki. Oleh karena itu perlu adanya Universitas Haluoleo Kendari pada bulan
penerapan teknologi pemuliaan dan Juni sampai dengan Agustus 2012. Materi
reproduksi yang tepat, seperti kawin silang penelitian ini digunakan 12 ekor ayam
dengan ayam ras petelur menggunakan petelur strain isa brown yang berumur 1,2
teknik IB sehingga produktivitas ayam tahun dan rataan berat badan 1,6 kg ±
tolaki dapat ditingkatkan. Keunggulan 0,11. Selain itu, digunakan ayam tolaki
yang diharapkan dari persilangan antara jantan sebanyak 4 ekor dengan rataan
ayam ras dan ayam tolaki adalah dapat umur 2,5 tahun dan rataan berat badan 2

11 JITRO VOL.2 NO.2 MEI 2015


kg ± 0,24. Alat untuk menampung semen apakah telur-telur tersebut menetas
ayam tolaki digunakan tabung mikro 1,5 atau tidak.
ml sedangkan untuk inseminasi semen ke Fertilitas diamati pada umur penetasan
dalam saluran reproduksi ayam betina 7 hari yang dihitung dengan rumus :
digunakan syringe 3 cc. Timbangan Fertilitas
analitik dan jangka sorong masing-masing
= x 100%
digunakan untuk menimbang telur dan
mengukur indeks telur, sedangkan mesin 4. Daya hidup embrio (DHE) adalah
tetas kapasitas 100-150 butir digunakan persentase telur-telur yang fertil dari
untuk menetaskan telur ayam. umur 7 hari penetasan sampai pada
Pengamatan fertilitas dan daya hidup umur 14 hari penetasan. DHE dapat
embrio digunakan alat candling. dihitung dengan rumus :
Variabel yang diamati pada Daya hidup embrio =
penelitian ini adalah berat telur, indeks x 100%
telur fertilitas, daya hidup embrio, daya
tetas, bobot tetas. 5. Daya tetas adalah persentase telur-telur
1. Bobot telur (g) diperoleh dengan cara yang menetas dari jumlah embrio telur
menimbang telur dengan menggunakan fertil yang dihitung dengan rumus :
timbangan analitik. Jumlah telur menetas
Daya tetas = Jumlah telur fertil
x 100%
2. Indeks telur adalah perbandingan antara
diameter lebar dan diameter panjang 6. Bobot tetas (g) diperoleh dengan
telur. Indeks telur dapat dihitung menimbang bobot badan anak ayam
dengan rumus : menetas setelah kering bulunya.
Data tentang fertilitas, daya hidup
Indeks telur = x 100% embrio, daya tetas dan bobot tetas telur
 Lebar telur (mm) diperoleh dengan cara hasil IB dikumpulkan dan ditetaskan
mengukur lebar telur pada lingkaran dibuat dalam bentuk rataan, selanjutnya
terbesar dengan menggunakan jangka dianalisis secara deskriptif.
sorong digital.
 Panjang telur (mm) diperoleh dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
cara mengukur panjang telur mulai dari
bagian teruncing sampai bagian tumpul A. Fertilitas Telur
telur dengan menggunakan jangka Persentase fertilitas telur ayam ras
sorong digital. hasil IB dengan ayam tolaki yang
3. Fertilitas adalah persentase telur-telur diperoleh pada penelitian ini disajikan
yang bertunas dari jumlah telur yang pada Tabel 3.
dieramkan, tanpa memperhatikan
Tabel 3. Rataan persentase fertilitas telur ayam ras hasil IB dengan ayam tolaki
Penetasan Pejantan Jumlah Telur Fertil Fertilitas (%)
J1 16 4 25,00
I J2 12 2 16,66
J3 8 6 75,00
J4 12 8 66,66
Rataan I 45.83 ± 29.27
J1 7 3 42,85
II J2 11 2 18,18
J3 5 3 60,00
J4 5 5 100,00
Rataan II 55,26 ± 34,41
Rataan I dan II 50,54 ± 30.01

