Anda di halaman 1dari 297

Pemilu&

Jurnal

Demokrasi
Jurnal #5
Jurnal
Februari #9
2013

KODIFIKASI
UNDANG-UNDANG
PEMILU PEMBARUAN
HUKUM PEMILU MENUJU
TRANSPARANSI,
PEMILU SERENTAK
PARTISIPASI, DAN
NASIONAL DAN PEMILU
DEMOKRASI
SERENTAK DAERAH

Jurnal Pemilu dan Demokrasi adalah jurnal tiga bulanan yang diterbitkan oleh Yayasan Perludem.
Perludem menerima kontribusi tulisan dan pemikiran dari khalayak luas untuk dapat diterbitkan dalam
Jurnal Pemilu dan Demokrasi. Lebih lengkap hubungi Redaksi.

i
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
perempuan.
KODIFIKASISeperti halnya keterwakilan
UNDANG-UNDANG PEMILU perempuan sebagai salah satu
PEMBARUAN HUKUM PEMILU MENUJU PEMILU
syarat verifikasi faktual untuk menjadi
SERENTAK NASIONAL DAN PEMILU SERENTAK peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
DAERAH
2012 menegaskan
Jurnal Pemilu dan setiap
Demokrasipartai
#9 politik peserta pemilu harus memenuhi
30% keterwakilan
DEWAN PENGARAH
perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
praktik selama ini, pihak
Prof. Topo Santoso, yang
SH.,M.H., duduk baik di parlemen maupun pemerintah
Ph.D
Dra. Siti Noordjanah Djohantini, M.M., M.Si
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
PENANGGUNG JAWAB
akan berdampak negatif
Titi Anggraini, SH., M.H. terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam

hukumPEMIMPIN
dan pemerintahan.
REDAKSI Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Khoirunnisa Agustyati
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
REDAKTUR PELAKSANA
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
Fadli Ramdhanil
Heroik M Pratama
2009.”
TATA LETAK DAN DESAIN SAMPUL
Masih
Effieberhubungan
Herdi dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Supriyanto dan Lia
DITERBITKAN OLEH: Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Yayasan Perludem
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
(Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi)
kampanyeJalan Tebet Tmur IVA
adalah No. 1,satu
salah Tebet, hal penting dalam proses pemilu. Dana
Jakarta Selatan
kampanye diperlukan
Telp: 021-8300004 Fax: oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
021-83795697
www.perludem.org, perludem@gmail.com
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

vi
KATA PENGANTAR
Sejak perubahan UUD 1945 Indonesia telah
menyelenggarakan empat kali pemilu legislatif, empat
kali pemilu presiden, dan tiga kali gelombang pilkada.
Untuk menyelenggarakan ketiga jenis pemilu tersebut
telah dikeluarkan 14 undang-undang yang mengatur
pemilu, dari 14 undang-undang tersebut hingga saat ini
terdapat UU yang masih berlaku: UU No 42/2008 tentang
pemilu presiden, UU No 15/2011 tentang penyelenggara
pemilu, UU No 8/2012 tentang pemilu legislatif, dan UU
No 10/2016 tentang perubahan kedua undang-undang
pilkada. Namun dari ke-14 undang-undang tersebut
muncul kompleksitas pengaturan pemilu, kompleksitas
penyelenggaraan pemilu, dan kompleksitas pemerintahan
hasil pemilu.
Kompleksitas pengaturan pemilu ini ditandai oleh
selalu digugatnya undang-undang pemilu ke Mahkamah
Konstitusi. Kompleksitas penyelenggaraan pemilu
terlihat dari banyaknya petugas, tingginya anggaran,
besarnya volume dan varian surat suara, serta rumitnya
teknis penghitungan suara. Sedangkan kompleksitas
pemeirntahan hasil pemilu tampak oleh banyaknya partai
politik di parlemen, koalisi tidak berpola dan rapuh, serta
terjadinya pemerintahan terbelah secara horisontal dan
pemerintahan terputus secara vertikal.
Adanya kompleksitas ini mendorong adanya perubahan
besar dalam kerangka hukum penyelenggaraan pemilu

iii
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat selama
oleh politisi
ini,dan pemerintah
mulai yang terpilih
dari model untuk memerintah.
pengaturan, manajemen
Pandangan Hamdan tersebut
penyelenggaraan, berkaitan
hingga dengan
format apa yang disampaikan
pemerintahan hasil
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
pemilu. Demi menciptakan kepastian dan keadilan Anggaran
pada Tahun
hukum Pemilu.”
maka Yuna menjelaskan
pengaturan bahwa
pemilu Political
harus budget cycles
disatupadikan
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
atau dikodifikasi. Kodifikasi undang-undang pemilu
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
sesungguhnya bukan sesuatu yang rumit akrena baik
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
undang-undang pemilu legislatif, undang-undang
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
pemilu presiden, maupun undang-undang pilkada
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
dalam pengaturannya menggunakan asas yang sama,
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
menggunakan
ini, yang model
menjadi perhatian manajemen
tidak hanya yangcycles,
political budget sama, dan
melainkan
menggunakan
political model
corruption cycle ataupenegakan hukum
siklus korupsi yang
politik sama.
pada tahun-tahun
Pemilu yangDalam mendorong
telah meningkat advokasi
dengan ekstrim.terbentuknya kodifkasi
undang-undnag
Masyarakat pemilu
tidak saja dapat bukan sebagai
ditafsirkan hanya satu
menggabungkan
kesatuan, tetapi
keempat
juga perlu undang-undang
dibatasi yang mengatur
mengingat perbedaan hakikat pemilu
antara tetapi juga
laki-laki dan
membenahi
perempuan. Seperti pengaturan dari isu-isu
halnya keterwakilan penting
perempuan yang salah
sebagai tentangsatu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu.
pemilu. Sehubungan dengan hal itu inisiatif masyarkatUU No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai
sipil yang tergabung politik
dalam peserta pemilu
“Sekretariat harusKodfikasi
Bersama memenuhi
30% keterwakilan
Undang-Undangperempuan. Kondisi ini
Pemilu” patut diperjuangkan,
telah berdiskusi mengingat
panjang
praktikmenganai
selama ini, 9
pihak yang duduk baik di parlemen maupun
(sembilan) isu penting yang mengatura pemilupemerintah
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
yang terdiri dari: subkomite kelembagaan penyelenggara
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
pemilu, subkomite sistem pemilu, subkomite keterwakilan
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
perempuan, subkomite pendaftaran pemilih, subkomite
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
kampanye dan dana kampanye, subkomite aksesibilitas
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”
pemilu, subkomite teknologi kepemiluan, subkomite
penegakan hukum pemilu, dan subkomite pemantauan
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
dan partisipasi masyarakat.
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Hasil
Akuntabilitas diskusi dan
Pengelolaan kesimpulan
Dana Kampanye,dari subkomitebahwa
menguraikan tersebut
dana
kampanyemerupakan usulan
adalah salah satupembaruan
hal pentingterhadap undang-undang
dalam proses pemilu. Dana
kampanyekepemiluan
diperlukanyang
oleh selama ini mengatur
partai politik pemilu untuk
dan kandidatnya presiden,
dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

iv
vi
pemilu legislatif, pemilu kepala daerah, dan penyelenggara
pemilu. Adanya rekomendasi ini diharapkan akan
meningkatakan kualitas pemilu kita baik dari segi proses
maupun hasil. Berangkat dari hal tersebut, Jurnal Pemilu &
Demokrasi edisi 9 dengan tema “KODIFIKASI UNDANG
UNDANG PEMILU PEMBARUAN HUKUM PEMILU
MENUJU PEMILU SERENTAK NASIONAL DAN
PEMILU SERENTAK DAERAH” yang ada dihadapan
pembaca ini berusaha untuk memetakan permasalahan
yang selama ini dalam kepemiluan Indonesia dan
memberikan rekomendasi untuk permasalahan tersebut.
Akhir kata, harapannya jurnal ini dapat memberikan
kontribusi dalam diskursus kepemiluan sekaligus menjadi
salah satu referensi bagi seluruh aktor demokrasi untuk
memperbaiki penyelenggaraan pemilu menuju peilu
serentak nasional dan pemilu serentak daerah

Jakarta, Agustus 2016

TITI ANGGRAINI
DIREKTUR EKSEKUTIF PERLUDEM

v
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan

Daftar Isi
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
Kata Pengantar........................................................................................... iii
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
sudah Kepesertaan
Syarat menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
Peserta Pemilu.......................................................1
empiris diAgustyati
Khoirunnisa berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
MENGATUR RELAWAN POLITIK: MENEGASKAN BENTUK PARTISIPASI
agregat maupun
MASYARAKAT DALAM secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
PEMILU.............................................................19
Maharddhika
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
Memperbaiki Mekanisme Penegakan Hukum Pemilu.......................42
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
Fadli Ramadhanil
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
PENGAWASAN
Pemilu yang telah PEMILU meningkat dengan ekstrim.
POLITIK UANG DAN DANA KAMPANYE................................................70
Masyarakat
Indonesia Corruption tidak
Watch saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
KOMISI PEMILIHAN
perempuan. Seperti UMUM halnya SEBAGAI PENYELENGGARA
keterwakilan perempuan PEMILIHAN
sebagai salah satu
UMUM.....................................................................................................96
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
Catherine Natalia
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
30% keterwakilan
MENARIK perempuan. Kondisi
KERAH KETERWAKILAN ini patut diperjuangkan, mengingat
PEREMPUAN..............................126
USEP HASAN SADIKIN
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
AGAR PEMILU UNTUK SEMUA:
akan berdampak
CATATAN KEBERPIHAKAN negatifTERHADAP
terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
PEMILIH DISABILITAS..........155
Kholilullah
hukum dan P. pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Inklusifitas dalam Daftar Pemilih.......................................................187
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
Khoirunnisa Agustyati
2009.”
Menyederhanakan
Masih berhubungan Sistemdengan Kepartaian..............................................211
tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Heroik M. Pratama
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Akuntabilitas
Rekapitulasi Pengelolaan
Elektronik: Langkah Dana Kampanye,
Strategis dalammenguraikan
pengembangan bahwa dana
Teknologi Pemilu di Indonesia...........................................................245
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
Diah Setiawaty dan Sebastian Vishnu
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
Profil Penulis............................................................................................285
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

vi
vi
Syarat Kepesertaan
Peserta Pemilu
Khoirunnisa Agustyati

Abstrak
Undang-undang sebagai aturan main dalam pemilu
menentukan nasib partai politik. Nasib partai politik tidak
hanya ditentukan dalam menentukan mekanisme siapa yang
menjadi pemenang pemilu, tetapi juga ketika menentukan siapa
yang berhak menjadi peserta pemilu. Ketentuan persyaratan
untuk menjadi peserta pemilu terus berubah dari pemilu ke
pemilu. Tampak dalam undang-undang bahwa persyaratan
yang harus dipenuhi partai politik untuk menjadi peserta pemilu
dari pemilu ke pemilu terus menyulitkan, khususnya bagi partai
baru. Untuk itulah dibutuhkan desain baru dalam persyaratan
peserta pemilu, khususnya menuju pemilu serentak nasional
dan pemilu serentak daerah.
Kata Kunci: undang-undang pemilu, syarat kepersetaan
peserta pemilu, pemilu serentak nasional dan pemilu serentak
daerah.

PENGANTAR
Undang-undang pemilu sebagai aturan main dalam pemilu
dapat dikatakan sebagai undang-undang yang paling menentukan
nasib partai politik. Bukan hanya menentukan bagaimana
pemenang pemilu dapat dihasilkan, tetapi juga menentukan siapa
saja yang berhak untuk menjadi peserta dalam pemilu. Karena
sifatnya yang menentukan nasib partai politik, maka wajar jika

1
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

setiap kali akan


merupakan suatumenyelenggarakan pemilukebijakan
upaya untuk menyelamatkan selalu ada perubahan
publik yang akan
terhadap undang-undang pemilu. Setidaknya hal ini terlihat
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
dengan banyaknya
Pandangan Hamdan undang-undang pemilu
tersebut berkaitan yang
dengan ditetapkan
apa sejak
yang disampaikan
era reformasi
Yuna hingga tulisannya
Farhan melalui Pemilu 2014 lalu .
1
“Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
Salah
pada satuPemilu.”
Tahun yang menyebabkan berubahnya
Yuna menjelaskan undang-undang
bahwa Political budget cycles
adalah
sudah kepentingan partai universal
menjadi fenomena politik yang berbeda-beda.
didukung Hal ini juga
dengan berbagai studi
empiris
yang di berbagai Negara.
menyebabkan Berbagai
adanya variabelyang
perdebatan yang mempengaruhi politcal
cukup alot terkait
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran
sejumlah isu tentang sistem pemilu yang akan digunakan. Salah baik secara
agregat
satu maupun
yang memicusecara spesifik pada
perdebatan tahun-tahun
adalah Pemilu, terkonfirmasi
pembahasan mengenai
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
ambang batas. Pada pembahasan UU No 10/2008 perdebatan
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
mengenai ambang batas terjadi antara partai kecil dan partai
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
besar. Partai kecil dan menengah ingin mempertahankan ambang
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
batas sebesar 2.5%, sementara Partai besar ingin menaikkan
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
angka ambang batas menjadi 5%.
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
Perdebatan
juga mengenai
perlu dibatasi besarperbedaan
mengingat kecilnya hakikat
ambangantara
batas laki-laki
parlemen dan
(parliamentary threshold) dalam pembahasan undang-undang
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
pemilu, disebabkan
syarat verifikasi adanya
faktual untukkeyakinan untukpemilu.
menjadi peserta mengurangi
UU No.jumlah
8 Tahun
partai politik di parlemen
2012 menegaskan hasil
setiap partai pemilu.
politik Perdebatan
peserta ini memenuhi
pemilu harus muncul
kembali pada pembahasan
30% keterwakilan UU No
perempuan. Kondisi 8/2012,
ini patut padahal mengingat
diperjuangkan, angaka
yang sebelumnya
praktik diperdebatkan
selama ini, pihak yang duduk baiksudah meningkat
di parlemen daripemerintah
maupun pemilu
sebelumnya, yaitu hingga 3.5%. Setelah perdebatan yang cukup
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
akan berdampak
panjang, akhirnyanegatif terhadap mandeknya
diputuskan bahwa ambang aspirasibatas
perempuan dalam
parlemen
hukumPemilu
untuk dan pemerintahan.
2014 adalahDan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
3.5%.
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Perdebatan mengenai ambang batas tersebut, membuat
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
sejumlah fraksi di parlemen berbeda-beda dalam menguslkan
2009.”
angka ambang batas yang akan digunakan. Adapun posisi dan
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
argumentasi dari setiap fraksi, dapat dilihat dalam table berikut
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
ini (Veri Junaidi, 2013, pp. 123-124) :
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
1  Miriam Budiardjo, 2009, Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramediia Pustakan
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye
Utama. Hlm. 367

2
vi
JALAN PANJANG ADVOKASI PEMILIHAN KEPALA DAERAH LANGSUNG

Tabel 1 Posisi Fraksi dan Argumentasi Besaran


Ambang Batas
Fraksi Posisi Argumentasi
Partai Peningkatan Untuk memperkuat
Demokrat PT Menjadi sistem presidensial
4% maka jumlah partai
perlu disederhanakan
Partai Golkar Peningkatan • Penting untuk
PT Menjadi penataan sistem
5% politik juga untuk
menjamin adanya
stabilitas politik dan
efektivitas kinerja
lembaga-lembaga
negara
• Agar tidak terjadi
pemborosan proses
di politik khususnya
di DPR

PDIP Peningkatan • Sebagai negara


PT Menjadi kepulauan dan
5% dengan jumlah
penduduk yang
besar, Indonesia tidak
memerlukan jumlah
partai yang besar
demi efektivitas
pembangunan
• Dengan jumlah
partai yang lebih
sederhana akan
lebih mudah
dalam tercapainya
kesepakatan dalam
membuat kebijakan
dan program
pembangunan.

3
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

Fraksi Posisi Argumentasi


merupakan
PKS suatu upaya untuk menyelamatkan
Peningkatan kebijakan publik yang akan
• Peningkatan
PT Menjadi
dibuat oleh politisi dan pemerintah PT tidak
yang terpilih untuk akan
memerintah.
5% membunuh partai
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
kecil,
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
• Untuk
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
menyederhanakan
jumlah partai.
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
empirisPAN PT tetap variabel
di berbagai Negara. Berbagai 2.5% yang mempengaruhi
• PT di angka politcal
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur2.5% sudah cukup
anggaran baik secara
menyederhanakan
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahunpartai Pemilu,yangterkonfirmasi
masuk
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
di DPR 2009-2014
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat dibanding DPR
perkembangan saat
periode sebelumnya.
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
• Dengan angka
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada
PT 2.5% tahun-tahun
saja suara
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. yang hilang sudah
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagaimencapai 19 juta tetapi
satu kesatuan,
suara.
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat• Penerapan
antara laki-laki
PT dan
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan 2.5%sebagai salah satu
baru sekali
diterapkan
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No.dalam
8 Tahun
pemilu sehingga
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
belum perlu untuk
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan,
dievaluasi mengingat
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
mayoritas
PKBdiduduki oleh laki-laki.
PT tetapApabila
2.5% tidak •diperjuangkan,
PT 2.%% yang hal ini
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi digunkaan pada dalam
perempuan
Pemilu 2009
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh layak
Nindita
dipertahankan
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
• Peningkatan
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam PT hingga 5% DPR RI
Pemilu
2009.” dapat membunuh
demokrasi karena
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan
sama dengan politik, Didik
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul memperbanyak suaradan
Transparansi
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan yang hangus/hilang.
bahwa dana
• Peningkatan
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. PT Dana
akan mengurangi
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya
legitimasi untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
keterwakilan di DPR
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

4
vi
Fraksi Posisi Argumentasi
Gerindra Menolak PT • Dengan adanya PT
ditingkatkan 2% sudah membuat
menjadi 5% suara hilang menjadi
19 juta suara
• Gerindra setuju
dengan gagasan
penyederhanaan
partai, namun
bukan dengan
meningkatkan PT
melainkan dengan
pengetatan syarat
partai yang akan ikut
dalam pemilu.
Hanura Peningkatan Penetapan
PT menjadi peningkatan PT
3% harus dilakukan
secara rasional.
Angka 3% diajukan
demi berjalannya
kompromi dalam
pembuatan undang-
undang di DPR.

Dari table tersebut, terlihat bahwa terdapat perbedaan di


antara partai besar dan partai kecil dalam penentuan angka
ambang batas parlemen. Partai kecil merasa tidak perlu
meningkatkan PT, karena akan semakin meningkatkan jumlah
suara yang terbuang dalam pemilu. sementara partai besar
beranggapan bahwa dengan meningkatnya angka PT, maka
akan terjadi penyederhanaan dan efektivitas di parlemen hasil
pemilu.
Apabila kita melihat dari hasil pemilu 2009 dan pemilu 2014,
tentu kita akan berpikir ulang terkait asumsi yang digunakan
oleh partai besar tersebut. Sebab, pada Pemilu 2009 dengan
angka ambang batas 2,5%, telah menghasilkan 9 partai di
parlemen. Sedangkan, pada pemilu 2014 dengan angka ambang

5
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

batas 3,5%, justru menghasilkan jumlah partai politik menjadi 10


partai di parlemen.
merupakan suatu upaya Kedua
untuk varible tersebutkebijakan
menyelamatkan telah membuktikan
publik yang akan
bahwa ternyata
dibuat oleh politisi peningkatan
dan pemerintahangka PT bukanlah
yang terpilih cara untuk
untuk memerintah.
menyederhanakan
Pandangan Hamdan partai di parlemen.
tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Yuna Farhanrealitas
Melihat melaluipolitik
tulisannya
yang“Menelusuri Siklus Politisasi
ada di masyarakat yang Anggaran
plural
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget
dan memperhatikan sistem hukum nasional yang berlaku, partai cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
politik dapat dikategorikan menjadi empat jenis; Pertama, partai
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
politik masyarakat, yaitu partai politik yang baru dibentuk oleh
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
sekelompok masyarkat; Kedua, partai politik berbadan hukum,
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
yaitu partai politik yang dibentuk oleh masyarakat dan memiliki
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
badan hukum resmi, karena telah didaftarkan pada institusi yang
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
berwenang; Ketiga,
ini, yang menjadi partai
perhatian politik
tidak hanyapeserta
politicalpemilu, yaitumelainkan
budget cycles, partai
politik
politicalyang berbadan
corruption cycle hukum dankorupsi
atau siklus memenuhi
politik syarat sebagai
pada tahun-tahun
peserta pemilu;
Pemilu yang Keempat, dengan
telah meningkat partai ekstrim.
poltik parlemen, yaitu partai
politik pesertatidak
Masyarakat pemilu yang ditafsirkan
saja dapat mendapatkan kursi
sebagai satudi parlemen
kesatuan, tetapi
(Mellaz, 2011, p. 34).
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
Dari keempat
perempuan. Seperti kategori partai politik
halnya keterwakilan tersebut,
perempuan manakah
sebagai salah satu
yang ingin disederhanakan? Jika menggunakan ambang batas
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan
formal setiap partai
ataupun ambang bataspolitik peserta maka
matematis, pemiluambang
harus memenuhi
batas
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan,
tersebut hanya berlaku pada partai politik peserta pemilu dan mengingat
praktikpolitik
partai selama ini, pihak yang duduk
di parlemen. baik di parlemen
Penyederhanaan maupun
atau pemerintah
pengurangan
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
jumlah partai politik berbadan hukum dapat dilakukan melalui
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
undang-undang partai politik, yakni dengan cara memperketat
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
pembentukan partai politik berbadan hukum. Hal ini dilakukan
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
agar tidak setiap orang dapat dengan mudah mendirikan partai
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
politik (Mellaz, 2011).
2009.”
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Prinsip Syarat Kepesertaan Pemilu
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Menurut Undang-Undang
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
Sejak masa
kampanye reformasi,
adalah salah satu halIndonesia telahproses
penting dalam mengeluarkan
pemilu. Dana
empat
kampanye undang-undang
diperlukan olehparati
partaipolitik. Menjelang
politik dan Pemilu
kandidatnya 1999,
untuk dapat
persyaratan membentuk partai politik dipermudah, yakni cukup
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak
didirikan oleh akan dapatyang
50 orang bekerja secara 21,
berumur maksimal
kemudiandalam kampanye
membuat

6
vi
akte didepan notaris (Pasal 2, 3, dan 4 UU No. 2/1999). Kondisi
ini tidak lepas dari kesejarahan partai politik di Indonesia yang
sebelumnya di monopoli oleh Orde Baru.
Setelah melewati pemilu 1999 dengan eforia keterbukaan,
syarat pendirian partai politik mulai diperketat menjelang
Pemilu 2004. Selain harus didukung sedikitnya 50 orang dan
harus membuat akte pendirian di hadapan notaris, partai juga
harus memiliki pengurus dan kantor di 50% Provinsi dan 50%
Kabupaten/Kota pada Provinsi yang dimaksud (Pasal 2,3, dan
4 UU No. 21/2002).
Namun, persyaratan ini masih dianggap terlalu mudah, hal
ini terlihat dari banyaknya partai politik baru yang mendaftarkan
diri ke Depkumham. Karena itu, menjelang Pemilu 2009
persyaratan mendirikan partai diperketat lagi, jumlah pendiri
tetap 50 orang, tetapi harus menyertakan 30% perempuan.
Selanjutnya partai poiltk harus memiliki pengurus dan kantor
di 60% provinsi dan di 50% kabupaten/kota dari provinsi yang
dimaksud, serta di 25% kecamtan di kabupaten/kota yang
dimaksud (Pasal 2,3, dan 4 UU No.2/2008).
Menjelang Pemilu 2014 persyaratan untuk mendirikan partai
politik kembali diubah. Partai politik didirikan dan dibentuk
oleh paling sedikit oleh 30 orang dan didaftarkan oleh paling
sedikit 50 orang pendiri yang mewakili seluruh pendiri partai
politik dengan akta notaris. Terkait dengan kepengurusan
partai politk, partai politik harus memenuhi syarat yang lebih
berat dibandingkan dengan ketentuan pada undang-undang
sebelumnya. Partai politik harus memiliki 100% kepengurusan
di tingkat provinsi di Indonesia dan paling sedikit 75% dari
jumlah kabupaten/kota di provinsi yang bersangkutan, serta
paling sedikit 50% dari jumlah kecamatan di kabupaten/kota
yang bersangkutan (Pasal 2 dan 3 UU No. 2/2011).
Jika melihat syarat administrasi yang harus dipenuhi untuk
dapat mendirikan partai politk, maka dapat dikatakan bahwa

7
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

syarat untuk mendirikan partai politik terus diperketat. Tetapi


pada kenyataannya,
merupakan suatu upayasyarat tersebut dapatkebijakan
untuk menyelamatkan dipenuhipublik
oleh yang
partai
akan
politik baru,
dibuat oleh apalagi
politisi jika pendiri
dan pemerintah partai
yang politik
terpilih untukmemiliki
memerintah. dana
yang cukup untuk
Pandangan Hamdanmembentuk dan dengan
tersebut berkaitan menyewa apa kantor partai
yang disampaikan
di
Yunaprovinsi dan kabupaten/kota.
Farhan melalui kondisi
tulisannya “Menelusuri syarat
Siklus pendirian
Politisasi Anggaran
pada Tahun
partai yang Pemilu.” Yuna menjelaskan
selalu diperketat tersebut, akanPolitical
bahwa rentanbudget cycles
terhadap
sudah menjadipelanggaran
permaslahan fenomena universal didukung
hak individu dengan
dalam berbagaidan
berserikat studi
empiris di berbagai
berkumpul ( (DidikNegara. Berbagai &
Supriyanto variabel
Augustyang mempengaruhi
Mellaz , 2011 , politcal
hal.
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran
38-39). Sehingga yang perlu dibatasi adalah persyaratan partai baik secara
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
politik untuk mengikuti peserta pemilu.
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Menyederhakan partai politik peserta pemilu dapat
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
dilakukan melalui
ini, yang menjadi undang-undang
perhatian tidak hanyapemilu.
political Ketentuan inimelainkan
budget cycles, dapat
diberlakukan kepada
political corruption partai
cycle atau politik baru yang
siklus korupsi ingin
politik padamengikuti
tahun-tahun
pemilu. Sementara bagi partai politk yang
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. sudah menjadi peserta
pemilu pada pemilu
Masyarakat sebelumnya,
tidak saja untuk dapat
dapat ditafsirkan sebagaimengikuti pemilu
satu kesatuan, tetapi
selanjutnya dapat menggunakan capaian hasil pemilu
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan sebagai
persyaraatan.
perempuan. SepertiSehingga
halnya ketentuan
keterwakilanmengenai
perempuan ambang batas
sebagai salah satu
perwakilan dapat
syarat verifikasi digunakan
faktual sebagai peserta
untuk menjadi perangkat untuk
pemilu. UUmenyaring
No. 8 Tahun
peserta pemilu berikutnya.
2012 menegaskan setiap partaiHal ini sama
politik pesertahalnya
pemiludengan syarat
harus memenuhi
mendirikan partai
30% keterwakilan politik, syarat
perempuan. partai
Kondisi politik
ini patut untuk dapat
diperjuangkan, ikut
mengingat
praktik selama
Pemilu ini, pihaksulit
juga semakin yangdari
duduk baik dike
pemilu parlemen
pemilu.maupun pemerintah
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
Pemilu 1999 merupakan pemilu transisi dari rezim orde
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
baru, oleh karenanya persyaratan partai politk untuk menjadi
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
peserta pemilu cukup ringan. Pertama adalah sudah berstatus
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
badan hukum sah; Kedua, memiliki pengurus dan kantor di
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
50% provinsi dan 50% di kabupetan/kota pada provinsi yang
2009.”
bersangkutan. Pada Pemilu 2004 selain sudah berbadan hukum
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
sah, syarat penyebaran pengurus dan kantor ditingkatkan, yaitu
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
partai politik berbadan hukum memiliki pengurus dan kantor di
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
2/3 provinsi
kampanye dan 2/3
adalah kabupaten/kota
salah satu hal pentingdituntut
dalam memiliki minimal
proses pemilu. Dana
1000 anggota atau 1/1000 jumlah penduduk. Persyaratan
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat ini
tidak berubahdipada
berkompetisi Pemilu
dalam 2009,Setiap
pemilu. kecuali ketentuan
partai politik,menyertakan
kandidat/calon
30% perempuan
legislatif tidak akandalam
dapatkepengurusan
bekerja secara di tingkat dalam
maksimal pusat. kampanye
Syarat

8
vi
kepesertaan dalam pemilu menjadi sangat berat untuk Pemilu
2014. Untuk menjadi peserta Pemilu 2014, partai politk
yang memenuhi ambang batas perolehan suara pada pemilu
sebelumnya otomatis menjadi peserta Pemilu pada berikutnya,
sementara bagi partai politik baru yang ingin menjadi peserta
Pemilu 2014 harus memenuhi persyaratan, yaitu berstatus
badan hukum, dan memiliki kepengurusan di seluruh provinsi di
Indonesia, dan memiliki kepengurusan di 75% kabupaten/kota
pada provinsi yang bersangkutan, serta memiliki kepengurusan
di 50% kecamatan pada kabupaten/kota yang bersangkutan.
Persyaratan untuk menjadi peserta Pemilu 2014 bagi partai
politik baru dianggap sangat berat dan bersikap diskriminatif.
Oleh karena itu, ketentuan tersebut diuji materi ke Mahkamah
Konstitusi (MK) yang kemudian ketentuan ini di batalkan oleh
MK. Sehingga tidak hanya partai baru yang harus diverifikasi,
tetapi juga partai lama yang sudah mendaptkan kursi di DPR.

Permasalahan Dalam Penerapan/


Implikasi Peraturan
Persyaratan partai politik untuk menjadi peserta Pemilu
2014 memberikan gambaran bahwa syarat untuk menjadi peserta
Pemilu 2014 cukup berat. Hampir seluruh partai—baik partai
yang ada di parlemen maupun partai nonparlemen—mengalami
kesulitan untuk memenuhi seluruh persyaratan. Dari 46 partai
yang mendaftar, hanya sepuluh partai yang lolos sebagai peserta
pemilu. Dari sepuluh partai tersebut, 9 adalah partai yang sudah
memiliki kursi di parlemen dan satu partai baru, yaitu; Partai
Nasiona Demokrat (Nasdem). Sembilan partai tersebut otomatis
dapat menjadi peserta pemilu, karena dalam Pasal 8 ayat (1) UU
No 8/2012 menyatakan bahwa; “Partai Politik Peserta Pemilu
pada Pemilu terakhir yang memenuhi ambang batas perolehan

9
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

suara dari jumlah suara sah secara nasional ditetapkan sebegai


merupakan
Partai suatu
Politik upaya untuk
Peserta Pemilumenyelamatkan
pada Pemilukebijakan publikArtinya
berikutnya”. yang akan
dibuat oleh politisi
kesembilan partaidan pemerintah
tersebut tidakyang terpilih
perlu untuk memerintah.
diverifikasi kembali.
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Sementara untuk partai nonparlemen dan partai baru
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
harus mengikuti verifikasi untuk dapat menjadi peserta pemilu.
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
Bahkan syarat yang harus dipenuhi oleh partai nonparlemen
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
atau partai baru tersebut terbilang cukup memberatkan. Pasal
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
8 ayat (2) UU No 8/2012 mensyaratkan untuk partai baru atau
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
partai
agregatnonparlemen
maupun secaraharus memenuhi
spesifik syarat sebagai
pada tahun-tahun Pemilu,berikut:
terkonfirmasi
a. praktek
dalam Berstatus badan hukum
penganggaran sesuai dengan
di Indonesia UU Partai
yang berkaitan Politik;
dengan siklus
Pemilu
b. 2009 ataupun
Memiliki menjelang Pemilu
kepengurusan 2014. Melihat
di seluruh perkembangan saat
provinsi;
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
c. Memiliki kepengurusan di 75% jumlah kabupaten/kota
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
di provinsi yang bersangkutan;
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
d. Memiliki kepengurusan di 50% jumlah kecamatan di
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
kabupaten/kota yang bersangkutan;
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
e. Menyerahkan
perempuan. sekurang-kurangnya
Seperti halnya keterwakilan perempuan 30% sebagai
keterwakilan
salah satu
perempuan pada
syarat verifikasi kepengurusan
faktual partai
untuk menjadi politik
peserta tingkat
pemilu. UUpusat;
No. 8 Tahun
2012
f. menegaskan setiap partai
Memiliki anggota politik peserta pemilu
sekurang-kurangnya 1.000harus
orangmemenuhi
atau
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan,
1/1.000 dari jumlah penduduk pada kepengurusan partai politik mengingat
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
di kabupaten/kota;
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
g. Mempunyai kantor tetap untuk kepengurusan pada
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
tingkatan
hukum danpusat, provinsi,Dan
pemerintahan. dan kabupaten/kota
kondisi tersebut telahsampai tahapan
ditulis oleh Nindita
terakhir pemilu;
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
h. Mengajukan
Pengalaman Perempuan nama, lambang,Korupsi
Menghadapi dan tanda
dalamgambar
Pemilu partai
DPR RI
politik
2009.” kepada KPU;
Masih
i. berhubungan dengan
Menyerahkan nomortema akuntabilitas
rekening keuangan politik,
dana kampanye pemilu Didik
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam
atas nama partai politik kepada KPU. tulisan berjudul Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
Syarat-syarat tersebut terlihat memberatkan bagi partai baru
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
ataupun partai nonparlemen, bahkan tidak adil. Hal ini yang
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
kemudian adanya gugatan uji materiil ke Mahkamah Konsitusi
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
(MK) terkait pasal-pasal tersebut. Hasil dari gugatan tersebut
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye
adalah MK menyatakan bahwa ketentuan Pasal 8 ayat (1)
10
vi
dan (2) sepanjang frasa “yang tidak memenuhi ambang batas
perolehan suara pada pemilu sebelumnya atau partai politik
baru”, serta penjelasan Pasal 8 ayat (2) sepanjang frasa “yang
dimaksud dengan partai politik baru adalah partai politik yang
belum pernah mengikuti Pemilu” adalah bertentangan dengan
UUD 1945.
Hal yang menjadi pertimbangan bagi MK adalah terdapat
syarat yang berbeda antara kepesertaan Pemilu 2009 dengan
Pemilu 2014. Syarat yang lebih memberatkan ini yang kemudian
dinilai oleh MK bahwa, seluruh partai politik harus diverifikasi
ulang tanpa melihat apakah partai tersebut sudah atau belum
mendapatkan kursi di parlemen. Argumentasi yang disampaikan
MK adalah (Veri Junaidi, 2013):
1. Adanya fakta hukum bahwa syarat yang harus dipenuhi
Partai Politik untuk mengikuti Pemilu 2009 berbeda dengan
persyaratan untuk Pemilu 2014. Syarat untuk menjadi peserta
Pemilu 2014 justru berat dibandingkan dengan persyaratan
peserta Pemilu 2009. Dengan demikian menjadi tidak adil, jika
partai politik yang telah lolos menjadi peserta Pemilu 2009
tidak perlu diverifikasi lagi untuk dapat mengikuti Pemilu
2014 sebagai partai politik baru, sementara partai yang tidak
memenuhi ambang batas harus verifikasi dengan syarat yang
lebih berat.
2. Tujuan penyederhaan partai politik tidak dapat dilakukan
dengan memberlakukan syarat-syarat yang berlainan kepada
masing-masing Partai Politik. Penyederhaan mestinya dilakukan
dengan menentukan syarat-syarat administrasi tertentu untuk
mengikuti pemilu, namun syarat itu harus diberlakukan sama
untuk semua partai politik tanpa pengecualian. Memberlakukan
syarat yang berbeda kepada peserta suatu kontestasi yang sama,
merupakan perlakuan yang tidak sama atau perlakuan yang
berbeda (unequal treatment) dan bertentangan dengan Pasal 27
ayat (1) serta Pasal 28 D ayat (2) dan ayat (3) UUD 1945.

11
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

Dari pertimbangan tersebut, bahwa syarat untuk menjadi


peserta
merupakanpemilu saat ini
suatu upaya semakin
untuk menyulitkan
menyelamatkan khususnya
kebijakan publik yang bagi
akan
partai baru.
dibuat oleh Syarat-syarat
politisi dan pemerintah yang
yangada dalam
terpilih undang-undang
untuk memerintah.
pemilu juga tidak
Pandangan Hamdanrelevan dengan
tersebut kebutuhan
berkaitan denganpemilu
apa yang itudisampaikan
sendiri.
Partai dituntut
Yuna Farhan untuk
melalui memiliki
tulisannya kantor dari
“Menelusuri Siklustingkat
Politisasiprovinsi
Anggaran
pada Tahun
hingga Pemilu.”
tingkat Yuna menjelaskan
kecamatan. bahwa
Sehingga tidak Political
jarang budget
partai cycles
politik
sudah sulit
baru menjadi
untukfenomena universal
menyiapkan didukung
kantor dengan
tersebut berbagai
ketika studi
proses
empiris di berbagai
verifikasi dilakukan.Negara.
Hal Berbagai
ini yangvariabel yang mempengaruhi
kemudian mendorong partai politcal
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran
politik mendirikan kantor di daerah hanya sebatas formalitas baik secara
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
agar dapat memenuhi syarat sebagai peserta pemilu. Sementara
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
ketika masa pendaftaran telah selesai, maka partai tidak lagi
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
mengurusi kantornya yang ada di daerah.
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Rekomendasi Untuk Pemilu
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
Nasional dan Pemilu Daerah
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
Sebagai
juga sebuah mengingat
perlu dibatasi instrumenperbedaan
demokrasi, Pemilu
hakikat tidak
antara hanyadan
laki-laki
bertujuan
perempuan. sebagai mekanisme
Seperti halnya regenerasi
keterwakilan pemimpin
perempuan secara
sebagai salah satu
damai, tetapi juga
syarat verifikasi pemerintahan
faktual untuk menjadi yang terbentuk
peserta pemilu.dapat berjalan
UU No. 8 Tahun
secara efektif dan
2012 menegaskan setiapefisien. Walaupun
partai politik peserta memang efektivitas
pemilu harus memenuhi
30% keterwakilan
dan efisiensi dari perempuan. Kondisijuga
pemerintahan ini patut diperjuangkan,
bergantung dari mengingat
sistem
praktik selama ini,
pemerintahan pihak
yang yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
digunakan.
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
Sistem pemerintahan presidensil cenderung tidak berjalan
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
efektif, setidaknya disebabkan oleh adanya tiga faktor. Pertama,
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
kemunculan fenomena deadlock, karena penolakan legislatif
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
kepada eksekutif. Kedua, adanya keterpisahan politik sebagai
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
dampak
2009.” dari mekanisme separation of power antara legislatif
dan eksekutif, sehingga menjadikan hubungan keduanya tidak
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
harmonis. Ketiga, terjadinya personalisasi kekuasaan pada
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
presiden danPengelolaan
Akuntabilitas kekakuan pemerintahan
Dana Kampanye, akibat model fixed
menguraikan bahwatermdana
(Lijphart, 1992).
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
Fiorina diperlukan
kampanye menyebutoleh
bahwa,
partaiwaktu
politik penyelenggaraan Pemilu
dan kandidatnya untuk dapat
parlemen dan presiden sebagai faktor utama penyebab terjadinya
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak
devided akan dapatMenurutnya,
government. bekerja secarapemerintahan
maksimal dalamterbelah
kampanye

12
vi
ketika anggota legislatif dan pejabat eksekutif dipilih pada waktu
yang berbeda dan/atau cara yang tidak sama. Sehingga dapat
dikatakan bahwa yang menjadi penyebab terjadinya devided
government adalah pada perbedaan waktu penyelenggaraan
Pemilu legislatif dan Pemilu presiden (Fiorina, 1996).
Dari pendapat-pendapat tersebut, maka dorongan untuk
memisahkan pemilu serentak nasional dan pemilu serentak lokal
menjadi kuat. Pemisahan ini akan berimplikasi pada; Pertama,
menjadikan pengurus partai lebih konsentrasi dalam melakukan
rekrutmen para calon anggota legislatif. Ketersediaan calon
juga lebih banyak, karena mereka yang tidak terpilih dalam
pemilu nasional dapat diajukan kembali dalam pemilu lokal dan
sebaliknya. Kedua, pemisahan ini akan mengurangi terjadinya
konflik internal. Pemilu nasional akan mengkanalisasi konflik
pencalonan anggota DPR dan pencalonan presiden dan wakil
presiden dalam satu waktu. kondisi ini juga juga terjadi di
daerah, pemilu lokal akan mengkanalisasi pencalonan anggota
DPRD dan pencalonan kepala Daerah. Dengan demikian, partai
punya banyak waktu untuk mengurusi anggota dan konstituen-
nya. Ketiga, pemisahan ini membuat durasi pemilu menjadi
lebih pendek. Hal ini tidak saja memudahkan pemilih bersikap
rasional, tetapi juga memudahkan pemilih untuk menghukum
partai yang kinerjanya buruk (LIPI, 2014, pp. 30-31).
Dengan adanya dorongan pemisahan pemilu serentak
nasional dan pemilu serentak lokal, maka persyaratan partai
politik untuk menjadi peserta pemilu-pun perlu mengikuti desain
pemilu tersebut. Partai politik tidak perlu mengumpulkan syarat
adminisitratif yang memberatkan, seperti yang disyaratkan
dalam pemilu sebelumnya. Rekomendasi yang didorong ialah
sebagai berikut;
1. Bagi partai politik yang memiliki kursi di DPR, maka
dapat menjadi peserta pemilu pada pemilu berikutnya, atau;
2. Bagi partai politik yang mendapatkan kursi di 50%+1

13
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

DPRD Provinsi di Indonesia, maka dapat menjadi peserta


Pemilu DPR
merupakan pada
suatu pemilu
upaya berikutnya,
untuk atau;kebijakan publik yang akan
menyelamatkan
dibuat
3. oleh
Bagipolitisi
partai danpolitik
pemerintah
yangyang terpilih untuk
mendapatkan memerintah.
kursi di 50%+1
Pandangan
DPRD Hamdan tersebut
Kabupaten/Kota berkaitan dengan
di Indonesia dapat apa yang disampaikan
menjadi peserta
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus
Pemilu DPRD Provinsi pada pemilu berikutnya, atau; Politisasi Anggaran
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
4. Bagi partai baru agar ingin menjadi peserta pemilu,
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
maka harus mengumpulkan dukungan sebanyak perolehan
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
kursi minimal untuk mendapatkan kursi di dapil atau dapat
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
membuktikan
agregat maupun dukungan 1/1000
secara spesifik dari jumlah
pada tahun-tahun pemilih
Pemilu, pada
terkonfirmasi
pemilu terakhir.
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
Tabel
ini, yang2menjadi
Syaratperhatian
Kepesertaan Partai
tidak hanya Politik
political budgetPeserta
cycles, melainkan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Pemilu
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
Pemilu Nasional
Masyarakat Pemilu
tidak saja dapat ditafsirkan Lokal satu kesatuan, tetapi
sebagai
Memiliki
juga perlu kursi DPR
dibatasi mengingat perbedaanMemiliki kursi antara
hakikat DPR laki-laki dan
Memiliki
perempuan. kursi 50%+1
Seperti halnyadiketerwakilan
Memiliki kursi 50%
perempuan sebagai salah satu
DPRD Provinsi
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
Memiliki kursi 50%+1 di Partai baru wajib
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
DPRD Kabupaten/Kota mengumpulkan dukungan
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan,
sebanyak perolehan mengingat
praktik selama ini, pihak yang duduk baikkursi minimal atau
di parlemen maupun pemerintah
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabilamembuktikan dukungan
tidak diperjuangkan, hal ini
1/1000 dari jumlah
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
pemilih pada pemilu
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi terakhir.
tersebut telah ditulis oleh Nindita
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
Adanya syarat memiliki kantor bagi partai politik dari level
2009.”
pusat sampai dengan kecamatan, apabila hal itu benar-benar
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
dijalankan
Supriyanto dan oleh
Liapartai dandalam
Wulandari tidaktulisan
hanya sebatas
berjudul formalitasdan
Transparansi
belaka. Hal ini
Akuntabilitas akan mendorong
Pengelolaan institusionalitasi
Dana Kampanye, partai
menguraikan politik
bahwa dana
termasuk pengakaran partai politik sampai dengan level
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana grass
root masyarakat.
kampanye Untuk
diperlukan itu, dalam
oleh partai politik rangka tetap mendorong
dan kandidatnya untuk dapat
adanya institusionalisasi
berkompetisi partai
di dalam pemilu. yangpartai
Setiap tidakpolitik,
hanya kandidat/calon
formalitas
belaka,
legislatifsemestinya
tidak akan syarat pendirian
dapat bekerja kantor
secara hanyadalam
maksimal sampai level
kampanye

14
vi
kabupaten/kota saja. Akan tetapi, setiap partai politik harus
memiliki dan membuktikan kepengurusan partai sampai dengan
level kecamatan di Kabuapaten/Kota.
Mekanisme seperti ini selain mempermudah partai politik,
dapat mempermudah tugas sebagai penyelenggara pemilu
dalam melakukan verifikasi langsung di lapangan. Sejauh ini
KPU sendiri mengalami kesulitan yang sama akibat minimnya
sumber daya manusia yang dimiliki untuk melakukan verifikasi
secara faktual di lapangan. Hal ini dikarenakan setiap petugas
perlu mengecek secara satu persatu, apakah kantor yang
didaftarkan partai politik tersebut benar-benar ada atau
tidak. Ditengah kondisi yang seperti ini, pada akhirnya proses
verifikasi-pun tidak dilakuk an secara faktual melainkan hanya
berupa sampling.
Tidak hanya berhenti sampai disitu, hal lain yang
menyulitkan dan menjadikan proses verifikasi partai politik
peserta pemilu sebagai formalitas belaka ialah adanya ketentuan
memiliki anggota dengan jumlah 1000 atau 1/1000 dari jumlah
penduduk di Kabupaten/Kota (Pasal 8, ayat 2, huruf f UU
8/2012). Ketentuan ini sering kali dikelabui oleh partai politik
dengan menjaring individu masyarakat yang sebetulnya bukan
anggota partai politik. Untuk itu, paling tidak verifikasi partai
politik peserta pemilu dapat dilakukan dengan membuktikan
bahwa partai politik mampu meraih dukungan dari masyarakat
sebesar harga satu kursi minimal di dapil tersebut. Bagi partai
yang mampu membuktikan adanya dukungan tersebut dapat
dinyatakan lolos, sedangkan partai politik yang tidak mampu
membuktikan dukungan dinyatakan tidak lolos. Mekanisme
seperti ini selain mempermudah partai maupun penyelenggara
dalam proses rekapitulasi, ketentuan ini tentunya sangat relevan
untuk membuktikan kesiapan partai dalam pemilu dibandingkan
dengan syarat setiap partai politik memiliki kantor.
Selain membuktikan dukungan seharga jumlah kursi minimal

15
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

dalam satu dapil, pilihan lain yang bisa dipertimbangkan ialah


setiap partai
merupakan politik
suatu upayadiwajibkan untuk membuktikan
untuk menyelamatkan dukungan
kebijakan publik yang akan
1/000 daripolitisi
dibuat oleh jumlahdanpemilih terakhir
pemerintah yangyang terdaftar
terpilih dalam Daftar
untuk memerintah.
Pemilih TetapHamdan
Pandangan (DPT). tersebut
Hal ini berkaitan
jauh lebih ringan
dengan apadan
yangjauh lebih
disampaikan
bermanfaat
Yuna Farhanbagi partai
melalui politik untuk
tulisannya memanaskan
“Menelusuri mesin partai,
Siklus Politisasi Anggaran
pada Tahunmengatahui
termasuk Pemilu.” Yuna menjelaskan
sebarapa bahwa Political
jauh dukungan yangbudget cycles
ia miliki
sudah menjadi
sebelum pemilu.fenomena universalsimulasi
Berdasarkan didukungyang dengan berbagai
sudah studi
dibuat
empiris dimembandingkan
dengan berbagai Negara. Berbagai
jumlahvariabel
anggota yang mempengaruhi
1/1000 politcal
dari jumlah
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran
penduduk dan jumlah pemilih terakhir. Ketentuan berdasarkan baik secara
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
jumlah daftar pemilih terakhir jauh lebih ringan dibandingkan
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
dengan ketentuan jumlah penduduk (lihat tabel 2). Dengan
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
adanya mekansime ini proses verifikasi faktual-pun akan lebih
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
mudah dilakukan oleh penyelenggara pemilu.
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
Referensi
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
Ambardi,
juga K. (2009).
perlu dibatasi Mengungkap
mengingat perbedaan Politik
hakikat Kartel
antara .laki-laki
Jakarta:dan
KPG.
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
syarat verifikasi
Didik faktual&untuk
Supriyanto menjadi
August Mellazpeserta pemilu.
. (2011 UU No. Batas
). Ambang 8 Tahun
2012 menegaskan
Perwakilan setiap
. Jakarta partai politik peserta pemilu harus memenuhi
: Perludem.
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
Fiorina. (1996). Devided Government 2nd Edition. Boston :
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
Allyn and Bacon .
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
Husein,
akan H. (2014).
berdampak negatifPemilu Indonesia.
terhadap mandeknya Fakta, Angka,
aspirasi Ananlisis,
perempuan dalam
dam Studi Banding. Jakarta: Perludem.
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Paramastuti
KhoirunnisadalamAgustiyati,
tulisannya yang
Liaberjudul: “Perempuan
Wulandari dkk .dan Korupsi:
(2013).
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam
Menetapkan Arena Perebutan Kursi DPRD: Penerapan Prinsip Pemilu DPR RI
2009.”
Demokratis dalam Pembentukan Daerah Pemilihan DPRD
Masih berhubungan
Provinsi dan DPRD dengan tema akuntabilitas
Kabupaten/Kota Pemilukeuangan
2014. politik,
Jakarta:Didik
Supriyanto
Perludem. dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
Laakso & Taagepera . (1979). Effective Number of Parties:
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
A Measure with Aplication to West Eropa . dalam Comparative
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
Political Studeis .
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
Lijphart,
legislatif tidak A. (1992).
akan Parliamentary
dapat bekerja Versus dalam
secara maksimal Presidential
kampanye

16
vi
Government. Oxford: Oxford University Press.
LIPI. (2014). Position Paper LIPI Pemilu Serentak Nasional
2019. Jakarta : LIPI Press.
Mellaz, D. S. (2011). Ambang Batas Perwakilan. Pengaruh
Parliemantary Threshold Terhadap Penyederhaan Sistem
Kepartaian dan Proporsionalitas Hasil Pemilu. Jakarta:
Perludem.
Nuryanti, S. (2006). Analisis Proses dan Hasil Pemilihan
Kepala Daerah Langsung 2005 di Indonesia. Jakarta: LIPI Press.
P Kartawidjaja & S Pramono . (2009 ). Akal-Akalan Daerah
Pemilihan . Jakarta : Perludem .
Pamungkas, S. (2009). Perihal Pemilu . Yogyakarta : Jurusan
Politik dan Pemerintahan UGM .
Rae, D. W. (1967). The Political Consequences of Electoral
Laws. New Haven and London: Yale University Press.
Ramlan Surbakti, D. S. (2012). Seri Demokrasi Elektoral.
Meningkatkan Akurasi Daftar Pemilih. Jakarta: Kemitraan.
Ramlan Surbakti, D. S. (2012). Seri Demokrasi Elektoral:
Meningkatkan Akurasi Daftar Pemilih. Jakarta, Jakarta, Jakarta:
Kemitraan.
Supriyanto, D & Mellaz, A. (2011). Ambang Batas Perwakilan:
Pengaruh Parliamentary Threshold Terhadap Penyederhanaan
Sistem Kepartaian dan Proposionolitas Hasil Pemilu. Jakarta :
Perludem.
Veri Junaidi, K. N. (2013). Politik Hukum Sistem Pemilu:
Potret Partisipasi dan Keterbukaan Publik Dalam Penyusunan
UU No 8 Tahun 2012 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD, dan
DPRD. Jakarta: Perludem.