12 JITRO VOL.2 NO.2 MEI 2015


Rataan persentase fertilitas telur yang dihasilkan. Selain itu, telur tetas yang
yang diperoleh pada penelitian ini digunakan juga tidak diseleksi berdasarkan
50,54%. Berdasarkan kode telur tetas yang indeks telur yang ideal yakni telur yang
fertil, ayam jantan tolaki dengan bobot ideal untuk ditetaskan memiliki indeks
badan 2,20 kg (J4) memiliki tingkat rataan telur 70-75%, disebabkan keterbatasan
fertilitas yang tinggi dengan persentase jumlah telur yang diperoleh pada saat
fertilitas 83,33%, dan terendah pada ayam penelitian. Indeks telur dalam penelitian
tolaki dengan bobot badan 1,83 kg (J2) ini rata-rata 7,22%,.
dengan rataan persentase fertilitas 17,42%. Proses perkawinan ayam pada
Fertilitas telur yang dicapai pada penelitian penelitian ini melalui persilangan dengan
ini lebih rendah dibandingkan dengan hasil teknik IB sebanyak 3 kali seminggu.
penelitian Muryanto dkk., (2002) yang Kemungkinan telur-telur fertil adalah telur
memperoleh angka persentase fertilitas yang diproduksi pada hari terakhir
telur ayam hasil persilangan 84,4%. sebelum IB berikutnya, karena motilitas
Prawirodigdo dkk.,(2001) menyatakan sperma dan daya hidup sperma dalam
bahwa fertilitas telur ayam hasil saluran reproduksi betina semakin
persilangan antara ayam kampung jantan menurun. Hal ini sesuai dengan pendapat
dengan ayam petelur betina mencapai Sutiyono dan Supriondho (1991) bahwa
85%, sedangkan telur hasil persilangan setelah perkawinan fertilitas telur
sesama ayam kampung hanya 70%. berangsur-angsur menurun.
Rendahnya fertilitas telur pada
penelitian ini kemungkinan dipengaruhi B. Daya Hidup Embrio
oleh faktor pewarisan seperti bangsa, Daya hidup embrio adalah
galur, faktor lingkungan dan faktor kemampuan embrio untuk bertahan hidup
manajemen (Gunawan 1988), rasio jantan pada umur 14 hari setelah telur berada
betina yang digunakan yaitu berbanding dalam mesin tetas. Telur yang embrionya
1:3 dan selang waktu antara perkawinan masih hidup ditandai dengan
dengan penyimpanan telur untuk bertambahnya jumlah dan ukuran akar-
ditetaskan, serta umur pejantan ayam akar serabut pada telur, sedangkan telur
tolaki yang digunakan dalam penelitian ini yang embrionya mati ditandai dengan
sudah tergolong tua yaitu rata-rata tidak adanya bintik atau benang darah
berumur ± 2,5 tahun dan semen yang merah yang mengelilingi telur.
diperoleh seringkali bercampur dengan Persentase daya hidup embrio telur
urin sehingga menurunkan motilitas ayam ras hasil IB dengan ayam tolaki
sperma pada saluran reproduksi ayam yang disajikan pada Tabel 4
kemudian mempengaruhi fertilitas telur
Tabel 4. Rataan persentase daya hidup embrio telur ayam ras hasil IB dengan ayam tolaki
Penetasan Pejantan Jumlah Telur Jumlah Telur Daya Hidup
Fertil Fertil 14 hari Embrio (%)
J1 4 4 100,00
I J2 2 2 100,00
J3 6 5 83,33
J4 8 7 87,50
Rataan I 92,71 ± 8,59
J1 3 2 66,60
II J2 2 2 100,00
J3 3 3 100,00
J4 5 5 100,00
Rataan II 91,65 ± 16,70
Rataan I dan II 92,18 ± 12,31