17
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

18
vi
MENGATUR RELAWAN
POLITIK: MENEGASKAN
BENTUK PARTISIPASI
MASYARAKAT DALAM PEMILU
Maharddhika

Abstrak
Partisipasi politik pemilih pada masa pemilu dapat
dikategorikan menjadi partisipasi partisan dan nonpartisan.
Partisipasi dalam kategori partisan dapat berbentuk seperti
relawan politik yang kini marak muncul untuk mendukung
bakal calon kepala daerah. Kelompok relawan politik telah
menjadi entitas baru dalam praktik politik dan pemilu. Relawan
politik menjadi satu kelompok di luar struktur partai politik
dan tim kampanye yang turut berkontribusi bagi pemenangan
kandidat peserta pemilu. Namun yang menjadi kritik bagi
relawan ini adalah akuntabilitasn mereka khususnya dalam
pelaporan keuangan. Hal ini penting agar entitas politik ini
tidak ditumpangi oleh pihak yang sengaja memanfaatkan
kerelawanan masyarakat.
Kata Kunci: partisipasi politik, relawan politik, akuntabilitas
relawan.

PENGANTAR
Politik hari ini telah banyak dimeriahkan oleh partisipasi
masyarakat yang berbasis kesukarelawanan. Jauh sebelum
penyelenggaran Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta 2017
bergulir, muncul kelompok-kelompok relawan yang mendukung

19
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

(bakal) calon kepala daerah. Beberapa kelompok tersebut


merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan
di antaranya adalah Relawan Adhyaksa, Pendukung Yusril,
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
Sahabat Djarot, Sahabat Sandiaga Uno, Suka Haji Lulung, dan
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Teman Ahok. Munculnya kelompok-kelompok ini menjadi tren
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
baru sejak Pemilu 2014. Pada Pemilu 2014, muncul relawan
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
yang bergotong royong atas kemauan sendiri untuk mendukung
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
salah satu kandidat. Relawan ini lepas dari tim kampanye yang
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
didanai oleh calon,
budget cycles seperti namun menjadi
perubahan bagian
pola pada darianggaran
struktur agenda partai.
baik secara
Beragam
agregat agenda
maupun secarapolitik
spesifikdilakukan oleh para
pada tahun-tahun relawan,
Pemilu, salah
terkonfirmasi
satunya adalah
dalam praktek melakukan di
penganggaran mobilisasi
Indonesiamassa. Hal ini dengan
yang berkaitan bertujuansiklus
untuk
Pemilumenghimpun masyarakat
2009 ataupun menjelang dengan
Pemilu 2014.harapan dapat bersama
Melihat perkembangan saat
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles,
mendukung calon yang dikehendaki. Dalam hal ini, ada dua ciri melainkan
political corruption
relawan cycle atau siklus
yang memobilisasi massakorupsi
untuk politik pada tahun-tahun
pemenangan calon.
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
Pertama, dalam gerakannya, massa tidak bergantung dan
Masyarakat
berafiliasi tidak struktur
dengan saja dapatpartai.
ditafsirkan sebagai
Kedua, uangsatu kesatuan,
sebagai tetapi
modal
juga perlu dibatasi
memobilisasi datangmengingat perbedaan sukarela.
dari sumbangan hakikat antara
Selainlaki-laki
relawandan
perempuan.
yang Seperti kandidat,
mendukung halnya keterwakilan perempuan
muncul juga relawansebagai salah satu
independen
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
yang bergerak atas kehendak sendiri untuk turut menjaga
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
integritas hasil pemilu. Situs crowdsourcing kawalpemilu.org
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
adalah salah satu contoh partisipasi masyarakat yang menjaga
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
integritas hasil pemilu.
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
Kawalpemilu.org
akan berdampak negatifmuncul
terhadap atas respon
mandeknya bagi perempuan
aspirasi keterbukaandalam
KPU. Situs ini memuat tabulasi dari hasil rekapitulasi data
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
scan C1 (jumlah
Paramastuti dalamperolehan
tulisannyasuara di masing-masing
yang berjudul: “Perempuan TPS)
dan untuk
Korupsi:
pemilihan
Pengalamanpresiden 2014.
Perempuan Data scan Korupsi
Menghadapi C1 yangdalam
ada diPemilu
web KPU DPRdi RI
tabulasi,
2009.” diunggah, dan diperbarui pada server kawalpemilu.org
setiap sekitar
Masih sepuluh dengan
berhubungan menit. tema
Lepas dari motifnya
akuntabilitas yang bertujuan
keuangan politik, Didik
mengawal
Supriyanto danPemilu 2014 sehingga
Lia Wulandari terbebas
dalam tulisan dari Transparansi
berjudul kecurangan-dan
kecurangan, kawalpemilu.org
Akuntabilitas Pengelolaan menunjukkan
Dana Kampanye, menguraikanfenomena
bahwa dana
kampanye
yang adalahdisalah
menarik satu hal penting
masyarakat dalampengoperasiannya
Indonesia; proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan
sepenuhnya dilakukan oleh
olehpartai politik dan kandidatnya
relawan-relawan. untuk dapat
Baik pengembang
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik,
aplikasi maupun 700 relawan yang memasukkan data, semua kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye
bekerja tanpa diperintah ataupun dibayar. Relawan yang terdiri

20
vi
dari netizen independen ini secara sukarela memasukkan
data secara gotong royong. Pada laman Facebook, situs ini
menyatakan bahwa mereka adalah sebuah gerakan partisipasi
netizen independen yang berpihak pada kebenaran data.
Dimensi dari partisipasi masyarakat dalam pemilu memang
luas, tapi melihat dari fenomena Pemilu 2014, tergambar
dua jenis partisipasi masyarakat, yakni: partisan dan non-
partisan. Aktivitas yang dilakukan relawan dalam memobilisasi
massa adalah suatu bentuk partisipasi yang berpihak pada
pemenangan salah satu kandidat. Sementara aktivitas relawan
dalam menghimpun data kepemiluan terlihat sebagai suatu
upaya untuk ikut menjaga integritas pemilu.
Dari latar belakang di atas, setidaknya ada dua hal yang
bisa dirumuskan. Pertama, penyelenggaraan pemilu pasca
Perubahan UUD 1945 telah melahirkan bentuk-bentuk
partisipasi masyarakat di luar pemberian suara. Bentuk-bentuk
partisipasi tersebut sering tumpang tindih antara keterlibatan
kelompok masyarakat yang mendukung peserta pemilu, dengan
keterlibatan kelompok masyarakat non-partisan yang menjaga
pemilu sesuai dengan prinsip luber dan jurdil. Bentuk-bentuk
partisipasi tersebut harus dirumuskan kembali, agar partisipasi
kelompok masyarakat partisan ikut bertanggungjawab dalam
pemenangan peserta pemilu dan kelompok masyarakat
non-partisan tetap dalam posisi independen yang ikut
bertanggungjawab atas penjagaan nilai-nilai pemilu demokratis
berdasarkan prinsip luber dan jurdil.
Kedua, pemaknaan partisipasi mengalami tumpang-tindih
antara kelompok masyarakat partisan dan non-partisan. Hal
ini menyebabkan partispisipasi masyarakat—yang seharusnya
indpenden—seringkali ditunggangi kepentingan politik dari
perserta pemilu. Problematika tersebut dapat diselesaikan
dengan berbagai cara, salah satunya dengan membuka
pendaftaran dan akreditasi bagi kelompok masyarakat, agar

21
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

MENYERENTAKAN PEMILU, MEMUSATKAN ANGGARAN PILKADA


independensi partisapasi masyarakat dapat terjamin.
merupakan
Studi inisuatu upaya untuk
bertujuan menyelamatkan
untuk kebijakan
mendeskripsikan publik yang akan
prinsip-prinsip
dibuatruang
dan oleh politisi dan pemerintah
lingkup yangmasyarakat
partisipasi terpilih untukdalam
memerintah.
proses
Pandangan Hamdan
penyelenggaraan tersebut
pemilu. berkaitan
Riset dengan
ini juga apa yang
akan disampaikan
menjelaskan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
desain pengaturan partisipasi masyarakat dalam proses Anggaran
pada Tahun Pemilu.”
penyelenggaraan Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
pemilu.
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
Dalam mencapai tujuan tersebut, riset ini menggunakan
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
beberapa pendekatan; mengumpulkan hasil riset terdahulu
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
dari
agregatbeberapa lembaga
maupun secara penelitian
spesifik yang terlibat
pada tahun-tahun Pemilu,dalam tim
terkonfirmasi
dan
dalammenyelenggarakan
praktek penganggaran focus group yang
di Indonesia discussion (FGD)
berkaitan denganatau
siklus
diskusi terfokus. Hasil riset terdahulu tersebut disesuaikan
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
dengan
ini, yang perhatian dan keahlian
menjadi perhatian masing-masing
tidak hanya political budgetlembaga. FGD
cycles, melainkan
mendiskusikan
political corruptionbagaimana desain
cycle atau siklus pengaturan
korupsi politik padapartisipasi
tahun-tahun
masyarakat. Penelusuran
Pemilu yang telah meningkat dokumen-dokumen
dengan ekstrim. hasil penelitian,
laporan pemantauan,
Masyarakat dan ditafsirkan
tidak saja dapat laporan sebagai
dari lembaga-lembaga
satu kesatuan, tetapi
penyelenggara pemilu
juga perlu dibatasi untuk menunjang
mengingat riset ini.
perbedaan hakikat antara laki-laki dan
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
Bentuk Dan Prinsip Partisipasi
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
Masyarakat
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
Partisipasi politik menurut Miriam Budiardjo, dapat
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
dimaknai sebagai kegiatan seseorang atau kelompok orang
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
secara sukarela untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
politik,
hukum dan antara lain dengan
pemerintahan. jalan
Dan memilih
kondisi pimpinan
tersebut negara
telah ditulis oleh dan,
Nindita
secara langsung atau tidak langsung, memengaruhi kebijakan
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
pemerintah. 1
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
Pascareformasi, pemilu jadi ajang persaingan terbuka antar
2009.”
peserta
Masihpemilu untukdengan
berhubungan memobilisasi dukungan
tema akuntabilitas suarapolitik,
keuangan pemilihDidik
dalam meraih
Supriyanto dan kemenangan. Perubahan
Lia Wulandari dalam tulisansistem pemilu
berjudul menjadidan
Transparansi
proporsional daftar terbuka
Akuntabilitas Pengelolaan Dana juga turut menguraikan
Kampanye, membuat intensitas
bahwa dana
kampanye antara
interaksi adalah masyarakat/pemilih
salah satu hal penting dengan
dalam proses pemilu.
berbagai pihak,Dana
kampanye
yaitu; diperlukan
peserta Pemiluoleh(partai
partai politik
politikdanbeserta
kandidatnya untuk dapat
kandidatnya),
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif
1  tidak akan
Miriam Budiardjo, 2009,dapat bekerja
Dasar-Dasar Ilmusecara maksimal
Politik. Jakarta: dalam
Gramediia kampanye
Pustakan
Utama. Hlm. 367

22
vi
Pemerintah (pusat-daerah), penyelenggara pemilu, dan lembaga
pengawas pemilu, serta para pemantau.
Ada empat hal yang mengaitkan pentingnya partisipasi
politik masyarakat dengan pemilu yang demokratis (Bjornlund,
2004). Pertama, kehendak rakyat—sebagaimana tercantum
dalam The Universal Declaration of Human Right (UDHR)—
harus menjadi dasar dari pemerintahan yang diekspresikan
melalui pemilihan umum yang jujur dan adil. Kedua, pemilu
demokratis berkontribusi terhadap penghargaan hak sipil
lainnya. Demokrasi elektoral menjadi indikator yang paling
baik dari kemajuan hak sipil dan hak asasi manusia. Ketiga,
pemilu, khususnya pada negara yang masih mengalami transisi
demokrasi, dapat memberikan ruang kepada warga negara untuk
terlibat dalam ruang publik, karena mendorong masyarakat
untuk turut mengawasi, melakukan kajian, pendidikan pemilih,
dan melakukan advokasi.
Selain itu, pemilu juga mendorong keterlibatan masyarakat
yang ‘ter-marginal-kan’ untuk aktif terlibat di ruang publik,
sepert: kelompok minoritas, perempuan, disabilitas. Keempat,
mendorong pemerintahan yang efektif dan stabil. Walapun, tidak
dapat dipungkiri bahwa pemilu dapat menyebabkan masyarakat
terkotak-kotak akibat mendukung salah satu pihak atau calon.
Akan tetapi, pemilu yang kompetitif dapat mendorong proses
transisi ke demokrasi yang terkonsolidasi.
Oleh karena itu, proses penyelenggaraan pemilu demokratis
sangat membutuhkan partisipasi masyarakat sebagai pemilik
hak suara. Selaian itu, terdapat beberapa hal penting yang
berakitan dengan partsipasi masyarakat, yakni; Pertama, untuk
meningkatkan minat dan kepedulian warga negara terhadap
penyelenggaraan Pemilu, serta pengetahuan/informasi
tentang proses penyelenggaraan Pemilu. Kedua, pelaksanaan
kedaulatan Partai berada pada anggota, kedaulatan rakyat, hak
asasi manusia dalam bidang politik, pengakuan atas legitimasi

23
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

partai politik, legitimasi penyelenggara negara (legislatif dan


eksekutif, baik upaya
merupakan suatu pada untuk
tingkat nasional maupun
menyelamatkan kebijakandaerah), dan
publik yang akan
sistem politik
dibuat oleh pada
politisi danumumnya.
pemerintahKetiga, untuk
yang terpilih menjamin
untuk pemilu
memerintah.
yang adil (menyampaikan
Pandangan hasilberkaitan
Hamdan tersebut pemantauan
dengandan
apapengaduan atas
yang disampaikan
dugaan pelanggaran
Yuna Farhan ketentuan“Menelusuri
melalui tulisannya perundang-undangan pemilu),
Siklus Politisasi Anggaran
padamenjamin
dan Tahun Pemilu.” Yunahasil
integritas menjelaskan bahwa Political cepat
pemilu (penghitungan budgethasil
cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
pemilu). 2

empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal


Pengelompokan partisipasi berdasarkan manfaat tersebut,
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
dapat disederhanakan dalam tabel berikut.
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Tabel
Pemilu 1:2009Pengelompokan
ataupun menjelang jenis
Pemilupartisipasi
2014. Melihatberdasar
perkembangan saat
manfaatnya
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Meningkatkan Legitimasi Integritas
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
minat dan keterpilihan hasil pemilu
Masyarakat
informasitidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
kepemiluan
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
Sosialisasi
perempuan. Seperti pemilu Memilih calon
halnya keterwakilan dan
perempuan Pemantauan
sebagai salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU dan
pasangan calon No. 8 Tahun
pengawasan
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
Pendidikan pemilih Musyawarah Pelaksanaan
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut
membahas diperjuangkan,
rencana mengingat
penghitungan
praktik selama ini, pihak yang duduk visi,baik
misi,didan
parlemen maupun pemerintah
cepat
mayoritas diduduki oleh laki-laki. program
Apabila partai atas hasil
tidak diperjuangkan, hal ini
dalam pemilu
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam pemungutan
hukum suara di TPS
dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Pemberitaan dan
Paramastuti dalam tulisannya yang Dukungan
berjudul:aktif“Perempuan dan Korupsi:
penyiaran media kepada peserta
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
massa
2009.”
pemilu/calon
Masih berhubungan
Survei dan dengan tema akuntabilitas
Mengajak dan keuangan politik, Didik
Supriyanto dan Lia
penyebarluasan Wulandari dalam tulisan
mengorganisasi berjudul Transparansi dan
hasil survei
Akuntabilitas Pengelolaan Dana dukungan
Kampanye, ataumenguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
2  Surbakti, Ramlan, and Didik Supriyanto. Partisipasi Warga Masyarakat dalam
legislatif
Proses tidak akanPemilihan
Penyelenggaraan dapat Umum.
bekerjaJakarta:
secara maksimal
Kemitraan dalam kampanye
bagi Pembaruan Tata
Pemerintahan, 2013

24
vi
keberatan
terhadap alternatif
rencana kebijakan
publik

Momen pemilu membuka ruang bagi masyarakat (warga


biasa) untuk membangun partisipasi dalam bingkai membangun
jembatan representasi politik antara masyarakat dan politisi
(elected politician). Pemilu diyakini mampu mentransformasi
relasi partisipasi antara masyarakat dengan yang dipilihnya
secara hirarkis, bahkan kadang intimidatif menjadi suatu
hubungan yang setara. Aktivitas partisipasi masyarakat non-
partisan tentu perlu dipastikan sifatnya, agar aktivitasnya lepas
dari konflik kepentingan peserta pemilu. Nagore dan Tuccinardi
(2014) mengidentifikasi dua prinsip nonpartisan: netralitas/
imparsialitas dan bebas dari campur tangan politik (neutrality/
impartiality and non-interference). Dua prinsip ini mengacu
pada Deklarasi; “Global Principles for Nonpartisan Observation
and Monitoring of Elections by Citizen Organizations” pada
tahun 2012 lalu.
Imparsialitas mengharuskan partisipasi memperlakukan
berbagai pihak dengan setara tanpa diskriminasi. Sementara
netralitas mengharuskan melepaskan kepentingan politik, tidak
terlibat dalam proses politis dan pemenangan kandidat.
“Generally, impartiality requires treating all
sides equally, not discriminating between any
of them. Neutrality, on the other hand, requires
detachment, not helping or being involved in the
political process.”
Prinsip non-interference, mengharuskan partisipasi
menghormati kondisi lokal dan pemegang otoritas pemilu di
semua tingkatan. Melakukan koreksi atau menyatakan bahwa
kebijakan yang diterapkan di sebuah negara, terutama yang
berhubungan dengan pemilu, adalah salah atau tidak sesuai

25
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

MENYERENTAKAN PEMILU, MEMUSATKAN ANGGARAN PILKADA

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat dengan
oleh politisi dan pemerintah
prinsip yangyang
internasional terpilih untuk memerintah.
berlaku.
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
“Respect the roles of impartial election
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
authorities at all levels and at no time
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
interfere unlawfully or inappropriately in
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
the administration of the elections, as well as
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
seek diligently to work in cooperation with
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregat maupunimpartial electionpada
secara spesifik officials, and follow
tahun-tahun Pemilu,lawful
terkonfirmasi
instructions from them or other appropriate
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
authorities
Pemilu 2009 ataupun concerning
menjelang Pemilu protection
2014. Melihat ofperkembangan
electoral saat
integrity.”
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
political corruption
Selain duacycle atauini,
prinsip siklus
adakorupsi
beberapapolitik pada lain
prinsip tahun-tahun
untuk
Pemilumengidentifikasi
yang telah meningkat dengan ekstrim.
terma nonpartisan. Bjornlund (2004)
Masyarakat tidak saja
menjelaskan dapat ditafsirkan
prinsip-prinsip sebagai satu internasional
nonpartisan kesatuan, tetapi
juga perlu
yangdibatasi mengingat
diterapkan perbedaan
sebagai hakikat
prinsip antara laki-laki
pemantauan dan
sebagai
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
berikut.
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
1. Mematuhi seluruh peraturan dan perundang-
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
undangan di negara yang dipantau. Bagi pemantau
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
internasional yang akan memantau pemilu di sebuah
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
negara,
mayoritas mereka
diduduki oleh harus mengikuti
laki-laki. seluruh
Apabila tidak peraturan hal
diperjuangkan, danini
undang-undang
akan berdampak yang ada
negatif terhadap di negaraaspirasi
mandeknya yang akan dipantau.
perempuan dalam
Secara umum negara yang akan dipantau akan memberikan
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
akreditasi
Paramastuti dalam kepada
tulisannyalembaga pemantau
yang berjudul: yang dan
“Perempuan memiliki
Korupsi:
legalitas
Pengalaman dan memberikan
Perempuan Menghadapi akses kepada
Korupsi lembaga
dalam Pemilutersebut
DPR RI
2009.”untuk memantau pemilu di negara yang bersangkutan.
Masih berhubungan
2. Imparsialdengan
dan tema akuntabilitas
netralitas. keuangan
Setiap politik,
pemantau Didik
harus
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi
bersikap objektif terhadap seluruh proses dan hasil pemilu, dan
Akuntabilitas Pengelolaan
dan tidak Dana Kampanye,
boleh memihak kepada menguraikan
partai politikbahwa dana
tertentu
kampanyeatauadalah salah dan
kandidat satu harus
hal penting dalam proses
menyandarkan pemilu. Dana
pekerjaannya
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
kepada integritas proses dan hasil pemilu.
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

26
vi
3. Non-interferenc., Pemantau pemilu harus
menghormati kondisi lokal di negara yang dipantau.
Sebagai pemantau, tidak boleh melakukan koreksi atau
menyatakan bahwa kebijakan yang diterapkan di sebuah
negara, terutama yang berhubungan dengan pemilu adalah
salah atau tidak sesuai dengan prinsip internasional yang
berlaku. Hal ini penting karena sejumlah negara terkadang
cukup sensitif dengan kehadiran pemantau internasional
dalam pemilu karena ada kekhawatiran adanya intervensi
dari asing.
4. Objektif, transparan, dan akurat. Pemantau harus
memaparkan hasil temuannya secara objektif, dan harus
bebas nilai. Hal-hal yang akan disampaikannya harus
berdasarkan fakta dan data lapangan, sehingga data yang
dicatat tersebut haruslah data yang akurat.
5. Tidak memiliki konflik kepentingan. Lembaga
pemantau pemilu tidak diperkenankan memiliki
kepentingan tertentu. Lembaga pemantau hanya bertindak
sesuai dengan tujuannya untuk melakukan pematauan.
Seorang pemantau harus berkomitmen penuh untuk
membawa misi pemantauan.
6. Menjaga hubungan baik dengan penyelenggara
pemilu pada negara yang dipantau. Lembaga pemantau
harus dapat menjaga hubungan baik dengan penyelenggara
pemilu pada negara yang dipantau. Menghormati peraturan
yang berlaku, peran, dan kewenangan dari penyelenggara
pemilu setempat. Beberapa hal yang perlu dihindari adalah
tidak mengumumkan hasil pemilu tanpa ada persetujuan
dari penyelenggara pemilu setempat.

27
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat oleh7. politisi
Publicdancomment.
pemerintahPemantau
yang terpilih
pununtuk memerintah.
perlu menghindari
Pandangan Hamdan
memberikan tersebut pribadi
komentar berkaitankepada
denganmedia.
apa yang disampaikan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
8. Menjaga kekompakan dengan tim pemantau dan
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
juga sesama pemantau. Agar kegiatan pemantauan dapat
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
berjalan dengan lancar, tim pemantauan harus menjaga
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
kesolidan tim pemantau. Untuk itu setiap pemantau harus
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregatberpartisipasi
maupun secaradalam
spesifikbriefing yang diberikan.
pada tahun-tahun Mengikuti
Pemilu, terkonfirmasi
dalam instruksi dari ketua di
praktek penganggaran tim, mematuhi
Indonesia yang kerangka kerja, dan
berkaitan dengan siklus
juga mematuhi peraturan dari lembaga pemantau.
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
Posisi Relawan Politik dan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Bagaimana Mengaturnya
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
Masyarakat tidak saja
Kelompok dapat ditafsirkan
relawan sebagai
politik telah satu kesatuan,
menjadi tetapi
entitas baru
juga perlu
dalam dibatasi
praktikmengingat
politik danperbedaan
pemilu. hakikat
Relawan antara laki-laki
politik menjadi dan
perempuan.
satu Seperti
kelompok halnyadi keterwakilan
luar struktur perempuan sebagai dan
partai politik salahtimsatu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
kampanye yang turut berkontribusi bagi pemenangan
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
kandidat peserta pemilu.
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
Marcin
praktik selama Walecki,
ini, pihak yangdoktor hukum
duduk baik dan ilmu
di parlemen politikpemerintah
maupun lulusan
Oxford,
mayoritas menyebut
diduduki relawan
oleh laki-laki. ini tidak
Apabila sebagai partai ketiga—
diperjuangkan, hal ini
organisasinegatif
akan berdampak yang memengaruhi hasil aspirasi
terhadap mandeknya pemilu,perempuan
tapi dia bukan
dalam
hukumpelaku atau partai
dan pemerintahan. Danpolitik
kondisipeserta pemilu.
tersebut telah Praktik
ditulis ini
oleh Nindita
memang
Paramastuti dalamlazim terjadi di
tulisannya negara-negara
yang yang berdemokrasi.
berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam
Dalam pengaturan soal relawan politik, undang- Pemilu DPR RI
2009.”undang memang masih gagap. Dalam sejumlah regulasi
Masih berhubungan
paket dengan
politik yang tema akuntabilitas
tersedia, keuanganUU
seperti UU Pilkada, politik, Didik
Pemilu
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi
Legislatif, UU Pemilu Presiden, termasuk UU Partai Politik, dan
Akuntabilitas Pengelolaan
pengaturan Dana Kampanye,
soal partisipasi menguraikan
masih terbatas. bahwa
Sebagai dana
contoh,
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
UU No 8/2012 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR,
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

28
vi
DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota (UU No
8/2012) mengatur partisipasi dalam Bab XIX: Partisipasi
Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pemilu. Bentuk
partisipasi masyarakat yang disebut Pasal 246 adalah
sosialiasi pemilu, pendidikan politik bagi pemilih, survei
atau jajak pendapat tentang pemilu, dan penghitungan
cepat (quick count) hasil pemilu.
Soal pendanaan relawan misalnya, paket undang-
undang politik yang tersedia hanya mengatur sumbangan
pendanaan bagi partai politik (pengusung), serta pasangan
calon (pilkada dan pilpres) saja. Seperti dalam Pasal
74 ayat (2) dan (4) UU No 8/2015 tentang Pemilihan
Kepala Daerah (Pilkada), norma yang muncul hanya
terkait dengan pendanaan calon perseorangan, termasuk
besaran sumbangan bagi calon perseorangan.Keterlibatan
dalam upaya pemenangan kandidat berkonsekuensi pada
mobilisasi massa yang kemudian juga tak bisa mengelak
dari kebutuhan mengonsolidasikan ongkos politik—
aktivitas mobilisasi finansial untuk keperluan logistik
(pemasangan atribut, penyebaran alat peraga, dll).
Pengaturan ini tentu diperlukan agar tidak ada pihak-
pihak yang menancapkan kepentingannya dengan memberi
modal pada kelompok masyarakat untuk mendapat
keuntungan pribadi. Lebih jauh, jika ini tidak diatur,
maka relawan bisa menjadi arena baru tempat oligarki
dengan menginvestasikan modalnya dan menyamarkan
kepentingan-kepentingannya.
Eksistensi relawan politik hingga kini belum terwadahi
secara hukum. R. Ferdian Andi (2016) dalam opininya

29
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat di
olehkoran
politisi Republika
dan pemerintah yang terpilih
menyebut untuk politik
relawan memerintah.
sebagai
Pandangan Hamdan
organisasi tanpatersebut berkaitan dengan
bentuk—tidak jelas apa yang
jenis disampaikan
kelaminnya.
Yuna Farhan
Relawan tentu bukanlah entitas yang berbentukAnggaran
melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi partai
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget
politik, kendati aktivitasnya sama seperti partai politik, cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
khususnya dalam hal memobilisasi massa, termasuk
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
pendanaan sebagai konsekuensi turunan dari mobilisasi
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
massa.
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
Relawan
dalam praktek politik juga
penganggaran tidak berbentuk
di Indonesia yang berkaitan perkumpulan
dengan siklus
atau organisasi massa (ormas) yang berbadan hukum
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan atau
saat
yang
ini, yang tidakperhatian
menjadi berbadan hukum
tidak hanyasebagaimana
political budgetketentuan yang
cycles, melainkan
diatur
political dalamcycle
corruption UU atau
No. siklus
17 Tahun 2013
korupsi tentang
politik padaOrganisasi
tahun-tahun
PemiluMassa (Ormas).
yang telah Seperti
meningkat dalam
dengan ketentuan Undang-undang
ekstrim.
No. 17 Tahun
Masyarakat 2013
tidak saja Pasal
dapat 9 ayat sebagai
ditafsirkan (1) dansatu
pasal 11 ayattetapi
kesatuan, (1)
menjelaskan
juga perlu bahwa, organisasi
dibatasi mengingat massa dapat
perbedaan hakikat antara berbentuk
laki-laki dan
badanSeperti
perempuan. hukum atau tidak
halnya berbadan
keterwakilan hukum Ormas,
perempuan adapun
sebagai salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu.
yang berbadan hukum dapat berbentuk perkumpulan UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan
atau yayasan. setiap partai
Pada politik
pasal peserta pemilu
berikutnya (Pasalharus memenuhi
12 Ayat (1))
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan,
disebutkan soal persyaratan pendirian perkumpulan, mengingat
praktikyakni;
selama ini,
aktepihak yang duduk
pendirian, baik di parlemen
sumber pendanaan, maupun
NPWPpemerintah
atas
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
nama perkumpulan, dan lain-lain.
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
Namun, keberdaan relawan politik—yang menjadi
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
fenomena
Paramastuti tersendiriyang
dalam tulisannya dalam
berjudul:pergulatan
“Perempuan politik di
dan Korupsi:
Indonesia—saat
Pengalaman Perempuan ini, tidak adaKorupsi
Menghadapi norma ataudalamketentuan
Pemilu DPR yangRI
2009.”mengatur kelompok tersebut. Karena memang secara
normatif,
Masih peserta
berhubungan pemilu
dengan temadalam pilkada,
akuntabilitas atau pilpres
keuangan tidak
politik, Didik
mengenal
Supriyanto istilah
dan Lia relawan
Wulandari dalamatau relawan
tulisan politik.
berjudul Transparansi dan
Kemudian,
Akuntabilitas bagaimana
Pengelolaan pengaturan
Dana Kampanye, yang tepat
menguraikan bahwauntukdana
kampanye adalah salah
mengatur bentuksatupartisipasi
hal penting ini?.
dalam Untuk
proses pemilu.
menjawab Dana
kampanye diperlukan
kebutuhan oleh partaiini,
pengaturan politik
perludansatu
kandidatnya
mekanismeuntuk dapat
untuk
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

30
vi
menjelaskan jenis kelamin dari suatu bentuk partisipasi
masyarakat dalam pemilu. Dari uarian bab sebelumnya
sudah dijelaskan bahwa, partisipasi masyarakat dibagi
ke dalam dua kategori, yakni: nonpartisanship dan
partisanship. kedua kategori tersebut terletak pada
keberpihakan dan pemenuhan prinsip-prinsip partisipasi
masyarakat.
Garis tegas perbedaan keduanya berada pada relasi
suatu kelompok dengan kandidat. Jika ia (kelompok)
tidak terlibat dalam pemenangan kandidat, maka ia
dapat dikategorikan sebagai relawan, independen,
atau partisipasi masyarakat yang bersifat pasrtisipan.
Sebaliknya, jika ia (kelompok) terlibat dalam upaya
pemenangan kandidat, maka ia tidak bisa digolongkan
sebagai relawan, independen, atau partisipasi masyarakat
yang non-partisan. Dengan kata lain, kelompok tersebut
dapat dikategorikan sebagai kelompok partisipan yang
ikut aktif dalam pemenangan pemilu, sebagaimana Tim
kampanye suatu Calon/Pasanagan Calon.
Fenomena relawan yang terlibat dalam pemenangan ini
senada dengan kategori-kategori kampanye. Kampanye
didefinisikan sebagai kerja terkelola yang berusaha agar
calon dipilih atau dipilih kembali dalam suatu jabatan.
Bedanya, kampanye menjadi cara yang digunakan oleh
para calon untuk merayu pemilih, agar pemilih mau
memberikan suaranya untuk mereka dengan sumber dana
yang berasal dari partai politik dan calon, sumbangan
perseorangan, dan perusahaan.
Dari kesamaan kategori ini dan kondisi sosial politik

31
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat yang
oleh politisi
berbeda dandipemerintah
Indonesiayang
dan terpilih
negarauntuk memerintah.
lainya. Di Indonesia,
Pandangan Hamdan
tidak jarang tersebut berkaitan
relawan—yang sudah dengan apa yang disampaikan
terorganisir—seringkali
Yuna Farhan
membangun komunikasi inten dengan Politisasi
melalui tulisannya “Menelusuri Siklus peserta Anggaran
pemilu
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political
(Bakal Calon/Calon/Partai Politik). Berbeda dengan budget cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
relawan terorganisir di Amerika yang tidak berkomunikasi
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
dengan kandidat. Oleh karena itu, sudah sepatutnya
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
pengaturan soal ‘relawan’ harus dipertegas di pengetauran
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
kampanye dengan pertimbangan sifat dan prinsip relawan
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
tersebut. Sehingga, semua yang bekerja untuk kandidat
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
dan
ini, yang atau perhatian
menjadi untuk kemenangan kandidat
tidak hanya political harus
budget cycles,terdaftar
melainkan
di Komisi Pemilihan Umum (KPU). Dalam hal ini juga
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Pemilutermasuk Sumber dana,
yang telah meningkat dengandan keanggotaan, serta proses
ekstrim.
verifikasi.
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
juga perluSementara kelompok
dibatasi mengingat yang bersifat
perbedaan tidak
hakikat terlibat
antara dalam
laki-laki dan
upayaSeperti
perempuan. pemenangan kandidat, iaperempuan
halnya keterwakilan mesti mendaftar ke KPU
sebagai salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu.
dan wajib menjaga independensinya dengan melaporkan UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai
profil organisasi, politikkepengurusan,
susunan peserta pemilu sumber
harus memenuhi
dana,
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan,
rencana aktivitas serta wilayah kerja, dan alat serta mengingat
praktikmetodologi
selama ini, pihak
yangyangdigunakan
duduk baik di parlemen
dalam maupun pemerintah
berkegiatan untuk
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
kemudian diakreditasi.
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
Pengaturan ini tidak dimaksudkan untuk membelenggu
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
kebebasan
Paramastuti dalam berekspresi yang
tulisannya yang dijamin
berjudul: oleh konstitusi,
“Perempuan dan
dan Korupsi:
juga bukan
Pengalaman dimaksudkan
Perempuan Menghadapiuntuk mengerdilkan
Korupsi partisipasi
dalam Pemilu DPR RI
2009.”masyarakat. Tetapi, pengaturan ini bertujuan untuk
membentuk
Masih berhubungan praktik
denganpolitik yang transparan,
tema akuntabilitas keuangan akuntabel,
politik, Didik
sertadan
Supriyanto bertanggung jawab
Lia Wulandari diseluruh
dalam elemenTransparansi
tulisan berjudul masyarakat— dan
tanpa terkecuali.
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

32
vi
Menjaga Independensi Dengan
Akreditasi
Partisipasi masyarakat dalam pemilu dimaksudkan
untuk menjaga integritas proses dan hasil pemilu. Oleh
karena itu, untuk menopang dedikasi dan fungsi tersebut,
lembaga-lembaga yang melakukan partisipasi dalam
pemilu harus mampu meningkatkan mutu dan menjamin
independensinya secara terus-menerus. Lembaga tersebut
mesti aktif membangun sistem penjaminan mutu internal.
Untuk menjaga sistem internal tersebut berjalan baik,
akreditasi dari eksternal diperlukan.
Akreditasi adalah proses evaluasi dan penilaian secara
komprehensif atas komitmen lembaga-lembaga yang
melakukan partisipasi dalam pemilu terhadap mutu dan
independensi penyelenggaraan aktivitasnya. Akreditasi
ditekankan pada pemenuhan prinsip independen, bukan
kelayakan untuk melakukan bentuk-bentuk partisipasi.
Pengaturan soal akreditasi berpijak pada prinsip
perlindungan. Sehingga, partisipasi masyarakat yang
telah tumbuh-kembang pada tataran akar rumput tidak
terganggu. Jika pengaturan dilakukan hanya dengan
semangat meregistrasi, pengatuan akan menjadi birokratis,
hal ini akan menyulitkan partisipasi yang bersifat bottom
up.
Lembaga yang melakukan partisipasi pada mulanya
mendaftar ke KPU. KPU kemudian memberikan informasi
mengenai beberapa kriteria yang bersifat terbuka dan
menjaga lembaga-lembaga tersebut untuk tetap berlaku

33
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

MENYERENTAKAN PEMILU, MEMUSATKAN ANGGARAN PILKADA

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat independen
oleh politisi dandalam
pemerintah yang terpilihdi
berpartisipasi untuk memerintah.
pemilu. Evaluasi
Pandangan Hamdan tersebut
untuk akreditasi kemudianberkaitan dengan
dilakukan apa yang
dalam disampaikan
rentang waktu
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
setelah lembaga-lembaga tersebut bekerja di pemilu. Anggaran
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
Evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
dan independensi lembaga-lembaga yang melakukan
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
partisipasi dalam pemilu. Evaluasi ini dilakukan oleh KPU—
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregatsebagai
maupunlembaga yang pada
secara spesifik bersifat mandiri—secara
tahun-tahun berkala,
Pemilu, terkonfirmasi
dalam menyeluruh, dan transparan
praktek penganggaran di Indonesiauntuk menilai pencapaian
yang berkaitan dengan siklus
standar independensi partisipasi dalam pemilu.
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
ini, yang menjadi
Dalam perhatian
menjaga tidak hanya political
independensi budget
ini, KPU cycles,
akan melainkan
memeriksa
political corruption cycle
setidaknya dua atauhal:siklus korupsi politik
keterlibatan pada tahun-tahun
lembaga dalam
Pemilupemenangan
yang telah meningkat dengan ekstrim.
kandidat dan sumber dana yang jelas. Kriteria
Masyarakat
independentidak yang
saja dapat ditafsirkan
diperiksa sebagai
ini juga satu
bisa kesatuan,pada
mengacu tetapi
juga perlu dibatasi mengingat
prinsip-prinsip perbedaan
nonpartisan yanghakikat
telahantara laki-laki
dibahas dan
secara
perempuan.
lebih Seperti
jauh padahalnya
babketerwakilan
sebelumnya. perempuan
Sementara sebagai
sumbersalah satu
dana
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu.
yang jelas berarti lembaga tersebut mampu membuka UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
laporan keuangannya ke publik dan membuka ruang
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
audit. Khusus bagi bentuk partisipasi berupa survei dan
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
hitung cepat, KPU juga perlu memeriksa metodologi dan
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
keabsahan data. Pemeriksaan ini tentu mesti melibatkan
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
lembaga profesi yang bergerak di bidang survei.
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
ParamastutiAkreditasi dilakukan
dalam tulisannya atas
yang dasar “Perempuan
berjudul: kriteria yangdanbersifat
Korupsi:
terbuka.
Pengalaman Sertifikasi
Perempuan akreditasi
Menghadapi akandalam
Korupsi diberikan
Pemilusebagai
DPR RI
2009.”pengakuan terhadap kompetensi dan independensi
untuk
Masih berpartisipasi
berhubungan dengan temadalam pemilu.keuangan
akuntabilitas KPU politik,
kemudian
Didik
mengumumkan
Supriyanto dan mensosialisasikan
dan Lia Wulandari lembaga-lembaga
dalam tulisan berjudul Transparansi dan
yang mendapat
Akuntabilitas sertifikat
Pengelolaan akreditasi menguraikan
Dana Kampanye, ini. bahwa dana
kampanyeLembaga-lembaga
adalah salah satu hal penting
yang dalam
turut proses pemilu.
berpartisipasi Dana
dalam
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
pemilu yang mendapatkan akreditasi dari KPU ini wajib
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

34
vi
menyerahkan hasil laporan partisipasinya kepada KPU.
Jika lembaga tersebut tidak memberikan laporan, maka
akreditasi partisipasinya dapat ditarik kembali oleh KPU.
KPU berwenang untuk mengevaluasi dan menilai, serta
menetapkan status dan peringkat mutu dan independensi
partisipasi dalam pemilu berdasarkan standar terbuka yang
telah ditetapkan. Dengan demikian, tujuan dan manfaat
akreditasi dapat diketahui dan di pahami oleh public.
Adapaun tujuan dan manfaat akreditasi dalah sebagai
berikut:
Pertama, memberikan jaminan bahwa lembaga
yang terakreditasi telah memenuhi standar mutu dan
independensi yang ditetapkan secara terbuka oleh
KPU, sehingga mampu memberikan perlindungan bagi
masyarakat dari informasi dan penyelenggaraan partisipasi
pemilu yang tidak memenuhi standar independen. Selama
ini, masyarakat sering dibingungkan oleh informasi
yang simpang siur antara informasi yang bermuatan
politis dan mendukung pemenangan salah satu kandidat
dengan informasi yang bersifat tidak memihak. Akreditasi
diharapkan mampu memberi batasan yang jelas sehingga
masyarakat tidak lagi dibingungkan oleh hal ini.
Kedua, mendorong lembaga-lembaga yang melakukan
partisipasi dalam pemilu untuk terus menerus
melakukan perbaikan dan mempertahankan mutu dan
independensinya. Selain itu, akreditasi juga diharapkan
bisa memacu lembaga-lembaga partisipasi pemilu untuk
memiliki rencana strategis, visi, misi, dan tujuan serta
mendorong lembaga-lembaga ini berupaya meningkatkan

35
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat mutu
oleh politisi
program dan dan
pemerintah yang terpilih
lembaganya secarauntuk memerintah.
bertahap, terencana,
Pandangan Hamdan tersebut
dan kompetitif berkaitan
di tingkat dengan apa yang disampaikan
kabupaten/kota, provinsi,
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus
regional, nasional, bahkan internasional. Politisasi Anggaran
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
Ketiga, hasil akreditasi dapat dimanfaatkan sebagai
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
dasar pertimbangan dari badan atau instansi yang lain.
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
Riset ini merekomendasikan akreditasi bisa dipakai sebagai
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregatpertimbangan
maupun secara bagi badan-badan
spesifik pada tahun-tahun penyelesai
Pemilu, sengketa—
terkonfirmasi
misalnya Mahkamah Konstitusi—untuk
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan menerima
siklus
kesaksian. Pasal 6 PMK Nomor 4 Tahun 2014
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saattentang
pedoman
ini, yang beracaratidak
menjadi perhatian dalam
hanyaperselisihan hasil
political budget pemilihan
cycles, melainkan
umum
political presiden
corruption cycledan
atauwakil
sikluspresiden menyebutkan
korupsi politik bahwa,
pada tahun-tahun
Pemiluketerangan saksi yang
yang telah meningkat dengan berasal
ekstrim.dari pemantau pemilu
presidentidak
Masyarakat dan saja
wakil presiden
dapat yang bersertifikat
ditafsirkan bisa menjadi
sebagai satu kesatuan, tetapi
alat dibatasi
juga perlu bukti dalam perkara
mengingat perselisihan
perbedaan hasil laki-laki
hakikat antara pemilihandan
umumSeperti
perempuan. presiden
halnyadan wakil presiden.
keterwakilan perempuanIntisebagai
dari pasal
salah ini
satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU
bisa diadopsi di UU Pemilu sebagai insentif bagi lembaga No. 8 Tahun
2012 menegaskan
partisipasi setiap
pemilupartai
yangpolitik peserta pemilu harus memenuhi
terakreditasi.
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
Selain oleh badan penyelesai sengketa, akreditasi juga
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
bisa menjadi dasar pertimbangan tim seleksi anggota KPU
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
untuk menguji atau memberi kredit bagi mereka yang
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
pernah beraktivitas dalam lembaga partisipasi pemilu yang
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
terakreditasi.
Paramastuti Pasal 11yang
dalam tulisannya UU 15/2011
berjudul: tentang Penyelenggara
“Perempuan dan Korupsi:
PemiluPerempuan
Pengalaman merinci persyaratan
Menghadapi untuk
Korupsi menjadi anggotaDPR
dalam Pemilu KPURI
2009.”RI, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota, salah
satunya
Masih adalahdengan
berhubungan memiliki
temapengetahuan dan keahlian
akuntabilitas keuangan politik,yang
Didik
berkaitan
Supriyanto dengan
dan Lia penyelenggaraan
Wulandari pemilu. Transparansi dan
dalam tulisan berjudul
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
Penutup
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanyeBerdasarkan
diperlukan oleh partaidan
uraian politik dan kandidatnya
analisis untuk dapat
yang telah dilakukan,
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

36
vi
ada dua kesimpulan yang dapat dikemukakan. Pertama,
dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat dalam
pemilu merupakan salah satu bentuk partisipasi politik
masyarakat yang bertujuan untuk mempengaruhi
kebijakan politik. dalam hal ini bertujuan untuk mengawal
proses pelaksanaan pemilu agar terpilih pemimpin yang
memang benar diinginkan rakyat dan melalui proses yang
jujur dan adil.
Dari distingsi itu, partisipasi masyarakat dalam pemilu
dapat dikategorikan menjadi dua hal. Pertama, partisipasi
yang partisan dan partisipasi yang non-partisan. Partisipasi
kelompok masyarakat partisan ikut bertanggungjawab
dalam pemenangan peserta pemilu, sedangkan kelompok
masyarakat non-partisan tetap dalam posisi independen
dan bertanggungjawab atas penjagaan nilai-nilai pemilu
demokratis dan prinsip luber dan jurdil.
Kedua, belum adanya distingsi yang jelas mengenai
partisipasi partisan dan nonpartisan. Sehingga berseraknya
pengaturan tentang partisipasi ini telah membuka celah
bagi masuknya kepentingan politik peserta pemilu untuk
menunggangi partisipasi masyarakat yang seharusnya
bersifat independen. Survei dan penghitungan cepat
misalnya, lebih marak dilakukan sebagai penggiring
opini publik dalam menentukan pilihan. Padahal, survei
ini juga penting untuk teguh bersifat independen dalam
memastikan proses dan hasil pemilu berjalan jujur dan
adil.
Penerapan akreditasi diyakini mampu menyaring hal ini,
meski ada juga perdebatan dalam penerapan akreditasi ini.