13 JITRO VOL.2 NO.2 MEI 2015


Rataan daya hidup embrio telur sperma yang mati akan menjadi racun bagi
ayam ras hasil IB ayam tolaki dengan 2 sperma yang hidup (Susilowati dan
kali penetasan diperoleh 92,18 persen. Hernawati, 1992).
Ayam betina yang diinseminasi Faktor lain yang berpotensi dapat
menggunakan semen ayam tolaki dengan meningkatkan daya hidup embrio yaitu
berat badan 1,83 kg (J2) menghasilkan kemungkinan disebabkan oleh proses
jumlah telur dengan kemampuan embrio pembalikan telur yang dilakukan secara
untuk bertahan pada 14 hari umur hati-hati karena pembalikan telur yang
penetasan yang baik dengan rataan kasar dapat berpotensi memutuskan
persentase daya hidup embrio 100%. khalaza sehingga menimbulkan kematian
Hasil penelitian ini lebih tinggi embrio di dalam mesin tetas karena
dibandingkan dengan laporan Muryanto kekurangan makanan, serta kemungkinan
dkk., (2002) yang memperoleh rataan saat pembalikan telur tidak terlalu lama
persentase daya hidup embrio ayam hasil sehingga menyebabkan suhu dalam mesin
persilangan antara pejantan ayam kampung tetas tetap stabil. Tullet (1990)
dengan ayam ras petelur sebesar 16,6 menyatakan bahwa keberhasilan penetasan
persen. Laporan Solihati dkk., (2006) tergantung dari suhu, kelembaban,
dalam penelitiannya yang menyatakan frekuensi pemutaran, ventilasi dan
bahwa daya hidup embrio ayam kampung kebersihan telur. Sedangkan menurut
yang diamati pada 14 hari umur penetasan Iswanto (2005), apabila kondisi suhu
yakni sebesar 43,24% pada penyimpanan mesin tetas tidak merata, kemungkinan
semen selama 1 jam, sedangkan pada dapat menimbulkan kematian calon DOC.
penyimpanann semen 24 jam sebesar Penanganan suhu yang diukur
21,68% dan penyimpanan 48 jam sebesar dengan termometer memegang peranan
10,32%. yang sangat penting dalam penetasan telur
Tingginya daya hidup embrio pada karena hal ini berhubungan dengan faktor
penelitian kemungkinan disebabkan perkembangan embrio di dalam telur.
pengaruh persilangan dari kedua bangsa Suhu yang sedikit lebih rendah untuk
ayam tersebut, hal ini sejalan dengan periode yang tidak terlau lama tidak
pendapat Hardjosubroto (1994) yang mempengaruhi embrio kecuali
menyatakan bahwa kawin silang dapat memperlambat perkembangannya untuk
meningkatkan proporsi gen-gen embrio muda. Hal yang sedikit berbeda
heterosigot dimana pada umumnya jika terjadi pada embrio yang lebih tua
peningkatan heterosigositas akan karena pengaruhnya akan sedikit lebih
meningkatkan daya hidup embrio dan berkurang. Jika suhu terlalu rendah dari
meningkatkan jumlah anak. Selain itu, kaidah penetasan telur ayam maka akan
tingginya daya hidup embrio persilangan mempengaruhi embrio dalam hal
antara ayam tolaki dan ayam ras petelur perkembangan oragan-organnya yang
yang dihasilkan dalam penelitian ini berkembang tidak secara proporsional
mungkin disebabkan penanganan semen (Anonimous, 2009).
yang baik yaitu semen yang diperoreh
langung diinseminasikan pada saluran C. Daya Tetas
reproduksi ayam ras petelur hal ini karena Persentase daya tetas telur ayam
semakin lama semen disimpan akan ras hasil IB dengan ayam tolaki disajikan
menyebabkan periode fertil semakin pada Tabel 5.
singkat yakni penyimpanan yang lebih
lama akan meningkatkan jumlah
spermatozoa yang mati sehingga jumlah
kematian spermatozoa hidup selama proses
penyimpanan semakin meningkat dan

14 JITRO VOL.2 NO.2 MEI 2015


Tabel 5. Rataan persentase daya tetas telur ayam ras hasil IB dengan ayam tolaki
Penetasan Pejantan Jumlah Telur Jumlah Telur Persentase Daya
Fertil Menetas Tetas (%)
J1 4 3 75,00
I J2 2 1 50,00
J3 6 6 100,00
J4 8 3 42,85
Rataan I 67,46 ± 33,38
J1 3 3 100,00
II J2 2 0 0
J3 3 2 66,66
J4 5 2 40,00
Rataan II 51,66 ± 42,29
Rataan I dan II 59,56 ± 35,60
digunakan masih produktif yaitu umur
Rataan daya tetas telur ayam ras ayam ras petelur isa brown pada penelitian
hasil IB dengan ayam tolaki pada ini berumur 1,2 tahun. Selain itu, mesin
penelitian ini mencapai 59,56 persen. tetas yang digunakan merupakan mesin
Ayam betina yang diinseminasi tetas kombinasi yang memiliki sumber
menggunakan semen pejantan ayam tolaki pemanas cadangan yakni lampu minyak,
dengan bobot badan 1,73 kg (J1) memiliki sehingga ketika listrik padam suhu dalam
jumlah telur menetas yang banyak dengan mesin tetas dapat dipertahankan
rataan persentase daya tetas 87 persen dan kestabilannya dan tidak mengganggu
terendah pada ayam tolaki dengan bobot pertumbuhan dan perkembangan embrio.
badan 1,83 kg (J2) dengan rataan Menurut North dan Bell (1990)
persentase 12,5 persen. Daya tetas yang bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
diperoleh pada penelitian ini lebih tinggi daya tetas adalah kondisi sperma, umur
dibandingkan Pramono dkk., (2004) yang induk, kesehatan induk, kandungan gizi
memperoleh daya tetas telur hasil pakan, produksi telur, heritabilitas, rasio
persilangan sebesar 43,11. Demikian jantan dan betina, iklim, kualitas kulit telur
halnya dengan pendapat Prowirodigdo dan kondisi mesin tetas (jumlah
dkk., (2001) bahwa daya tetas telur ayam mikroorganisme). Sedangkan Putra (2009)
hasil persilangan antara ayam kampung menyatakan bahwa faktor-faktor yang
dan ayam ras petelur sebesar 40 persen. mempengaruhi daya tetas adalah breeding,
Tingginya daya tetas yang produksi telur, umur dan tata laksana
diperoleh dalam penelitian ini pemeliharaan, kondisi kandang dan
kemungkinan disebabkan pengaruh ransum. Rasyaf (1993) mempertegas
persilangan, hal ini sesuai dengan pendapat bahwa untuk menghasilkan daya fertil
Warwick dk., (1990) yang menyatakan yang baik tidak hanya dibutuhkan protein
melalui persilangan yang berbeda bangsa, dan energi tetapi juga keseimbangan
daya tetas telur dapat ditingkatkan karena vitamin dan mineral yang bertujuan untuk
persilangan dapat mengurangi gen-gen mendukung proses pertumbuhan embrio
homozigot dan meningkatkan saat telur ditetaskan.
heterozigositas. Hal ini diperkuat oleh
pendapat Ali dkk., (2007) bahwa bangsa
berpengaruh nyata terhadap daya tetas. D. Bobot Tetas
Selain bangsa, daya tetas juga dipengaruhi
oleh umur yakni ayam petelur yang