37
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat Sedangkan
oleh politisi dan pemerintah
kelompok yang terpilih
pendukung untuk
menilai memerintah.
bahwa akreditasi
Pandangan Hamdan tersebut
dan pengaturan berkaitan
diperlukan untukdengan apakredibilitas
menjaga yang disampaikan
dan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
independensi dari lembaga yang melakukan partisipasi. Anggaran
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
Pada akhirnya, riset ini merekomendasikan beberapa
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
hal untuk menanggulangi permasalahan-permasalahan
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
yang berkaitan dengan pengaturan partisipasi masyarakat
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregatdalam
maupun pemilu.
secara Hal ini penting
spesifik dalam rangka
pada tahun-tahun menegaskan
Pemilu, terkonfirmasi
kembali bentuk-bentuk partisipasi masyarakat
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan dalam
siklus
penyelenggaraan pemilu di peraturan perundang-
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
undangan.
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
political corruption
Pertama, cycle atau siklus
diperlukan korupsi politik
penegasan pada mengenai
kembali tahun-tahun
Pemilupartisipasi
yang telah meningkat dengan ekstrim.
yang partisan dan partisipasi non partisan.
Masyarakat tidakyang
Partisipasi saja dapat ditafsirkandan
independen sebagai satu kesatuan,
nonpartisan tetapi
sangat
juga perlu dibatasi
penting. mengingat
Sebagai pihakperbedaan hakikatmasyarakat
yang netral, antara laki-laki
dapatdan
perempuan.
menjadiSeperti halnya
saksi yangketerwakilan perempuan penilaian
dapat memberikan sebagai salah
yangsatu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU
juga netral dan tidak memihak salah satu kandidat atau No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
partai politik tentang proses pemilu. Sehingga, apapun
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
hasil dari pemilu dan siapapun pemenangnya, apabila
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
masyarakat berpartisipasi—secara netral, nonpartisan,
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
dan independen—mereka tidak akan gaduh. Bila mereka
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
partisan, relawan pemenang maupun relawan pihak yang
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
kalah dalam
Paramastuti tentunya akanyang
tulisannya rawan terhadap
berjudul: konflik.
“Perempuan danSeperti
Korupsi:
yang terjadi
Pengalaman Perempuan pada Pilpres 2014
Menghadapi yangdalam
Korupsi lalu, Pemilu
dimanaDPR duaRI
2009.”kubu kandidat sama-sama memiliki basis relawan yang
cukup
Masih ekstrim dan
berhubungan memperlihatkan
dengan keberpihakan
tema akuntabilitas mereka
keuangan politik, Didik
dengan
Supriyanto dan jelas, baik dalam
Lia Wulandari dalamkehidupan sehari-hari
tulisan berjudul maupun
Transparansi dan
pada sosial
Akuntabilitas media. Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
Pengelolaan
kampanyeKedua,
adalah pengaturan
salah satu halmengenai
penting dalam proses masyarakat
partisipasi pemilu. Dana
kampanye diperlukan
diperlukan olehmemberikan
untuk partai politikjaminan
dan kandidatnya untuk dapat
kepada masyarakat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

38
vi
untuk melaksanakan hak politik mereka dalam bentuk
partisipasi di pemilu. Partisipasi masyarakat nonpartisan
dan independen perlu juga didorong agar tetap hadir di
tengah-tengah maraknya partisipasi masyarakat yang
partisan dan memihak. Pengaturan dilakukan untuk
mencegah agar masyarakat yang mulai semakin aktif
berpartisipasi menjadi alat bagi kandidat atau partai politik
saja untuk dimobilisasi.
Pengaturan mengenai partisipasi masyarakat dalam
pemilu bukan bertujuan untuk membelenggu atau
mengkontrol partisipasi masyarakat sehingga masyarakat
tidak bisa bebas berkreasi dalam melakukan pemantauan
maupun partisipasi lainnya. Undang-undang dan
peraturan dengan prinsip menjamin hak warga negara
dalam berpartisipasi akan membuat masyarakat lebih
bebas melakukan partisipasi mereka.
Ketiga, penerapan akreditasi dengan serius pada segala
bentuk partisipasi masyarakat dalam pemilu diyakini dapat
menjaga independensi. Setidaknya ada tiga tujuan dalam
penerapan akreditasi ini: (1) memberikan jaminan bahwa
lembaga yang teakreditasi telah memenuhi standar mutu
dan independensi yang ditetapkan secara terbuka oleh
KPU; (2) mendorong lembaga-lembaga yang melakukan
partisipasi dalam pemilu untuk terus menerus melakukan
perbaikan dan mempertahankan mutu dan independensi;
(3) hasil akreditasi dapat dimanfaatkan sebagai dasar
pertimbangan dari badan atau instansi lain—misalnya;
badan penyelesai sengketa dan tim seleksi anggota KPU.

39
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
REFERENSI
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Bjornlund, Eric C. Beyond Free and Fair: Monitoring
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
Elections
pada Tahun andYuna
Pemilu.” Building Budiarjo,
menjelaskan bahwaMiriam.
PoliticalDasar-dasar
budget cycles
Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai 2009. studi
empiris di Dmocracy. Amerika:
berbagai Negara. BerbagaiJohn Hopkins
variabel Univesity Press,
yang mempengaruhi politcal
budget2004.
cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
Surbakti, Ramlan, and Didik Supriyanto. Partisipasi
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Warga Masyarakat dalam Proses Penyelenggaraan
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
Pemilihan Umum. Jakarta: Kemitraan bagi Pembaruan
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
Tata Pemerintahan, 2013.
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Pemilu yangNagore, Leandro,dengan
telah meningkat and Domenico
ekstrim. Tuccinardi. ”Citizen
Electoraltidak
Masyarakat Observation.” aceproject.org.
saja dapat ditafsirkan sebagai satu2014. http://
kesatuan, tetapi
aceproject.org/ace-en/focus/citizen-electoral-observation
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
(accessed
perempuan. May
Seperti 3, 2015).
halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
Andi, R. Ferdian. menjadi
syarat verifikasi faktual untuk “Mengatur Relawan
peserta pemilu.Politik.”
UU No. 8 Koran
Tahun
2012 menegaskan
Republika. setiap partai http://www.republika.co.id/berita/
2016. politik peserta pemilu harus memenuhi
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
koran/opini-koran/16/03/29/o4sjlb21-mengatur-
praktikrelawan-politik
selama ini, pihak yang duduk May
(accessed baik di
5,parlemen
2016) maupun pemerintah
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

40
vi
41
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Memperbaiki Mekanisme
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran

Penegakan Hukum
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
empirisPemilu
di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregatFadli Ramadhanil 1
maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
ABSTRAK
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
Dari hasil evaluasi setiap kali pemilu selalu ada catatan
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
khusus mengenai sitem penegakan hukum pemilunya.
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
Beberapa catatan adalah bahwa proses penegakan
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
hukum terlalu panjang sehingga penyelensaiannya
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
tidak maksimal dan tidak memberikan keadilan bagi
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
pihak yang kehilangan hak elektoralnya. Untuk itu
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
praktikperlu
selamadilakukan
ini, pihak yangreformasi
duduk baik dalam penegakan
di parlemen hukum
maupun pemerintah
pemilu
mayoritas agarolehdapat
diduduki menjamin
laki-laki. pemilu
Apabila tidak berjalan hal
diperjuangkan, freeini
and fair.negatif
akan berdampak Desain penegakan
terhadap hukum
mandeknya yang
aspirasi ditawarkan
perempuan dalam
hukumadalah adanya perbaikan
dan pemerintahan. Dan kondisidalam
tersebutpelanggaran pidana,
telah ditulis oleh Nindita
administrasi,
Paramastuti kode etik,
dalam tulisannya dan
yang perselisihan
berjudul: hasil pemilu.
“Perempuan dan Korupsi:
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu
Kata Kunci: Perselisihan pemilu, free and fair election, DPR RI
2009.”pemilu demkratis
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Pendahuluan
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
1  Penulis adalah Peneliti Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
(Perludem)
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

42
vi
Proses penegakan hukum pemilu adalah proses yang
paling penting dalam setiap penylenggaraan pemilu. Karena
salah satu indikator pemilu demokratis adalah dilihat
bagaimana proses penegakan hukum sepanjang pemilunya
berjalan. Jika proses penegakan hukum pemilu berjalan
secara free and fair, maka boleh jadi salah satu syarat untuk
proses penyelenggaraan pemilu yang demokratis tercapai.
Tetapi, untuk bergeser kepada jalannya proses penegakan
hukum pemilu yang berjalan secara free and fair, mesti
perlu dibangun sistem penegakan hukum pemilu yang kuat
dan bisa dilaksanakan. Poin inilah kemudian yang selalu
menjadi duri dalam sekam dalam setiap penyelenggaraan
pemilu di Indonesia. Persiapan sistem penegakan hukum
senantiasa tidak dipersiapkan dengan serius oleh lembaga
yang memiliki kewaijabn untuk membuatnya. Akibatnya,
Dari sekian pemilu yang pernah diselenggarakan di
Indonesia, tidak satu-pun yang sepi dari protes, entah itu
terhadap proses penyelenggaraannya maupun hasilnya.
Bahkan pemilu 1955 yang dikenal sebagai pemilu yang
paling bersih-pun tidak luput dari protes2. Perangkat-
perangkat hukum yang dirancang untuk memayungi dan
memberikan keadilan penyelenggaraan pemilu-pemilu
sebelumnya, dirasa masih belum memuaskan untuk
memberikan keadilan.
Dalam praktik penyelenggaraan pemilu masih saja
terjadi berbagai masalah, masalah-masalah itu antara lain
disebabkan oleh beberapa faktor, yakni: ketidakjelasan

2  Topo Santoso dkk, Penegakann Hukum Pemilu; Praktik Pemilu 2004, 2011,
Jakarta: Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), hal. 23

43
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat pengertian
oleh politisi dan pemerintah
dan batasanyang terpilihpelanggaran
antara untuk memerintah.
pidana,
Pandangan Hamdandan
administrasi tersebut
etik.berkaitan dengan
sehingga apa yang disampaikan
menimbulkan tafsir
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
yang berbeda antara aparat penegak hukum. Selian itu, Anggaran
pada Tahun Pemilu.” Yuna
ketidakjelasan menjelaskan
mekanisme bahwa Political
penanganan perkara,budget cycles
sehingga
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
menimbulkan tumpang tindih penanganan. Hal ini
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
sebabkan oleh lembaga penegak hukum tidak disiapkan
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
dengan baik, sehingga seringkali kesulitan dalam
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
menangani suatu perkara yang muncul dalam proses
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
pemilu.
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
Padahal,
ini, yang menjadi suatutidakproses
perhatian penanganan
hanya political pelanggaran
budget cycles, melainkan
hukum
political pemilu
corruption sebaiknya
cycle di korupsi
atau siklus atur dalam
politiksuatu
pada perangkat
tahun-tahun
Pemiluhukum yang
yang telah jelas dan
meningkat pasti.
dengan Misalnya, tidak boleh ada
ekstrim.
aturan yang
Masyarakat menghasilkan
tidak saja suatusebagai
dapat ditafsirkan penafsiran yang jamak
satu kesatuan, tetapi
untuk
juga perlu mengatur
dibatasi satu perbedaan
mengingat hal. Pengalaman dari pemilu
hakikat antara laki-laki ke
dan
pemilu,
perempuan. definisi
Seperti kampanye
halnya selalu
keterwakilan saja membuat
perempuan sebagaipersoalan
salah satu
syarat verifikasi
semakin runyam, karena makna yang terkandung 8
faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. Tahun
dalam
2012 menegaskan
suatu istilah setiap partai makna
memiliki politik peserta
ganda pemilu harus memenuhi
atau multitafsir dan
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan,
tidak tegas. Sehingga definisi kampanye terus menjadi mengingat
praktikperdebatan.
selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
Padahal, defenisi kampanye yang pasti dan rigid sangat
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
dibutuhkan, karena banyaknya pelanggaran pemilu yang
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
bersandar
Paramastuti dalampada definisi
tulisannya dan
yang batasan“Perempuan
berjudul: kampanye.dan Misalnya
Korupsi:
untuk Perempuan
Pengalaman pelaku kampanye
Menghadapi diluar jadwal.
Korupsi Pelanggaran
dalam Pemilu DPRiniRI
2009.”membutuhkan definisi kampanye yang pasti dan tidak
multitafsir.
Masih berhubunganJika definisi
dengan temakampanye mengambang,
akuntabilitas maka
keuangan politik, Didik
sulit dan
Supriyanto untuk
Liamenjerat
Wulandaripelaku
dalam pelanggaran kampanye
tulisan berjudul di luar
Transparansi dan
jadwal.Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
Akuntabilitas
kampanyeDisamping
adalah salah persoalan
satu hal penting
hukumdalam materilnya
proses pemilu.yang
Dana
kampanye diperlukan oleh
bermasalah, partaipenyelesaian
proses politik dan kandidatnya untuk dapat
dari pelanggaran
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

44
vi
tersebut juga mengalami persoalan. Misalnya, untuk
proses penanganan pelanggaran pidana pemilu. Dalam
desaian UU pemilu yang ada saat ini, baik pileg maupun
pilpres, penanganan pelanggaran pidana melibatkan
banyak lembaga dan dengan proses yang cukup berbelit.
Padahal, ada satu asas hukum yang mengatakan bahwa,
suatu proses penanganan pelanggaran pidana, semestinya
ada diatas prinsip yang cepat, efektif, mudah, dan biaya
ringan.
Selain itu, persoalan penyelesaian sengketa pemilu juga
mesti diperbaiki. Mulai dari sengketa non hasil pemilu,
begitu juga dengan sengketa hasil pemilu. Untuk sengketa
non hasil pemilu misalnya, ketentuan di UU 8/2012
membagi dua bentuk penyelsaian sengketa administrasi
pemilu. Pertama, terdapat sengketa administrasi pemilu
yang melibatkan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu).
Kedua, terdapat sengketa pemilu yang harus diputuskan
oleh Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN).
Padahal, setiap sengketa administrasi pemilu adalah
ranah penyelesaian adminstratif yang bisa dituntaskan di
PTUN. Selain itu, peran Bawaslu yang juga merupakan
sebagai pengawas pemilu disatu sisi, dan sebagai penyelesai
sengketa disisi yang lain, dipandang sebagai fungsi yang
tidak bisa dimainkan secara bersamaan.
Catatan penting juga diberikan kepada pengaturan
mekanisme perselisihan hasil pemilu. Kemapanan proses
penyelesaian perselisihan hasil pemilu di Indonesia yang
diselesaikan oleh Mahkamah Konstitusi, masih cendrung
naik turun dan tidak konsisten. Hal pertama yang perlu

45
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat disorot
oleh politisi dan pemerintah
adalah yang terpilih
proses hukum acarauntuk
yangmemerintah.
disusun dan
Pandangan Hamdanoleh
dilaksanakan tersebut berkaitanKonstitusi.
Mahkamah dengan apa yang
Satudisampaikan
hal yang
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
tidak konsisten misalnya, terkait dengan mekanisme Anggaran
pada Tahun Pemilu.” pendahuluan.
pemeriksaan Yuna menjelaskan bahwaproses
Apakah Politicalpemeriksaan
budget cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
pendahuluan masih membuka ruang perbaikan
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
permohonan dari para pemohon berdasarkan nasihat
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
yang diberikan oleh majelis hakim ?. Jika dilihat dengan
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
pelaksanaan proses persidangan yang dilaksanakan oleh
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Mahkamah Konstitusi (MK) dalam pengujian undang-
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
undang,
ini, yang menjadimaka hal tidak
perhatian itu dibenarkan. Tetapi
hanya political budgetperlu dipahami
cycles, melainkan
bahwa, proses pemeriksaan pendahuluan adalah ruang
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Pemilubagi
yangpemohon untukdengan
telah meningkat memperdengarkan
ekstrim. permohonan yang
disampaikan,
Masyarakat kemudian
tidak saja majelis hakim—yang
dapat ditafsirkan sebagai satu memeriksa—
kesatuan, tetapi
akan memberikan nasihat terhadap
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antaramateri permohonan
laki-laki dan
yang disampaikan untuk kemudian diperbaiki
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah oleh
satu
pemohon.
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan
Namun setiap
dalam partai politikperselisihan
proses peserta pemilu harus
hasil memenuhi
pemilihan
30% keterwakilan
kepala daerahperempuan. Kondisi ini
(Pilkada) patut diperjuangkan,
2015, mengingat
proses pemeriksaan
praktikpendahuluan
selama ini, pihak
diyang
MK duduk
sama baik
sekalidi parlemen maupun pemerintah
tidak memberikan ruang
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
perbaikan permohonan lagi kepada pemohon. Proses yang
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
berbeda dengan perselisihan hasil Pileg dan Pilpres 2014
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
tersebut, telah memperlihatkan bahwa proses penyelesaian
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
perselisihan pemilu di MK tidak konsisten.
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.” Kemudian juga proses dan mekanisme pemeriksaan
saksi
Masih dan bukti
berhubungan yangtema
dengan dilakukan olehkeuangan
akuntabilitas MK. Pada proses
politik, Didik
Pilegdan
Supriyanto 2014,
Lia alat bukti surat
Wulandari dalamsama sekali
tulisan tidakTransparansi
berjudul diperiksa dan dan
dibukaPengelolaan
Akuntabilitas di depan persidangan.
Dana Kampanye,Semua diperiksa di
menguraikan “dapur”
bahwa dana
kampanyeMK,adalah
yang dilakukan
salah satu panitera.
hal pentingNamun, prosespemilu.
dalam proses ini sedikit
Dana
kampanyemembaik ketika
diperlukan olehproses
partai perselisihan hasil Pilkada
politik dan kandidatnya untuk2015.
dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

46
vi
Meskipun tidak selalu dan berlangsung di seluruh panel,
alat bukti sudah dibuka dan dikonfirmasi kepada para
saksi di depan forum persidangan.
Terakhir, proses perselisihan hasil di MK yang masih
menjadi perdebatan adalah jawaban terkait apakah MK
hanya memeriksa dan mengadili selisih, kebenaran, dan
ketepatan suara ?, atau hanya bisa menguji proses tahapan
pilkada sudah berjalan jujur dan demokratis ?. Hal inilah
yang mesti dijelaskan di dalam suatu system penegakan
hukum pemilu. Tulisan ini akan mencoba menjawab dan
menjelaskan satu persatu persoalan penegakan hukum
pemilu selama ini. Selian itu, tulisan ini menawarkan
desaian baru penyelesaikan perselisihan pemilu.
Pembatasan Masalah
Dalam tulisan ini, dibatasi terhadap lima hal yang
menjadi bagain system penegakan hukum pemilu di
Indonesia,
1. Catatan dan rekomendasi kedepan terkait dengan
penanganan pidana pemilu;
2. Catatan dan rekomendasi kedepan terkait dengan
penanganan pelanggaran administrasi pemilu;
3. Catatan dan rekomendasi kedepan terkait dengan
pelanggaran kode etik penyelenggara pemilu;
4. Catatan dan rekomendasi kedepan terkait dengan
sengketa non hasil pemilu; dan
5. Catatan dan rekomendasi kedepan terkait dengan
perselisihan hasil pemilu.

47
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
Persoalan Berulang Dari Formula
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Penegakan Hukum Pemilu
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
Terdapat
pada Tahun Pemilu.”tiga
Yunahal pokok yang
menjelaskan ingin
bahwa dicapai
Political dengan
budget cycles
prinsip penegakan hukum pemilu berdasar pada keadilan
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
empirispemilu. Pertama,
di berbagai Negara.prinsip
Berbagaikeadilan pemilu
variabel yang mesti menjamin
mempengaruhi politcal
budgetbahwa setiapperubahan
cycles seperti tindakan,polaprosedur, dan keputusan
pada struktur anggaran baikterkait
secara
agregatdengan
maupunproses pemilupada
secara spesifik sesuai dengan Pemilu,
tahun-tahun kerangka hukum.
terkonfirmasi
dalam Kedua,
praktek Adanya perlindungan
penganggaran danyang
di Indonesia pemulihan terhadap
berkaitan hak
dengan siklus
Pemilupilih
2009 warga
ataupunnegara.
menjelang Pemilumemungkinan
Ketiga, 2014. Melihat perkembangan
warga negara saat
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget
yang meyakini bahwa hak pilih mereka telah dilanggar cycles, melainkan
political corruption
untuk cycle atau
mengajukan siklus korupsi
pengaduan, politik pada
mengikuti tahun-tahun
persidangan,
Pemiludanyangmendapatkan
telah meningkat dengan ekstrim.
putusan. 3

Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi


Sebagaimana sudah dijelaskan pada pembatasan
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
masalah, maka pada bagain ini akan coba menguraikan
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
catatan terhadap mekanisme penegakan hukum pemilu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
yang ada selama ini. Terdapat lima bagian sistem
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
penegakan hukum pemilu yang akan dijelaskan:
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
1. ini,
praktik selama Catatan
pihak terhadap
yang dudukpenanganan pidana
baik di parlemen pemilu
maupun pemerintah
mayoritas Catatan
diduduki pertama
oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan,
terhadap ketentuan pidana pemilu hal ini
akan berdampak negatif dari
adalah dilihat terhadap
sisi mandeknya
materi hukumaspirasiyang
perempuan dalam
mengatur
hukumtindak
dan pemerintahan.
pidana pemilu.Dan kondisi tersebut
Hal utama telahmenjadi
yang ditulis oleh Nindita
sorotan
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
dalam penanganan pemilu ialah terlalu banyak sanksi
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
pidana yang disebutkan di dalam undang-undang pemilu,
2009.”
tetapi sukar untuk bisa dilaksanakan. Selain sukar untuk
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
dilaksanakan, sanksi dan ketentuan pidana tersebut juga
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
tidak efektif untuk menciptakan dan membangun suatu
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
3  International IDEA, Keadilan Pemilu: Ringkassan Buku Acuan International
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
IDEA, 2010, Jakarta: Indonesia Printer, hlm. 5.
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

48
vi
keadilan pemilu.
Misalnya, di dalam setiap ketentuan hukum pidana
pemilu, banyak sekali tindakan-tindakan administratif
dari penyelenggara pemilihan ad hoc, namun diberikan
sanksi pidana. Padahal, tindakan dan kesalahan
administratif tersebut masih sangat mungkin untuk
diperbaiki oleh penyelenggara pada tingkat diatasnya.
Alasan lain, banyaknya ancaman pidana yang diberikan
kepada penyelenggara ad hoc, sedikit banyaknya akan
mempengaruhi kerja partisipasitif yang semestinya
tidak terbebani dengan ancaman pidana—andai terjadi
kesalahan.
Meskipun, persoalan kapasitas dan integritas dari
setiap penyelenggara pemilu merupakan hal yang tidak
bisa ditawar dan dikompromikan. Beberapa pasal yang
ada di Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 Tentang
Pemilihan Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD
Kabupaten/Kota ( UU No. 8/2012) banyak memberikan
sanksi pidana kepada penyelenggara pemilu ditingkat
bawah/ad hoc. Beberapa poin misalnya, ketentuan terkait
dengan perbaikan daftar pemilih. Pasal 274 mengatur;
“Setiap anggota PPS atau PPLN yang dengan sengaja tidak
memperbaiki daftar pemilih sementara setelah mendapat
masukan dari masyarakat dan Peserta Pemilu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 36 ayat (6), Pasal 37 ayat (2),
dan Pasal 43 ayat (5) dipidana dengan pidana kurungan
paling lama 6 (enam) bulan dan denda paling banyak Rp
6.000.000,00 (enam juta rupiah)”.
Jika dilihat konstruksi pasal diatas, maka sanksi

49
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat diberikan
oleh politisi atas
dan pemerintah yang terpilih
tindakan dari PPS dan untuk memerintah.
PPLN yang tidak
Pandangan Hamdandaftar
memperbaiki tersebutpemilihan,
berkaitan dengan apa yang
setelah disampaikan
mendapatkan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
masukan dari masyarakat dan peserta pemilu. Padahal, Anggaran
pada Tahun Pemilu.”
perbuatan yang Yuna menjelaskan
diancam denganbahwa Political
tindak pidanabudget cycles
tersebut,
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
sangat bisa untuk dilakukan dan diperbaiki oleh
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
penyelenggara pemilu ditingkat atas PPS atau PPSLN.
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
Artinya, tidak ideal jika kesalahan administratif yang
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
dilakukan oleh penyelenggara pemilihan sangat bisa untuk
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
diperbaiki dan terdapat pengawas pemilu yang melakukan
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
pengawasan
ini, yang pada setiap
menjadi perhatian tahapan,
tidak hanya maka
political tidakcycles,
budget tepatmelainkan
kiranya
kesalahan
political corruptionadministrasi penyelenggara
cycle atau siklus ad pada
korupsi politik hoc tahun-tahun
ini untuk
Pemiludiancam
yang telahdengan sanksi
meningkat pidana.
dengan ekstrim.
Hal tidak
Masyarakat lain misalnya terkait pelanggaran
saja dapat ditafsirkan sebagai satu pidana
kesatuan,yang
tetapi
ditujukan
juga perlu kepada
dibatasi peserta
mengingat pemilihan.
perbedaan Salah
hakikat satunya
antara adalah
laki-laki dan
ketentuan
perempuan. Sepertiyang adaketerwakilan
halnya di dalam Pasal 279 ayat
perempuan (1) UU
sebagai salahNo.
satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu.
8/2012 yang berbunyi; “Pelaksana kampanye, peserta UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan
kampanye, setiap partai politik
dan petugas peserta yang
kampanye pemiludengan
harus memenuhi
sengaja
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan,
mengakibatkan terganggunya pelaksanaan Kampanye mengingat
praktikPemilu
selama ini, pihak yang
di tingkat duduk
desa ataubaik
namadi parlemen maupun pemerintah
lain/kelurahan dipidana
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
denda paling banyak Rp12.000.000,00 (dua belas juta
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
rupiah)”.
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Pengalaman Tujuan dari pengaturan
Perempuan Menghadapi yang ada di dalam
Korupsi dalam pasal
Pemilutersebut
DPR RI
2009.”adalah untuk menciptakan suasana yang kondusif dalam
proses
Masih pelaksanaan
berhubungan kampanye.
dengan Selain kondusif,
tema akuntabilitas tujuannya
keuangan politik, Didik
adalah
Supriyanto danagar
Lia antar-peserta
Wulandari dalam pemilu tidak
tulisan saling
berjudul mengganggu
Transparansi dan
dalam melakukan
Akuntabilitas Pengelolaan aktivitas kampanye
Dana Kampanye, satu sama bahwa
menguraikan lain. Oleh
dana
kampanyesebab itu, tidak
adalah salah efektif jikapenting
satu hal tindakan mengganggu
dalam tahapan
proses pemilu. Dana
kampanyekampanye
diperlukan diberikan
oleh partaisanksi pidana
politik dan ditingkat
kandidatnya untukdesa/
dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

50
vi
kelurahan diberikan sanksi pidana.
Salah satu tindakan yang bisa memberikan efek jera bagi
para pengganggu jalannya kampanye peserta pemilu lain
adalah sanksi administrasi berupa larangan melaksanakan
kampanye ditempat tersebut. Artinya, siapapun yang
menganggu jalannya kampanye dan itu berasal dari salah
satu peserta pemilu lainnya, maka larangan kampanye bisa
dikeluarkan KPU.
Selain dua hal diatas, salah satu ketentuan yang
perlu untuk disorot adalah defenisi kampanye. Hal ini
disebabkan oleh defenisi kampanye yang mengambang,
sehingga membuat jalannya proses penegakan hukum
menjadi tidak efektif. Merujuk pada Pasal 1 angka 29 UU
No. 8/2012 pengartian kampanye disebutkan; “Kampanye
Pemilu adalah kegiatan Peserta Pemilu untuk meyakinkan
para Pemilih dengan menawarkan visi, misi, dan program
Peserta Pemilu”.
Defenisi yang mengambang tersebut, menjadi
perdebatan tiada henti. Ihwal yang sering diperdebatkan
adalah, apakah unsur kampanye yang ada di dalam pasal
tersebut yang terdiri dari visi, misi, dan program peserta
pemilu harus terkandung secara kumulatif di dalam suatu
perbuatan, baru kemudian itu disebut sebagai kampanye
?. Hal lain yang sering dipertanyakan adalah, apakah
yang dimaksud dengan visi, misi, dan program perserta
pemilu adalah visi, misi, dan program yang diserahkan dan
didaftarkan ke KPU ?.
Defenisi kampanye ini menjadi penting, karena sangat
banyak pembatasan dan pelanggaran pemilu, khususnya

51
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat pidana
oleh politisi dan pemerintah
yang berkaitan yang terpilih untuk
langsung memerintah.
dengan aktivitas
Pandangan Hamdan
kampanye. tersebut berkaitan
Beberapa dengan
diantaranya apa yang
adalah disampaikan
pelanggaran
Yuna Farhan
pidana pemilu dengan perbuatan kampanye di luarAnggaran
melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi jadwal
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political
dan kampanye di tempat-tempat yang dilarang. budget cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
Kunci untuk bisa menjerat pelaku pelanggaran atas
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
perbuatan sebagaimana disebut diatas, harus dibuktikan
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregatsecara
maupunkuat apakah
secara spesifikperbuatan yang Pemilu,
pada tahun-tahun dilakukan adalah
terkonfirmasi
dalam aktivitas kampanye diatau
praktek penganggaran bukan.
Indonesia yang Dari kecendrungan
berkaitan dengan siklus
yang terjadi selama ini, mulai dari Pemilu Legislatif
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan dan
saat
Pemilu
ini, yang menjadiPresiden
perhatiandan Wakil
tidak Presiden
hanya political2014,
budgetserta Pemilihan
cycles, melainkan
Kepala
political Daerah
corruption cycle2015, pemahaman
atau siklus yang muncul
korupsi politik adalah
pada tahun-tahun
Pemilumenyulitkan upaya dengan
yang telah meningkat penegakan
ekstrim.hukum dalam menjerat
pelaku pelanggaran.
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
juga perluDalam
dibatasi mengingat
“tungku tigoperbedaan hakikat
sajarangan” (tigaantara
buah laki-laki
batu yang dan
perempuan. Seperti
dijadikan halnya untuk
tungku keterwakilan perempuan
menampung sebagai salah
berdirinya satu
periuk
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu.
dalam memasak dalam bahasa Minangkabau) penegakan UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
hukum pemilu, yang terdiri dari Pengawas Pemilu,
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
Kepolisian, dan Kejaksaan, muncul pemahaman bahwa
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
unsur kampanye yang ada di dalam peraturan perundang-
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
undangan harus kumulatif. Artinya, tiga unsur yang terdiri
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
dari visi, misi, dan program harus ada secara bersamaan
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
di dalam
Paramastuti dalam suatu aktivitas
tulisannya yangkampanye. Selain itu, dan
berjudul: “Perempuan visi,Korupsi:
misi,
dan program
Pengalaman Perempuan yang disangkakan,
Menghadapi Korupsimestilah bahanDPR
dalam Pemilu yangRI
2009.”didaftarkan oleh peserta pemilu kepada KPU. Kondisi
inilah
Masih kemudian
berhubungan yang
dengan temamenjadi catatan
akuntabilitas penting
keuangan dalam
politik, Didik
setiap
Supriyanto proses
dan penegakan
Lia Wulandari hukum
dalam pemilu.
tulisan berjudul Transparansi dan
Selain
Akuntabilitas soal ketentuan
Pengelolaan materil menguraikan
Dana Kampanye, dari pidanabahwa
pemilu,dana
kampanye adalah penanganan
persoalan salah satu hal atau
penting
caradalam proses pemilu.
bagaimana kemudian Dana
kampanye diperlukan
pidana pemiluoleh
itupartai politik dan
ditegakkan kandidatnya
juga memilikiuntuk dapat
catatan
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

52
vi
tersendiri. Setidaknya ada beberapa catatan penting terkait
dengan hukum acara penanganan pelanggaran pidana
pemilu:
a. Tugas Berlebih di Pengawas Pemilu
Sebagaimana diatur di dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan, baik pemilu legislatif, pemilu
presiden, dan juga pemilihan kepala daerah, baik temuan
maupun laporan dugaan pelanggaran pidana pemilu mesti
dimulai prosesnya di pengawas pemilu. Artinya, apakah itu
suatu perbuatan yang ditemukan pengawas sebagai dugaan
pelanggaran, atau laporan dari masyarkaat, peserta pemilu,
dan pemantau pemilu, mesti diproses terlebih dahulu oleh
pengawas pemilu. 4
Pengawas pemilu yang berhak menentukan apakah
suatu perbuatan terkategori sebagai pelanggaran pidana
pemilu atau tidak. Meskipun di dalam tubuh pengawas
pemilu terdapat forum bersama antara pengawas pemilu,
kepolisian, dan kejaksaan, tetapi karena sekretariatnya
ada di pengawas pemilu, maka perhatian pasti selalu
diarahkan kepada pengawas pemilu. Tidak akan pernah
suatu perbuatan yang diduga sebagai pelanggaran pidana
pemilu sampai kepada Kepolisian, jika tidak didahului
dengam proses yang dilakukan oleh pengawas pemilu.
Dalam batas penalaran yang wajar, hal ini tentu menjadi
catatan penting. Ditambah dengan tugas pokoknya
yang mengawasi seluruh tahapan pemilu, tugas sebagai

4  Veri Junaidi, Firmansyah arifin, dan Fadli Ramadhanil, Evaluasi Penegakan


Hukum Pemilu 2014, 2014, Jakarta: Perkumpulan Untuk Pemilu dan
Demokrasi. Hal. 55

53
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat penerima
oleh politisi dan pemerintah
laporan yang terpilih
pelanggaran untuktugas
adalah memerintah.
kesekian
Pandangan Hamdanpengawas
dari lembaga tersebut berkaitan
pemilu.dengan apa dalam
Bahkan, yang disampaikan
konteks
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
Pilkada 2015, tugas pengawas pemilu juga ditambah Anggaran
pada Tahun
denganPemilu.” Yuna menjelaskan
penyelesaian bahwa Political
sengketa pencalonan budget
sampai cycles
kepada
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
pengawas pemilu tingkat kabupaten/kota. Hal ini jelas
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
memberatkan bagi pengawas pemilu.
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
b. Desaian
agregat maupun Kelembagaan
secara spesifik yang TidakPemilu,
pada tahun-tahun Jelas terkonfirmasi
Selain
dalam praktek soal bebanditugas
penganggaran yangyang
Indonesia terlalu banyak,
berkaitan catatan
dengan siklus
Pemilulain
2009adalah
ataupundesain kelembagaan
menjelang Pemilu 2014.pengawas pemilu yang
Melihat perkembangan saat
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles,
tidak jelas. apabila dibandingkan dengan tugas, fungsi melainkan
political corruption
dan cycle ataudalam
kewajibannya siklus korupsi politik pada
menyelesaikan tahun-tahun
pelanggaran
Pemilupidana
yang telah meningkat
pemilu. Salahdengan
satu ekstrim.
yang menjadi perhatian serius
Masyarakat
adalah, tidak saja dapat
meskipun tidakditafsirkan sebagai
disebut jelas di satu
dalamkesatuan, tetapi
peraturan
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan
perundang-undangan, tetapi ada hakikat antara laki-laki
kewajiban bahwadan
perempuan. Seperti
pengawas halnya keterwakilan
pemilu-lah perempuan
yang berkewajiban sebagai
untuk salah satu
memenuhi
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu.
bukti dari laporan/temuan dari dugaan tindak pidana. UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
Hal ini tentu mengherankan, karena tenaga dan sumber
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
daya manusia yang ada di pengawas pemilu, jelas tidak
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
memadai
mayoritas diduduki untuk
oleh mengumpulkan barang
laki-laki. Apabila tidak bukti dari suatu
diperjuangkan, hal ini
dugaan tindak pidana. Selain itu, dalam mengumpulkan
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
hukumbarang bukti dugaan
dan pemerintahan. Dantindak
kondisipidana,
tersebutjelas
telahmesti
ditulisada
olehupaya
Nindita
paksa yang perlu dimiliki oleh suatu lembaga.
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Sekali
lagi, pengawas
Pengalaman Perempuanpemilu bukanlah
Menghadapi lembaga
Korupsi dalamyang memiliki
Pemilu DPR RI
2009.”kewenangan untuk melakukan upaya paksa dalam mencari,
memanggil,
Masih berhubungandandengan
memenuhi alat bukti. keuangan politik, Didik
tema akuntabilitas
Supriyantoc. danMisunderstanding
Lia Wulandari dalamAntara
tulisan berjudul
Pengawas,Transparansi dan
Kepolisian
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
dan Kejaksaan
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
Ruang sentragakumdu (Sentra Penegakan Hukum
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

54
vi
Terpadu) yang sekretariatnya di kantor pengawas pemilu
merupakan ruang untuk mencapai kesepakatan bersama
dalam menyikapai laporan atau temuan terhadap dugaan
pelanggaran pidana pemilu. Artinya, ruang sentragakumdu
ini sejatinya akan digunakan untuk menyeragamkan
pemahanam antar penegakan hukum dari awal, sehingga
penanganan pelanggaran pidana selanjutnya akan lebih
mudah. Hal ini dapat terwujud, apabila kesepahaman
untuk suatu pelanggaran pidana sudah sama antar penegak
hukum. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Ruang
sentragakumdu justru menjadi forum perdebatan dan
ketidaksepahaman dalam menyikapi pelanggaran pidana
pemilu.
Acap kali ditemukan, ketika pengawas pemilu sudah
meyakini suatu perbuatan adalah pelanggaran pidana
pemilu, namun Kepolisian dan Kejaksaan dalam paradigma
yang sangat positifistik mengatakan unsur pelanggaran dari
perbuatan tersebut tidak terpenuhi. Hal inilah kemudian
yang menjadi salah satu penghambat dalam penanganan
pelanggaran pidana pemilu.
2. Catatan Terhadap Penanganan Pelanggaran
Administrasi Pemilu
Terhadap penanganan pelanggaran administrasi dalam
pelaksanaan pemilu, terdapat tiga poin penting yang ingin
disampaikan. Pertama, di dalam UU Pileg maupun UU
Pilpres, sama sekali tidak disebutkan secara terperinci
apa yang didefinisikan sebagai pelanggaran administrasi
pemilu. Di dalam UU No. 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan
Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/

55
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat Kota,
oleh politisi
Pasaldan pemerintah yang terpilih
25 menyebutkan untuk memerintah.
bahwa; “Pelanggaran
Pandangan Hamdanadalah
administrasi tersebutpelanggaran
berkaitan dengan apa yang
yang disampaikan
meliputi tata
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
cara, prosedur, dan mekanisme yang berkaitan dengan Anggaran
pada Tahun Pemilu.” pelaksanaan
administrasi Yuna menjelaskan bahwa
pemiliu Political
dalam budget
setiap cycles
tahapan
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
penyelenggaraan pemiludi luar tindak pidana pemilu dan
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
pelanggaran kode etik penyelenggara pemilu”.
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
Namun,
agregat maupun pengertian
secara berbeda
spesifik pada diberikan
tahun-tahun di dalam
Pemilu, UU
terkonfirmasi
dalam No. 42 penganggaran
praktek Tahun 2008di Tentang
Indonesia Pemilihan
yang berkaitanPresiden
dengan dan
siklus
Wakil Presiden. Pasal 191 menyebutkan “Pelanggaran
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
administrasi
ini, yang Pemilu
menjadi perhatian Presiden
tidak dan Wakil
hanya political budgetPresiden adalah
cycles, melainkan
pelanggaran
political terhadap
corruption cycle atau ketentuan Undang-Undang
siklus korupsi ini yang
politik pada tahun-tahun
Pemilubukan merupakan
yang telah meningkatketentuan pidana pemilu Presiden dan
dengan ekstrim.
Wakil Presiden
Masyarakat tidak sajadan terhadap
dapat ketentuan
ditafsirkan sebagailain
satuyang diatur
kesatuan, di
tetapi
dalam
juga perlu Peraturan
dibatasi KPU”.perbedaan hakikat antara laki-laki dan
mengingat
perempuan. DuaSeperti halnya yang
defenisi keterwakilan
berbedaperempuan sebagai
tersebut, tentusalah satu
akan
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu.
menimbulkan kerancuan di dalam proses pelaksanaan UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
penanganan pelanggaran administrasi. Apalagi, sebelum
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
adanya perintah MK untuk melaksanakan pemilu legislatif
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
dan pemilu presiden dan wakil presiden secara serentak,
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
selisih waktu pelaksanaan pileg dan pilpres hanya dalam
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
waktu tiga bulan. Bisa dibayangkan—contoh paling
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
mutakhir
Paramastuti dalam Pemilu
tulisannya2014—bagaimana kemudian
yang berjudul: “Perempuan jarak
dan Korupsi:
pelaksanaan
Pengalaman PerempuanpilegMenghadapi
dan pilpres hanyadalam
Korupsi tiga bulan,
Pemilu namun
DPR RI
2009.”defenisi pelanggaran administasinya berbeda. Khusus
untuk
Masih defenisi yang
berhubungan dengandiberikan di dalamkeuangan
tema akuntabilitas UU No. politik,
42 Tahun
Didik
2008dan
Supriyanto Tentang Pemilihan
Lia Wulandari dalamPresiden dan Wakil
tulisan berjudul Presiden
Transparansi dan
adalah Pengelolaan
Akuntabilitas defenisi yang
Danasangat multitafsir,
Kampanye, luas sekali,
menguraikan bahwa dan
dana
kampanyesukar dilaksanakan.
adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanyeKedua,
diperlukanpersoalan
oleh partai politik
mendasar dan kandidatnya untuk dapat
dari penanganan
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

56
vi
pelanggaran administrasi adalah tidak pernah jelasnya
sanksi yang akan diberikan apabila terbutki suatu
pelanggaran adalah pelanggaran administrasi. Baik di
dalam UU Pileg dan UU Pilpres, tidak disebutkan secara
jelas jenis dan bentuk sanksi dalam sautu pelanggaran
administrasi.
Ketiga, adalah terkait dengan pelanggaran administrasi.
Hampir sama dengan pelanggaran pidana, pelanggaran
administrasi mesti dilaporkan terlebih dahulu kepada
pengawas pemilu baru kemudian diteruskan ke KPU untuk
ditindaklanjuti. Oleh sebab itu, efektifitas dan efesiensi
dari penanganan pelanggaran administrasi dipandang
tidak baik, karena proses yang panjang yang mestinya
dipersingkat.
3. Catatan Terhadap Penanganan Pelanggaran Kode
Etik Penyelenggara Pemilu
Bagian ketiga dari penanganan pelanggaran pemilu
adalah pelanggaran kode etik penyelenggara pemilu.
Pelanggaran ini bersifat khusus dan hanya diberlakukan
kepada penyelenggara pemilu. Terhadap hal ini, terdapat
dua catatan penting yang perlu diperhatikan. Pertama,
proses yang ada di Dewan Kehormatan Penyelenggara
Pemilu (DKPP), forum yang mengadili pelanggaran kode
etik penyelenggara pemilu, mesti dipastikan hanya akan
mengadili pelanggaran kode etik an sich.
Proses di DKPP tidak diperbolehkan masuk ke ranah
administrasi pemilu. Ini menjadi catatan, karena terjadi
beberapa kali di proses persidangan di DKPP. Berdasarkan
pengalaman pemilu sebelumnya, kasus pencalonan salah

57
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat satu
oleh politisi
calon dan pemerintah
Gubernur di yang terpilih
Provinsi untuk
Jawa memerintah.
Timur, Khofifah
Pandangan Hamdan tersebut
Indarparawansa berkaitan
menjadi dengan
contoh apa yang yang
kejadian disampaikan
pas
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
dengan kondisi ini. Dimana, Khofifah yang awalnya Anggaran
pada Tahun Pemilu.”tidak
dinyatakan Yuna memenuhi bahwa Political
menjelaskan syarat budget
pencalonan cycles
dalam
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
penyelenggaraan Pemilihan Gubernur Jawa Timur Tahun
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
2013, diperintahkan DKPP untuk dinyatakan memenuhi
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
syarat dan dapat menjadi calon Gubernur Provinsi Jawa
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
Timur. Hal ini tentu berpotensi akan menciptakan tumpang
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
tindih putusan peradilan dalam proses penegakan hukum
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
pemilu.
ini, yang menjadiKarena,
perhatianterkait dengan
tidak hanya keputusan
political administratif
budget cycles, melainkan
seorang bakal calon kepala daerah memenuhi syarat atau
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Pemilutidak memunhi
yang telah syarat,
meningkat bukan
dengan lembaga DKPP yang berhak
ekstrim.
menyatakan
Masyarakat tidak hal
sajatersebut.
dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
juga perluAda pengadilan
dibatasi mengingat administrasi negaraantara
perbedaan hakikat yang laki-laki
memiliki
dan
kewenangan
perempuan. untuk keterwakilan
Seperti halnya memutuskan, apakah keputusan
perempuan KPU
sebagai salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu.
daerah yang menyatakan seorang bakal calon kepala UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan
daerah tidak setiap partai politik
memenuhi syaratpeserta
sudahpemilu
tepatharus
ataumemenuhi
belum.
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan,
Oleh sebab itu, DKPP mesti fokus dalam memutus dugaan mengingat
praktikpelanggaran
selama ini, pihak
kodeyang duduk
etik, baikmasuk
tanpa di parlemen maupun
ke ranah pemerintah
administrasi
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
pemilu.
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
Kedua, makna “penyelenggara pemilu” yang akan
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
diputus
Paramastuti dugaan
dalam pelanggaran
tulisannya kode etiknya
yang berjudul: oleh DKPP
“Perempuan perlu
dan Korupsi:
disederhanakan.
Pengalaman Perempuan Dalam artian,Korupsi
Menghadapi tidak semua
dalam penyelenggara
Pemilu DPR RI
2009.”pemilu bisa diperiksa ditingkat DKPP. Selama ini yang
terjadi,
Masih KPPS-pun
berhubungan sebagai
dengan temapenyelenggara pemilupolitik,
akuntabilitas keuangan ditingkat
Didik
bawah
Supriyanto danjuga diperiksa dalam
Lia Wulandari di DKPP.
tulisanHal ini tentu
berjudul membuat
Transparansi dan
perkaraPengelolaan
Akuntabilitas di DKPP menjadi sangat banyak,
Dana Kampanye, dan proses
menguraikan bahwachekdana
kampanyeand adalah
balances di tubuh
salah internal
satu hal pentingpenyelenggara
dalam prosespemilu
pemilu.yang
Dana
kampanyebersifat hierarkis
diperlukan olehtidak berjalan.
partai politik dan kandidatnya untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

58
vi
4. Catatan Terhadap Proses Sengketa Administrasi
Pemilu
Terhadap proses sengketa admnistrasi pemilu, hal
pertama yang perlu untuk dirapihkan adalah prihal
nomenklatur terhadap proses ini. Terdapat beberapa
peristilahan yang muncul di beberapa peraturan
perundang-undangan. Misalnya sengketa pemilu, sengketa
administrasi pemilu, sengketa tata usaha negara pemilu,
sengketa pemilihan, dan sengketa pencalonan.
Istilah sengketa pemilu muncul pada proses pemilu
legislatif. Sementara untuk sengketa tata usaha negara
pemilu muncul di dalam proses sengketa pemilihan kepala
daerah dan juga muncul di proses pemilu legislatif.
Dalam faktanya, baik sengketa pemilu, sengketa
tata usaha negara pemilu, maupun sengketa pemilihan,
berangkat dari satu sebab yang sama: ketidakpuasaan bakal
calon peserta pemilu terhadap keputusan KPU sebagai
penyelenggara pemilu. Pada posisi ini, dapat ditarik satu
benang merah persoalan, bahwa yang akan dipersoalkan
adalah keputusan tata usaha negara yang dikeluarkan oleh
KPU.
Oleh sebab itu, karena yang akan disengketakan
dan dipersoalkan adalah keputusan tata usaha negara
dari pejabat tata usaha negara dalam hal ini KPU, maka
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
(UU Pengadilan Tata Usaha Negara), maka permohonan
sengketa mesti diajukan ke Pengadilan Tata Usaha Negara.
Hal inilah kemudian menjadi catatan penting dalam proses
sengketa pemilu, sengketa tata usaha negara, dan juga

59
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat sengketa
oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
pemilihan.
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
5. Catatan Terhadap Proses Sengketa Perselisihan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
Hasil Pemilu
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
Jika fenomena
sudah menjadi hendak universal
berbicaradidukung
terkait dengan
dengan catatan
berbagai studi
empirisperselisihan hasil pemilu
di berbagai Negara. Berbagaidi Mahkamah
variabel Konstitusi (MK),
yang mempengaruhi politcal
budgettentu
cycles banyak catatan yang
seperti perubahan bisa struktur
pola pada disampaikan. Mulai
anggaran dari
baik secara
agregatkewenangan
maupun secara MK, legal pada
spesifik standing pemohon,
tahun-tahun sampai
Pemilu, kepada
terkonfirmasi
dalam hukum acara MK. Pada
praktek penganggaran bagianyang
di Indonesia ini berkaitan
akan disampaikan
dengan siklus
Pemilubeberapa hal menjelang
2009 ataupun terkait dengan
Pemilucatatan penting
2014. Melihat pada proses
perkembangan saat
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya
perselisihan hasil pemilu di MK. political budget cycles, melainkan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Pertama, terkait dengan kewenangan MK dalam
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
menyelesaikan sengketa pilkada. Perdebatan ini
Masyarakat
khusus tidak saja dapat kepada
ditunjukkan ditafsirkan sebagai satu
pilkada, kesatuan,
karena tetapi
memang
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
hal ini yang sekarang menjadi titik krusial yang masih
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
diperdebatkan. Pada satu sisi, jika dilihat ketersediaan
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
supporting peradilan, kemapanan lembaga, dan jaminan
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
independensi lembaga, MK adalah lembaga paling ideal
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
untuk menyelesaikan sengketa pilkada.
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
mayoritas Namun
didudukipada
olehsisi yang lain,
laki-laki. terdapat
Apabila tidakputusan MK No.hal
diperjuangkan, 97/ini
PUU-XIII/2013
akan berdampak yang menyebutkan
negatif terhadap pilkadaperempuan
mandeknya aspirasi bukanla rezim
dalam
hukumpemilu, sehingga MK
dan pemerintahan. tak lagitersebut
Dan kondisi berwenang menyelesaikan
telah ditulis oleh Nindita
Paramastuti dalampilkada.
sengketa tulisannyaIniyang berjudul: “Perempuan
perdebatan penting yang dan Korupsi:
harus
Pengalaman
diselesaikan. Paling tidak, logika pilkada bukan pemiluRI
Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR
2009.”tentu sangat bisa dimentahkan. Ketika asas, prinsip, dan
Masih berhubungan dengan
penyelenggaranya tema
sama, akuntabilitas
tentu keuangan
sangat mudah politik, Didik
mengatakan
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi
bahwa pilkada tentu adalah salah satu jenis pemilihan yang dan
Akuntabilitas
masuk Pengelolaan Danapemilu.
ke dalam rezim Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
Hanya saja, benturan hebat tentu mesti dijawab ketika
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

60
vi
diperhadapkan pada putusan MK yang menyatakan
sebaliknya. Bukankah putusan pengadilan adalah salah
satu sumber hukum yang mesti ditaati dan dilaksanakan?
Kedua, terkait dengan legal standing orang yang bisa
mengajukan permohonan perselisihan hasil pemilu ke MK.
Titik persoala yang mesti dijawab pada persoalan ini adalah
legal standing untuk perseorangan calon anggota legislatif,
apakah mereka betul-betul memiliki legal standing untuk
mengajukan permohonan ke MK. Sebagai konsekuensi dari
formula penentuan calon terpilih dalam pemilu legislatif
dengan cara suara terbanyak, maka sudah menjadi hal
yang mesti perseorangan calon anggota legislatif memiliki
legal standing untuk mengajukan permohonan.
Ketentuan ini yang masih belum ada. Kepastian hukum
terkait dengan calon perseorangan dapat mengajukan
permohonan perselisihan hasil pilkada ke MK mesti diatur
eksplisit. Hal ketiga, terkait dengan hukum acara MK.
Dalam forum persidangan di MK yang hendak menemukan
keadilan materil, maka mesti dibuka kesempatan sebebas-
bebasnya kepada para pihak untuk membuka dalil. Hal lain
adalah seluruh alat bukti yang diajukan dan sesuai dengan
dalil, maka mesti dibuka di depan persidangan.

Pembaharuan Konsep Penegakan Hukum Pemilu


Berdasarkan catatan yang sudah diuraikan diatas, maka
pada bagian ini akan coba mengusulkan rekomendasi
kedepan terkait dengan konsep penegakan hukum pemilu
kedepan;

61
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat oleh1.
politisi dan pemerintah
Rekomendasi yang terpilih
Terkait untuk memerintah.
Penanganan Pelanggaran
Pandangan
Pidana Hamdan
Pemilu tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
Dalam penanganan pelanggaran pidana pemilu, perlu
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
dilakukan perbaikan pada dua segmentasi. Pertama, dari
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
segi hukum materil hukum pidana pemilu. Desain hukum
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
pidana pemilu kedepan, perlu mengurangi ketentuan
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregatpidana
maupunyang teralu
secara banyak
spesifik padadiberikan kepada
tahun-tahun penyelenggara
Pemilu, terkonfirmasi
pemilu. Pada bagian ini, perlu dibatasi dengan
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan beberapa
siklus
indikator. Misalnya, jika perbuatan yang dilakukan
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat adalah
tindak
ini, yang pidana
menjadi yangtidak
perhatian diatur di political
hanya dalam KUHP, tindakmelainkan
budget cycles, pidana
korupsi,
political dancycle
corruption politik uang, korupsi
atau siklus maka politik
sanksipada
pidana tetap
tahun-tahun
Pemiludipertahankan.
yang telah meningkat dengan ekstrim.
Masyarakat
Namun,tidak saja dapat perbuatan
untuk ditafsirkan sebagai
yang satumasih
kesatuan, tetapi
dapat
juga perlu dibatasilangsung
diperbaiki mengingat perbedaan
oleh hakikat antara
penyelenggara pemilulaki-laki
ditingkatdan
perempuan. Seperti
atasnya, halnya
maka keterwakilan
sanksi pidana perempuan
perlu untuksebagai salah satu
dihilangkan.
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu.
Penghilangan sanksi pidana ini mesti diganti dengan UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
pemberian sanksi administrasi yang jelas dan terukur.
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
Disamping itu, pembenahan pada sektor ini, mesti diiringi
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
dengan pembenahan dari rekruitmen penyelenggara
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
pemilu, dengan titik tekan yang mesti dipenuhi adalah soal
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
integritas dan kapasitas.
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
ParamastutiKedua,
dalam terkait degan
tulisannya yang pola penanganan
berjudul: “Perempuan pelanggaran
dan Korupsi:
pidanaPerempuan
Pengalaman pemilu, atau dalam Korupsi
Menghadapi bahasa dalam
lain terkait
Pemilu hukum
DPR RI
2009.”acara penanganan pelanggaran pidana pemilu. Proses
penanganan
Masih berhubunganpelanggaran pidana pemilu
dengan tema akuntabilitas keuanganmesti lebih
politik, Didik
efektif.
Supriyanto dan Salah satu langkah
Lia Wulandari yang berjudul
dalam tulisan perlu diambil adalah
Transparansi dan
temuanPengelolaan
Akuntabilitas dan pelaporan pelanggaran
Dana Kampanye, pidanabahwa
menguraikan pemiludana
kampanye adalahsaja
langsung salahKepolisian.
satu hal penting dalam
Artinya, proses
peran daripemilu.
pengawas Dana
kampanye diperlukan
pemilu dalam oleh partai politik
menerima laporandan tindak
kandidatnya untuk
pidana dapat
pemilu
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

62
vi
mesti dihilangkan. Kedepan, laporan tindak pidana
pemilu mesti langsung ke Kepolisian. Kepolisian-lah yang
langsung bertanggungjawan melakukan penyelidikan dan
penyidikan terhadap tindak pidana pemilu.
Selain lembaga Kepolisian adalah yang paling relevan
dalam pelanggaran pidana pemilu, Kepolisian adalah
lembaga yang memiliki kewenagan pro justicia dan
upaya paksa dalam mengungkap pelanggaran pidana
pemilu. Selain itu, perbaikan ini perlu beriringan dengan
pembentukan desk khusus penanganan pelanggaran
pidana pemilu selama tahapan pemilu dan limitasi waktu
khusus dalam penanganan pelanggaran pidana pemilu,
tanpa secara otomatis membuat dugaan pelanggaran
tersebut menjadi kadaluarsa jika waktu tersebut telah
lewat.
2. Rekomendasi Terkait Penanganan Pelanggaran
Administrasi Pemilu
Terkait dengan penanganan pelanggaran administrasi
pemilu, juga mesti mencakup pada dua hal. Pertama, perlu
defenisi ulang terkait dengan pelanggaran administrasi
pemilu. Defenisi yang ada di dalam UU No. 8 Tahun
2012 sudah cukup baik. Hanya saja perlu diturunkan
secara terperinci, perbuatan apa yang dikategorikan
sebagai pelanggaran administrasi pemilu. Selain bentuk
perbuatan, jenis sanksi administasi pemilu perlu
ditentukan. Lazimnya, sanksi administrasi bisa diberikan
dalam bentuk peringatan tertulis, peringatan keras, sampai
kepada pemecatan, atau pembatalan sebagai peserta
pemilu. Rumusan inilah kemudian yang perlu dirapihkan.

63
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat olehKategorinya
politisi dan pemerintah yang
bisa terbagi keterpilih
dalamuntuk
dua memerintah.
bagian. Sanksi
Pandangan Hamdan
administrasi tersebut
untuk berkaitan
peserta dengan
pemilu, apa yang disampaikan
penyelenggara pemilu,
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus
termasuk kepada pemilih. Kedua terkait dengan Politisasi Anggaran
cara
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political
penanganan pelanggaran administrasi. Hampir sama budget cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
dengan penanganan pelanggaran administrasi pemilu,
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
efektifitas dari penanganan pelanggaran administrasi
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
pemilu perlu disederhanakan. Salah satu cara yang
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
mesti dilakukan adalah tidak perlu lagi mesti dimulai
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
dari pengawas pemilu. Tetapi, setiap pelanggaran
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
administrasi
ini, yang pemilu
menjadi perhatian tidaklangsung ditujukan
hanya political kepada
budget cycles, KPU
melainkan
untuk
political ditindaklanjuti.
corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Pemilu yang3. Rekomendasi
telah Terkait
meningkat dengan Penanganan Pelanggaran
ekstrim.
Kode Etik
Masyarakat Penyelenggara
tidak Pemilu sebagai satu kesatuan, tetapi
saja dapat ditafsirkan
juga perluBerdasarkan
dibatasi mengingat
pada perbedaan
catatan hakikat
yang antara laki-laki
diuraikan dan
pada
perempuan.
bagian Seperti halnya keterwakilan
sebelumnya, penanganan perempuan sebagai
pelanggaran salahetik
kode satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu.
penyelenggara pemilu perlu melakukan perbaikan pada UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
beberapa hal. Pertama, mesti ada penegasan dan limitasi
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
dari putusan DKPP, bahwa yang akan diadili dan diputus
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
oleh lembaga ini adalah dugaan pelanggaran kode etik
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
penyelenggara pemilu.
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
hukum dan DKPP mesti memastikan
pemerintahan. bahwatelah
Dan kondisi tersebut mereka
ditulistidak bisa
oleh Nindita
masukdalam
Paramastuti ke ranah administrasi
tulisannya pemilu,“Perempuan
yang berjudul: karena peran danitu juga
Korupsi:
dimainkan
Pengalaman oleh lembaga
Perempuan peradilan
Menghadapi Korupsilain, yakni
dalam Pengadilan
Pemilu DPR RI
2009.”Tata Usaha Negara (PTUN). Terkait denga rumusan
pelanggaran
Masih berhubungankodedenganetik
temayang menjadi
akuntabilitas pedoman
keuangan politik,oleh
Didik
penyelenggara
Supriyanto pemilu,dalam
dan Lia Wulandari mesti melibatkan
tulisan banyak pihak
berjudul Transparansi dan
lagi, seperti
Akuntabilitas partaiDana
Pengelolaan politik dan peserta
Kampanye, pemilu. bahwa
menguraikan Sehingga,dana
kampanye adalahkode
landasan salahetik
satuyang
hal penting
mengikat dalam proses pemilu.
penyelenggara Dana
pemilu
kampanyelahirdiperlukan olehpemikiran
dari butir partai politikyang
dan kandidatnya
berasal dariuntuk
banyakdapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

64
vi
perspektif.
Kedua, terkait dengan tingkatan penyelenggara pemilu
yang bisa diproses oleh DKPP. Kedepan, penyelenggara
pemilu yang akan diproses dan disidangkan oleh DKPP
cukup hanya penyelenggara pemilu ditingkat pusat saja.
Dalam artian, komisoner KPU dan Bawaslu pusat saja
yang dapat diproses dan disidangkan oleh DKPP. Untuk
penyelenggara pemilu dibawahnya, mekanisme penegakan
kode etik berjalan sesuai dengan tingkatan penyelenggara
pemilu. Artinya, jika pelanggaran kode etik dilakukan
oleh KPPS, PPS, dan PPK, maka yang akan melakukan
penegakan kode etik adalah KPU Kabupaten/Kota.
selanjutnya, jika yang melakukan pelanggaran kode etik
adalah KPU Kabupaten/Kota, maka yang memeriksa dan
memutus pelanggaran kode etiknya adalah KPU Provinsi.
Untuk KPU Provinsi, yang memeriksa dan memutus
pelanggaran kode etiknya adalah KPU RI.
Untuk KPU RI barulah kemudian DKPP yang memiliki
kewenangan untuk memeriksa. Terkait dengan mekenisme
pemeriksaan, untuk memperkuat independensi, sangat
terbuka kemungkinan internal KPU untuk mengajak
ihak eksternal yang memiliki kapasitas dan integritas
untuk memeriksa. Desian ini bertujuan agar mekanisme
penjagaan kode etik internal ditubuh penyelenggara pemilu
juga berjalan. Meknisme yang sama juga diharapkan pada
tubuh Bawaslu.
4. Rekomendasi Perbaikan Untuk Penanganan
Pelanggaran Administrasi Pemilu

65
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat olehTerkait
politisi dan pemerintah
dengan yang terpilih
mekanisme untuk memerintah.
sengketa administrasi
Pandangan
pemilu,Hamdan
maka haltersebut berkaitan
pertama yangdengan
mestiapa yang disampaikan
dilakukan adalah
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
menjadikan proses sengketa dibawah satu nomenklatur Anggaran
pada Tahun Pemilu.”
saja, yakni Yuna menjelaskan
sengketa administrasi bahwa Political
pemilu. Jadi,budget
siapa cycles
saja
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
yang merasa keberatan dan ingin menggugat keputusan
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
KPU, maka prosesnya disatu pintu pengadilan tata usaha
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
negara saja. Prosedur dan hukum acaranya bisa disamakan
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
dengan sengketa tata usaha negara biasa. Hanya saja, hal
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
yang perlu diatur teknis adalah waktu penyelesaian yang
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
perlu
ini, yang diatur
menjadi rigid,tidak
perhatian sehingga tidak mengganggu
hanya political budget cycles, tahapan
melainkan
pemilu.
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Pemilu yangPutusan PTUN dapat
telah meningkat dengandilakukan
ekstrim. kasasi ke Mahkamah
Agung, tidak
Masyarakat dan saja
putusannya bersifat
dapat ditafsirkan finalsatu
sebagai dan mengikat.
kesatuan, tetapi
Tantangan
juga perlu dibatasi lain terhadap
mengingat proses hakikat
perbedaan ini adalah
antaramemastikan
laki-laki dan
peningkatan
perempuan. kapasitas
Seperti halnya dan perspektif
keterwakilan perempuankepemiluan
sebagai salahdari
satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu.
hakim PTUN, dibawah koordinasi kamar tata usaha negaraUU No. 8 Tahun
2012 menegaskan
MA. setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
5. Rekomendasi Terhadap Proses Perselisihan Hasil
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
Pemilu
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
Untuk negatif
akan berdampak prosesterhadap
perselisihan hasil aspirasi
mandeknya pemiluperempuan
di MK, perlu
dalam
diberikan beberapa rekomendasi kedepan. Pertama,
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
perdebatan
Paramastuti terkait apakah
dalam tulisannya MK berwenang
yang berjudul: “Perempuanmenyelesaikan
dan Korupsi:
perselisihan
Pengalaman hasil Menghadapi
Perempuan pilkada atauKorupsi
tidak perlu diselesaikan.
dalam Pemilu DPR HalRI
2009.”ini tentu mesti dimulai dengan memberikan penjelasan
danberhubungan
Masih pengaturandengan
hukum terkait
tema dengankeuangan
akuntabilitas pemilihan kepala
politik, Didik
daerah
Supriyanto dan merupakan
Lia Wulandaribagian dari pemilu.
dalam tulisan berjudul Peranan yang
Transparansi dan
segara Pengelolaan
Akuntabilitas diharapkanDana untuk hal inimenguraikan
Kampanye, adalah pengaturan
bahwa dana
kampanye adalah
legislasi salah
yang satu hal oleh
dilakukan penting
DPRdalam
dan proses pemilu. Jika
pemerintah. Dana
kampanye diperlukan
perlu, melakukanolehpenafsiran
partai politik dan kandidatnya
kembali ke MK. untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

66
vi
Kedua,terkait dengan kejelasan legal standing dari
perseorangan calon anggota legislatif perlu diatur eksplisit
di dalam peraturan perundang-undangan. Ketiga, terkait
dengan kepastian hukum acara MK dalam mengadili
perselisihan hasil pemilu, perlu diperbaiki dan disesuaikan
dengan perkembangan dan kebutuhan system pemilu. Jika
perlu, hukum acara MK diatur dalam peraturan perundang-
undangan setingkat undang-undang.

Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Terdapat persoalan secara meteril dan formil dari
penanganan pelanggaran pidana pemilu. Oleh sebab itu,
pembenahan dan pengelompokan kembali pelanggaran
pidana pemilu dan memperbaiki mekanisme penangannya
perlu dilakukan;
2. Untuk pelanggaran administrasi, perlu diberikan
defenisi yang lebih jelas, seperti perincian bentuk sanksi
dan perbuatan yang akan diberikan sanksi administrasi.
Selain itu, terkait dengan mekanisme penanganan
pelanggarannya, dilakukan langsung oleh KPU;
3. Untuk pelanggaran kode etik penyelenggara pemilu,
perlu diberikan pembatasan bahwa DKPP tidak bisa
masuk ke ranah administrasi pemilu, dan penyelenggara
pemilu yang diproses oleh DKPP adalah KPU dan
Bawaslu RI saja. Untuk penyelenggara dibawahnya akan
diperiksa dan diproses oleh masing-masing lembaga yang

67
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat setingkat
oleh politisidiatasnya,
dan pemerintah yang
sesuai terpilihhierarki
dengan untuk memerintah.
kelembagaan
Pandangan Hamdanpemilu;
penyelenggara tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
4. Untuk sengketa administrasi pemilu, perlu
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
pengertian yang satu saja, yakni sengketa administrasi
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
pemilu. Untuk penangannya, diberikan kepada PTUN,
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
dengan ruang upaya hukum diberikan kepada MA;
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
5. Untuk
agregat maupun secara perselisihan hasil pemilu,
spesifik pada tahun-tahun perlu
Pemilu, segera
terkonfirmasi
dalam dipastikan bahwa pilkada
praktek penganggaran adalah bagian
di Indonesia dari rezim
yang berkaitan pemilu,
dengan siklus
Pemilukejelasan
2009 ataupunlegal standing
menjelang kepada
Pemilu perseorangan
2014. Melihat perkembangancalon
saat
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget
anggota legislatif dan pembenahan hukum acara MK. cycles, melainkan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Daftar Pustaka
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
Peraturan
juga perlu Perundang-Undangan
dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
Kabupaten/Kota
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 Tentang
praktik selama ini, pihakPresiden
Pemilihan yang duduk
danbaik di parlemen
Wakil Presidenmaupun pemerintah
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 Tentang
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun
hukum dan2014pemerintahan.
Tentang Dan kondisi tersebut
Pengesahan telahPemerintah
Peraturan ditulis oleh Nindita
ParamastutiPengganti
dalam tulisannya yang berjudul:
Undang-Undang Nomor“Perempuan
1 Tahun dan
2014 Korupsi:
PengalamanTentang
PerempuanPemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota.
Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”
Buku
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
International IDEA, Keadilan Pemilu: Ringkassan Buku
Akuntabilitas Pengelolaan
Acuan Dana Kampanye,
International IDEA, 2010,menguraikan bahwa dana
Jakarta: Indonesia
kampanye Printer,
adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
Topo Santoso dkk, Penegakann Hukum Pemilu; Praktik
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye
Pemilu 2004, 2011, Jakarta: Perkumpulan Untuk
Pemilu dan Demokrasi (Perludem)
68
vi
Veri Junaidi, Firmansyah arifin, dan Fadli Ramadhanil,
Evaluasi Penegakan Hukum Pemilu 2014, 2014, Jakarta:
Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi.

69
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.

PENGAWASAN PEMILU
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
POLITIK UANG DAN DANA
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles

empirisKAMPANYE
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
Indonesia Corruption Watch
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
Abstrak
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Pemilu yang telah meningkat
Pelaporan dengan ekstrim.
dana kampanye terus menjadi permasalahan
setiap kali
Masyarakat tidakpemilu. Setidaknya
saja dapat ditafsirkanterdapat lima
sebagai satu isu dalam
kesatuan, tetapi
pelaporan
juga perlu dibatasidana kampanye:
mengingat aspekhakikat
perbedaan kepatuhan,
antara manipulasi
laki-laki dan
perempuan. Seperti halnya
pendapatan, keterwakilan
manipulasi perempuan
pencatatan sebagai
belanja, salah satu
ketepatan
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu.
waktu pelaporan, dan audit. Agar permasalahan pelaporanUU No. 8 Tahun
2012 menegaskan
dana kampanye setiap partai
tidak politik peserta pemilu
terus berulang harus memenuhi
diperlukan sebuah
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan,
badan khusus untuk menangani masalah tersebut. Dalam mengingat
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
konteks ini Bawsalu dapat diperkuat perannya menjadi
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
lembaga pemeriksa dana politik dan dana pemilu.
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
hukum dan Kata kunci: Dana
pemerintahan. kampanye,
Dan kondisi pengawasan
tersebut telah dituliskampanye,
oleh Nindita
politik uang
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.” Pengantar
Persoalan menyangkut
Masih berhubungan dengan temapolitik uang dan
akuntabilitas dana kampanye
keuangan politik, Didik
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi
seolah permasalah rutin yang selalu muncul dari setiap dan
Akuntabilitas
pemiluPengelolaan Dana tetapi,
ke pemilu. Akan Kampanye, menguraikan
permasalahan ini bahwa dana
seringkali
kampanyetidakadalah salah satu attensi
mendapatkan hal penting dalam penyelesaian
dan porsi proses pemilu.yang
Dana
kampanye diperlukan
tuntas. oleh partai
Maraknya politikpolitik
uangdan kandidatnya
yang semakinuntuk dapat
terbuka
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

70
vi
dilakukan seolah tidak tersentuh oleh hukum. Pada saat
yang sama, persoalan dana kampanye seolah dianggap
pekerjaan kelas dua yang seringkali tidak dianggap urgen.
Padahal kedua hal tersebut merupakan aspek sangat
subtantif dalam menentukan kualitas pemilu itu sendiri.
Dalam pemilu, politik dan uang merupakan pasangan tak
terpisahkan. Uang penting untuk membiayai kampanye,
karena kampanye berpengaruh pada hasil pemilu.
Kampanye tidak akan berjalan tanpa uang, meski uang
tidak merupakan faktor satu-satunya untuk memperoleh
keberhasilan.
Dalam sistem politik yang tidak demokratis, korupsi
politik akan tumbuh subur dan menjadi tabiat kebanyakan
politisi. Sama halnya dalam partai yang tidak ”sehat”,
mereka akan mencari sumber-sumber pendanaan instan
untuk menjalankan mesin politik, salah satunya melalui
korupsi uang negara atau melalui cara instan yang lain,
seperti yang marak belakangan ini dengan menarik
kekuatan pemodal (baca: pengusaha) ke dalam kongsi
partai.
Menurut Marcin Walecki, masalah utama dalam korupsi
pemilu berkaitan dengan masalah keuangan atau dalam
hal ini pengumpulan modal pemenangan. Secara umum,
pendanaan politik yang korup dikumpulkan kandidat atau
partai, dimana mereka melakukan operasi. Nassmacher1
menambahkan bahwa uang mempengaruhi kompetisi
politik dan menjadi sumber daya utama bagi politisi yang

1  Nassmacher, Karl-Heinz. Foundation for Democracy, Approaches to


Comparative Political Finance, Nomos Verlagsgesellschaft, Baden-Baden, 2001

71
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat ingin
oleh politisi dan pemerintah
memenangkan atauyang terpilih untuk memerintah.
mempertahankan kekuasaan.
Pandangan Hamdan
Uang dapat tersebut
diubah berkaitan
menjadi dengan
banyak apa yang
sumber disampaikan
daya, seperti;
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
membeli barang-barang, keterampilan, dan pelayanan. Anggaran
pada Tahun
SelainPemilu.”
itu, uangYuna
punmenjelaskan bahwa Political
dapat digunakan budget cycles
untuk bertransaksi
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
langsung dengan pemilih dalam bentuk politik uang.
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
Sebagai contoh incumbent menggunakan sumber daya
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregatpublik
maupununtuk memberi
secara spesifik kontrak dan pekerjaan,
pada tahun-tahun Pemilu,mengontrol
terkonfirmasi
informasi, dan membuat keputusan. Uang memperkuat
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Pemilupengaruh politik
2009 ataupun bagi mereka
menjelang Pemiluyang
2014.memilikinya atau mereka
Melihat perkembangan saat
yang
ini, yang memiliki
menjadi perhatianwewenang
tidak hanyauntuk
politicalmendistribusikannya.
budget cycles, melainkan
Pada
political sisi lain
corruption hambatan
cycle atau sikluskeuangan dapatpada
korupsi politik menghalangi
tahun-tahun
Pemiluindividu
yang telahdan partaidengan
meningkat politik dalam mendapatkan akses
ekstrim.
kekuasaan,
Masyarakat tidakkeuangan untuk keuntungan
saja dapat ditafsirkan sebagai satupartai politik,
kesatuan, tetapi
kelompok
juga perlu dibatasikepentingan, atau kandidat
mengingat perbedaan hakikatdengan cara tidak
antara laki-laki dan
benarSeperti
perempuan. atau tidak sah.
halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
2

syarat verifikasi
Menurut Open menjadi
faktual untuk Society,peserta pemilu.
korupsi UU No. adalah
pemilu 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
praktek pendanaan kampanye, baik penerimaan maupun
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
pengeluaran yang menciptakan hubungan koruptif
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
antara penyumbang dan partai politik atau kandidat yang
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
didukungnya maupun pola perilaku koruptif yang terjadi
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
antara peserta pemilu dan voters.3
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
ParamastutiDari penjelasan
dalam tulisannyadiatas, secara “Perempuan
yang berjudul: umum terdapat tiga
dan Korupsi:
bentukPerempuan
Pengalaman korupsi pemilu, yaitu: Korupsi dalam Pemilu DPR RI
Menghadapi
2009.” a. Manipulasi Pengumpulan dan Pencatatan
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
2  Walecki, Marcin, 2003. Political Money and Political Corruption:
Akuntabilitas Pengelolaan
Considerations Dana
for Nigeria. Kampanye,
International menguraikan
Foundation bahwa dana
for Election Systems
(ifes) inec-civil society forum seminar on agenda
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu.for electoral reform 27 – 28Dana
november 2003 abuja, nigeria
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
3  Ade Irawan dkk. Panduan Pemantauan Korupsi Pemilu. ICW 2014. Hlm 9
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

72
vi
Dana Kampanye. Partai politik atau kandidat menerima
donasi dari sumber-sumber yang dilarang oleh aturan,
seperti; sumbangan melebihi batas maksimal, bersumber
dari hasil korupsi atau kejahatan, dan penyumbang tidak
jelas.
b. Penyalahgunaan Sumber Dana dan Daya
Negara. Partai politik atau kandidat menyalahgunakan
sumber dana dan daya negara/publik untuk kepentingan
pemenangan mereka.
c. Politik Uang. Partai, kandidat, tim sukses,
memberikan/menjanjikan uang atau barang kepada
pemilih atau penyelenggara pemilihan dalam rangka
memenangkan pemilu.
Secara umum, korupsi dimulai dari tahapan nominasi
kandidat. Paling mencolok terjadi dalam pemilihan
anggota DPR, DPRD, dan kepala daerah. Beragam istilah
dikenal merujuk pada korupsi dalam penentuan nominasi
(candidacy buying) seperti pemberian uang mahar, uang
perahu, serta uang nomor urut atau daerah pemilihan
(dapil).
Fase kedua terjadi dalam pengumpulan modal
pemenangan. Sebagian besar kandidat tidak memiliki
hubungan baik dengan konstituen. Alih-alih mendapat
donasi, kandidat justru mesti mengeluarkan uang banyak
untuk membeli atau memikat konstituen. Tidak sedikit
kandidat menggunakan cara-cara yang tidak halal untuk
mengumpulkan modal pemenangan, seperti menerima
donasi yang dilarang oleh aturan atau menyelewengkan
sumber dana dan fasilitas negara, terutama untuk kandidat

73
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat petahana
oleh politisiyang
dan pemerintah yang terpilih
memiliki akses terhadap untuk memerintah.
kekuasaan.
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Tentu saja modal dari sumber yang haram tidak akan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
dicatat dalam pengeluaran resmi dana kampanye. Partai
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
politik atau kandidat otomatis akan memanipulasi laporan
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
keuangan. Hasil penelitian ICW terkait laporan keuangan
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
kandidat dalam pemiihan anggota legislatif, presiden
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregatdan wakilsecara
maupun presiden,
spesifikserta
padakepala daerahPemilu,
tahun-tahun memperlihatkan
terkonfirmasi
banyak kandidat yang tidak mencantumkan penerimaan
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Pemiludan
2009pengeluaran dengan
ataupun menjelang jujur.2014. Melihat perkembangan saat
Pemilu
ini, yang menjadi perhatian
Fase ketiga adalah pada political
tidak hanya budgetkampanye
saat proses cycles, melainkan
dan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik
pemilihan. Untuk memperoleh banyak dukungan dan pada tahun-tahun
Pemilukemenangan,
yang telah meningkat
berbagaidengan
caraekstrim.
digunakan oleh partai politik
Masyarakat tidak saja
dan kandidat, dapat ditafsirkan
termasuk dengan sebagai satu kesatuan,
melakukan tetapi
politik uang
juga perlu
kepadadibatasi mengingat
pemilih maupun perbedaan hakikatpemilihan,
penyelenggara antara laki-laki dan
seperti
perempuan.
KPU danSeperti halnya
panitia keterwakilan
pengawas perempuan
di semua sebagai salah satu
tingkatan
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
KONTEKS PEMILU di INDONESIA
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
Pengaturan
akan berdampak negatifDana Kampanye
terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Berikut tabel pengaturan sumbangan dana kampanye
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
pada beberapa rezim pengaturan yang berbeda:
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”

Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

74
vi
Pemilu Sumbangan Regulasi
Badan
Hukum Swasta
1,000,000,000 Pasal 96 ayat 1
dan 2 UU No. 42
Tahun 2008
1,000,000,000 Pasal 131 ayat 1
dan 2 UU No. 8
Tahun 2012
Kepala 50,000,000 500,000,000 Pasal 74 ayat 5 UU
Daerah No. 1 Tahun 2015

Sumbangan Pemilu
Presiden
Perseorangan 1,000,000,000
Badan Hukum 5,000,000,000
Swasta
Kandidat - - - Tidak
dibatasi
Partai Politik - - - Tidak
dibatasi

Berkaca dari pelbagai pemilu/ pilkada yang secara rutin dilakukan,


Indonesia belum melakukan pembenahan secara signifikan dalam

75
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat berbagai
oleh politisi
haldan pemerintah yang
menyangkut danaterpilih untuk memerintah.
kampanye. Hal ini terlihat
Pandangan Hamdan
dari laporan tersebut
dana berkaitan
kampanye dengan
yang apa yangtidak
seadanya, disampaikan
tertib
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
dan tidak berjalannya sanksi dari penyelenggara pemilu. Anggaran
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
Jika berkaca pada pengaturan dan penyelenggaraan
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
Pilkada serentak 2015, memang terdapat aspek pembaruan
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
terkait dana kampanye, setidaknya pada dua aspek.
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregatPertama, negara
maupun secara semakin
spesifik banyak memberikan
pada tahun-tahun subsidi
Pemilu, terkonfirmasi
dalam kampanye kepada kandidat.
praktek penganggaran Mengacu
di Indonesia kepada UU
yang berkaitan Pilkada,
dengan siklus
dari tujuh aktivitas kampanye, sebanyak empat diantaranya
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
ditanggung
ini, yang oleh penyelenggara.
menjadi perhatian Seperti
tidak hanya political kegiatan
budget kampanye
cycles, melainkan
berupa
political : Debat
corruption publik,
cycle iklan media
atau siklus korupsimassa,
politik alat
padaperaga dan
tahun-tahun
Pemiludebat publik.
yang telah Tujuan
meningkat pengaturan
dengan ekstrim.ini sebagaimana dalam
pemabahasan
Masyarakat RUU
tidak saja dapatPilkada dilakukan
ditafsirkan untuk
sebagai satu menekan
kesatuan, tetapi
biayadibatasi
juga perlu kampanye para kandidat
mengingat perbedaan yang selama
hakikat antaraini menjadi
laki-laki dan
permasalahan
perempuan. utama
Seperti halnya terjadinya
keterwakilan korupsisebagai
perempuan pada salah
kepalasatu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu.
daerah. Kedua, diberlakukannya pembatasan belanja UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan
kampanye setiap
kepadapartai politik Besaran
kandidat. peserta pemilu harus memenuhi
dan ketentuan lebih
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan,
lanjut dapat diperhatikan dalam PKPU Nomor 8 Tahun mengingat
praktik2015.
selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Problem Dana Kampanye di
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Indonesia
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.” Hasil temuan ICW dalam penyelenggaraan pemilu
di berhubungan
Masih Indonesia, pemilihan
dengan temaanggota legislatif,
akuntabilitas presiden
keuangan politik, dan
Didik
wakil presiden, serta kepala daerah tidak pernah terlepas
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Akuntabilitas
dari 3 Pengelolaan
masalah utamaDanaberkaitan
Kampanye, menguraikan
dengan bahwa dana
dana kampanye.
kampanye adalah berkaitan
Pertama, salah satu dengan
hal penting dalam proses
kepatuhan pemilu.
kandidat Dana
dalam
kampanye diperlukan
melakukan oleh partai politik
pencatatan; Kedua,danmanipulasi
kandidatnyapencatatan
untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

76
vi
pendapatan dari sumber pihak ketiga, dan ketiga,
manipulasi pencatatan belanja.
1. Aspek kepatuhan
Dalam aturan, kandidat atau partai peserta pemilu
diwajibkan memiliki rekening khusus dana kampanye
(RKDK). Semua transaksi yang berkaitan dengan
pendapatan dan belanja selama pemilu wajib dicatat dan
dilaporkan kepada komisi pemilihan umum untuk diaudit
dan dipublikasikan.
Tapi kenyataannya, kandidat atau partai kerapkali
melakukan banyak penyiasatan seperti tidak mencatat
semua transaksi dalam laporan dana kampanye, mencatat
hanya sebagian transaksi, transaksi tidak melalui
RKDK, dan seluruh penerimaan dana kampanye tidak
disampaikan melalui RKDK akan tetapi diberikan langsung
kepada tim pemenangan pasangan calon, sehingga RKDK
hanya memiliki saldo awal pada saat pembukaan rekening.
Bahkan dalam riset pemilukada di delapan daerah,
beberapa kandidat yang dinyatakan kalah dalam pemilihan
tidak melaporkan RKDK kepada KPUD.

Tabel 5. Temuan terkait aspek kepatuhan


laporan dana kampanye

No Pelanggaran
1 Tidak melaporkan rekening khusus dana
kampanye

77
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
2 Rekening Kampanye menggunakan Rekening
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Bendahara Parpol atau rekening Partai Politik
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
3 Pemilu.”
pada Tahun
Pada laporan awal RKDK nama alamat
Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
penyumbang sama. Namun
sudah menjadi fenomena universal pada laporan
didukung dengan berbagai studi
akhir
empiris di berbagai RKDK didapati
Negara. Berbagaiperubahan pada
variabel yang identitas
mempengaruhi politcal
budget cycles seperti
alamatnya. Sedangkan nama perusahaan, NPWP, secara
perubahan pola pada struktur anggaran baik
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
nomor kontak (no hp) tetap.
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
4 Seluruh penerimaan dana kampanye tidak
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
disampaikan melalui RKDK, akan tetapi diberikan
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
langsung
political corruption cyclekepada tim pemenangan
atau siklus pasangan
korupsi politik pada tahun-tahun
Pemilu yang telah meningkat
calon. dengan
Sehingga RKDKekstrim.
hanya memiliki saldo awal
Masyarakat pada
tidaksaat
saja pembukaan
dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
rekening
juga perlu
5 dibatasi mengingat
Transaksi perbedaan
tidak melalui hakikat
Rekening antara
Khusus Danalaki-laki dan
perempuan. Seperti
Kampanyehalnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
(RKDK)
syarat verifikasiTidak
faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
6. ada transaksi melalui Rekening Khusus
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
Dana Kampanye (RKDK), sehingga saldo akhir RKDK
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
sama
praktik selama ini, seperti
pihak yangsaldo
dudukawal
baik pembukaan rekeningpemerintah
di parlemen maupun
mayoritas7. diduduki
Tidak oleh
membuat pembukuan
laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
8.
akan berdampak Tidak mencatat
negatif terhadapsumbangan
mandeknya selain bentuk
aspirasi uang, dalam
perempuan
hukum dan pemerintahan.
sumbanganDan kondisisumbangan
langsung, tersebut telah ditulis atau
fasilitas oleh Nindita
Paramastuti dalam tulisannya
sumbangan yangutang
dalam berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
dan diskon
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
9. Laporan terlambat diserahkan
2009.”
10. Laporan yang disampaikan ke KPU tidak final dan
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
masih disusulkan atau diubah ketika diserahkan
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
kepada Auditor
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

78
vi
2. Manipulasi Pendapatan
Aturan pemilu di Indonesia membatasi kandidat dan
partai politik dalam mengumpulkan modal kampanye.
Fokus pembatasan pada penyumbang pihak ketiga baik
perseorangan maupun badan hukum. Selain itu, semua
aturan pemilu pun melarang kandidat mengumpulkan
dana dari phak asing dan negara termasuk didalamnya
BUMN, BUMD, dan BUMDes. Tujuannya agar kandidat
atau partai tidak bergantung pada pendonor besar dan
lapangan persaingan antar kandidat dan partai tetap sama.
Masalahnya, dalam pemantauan beberapa pemilu,
ICW justru menemukan banyak pelanggaran yang
berkaitan dengan sumbangan pihak ketiga (perseorangan,
perusahaan, dan badan usaha) dan sumber dana yang
dilarang oleh aturan. Untuk sumbangan pihak ketiga
umumnya berupa manipulasi penyumbang seperti alamat
palsu, penyumbang fiktif, alamat sama, penyumbang tidak
sesuai dengan profile ekonomi (tidak memiliki kemampuan
menyumbang).
Banyak faktor yang menyebabkan kandidat atau partai
politik memanipulasi sumber pendapatan. Dimulai dari
perilaku penyumbang yang tidak mau disebutkan namanya
di daftar penyumbang, hingga nilai sumbangan melebihi
batas maksimum sumbangan. Sehingga nilai sumbangan
dalam daftar laporan partai tidak disebutkan dengan
jelas—beserta sumber penyumbang, atau nilai uang di
pecah-pecah sesuai dengan nilai standar maksimum.
Selain itu, sumber dana yang dilarang seperti; hasil tindak
pidana, seringkali menjadi penyebab kandidat atau parpol

79
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat memanipulasi
oleh politisi dan sumber
pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
pendapatan.
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
Tabel 6. Manipulasi penyumbang dana kampanye
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
No Pelanggaran
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel pihak politcal
yang mempengaruhi
1 Tidak mencantumkan nama penyumbang
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
ketiga
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
2 Nama Perusahaan yang fiktif
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
3 ataupun
Pemilu 2009 Sumbangan pihak
menjelang ketiga2014.
Pemilu melebih batas
Melihat maksimal saat
perkembangan
ini, yang4menjadi
Penyumbang tidak
perhatian tidak mempunyai
hanya politicalkemampuan ekonomi
budget cycles, melainkan
political corruption
untukcycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
menyumbang
Pemilu yang
5 telah meningkat tidak
Penyumbang dengan ekstrim. telah menyumbang
mengakui
Masyarakat
6 tidak saja dapat
Penyumbang ditafsirkan
mengaku sebagai satu
menyumbang, kesatuan,
tetapi tidak tetapi
juga perlu dibatasi
dapatmengingat
menunjukkanperbedaan
bukti hakikat antara laki-laki dan
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
7 Penyumbang memberikan sumabnagan tidak sesuai
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
dengan nominal yang dilaporkan
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
8
30% keterwakilan
Penyumbang tidak memiliki KTP dan NPWP
perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
9
praktik selama ini, pihakpenyumbang
Alamat yang duduk baik palsu
di parlemen maupun pemerintah
mayoritas10 Alamat
diduduki penyumbang
oleh laki-laki. tidak
Apabila jelas.
tidak diperjuangkan, hal ini
akan berdampak
11 negatif terhadap
Penyumbang yang mandeknya aspirasi yang
mempunyai alamat perempuan
sama dalam
hukum dan pemerintahan.
PenyiasatanDan kondisi tersebutjenis
telahUtang
ditulisdan
olehsaldo
Nindita
12 lewat sumbangan
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
kas partai dan dana kampanye
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.” 13
Sumbangan langsung dari perusahaan untuk
kepentingan kampanye
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
14 dan Transfer
Supriyanto
dari rekening dana taktis pemerintah ke
Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
rekening partai
Akuntabilitas Pengelolaan Danamelalui rekening
Kampanye, Yayasan bahwa dana
menguraikan
kampanye 15 adalah
Penyumbang
salah satuyanghal hanya
pentingdigunakan namanya
dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan
sebagaioleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
penyumbang
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

80
vi
Sumber: kompilasi hasil pemantauan ICW dalam pemilu
dan pemilukada
3. Manipulasi pencatatan belanja.
Manipulasi pencatatan belanja merupakan konsekuensi
dari manipulasi dalam pencatatan sumber pendapatan
oleh kandidat atau partai politik. Karena tidak semua
pendapatan dicatat, maka banyak belanja yang berkaitan
dengan kampanye yang tidak dicatat dalam RKDK.
Dalam laporan dana kampanye pemilu, banyak kandidat
yang hanya mencamtumkan keterangan dalam sisi belanja
“Kegiatan lain yang tidak melanggar peraturan perundang-
undangan” tanpa dijelaskan kegiatannya. Selain faktor
politik, masalah teknis yang menjadi penyebab kandidat
atau partai tidak mencatat laporan kegiatan adalah
minimnya sumber daya manusia yang mumpuni untuk
mencatat laporan kegiatan.
Terkait dengan belanja terutama belanja konsultan
politik atau jasa tidak pernah dimasukan di dalam laporan
belanja kampanye. Demikian juga dengan belanja iklan
kampanye dengan diskon atau dibayarkan oleh pihak
ketiga.