15 JITRO VOL.2 NO.2 MEI 2015


Tabel 6. Rataan bobot tetas telur ayam ras hasil IB dengan ayam tolaki
Penetasan Pejantan Jumlah Telur Bobot Telur (g) Bobot Tetas (g)
Menetas
J1 3 64,78 ±6,83 46,40
I J2 1 61,15 ± 3,34 36,80
J3 6 57,26 ± 4,42 37,88
J4 3 65,21 ± 7,85 39,33
Rataan I 61,57 ± 3,22 40,10 ± 20,06
J1 3 64,51 ± 3,22 44,26
II J2 0 61,82 ± 5,98 -
J3 2 58,66 ± 5,49 37,80
J4 2 63,68 ± 4,66 36,63
Rataan II 61,66 ± 3,52 39,56 ± 4,10
Rataan I dan II 61,62 ± 3,12 39,83 ± 3,88
betina atau embrio ayam jantan lebih berat
Secara umum rataan bobot tetas dari pada embrio ayam betina karena pada
telur hasil penimbangan DOC pada embrio jantan memiliki otot skletal yang
penelitian ini yaitu 39,83 g. Bobot tetas lebih berat dari pada betina
telur ayam ras petelur hasil IB dengan (Liu dkk., 2004). Ayam betina memiliki
ayam tolaki dengan bobot badan 1,75 kg kecenderungan untuk menetas lebih awal
(J1) menunjukkan rataan persentase bobot dari pada ayam jantan dan hal ini akan
tetas 45,33 persen dan terendah pada ayam berdampak pada bobot badan. Selama
tolaki dengan bobot badan 1,83 kg (J2) mengalami perkembangan embrionik,
dengan rataan bobot tetas 18,4 persen. embrio akan mengalami metabolisme yang
Hasil penelitian ini lebih rendah akan berdampak pada peningkatan suhu
dibandingkan dengan loporan Muryanto dan tingginya penguapan, sehingga akan
dkk., (2002) yang memperoleh bobot tetas menyebabkan ayam betina memiliki bobot
telur hasil persilangan antara ayam tetas yang rendah (Reis, 1997). Hal ini
kampung dan ayam ras petelur sebesar sesuai dengan pendapat Mohammad dkk.,
40,4 g dan demikian tidak jauh berbeda (2005), pada beberapa spesies seperti
dengan Pramono dkk., (2004) yang unggas menunjukkan dimorfisme pada
memperoleh daya tetas telur hasil bobot badan, dimana bobot badan jantan
persilangan sebesar 44,12 g sedangkan lebih berat dari pada bobot betina.
bobot DOC ayam ras isa brown adalah
35 g. KESIMPULAN
Rendahnya bobot tetas telur ayam Berdasarkan hasil penelitian
ras hasil IB dengan ayam tolaki pada diperoleh fertilitas, daya hidup embrio,
penelitian ini mungkin disebabkan daya tetas dan bobot tetas telur ayam ras
pengaruh persilangan dari ayam tersebut, hasil IB dengan ayam tolaki secara
bobot tetas telur yang dihasilkan pada berturut-turut yaitu 50,54%; 92,18%;
penelitian ini lebih tinggi dibandingkan 59,56% dan 39,83 g.
dengan bobot DOC ayam ras petelur yakni .
35 g. Hal ini hubungannya dengan bangsa DAFTAR PUSTAKA
ayam yang berbeda akan mempengaruhi Ali, M. N., M. S. Hassan and F.A.A. El-
proporsi putih telur dan kuning telur yang Ghany. 2007. Partial Diallel Cross
digunakan sebagai nutrisi untuk Analysis in Chicken (Purwanti et
perkembangan embrio (Hartman dkk., al.) 63 Effect of strain, type of
2003). Terdapat kecenderungan bobot naural antioxidant an sulphate ion
DOC jantan lebih besar dari pada DOC on productive, physiological and