81
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
Tabel 7. Contoh manipulasi belanja kampanye
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
No melalui
Yuna Farhan Pelanggaran
tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
1 Pemilu.”
pada Tahun Yunanama
Sumber dan menjelaskan bahwa
penyumbang Political budget
berubah-ubah (awalcycles
sudah menjadi fenomena
laporan RKDKuniversal didukungAtapi
nama perusahaan dengan
padaberbagai
laporan studi
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
akhir dana kampanye diubah menjadi “CV.A”
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
2 Tidak ada penjelasan kegiatan, hanya dengan
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
dalam praktekmenyatakan
penganggaran“Kegiatan lain yang
di Indonesia yangtidak melanggar
berkaitan dengan siklus
Peraturan Perundang-undangan”
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
ini, yang3menjadi
Laporan nilaitidak
perhatian belanja berbeda
hanya dengan
political budgetriil belanja
cycles, melainkan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
(pengeluaran)
Pemilu yang
4. telah meningkat dengan
Menggunakan ekstrim. untuk melakukan
Dana Kampanye
Masyarakatpolitik
tidak saja
uangdapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
Sumber:
syarat verifikasi kompilasi
faktual hasilpeserta
untuk menjadi pemantauan
pemilu. UUICW
No. dalam
8 Tahun
pemilu dan pemilukada
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
4. Ketepatan
30% keterwakilan perempuan.waktu
Kondisipelaporan
ini patut diperjuangkan, mengingat
praktik selama ini, pihak
Partai yang duduk baik
berkewajiban di parlemen maupun
menyampaikan pemerintah
laporan awal
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
dana kampanye, laporan periodik, dan laporan akhir
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
dana kampanye sesuai dengan batas waktu yang telah
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
ditetapkan. Sanksi bagi partai yang terlambat antara lain;
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
pembatalan sebagai peserta pemilu atau tidak dilantiknya
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
calon terpilih.
2009.”
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Supriyanto5.danAudit
Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan
Penting dicatatDana
bahwaKampanye, menguraikan
dalam audit bahwa dana
dana kampanye
kampanyedalamadalah salah
pilkada satu halaudit
hanyalah penting dalam proses
kepatuhan. pemilu.
Sehingga Dana
auditor
kampanyehanyadiperlukan oleh partai pengecekan
akan melakukan politik dan kandidatnya untuk dapat
dari segi kepatuhan
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

82
vi
para kandidat dalam laporan dana kampanye mereka.
Hampir dapat dipastikan model audit kepatuhan tidak
akan menemukan manipulasi/kejanggalan sumbangan
maupun belanja kandidat. Sehingga semakin tampak audit
dana kampanye dalam pilkada ini hanyalah formalitas
belaka dalam memenuhi administrasi pilkada.
Problem dari segi auditor menurut IAPI adalah adanya
kewenangan KPUD untuk menunjuk lansung Kantor
Akuntan Publik, jika biaya audit di bawah Rp. 50 Juta
untuk melakukan audit. Hal ini yang menjadi salah satu
masalah karena penunjukkan itu potensial dengan konflik
kepentingan dan tidak terbukanya kompetensi untuk
terpilihnya auditor yang berkualitas baik.

KEDUDUKAN DAN PERAN BADAN


PENGAWAS PEMILU (BAWASLU)
Tugas Bawaslu

Tugas Bawaslu dijabarkan dalam pasal 73 UU


Penyelenggara Pemilu telah disebutkan bahwa, lembaga
pengawas pemilu tingkat pusat tersebut bertugas:
1. Menyusun standar tata laksana kerja pengawasan
tahapan penyelenggaraan pemilu sebagai pedoman kerja
bagi pengawas pemilu di setiap tingkatan.
2. Mengawasi penyelenggaraan pemilu dalam
rangka pencegahan dan penindakan pelanggaran untuk
terwujudnya Pemilu yang demokratis.
a. Mengawasi persiapan penyelenggaraan Pemilu

83
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat yang
oleh politisi
terdiridan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
atas:
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
i. perencanaan dan penetapan jadwal tahapan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
Pemilu;
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
ii. perencanaan
sudah menjadi pengadaan
fenomena universal logistik
didukung oleh KPU;
dengan berbagai studi
empiris di iii. pelaksanaan penetapan
berbagai Negara. Berbagai variabeldaerah pemilihan politcal
yang mempengaruhi dan
budgetjumlah kursi pada
cycles seperti setiappola
perubahan daerah
padapemilihan untuk pemilihan
struktur anggaran baik secara
agregatanggota
maupun Dewan
secara spesifik pada tahun-tahun
Perwakilan Rakyat DaerahPemilu, terkonfirmasi
Provinsi dan
dalam anggota
praktek penganggaran di Indonesia
Dewan Perwakilan yang Daerah
Rakyat berkaitanKabupaten/
dengan siklus
PemiluKota
2009 ataupun
oleh KPUmenjelang Pemilu
sesuai 2014. Melihat
dengan perkembangan
ketentuan peraturansaat
ini, yang menjadi perhatian
perundang-undangan; tidak hanya political budget cycles, melainkan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
iv. sosialisasi penyelenggaraan Pemilu;
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
v. pelaksanaan tugas pengawasan lain yang diatur
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
dalam
juga perlu ketentuan
dibatasi peraturan
mengingat perundang-undangan.
perbedaan hakikat antara laki-laki dan
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuanpenyelenggaraan
b. Mengawasi pelaksanaan tahapan sebagai salah satu
Pemilu yang
syarat verifikasi terdiri
faktual atas:
untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partaidata
i. pemutakhiran politik pesertadan
pemilih pemilu harus memenuhi
penetapan daftar
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut
pemilih sementara serta daftar pemilih tetap;diperjuangkan, mengingat
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
ii. penetapan peserta Pemilu;
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
iii. proses
akan berdampak negatif pencalonan sampaiaspirasi
terhadap mandeknya dengan penetapan
perempuan dalam
hukumanggota Dewan Perwakilan
dan pemerintahan. Rakyat,telah
Dan kondisi tersebut Dewan
ditulisPerwakilan
oleh Nindita
Daerah,
Paramastuti Dewan
dalam Perwakilan
tulisannya Rakyat
yang berjudul: Daerah, dan
“Perempuan pasangan
Korupsi:
calon presiden dan wakil presiden, dan calon gubernur,
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”bupati, dan walikota sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Supriyantoiv. danpelaksanaan
Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
kampanye;
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
v. pengadaan logistik Pemilu dan pendistribusiannya;
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanyevi. pelaksanaan
diperlukan pemungutan
oleh partai suara
politik dan dan penghitungan
kandidatnya untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

84
vi
suara hasil Pemilu di TPS;
vii. pergerakan surat suara, berita acara penghitungan
suara, dan sertifikat hasil penghitungan suara dari tingkat
TPS sampai ke PPK;
viii. pergerakan surat tabulasi penghitungan suara dari
tingkat TPS sampai ke KPU Kabupaten/Kota;
ix. proses rekapitulasi hasil penghitungan perolehan
suara di PPS, PPK, KPU Kabupaten/Kota, KPU Provinsi,
dan KPU;
x. pelaksanaan penghitungan dan pemungutan suara
ulang, Pemilu lanjutan, dan Pemilu susulan;
xi. pelaksanaan putusan pengadilan terkait dengan
Pemilu;
xii. pelaksanaan putusan DKPP;
xiii. proses penetapan hasil Pemilu.
c. mengelola, memelihara, dan merawat arsip/
dokumen serta melaksanakan penyusutannya berdasarkan
jadwal retensi arsip yang disusun oleh Bawaslu dan ANRI;
d. memantau atas pelaksanaan tindak lanjut
penanganan pelanggaran pidana Pemilu oleh instansi yang
berwenang;
e. mengawasi atas pelaksanaan putusan pelanggaran
Pemilu;
f. evaluasi pengawasan Pemilu;
g. menyusun laporan hasil pengawasan
penyelenggaraan Pemilu; dan
h. melaksanakan tugas lain yang diatur dalam

85
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat ketentuan
oleh politisi peraturan
dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
perundang-undangan.
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Wewenang
Yuna Farhan Bawaslu:
melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
Dalamfenomena
sudah menjadi melaksanakan tugasnya,
universal Bawaslu
didukung denganberwenang:
berbagai studi
empiris di 1. Menerima
berbagai laporan variabel
Negara. Berbagai dugaanyangpelanggaran terhadap
mempengaruhi politcal
budgetpelaksanaan ketentuanpola
cycles seperti perubahan peraturan perundang-undangan
pada struktur anggaran baik secara
agregatmengenai Pemilu;
maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
2. Menerima laporan adanya dugaan pelanggaran
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
administrasi Pemilu dan mengkaji laporan dan temuan,
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
serta merekomendasikannya kepada yang berwenang;
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Pemilu yang3. telah
Menyelesaikan sengketa
meningkat dengan Pemilu;
ekstrim.
4. Membentuk
Masyarakat Bawaslu
tidak saja dapat Provinsi;
ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
juga perlu5. Mengangkat
dibatasi mengingat dan memberhentikan
perbedaan anggota
hakikat antara laki-laki dan
perempuan.
BawasluSeperti halnyadan
Provinsi; keterwakilan perempuan sebagai salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
6. Melaksanakan wewenang lain yang diatur dalam
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
ketentuan peraturan perundang-undangan.
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
Kewajiban Bawaslu:
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
Bawaslu
akan berdampak berkewajiban:
negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
hukum dan pemerintahan.
a. Bersikap tidakDan kondisi tersebut telah
diskriminatif dalamditulis oleh Nindita
menjalankan
Paramastuti
tugas dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
dan wewenangnya;
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
b. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
2009.”
pelaksanaan tugas Pengawas Pemilu pada semua tingkatan;
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Supriyantoc. danMenerima dandalam
Lia Wulandari menindaklanjuti laporan yang
tulisan berjudul Transparansi dan
berkaitan dengan dugaan adanya pelanggaran terhadap
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanyepelaksanaan peraturan
adalah salah satu hal perundang-undangan mengenai
penting dalam proses pemilu. Dana
Pemilu;
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

86
vi
d. Menyampaikan laporan hasil pengawasan
kepada Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat, dan KPU
sesuai dengan tahapan Pemilu secara periodik dan/atau
berdasarkan kebutuhan;
e. Melaksanakan kewajiban lain yang diberikan oleh
peraturan perundang-undangan.
a. Summary Hasil Pengawasan Pilpres 2014
Bawaslu menyebutkan bahwa sepanjang pemilu presiden
2014 terdapat dugaan pelanggaran sebanyak 1.238.
Dugaan Pelanggaran terdiri dari 1.136 dugaan pelanggaran
administrasi. Dugaan pelanggaran administrasi tersebut
kemudian diteruskan kepada KPU untuk ditindaklanjuti.
Sisanya, 81 dugaan pelanggaran pidana dan 21 dugaan
pelanggaran kode etik. 4

Dugaan pelanggaran terbanyak menyangkut

4  Data rekapitulasi diperoleh dari data BAWASLU RI 2014

87
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat pelanggaran
oleh politisi danpemasangan
pemerintah yang
Alatterpilih
Peraga untuk memerintah.
Kampanye (APK),
Pandangan Hamdan Daftar
permasalahan tersebutPemilih
berkaitanTetap
dengan(DPT),
apa yangdan
disampaikan
politik
Yuna Farhan melalui tulisannya
uang seta kampanye hitam.“Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
syarat verifikasi faktualpelaksanaan
Hambatan untuk menjadisentra
pesertaGakkumdu
pemilu. UU (kompilasi
No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
catatan Bawaslu):
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
1. Adanya kesan dari unsur kepolisian dan kejaksaan
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
untuk tidak menindaklanjuti laporan dugaan pelanggaran
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
pemilu yang ditangani oleh pengawas pemilu.
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
hukum dan 2. pemerintahan.
Keterbatasan Dananggaran.
kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Paramastuti3. dalam tulisannya
Terdapat yang berjudul:
perbedaan “Perempuan
pendapat antara dan Korupsi:
pengawas
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam
pemilu, kepolisian dan kejaksaan dalam menentukan Pemilu DPR RI
2009.”keterpenuhan unsur pasal tindak pidana pemilu.
Masih berhubungan dengan
4. Perbedaan tema akuntabilitas
pemahaman antara keuangan
pengawaspolitik, Didik
pemilu,
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
kepolisian dan kejaksaan dalam pembahasan sentra
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
gakkumdu.
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye5. Kurangnya
diperlukan komunikasi
oleh partai dankandidatnya
politik dan koordinasiuntuk
dengandapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

88
vi
unsur kepolisian dan kejaksaan dalam sentra gakkumdu.
6. Pengawas Pemilu diposisikan sebagai pelapor
bukan penerus rekomendasi.
7. Adanya perbedaan penafsiran dari masing-masing
unsur anggota sentra gakkumdu, salah satunya mengenai
keterpenuhan unsur kampanye.
8. Kondisi geografis (kepulauan) menghambat
efektivitas koordinasi sentra gakkumdu.
9. Masih terdapat beberapa kabupaten belum
memiliki Polres dan Kejari.
10. Minimnya pengetahuan akan pemilu oleh
pihak kepolisian dan kejaksaan, sehingga menghambat
pembahasan dalam sentra gakkumdu.
11. Kesulitan untuk mendatangkan anggota
sentra gakkumdu dari unsur kejaksaan (Kota Sorong),
dikarenakan Kejaksaan Negeri Sorong membawahi
beberapa kabupaten yang ada di Sorong Raya dan terbatas
anggota kejaksaan yang ditunjuk sebagai anggota sentra
gakkumdu dibeberapa kabupaten dimaksud.
b. Summary Hasil Pengawas Pemilu Legislative
2014 :
Dugaan pelanggaran administrasi :
Bawaslu mendapat 4.410 dugaan pelanggaran
administrasi. Sebanyak 3.455 merupakan temuan dan
655 laporan. Seluruh dugaan pelanggaran tersebut
ditindaklanjuti oleh Bawaslu dan diteruskan ke KPU. Oleh

89
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat KPU,
oleh politisi
3740 dan pemerintah
(91%) dugaan yang terpilih untuk
pelanggaran memerintah.5
ditindaklanjuti.
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
Masyarakat
Dugaantidak saja dapat ditafsirkan
Pelanggaran Pidana sebagai satu kesatuan, tetapi
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
Bawaslu mendapat laporan dan temuan dugaan
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
pelanggaran pidana sebanyak 137 kasus (66 laporan dan 71
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
temuan). Semua dugaan pelanggaran pidana yang diterima
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
bawaslu disebut telah diteruskan ke pihak kepolisian
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
dengan tindak lanjut sebagai berikut:
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
akan berdampak negatif terhadap Diterima
mandeknya aspirasiDihentikan
perempuan dalam
hukum danBawaslu
pemerintahan. Dan 137
kondisi tersebut telah0ditulis oleh Nindita137
ParamastutiKepolisian
dalam tulisannya yang
137 berjudul: “Perempuan
84 dan Korupsi:52
Pengalaman Perempuan
Kejaksaan Menghadapi
52 Korupsi dalam
6 Pemilu DPR RI44
2009.”
PN-Putusan 44 - 37
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Dugaan
Akuntabilitas Pelanggaran
Pengelolaan Dana Kode Etik oleh
Kampanye, kandidat bahwa dana
menguraikan
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
5 Ibid
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

90
vi
Terdapat 48 dugaan pelanggaran kode etik (29 laporan
diterima panwas dan 19 temuan). Pengawas pemilu
mengkaji 35 dugaan pelanggaran dan 26 dugaan diteruskan
ke Bawaslu RI, 28 diteruskan ke Bawaslu Provinsi, dan
36 dugaan diteruskan ke DKPP. 9 hasil tindak lanjut
DKPP ditindaklanjuti oleh KPU dan 1 diantaranya tidak
ditindaklanjuti.
Perbandingan Temuan dan Laporan Dugaan
Pelanggaran yang diterima Bawaslu

REKOMENDASI PERBAIKAN
Ditengah persoalan yang sudah diuraikan diatas,
ada ruang kosong ketiadaan pengaturan yang mengenai
lembaga khusus yang membuat berbagai persoalan politik
uang dan dana kampanye menjadi persoalan pokok yang
selalu muncul dari waktu ke waktu. Sulit dibantah, berawal
dari persoalan dana kampanye ini yang menyebabkan
banyak kepala daerah terlibat persoalan kasus korupsi di

91
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

kemudian harinya.
merupakan Dana
suatukampanye dan
upaya untuk politik uang pada
menyelamatkan kenyataanya
kebijakan tidak
publik yang akan
dibuat menjadi pekerjaan
oleh politisi pokok yang
dan pemerintah ( main jobs)untuk
terpilih bagimemerintah.
penyelenggara
pemilu Hamdan
Pandangan dalam hal ini KPU
tersebut dan Bawaslu.
berkaitan dengan apa Sehingga ini-lah
yang disampaikan
yang memicu
Yuna Farhan melalui munculnya banyak pelanggaran.
tulisannya “Menelusuri Khususnya
Siklus Politisasi Anggaran
Bawaslu
pada Tahun yangYuna
Pemilu.” cenderung
menjelaskan“kehilangan”
bahwa Politicalarah
budgetdalam
cycles
sudah melakukan pengawasan
menjadi fenomena pemilu.
universal didukung dengan berbagai studi
empiris di Jika
berbagai Negara.kepada
Mengacu Berbagai variabel yang
komparasi mempengaruhi
di negara politcal
lain, semisal
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
di Amerika terdapat Federal Election Commission (FEC)
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
yang memang memfokuskan untuk memeriksa keuangan
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
partai dan pemilu secara linear. Hal ini tentu kontras
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
dengan kondisi dalam negeri. Terdapat banyak organ
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
penyelenggara pemilu, akan tetapi tidak ada pengawalan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Pemilukhusus tentang
yang telah danadengan
meningkat politikekstrim.
(kandidat dan partai politik)
secara terfokus.
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
juga perluKodifikasi UU Pemilu
dibatasi mengingat yang hakikat
perbedaan sedangantara
disiapkan oleh
laki-laki dan
Jaringan Pemilu sebaiknya meletakkan fokus perbaikan
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
pengawasan
syarat verifikasi faktualdana
untukkampanye kandidat
menjadi peserta pemilu.dalam
UU No.pemilu.
8 Tahun
Pilihan paling
2012 menegaskan rasional
setiap partai politikdapat
peserta dilalakukan dengan
pemilu harus memenuhi
30% keterwakilan
mengubahperempuan.
tugas danKondisi ini patut
tanggung diperjuangkan,
jawab mengingat
Badan Pengawas
praktikPemilu
selama ini, pihak yang
menjadi duduk
Badan baik di parlemen
Pemeriksa Danamaupun
Politik pemerintah
(BPDP).
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan,
Pilihan ini dianggap paling dapat direalisasikan, karena hal ini
akan berdampak negatif
infrastruktur terhadap yang
Bawaslu mandeknya
sudahaspirasi perempuan dalam
terdesentralisasi di
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
seluruh daerah.
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

92
vi
Diluar alur kerja sebagaimana bagan diatas, hal
yang paling penting tentu berbicara terkait tugas dan
kewenangan BPDP itu sendiri. Sejumlah tugas dan
kewenangan yang diusulkan meliputi: 6
a. Menerima keseluruhan jenis laporan yang berkaitan
dengan dana kampanye pada tingkatan pemilu nasional
b. Melakukan pengawasan terhadap penerimaan dan
pengeluaran uang dan/atau barang partai politik dan/
atau individu calon peserta pemilu dan dana kampanye
tingkat nasional
c. Melakukan audit dan pemeriksaan secara berkala
terhadap uang dan/atau barang serta dana kampanye
partai politik dan/atau individu calon peserta pemilu
tingkat nasional
d. Melakukan supervisi terhadap tugas dan wewenang
serta kewajiban BPDP tingkat provinsi
e. Meminta dokumen dan keterangan kepada
pengurus dan/atau anggota, serta pihak ketiga dalam
hal melakukan pemriksaan dan audit keuangan partai
politik dan/atau individu calon peserta pemilu dan dana
kampanye
f. Memanggil pengurus, anggota, dan pihak ketiga
dalam hal kepentingan audit dan pemeriksaan keuangan
partai politik dan dana kampanye
g. Mengeluarkan keputusan terkait dengan proses

6  Rekomendasi tugas dan kewenangan diambil dari rancangan kondifikasi


UU Pemilu yang disusun oleh berbagai stakeholders penggiat pemilu dan
demokrasi.

93
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat pengawasan,
oleh politisi danaudit,
pemerintah
dan yang terpilih untuk
pemeriksaan memerintah.
keuangan partai
Pandangan Hamdan
politik dan danatersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
kampanye
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
h. Mengeluarkan rekomendasi kepada lembaga atau
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
pihak terkait prihal hasil pemeriksaaan audit keuangan
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
partai politik dan dana kampanye
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
i. seperti
budget cycles Mengeluarkan
perubahan rekomendasi kepada
pola pada struktur Kementrian
anggaran baik secara
agregatHukum
maupun dan
secaraHAM
spesifikterkait keberadaan
pada tahun-tahun dan terkonfirmasi
Pemilu, eksistensi
dalam partai
praktek politik berdasarkan
penganggaran hasil yang
di Indonesia pengawasan, audit dan
berkaitan dengan siklus
Pemilupemeriksaan
2009 ataupun keuangan partai 2014.
menjelang Pemilu politik dan dana
Melihat kampanye
perkembangan saat
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget
j. Mengeluarkan rekomendasi kepada KPU terkait cycles, melainkan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
dengan keikusertaan partai politik dan/atau individu calon
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
peserta pemilu berdasarkan hasil pengawasan, audita, dan
Masyarakat tidak saja
pemeriksaan dapat ditafsirkan
keuangan sebagai satu kesatuan, tetapi
dan dana kampanye;
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
k. Mengeluarkan rekomendasi kepada Kepolisian,
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
Kejaksaan, dan KPK terkait dengan dugaan tindak pidana
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
yang dilakukan
2012 menegaskan setiapoleh partai
partai politik
politik dan/atau
peserta pemilu individu calon
harus memenuhi
peserta pemilu
30% keterwakilan berdasarkan
perempuan. hasil
Kondisi ini pengawasan,
patut audit,
diperjuangkan, dan
mengingat
praktikpemeriksaan keuangan
selama ini, pihak yang dudukdanbaik
dana kampanye
di parlemen maupun pemerintah
mayoritas l. Rekomendasi yang dikeluarkan oleh BPDP wajib
diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
akan berdampak negatifoleh
ditindaklanjuti terhadap mandeknya
lembaga aspirasi perempuan
yang menerima dalam
rekomendasi
hukumtersebut
dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
m. Memilih dan mengangkat auditor dan/atau staf
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
pendukung untuk menjalankan tugas, dan wewenang dari
2009.”
BPDP
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
*** Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
Akuntabilitas
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

94
vi
95
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
KOMISI PEMILIHAN UMUM
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran

SEBAGAI PENYELENGGARA
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
empirisPEMILIHAN UMUM
di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregatCatherine Natalia
maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
Abstrak
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.

Pengantar
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
Penyelenggaraan pemilihan umum yang bersifat
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil hanya
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
dapat terwujud apabila Penyelenggara Pemilu mempunyai
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
integritas yang tinggi serta memahami dan menghormati
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
praktikhak-hak sipil
selama ini, dan
pihak politik
yang dudukdari
baikwarga negara.
di parlemen Sebagaimana
maupun pemerintah
diamanatkan
mayoritas diduduki olehUndang-Undang
laki-laki. Apabila Dasar Negara Republik
tidak diperjuangkan, hal ini
Indonesianegatif
akan berdampak Tahun 1945, mandeknya
terhadap Penyelenggara Pemilu
aspirasi memiliki
perempuan dalam
hukumtugas menyelenggarakan
dan pemerintahan. Dan kondisiPemilu
tersebutdengan kelembagaan
telah ditulis oleh Nindita
yang bersifat
Paramastuti nasional,yang
dalam tulisannya tetap dan mandiri.
berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Pengalaman Penyelenggara Pemilu merupakandalam
Perempuan Menghadapi Korupsi salah Pemilu DPR15RI
satu dari
2009.”(lima belas aspek) yang menjadi standar internasional
Masih
yangberhubungan
dijadikandengantoloktema akuntabilitas
ukur pemilu keuangan politik, Didik
yang demokratis
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan
sebagaimana dirumuskan oleh International IDEA berjudul Transparansi dan
1

Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana


kampanye adalah salah
1  International IDEA, satu hal penting
Standar-standar dalam Pemilihan
Internasional proses pemilu.
Umum: Dana
Pedoman Peninjauan Kembali Kerangka Hukum Pemilu, Jakarta: International
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
IDEA, 2004.
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

96
vi
. Ke-15 aspek pemilu demokratis tersebut adalah (1)
Penyusunan Kerangka Hukum, (2) Pemilihan Sistem
Pemilu, (3) Penetapan Daerah Pemilihan, (4) Badan
Penyelenggara Pemilu, (5) Pendaftaran Pemilih dan Daftar
Pemilih, (6) Akses Kertas Suara bagi Partai Politik dan
Calon, (7) Kampanye Pemilu yang Demokratis, (8) Akses
Media dan Kebebasan Berekspresi, (9) Pembiayaan dan
Pengeluaran, (10) Pemungutan Suara, (11) Penghitungan
dan Rekapitulasi Suara, (12) Peranan Wakil Partai dan
Calon, (13) Pemantau Pemilu, (14) Kepatuhan terhadap
hukum, dan (15) Penegakan Peraturan Pemilu.
Kerangka hukum yang mengatur penyelenggara pemilu
terdapat dalam Pasal 22E ayat (5) Undang-Undang Dasar
1945, “Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu
komisi pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap dan
mandiri.” Hal ini berbeda dengan kondisi sebelumnya, di
mana penyelenggara pemilu adalah pemerintah, dalam
hal ini Departemen Dalam Negeri. Penyelenggaraan
pemilu oleh pemerintah selama masa Pemerintahan
Orde Baru telah membuka ruang terjadinya kecurangan
untuk memenangkan Golkar. Hal ini melatarbelakangi
diserahkannya penyelenggaraan pemilu kepada sebuah
institusi Negara baru yang terpisah dari kekuasaan
pemerintahan.
Salah satu faktor penting bagi keberhasilan
penyelenggaraan pemilihan umum dan pemilihan
kepala daerah terletak pada kesiapan penyelenggara
pemilu itu sendiri, yaitu Komisi Pemilihan Umum (KPU)
dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu). Dua institusi

97
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat ini
oleh politisi
telah dan pemerintah yang
diamanatkan terpilih
oleh untuk memerintah.
undang-undang untuk
Pandangan Hamdan tersebut
menyelenggarakan berkaitan
pemilu denganfungsi,
menurut apa yangtugas
disampaikan
dan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri
kewenangannya masing-masing. Siklus Politisasi Anggaran
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
Melalui pengujian Undang-Undang Nomor 22 Tahun
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
2007 tentang Penyelenggara Pemilu Mahkamah Konstitusi
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
telah memberikan tafsir resmi terhadap Pasal 22E ayat (5)
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregatUndang-Undang Dasarpada
maupun secara spesifik 1945,tahun-tahun
yaitu: Pemilu, terkonfirmasi
Bahwa
dalam praktek untuk menjamin
penganggaran terselenggaranya
di Indonesia pemilihan
yang berkaitan dengan siklus
Pemiluumum yang luber
2009 ataupun dan jurdil,
menjelang PemiluPasal 22E ayat
2014. Melihat (5) UUD 1945
perkembangan saat
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget
menentukan bahwa, “Pemilihan umum diselenggarakan cycles, melainkan
political corruption
oleh cycle pemilihan
suatu komisi atau siklus umum
korupsi yang
politik pada tahun-tahun
bersifat nasional,
Pemilutetap
yang telah meningkat dengan ekstrim.
dan mandiri” Kalimat “suatu komisi pemilihan
Masyarakat
umum” tidakdalam sajaUUD
dapat1945
ditafsirkan
tidak sebagai
merujuk satu kesatuan,
kepada tetapi
sebuah
juga perlu
nama dibatasi mengingat
institusi, akanperbedaan hakikat antara
tetapi menunjuk laki-laki
pada fungsidan
perempuan. Seperti halnya
penyelenggaraan keterwakilan
pemilihan perempuan
umum sebagainasional,
yang bersifat salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu.
tetap dan mandiri. Dengan demikian, menurut Mahkamah,UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
fungsi penyelenggaraan pemilihan umum tidak hanya
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
dilaksanakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), akan
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
tetapi termasuk juga lembaga pemilihan umum dalam
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
hal ini Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) sebagai satu
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
kesatuan fungsi penyelenggaraan pemilihan umum yang
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
bersifat
Paramastuti nasional,
dalam tetap,
tulisannya dan
yang mandiri.
berjudul: Pengertian
“Perempuan iniKorupsi:
dan lebih
memenuhi
Pengalaman ketentuan
Perempuan UUD 1945
Menghadapi Korupsiyang mengamanatkan
dalam Pemilu DPR RI
2009.”adanya penyelenggara pemilihan umum yang bersifat
mandiri
Masih untukdengan
berhubungan dapattema
terlaksananya pemilihan
akuntabilitas keuangan umum
politik, Didik
yangdanmemenuhi
Supriyanto Lia Wulandariprinsip-prinsip luber Transparansi
dalam tulisan berjudul dan jurdil. dan
Penyelenggaraan
Akuntabilitas Pengelolaanpemilihan umum tanpa
Dana Kampanye, pengawasan
menguraikan bahwaoleh dana
kampanyelembaga
adalahindependen,
salah satu halakan mengancam
penting prinsip-prinsip
dalam proses pemilu. Dana
kampanyeluber dan jurdil
diperlukan dalam
oleh partaipelaksanaan pemilu. Oleh
politik dan kandidatnya karena
untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

98
vi
itu, menurut Mahkamah, Badan Pengawas Pemilihan
Umum (Bawaslu) sebagaimana diatur dalam Bab IV Pasal
70 sampai dengan Pasal 109 Undang-Undang 22/2007,
harus diartikan sebagai lembaga penyelenggara pemilu
yang bertugas melakukan pengawasan pelaksanaan
pemilihan umum, sehingga fungsi penyelenggaraan
Pemilu dilakukan oleh unsur penyelenggara, dalam hal
ini Komisi Pemilihan Umum (KPU), dan unsur pengawas
Pemilu, dalam hal ini Badan Pengawas Pemilihan Umum
(Bawaslu). Bahkan, Dewan Kehormatan yang mengawasi
perilaku penyelenggara Pemilu pun harus diartikan
sebagai lembaga yang merupakan satu kesatuan fungsi
penyelenggara pemilihan umum. Dengan demikian,
jaminan kemandirian penyelenggara pemilu menjadi
nyata dan jelas.
Hal ini ditindaklanjuti ketika Undang-Undang Nomor
22 Tahun 2007 diganti dengan Undang-Undang Nomor
15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu. Dalam
Undang-Undang tersebut, baik KPU, Bawaslu, maupun
DKPP didefinisikan sebagai lembaga penyelenggara pemilu
yang merupakan satu kesatuan fungsi pemilu. Dengan
demikian, yang dipahami dari frasa “komisi pemilihan
umum” dalam Pasal 22E ayat (5) UUD 1945 adalah KPU,
Bawaslu dan DKPP sebagai satu kesatuan fungsi2. Akan
tetapi selain Komisi Pemilihan Umum, berdasarkan
Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan
Aceh, khusus di Aceh dibentuk lembaga penyelenggara

2  Titi Anggraini dkk, Kajian Kodifikasi Undang-Undang Pemilu, Yayasan


Perludem, November 2014, Cet.1, hal. 32-34.

99
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat pemilu
oleh politisi dan pemerintah
dengan yangIndependen
nama Komite terpilih untukPemilihan
memerintah.
(KIP)
Pandangan Hamdan
Aceh dan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
KIP Kabupaten/Kota.
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
Ketentuan lebih lanjut mengenai Penyelenggara Pemilu
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
2011 tentang Penyelenggara Pemilu, namun ketentuan-
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
ketentuan menyangkut Penyelenggara Pemilu juga
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregatditemukan dalam
maupun secara berbagai
spesifik pada Undang-Undang
tahun-tahun Pemilu, Pemilu, yaitu
terkonfirmasi
dalam Undang-Undang
praktek penganggaranNomor 8 Tahunyang
di Indonesia 2012berkaitan
tentangdengan
Pemilihan
siklus
Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD, Undang-Undang
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
Nomor
ini, yang menjadi42perhatian
Tahun 2008tidak tentang Pemilu
hanya political Presiden
budget dan
cycles, Wakil
melainkan
Presiden,
political corruptionserta
cycleUndang-Undang
atau siklus korupsiNomor 1 Tahun
politik pada 2015
tahun-tahun
Pemiluyang diubah
yang telah dengan
meningkat Undang-Undang
dengan ekstrim. Nomor 8 Tahun
2015 tentang
Masyarakat Pemilihan
tidak saja Gubernur
dapat ditafsirkan dan satu
sebagai Wakil Gubernur,
kesatuan, tetapi
Bupati
juga perlu dan Wakil
dibatasi Bupati,
mengingat Walikota
perbedaan dan antara
hakikat Wakil laki-laki
Walikota.dan
Pengaturan
perempuan. Seperti dalam
halnya Undang-Undang Pemilusebagai
keterwakilan perempuan yang terpisah-
salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU
pisah ini menyebabkan terjadinya pengulangan (duplikasi), No. 8 Tahun
2012 menegaskan
khususnya setiap
yang partai politikrincian
mengatur peserta tugas
pemiludan
harus memenuhi
wewenang
30% keterwakilan
penyelenggaraperempuan.
pemilu.Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
Rumusan Masalah
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
hukum dan Lembaga penyelenggara
pemerintahan. pemilu
Dan kondisi di Indonesia
tersebut telah ditulisterdiri atas
oleh Nindita
Komisi
Paramastuti Pemilihan
dalam Umum
tulisannya yang(KPU),
berjudul:Badan Pengawas
“Perempuan danPemilu
Korupsi:
(Bawaslu)
Pengalaman dan Dewan
Perempuan Kehormatan
Menghadapi KorupsiPenyelenggara
dalam Pemilu Pemilu
DPR RI
2009.”(DKPP). Akan tetapi yang akan menjadi fokus pembahasan
adalah
Masih Komisi dengan
berhubungan Pemilihan Umum sebagai
tema akuntabilitas penyelenggara
keuangan politik, Didik
pemilu
Supriyanto dalam
dan Lia Wulandarimelaksanakan fungsi Transparansi
dalam tulisan berjudul manajemen dan
penyelenggaraan
Akuntabilitas Pengelolaan pemilu. Beberapa
Dana Kampanye, permasalahan
menguraikan bahwayangdana
kampanyemuncul pada
adalah saatsatu
salah Komisi
hal Pemilihan Umum
penting dalam melaksanakan
proses pemilu. Dana
kampanyefungsinya dapat
diperlukan dikelompokkan
oleh sebagai
partai politik dan berikut:untuk dapat
kandidatnya
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

100
vi
1. Tugas, wewenang dan fungsi lembaga penyelenggara
pemilu, yaitu terkait dengan core business sesuai siklus
pemilu (sebelum, selama dan sesudah pemilu).
2. Struktur Organisasi dan Tata Kerja Komisi
Pemilihan Umum
a. Hubungan Anggota dan Sekretariat Jenderal/
Sekretariat Komisi Pemilihan Umum
b. Hubungan KPU dengan KPU Provinsi dan KPU
Kabupaten/Kota serta lembaga penyelenggara pemilu ad
hoc.
c. Mekanisme pengambilan keputusan lembaga
penyelenggara pemilu
d. Standarisasi pengukuran kinerja lembaga
penyelenggara pemilu
e. Pemberhentian anggota lembaga penyelenggara
pemilu
3. Hubungan KPU dengan Bawaslu, dan DKPP

Tujuan dan Metode


1. Tujuan
Tujuan penulisan adalah melakukan inventarisasi
permasalahan yang dihadapi oleh Komisi Pemilihan Umum
dalam melaksanakan fungsi manajemen penyelenggaraan
Pemilu untuk kemudian dilakukan pembahasan terhadap
permasalahan tersebut guna merumuskan rekomendasi
bagi Komisi Pemilihan Umum.

101
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat oleh2. Metode
politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Penyusunan laporan ini dilakukan dengan menggunakan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
dua metode, yaitu:
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
a. Studi
sudah menjadi Pustaka
fenomena universal didukung dengan berbagai studi
empiris di Kegiatan studi Berbagai
berbagai Negara. pustaka variabel
dilakukan
yangmelalui penelaahan
mempengaruhi politcal
budgetbuku,
cycles laporan penelitianpola
seperti perubahan danpada
dokumen-dokumen
struktur anggaran lain
baikyang
secara
agregatmembahas
maupun secara spesifik
Komisi pada tahun-tahun
Pemilihan Umum selaluPemilu, terkonfirmasi
penyelenggara
dalam pemilu,
praktek penganggaran di Indonesia yang
serta studi perbandingan berkaitan dengan
pengalaman siklus
beberapa
Pemilunegara
2009 ataupun
terkaitmenjelang
manajemen Pemilu 2014. Melihat perkembangan
penyelenggaraan Pemilu. saat
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
b. Focus Group Discussion atau diskusi terbatas
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
dilakukan untuk mengelaborasi lebih lanjut terhadap kajian
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
awal yang telah dihasilkan dalam kegiatan pengumpulan
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
data guna memperkaya gagasan dalam penulisan jurnal
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
ini.
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
Tugas, wewenang dan fungsi
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
Komisi Pemilihan Umum
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
Penyelenggaraan
praktik selama pemilu
ini, pihak yang duduk baik diperlu dipahami
parlemen sebagai
maupun pemerintah
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan,
sebuah siklus yang dimulai dari kegiatan perencanaan, hal ini
akan berdampak
pelaksanaan,negatif terhadap
evaluasi mandeknya
dan kembaliaspirasi perempuan dalam
menyiapkan
hukumpenyelenggaraan
dan pemerintahan. pemilu
Dan kondisi tersebut
yang akan telah ditulis
datang, oleh Nindita
maka tugas
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
pokok dan fungsi penyelenggara Pemilu tidak terbatas
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
pada pelaksanaan Pemilu saja. Untuk menjamin
2009.”
kesinambungan penyelenggaraan Pemilu dan peningkatan
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
kualitas demokrasi, pasca penyelenggaraan Pemilu
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
dilaksanakan kegiatan antara lain melakukan evaluasi
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
terhadap sistem dan manajemen Pemilu, melaksanakan
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
updating data pemilih, pendidikan pemilih, pemeliharaan
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

102
vi
arsip/dokumen, dan penyampaian informasi hasil Pemilu.
Sebagai sebuah siklus Pemilu dibagi dalam tiga periode,
yaitu: (1) Pra-Pemilu (pre-electoral), (2) Periode Pemilu
(electoral) dan (3) Pasca-Pemilu (post-electoral).
Pada periode pra-Pemilu KPU melakukan kegiatan-
kegiatan seperti penyusunan program dan anggaran
Pemilu, rekrutmen personel badan penyelenggara,
pengadaan barang dan jasa pemerintah, dan bimbingan
teknis. Sedangkan pada periode pemilu, yang dapat
dikatakan puncak kegiatan Pemilu itu sendiri, kegiatan-
kegiatan yang dilakukan diantaranya adalah penetapan
daftar calon tetap, kampanye, distribusi logistik,
pemungutan dan penghitungan suara. Dan pada periode
pasca Pemilu kegiatan yang biasanya dilakukan oleh KPU
adalah pengarsipan hasil-hasil Pemilu, penelitian untuk
perbaikan proses Pemilu, reformasi badan penyelenggara
dan pengembangan jaringan pihak-pihak terkait.
Dengan Pemilu sebagai sebuah siklus, maka KPU sebagai
penyelenggara Pemilu akan terus-menerus melaksanakan
kegiatan-kegiatan kepemiluan, baik ada tahapan maupun
tidak ada kegiatan tahapan Pemilu.
Dari sisi penyelenggara Pemilu, paling tidak terdapat 7
(tujuh) fungsi lembaga penyelenggara Pemilu seperti KPU
yang perlu diperhatikan, yaitu:
(1) Fungsi Personalia. Walaupun KPU hanya
mempekerjakan sejumlah kecil orang secara permanen,
namun pada saat penyelenggaraan Pemilu ia akan
melibatkan jutaan orang. Dikarenakan personil yang
bersifat permanen maupun yang temporer sama-sama

103
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat harus
oleh politisi dan pemerintah
menunjukkan yang terpilih
kinerja yang untuk memerintah.
profesional, maka
Pandangan Hamdan
administrasi tersebut berkaitan
kepegawaian dengan apa
dan pelatihan yangberkualitas
yang disampaikan
Yuna Farhan melalui tulisannya
akan menjadi penting. “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
(2) Fungsi Keuangan. Anggaran untuk Pemilu harus
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
disusun, dibahas, dinegosiasikan, disetujui dan dimonitor.
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
Banyak dana akan digunakan untuk personil dan logistik,
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregatyang
maupunkesemuanya perlu
secara spesifik padadipertanggungjawabkan secara
tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
dalam baik.
praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Pemilu 2009(3) ataupun
Fungsimenjelang
Hukum.PemiluKPU selain memiliki
2014. Melihat peran dalam
perkembangan saat
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget
menafsirkan dan menyusun peraturan pelaksana Undang- cycles, melainkan
political corruption
undang cycleiaatau
Pemilu, jugasiklus korupsi politik
diharapkan mampu pada tahun-tahun
memberikan
Pemilusaran
yang telah meningkat dengan
rekomendasi ekstrim.
penyempurnaan Undang-undang
Masyarakat
Pemilu. tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
(4) Fungsi Investigasi. Temuan dan laporan mengenai
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
masalah teknis dan administratif yang berkaitan dengan
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
tahapan Pemilu oleh penyelenggara Pemilu maupun
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
pelanggaran yang dilakukan oleh Peserta Pemilu, akan
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
membutuhkan kemampuan investigasi.
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
mayoritas (5) Fungsi
diduduki olehLogistik dan Operasi.
laki-laki. Apabila Persiapan hal
tidak diperjuangkan, danini
pengerahan
akan berdampak personil
negatif terhadapdan logistikaspirasi
mandeknya dan perempuan
pemeliharaan
dalam
hukumjaringan komunikasi
dan pemerintahan. merupakan
Dan kondisi tersebutbagian yangoleh
telah ditulis esensial
Nindita
Paramastuti
dalamdalam
setiaptulisannya yang berjudul:
penyelenggaraan Pemilu.“Perempuan dan Korupsi:
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
(6) Fungsi Pengolahan Data. Pemrosesan data dalam
2009.”
jumlah yang besar akan sangat dibutuhkan baik secara
Masih berhubungan
langsung dengantidak
maupun tema akuntabilitas
langsung, keuangan politik, Didik
secara permanen
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
maupun temporer untuk mengolah daftar pemilih dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
hasil Pemilu.
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

104
vi
(7) Fungsi Informasi dan Publikasi. Penyebarluasan
informasi Pemilu dan pendidikan pemilih merupakan
bagian penting dari tugas KPU. Hal ini menjadi lebih
penting lagi pada saat terjadinya perubahan sistem Pemilu
dan menurunnya angka tingkat partisipasi dalam Pemilu.
Implementasi fungsi-fungsi utama penyelenggara
Pemilu tersebut di atas ke dalam struktur jabatan di
lingkungan KPU berwujud pada pemisahan jabatan
Anggota KPU sebagai jabatan politik karena dipilih oleh
DPR dan jabatan Sekretariat Jenderal KPU sebagai jabatan
karir PNS. Intinya, anggota KPU memiliki domain bidang
tugas pada level perumus kebijakan sedang Sekretariat
Jenderal KPU sebagai pelaksana kebijakan3.

Struktur Organisasi dan Tata


Kerja Komisi Pemilihan Umum
1. Hubungan Anggota KPU dengan Sekretariat
Jenderal/Sekretariat KPU
Salah satu yang perlu dipertimbangkan dalam penataan
struktur organisasi dan tata kerja kelembagaan Komisi
Pemilihan Umum adalah hubungan antara Anggota KPU
dengan Sekretariat Jenderal/Sekretariat KPU. Hubungan
kelembagaan penyelenggara pemilu dengan Sekretariat
seharusnya dijaga soliditasnya. Akan tetapi, yang sering
terjadi adalah kesenjangan antara Anggota KPU dengan
Sekretariat, baik di tingkat Pusat maupun daerah.

3  Sekretariat Jenderal KPU RI, Road Map Reformasi Birokrasi 2013, http://
kpu.go.id/koleksigambar/ ROADMAP_RB_2013_rev28314-ver2003-1300.pdf

105
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat Kesenjangan
oleh politisi danini
pemerintah yang terpilih
mulai dirasakan sejakuntuk memerintah.
tahun 2001 ketika
Pandangan Hamdan
KPU mulai tersebut berkaitan
dibentuk sebagai dengan apa yang
lembaga disampaikan
penyelenggara
Yuna Farhan
pemilu yang mandiri, di mana Anggota KPU Anggaran
melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi berasal
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget
dari latar belakang civil society (akademisi dan aktivis cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
NGO) sementara jajaran Sekretariat Jenderal berlatar
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
belakang birokrat. Jajaran Sekretariat KPU sebagian besar
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
masih merupakan pegawai negeri sipil yang berasal dari
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
Kementerian Dalam Negeri atau lembaga lainnya. Ketika
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Ketua LPU adalah ex-officio Menteri Dalam Negeri, para
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
staf
ini, yang yang perhatian
menjadi sebagiantidak
besar daripolitical
hanya Kementerian Dalammelainkan
budget cycles, Negeri
tidak
political memiliki
corruption cycle persoalan
atau siklus psikopolitik.
korupsi politik Namun ketika
pada tahun-tahun
PemiluAnggota
yang telahKPU berasal
meningkat dariekstrim.
dengan latar belakang civil society
seringkali
Masyarakat dianggap
tidak saja dapattidak cukupsebagai
ditafsirkan memiliki
satu legitimasi di
kesatuan, tetapi
depan
juga perlu jajaran
dibatasi Sekretariat.
mengingat Kesenjangan
perbedaan antaralaki-laki
hakikat antara Anggotadan
KPU dan sekretariat jenderal masih terbawa
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu hingga ke
periode faktual
syarat verifikasi KPU periode 2007-2012,
untuk menjadi dan turut
peserta pemilu. UU No. menjadi
8 Tahun
pertimbangan
2012 menegaskan dalam
setiap partaipenataan kelembagaan
politik peserta pemilu harusKPU. Salah
memenuhi
satu langkah
30% keterwakilan cukup Kondisi
perempuan. penting ini dalam periode inimengingat
patut diperjuangkan, adalah
praktikrekruitmen
selama ini, pihak yang duduk
pegawai KPU, baik di parlemen
sehingga mulaimaupun
masukpemerintah
pegawai
mayoritas
yang bukan merupakan pindahan dari lembaga lain hal
diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, atauini
akan berdampak negatif terhadap
pegawai organik mandeknyaini
KPU. Rekruitmen aspirasi perempuan
belakangan dalam
terhenti
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
karena kebijakan moratorium PNS, namun kembali dibuka
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
tahun 2013. Tahun 2014, KPU kembali akan memiliki
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
pegawai yang merupakan fresh-people. 4
2009.”
Tugas kesekretariatan yang merupakan bagian birokrasi
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
adalah membantu tugas Komisioner, sementara Komisioner
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
bukan Pengelolaan
Akuntabilitas birokrat. PNS organik
Dana KPU baru
Kampanye, pada tahun
menguraikan 2008,
bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
4  Abdul Gaffar Karim, Memahami Kebutuhan akan Electoral Management
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
Course bagi Penyelenggara Pemilu di Indonesia, 2014
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

106
vi
di daerah banyak yang pinjaman dari pemda, sehingga
dedikasi kesekretariatan tidak murni untuk kepentingan
pemilu. Di Sekretariat Jenderal KPU, reformasi birokrasi
dilakukan untuk memperbaiki kinerja agar hasilnya nanti
berdampak positif terhadap pelaksanaan kewenangan
KPU sebagai penyelenggara pemilu. Tugas dan wewengan
Sekretariat Jenderal KPU adalah sebagai berikut :
a. membantu menyusun program dan anggaran
Pemilu
b. memberikan dukungan teknis administratif kepada
anggota KPU
c. membantu melaksanakan tugas KPU dalam rengka
menyelenggarakan Pemilu
d. membantu merumuskan dan menyusun rancangan
Peraturan dan Keputusan KPU
e. memberikan bantuan hukum dan fasilitasi
penyelesaian sengketa Pemilu
f. membantu menyusun laporan penyelenggaraan
kegiatan dan pertanggungjawaban KPU
g. melaksanakan tugas-tugas lain sesuai peraturan
per undang – undangan yang berlaku.
Adapun Wewenang Sekretariat Jenderal KPU adalah
sebagai berikut :
a. mengadakan dan mendistribusikan perlengkapan
penyelenggaraan Pemilu, berdasarkan norma, standar,
prosedur dan kebutuhan yang ditetapkan oleh KPU
b. mengadakan perlengkapan penyelenggaraan

107
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat Pemilu
oleh politisi dan pemerintah
sesuai peraturan yang
per terpilih
Undang untuk memerintah.
– undangan yang
Pandangan
berlakuHamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
c. mengangkat tenaga pakar/ahli berdasarkan
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
kebutuhan atas persetujuan KPU
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
empiris di d. memberikan
berbagai pelayanan
Negara. Berbagai variabel administrasi,
yang mempengaruhi politcal
budgetketatausahaan dan kepegawaian
cycles seperti perubahan pola padasesuai dengan
struktur perundang-
anggaran baik secara
agregatundangan.
maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
dalam praktek penganggaran
Walaupun belumdi Indonesia yang berkaitan
dilaksanakan dengandengan siklus
optimal,
Pemiluprinsip-prinsip
2009 ataupun menjelang Pemilu
tata kelola 2014. Melihat perkembangan
pemerintahan yang baik telah saat
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles,
dilakukan. Seperti prinsip keterbukaan dan transparansi. melainkan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Keterbukaan merujuk pada ketersediaan informasi dan
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
kejelasan bagi masyarakat umum untuk mengetahui proses
Masyarakat tidak saja
penyusunan, dapat ditafsirkan
pelaksanaan, sebagai
dan hasil satu telah
yang kesatuan, tetapi
dicapai
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
dari suatu kebijakan yang telah diputuskan.
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 tahun 2011
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
Sekretariatsetiap
2012 menegaskan Jenderal
partaiKPU di peserta
politik pusat dan
pemiluSekretariat KPU
harus memenuhi
Provinsi dan
30% keterwakilan Sekretariat
perempuan. KPUini
Kondisi Kabupaten/kota mempunyai
patut diperjuangkan, mengingat
hubungan hierarkis dan satu manajemen kepegawaian.
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
Duadiduduki
mayoritas pengaturan tersebutApabila
oleh laki-laki. menjaditidakfaktor kunci dalam
diperjuangkan, hal ini
penataan negatif
akan berdampak Sekretariat Jenderal aspirasi
terhadap mandeknya KPU, perempuan
dimana telah dalam
hukumdiamanatkan
dan pemerintahan. Undang-Undang tersebut
Dan kondisi tersebut terkaitoleh
telah ditulis dengan
Nindita
Paramastuti dalam tulisannya
pembentukan yangKPU
sekretariat berjudul:
baik “Perempuan dan Korupsi:
yang berkedudukan di
Pengalaman
pusat, provinsi, kabupaten dan kota berdasar usulan dariRI
Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR
2009.”KPU sendiri. Terkait dengan tugas dan fungsi sekretariat,
Masih berhubungan
dalam dengan tema
Undang-Undang akuntabilitas
Nomor 15 tahunkeuangan politik,
2011 diatur bahwaDidik
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi
Sekretariat Jenderal KPU, Sekretariat KPU Provinsi, dan
Akuntabilitas PengelolaanKPU
dan Sekretariat Dana Kabupaten/Kota
Kampanye, menguraikan bahwa
dibentuk dana
untuk
kampanye adalah salah
mendukung satu hal tugas
kelancaran penting
dandalam proses pemilu.
wewenang KPU, KPU Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota. Dengan demikian,
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

108
vi
tugas, fungsi, dan susunan organisasi Sekretariat Jenderal
KPU, sekretariat KPU Provinsi, dan sekretariat KPU
Kabupaten/Kota akan mencerminkan tugas dan wewenang
serta kewajiban KPU. 5
Dukungan Sekretariat terhadap Kebijakan Komisioner
menjadi penting di dalam penyelenggaraan pemilu,
sebagaimana diatur di dalam UU Nomor 15 Tahun 2011
tentang Penyelenggara Pemilu, khususnya Pasal 55 sampai
dengan Pasal 68. Dukungan tersebut di antaranya dapat
diukur berdasarkan dua hal berikut: SDM pegawai dan
perencanaan anggaran. Dalam hal SDM pegawai, de facto
pegawai Sekretariat KPU di Daerah hampir semuanya
berasal dari Pemerintah Daerah. Sering kali, Sekretariat
kurang kondusif dan kurang sejalan dengan komisioner
karena timbul kompleks psikologis di kalangan pegawai
bahwa atasannya bukanlah KPU melainkan Pemerintah
Daerah, artinya terjadi dualisme kepemimpinan dan bias
kepentingan di KPU. Hal ini pada gilirannya berdampak
pada efektivitas kerja dan kinerja KPU di dalam
menyelenggarakan pemilu. Ke depan, KPU tentunya
harus mempunyai perencanaan, rekrutmen, dan sistem
karier pegawai yang memenuhi persyaratan khusus
seperti memiliki pengetahuan di bidang kepemiluan,
pemerintahan, manajemen keuangan, manajemen SDM,
dan manajemen asset. Di samping itu, SDM pegawai
KPU juga memiliki reputasi dan rekam jejak yang baik,
serta memiliki kredibilitas, integritas, dan kepemimpinan

5  Sekretariat Jenderal KPU RI, Road Map Reformasi Birokrasi 2013, http://
kpu.go.id/koleksigambar/ROADMAP_RB_2013_rev28314-ver2003-1300.pdf

109
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat yang
oleh politisi
baik. dan pemerintah
Dalam yang terpilihanggaran,
hal perencanaan untuk memerintah.
penyediaan
Pandangan Hamdan
anggaran Pemilu tersebut
2014 berkaitan dengan
seringkali tidakapa yang disampaikan
selaras (sinkron)
Yuna Farhan
dengan program kegiatan atau kebutuhan Anggaran
melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi teknis
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political
penyelenggaraan Pemilu. Seringkali ditemukan adanya budget cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan tetapi tidak
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
teranggarkan, sedangkan pada sisi lain ada anggaran-
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
anggaran yang tidak dapat digunakan karena tidak jelas
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
peruntukannya. Selain itu pengalokasian anggaran untuk
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
suatu kegiatan terkadang tidak sesuai dengan kebutuhan
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
kegiatan
ini, yang menjadi dan jumlah
perhatian peserta
tidak yang harus
hanya political budgetdilibatkan. Oleh
cycles, melainkan
karena
political itu, dalam
corruption penyusunan
cycle atau anggaran
siklus korupsi sebaiknya
politik bagian
pada tahun-tahun
Pemiluanggaran
yang telahberkoordinasi
meningkat dengandengan bagian program dan teknis
ekstrim.
penyelenggaraan
Masyarakat Pemilu,
tidak saja dapat sehinggasebagai
ditafsirkan tidak terjadi lagi adanya
satu kesatuan, tetapi
ketidakselarasan penganggaran dengan pelaksanaan
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
kegiatannya.
perempuan.
6
Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
syarat verifikasi faktual untukKPU
2. Hubungan menjadi pesertaKPU
dengan pemilu.Provinsi,
UU No. 8 KPU
Tahun
2012 menegaskan
Kabupaten/Kotasetiap partai politik peserta
dan lembaga pemilu harus
penyelenggara memenuhi
pemilu ad
30% keterwakilan
hoc. perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
Penyelenggara Pemilu yang bersifat nasional biasanya
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
diadopsi oleh negara demokrasi yang bersusunan
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
kesatuan. Dalam negara seperti ini hanya ada satu badan
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
penyelenggara
Paramastuti pemiluyang
dalam tulisannya di berjudul:
seluruh wilayah.
“Perempuan Kalaupun di
dan Korupsi:
daerahPerempuan
Pengalaman dibentukMenghadapi
badan penyelenggara
Korupsi dalampemilu, makaRI
Pemilu DPR
2009.”badan penyelenggara pemilu tersebut merupakan bagian
danberhubungan
Masih bawahan dengan
dari penyelenggara
tema akuntabilitas pemilu yang
keuangan bersifat
politik, Didik
nasional.
Supriyanto Antara
dan Lia badan
Wulandari penyelenggara
dalam tulisan berjudulpemilu nasional
Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
6  LP3ES, Laporan Evaluasi Pemilu 2014, hal. 23
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

110
vi
dengan lokal terdapat hubungan hierarkis.7
Sebagai penyelenggara pemilu legislatif, presiden
dan wakil presiden, dan kepala daerah, KPU bertugas
dan berwenang untuk mendesain peraturan, membuat
perencanaan, program dan mengkoordinasikan semua
tahapan-tahapan pemilu dengan KPU Provinsi dan KPU
Kabupaten/Kota. Dalam hal ini, kedudukan KPU Provinsi,
KPU Kabupaten/Kota bertugas melaksanakan semua
tahapan pemilu di tingkat daerah masing-masing.
Kedudukan KPU sebagai super-ordinasi juga dilihat dari
kewenangan punitive yang dimilikinya dalam melakukan
penindakan pelanggaran pada jajarannya, seperti
dinyatakan dalam Pasal 8 ayat (1) huruf o Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2011 bahwa KPU dapat mengenakan
sanksi administrative dan/atau menonaktifkan sementara
anggota KPU Provinsi yang terbukti melakukan
tindakan yang mengakibatkan terganggunya tahapan
penyelenggaraan pemilihan berdasarkan rekomendasi
Bawaslu dan/atau ketentuan peraturan perundang-
undangan yang ada.
3. Mekanisme pengambilan keputusan lembaga
penyelenggara pemilu
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang
Penyelenggara Pemilu mengatur mekanisme pengambilan
keputusan KPU dalam Pasal 30-36 sebagai berikut:
a. Pengambilan keputusan KPU, KPU Provinsi, dan

7  Ramlan Surbakti dan Kris Nugroho, Studi tentang Desain Kelembagaan


Pemilu yang Efektif, (Jakarta: Kemitraan, 2015), hal. 18-19.

111
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat KPU
oleh politisi dan pemerintah
Kabupaten/Kota yang terpilih
dilakukan dalam untuk memerintah.
rapat pleno.
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
b. Jenis rapat pleno adalah rapat pleno tertutup dan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
rapat pleno terbuka.
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
c. Rekapitulasi
sudah menjadi penghitungan
fenomena universal didukungsuara danberbagai
dengan penetapan
studi
empirishasil Pemilu
di berbagai dilakukan
Negara. olehvariabel
Berbagai KPU, yang
KPUmempengaruhi
Provinsi, danpolitcal
KPU
budgetKabupaten/Kota dalam pola
cycles seperti perubahan rapat pleno
pada terbuka.
struktur anggaran baik secara
agregat maupun secara pleno
d. Rapat spesifik KPU
pada tahun-tahun
sah apabila Pemilu, terkonfirmasi
dihadiri oleh
dalam sekurang-kurangnya
praktek penganggaran di5 Indonesia yang berkaitan
(lima) orang anggota dengan
KPU yangsiklus
Pemiludibuktikan
2009 ataupun menjelang
dengan Pemilu
daftar 2014. Melihat perkembangan saat
hadir.
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
e. Keputusan rapat pleno KPU sah apabila disetujui
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
oleh sekurang-kurangnya 4 (empat) orang anggota KPU
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
yang hadir.
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
juga perluf. dibatasi
Dalam hal tidak
mengingat tercapai hakikat
perbedaan persetujuan,
antara keputusan
laki-laki dan
rapat pleno KPU diambil berdasarkan suara terbanyak.
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
g. Rapat
syarat verifikasi faktualpleno
untukKPU Provinsi
menjadi pesertadan KPUUUKabupaten/
pemilu. No. 8 Tahun
Kota sah setiap
2012 menegaskan apabila dihadiri
partai politik oleh sekurang-kurangnya
peserta pemilu harus memenuhi 4
30% keterwakilan
(empat) orangperempuan.
anggota Kondisi ini patut diperjuangkan,
KPU Provinsi mengingat
dan KPU Kabupaten/
praktikKota
selama ini, pihak
yang yang duduk
dibuktikan denganbaikdaftar
di parlemen
hadir.maupun pemerintah
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
h. Keputusan rapat pleno KPU Provinsi dan KPU
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
Kabupaten/Kota sah apabila disetujui oleh sekurang-
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
kurangnya 3 (tiga) orang anggota KPU Provinsi dan KPU
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Kabupaten/Kota yang hadir.
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.” i. Dalam hal tidak tercapai persetujuan, keputusan
rapat
Masih pleno KPU
berhubungan denganProvinsi dan KPUkeuangan
tema akuntabilitas Kabupaten/Kota
politik, Didik
diambil
Supriyanto dan berdasarkan
Lia Wulandarisuara
dalamterbanyak.
tulisan berjudul Transparansi dan
Akuntabilitas
j. Pengelolaan
Dalam hal Dana
tidakKampanye, menguraikan
tercapai kuorum, bahwa
khusus dana
rapat
kampanyepleno adalah
KPU,salah satu hal penting
KPU Provinsi, dan KPU dalam proses pemilu.
Kabupaten/Kota Dana
untuk
kampanye diperlukanhasil
menetapkan olehPemilu
partai politik
ditunda dan kandidatnya
selama 3 (tiga)untuk
jam. dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

112
vi
k. Dalam hal rapat pleno telah ditunda dan tetap
tidak tercapai kuorum, rapat pleno dilanjutkan tanpa
memperhatikan kuorum.
l. Khusus rapat pleno KPU, KPU Provinsi, dan KPU
Kabupaten/Kota untuk menetapkan hasil Pemilu tidak
dilakukan pemungutan suara.
m. Undangan dan agenda rapat pleno KPU, KPU
Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota disampaikan paling
lambat 3 (tiga) hari sebelumnya.
n. Rapat pleno dipimpin oleh Ketua KPU, Ketua KPU
Provinsi, dan Ketua KPU Kabupaten/Kota.
o. Apabila ketua berhalangan, rapat pleno KPU, KPU
Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota dipimpin oleh salah
satu anggota yang dipilih secara aklamasi.
p. Sekretaris Jenderal KPU, sekretaris KPU Provinsi,
dan sekretaris KPU Kabupaten/Kota wajib memberikan
dukungan teknis dan administratif dalam rapat pleno.
Sekretariat wajib hadir dalam rapat pleno dan memiliki
hak bicara, meskipun tidak memiliki hak suara dalam
pengambilan keputusan.
q. Ketua wajib menandatangani penetapan hasil
Pemilu yang diputuskan dalam rapat pleno dalam waktu
paling lama 3 (tiga) hari.
r. Dalam hal penetapan hasil Pemilu tidak
ditandatangani ketua dalam waktu 3 (tiga) hari, salah satu
anggota menandatangani penetapan hasil Pemilu.
s. Dalam hal tidak ada anggota KPU, KPU Provinsi,
dan KPU Kabupaten/Kota yang menandatangani

113
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat penetapan
oleh politisi dan pemerintah
hasil Pemilu, yang terpilih
dengan untuk memerintah.
sendirinya hasil Pemilu
Pandangan Hamdan
dinyatakan tersebut
sah dan berkaitan dengan apa yang disampaikan
berlaku.
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
Permasalahan dalam praktik, rapat pleno terutama
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
pada masa tahapan pemilu seringkali harus dilakukan
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
secara mendadak karena urgensi permasalahan yang
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
harus segera diambil keputusan, sehingga ketentuan Pasal
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregat35 ayat (1)
maupun Undangan
secara spesifik dan
padaagenda rapatPemilu,
tahun-tahun pleno terkonfirmasi
KPU, KPU
dalam Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota
praktek penganggaran disampaikan
di Indonesia yang berkaitan denganpaling
siklus
lambat 3 (tiga) hari sebelumnya menjadi sukar
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat untuk
dipenuhi.
ini, yang Sebaiknya
menjadi perhatian tidakketentuan mengenai
hanya political jangkamelainkan
budget cycles, waktu
penyampaian
political undangan
corruption cycle rapat
atau siklus plenopolitik
korupsi tidakpada
diatur dalam
tahun-tahun
PemiluUndang-Undang,
yang telah meningkatcukup
dengan dalam peraturan KPU atau jika
ekstrim.
akan diatur
Masyarakat dalam
tidak saja dapatUndang-Undang
ditafsirkan sebagai jangka waktunya
satu kesatuan, tetapi
menjadi
juga perlu paling
dibatasi lambat 1perbedaan
mengingat (satu) hari.
hakikat antara laki-laki dan
perempuan. 4. Seperti halnya keterwakilan
Standarisasi pengukuranperempuan sebagai lembaga
kinerja salah satu
syarat verifikasi faktual
penyelenggara pemiluuntuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
The International IDEA menetapkan 7 prinsip yang
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
berlaku umum untuk menjamin legitimasi dan kredibilitas
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
penyelenggara
mayoritas diduduki olehpemilu.
laki-laki. Prinsip-prinsip tersebut yaitu:
Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
independence, impartiality, integrity, transparency,
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
hukumefficiency, professionalism dan service-mindedness. 8
dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Sementara
Paramastuti dalamitu, ACE Project
tulisannya yang membagi penyelenggara
berjudul: “Perempuan dan pemilu
Korupsi:
(electoral
Pengalaman management
Perempuan body/EMB)
Menghadapi Korupsimenjadi
dalam 3Pemilu
model,DPR
yaituRI
2009.”penyelenggara pemilu independen, penyelenggara pemilu
pemerintah,
Masih berhubungan dan penyelenggara
dengan pemilukeuangan
tema akuntabilitas campuran. 9
politik, Didik
SupriyantoPadadan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul
model independen, pemilu diselenggarakan Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye8  Alan Wall dkk,
adalah Electoral
salah satuManagement
hal pentingDesign: The International
dalam IDEA Hand
proses pemilu. Dana
Book, International IDEA, Stockholm, Swedia, hal. 22-25.
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
9  ACE-Electoral Knowledge Network “Electoral Management Body”
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

114
vi
oleh lembaga penyelenggara pemilu independen yang
bersifat otonom dan tidak berkaitan dengan kekuasaan
eksekutif. Lembaga ini mengelola sendiri keuangannya.
Penyelenggara pemilu independen tidak bertanggung jawab
kepada kementerian atau departemen. Meski demikian,
lembaga ini bisa bertanggung jawab kepada lembaga
legislatif, yudikatif, atau kepala negara. Penyelenggara
pemilu independen ini beranggotakan orang dari
lembaga eksekutif. Di sejumlah Negara, seperti Jamaica,
Rumania, Suriname, dan Vanuatu, penyelenggara pemilu
independen terdiri atas dua badan (double independent
framework). Satu badan bertanggung jawab atas kebijakan
yang berkaitan dengan proses pemilu, dan satu badan
lainnya bertanggung jawab atas penyelenggaraan dan
implementasi kebijakan dalam proses pemilu.
Pada model penyelenggara pemilu pemerintah, pemilu
diselenggarakan dan dikelola oleh eksekutif, melalui
kementerian, umumnya Kementerian Dalam Negeri atau
Kementerian Kehakiman dan/atau otoritas lokal. Di tingkat
pusat, lembaga penyelenggara pemilu ini dipimpin oleh
menteri atau pegawai negeri sipil. Anggarannya berasal
dari pemerintah. Negara-negara yang menerapkan sistem
ini adalah Amerika Serikat, Inggris, Swedia dan Swiss.
Pada model campuran (mixed), penyelenggara
pemilu memiliki dual struktur. Dalam hal kebijakan
dan monitoring, bersifat independen dari eksekutif,
seperti halnya pada model independen. Akan tetapi,
implementasinya dilakukan oleh sebuah departemen atau
pemerintah lokal, seperti halnya model pemerintah. Saat

115
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat ini,
oleh dari
politisi dan negara,
204 pemerintah yang terpilih
sebanyak 122 untuk memerintah.
negara menerapkan
Pandangan
model Hamdan tersebut
independen, berkaitanIndonesia.
termasuk dengan apa Selebihnya,
yang disampaikan
54
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
negara menerapkan model pemerintah, dan 28 negara Anggaran
pada Tahun Pemilu.” model
menerapkan Yuna menjelaskan
campuran.bahwa
DalamPolitical budget ACE
uraiannya, cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
hanya menekankan independensi dari eksekutif, dan tidak
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
terlalu menekankan independensi dari pihak lain seperti
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
partai dan legislatif. Akan tetapi, soal independensi ini,
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
ACE juga menegaskan bukan semata pada soal strukturnya,
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
namun juga perilakunya. 10
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
Sementara
ini, yang menjadi itu, International
perhatian for Democracy
tidak hanya political and Electoral
budget cycles, melainkan
Assistance
political corruption(IDEA) menyatakan
cycle atau bahwa
siklus korupsi penyelenggaraan
politik pada tahun-tahun
Pemilupemilu memerlukan
yang telah lembaga
meningkat dengan penyelenggara pemilu yang
ekstrim.
bukan hanya
Masyarakat independen
tidak saja dan imparsial
dapat ditafsirkan darikesatuan,
sebagai satu pemerintah,
tetapi
tapi dibatasi
juga perlu juga dari pengaruh
mengingat pihakhakikat
perbedaan lain, antara
karenalaki-laki
hal itudan
merupakan
perempuan. area kritikal
Seperti halnya bagiperempuan
keterwakilan lembaga sebagai
penyelenggara
salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu.
pemilu, untuk mengimplementasikan keputusan penting UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik
yang bisa mempengaruhi hasilpeserta
pemilu.pemilu
11 harus memenuhi
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
5. Pemberhentian Anggota KPU, KPU Provinsi dan
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
KPU Kabupaten/Kota
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
Pemberhentian
akan berdampak anggota
negatif terhadap KPU, KPU
mandeknya Provinsi,
aspirasi dan KPU
perempuan dalam
Kabupaten/Kota didahului dengan verifikasi oleh DKPP
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
atas: dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Paramastuti
Pengalaman a. Perempuan
pengaduanMenghadapi Korupsi dari
secara tertulis dalam Penyelenggara
Pemilu DPR RI
2009.”Pemilu, peserta Pemilu, tim kampanye, masyarakat, dan
Masih berhubungan
pemilih; dan/atau dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Akuntabilitas
10  HarunPengelolaan
Husein, PemiluDana Kampanye,
Indonesia: menguraikan
Fakta, Angka, bahwa dana
Analisis, dan Studi
Banding, Jakarta, Perludem, 2014, hal. 586.
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
11  IDEA, Standar-Standar Internasional untuk Pemilihan Umum: Pedoman
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
Peninjauan Kembali Kerangka Hukum Pemilu, Jakarta: IDEA, 2002, hal. 45.
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

116
vi
b. rekomendasi dari DPR.
Dalam proses pemberhentian tersebut, Anggota KPU,
KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota harus diberi
kesempatan untuk membela diri di hadapan DKPP.
Dalam hal rapat pleno DKPP memutuskan pemberhentian
anggota sebagaimana dimaksud pada, anggota yang
bersangkutan diberhentikan sementara sebagai anggota
KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota sampai
dengan diterbitkannya keputusan pemberhentian. Tata
cara pengaduan, pembelaan, dan pengambilan putusan
oleh DKPP diatur lebih lanjut dengan Peraturan DKPP.
Anggota KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota
diberhentikan sementara karena:
a. menjadi terdakwa dalam perkara tindak pidana
yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau
lebih;
b. menjadi terdakwa dalam perkara tindak pidana
Pemilu; atau
c. memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 28 ayat (3).
Dalam hal anggota KPU, KPU Provinsi, atau KPU
Kabupaten/Kota dinyatakan terbukti bersalah karena
melakukan tindak pidana berdasarkan putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, anggota
yang bersangkutan diberhentikan sebagai anggota KPU,
KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota. Dalam hal
anggota KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota
dinyatakan tidak terbukti melakukan tindak pidana

117
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat berdasarkan
oleh politisi dan pemerintah
putusan yang terpilih
pengadilan yang untuk memerintah.
telah memperoleh
Pandangan Hamdan
kekuatan hukumtersebut berkaitan
tetap, dengan
anggota apa yang
yang disampaikan
bersangkutan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
harus diaktifkan kembali. Dalam hal surat keputusan Anggaran
pada Tahun Pemilu.”kembali
pengaktifan Yuna menjelaskan
sebagaimana bahwa Political pada
dimaksud budgettidak
cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
diterbitkan dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari,
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
dengan sendirinya anggota KPU, KPU Provinsi, atau KPU
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
Kabupaten/Kota dinyatakan aktif kembali. Dalam hal
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
anggota KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
dinyatakan tidak terbukti bersalah sebagaimana dimaksud
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
pada
ini, yang ayatperhatian
menjadi (3) dantidak
ayathanya
(4), dilakukan rehabilitasi
political budget nama
cycles, melainkan
anggota
political KPU,
corruption KPU
cycle Provinsi,
atau atau KPU
siklus korupsi politikKabupaten/Kota
pada tahun-tahun
yang bersangkutan. Pemberhentian
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. sementara paling lama
60 (enam
Masyarakat puluh)
tidak hari kerja
saja dapat dan dapat
ditafsirkan diperpanjang
sebagai paling
satu kesatuan, tetapi
lama 30 (tiga puluh) hari kerja. Dalam hal perpanjangan
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
waktuSeperti
perempuan. sebagaimana dimaksud perempuan
halnya keterwakilan telah berakhir dansalah
sebagai tanpasatu
pemberhentian
syarat verifikasi tetap,
faktual untuk yangpeserta
menjadi bersangkutan
pemilu. UUdinyatakan
No. 8 Tahun
berhenti dengan
2012 menegaskan setiap Undang-Undang.
partai politik peserta pemilu harus memenuhi
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
Hubungan KPU dengan Bawaslu
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
dan DKPP
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 15 Tahun
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
2015, dalam penyelenggaraan pemilihan umum terdapat 3
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
fungsi yang saling berkaitan yang diinstitusionalisasikan
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”dalam 3 kelembagaan, yaitu KPU, Bawaslu, dan DKPP.
DKPP atau Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilihan
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Umum
Supriyanto bukan
dan Lia lembaga
Wulandari dalampenyelenggara
tulisan berjudul pemilu, tetapi
Transparansi dan
tugas dan kewenangannya terkait dengan para
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana pejabat
kampanyepenyelenggara
adalah salahpemilu.
satu hal Lembaga penyelenggara
penting dalam pemilu
proses pemilu. Dana
menurut Pasal 22E UUD 1945 adalah “komisi pemilihan
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

118
vi
umum” (dengan huruf kecil), tetapi oleh undang-undang
dijabarkan menjadi terbagi ke dalam 2 kelembagaan
yang terpisah dan masing-masing bersifat independen,
yaitu “Komisi Pemilihan Umum” (dengan huruf Besar)
atau KPU, dan “Badan Pengawas Pemilihan Umum” atau
BAWASLU (Bawaslu).
Sejatinya, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang
Penyelenggara Pemilu secara ideal telah merumuskan
keberadaan KPU dan Bawaslu dalam satu nafas harmonis
sebagai satu kesatuan fungsi penyelenggaraan pemilu.
Kedua lembaga ini telah diamanatkan UU untuk
menyelenggarakan pemilu menurut fungsi, tugas, dan
kewenangannya masing-masing. KPU sebagai pelaksana
teknis setiap tahapan pemilu. Bawaslu pada fungsi
pengawasan, penanganan pelanggaran, dan penyelesaian
sengketa pemilu. Namun, dalam pelaksanaannya KPU
dan Bawaslu tak pernah bisa lepas dari polemik, konflik
dan perdebatan (laten) satu sama lain. Konflik yang saat
ini terjadi bukanlah konflik pertama. Sejak pemilu era
reformasi, hubungan antara pengawas dan pelaksana
pemilu selalu cenderung tak harmonis. Bedanya, ada
yang mampu meredam ketidakharmonisan itu dalam
bingkai kerja peran kritis pengawasan pemilu demokratis.
Misalnya pengawasan pemilu 1999 dan 2004. Beberapa
kali KPU dan Pengawas Pemilu terlibat diskursus terkait
pelaksanaan suatu tahapan pemilu. Akan tetapi diskursus
tersebut lebih fokus pada kinerja dan kerja pengawasannya
ketimbang kompetisi antar dua lembaga. Publik lebih
menilainya sebagai bentuk kontrol dalam penyelenggaraan

119
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat pemilu
oleh politisi dan pemerintah
ketimbang konflikyang terpilih
antar untuk memerintah.
institusi penyelenggara
Pandangan
pemilu.Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
Pada Pemilu 2009, arah konflik hubungan KPU dan
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
Bawaslu lebih mengarah pada persoalan eksistensi.
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
Pengabaian peran yang satu oleh yang lain. Banyak
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
perdebatan yang terjadi karena persoalan pengakuan
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregatkeberadaan
maupun secaraPengawas
spesifik Pemilu yang dianggap
pada tahun-tahun Pemilu,tidak terlalu
terkonfirmasi
dalam diperhitungkan KPUdi(dan
praktek penganggaran jajarannya).
Indonesia Juga yang
yang berkaitan denganselalu
siklus
berkaitan dengan persoalan klasik: pembatasan akses
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat data
dan
ini, yang informasi
menjadi olehtidak
perhatian KPU.hanya
Dan political
nampaknya
budgetapa yangmelainkan
cycles, terjadi
pada
political 2009 kini
corruption cyclekembali terulang
atau siklus korupsipada persiapan
politik pemilu
pada tahun-tahun
Pemilu2014, dengan
yang telah kondisi
meningkat denganlebih mengkhawatirkan karena
ekstrim.
disertai tidak
Masyarakat ancaman kriminalisasi
saja dapat KPU.
ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
juga perluDesain
dibatasi ideal
mengingat
yangperbedaan hakikat antara
dirumuskan laki-laki dan
Undang-Undang
perempuan. Seperti tidak
nampaknya halnya mampu
keterwakilan
atau perempuan sebagai salah satu
gagal diimplementasikan
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta
dalam pelaksanaan di lapangan. Ketimbang pemilu. UUpencapaian
No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
kesepakatan pembagian tugas, fungsi, dan wewenang
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
antar masing-masing lembaga, apa yang terjadi antara
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
KPU dan Bawaslu lebih banyak pada kesalahpahaman
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
dan ketidaksepahaman tentang suatu hal. Berbahayanya
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
kesalahpahaman dan ketidaksepahaman itu selalu terlontar
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
ke ranah
Paramastuti dalam publik. Publik
tulisannya yangikut dilibatkan
berjudul: pada perdebatan
“Perempuan dan Korupsi:
yang akhirnya
Pengalaman Perempuanmenjauh
MenghadapidariKorupsi
upaya-upaya membangun
dalam Pemilu DPR RI
2009.”kepercayaan terhadap penyelenggara dan penyelenggaraan
pemilu
Masih yang luber,
berhubungan jurdil,
dengan temadan demokratis.Publik
akuntabilitas semakin
keuangan politik, Didik
dihadapkan
Supriyanto pada situasi
dan Lia Wulandari tidak
dalam sehat.
tulisan Ketimbang
berjudul disuguhi
Transparansi dan
oleh perkembangan
Akuntabilitas Pengelolaan Danapersiapan
Kampanye, penyelenggaraan
menguraikan bahwa pemilu
dana
kampanyeyangadalah
berkualitas, mereka
salah satu lebih banyak
hal penting diberikan
dalam proses berita
pemilu. Dana
kampanyesoaldiperlukan
kisruh antar
olehdua lembaga
partai politik ini.
dan Bukan tidakuntuk
kandidatnya mungkindapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

120
vi
jika terus dibiarkan apatisme akan menguat dan kepercayaan
terhadap lembaga penyelenggara pemilu semakin menurun. 12
Bawaslu dan Panwaslu ternyata juga tidak memiliki
kewenangan untuk mengeksekusi bagi caleg atau paprol yang
melakukan pelanggaran. Kewenangan mereka hanya dibatasi
pada rekomendasi seperti rekomendasi kepada KPU jika ada
pelanggaran admisnistrasi, rekomendasi kepada DKPP jika
ada pelanggaran kode etik dan rekomendasi kepada Polisi jika
ada pelanggaran pidana. Bawaslu diberikan senjata yang hanya
punya teropong, tetapi tidak punya peluru. Hanya sebatas
pada mengamat-amati pelanggaran dan tidak punya kekuatan
untuk menembak langsung. Oleh karena itu, kewenangan
untuk mengeksekusi bagi pelaku yang melanggar aturan perlu
diberikan pada Bawaslu. Perlu difikirkan pengaturan mengenai
perlindungan hukum terhadap saksi maupun pelapor tindak
pidana pemilu ataupun pelanggaran lainnya agar tidak terjadi
intimidasi, dan ada saksi yang bersedia mengungkap pelanggaran
di setiap tahapan pemilu. Selain itu, perlu diakomodasi mekanisme
penyelesaian sengketa alternatif dalam kerangka regulasi untuk
meningkatkan efektiftas dan efisiensi penanganan sengketa
pemilu. Pentingnya kewenangan Bawaslu dalam penyelesaian
sengketa pemilu juga perlu diperhatikan. Pemahaman mengenai
sengketa pemilu juga perlu diperluas hingga dapat mencakup
sengketa antar caleg tidak hanya antar partai tapi juga internal
partai. Perlu ada regulasi yang mendorong Bawaslu agar lebih
proaktif dan tegas serta tidak pandang bulu dalam penegakan
hukum pemilu.
DKPP merupakan embrio yang muncul dari keinginan untuk
membuat peradilan pemilu yang terpisah dari MK dan MA. Banyak

12  Titi Anggraini, Mengurai Konflik KPU Bawaslu,http://www.rumahpemilu.org/in/


read/833/Mengurai-Konflik-KPU-Bawaslu-Oleh-Titi-Anggraini, 29-11-2012
121
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat oleh politisi
masalah kode dan pemerintah
etik yangdiputus
yang sudah terpilih untuk
DKPP memerintah.
dimunculkan
Pandangan Hamdan
kembali di tersebutMK
MK, padahal berkaitan
hanyadengan apa yang disampaikan
menyidangkan sengketa
Yunahasil
Farhan melalui
pemilu. tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
Tugas dan kewenangan DKPP (Dewan Kehormatan
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
Penyelenggara Pemilihan Umum) berkaitan dengan orang
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
per orang pejabat penyelenggara pemilihan umum, baik
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
KPU
agregat maupun
maupun secaraBawaslu. Dalam
spesifik pada arti sempit,
tahun-tahun Pemilu,KPU hanya
terkonfirmasi
dalam terdiri
praktekatas para komisioner
penganggaran di tingkat
di Indonesia pusat, provinsi,
yang berkaitan dengan dan
siklus
di tingkat kabupaten/kota. Demikian pula dalam arti
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat sempit,
Bawaslu
ini, yang menjadihanya terdiri
perhatian atas
tidak pimpinan
hanya politicalatau anggota
budget cycles, Bawaslu
melainkan
tingkat
political pusat dan
corruption cycleBawaslu tingkat
atau siklus provinsi.
korupsi politik Namun, dalam
pada tahun-tahun
Pemiluartiyang
luas, penyelenggara
telah meningkat dengan pemilihan
ekstrim. umum itu, baik dalam
lingkungan
Masyarakat KPU
tidak sajamaupun Bawaslu,sebagai
dapat ditafsirkan menyangkut pula para
satu kesatuan, tetapi
juga petugas yang mengingat
perlu dibatasi bekerja secara tetaphakikat
perbedaan atau pun yang
antara bekerja
laki-laki dan
secara tidak
perempuan. Sepertitetap
halnyaatau ad hoc. Yang
keterwakilan bekerja
perempuan secara
sebagai tetap,
salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu.
misalnya, adalah pegawai negeri sipil yang bekerja di KPUUU No. 8 Tahun
2012atau
menegaskan setiapdipartai
yang bekerja politik
Bawaslu. peserta pemilu
Sedangkan yang harus
bekerjamemenuhi
secara
30% tidak
keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan,
tetap atau ad hoc, misalnya, adalah Ketua dan Anggota mengingat
praktik selama ini, pihak yang
Panitia Pengawas duduk
Pemilu baik di parlemen
(Panwaslu) maupun
di tingkat pemerintah
kabupaten/
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
kota atau pun petugas pengawas di tingkat operasional di
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
lapangan dan panitia pemungutan suara dan para petugas
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
pelaksana operasional KPU di lapangan sampai ke tingkat
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Panitia Pemungutan Suara (TPS). Menurut Undang-Undang,
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
semua itu termasuk ke dalam pengertian penyelenggara
2009.”
pemilihan umum. Hanya saja, khusus bagi pegawai negeri
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
sipil -- sebagai bagian dari penyelenggara pemilu – selain
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
tunduk kepada
Akuntabilitas ketentuan
Pengelolaan UU Pemilu,menguraikan
Dana Kampanye, dalam kaitan dengan
bahwa dana
penegakan kode etika diatur dan harus tunduk pula
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Danakepada
ketentuan
kampanye Undang-Undang
diperlukan Kepegawaian.
oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

122
vi
Putusan DKPP bersifat final dan mengikat. Final artinya tidak
tersedia lagi upaya hukum lain atau upaya hukum yang lebih
lanjut sesudah berlakunya putusan DKPP sejak ditetapkan dan
diucapkan dalam sidang pleno terbuka DKPP terbuka untuk
umum. Mengikat artinya putusan itu langsung mengikat dan
bersifat memaksa sehingga semua lembaga penyelenggara
kekuasaan negara dan termasuk badan-badan peradilan terikat
dan wajib melaksanakan putusan DKPP itu sebagaimana
mestinya. Pelaksanaan atau eksekusi putusan DKPP itu wajib
ditindak-lanjuti sebagaimana mestinya oleh KPU, Bawaslu, atau
pun oleh Pemerintah dan lembaga-lembaga yang terkait.
Secara normatif dan formal, putusan DKPP tidak berkaitan
dengan proses tahapan pemilihan umum. Sebabnya ialah,
objectum litis perkara di DKPP hanya berkaitan dengan isu
persona aparat penyelenggara pemilihan umum, maka dengan
sendirinya putusan DKPP pun tidak mengandung akibat hukum
terhadap proses atau tahapan pemilihan umum. Objek perkara
di DKPP juga tidak tergantung kepada ‘tempus delicti’ atau saat
kapan suatu perbuatan melanggar kode etik. 13
Rekomendasi
1. Karena dukungan Sekretariat terhadap Kebijakan
Komisioner menjadi penting di dalam penyelenggaraan
pemilu, penguatan kelembagaan KPU perlu dilakukan dengan
memperjelas hubungan komisioner dengan staf sekretariat. Perlu
ada ketentuan dalam Undang-Undang yang mengatur bahwa
pada forum rapat pleno diharuskan kehadiran staf sekretariat
yang punya hak bicara tetapi tidak punya hak suara dalam
mengambil keputusan.