16 JITRO VOL.2 NO.2 MEI 2015


hatching performance of native dan pengembangan ayam tolaki
laying hens. Int Poultry Science. 6 sebag
(8): 539-554 North, M.O dan D.D. Bell., 1990.
Anonimous., 2009. Ayam lokal Indonesia Commercial Chaicken Production
(http:// Peternakan Litbang. Manual. 4th Ed. Avi publishing
deptan. go. id. Diakses 26 Company inc. Westport.
September 2012). California.
. Putra, Z., 2009. Fertilitas dan daya tetas
Engsminger, M.E., 1992. Poultry Science telur. http:// www. Google.co.id.
Interstate publishers. Inc. Daville (20 Maret 2012).
Illinois. Pramono, D. S. Prawirodigdo, W.
Hardjosubroto, W., 1994. Aplikasi Dirjopratomyono, Ho, F.L.
Pemuliabiakan Ternak di Maryono, Hartono dan Puji
Lapangan. PT Gramedia Lestari., 2004. Kajian
Widisarana. Jakarta. pengembangan persilangn antara
Hartmann, C., K. Johansson., E. ayam lokal dengan ayam ras
Strandberg and L. Rydhmer., 2003. petelur berwawasan konservasi.
Genetic correlation between the (http://jateng.litbang.deptan..go.id/i
maternal genetic effect on chick nd//index.php?option=com_content
weight and thedirect genetic effect &view=article&id=64&Itemid=53.
on egg composition traits in a Diakses pada tanggal 8 Agustus
white leghorn line. Poultry 2012).
Science. 82: 1-8. Prawirodigdo, S., D. Pramono, B.
Iswanto, H., 2005. Ayam kampung Budihartono, Ernawati, S.
pedaging. PT Agromedia Pustaka. Iskandar, D. Zaenudin, Sugiyono,
Jakarta. G. S, Prawoto dan P. Lestari.,
Mansjoer, S. S., 2003. Potensi ayam buras 2001. Laporan kegiatan pengkajian
di Indonesia. Makalah disampaikan partisipatif persilangan ayam lokal
pada semiloka Pengkajian dengan ayam ras petelur. Balai
Pengembangan Produksi Bibit Pengkajian Teknologi Pertanian
Ayam Buras dan Itik. Cisarua Jawa Tengah. Semarang.
Bogor. 22 Maret 2003. Rasyaf, M., 1993. Pengelolaan penetasan.
Muryanto., 2007. Teknologi inseminasi Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
buatan pada ayam buras. BPTP Reis, L. H., L. T. Gama and M. C. Soares.,
Jawa Tengah. Semarang. 1997. Effects of short storage
Muryanto, D. Pramono, T. Prasetyo, S. conditions and broiler breeder age
Prawirodigdo, H.E. Mumpuni, E. on hatchability, hatching time and
Kushartanti dan I. Musawati., chick weight. Poultry Science. 76:
2002. Paket Teknologi 1459-1466.
rekomondasi ayam Potong Lokal Solihati, N., 2006. Pengaruh lama
(Ayam Hibrida). BPTP Jawa penyimpanan semen cair ayam
Tengah. Semarang. buras pada suhu 5ºC terhadap
(http://jateng.litbang.deptan..go.id/i periode fertil dan fertilitas sperma.
nd//index.php?option=com_content Skripsi. Fakultas Peternakan.
&view=article&id=285: Universitas Padjajaran. Bandung.
peternakan&catid=27:rekomondasi Sutiyono dan Y. Supriondho., 1991.
-teknologi&Itemid=66. Diakses Fertilitas Spermatozoa pada alat
pada tanggal 8 Agustus 2012). kelamin betina. Universitas
Nafiu, L. T. Saili, M. Rusdin, A.S. Aku Dipenogoro. Semarang.
dan Y.Taufik., 2009. Pelestarian

17 JITRO VOL.2 NO.2 MEI 2015


Suprijatna, E., U. Atmomarsono., dan R.
U. Kartasudjana., 2008. Ilmu dasar
ternak unggas. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Susilowati, S. dan T. Hernawati., 1992.
Penggunaan pengencer larutan
bahan untuk menyimpan semen
domba. Media Kedokteran Hewan.
3. No. 3.
Tullet, S.G., dan F.G. Burton., 1987.
Effect of two gasmixtures on
growth of the domestic fowl
embryo from days 14 yhrough 17
of incubation. World poult.
Science. 23:360-369.
Yuwanta, T., 1983. Beberapa metode
praktis penetasan telur. Dirjen
DIKTI Depdikbud. Jakarta.

Warwick, J. E. J, M. Astuti., dan H.


Wartomo., 1990. Pemuliaan ternak.
Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.

18 JITRO VOL.2 NO.2 MEI 2015

Anda mungkin juga menyukai