13  Jimly Asshidiqie, “Pengenalan DKPP untuk Penegak Hukum”, disampaikan dalam
forum Rapat Pimpinan Kepolisian Republik Indonesia di Jakarta, Februari 2013.
123
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan
KPUsuatu
harusupaya untuk menyelamatkan
mempunyai kebijakan
perencanaan, publik yangdan
rekrutmen, akan
dibuat oleh politisi
sistem karier dan pemerintah
pegawai yang yang terpilih untuk
memenuhi memerintah.
persyaratan khusus
Pandangan Hamdan tersebut
seperti memiliki berkaitan di
pengetahuan dengan apa yang
bidang disampaikan
kepemiluan,
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus
pemerintahan, manajemen keuangan, manajemen SDM, Politisasi Anggaran
dan
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political
manajemen asset. Di samping itu, SDM pegawai KPU juga budget cycles
sudah menjadi
memiliki fenomena
reputasi danuniversal didukung
rekam jejak dengan
yang baik, berbagai
serta studi
memiliki
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
kredibilitas, integritas, dan kepemimpinan yang baik.
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
2. Undang-undang pemilu harus mengatur ukuran,
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
dalamkomposisi, dan masa kerja
praktek penganggaran anggotayang
di Indonesia lembaga penyelenggara
berkaitan dengan siklus
pemilu. Juga mengatur hubungan antara
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan lembagasaat
ini, penyelenggara pemilutidak
yang menjadi perhatian pusat dan
hanya lembaga-lembaga
political pemilu
budget cycles, melainkan
tingkat
political yang lebih
corruption cycle rendah, serta
atau siklus hubungan
korupsi antara
politik pada semua
tahun-tahun
lembaga
Pemilu pemilu
yang telah dengan
meningkat lembaga
dengan eksekutif. Undang-undang
ekstrim.
harus membuat
Masyarakat tidak sajaketentuan tentang
dapat ditafsirkan mekanisme
sebagai satu kesatuan,untuk
tetapi
jugamemproses,
perlu dibatasimemutuskan, dan menangani
mengingat perbedaan keluhan
hakikat antara dalam
laki-laki dan
pemilu secara
perempuan. Sepertitepat waktu.
halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
3. Dalam penyelenggaraan pemilu perlu dibangun
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
pemahaman dan komitmen yang sama di antara KPU dan
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
Bawaslu sebagai mitra penyelenggara pemilu. Membangun
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
akanpemahaman bersama
berdampak negatif terhadapadalah mengurangi
mandeknya perselisihan
aspirasi perempuan dalam
atau perbedaan pendapat antar sesama penyelenggara
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
pemilu, dalam
Paramastuti terutama di tingkat
tulisannya bawah. Tanpa
yang berjudul: adanya
“Perempuan dan sinergi
Korupsi:
yang kuat
Pengalaman antara KPU
Perempuan dan Bawaslu,
Menghadapi Korupsi proses pemilu DPR
dalam Pemilu tidakRI
akan berjalan dengan baik, terutama dalam menjalankan
2009.”
prosesberhubungan
Masih penyelenggaraan pemilu.
dengan tema Upaya untuk
akuntabilitas keuangan membangun
politik, Didik
persamaan
Supriyanto dan Liapemahaman
Wulandari dalamtersebut antara Transparansi
tulisan berjudul lain dengan dan
dilakukannya
Akuntabilitas kegiatan
Pengelolaan Danabimbingan
Kampanye,teknis yang dipadukan
menguraikan bahwa dana
antara adalah
kampanye KPU, Bawaslu
salah satudan
halDKPP.
penting Adanya sinergipemilu.
dalam proses di antara
Dana
kampanye
sesamadiperlukan
lembaga oleh partai politikpemilu
penyelenggara dan kandidatnya
diperlukan untuk dapat
karena
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik,
seringkali partai politik menggunakan lembaga penyelenggara kandidat/calon
legislatif tidak menghancurkan
lain untuk akan dapat bekerja secara penyelenggara
lembaga maksimal dalampemilu.
kampanye

124
vi
125
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan

MENARIK KERAH
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
KETERWAKILAN
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi

budgetPEREMPUAN
empiris di berbagai Negara. Berbagai 1
variabel yang mempengaruhi politcal
cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
USEP HASAN SADIKIN
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Abstrak
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
Pemilu
Masyarakat tidakserentak (concurrent
saja dapat ditafsirkan elections)
sebagai berdasar
satu kesatuan, tetapi
pengalaman negara-negara Amerika Selatan merupakan
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
solusiSeperti
perempuan. menghindari pemerintahan
halnya keterwakilan terbelah
perempuan presidensial
sebagai salah satu
multipartai.
syarat verifikasi faktualEfek
untuk menarik kerah
menjadi peserta (coattail
pemilu. UU No. effeck)
8 Tahun
menghasilkan
2012 menegaskan setiappartai
partai atau
politikkoalisi
peserta pengusung
pemilu harus presiden
memenuhi
30% keterwakilan perempuan.
terpilih menjadi Kondisi ini
mayoritas dipatut diperjuangkan,
parlemen. Pemilumengingat
untuk
praktikmemilih
selama ini, pihak yang duduk
pemerintahan baikbaik di parlemen
dan maupun terhadap
berkepentingan pemerintah
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan,
rakyat menjadi tujuan yang lebih konkret bisa dicapai. hal ini
akan berdampak
Tapi pemilu negatif terhadap
serentak mandeknya
selain menarik aspirasi
kerahperempuan dalam
partai/koalisi
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
partai menjadi mayoritas di parlemen juga harus menarik
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
kerah keterwakilan perempuan. Jika pemahaman pemilu
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
serentak dan pemilihan sistem pemilu tak tepat dipilih,
2009.”
pemilu serentak menjadi kompleksitas semata dan kembali
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
mengabaikan kepentingan perempuan yang berjumlah
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
setengah dari total warga negara.
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
1  Editor rumahpemilu.org. Tulisan adalah pandangan pribadi dan tidak
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
mencerminkan pandangan lembaga
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

126
vi
Kata kunci: Pemilu serentak, keterwakilan perempuan,
efek menarik kerah
PENGANTAR
Pemilu 2019 yang memilih presiden-wakil presiden
secara bersamaan dengan memilih anggota (partai)
parlemen merupakan pemilu serentak nasional pertama
Indonesia. Pemilu serentak (concurrent elections)
bertujuan untuk menciptakan hasil pemilu berupa
pemimpin eksekutif yang didukung partai atau koalisi
mayoritas di parlemen. Tujuan yang tertera dalam Putusan
Mahkamah Konstitusi Nomor 39 ini merupakan bentuk
konkret dari penguatan presidensial. Sejak 2004, pemilu
Indonesia menghasilkan pemerintahan terbelah, sehingga
posisi presiden lemah akibat tak didukung partai mayoritas
di parlemen.
Penerapan pemilu presiden langsung bagi negara
berkonteks multipartai seperti Indonesia sebetulnya sudah
diingatkan Scott Mainwaring sejak 1980-an. Menurutnya,
sistem pemerintahan presidensial (berpemilu presiden
langsung) tidak akan cocok dengan sistem multipartai. Jika
kita merujuk pada sejumlah indeks negara-negara dalam
demokrasi 2, transparansi3, hak asasi manusia (HAM) 4,
keramahan terhadap keragaman 5, kita berkesimpulan,
peringkat negara-negara antar indeks relatif mirip. Bila
kita kaitkan dengan sistem politik, didapat temuan,

2  Freedomhouse.org dan democracyranking.org


3 Transparency.org
4  Freedomhouse.org dan ohchr.org
5 Ilga-europe.org

127
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat negara
oleh politisi dan pemerintah
dengan yang terpilih untuk
sistem pemerintahan memerintah.
presidensial, sistem
Pandangan Hamdan
kepartaian tersebut berkaitan
multipartai esktrim,dengan apasistem
serta yang disampaikan
pemilu
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus
proporsional berkursi banyak tidak mendapatkanPolitisasi Anggaran
pada Tahun Pemilu.”
peringkat indeksYuna menjelaskan
yang baik.6 bahwa Political budget cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
Pengalaman pemilu serentak sejumlah negara di
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
Amerika Latin bisa menghindari “kutukan” sistem
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregatpresidensial
maupun secaramultipartai. Ternyata, jika
spesifik pada tahun-tahun Pemilu, surat suara
terkonfirmasi
dalam pemilu presiden dandipemilu
praktek penganggaran parlemen
Indonesia ditawarkan
yang berkaitan denganpada
siklus
pemilih di waktu bersamaan, pemilih cenderung memilih
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
partai
ini, yang yang
menjadi mengusung
perhatian calon
tidak hanya presiden
political budgetpilihan
cycles, pemilih.
melainkan
Artinya
political elektabilitas
corruption calonkorupsi
cycle atau siklus presiden
politik akan otomatis
pada tahun-tahun
Pemilumenarik
yang telahelektabilitas partai
meningkat dengan dan menjadi lebih optimal
ekstrim.
kesesuaian
Masyarakat tidakelektabilitasnya jika pemilihannya
saja dapat ditafsirkan bersamaan.
sebagai satu kesatuan, tetapi
Konkretnya,
juga perlu jika Pemilu
dibatasi mengingat Presidenhakikat
perbedaan dan Pemilu
antaraPartai 2014
laki-laki dan
lalu diserentakan,
perempuan. Seperti halnya persentase
keterwakilanperolehan
perempuansuara PDIP
sebagai akan
salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu.
sangat lebih dekat dengan persentase perolehan suara UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan
Jokowi-JK setiap
sehinggapartai politik peserta
pemerintahan pemilu bisa
terbelah harusdihindari.
memenuhi
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
Lalu, bagaimana upaya penguatan presidensial
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
Indonesia sejalan dengan peningkatan keterwakilan
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
perempuan di parlemen? Jika mengevaluasi hasil
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
Pemilu DPR dan DPRD (Pileg) 2014, kita menemukan
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
kekhawatiran
Paramastuti prospekyang
dalam tulisannya keterwakilan politik perempuan.
berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Kebijakan
Pengalaman afirmasi
Perempuan perempuan
Menghadapi dalam
Korupsi dalamsistem
Pemilu pemilu
DPR RI
2009.”selama ini justru melemahkan perempuan berpolitik.
Kemundurandengan
Masih berhubungan kuantitas hasil Pileg
tema akuntabilitas 2014politik,
keuangan berupa
Didik
berkurangnya
Supriyanto perolehan
dan Lia Wulandari dalamkursi
tulisanoleh calegTransparansi
berjudul perempuan. dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah
6  Eric salah
C.C. Chang andsatu hal
Miriam penting
A. Golden, dalamSystems,
Electoral prosesDistrict
pemilu. Dana
Magnitude and Corruption, British Journal of Political Science, 2005, page 34-
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
35.
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

128
vi
Meskipun Undang-Undang No. 8 tahun 2012 tentang Pileg
2014 dan sejumlah Peraturan Komisi Pemilihan Umum
(PKPU) lebih membuka pencalonan perempuan sehingga
meningkat, perempuan hanya memperoleh 96 kursi dari
560 kursi di DPR RI. Berkurang 1 persen dari hasil Pileg
2009, 102 kursi.
Dalam kualitas pun hasil Pileg 2014, perempuan yang
terpilih pun tak menggembirakan. Perempuan terpilih
merupakan perpanjangan kuasa patriarki. Lebih banyak
dari mereka merupakan istri dari petahana eksekutif di
daerah, istri petahana legislator, atau istri dari elite partai.
Jika bukan dari kalangan itu, yang terpilih lebih karena
tingkat popularitasnya sebagai pesohor (artis misalnya).
Pekerjaan rumah membenahi kuantitas dan kualitas
keterwakilan perempuan ini bertambah kompleks
di konteks Pemilu Serentak 2019. Karakter pemilu
serentak adalah menempatkan calon presiden sebagai
objek sorot pesta demokrasi. Keterwakilan perempuan
yang kerap terpinggirkan di pemilu-pemilu sebelumnya
berkemungkinan semakin terpinggirkan. Jika efek
menarik kerah parlemen tak optimal dan tak menarik
kerah keterwakilan perempuan, pemilu serentak sebatas
menambah kompleksitas pemilu parlemen dengan
pemilu presiden. Pemerintahan terbelah yang masih
dihasilkan, bukan hanya tak melibatkan perempuan secara
proporsional jumlah di pemerintahan tapi juga kebijakan
yang dihasilkan cenderung tak berpihak kepada rakyat,
termasuk 50%-nya yaitu perempuan.

129
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
LANDASAN TEORI
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
Pemilu serentak
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
Pemilufenomena
sudah menjadi serentak (concurrent
universal election)
didukung dengan adalah
berbagai studi
empirispenggabungkan
di berbagai Negara.pemilu
Berbagaieksekutif danmempengaruhi
variabel yang pemilu legislatif
politcal
budgetdalam satu tahapan
cycles seperti perubahanpenyelenggaraan
pola pada struktur khususnya
anggaran baiktahapsecara
agregatpemungutan
maupun secarasuara.
spesifikTujuannya bukanPemilu,
pada tahun-tahun semataterkonfirmasi
efisiensi
dalam anggaran,
praktek penganggaran
melainkandiuntukIndonesia yang berkaitan
menciptakan dengan siklus
pemerintahan
Pemilukongruen
2009 ataupun menjelang
atau Pemilu 2014.
menghindari Melihat perkembangan
pemerintahan saat
terbelah
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget
(divided government) yang berwujud jumlah kursi cycles, melainkan
political corruptionparlemen
mayoritas cycle atau bukan
siklus korupsi
dimilikipolitik
partaipada tahun-tahun
atau koalisi
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
partai yang mengusung presiden terpilih. 7

Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi


Pemilu serentak merupakan jawaban masalah laten
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
negara presidensial yang menganut sistem PR dan
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
sistem kepartaian multipartai. Scott Mainwaring, dalam
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
Presidentialism, Multiparty System, and Democracy: The
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
Difficult Equation,
30% keterwakilan perempuan.yang
Kondisidiluncurkan Septembermengingat
ini patut diperjuangkan, 1990,
praktikmenilai
selama ini,kombinasi presidensial-multipartai
pihak yang duduk baik di parlemen maupun berbahaya
pemerintah
bagididuduki
mayoritas stabilitas
oleh demokrasi. Ilmuwan
laki-laki. Apabila politik dari hal
tidak diperjuangkan, dariini
Universitynegatif
akan berdampak of Notre Damemandeknya
terhadap ini merujuk bukti hasil
aspirasi penelitian
perempuan dalam
hukumdi semua
dan negara penganut
pemerintahan. Dan kondisipresidensial-multipartai, sejak
tersebut telah ditulis oleh Nindita
1930 dalam
Paramastuti hinggatulisannya
1990. Mainwaring
yang berjudul:menegaskan,
“Perempuan salah satu
dan Korupsi:
Pengalaman
konsekuensi terpisahnya pemilihan eksekutif dan legislatifRI
Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR
2009.”adalah presiden terpilih bisa berasal dari partai peraih
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah
7  Didik salahKhoirunnisa
Supriyanto, satu hal Nur
penting dalam
Agustyati, proses
August Mellaz, pemilu. Dana
Manata Ulang
Jadwal Pilkada Menuju Pemilu Nasional dan Daerah, Perludem, Jakarta 2013,
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
halaman 27.
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

130
vi
suara kecil di parlemen. 8
Namun, sebuah jalan keluar kemudian mencuat ke
permukaan. Hanya empat tahun setelah Mainwaring
meluncurkan tesisnya, sebuah preseden baru terjadi
di Brasil. Negara bola ini, membuktikan bahwa
presidensialisme dengan multipartai dan sistem pemilu
PR—seperti halnya di Indonesia—ternyata bisa stabil.
Caranya, dengan melakukan pemilu serentak.
Keunikan dari pemilu serentak adalah lebih optimal
bekerjanya efek menarik kerah (coattail effect) yaitu hasil
pemilu presiden menjadi kongruen dengan hasil pemilu
legislatif. Jika pemilih disodorkan surat suara pemilu
presiden dan pemilu DPR bersamaan, pilhan partai
cenderung seiring dengan pilihan presiden. Hasilnya,
Brasil keluar dari kutukan divided government atau
minority government.9

Keterwakilan perempuan
Viera dan Runciman dalam “Representation” (2008)
mengkonsepsikan tiga macam representasi. Pertama,
pictorial representation yang mengkonsepsikan
keterwakilan pihak yang dipilih untuk mewakili harus
menyerupai yang diwakilinya. Berdasarkan kesamaan
ini maka para wakil dapat bertindak atas nama mereka
yang diwakilinya. Kedua, theatrical representation yang
menkonsepsikan wakil yang terpilih harus menafsirkan,

8  Scott Mainwaring, Presisentialism, Multiparty Systems, And Democracy:


The Difficult Equation, Kellogg Institute, 1990: 4.
9  Harun Husein, Pemilu Indonesia, Perludem, Jakarta, 2014: 527.

131
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat berbicara
oleh politisi dan
dan pemerintah
bertindak yang terpilih
untuk pihakuntuk memerintah.
yang diwakilinya.
Pandangan
DenganHamdan
cara initersebut
wakil berkaitan dengan apa
menghidupkan yangyang disampaikan
diwakilinya.
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
Ketiga, juridical representation yang mengkonsepsikan Anggaran
pada Tahun
wakil Pemilu.” Yuna menjelaskan
yang terpilih bahwa Political
harus bertinda budget yang
atas nama cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
diwakilinya, dengan persetujuan dan/atau demi
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
kepentingan mereka. 10
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
Representasi
agregat maupun perempuan
secara spesifik di pemilu
pada tahun-tahun berarti
Pemilu, juga
terkonfirmasi
dalam mengintegrasikan
praktek penganggaranperempuan
di Indonesia yang bermakna
yang berkaitan denganbanyak
siklus
di arena politik. Kita harus membicarakan
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat tentang
identitas
ini, yang yang tak tidak
menjadi perhatian tunggal.
hanyaKonsep
political perempuan
budget cycles,menurut
melainkan
feminisme
political corruptionyang
cyclemencakup
atau siklus publik
korupsidan privat
politik padaseharusnya
tahun-tahun
Pemilubisa mengedepankan
yang telah meningkat dengan nilai-nilai
ekstrim. kebajikan yang lebih
mendorong
Masyarakat tidakkerja
saja sama, negosiasi, dan
dapat ditafsirkan lobisatu
sebagai dalam hubungan
kesatuan, tetapi
yangdibatasi
juga perlu lebih egaliter. Gerakan
mengingat politikhakikat
perbedaan perempuan
antaraseharusnya
laki-laki dan
merupakan
perempuan. Seperti gerakan politik yangperempuan
halnya keterwakilan memberdaya, bersama.
sebagai salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu.
Representasi perempuan bukan hanya deskriptif UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
(numbers). Numbers penting sebagai pintu masuk
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
untuk menerobos peminggiran perempuan. Lebih dari
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
ini, representasi perempuan bermakna juga substantif
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
memajukan kelompok yang marjinal dan mampu
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
mengartikulasikan kepentingan perempuan (women
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
interest/gender
Paramastuti interest).
dalam tulisannya
11
yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.” Sistem pemilu dan keterwakilan
perempuan
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
SupriyantoSistem
dan Liapemilu
Wulandari DPR dantulisan
dalam DPRD Indonesia
berjudul merujuk
Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
10  Nuri Suseno, Politik Representasi, Puskapol UI, Depok 2014: 34-35;
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
11  Ani W Soetjpto, Politik Harapan, Marjin Kiri, Jakarta 2011;
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

132
vi
The International Institute for Democracy and Electoral
Assistance (International IDEA) masuk kategori sistem
pemilu proporsional atau proportional repretentative (PR).
Sistem yang pada dasarnya memilih logo partai pada surat
suara ini merupakan sistem yang menekankan hubungan
rakyat dengan kelembagaan partai. Satu daerah pemilihan
(dapil/distrik) terdapat lebih dari satu kursi, biasanya
lebih dari 3 kursi.
Sistem PR biasa dihadapkan dengan sistem plurality/
majority (P/M). Sistem yang pada dasarnya memilih calon
ini menekankan hubungan rakyat dengan personal dewan
terpilih. Setiap daerah pemilihan dari sistem ini hanya
ada satu kursi yang diperebutkan banyak calon dari partai
dan nonpartai. Amerika Serikat jadi rujukan pembanding
penerapan sistem pemilu P/M yang biasa disebut secara
slengean dengan istilah sistem distrik.
Pada umumnya kalangan ahli ilmu politik sepakat,
berdasar derajat keterwakilan keragaman, sistem pemilu
PR dianggap lebih adil dibandingkan sistem P/M.
Alasannya, kursi yang diperoleh dari sistem PR sepadan
dengan jumlah suara yang diperoleh di pemilu. Misal, jika
partai A mendapatkan suara 60 persen di pemilu, maka
kursi yang diperoleh merupakan 60 persen kursi dari
total kursi yang ada. Berkursi banyak dan proporsional
membuat sistem PR pun lebih mengakomodir kelompok
minoritas dan marjinal, termasuk perempuan.
Menurut Richard E. Matland, berdasarkan logika
matematika yang didukung data hasil pemilu banyak
negara, dapat disimpulkan bahwa sistem pemilu PR

133
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat paling
oleh politisi dan pemerintah
banyak yang terpilih
meningkatkan untuk perempuan
jumlah memerintah. di
Pandangan Hamdan
parlemen. Namun tersebut berkaitan sistem
penggunaan dengan apa
PR yang disampaikan
tak sendirinya
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
menghasilkan perempuan di parlemen lebih banyak. Anggaran
pada Tahun
SemuaPemilu.” Yuna menjelaskan
masih tergantung bahwa Political
pengoperasian budget
sejumlah cycles
variabel
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
sistem pemilu.12

empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal


Variabel teknis pemilu bisa dibedakan atas variabel
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregatteknis
maupun pemilu
secaratidak langsung
spesifik dan variabel
pada tahun-tahun teknisterkonfirmasi
Pemilu, langsung.
dalam Terdapat dua variabel
praktek penganggaran teknis yang
di Indonesia pemilu tidak dengan
berkaitan langsung,
siklus
yaitu pembatasan partai politik peserta pemilu (electoral
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
threshold)
ini, yang dan pembatasan
menjadi perhatian parpol
tidak hanya political masuk
budget parlemen
cycles, melainkan
(parliamentary
political corruption cycle threshold).
atau siklusSedang variabel
korupsi politik teknis langsung
pada tahun-tahun
Pemilumeliputi: (1) penetapan
yang telah meningkat dengandaerah
ekstrim.pemilihan, (2) metode
pencalonan,
Masyarakat (3) dapat
tidak saja metode pemberian
ditafsirkan suara,
sebagai (4) formula
satu kesatuan, tetapi
perolehan
juga perlu dibatasikursi, dan (5)perbedaan
mengingat formula penetapan calon
hakikat antara terpilih.
laki-laki dan
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
Afirmasi
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
Afirmasi (affirmative action) didefinisikan sebagai
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
langkah strategis untuk mengupayakan kemajuan dalam
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
hal kesetaraan dan kesempatan bagi kelompok-kelompok
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
tertentu seperti kaum perempuan atau kelompok minoritas
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
hukumlain
dan yang kurang terwakili
pemerintahan. Dan kondisidalam posisi-posisi
tersebut telah ditulisstrategis di
oleh Nindita
masyarakat.
Paramastuti Kesetaraan
dalam tulisannya danberjudul:
yang kesempatan ini secara
“Perempuan daneksplisit
Korupsi:
mempertimbangkan
Pengalaman karakterKorupsi
Perempuan Menghadapi khusus dalam
jenis kelamin
Pemilu DPR yangRI
2009.”selama ini menjadi dasar terjadinya diskriminasi. 13

Afirmasi menempatkan
Masih berhubungan beban rekrutmen
dengan tema akuntabilitas keuangan tak hanya
politik, Didik
pada perempuan secara individu melainkan pada
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye12  Richard
adalahE. salah
Matland, Enhancing
satu Women’s dalam
hal penting Political Participation:
proses pemilu. Legislative
Dana
Recruitment and Electoral Systems, IDEA 2005: 107
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
13  Ani W Soetjipto, Perempuan di Tengah Gerhana Bulan 2005: 179.
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

134
vi
pengontrol rekrutmen. Afirmasi meminta suatu jumlah
tertentu atau persentase dari anggota suatu badan, apakah
itu di daftar kandidiat, struktur pengurus partai, lembaga/
panitia penyelenggara, pimpinan lembaga penyelenggara,
panitia seleksi, atau parlemen.
Sekilas penjelasan afirmasi itu seperti mengistimewakan
perempuan. Tapi jika kita merujuk pada keadaan partisipasi
yang terkait dengan kultur dan kebijakan dalam kehidupan
bernegara dan bermasyarakat, afirmasi merupakan
pengkreasian kondisi netral gender dari yang sebelumnya
timpang. Afirmasi perempuan berfungsi mengkoreksi
relasi gender dalam prosedur atau kelembagaan.

PEMBAHASAN
Pemerintahan hasil Pemilu 2014 merupakan
pemerintahan terburuk dalam aspek relasi antara eksekutif
dan legislatif. Joko Widodo dan Jusuf Kalla sebagai presiden
dan wakil presiden yang dipilih langsung oleh rakyat tak
didukung partai dan koalisi partai mayoritas di parlemen.
PDI Perjuangan hanya meraih 19,46% kursi parlemen (109
dari 560 kursi). Sedangkan Koalisi Indonesia Hebat total
hanya 37,14% kursi parlemen (208 kursi yang terdiri dari
109 PDIP, 47 PKB, 36 NasDem, 16 Hanura). Persentase kecil
dukungan terhadap pemerintah ini ada dalam fragmentasi
9 partai dari total 10 partai di parlemen. Ini merupakan
angka indeks Effective Number of Parliamentary Parties
(ENPP) tertinggi selama pemerintahan Indonesia berdiri.
Dalam penyusunan kabinet pemerintahan, KIH baru
mendapat dukungan partai dari Koalisi Merah Putih.

135
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat PAN
oleh politisi
dengan dan49
pemerintah yang terpilihdengan
kursi bergabung untuk memerintah.
KIH padalah
Pandangan Hamdan
merupakan tersebut
partai berkaitan
calon wakil dengan apa yang
presiden, disampaikan
Hatta Rajasa
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
dari pasangan calon Prabowo-Hatta. PPP dengan konflik Anggaran
pada Tahun Pemilu.” Yuna
kepengurusan ganda menjelaskan
ikut bergabung Political
bahwa ke budget cycles
KIH menambah
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
39 kursi. 296 kursi atau 52,85% kursi parlemen memang
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
menjadi mayoritas. Tapi tambahan kursi dua partai
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
terakhir bercita rasa KMP dan tak solid.
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
Hasilnya,
dalam praktek hingga dua
penganggaran tahun pemerintahan
di Indonesia Jokowi-JK
yang berkaitan dengan siklus
memimpin, baru 3 undang-undang dihasilkan.
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saatMalah,
Undang-undang
ini, yang menjadi perhatianNo.1 Tahun
tidak hanya 2015 tentang
political budgetPilkada berasal
cycles, melainkan
dari
political Peraturan
corruption cyclePemerintah Pengganti
atau siklus korupsi politikUndang-undang
pada tahun-tahun
Pemilu(Perppu) No.1 Tahun
yang telah meningkat 2014,
dengan merupakan warisan dari
ekstrim.
Pemerintahan
Masyarakat tidak sajaSBY-Boediono. Pemerintahan
dapat ditafsirkan sebagai Jokowi-
satu kesatuan, tetapi
JK menjadi
juga perlu pemerintahan
dibatasi mengingat paling
perbedaan tak antara
hakikat produktif sejak
laki-laki dan
Reformasi.
perempuan. SepertiVisi-Misi Nawa Cita perempuan
halnya keterwakilan menjadi Nawa Cita
sebagai Citata
salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu.
karena bertepuk sebelah tangan oleh DPR yang gaduh. UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan
“Sakitnya tuh setiap partaimenjadi
di sini!” politik peserta pemilu harus memenuhi
analogi.
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
Yang terjadi di pemerintahan nasional terjadi
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
juga di pemerintahan lokal. Dari tujuh provinsi yang
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
melangsungkan pilkada serentak 2015, keadaan parlemen
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
ketujuhnya yang dihasilkan dari Pemilu Legislatif 2014 juga
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
tak kondusif.
Paramastuti Fragmentasi
dalam tulisannya partai di “Perempuan
yang berjudul: parlemen daerah pun
dan Korupsi:
sangatPerempuan
Pengalaman tinggi. Artinya, kepalaKorupsi
Menghadapi daerah dalam
mau tak mau DPR
Pemilu harusRI
2009.”melalui delapan poros partai dalam membuat kebijakan
seperti
Masih peraturan
berhubungan daerah
dengan temadan APBD. Tak
akuntabilitas heranpolitik,
keuangan jika tidak
Didik
ada perubahan
Supriyanto signifikan
dan Lia Wulandari dari
dalam pemerintahan
tulisan terpilih hasil
berjudul Transparansi dan
pilkada.
Akuntabilitas Visi-misi kepala
Pengelolaan daerah yang
Dana Kampanye, dituangkan
menguraikan melalui
bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

136
vi
Perda dan APBD sangat mungkin ditolak DPRD. 14
Kepala daerah terpilih Pilkada 2015 menghadapi
DPRD Provinsi dengan rata-rata indeks ENPP 8.2. DPRD
Provinsi Bengkulu menempati peringkat pertama indeks
ENPP tertinggi sebesar 9,4. DPRD Provinsi Sumatera
Barat dikuasai sembilan partai. Provinsi Jambi sembilan
partai. Provinsi Sulawesi Tengah delapan partai. Provinsi
Kepulauan Riau tujuh partai. Provinsi Kalimantan Selatan
tujuh partai, dan Provinsi Sulawesi Utara enam partai.
Dibandingkan enam provinsi lainya, Provinsi Sulawesi
Utara menjadi satu-satunya provinsi dengan indeks ENPP
5.9 atau terdapat enam partai politik relevan di DPRD
Provinsi. Meski jumlah terbilang sedikit, dalam tipologi
sistem kepartaian, DPRD provinsi ini tetap termasuk
kedalam sistem multipartai ekstrem yang terfragmentasi
dan tentunya terpolarisasi. 15
Keadaan parlemen daerah yang tak kondusif itu pun
juga harus dihadapi perempuan kepala daerah. Indah
Dhamayanti Putri dan Dahlan akan memimpin Kabupaten
Bima dengan indeks ENPP 9.9. DPRD di Kabupaten
Bima terdiri atas 45 kursi. Proporsi kursi tersebut terbagi
pada partai Nasdem sebanyak 3 kursi, PKB 3 kursi, PKS
4 kursi, PDIP 3 kursi, Golkar 6 kursi, Gerindra 4 kursi,
Demokrat 5 kursi, PAN 7 kursi, PPP 4 kursi, Hanura 4
kursi, dan PBB 2 kursi. Indah Dhamayanti Putri mesti
berhadapan atau melobi 10 kekuatan atau hampir

14  Prospek Pemerintahan Hasil Pilkada 2015, Heroik M. Pratama dan


Maharddhika, Perludem, Jakarta 2015: 26.
15 Ibid.

137
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat seluruh
oleh politisi dan pemerintah
partai yang terpilih
yang memiliki kursi diuntuk
DPRD memerintah.
Bima untuk
Pandangan Hamdan
menggolkan tersebut berkaitan
kebijakannya. 16 dengan
Kondisi iniapa yang disampaikan
kurang lebih juga
Yuna Farhan
dihadapi perempuan kepala daerah lain, parlemen Anggaran
melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi daerah
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan
terklasifikasi multipartai ekstrem. bahwa Political budget cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
Keadaan terbelahnya pemerintahan nasional dan
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
lokal mengharuskan penerapan desaign pemilu serentak
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregatnasional dan pemilu
maupun secara spesifik serentak lokal secepatnya.
pada tahun-tahun Pemilu
Pemilu, terkonfirmasi
dalam serentak adalah penggabungan
praktek penganggaran pemilu
di Indonesia yang eksekutif
berkaitan dengan dan
siklus
pemilu legislatif dalam satu tahapan penyelenggaraan
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
khususnya
ini, yang tahap tidak
menjadi perhatian pemungutan suara.
hanya political Tujuannya
budget bukan
cycles, melainkan
semata
political efisiensi
corruption cycleanggaran,
atau siklusmelainkan untuk
korupsi politik menciptakan
pada tahun-tahun
Pemilupemerintahan kongruen
yang telah meningkat dengan atau menghindari pemerintahan
ekstrim.
terbelahtidak
Masyarakat (divided government)
saja dapat yang berwujud
ditafsirkan sebagai jumlah
satu kesatuan, tetapi
kursidibatasi
juga perlu mayoritas parlemen
mengingat bukan dimiliki
perbedaan hakikat partai
antaraatau koalisi
laki-laki dan
partaiSeperti
perempuan. yang mengusung presidenperempuan
halnya keterwakilan terpilih. sebagai salah satu
syarat verifikasi
Pemerintahan kongruen, yang pemilu.
faktual untuk menjadi peserta UU No.partai/
berbentuk 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
koalisi mayoritas parlemen kondusif mendukung eksekutif
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
diupayakan dengan teknis pemilu serentak. Jika pemilih
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
ditawarkan surat suara pemilu presiden dan pemilu
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
parlemen di waktu bersamaan, pemilih cenderung memilih
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
partai yang mengusung calon presiden pilihan pemilih.
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
ParamastutiDari pengertian
dalam serentak
tulisannya itu, pilkada
yang berjudul: serentakdan
“Perempuan bukanlah
Korupsi:
pemiluPerempuan
Pengalaman serentak. Menghadapi
Pilkada masuk dalam
Korupsi dalamdesaign
Pemilu pemilu
DPR RI
2009.”serentak lokal yang coba diupayakan pakar pemilu melalui
penyatuan/kodifikasi
Masih berhubungan dengan undang-undang
tema akuntabilitaskepemiluan. Pemilu
keuangan politik, Didik
serentak
Supriyanto dan Lia lokal adalah dalam
Wulandari pemilu yangberjudul
tulisan diselenggarakan
TransparansiKPUdan
untuk Pengelolaan
Akuntabilitas memilih kepala
Dana daerah
Kampanye, danmenguraikan
wakil kepala daerah
bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
16  Ibid: 57.
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

138
vi
(provinsi dan kabupaten/kota), anggota DPRD Provinsi,
serta anggota DPRD Kabupaten/Kota. Karena periode
kepala daerah dan DPRD saat ini belum sama, maka perlu
penyelenggaraan pilkada serentak transisi. Jika masa
jabatan kepala daerah semua tingkatan seluruh Indonesia
sudah sama dengan masa jabatan DPRD provinsi dan
kabupaten/kota, pemilihan kepala daerah dan anggota
parlemen daerah bisa bersamaan dalam desaign pemilu
serentak lokal.
Menyerentakan pemilu lokal ini juga menghasilkan
fase koreksi bagi pemerintahan presidensial. Kelebihan
sistem pemerintahan presidensial adalah periode jabatan
presiden yang pasti. Tapi periode yang pasti ini juga
menjadi kelemahan presidensial. Kalau kinerja presiden
buruk harus tunggu sampai jabatannya habis. Tak bisa
diturunkan, kecuali melanggar hukum. Pemilu serentak
lokal menjadi koreksi pemerintahan nasional di tengah
masa jabatan presiden. Jika tak memuaskan, presiden dan
partai pengusungnya bisa dihukum di pemilu serentak
lokal, dengan memilih calon dan partai lain di semua
tingkat daerah. Tapi jika kinerja presiden memuaskan,
pemilu serentak daerah akan memperkuat relasi pusat dan
daerah.
Menarik kerah keterwakilan perempuan
Meningkatkan keterwakilan perempuan di konteks
pemilu serentak selain harus terus menguatkan makna
dan tujuan keterwakilan perempuan tapi juga harus
memahami makna dan tujuan pemilu serentak. Sehingga
efek menarik kerah yang dioptimalkan dalam pemilu

139
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat serentak
oleh politisi
takdan pemerintah
hanya terjadiyang
padaterpilih untuk memerintah.
terciptanya parlemen yang
Pandangan Hamdan
kondusif tersebut
mendukung berkaitan
eksekutif dengan
tapi apa yang
juga bisa disampaikan
meningkatkan
Yuna Farhan melalui tulisannya
keterwakilan perempuan. “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
Pada dasarnya, desaign pemilu serentak merupakan
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
desaign yang tak ramah perempuan. Ragam sistem
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
pemilu termasuk sistem pemilu proporsional yang ramah
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregatperempuan diserentakan
maupun secara spesifik padadan dikondisikan
tahun-tahun dengan
Pemilu, sistem
terkonfirmasi
dalam pemilu pluralitas/mayoritas
praktek penganggaran jugayang
di Indonesia tidak ramahdengan
berkaitan terhadap
siklus
perempuan untuk memilih pemimpin eksekutif. Karakter
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
pemilu
ini, yang menjadiserentak
perhatian adalah menempatkan
tidak hanya political budgetcalon
cycles,presiden
melainkan
sebagai
political objekcycle
corruption sorotatau
pesta demokrasi.
siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Pemilu yang telah meningkat
Penting memulai dengan ekstrim.
dengan menyadari keterwakilan
Masyarakat
perempuan tidak saja dapat ditafsirkan
di konteks pemilusebagai satu kesatuan,
serentak mempunyai tetapi
juga perlu dibatasi mengingat
kompleksitas yang lebihperbedaan
tinggi hakikat antarapemilu
dari pada laki-lakitak
dan
perempuan. SepertiAgar
serentak. halnyaketerwakilan
keterwakilan perempuan
perempuansebagaiyangsalah satu
kerap
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu.
terpinggirkan di pemilu-pemilu sebelumnya tak UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
semakin terpinggirkan, rekayasa pemilu yang bertujuan
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
meningkatkan keterwakilan perempuan di parlemen harus
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
dibuat sesederhana mungkin.
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
Menambah
akan berdampak negatifkompleksitas keterwakilan
terhadap mandeknya perempuan
aspirasi perempuanpada
dalam
pencalonan sangat mungkin menjadi kontraproduktif.
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Dampaknya
Paramastuti bisa lebih buruk
dalam tulisannya dibanding
yang berjudul: Pemilu 2014.
“Perempuan danJangan
Korupsi:
mengulang
Pengalaman penerapan
Perempuan sistemKorupsi
Menghadapi pemiludalam
yang Pemilu
membiarkan
DPR RI
2009.”perempuan bertarung dengan lelaki dan perempuan
sekaligus.
Masih Jangan
berhubungan jugatema
dengan mengulang perempuan
akuntabilitas keuanganada dalam
politik, Didik
kontestasi
Supriyanto dan Liayang membutuhkan
Wulandari sumber
dalam tulisan dayaTransparansi
berjudul publik (uang, dan
popularitas,
Akuntabilitas dan mobilitas)
Pengelolaan yang tinggi.
Dana Kampanye, Di pemilubahwa
menguraikan serentak,dana
kampanye adalah salah
perempuan akansatu hal penting
semakin dalam prosesperhatiannya
dikesampingkan pemilu. Dana
kampanye diperlukan
karena oleh partai
bersamaan denganpolitik dan kandidatnya
pemilihan presiden,untuk
sehinggadapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

140
vi
solidaritas perempuan dalam pengoranisasian partai dan
lintas partai menjadi semakin dibutuhkan.
Selain itu, upaya meningkatkan keterwakilan di pemilu
selayaknya ditempatkan pada proses dan hasil pemilu.
Seberapa tingkat keterwakilan perempuan dalam proses
pencalonan dan penyelenggaraan jangan dipisahkan
dengan tingkat keterpilihan perempuan di tataran hasil
dari pemilu. Dalam tataran proses pemilu harus terbuka
dan memudahkan partisipasi perempuan untuk memilih,
mencalonkan, dan menyelenggarakan. Di tataran hasil
pemilu, keterwakilan perempuan dalam proses pun
harus terhubung dengan hasil keterpilihan perempuan.
Bagaimana pun keterwakilan perempuan di pemilu
bertujuan untuk mengkonversi suara menjadi kursi yang
ditempati perempuan yang diharapkan bisa menghasilkan
kebijakan yang meningkatkan kualitas hidup perempuan
sebagai warga sehingga tercipta kehidupan bernegara yang
setara dan adil.
Rekayasa sistem pemilu yang terkait dengan sistem
politik membuktikan pengaruh kuat gambaran keterwakilan
perempuan di proses dan hasil pemilu. Sistem pemilu
tertentu bisa meningkatkan keterwakilan perempuan
secara kuantitas tapi tidak secara kualitas. Sebaliknya,
ada pilihan sistem yang meningkatkan keterwakilan
perempuan secara kualitas meski secara kuantitas sedikit.
Ada sistem yang meningkatkan keterwakilan perempuan
pada pencalonan. Ada juga sistem yang meningkatkan
keterwakilan perempuan pada keterpilihan.
Jika mengevaluasi hasil Pemilu DPR dan DPRD

141
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat (Pileg)
oleh politisi
2014,dan kita
pemerintah yang terpilih
menemukan untuk memerintah.
kekhawatiran akademisi
Pandangan
gerakanHamdan tersebut
perempuan, Aniberkaitan dengan
Soetjipto dalamapa yang disampaikan
bukunya “Politik
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
Harapan”. Menurut Ani, kebijakan afirmasi perempuan Anggaran
di
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget
sistem pemilu proporsional terbuka bernomor urut justru cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
melemahkan perempuan berpolitik. Pusat Kajian Ilmu
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
Politik (Puskapol) UI menguatkannya, afirmasi perempuan
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
di Pileg 2014 malah lahirkan paradoks partisipasi.
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
Kemunduran
dalam praktek kuantitas
penganggaran hasil
di Indonesia yangPileg 2014
berkaitan berupa
dengan siklus
berkurangnya perolehan kursi oleh caleg perempuan.
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
Meskipun
ini, yang Undang-Undang
menjadi perhatian tidak hanyaNo. 8 tahun
political 2012cycles,
budget tentang Pileg
melainkan
2014
political dan sejumlah
corruption cycle atauPeraturan Komisi
siklus korupsi Pemilihan
politik Umum
pada tahun-tahun
Pemilu(PKPU) lebih
yang telah membuka
meningkat denganpencalonan
ekstrim. perempuan sehingga
meningkat,
Masyarakat tidakperempuan hanya memperoleh
saja dapat ditafsirkan sebagai satu 96 kursi dari
kesatuan, tetapi
560 dibatasi
juga perlu kursi di mengingat
DPR RI. Berkurang 1 persenantara
perbedaan hakikat dari hasil Pileg
laki-laki dan
2009,Seperti
perempuan. 102 kursi.
halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
syarat verifikasi faktual
Dalam kualitas untuk menjadi
pun peserta2014
hasil Pileg pemilu. UUperempuan
caleg No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
terpilih merupakan perempuan yang menjadi perpanjangan
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
kuasa patriarki. Lebih banyak dari mereka merupakan istri
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
dari petahana eksekutif di daerah, istri petahana legislator,
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
atau istri dari elite partai. Jika bukan dari kalangan itu,
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
yang terpilih lebih karena tingkat popularitasnya sebagai
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
pesohor
Paramastuti (artis
dalam misalnya).
tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Pengalaman Puskapol
Perempuan UI melalui
Menghadapipencermatan hasilPemilu
Korupsi dalam Pileg DPR
2014RI
2009.”menyimpulkan, berdasarkan profil dan basis keterpilihan
anggota
Masih legislatif
berhubungan DPRtema
dengan RI akuntabilitas
2014-2019, keuangan
sangat berpeluang
politik, Didik
kuatnya
Supriyanto dominasi
dan Lia fraksi
Wulandari terhadap
dalam otonomiTransparansi
tulisan berjudul anggota, tak dan
terkecuali
Akuntabilitas perempuan.
Pengelolaan Penyebab menguraikan
Dana Kampanye, utamanya, pola bahwabasis
dana
kampanye adalah salah
rekrutmen yang satu hal penting dalam
mengandalkan proses
kekuatan pemilu. dan
finansial Dana
kampanye diperlukan untuk
kekerabatan oleh partai politik dan elektabilitas.
mendukung kandidatnya untuk
Hal dapat
ini
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

142
vi
tergambar, 7 dari 77 anggota terpilih memiliki jaringan
kekerabatan termasuk dalam 10 besar peraih suara
tertinggi. 17
Aktivis perempuan, Lies Marcoes dalam “Perempuan
dan Langkah Afirmatif” (Kompas 21/4 2014) menjelaskan,
yang terjadi dalam mekanisme rekrutmen caleg di partai
cenderung bersifat instans dan diwarnai nepotisme. NPWP
(Nomor Piro Wani Piro) menjadi pengetahuan bersama
bakal caleg. Dalam keadaan ini, caleg perempuan hanyalah
kamuflase upaya perluasan oligarki.
Paradoks keterwakilan perempuan pun terjadi di
pemilu PR daftar calon di Brasil. Perempuan bisa hadir
dalam pencalonan pemilu tapi sebatas itu.18 Afirmasi
kuota pencalonan diatur minimal 30% dan maksimal
70%. Tapi keterpilihan perempuan di dewan partai Brasil
tak pernah melebihi 15% bahkan banyak kemajuan dalam
menghasilkan undang-undang bersemangat kesetaraan
untuk keadilan. 19

REKOMENDASI
Tujuan keterwakilan perempuan di pemilu semestinya
tidak memutus hasil pemilu dan jalannya pemerintahan
terpilih. Keterwakilan perempuan di pemilu bukan saja
soal jumlah perempuan yang dicalonkan/mencalonkan

17  Irwansyah dkk., Paradoks Representasi, Puskapol UI, 2014: .


18  Ana Alice Alcantara, Women and Politics: the Brazil Paradox, Open
Democracy, 2008;
19  Pedro de Abreu Gomes dos Santos, Gendering Representation: Parties,
Institutions, and The Under-Representation of Women in Brazil’s State
Legislatures, University of Kansas, 2012: 3;

143
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat tapi
oleh politisi
yang dan pemerintah
lebih pentingyang terpilih untuk
keterpilihan memerintah.pun
perempuan
Pandangan Hamdan
meningkat. tersebut
Selain berkaitan dengan
pencalonan apa yang disampaikan
dan keterpilihan, tujuan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus
terpentingnya adalah para perempuan dewan dan Politisasi Anggaran
pada Tahun Pemilu.” Yuna
pemerintahan menjelaskan
terpilih hasil pemilu Political
bahwa bisa budget cycles
menghasilkan
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
kebijakan yang berkesetaraan untuk keadilan.
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
Pemilu 1999 dan 2004, perempuan yang terpilih
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregatdimaupun
bawahsecara
10 persen
spesifikdari
padajumlah kursiPemilu,
tahun-tahun DPR. terkonfirmasi
Tapi, para
dalam perempuan yang terpilih
praktek penganggaran sedikityang
di Indonesia ini berkaitan
merepresentasikan
dengan siklus
serta terhubung gerakan perempuan. Sisi pengorganisasian
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
dan
ini, yang kewenangan
menjadi perhatianpartai yang lebih
tidak hanya kuat
political bisa cycles,
budget lebih dihadapi
melainkan
gerakan
political perempuan.
corruption cycle atauAktivis
siklus gerakan perempuan
korupsi politik pun mau
pada tahun-tahun
Pemilumasuk danmeningkat
yang telah terlibat berorganisasi
dengan ekstrim. di partai. Kualitas aktivis
gerakantidak
Masyarakat perempuan diditafsirkan
saja dapat partai mampu
sebagaimeyakinkan
satu kesatuan,partai
tetapi
dan dibatasi
juga perlu DPR dalam menghasilkan
mengingat perbedaan kebijakan yanglaki-laki
hakikat antara berpihakdan
pada Seperti
perempuan. kesetaraan
halnyauntuk keadilan.
keterwakilan Di antaranya
perempuan sebagai undang-
salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu.
undang KDRT, antitrafiking, pembelaan buruh migran, UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan
perlindungan setiap partai politikjuga
saksi/korban, peserta pemilu
status harus memenuhi
kewarganegaraan
30% keterwakilan
perempuan perempuan.
dan anak.Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
Bandingkan dengan Pemilu 2009 dan 2014.
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
Keterwakilan peremuan di DPR melalui sistem PR daftar
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
calon ini memang lebih dari 15 persen. Tapi, perempuan
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
terpilih
Paramastuti semakin
dalam banyak
tulisannya yangberlatarbelakang
berjudul: “Perempuanpatriarkis dan
dan Korupsi:
merepresentasikan
Pengalaman dinasti politik
Perempuan Menghadapi patriah.
Korupsi Selain
dalam itu, DPR
Pemilu upayaRI
2009.”kesetaraan untuk keadilan melalui kebijakan diganggu
parlemen
Masih yang dengan
berhubungan semakin gaduh.
tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
SupriyantoKeadaan DPR 2009dalam
dan Lia Wulandari dan 2014 jelas
tulisan merupakan
berjudul hal yang
Transparansi dan
ingin dihindari
Akuntabilitas Pengelolaandari hasil
Dana pemilu serentak.
Kampanye, Kompleksitas
menguraikan bahwa dana
kampanye adalah
sistem salah
pemilu satu calon
daftar hal penting dalam proses pemilu.
akan membingungkan Dana
pemilih
kampanyedan diperlukan oleh partai
mengaburkan disainpolitik
dan dan kandidatnya
tujuan pemilu untuk dapat
serentak.
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

144
vi
Pemilih lebih berkemungkinan memilih calon presiden
yang tak sesuai dengan pilihannya di pilihan pemilu
legislatif.
Jika disimulasikan dengan Pemilu 2014, pemilih
akan tetap banyak yang memilih Jokowi-JK tapi pilihan
partainya Gerindra karena daftar calon terbuka mendorong
pemilih memilih caleg, bukan partai. Jadi, meskipun
pada 2019 dan seterusnya pilpres dan pileg diserentakan,
prilaku pemilih berkecenderungan sama dengan Pemilu
2009/2014 yang tak serentak. Pemilu serentak tetap
menghasilkan pemerintahan terbelah.
Dari pengalaman keterwakilan perempuan di pemilu
Indonesia dan referensi buku keterwakilan perempuan
yang menyertakan studi banding pengalaman banyak
negara menyertakan konteks pemilu serentak, dihasilkan
rekomendasi peningkatan keterwakilan perempuan di
pemilu serentak adalah sebagai berikut:

Sistem pemilu proporsional


daftar partai
Sistem pemilu DPR dan DPRD tetap menggunakan sistem
pemilu proporsional representatif (PR). Dibandingkan
sistem pluralitas/mayoritas yang mendorong kompetisi
ketat dan terbuka-bebas, sistem PR dinilai para pakar
pemilu lebih memungkinkan perempuan terpilih. 20
Varian sistem PR yang dipilih adalah PR daftar partai—

20  Richard E. Matland, Enhancing Women’s Political Participation:


Legislative Recruitment and Electoral Systems, IDEA 2005: 101.

145
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat yang
oleh politisi
biasa dan pemerintah
disebut yang terpilih
daftar (calon) untukSistem
tertutup. memerintah.
ini mirip
Pandangan
denganHamdan
Pemilu tersebut berkaitan
1999. Surat dengan
suara hanyaapa yang disampaikan
berisikan logo
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
partai dan nomor urut. Tak ada daftar calon di surat suaraAnggaran
pada Tahun Pemilu.”
sehingga Yuna
pemilih menjelaskan
hanya partai.Political budget cycles
memilihbahwa
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
Tapi, bukan berarti tak menyertakan daftar calon di
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
surat suara, daftar calon tak perlu terbuka. Partai tetap
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregatharus
maupun membuka dan mempublikasikan
secara spesifik daftar terkonfirmasi
pada tahun-tahun Pemilu, calon. Ini
dalam menjadi syarat kepesertaan
praktek penganggaran pemilu
di Indonesia dan
yang diperuntukan
berkaitan dengan bagi
siklus
publik dalam tahap kampanye.
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
ini, yang menjadi
Sistemperhatian
pemilu tidak
PR hanya political
daftar calonbudget
yangcycles, melainkan
mendorong
political corruption cycle
persaingan antaratau siklus korupsi
individu calon politik
pada pada tahun-tahun
dasarnya tak
Pemilusesuai
yang telah meningkat dengan ekstrim.
dengan prinsip solidaritas perempuan. Akademisi
Masyarakat tidak saja
Ilmu Politik dapat ditafsirkan
Universitas sebagai
Indonesia satuIman
Nur kesatuan, tetapi
Subono
juga perlu dibatasi mengingat
menjelaskan, perbedaan
di kontestasi hakikat Pemilu
antar individu antara laki-laki
2009 dan dan
perempuan.
Pemilu Seperti
2014halnya keterwakilan
membutuhkan perempuan
modal sebagaiKeadaan
sangat besar. salah satu
syarat verifikasi
timpang gender di masyarakat yang meninggikan 8posisi
faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
lelaki membuat calon perempuan kalah bersaing dengan
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
calon lelaki. Nur menjelaskan, pada dasarnya, di kontestasi
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
antar individu Pemilu 2014 membutuhkan modal sangat
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
besar. Keadaan timpang gender di masyarakat yang
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
meninggikan posisi lelaki membuat calon perempuan
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
kalah dalam
Paramastuti bersaing denganyang
tulisannya calon perempuan.
berjudul:
21
“Perempuan dan Korupsi:
Pengalaman Direktur eksekutif
Perempuan Lembaga
Menghadapi Bantuan
Korupsi Hukum
dalam PemiluAsosiasi
DPR RI
2009.”Perempuan untuk Keadilan (LBH Apik), Ratna Batara Mukti
menyetujui
Masih berhubungan pendapat Nur.akuntabilitas
dengan tema Dalam sistem
keuanganproporsional
politik, Didik
terbuka
Supriyanto dan dukungan gerakan
Lia Wulandari dalamperempuan dalam
tulisan berjudul pencalonan
Transparansi dan
menjadi
Akuntabilitas terpecah. Dana
Pengelolaan Gerakan perempuan
Kampanye, yang seharusnya
menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
21 http://www.rumahpemilu.org/in/read/9684/Proporsional-Terbuka-
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
Mungkin-Tak-Cocok-dengan-Perempuan
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

146
vi
berprinsip dan membutuhkan solidaritas malah menjadi
saling bersaing antar individu perempuan. 22
Di pemilu serentak, perempuan akan semakin
dikesampingkan perhatiannya karena bersamaan dengan
pemilihan presiden, sehingga solidaritas perempuan dalam
pengoranisasian partai dan lintas partai menjadi semakin
dibutuhkan. Mengulang perempuan ada dalam sistem
pemilu PR daftar calon berarti membiarkan kontestasi yang
membutuhkan sumber daya publik (uang, popularitas, dan
mobilitas) tinggi yang juga berarti menambah kompleksitas
konteks pemilu serentak.
Besaran dapil 3-6 kursi, bukan threshold
Memperkecil besaran daerah pemilihan (dapil)
berpengaruh dalam peningkatan keterwakilan perempuan.
Makin sedikit kursi yang tersedia pada satu dapil akan
memperketat persaingan partai sehingga yang lebih
berkemungkinan mendapat kursi hanya partai-partai
besar. Semakin sedikit jumlah partai di parlemen, semakin
besar perolehan kursi diperuntukan perempuan. Partai
di parlemen semakin sedikit tapi setiap partai akan
memperoleh lebih dari satu kursi. 23Dengan menyertakan
zipper system murni pada proses keterpilihan, perempuan
biasanya akan memperoleh kursi kedua di masing-masing
partai.
Pada sistem PR daftar partai, pemilih hanya memilih
partai dan calon terpilih ditentukan berdasarkan nomor

22 Ibid
23  Ibid: 103.

147
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat urut.
oleh politisi
Semakindan pemerintah yang terpilih
kecil rentang untuksemakin
dapil dan memerintah.
sedikit
Pandangan
partai Hamdan
peserta tersebut
pemiluberkaitan dengan apa
memperoleh yang parlemen,
kursi disampaikan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus
semakin banyak kemungkinan partai mendapatkanPolitisasi Anggaran
dua
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget
kursi, dan bisa dipastikan yang mendapatkan kursi di cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
antaranya adalah perempuan.
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
Tentu saja rekomendasi pengecilan besaran dapil ini tak
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregatdisukai
maupunpartai-partai kecil.
secara spesifik padaDi keadaan ini
tahun-tahun baiknya
Pemilu, gerakan
terkonfirmasi
dalam perempuan tak larut
praktek penganggaran pada polarisasi
di Indonesia sentimen
yang berkaitan denganPartai
siklus
Besar VS Partai Kecil. Gerakan perempuan harus
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat lintas
dan
ini, yang melampaui
menjadi kepentingan
perhatian tidak hanya partai
politicaluntuk
budgetmengutamakan
cycles, melainkan
kepentingan
political kolektif
corruption cycle ataugerakan perempuan.
siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Pemilu yang telah meningkat
Besaran kursi 3-6dengan
tiapekstrim.
dapil akan dirasa signifikan
Masyarakat tidak saja dapat
meningkatkan ditafsirkan sebagai
keterwakilan satu kesatuan,
perempuan dibandingtetapi
juga perlu
3-12,dibatasi
3-10, mengingat
bahkan 3-8. perbedaan
Pada hakikat
daftar antara
calon,laki-laki
terdapat dan
perempuan. Sepertienam
maksimal halnya nama
keterwakilan
calonperempuan
(karena sebagai
rentangsalah satu
kursi
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU
dapil yang diupayakan adalah 3-6 kursi). Setiap partai No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
bisa menampilkan 3 sampai 6 nama di daftar calon
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
secara berseling, lelaki-perempuan dan seterusnya atau
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
perempuan-lelaki dan seterusnya.
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
Pengoptimalan
akan berdampak fungsimandeknya
negatif terhadap besaran aspirasi
dapil ini pun untuk
perempuan dalam
menjaga prinsip sistem proporsional dan opovov (one
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
person,
Paramastuti onetulisannya
dalam vote, oneyang
value). Richard
berjudul: E. Matland
“Perempuan dan (2005)
Korupsi:
dan Ramlan
Pengalaman Perempuan Surbakti, DidikKorupsi
Menghadapi Supriyanto, dan Hasyim
dalam Pemilu DPR RI
2009.”Asyari (2011) merekomendasikan parliamentary threshold
(PT)
Masih sebagai salah
berhubungan satu
dengan variabel
tema sistemkeuangan
akuntabilitas pemilu yang perlu
politik, Didik
digunakan
Supriyanto dan Liauntuk meningkatkan
Wulandari keterwakilan
dalam tulisan perempuan.
berjudul Transparansi dan
RamlanPengelolaan
Akuntabilitas dkk. merekomendasikan
Dana Kampanye,angka PT 2,5%.
menguraikan Richard
bahwa dana
kampanye adalah salahsemakin
menekankan, satu hal penting
tinggi dalam proses pemilu.
PT semakin mungkinDana
kampanye diperlukan oleh
meningkatkan partai politik
keterwakilan dan kandidatnya
perempuan. Tapi untuk dapat
sejatinya,
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

148
vi
rekomendasi menyertakan PT apalagi meningkatkannya
merupakan hal yang bertolak belakang dengan prinsip
sistem pemilu proporsional dan opovov.

Nomor urut dan zipper system


murni
Zipper system pencalonan selama ini (melalui sistem
pemilu PR daftar calon) hanya signifikan meningkatkan
keterwakilan perempuan dalam tahap pencalonan. Dalam
tahap keterpilihan, zipper system pencalonan ini tak
berkecenderungan meningkatkan jumlah perempuan.
Peningkatan keterwakilan dalam pencalonan di Pemilu
2014 malah berbanding terbalik dengan keterpilihannya.
Hampir semua calon perempuan terpilih di DPR, DPRD
Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota memiliki nomor urut
kecil: 1, 2, atau 3. Itu artinya, dalam sistem proporsional
daftar calon terbuka pun, nomor urut masih berperan
penting bagi keterpilihan calon perempuan. Oleh karena
itu, yang harus dilakukan adalah mengubah ketentuan
daftar calon “1 in 3” menjadi ”daftar calon disusun secara
selang-seling berdasar jenis kelamin” atau daftar zigzag
atau zipper murni. 24
Calon perempuan di urutan awal berseling calon lelaki
untuk dapil ganjil sedangkan untuk dapil genap calon lelaki
di urutan awal berseling calon perempuan. Format ini
memungkinkan diterimanya calon perempuan di urutan

24  Ramlan Surbakti, Didik Supriyanto, dan Hasyim Asyari, Meningkatkan


Keterwakilan Perempuan, Kemitraan, Jakarta 2011: 23-24.

149
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat awal
oleh politisi
daftardan pemerintah
calon yang terpilih
oleh dewan pembuatuntukundang-undang
memerintah.
Pandangan
pemilu Hamdan tersebut berkaitan
yang didominasi lelaki.dengan
Selainapa
itu,yang disampaikan
kewenangan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
nomor urut calon diberikan kepada partai selain membuat Anggaran
pada Tahun
lebih Pemilu.” Yuna menjelaskan
berpeluangnya zipper system Political
bahwamurni budget juga
diterima cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
akan menggambarkan kualitas partai dalam menyusun
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
calon.
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
Tidak membatasi jumlah partai
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
peserta pemilu
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
Pembatasan
ini, yang menjadi perhatianpartai peserta
tidak hanya pemilu
political dinilaimelainkan
budget cycles, para
pakar
political sistemcycle
corruption pemilu akan korupsi
atau siklus meningkatkan keterpilihan
politik pada tahun-tahun
Pemiluperempuan.
yang telah meningkat denganagar
Ini dilakukan ekstrim.
perolehan suara dan kursi
lebih terkonsentrasi
Masyarakat tidak saja dapatkeditafsirkan
beberapasebagai
partai.satu
Jika perolehan
kesatuan, tetapi
kursidibatasi
juga perlu terkonsentrasi
mengingatkeperbedaan
sedikit partai, calon
hakikat perempuan
antara laki-laki di
dan
perempuan.
partaiSeperti halnya
tersebut keterwakilan
berpeluang besarperempuan sebagai
menjadi calon salah satu
terpilih.
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
Pengaruh pembatasan partai peserta pemilu bagi
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
keterpilihan perempuan dapat dipahami sebagai berikut:
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
jika jumlah parpol peserta pemilu sedikit, peluang
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
keterpilihan perempuan besar, karena perolehan kursi
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
terkonsentrasi hanya pada beberapa partai. Dalam hal
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
hukuminidanberlaku kecenderungan,
pemerintahan. Dan kondisi semakin banyak
tersebut telah dituliskursi yang
oleh Nindita
didapatkan
Paramastuti dalam partai, semakin
tulisannya besar pula
yang berjudul: peluang perempuan
“Perempuan dan Korupsi:
terpilih.
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.” Sebaliknya, bila partai peserta pemilu terlalu banyak
perolehan
Masih kursidengan
berhubungan tersebar
temakeakuntabilitas
banyak partai. Di keadaan
keuangan ini
politik, Didik
partai berkemungkinan besar hanya mendapatkan kursi
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Akuntabilitas
paling Pengelolaan
banyak satuDana Kampanye,
kursi. menguraikan lebih
Peluang perempuan bahwakecil
dana
kampanye adalah
karena salah
partai satu hal penting dalam
berkecenderungan proses pemilu.
menempatkan lelakiDana
di
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya
nomor urut satu pada dapil potensial mendapatkan kursi. untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

150
vi
Tapi, pembatasan jumlah partai peserta pemilu
jika menekankan pada besar/kecil-nya struktur dan
modal partai bisa sangat tak demokratis. Efek menarik
kerah dalam pemilu serentak bisa dioptimalkan untuk
tidak memilih cara pembatasan jumlah partai peserta
pemilu. Jika surat suara pilpres dan pileg disatukan, lalu
penyusunan pilihan presiden di atas partai atau koalisi
partai pengusung presiden, banyaknya jumlah partai
peserta pemilu dikurangi oleh upaya memfokuskan
kosentrasi pemilih hanya pada jumlah calon presiden
berelektabilitas tinggi. Jumlah partai peserta pemilu dan
calon presiden akan banyak, tapi yang jadi sorotan media
dan fokus bagi pemilih hanya yang berkemungkinan
menang saja.

Formula perolehan kursi d’Hondt


Metode divisor dengan varian metode d’Hondt
membantu meningkatkan keterpilihan perempuan. Metode
d’Hondt menguntungkan partai besar dalam memperoleh
kursi. Di setiap dapilnya, partai besar akan mendapatkan
kursi lebih dari satu. Penerapan zipper system murni
(lelaki-perempuan/perempuan-lelaki) mengoptimalkan
peluang keterpilihan perempuan. 25
Sebaliknya, jika formula perolehan kursi menguntungkan
partai kecil, tingkat keterpilihan perempuan menjadi
kecil. Perolehan kursi akan menyebar, kemungkinan
besar satu kursi setiap partai. Dengan kecenderungan

25  Ibid: 24.

151
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat partai
oleh politisi dan pemerintah
menempatkan yang
lelaki di terpilih
nomor untuk memerintah.
urut satu pada dapil
Pandangan Hamdan
potensial, tersebutlebih
perempuan berkaitan dengan apa
tak memilih yang disampaikan
peluang terpilih.
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
Yang perlu menjadi pegangan kita semua, pemilu
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
serentak semakin menguatkan relasi sistem pemerintahan
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
presidensial Indonesia dengan sistem kepartaian
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
multipartai dan sistem pemilu proporsional. Disain pemilu
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregatini mengingatkan,
maupun tujuan
secara spesifik padapemilu adalah
tahun-tahun untuk
Pemilu, memilih
terkonfirmasi
dalam pemerintahan yang berjalan
praktek penganggaran sehat
di Indonesia yangdan berdampak
berkaitan dengan baik
siklus
bagi rakyat, termasuk perempuan.
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
ini, yang menjadi
*** perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Dari semua rekomendasi peningkatan keterwakilan
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
perempuan di konteks pemilu serentak itu semoga bisa
Masyarakat
semakintidak saja dapat pentingnya
menyadarkan ditafsirkan sebagai satu kesatuan,
solidaritas tetapi
bagi gerakan
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
perempuan. Jika merujuk pada awal gerakan perempuan
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
menyertakan pengalamannya, solidaritas merupakan
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
keutamaan kekuatan utama gerakan. Pengalaman
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
kebertubuhan serta korban diskriminasi dan kekerasan
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
menjadi dasar kolektivitas identitas perempuan sebagai
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
gerakan.
mayoritas Kekuatan
diduduki utama solidaritas
oleh laki-laki. inidiperjuangkan,
Apabila tidak bukan saja penting
hal ini
tapi merupakan kebutuhan gerakan perempuan
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam untuk
hukumterlibat di pemilu serentak.
dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Paramastuti dalam pemilu
Sistem tulisannya yang berjudul:
legislatif “Perempuan
Indonesia dan sangat
saat ini Korupsi:
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu
mirip dengan sistem pemilu legislatif di Brasil. Sistem DPR RI
2009.”pemilu legislatif yang sangat kompleks, PR daftar calon
Masih berhubungan
terbuka dengan dengan tema akuntabilitas
besaran dapil terlalukeuangan politik,
banyak Didik
kursi.
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi
Sistem pemilu legislatif seperti ini jika diserentakan tetap dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana
tak menghasilkan Kampanye,
parlemen yang menguraikan bahwa dana
kondusif mendukung
kampanye adalahterpilih.
presiden salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
Dilma Rousseff, presiden perempuan pertama Brasil
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
hasil pemilu serentak keempat Brasil dimakzulkan
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

152
vi
parlemen. Analis politik dari Universitas Katolik Pontifical di
Sao Paulo, Pedro Aruda, kepada The New York Times (18/4)
mengatakan, ini adalah kudeta yang akan memunculkan trauma
pada sistem presidensial Brasil.26 Pemilu serentak bertujuan
menguatkan presidensial dengan bentuk dukungan partai/koalisi
mayoritas parlemen tapi pemilu serentak 2014 di Brasil malah
menghasilkan yang sebaliknya.
Paradoksal pemilu serentak Brasil itu hendaknya menjadi
pelajaran Indonesia yang menyelenggarakan pemilu serentak
dengan tujuan menghasilkan pemerintahan presidensial yang
sehat dan peningkatan keterwakilan perempuan. Yang terjadi
di Pemilu Serentak 2014 Brasil, melalui pemilu presiden yang
diserentakan dengan sistem PR daftar calon dengan besaran dapil
berkursi banyak, tidak menghasilkan dua tujuan itu. Presiden
dimakzulkan dan keterwakilan perempuan dewan partai tak
mencapai 10 persen (9,9% atau 51 dari 513).

REFERENSI
Ana Alice Alcantara, Women and Politics: the Brazil Paradox,
Open Democracy, 2008;
Andrew Reynolds, et.al., Electoral System Design: The New
International IDEA Handbook, (Stockholm: International
Institute for Democracy and Electoral Assistance, 2005);
Ani W. Soetjipto, Politik Harapan, Margin Kiri, Jakarta 2011;
Ani W. Soetjipto dan Shelly Adelina, Partai Politik dan Strategi
Gender Separuh Hati, Margin Kiri, Jakarta 2012;
Eric C.C. Chang and Miriam A. Golden, Electoral Systems,
District Magnitude and Corruption, British Journal of Political
Science, 2005;

26  Rousseff Dimakzulkan, Kompas cetak, 19 April 2016: 10.


153
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Didik Supriyanto, Khoirunnisa Nur Agustyati, August Mellaz,
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
Manata Ulang Jadwal Pilkada Menuju Pemilu Nasional dan
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
Daerah, Perludem, Jakarta 2013;
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
Pedro
empiris di de AbreuNegara.
berbagai GomesBerbagai
dos Santos, Gendering
variabel Representation:
yang mempengaruhi politcal
Parties, Institutions,
budget cycles and Thepola
seperti perubahan Under-Representation ofbaik
pada struktur anggaran Women
secara
in Brazil’s
agregat State secara
maupun Legislatures,
spesifik University of Kansas,
pada tahun-tahun 2012;
Pemilu, terkonfirmasi
dalam praktek
Harun penganggaran
Husein, di Indonesia
Pemilu Indonesia, yang berkaitan
Perludem, dengan
Jakarta 2014;siklus
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
Heroik M. Pratama dan Maharddhika, Prospek Pemerintahan
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
Hasil Pilkada 2015, Perludem, Jakarta 2015;
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Irwansyah
Pemilu yang telahdkk., Paradoks
meningkat denganRepresentasi
ekstrim. Politik Perempuan,
Puskapol UI, Depok
Masyarakat 2012;
tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
Nadezhda
juga Shvedova,
perlu dibatasi Kendala-kendala
mengingat perbedaan hakikatterhadap
antara Partisipasi
laki-laki dan
Perempuan di Parlemen
perempuan. Seperti halnya dalam Perempuan
keterwakilan di Parlemen,
perempuan Bukan
sebagai salah satu
Sekedar Jumlah, Bukan Sekedar Hiasan, Azza Karam, dkk,
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan
penerjemah Aryasetiap partaidan
Wisesa politik peserta pemilu
Widjanarko, harus Yayasan
Jakarta: memenuhi
30% keterwakilan
Jurnal Perempuan, perempuan.
1999. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
Nuri Suseno, Politik Representasi, Puskapol UI, Depok 2014;
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
Sarah
akan Maximnegatif
berdampak dkk., terhadap
Perempuan di Parlemen:
mandeknya aspirasi Bukan Sekedar
perempuan dalam
Jumlah, IDEA 2002;
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Scott Mainwaring,
Paramastuti Presisentialism,
dalam tulisannya Multiparty
yang berjudul: “PerempuanSystems, And
dan Korupsi:
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu
Democracy: The Difficult Equation, Kellogg Institute, 1990; DPR RI
2009.”
Ramlan Surbakti, Didik Supriyanto, dan Hasyim Asyari,
Masih berhubungan
Meningkatkan dengan tema
Keterwakilan akuntabilitasKemitraan,
Perempuan, keuangan politik, Didik
Jakarta
Supriyanto
2011. dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

154
vi
AGAR PEMILU UNTUK
SEMUA:
CATATAN KEBERPIHAKAN
TERHADAP PEMILIH
DISABILITAS
Kholilullah P.

Abstrak
Penyelenggaraan pemilu sudah seharusnya dapat
menjamin hak politik setiap warga negara yang telah
memiliki hak pilih tanpa terkecuali termasuk kepada pemilih
yang memiliki keterbatasan fisik ataupun mental. Untuk
itu peraturan yang menjadi payung hukum pelaksanaan
pemilu harus memastikan hak pemilih disabilitas tidak
terabaikan. Pemilih disabilitas harus dipastikan dapat
mengakses seluruh tahapan pemilu baik itu sejak tercatat
dalam daftar pemilih, terlibat dalam proses kampanye, dan
juga tidak kesulitan pada hari pemungutan suara.
Kata kunci: Pemilu akses, hak politik warga negara,
pemilih disabilitas

155
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
Pengantar
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Pemilu sebagai pesta demokrasi ternyata tak bisa
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
diikutiPemilu.”
pada Tahun oleh semua
Yuna warga negarabahwa
menjelaskan yang Political
memilikibudget
hak pilih.
cycles
Salah satunya adalah warga penyandang disabilitas.
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
empirisStigma dan
di berbagai diskriminasi
Negara. warga
Berbagai variabel yangdan penyelenggara
mempengaruhi politcal
budgetNegara dalam
cycles seperti kehidupan
perubahan polabermasyarakat dan bernegara
pada struktur anggaran baik secara
agregatmembuat penyandang
maupun secara spesifik disabilitas kehilangan
pada tahun-tahun hak
Pemilu, pilihnya.
terkonfirmasi
dalam Jangankan hak dipilih,
praktek penganggaran hak memilih
di Indonesia pun terabaikan.
yang berkaitan dengan siklus
PemiluSehingga
2009 ataupun menjelang
wajar Pemilu
jika tingkat 2014. Melihat
partisipasi perkembangan
pemilih saat
disabilitas
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political
selama ini masuk kategori sangat rendah. budget cycles, melainkan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Pada tahapan pendaftaran pemilih, nama warga
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
disabilitas bisa tidak masuk dalam daftar. Kalau pun
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
terdaftar dan menyadari kepastian hak pilihnya, warga
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
disabilitas tak mendapatkan informasi dan pendidikan
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
pemilih yang baik. Sebagian warga disabilitas ada
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
yang sampai di tempat pemungutan suara (TPS) untuk
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
menggunakan hak pilihnya. Tapi keadaan TPS yang
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
praktiktidak
selama ramah
ini, pihakdan minim
yang duduk baikfasilitas
di parlemenmembuat pemilih
maupun pemerintah
disabilitas
mayoritas diduduki kesulitan menggunakan
oleh laki-laki. Apabila tidak hak pilihnya, hal
diperjuangkan, danini
harus didampingi.
akan berdampak Selain
negatif terhadap kesulitan
mandeknya menggunakan
aspirasi hak
perempuan dalam
hukummemilih, warga disablitas
dan pemerintahan. puntersebut
Dan kondisi kesulitan menggunakan
telah hak
ditulis oleh Nindita
dipilihnya.
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Pengalaman Perempuan
Dinamika ini Menghadapi
tidak berdiri Korupsi dalam
sendiri, Pemilu
karena DPR RI
undang-
2009.”undang kepemiluan dinilai belum memiliki perspektif
Masih berhubunganyang
aksesibilitas dengan tema akuntabilitas
mumpuni. keuangan politik,
Cara pandang terhadapDidik
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi
disabilitas dilihat dari sudut pandang non-disabilitas. dan
Akuntabilitas
DominasiPengelolaan
jabatanDana Kampanye,
politik menguraikan
oleh politisi bahwa dana
non-disabilitas,
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
pemahaman yang minim terhadap kondisi disabilitas,
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

156
vi
serta empati yang rendah untuk membuka ruang politik
tanpa pandang fisik, membuat para pengambil kebijakan
abai terhadap prinsip-prinsip pemilu yang aksesibel.
Akhirnya regulasi dirumuskan secara diskriminatif dan
belum memberikan perlindungan yang memadai terhadap
hak pilih.
Pasal-pasal diskriminatif ditemukan tersebar di
beberapa regulasi kepemiluan. Misalnya soal persyaratan
“sehat jasmani dan rohani” dalam mengakses jabatan
publik. Salah satunya diatur dalam Pasal 5 huruf d UU
No 42/2008 yang menyatakan bahwa persyaratan untuk
menjadi calon Presiden dan calon Wakil Presiden adalah
“mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan
tugas dan kewajiban sebagai Presiden dan Wakil Presiden.
Diksi “mampu secara jasmani dan rohani” menimbulkan
pemahaman dan penilaian berbeda bagi setiap pembuat
kebijakan.
Nuansa diskriminasi semakin menguat tatkala hadir
pasal diskriminatif baru dalam UU No 8/2015, Pasal 57 ayat
(3) menyatakan, “Untuk dapat terdaftar sebagai Pemilih,
warga negara Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus memenuhi syarat: a. tidak sedang terganggu jiwa/
ingatannya; dan/atau b. tidak sedang dicabut hak pilihnya
berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap”. Klausul seperti ini padahal belum
pernah diatur pada UU kepemiluan sebelumnya. Lahirnya
aturan ini menandakan sebuah kemunduran bagi reformasi
kepemiluan di Indonesia.
Namun KPU RI cukup memiliki perspektif dan

157
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat penghormatan
oleh politisi dan pemerintah
yang baikyang terpilihhak
terhadap untuk memerintah.
pilih dan prinsip
Pandangan Hamdan
kesetaraan tersebut setiap
memilih berkaitanwarga
dengan negara.
apa yang disampaikan
Sehingga
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
regulasi yang dinilai diskriminatif, diresolusi dengan Anggaran
pada Tahun Pemilu.”
pengaturan Yuna yang
teknis menjelaskan
sangat bahwa Political
antisipatif. budget
Pasal cycles
57 ayat
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
(3) diterjemahkan kembali di Pasal 4 ayat (3) PKPU No
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
4/2014 tentang pemutakhiran data dan daftar pemilih
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
dalam Pilkada yaitu, “Penduduk yang sedang terganggu
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
jiwa/ingatannya sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
huruf a, sehingga tidak memenuhi syarat sebagai Pemilih,
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
harus
ini, yang dibuktikan
menjadi perhatiandengan surat
tidak hanya keterangan
political budgetdokter”.
cycles, melainkan
Akan tetapi,
political corruption cyclelangkah maju
atau siklus yang politik
korupsi diambilpada
olehtahun-tahun
anggota
PemiluKPUyang RI bukan
telah merupakan
meningkat tuntutan sistem, atau perintah
dengan ekstrim.
spesifik tidak
Masyarakat regulasi.
saja Tindakan itu hanya
dapat ditafsirkan bagian
sebagai dari
satu mentalitas
kesatuan, tetapi
individu
juga perlu danmengingat
dibatasi kemajuan perbedaan
perspektif hakikat
yang semakin
antara baik untuk
laki-laki dan
menghadirkan
perempuan. Pemilu
Seperti halnya yang berintegritas
keterwakilan di Indonesia.
perempuan sebagai salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu.
Dengan demikian tingkat kerentanan terhadap perlakukanUU No. 8 Tahun
2012 menegaskan
diskriminatif setiap partai
bagi wargapolitik peserta pemilu
disabilitas masih harus
cukupmemenuhi
tinggi.
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan,
Mengingat pergantian rezim penyelenggara Pemilu yang mengingat
praktik5selama
tahunini,sekali,
pihak yang duduk baik
berpotensi di parlemenoleh
digantikan maupun pemerintah
wajah baru
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
dengan perspektif disabilitas yang juga relatif berbeda.
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
Gerakan affirmatif diperlukan untuk menjawab
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
dua persoalan
Paramastuti mendasar
dalam tulisannya di aspek“Perempuan
yang berjudul: disabilitas.danPertama,
Korupsi:
diskriminasi
Pengalaman terhadap
Perempuan warga disabilitas
Menghadapi Korupsi dalamdalam mengakses
Pemilu DPR RI
2009.”peran kepemiluan dirasakan sangat kentara. Akibatnya
membentuk
Masih berhubunganrantai sebab-akibat
dengan yang tidak
tema akuntabilitas bisa dipisahkan
keuangan politik, Didik
dengan
Supriyanto dan tingkat partisipasi
Lia Wulandari dalamwarga
tulisan disabilitas yang sangat
berjudul Transparansi dan
rendah.Pengelolaan
Akuntabilitas Baik dalamDanamenggunakan hak pilihbahwa
Kampanye, menguraikan maupun dana
kampanyeperan sertasalah
adalah dalam
satuisu
hal kepemiluan
penting dalam lainnya. Titik kritis
proses pemilu. Dana
kampanyesimpul-simpul diskriminasi
diperlukan oleh partai politikterdeteksi pada untuk
dan kandidatnya beberapadapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

158
vi
aspek penyelenggaraan Pemilu, yaitu: pendaftaran
pemilih, kampanye, pemungutan suara, pencalonan, ruang
disabilitas dalam penyelenggaraan.
Kedua, perspektif regulasi yang melayani atau
mendukung peran serta warga disabilitas dalam
penyelenggaraan Pemilu belum menggambarkan affirmasi
yang cukup. Belum berpihak sepenuhnya terhadap warga
disabilitas. Hal ini menciptakan lingkungan yang saling
mempengaruhi antara eksistensi warga disabilitas dengan
perlakuan disrkiminatif warga bahkan keluarga.

Prinsip Yang Harus Dijaga


Penyandang disabilitas sebagai kelompok yang
berkebutuhan khusus perlu mendapatkan aksesibilitas
dalam Pemilu. Penyandang disabilitas bukanlah kelompok
yang minta diistimewakan, tetapi hanya membutuhkan
fasilitas dalam pelaksanaan Pemilu bisa diakses oleh
mereka. Sejatinya, untuk memastikan aksesibilitas dalam
pelakasanaan Pemilu mesti dilakukan upaya-upaya sejak
awal proses tahapan Pemilu berjalan. Misalnya, ketika
proses pembuatan UU Pemilu, aksesibilitas perlu dijadikan
pertimbangan dalam penyususan aturan-aturan Pemilu.
Dimensi utama aksesibilitas meliputi pelayanan dan
perhatian terhadap pemilih disabilitas. Prinsip utamanya
yaitu, bagaimana memastikan agar pemilih dapat
mengakses TPS dengan tanpa hambatan saat memberikan
suaranya pada hari pencoblosan. Dengan demikian,
fokus dimensi aksesibilitas dalam Pemilu ditujukan pada
seluruh instrumen yang akan digunakan sepanjang proses

159
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat pemberian
oleh politisi dan pemerintah
suara oleh yang terpilih
Pemilih untuk memerintah.
Disabilitas. Misalnya,
Pandangan Hamdan
topografi TPS, tersebut
bentukberkaitan
ruang dengan apa yangalat
bilik suara, disampaikan
bantu
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
pemberian suara, dll. Desain ruang dan instrumen yang Anggaran
pada Tahun Pemilu.”
digunakan harusYuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
akses.
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
Akan tetapi, melihat persoalan yang selama ini dihadapi
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
publik dalam konteks akses terhadap Pemilu, maka
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregatdinilai
maupun penting untuk memperluas
secara spesifik dimensi
pada tahun-tahun aksesibilitas.
Pemilu, terkonfirmasi
Prinsip aksesibilitas pada akhirnya berkembang.
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan Pertama,
siklus
bagaimana memastikan agar masyarakat dapat mengakses
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
hak
ini, yang pilihnya
menjadi dan tidak
perhatian menggunakan suaranya.
hanya political Pemerintah
budget cycles, melainkan
harus
political menjamin
corruption cycle bahwa setiap
atau siklus warga
korupsi negara
politik padayang telah
tahun-tahun
Pemilumemenuhi persyaratan
yang telah meningkat harus
dengan mendapatkan hak pilih, serta
ekstrim.
harus menjamin
Masyarakat tidak saja hak pilih
dapat tersebutsebagai
ditafsirkan dapatsatu
digunakan
kesatuan,tanpa
tetapi
hambatan
juga perlu dibatasiapapun. Kedua,
mengingat bagaimana
perbedaan hakikatmasyarakat dapat
antara laki-laki dan
dengan
perempuan. mudah
Seperti mengakses
halnya keterwakilan peran dan keterlibatannya
perempuan sebagai salah satu
syarat verifikasi
secara aktif dalam aktivitas kepemiluan, UU
faktual untuk menjadi peserta pemilu. No.sebagai
baik 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai
pemilih, kontestan politikpenyelenggara.
maupun peserta pemilu harus memenuhi
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
Warga disabilitas adalah warga yang memiliki fungsi
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
penginderaan yang sama dengan masyarakat pada
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
umumnya, hanya saja dengan caranya sendiri, atau
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
cara yang berbeda dengan. Artinya, seluruh tuntutan
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
perandalam
Paramastuti dapattulisannya
dilakukan
yangsebagaimana masyarakat
berjudul: “Perempuan yang
dan Korupsi:
memiliki
Pengalaman kesempurnaan
Perempuan Menghadapi penginderaan
Korupsi dalamsecara
Pemiluumum.
DPR RI
2009.”Tidak ada alasan bagi para pihak untuk membedakan dan
memposisikan
Masih berhubungan warga
dengandisabilitas sebagaikeuangan
tema akuntabilitas warga yang lemah.
politik, Didik
Paradigma
Supriyanto dan Liaini menuntut
Wulandari agartulisan
dalam ketersediaan
berjudulhak pilih warga
Transparansi dan
bukan Pengelolaan
Akuntabilitas atas dasar pemberian
Dana Kampanye,Pemerintah melalui
menguraikan diskresi
bahwa dana
kampanyePenyelenggara
adalah salahPemilu,
satu hal namun
penting sebagai hak dasar
dalam proses pemilu.yang
Dana
kampanyeharus dipenuhioleh
diperlukan secara otomatis.
partai politik dan kandidatnya untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

160
vi
Perkembangan Kategorisasi
Disabilitas

Perkembangan jenis disabilitas terus berubah,


dengan demikian turut mengubah perlakuan dalam
menghadapinya. Kategorisasi yang disepakati oleh para
pihak terdiri dari 5 jenis disabilitas yaitu: Disabilitas Fisik,
misalnya tunanetra, tunarungu, tunawicara, tunadaksa,
dan tunalaras; Disabilitas Mental, misalnya tunalaras
dan tunagrahita; Disabilitas Intelektual, misalnya
seorang anak yang mengalami ketidakmampuan dalam
belajar; Disabilitas Sensorik, mengacu pada gangguan
pendengaran, penglihatan dan indera lainnya juga bisa
terganggu; serta Disabilitas Perkembangan, misalnya
spina bifida.
Kategorisasi ini berbeda dari jenis disabilitas yang
menjadi standar nasional yang dikembangkan oleh
Kementerian Sosial dalam survey dan sensusnya, yaitu:
Cacat penglihatan, Cacat pendengaran, Cacat mental,
Cacat fisik, Gangguan mental, Gangguan jiwa/psikis, Bisu
tuli. Kategori kementerian sosial ini hanya mengakomodir
2 jenis disabilitas dalam UU Kepemiluan. Misalnya pasal
86 ayat (1) Perppu No 1/2014 juncto UU No 8/2015, hanya
mengakomodir tunanetra dan tunadaksa untuk diberikan
fasilitas pendamping. Pada akhirnya akan mempengaruhi
kualitas pelayanan dalam Pemilu jika membandingkan
dengan realita disabilitas di lapangan.

161
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
Akses Terhadap Pendaftaran
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Pemilih
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
Diskriminasi
pada Tahun hukum
Pemilu.” Yuna terhadap
menjelaskan disabilitas
bahwa dalam
Political budgetproses
cycles
penyusunan daftar pemilih sudah terjadi sejak Pemilu
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi di
empirisIndonesia
di berbagai berlangsung.
Negara. Berbagai Stigmatisasi
variabel yangterhadap disabilitas
mempengaruhi politcal
budgettidak
cycleshanya
seperti dilakukan olehpada
perubahan pola penyelenggara Pemilu,
struktur anggaran baikyang
secara
agregatmenilai
maupunbahwa disabilitas
secara spesifik padatidak mampuPemilu,
tahun-tahun menunaikan hak
terkonfirmasi
dalam dan kewajibannya
praktek penganggarantanpa bergantung
di Indonesia dengan orang
yang berkaitan denganlain,
siklus
Pemiluatau
2009tidak
ataupun menjelang
dapat Pemiluuntuk
dipercaya 2014. Melihat perkembangan
mengambil keputusan saat
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget
atas dirinya –terutama bagi disabilitas mental. cycles, melainkan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Bahkan stigma ini juga ada pada keluarga dari disabilitas
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
yang bersangkutan. Banyak penyandang disabilitas yang
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
disembunyikan oleh keluarga sehingga tidak bisa memilih.
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
Hak untuk mengambil keputusan atas dirinya sendiri
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
diambil alih keluarganya. Padahal belum tentu keputusan
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
yang diambil keluarga baik untuk penyandang disabilitas
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
itu sendiri. Akibatnya fatal, proses pendaftaran pemilih
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
praktikmenjadi tidak
selama ini, ramah
pihak bagi warga
yang duduk penyandang
baik di parlemen disabilitas.
maupun pemerintah
mayoritas Dampak dari laki-laki.
diduduki oleh stigma Apabila
ini sangat kompleks. Proses
tidak diperjuangkan, hal ini
yang tidak
akan berdampak ramah
negatif terhadapmenciptakan
mandeknya aspirasi penyusunan
perempuan daftar
dalam
hukumpemilih berlangsung
dan pemerintahan. secara
Dan kondisi diskriminatif.
tersebut Banyak
telah ditulis oleh Nindita
Paramastuti
wargadalam tulisannyayang
disabilitas yang berjudul: “Perempuan dandengan
tidak teridentifikasi Korupsi:
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi
benar karena pendataannya tidak menjangkau merekadalam Pemilu DPR RI
2009.”secara menyeluruh. Daftar Pemilih tidak secara jernih
Masih berhubungan dengan
menunjukkan tema akuntabilitas
pemilih-pemilih keuangan
yang politik, Didik
menyandang
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi
disabilitas. Sehingga data disabilitas yang tersedia belum dan
Akuntabilitas Pengelolaan
memberikan Dana yang
gambaran Kampanye,
memadaimenguraikan bahwa dana
untuk kepentingan
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
Pemilu. Bahkan situasi ini memberi kejelasan mengapa
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

162
vi
angka partisipasi warga penyandang disabilitas tergolong
rendah.
Bila ditilik lebih mendalam, format Daftar Pemilih yang
digunakan berdasarkan PKPU No 9/2013 dan PKPU No
9/2014 tentang penyusunan daftar pemilih untuk Pileg
dan Pilpres tidak akomodatif terhadap warga disabilitas.
Pasal 9 ayat (2) PKPU No 9/2013 serta Pasal 11 ayat (2)
PKPU No 9/2014 mengatur bahwa Daftar Pemilih paling
sedikit memuat nomor kartu keluarga, nomor induk
kependudukan, nama, tempat dan tanggal lahir, jenis
kelamin, status kawin, alamat, dan jenis disabilitas Warga
Negara Indonesia yang mempunyai hak memilih.
Sepintas ayat di atas sangat berperspektif disabilitas.
Namun saat diterjemahkan ke dalam tabel yang lebih
operasional, maka format daftar pemilih akhirnya menjadi
10 kolom informasi: i) No. KK, ii) NIK, iii) Nama, iv) Tempat
Lahir, v) Tanggal Lahir, vi) Umur, vii) Status Perkawinan,
viii) Jenis Kelamin, ix) Alamat, x) Keterangan. Ada
informasi yang hilang pada format tabel daftar pemilih,
yaitu informasi jenis disabilitas warga negara Indonesia
yang mempunyai hak memilih. Informasi jenis disabilitas
dilebur ke dalam kolom Keterangan. Dalam prakteknya,
dengan keragaman tingkat pemahaman dan perspektif
Pantarlih terhadap disabilitas yang terbatas, tidak aneh
jika kolom Keterangan kurang mengakomodir kepentingan
disabilitas, sebagaimana tuntutan PKPU tersebut.
Perspektif disabilitasnya tereduksi secara signifikan.
Titik krusial dari persoalan format yang tidak ramah
disabilitas dan keterbatasan wawasan terkait disabilitas

163
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat memberikan
oleh politisi danefek
pemerintah
domino yang terpilih
bagi untuk memerintah.
masalah lanjutan, yaitu
Pandangan Hamdan
invaliditas tersebut
jumlah berkaitan
pemilih dengan
disabilitas apa yang
yang disampaikan
sesungguhnya,
Yuna Farhan
serta pola perkembangan pemilih disabilitas Anggaran
melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi dalam
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget
Pemilu. Besaran data yang diperoleh Pantarlih otomatis cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
kabur, bahkan yang berhasil diidentifikasi cenderung
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
sedikit. Selama ini, besaran data yang sedikit dinilai
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
menjadi penyebab minimnya perhatian dan kepedulian
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
menghadapi pemilih disabilitas di Indonesia. Data pemilih
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
penyandang disabilitas belum bisa diketahui secara pasti
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
karena
ini, yang menjadisumber informasi
perhatian yangpolitical
tidak hanya minim.budget cycles, melainkan
Di sisi lain,
political corruption cycle perspektif individu
atau siklus korupsi petugas
politik Pantarlih
pada tahun-tahun
Pemilujuga
yang turut menjadi dengan
telah meningkat alasan ekstrim.
perbedaan data. Tidak semua
Pantarlih
Masyarakat punya
tidak sajaperspektif yang benar
dapat ditafsirkan atau
sebagai memadai
satu dalam
kesatuan, tetapi
mendefinisikan
juga perlu disabilitas.
dibatasi mengingat Penyebabnya
perbedaan beragam,
hakikat antara antara
laki-laki dan
lain karena
perempuan. Sepertipelatihan pemahaman
halnya keterwakilan disabilitas
perempuan yangsalah
sebagai minim,satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu.
tingkat pendidikan Pantarlih yang beragam, stigmatisasiUU No. 8 Tahun
2012 menegaskan
Pantarlih yangsetiap partai masih
diyakini politik melekat
peserta pemilu harusPantarlih
mengingat memenuhi
30% keterwakilan
merupakan perempuan. Kondisi inidan
warga setempat patutjabatannya
diperjuangkan, mengingat
cenderung
praktikberputar
selama ini,dikalangan
pihak yang duduk baik di parlemen
sekelompok orang dimaupun
desa. pemerintah
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
Perbedaan ini pada akhirnya akan menggiring opini
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
petugas Pantarlih saat menentukan apakah seseorang
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
layak dalam
Paramastuti dimasukkan sebagai
tulisannya warga disabilitas
yang berjudul: “Perempuan dalam daftar
dan Korupsi:
pemilih.
Pengalaman Daftar Pemilih
Perempuan yang Korupsi
Menghadapi ada tidak dapat
dalam diandalkan
Pemilu DPR RI
2009.”sepenuhnya untuk kepentingan Pemilu. Data yang tidak
reliable
Masih dan kurang
berhubungan denganinvalid membatasikeuangan
tema akuntabilitas Pemerintah dalam
politik, Didik
pengambilan
Supriyanto keputusan
dan Lia Wulandari terkait
dalam dukungan
tulisan untuk pemilih
berjudul Transparansi dan
disabilitas.
Akuntabilitas Untuk menghindari
Pengelolaan Dana Kampanye, celah data dan informasi,
menguraikan bahwa dana
kampanyePemerintah dalam
adalah salah satuhal
halini KPU dalam
penting terpaksa menggunakan
proses pemilu. Dana
kampanyeasumsi-asumsi daripartai
diperlukan oleh berbagai referensi.
politik dan kandidatnya untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

164
vi
Kemunduran Kesetaraan Politik
Dalam Pilkada
Perkembangan undang-undang Pilkada mengalami
kemunduran yang signifikan. UU No. 8/2015 mengatur
bahwa agar dapat didaftar sebagai pemilih, maka warga
negara harus memenuhi persyaratan tidak sedang
terganggu jiwa/ingatannya. Dikatakan mundur karena
regulasi kepemiluan sebelumnya sama sekali tidak
mengatur pembatasan gangguan jiwa/ingatan. Pasal
ini berpotensi menghilangkan hak pilih warga negara,
serta tidak sejalan dengan prinsip hak pilih sebagai hak
fundamental yang melekat pada setiap warga negara sejak
lahir di Indonesia.
Antisipasi yang dilakukan oleh KPU RI adalah
menerbitkan PKPU No. 4 Tahun 2015. Pasal 4 ayat (3)
PKPU ini menyatakan, “Penduduk yang sedang terganggu
jiwa/ingatannya sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a, sehingga tidak memenuhi syarat sebagai Pemilih,
harus dibuktikan dengan surat keterangan dokter”. Jika
disimulasikan, Panitia Pendaftaran Pemilih (Pantarlih)
harus mendata seluruh warga negara tanpa kecuali. Jika
ada warga negara yang dianggap oleh keluarga atau wali dari
warga negara tersebut terganggu jiwanya, maka keluarga
atau wali calon Pemilih tersebut yang harus membuktikan
kepada Pantarlih dengan surat medis yang menunjukkan
seseorang tersebut sedang terganggu jiwanya.
Namun peran PKPU tidak terlepas dari pemahaman
dan kapasitas masing-masing anggota KPUnya yang sudah

165
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat memadai.
oleh politisi dan pemerintah
Bukan yangsistem
tuntutan terpilih yang
untuk memerintah.
mengharuskan
Pandangan
setiap Hamdan
anggota tersebut berkaitan
KPU wajib dengan apa yang disampaikan
menafsirkannya demikian.
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus
Sehingga, pemahaman yang tidak menjadi bagian Politisasi Anggaran
dari
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political
sistem yang baku berpotensi membuka ruang debat yangbudget cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
sia-sia. Resikonya, pergantian anggota KPU berpotensi
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
pula mengganti pasal-pasal dalam PKPU. Aturan-aturan
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
yang prinsipil tidak semestinya dilepaskan pengaturannya
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
pada pengaturan teknis dengan strata PKPU, harus di
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
undang-undang.
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
Titik kritis
ini, yang menjadi klausul
perhatian inihanya
tidak terletak padabudget
political momen pendaftaran
cycles, melainkan
pemilih
political yang
corruption dilakukan
cycle dengan
atau siklus korupsijarak
politikwaktu 6 bulan
pada tahun-tahun
Pemilusebelum
yang telahpelaksanaan Pemilu
meningkat dengan Kepala Daerah. Berdasarkan
ekstrim.
perkembangan
Masyarakat tidak sajamedis
dapat di Indonesia
ditafsirkan saat satu
sebagai ini, Rumah
kesatuan,Sakit
tetapi
Jiwadibatasi
juga perlu telah membuat
mengingat kebijakan
perbedaan untuk
hakikatmembatasi waktu
antara laki-laki dan
perawatan
perempuan. Sepertipasien
halnyadengan gangguan
keterwakilan jiwa selama
perempuan sebagai3 salah
minggu satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU
saja. Artinya, setelah pasien dengan gangguan jiwa dirawatNo. 8 Tahun
2012 menegaskan
di Rumah setiap partai maka
Sakit Jiwa, politik 3peserta
minggu pemilu harus memenuhi
berikutnya pasien
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan,
tersebut sudah dinyatakan pulih dan harus mengakhiri mengingat
praktikperawatan
selama ini, pihak yang duduk
di Rumah Sakit.baik di parlemen maupun pemerintah
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
Maka itu, jika seorang warga negara dinyatakan oleh
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
dokter sakit saat pada saat pendaftaran Pemilih, belum
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
tentu dalam
Paramastuti yang tulisannya
bersangkutanyang dalam
berjudul: kondisi sakit dan
“Perempuan pada saat
Korupsi:
pelaksanaan
Pengalaman Perempuan Pemilu. Dengan
Menghadapi fakta dalam
Korupsi ini, pemilih
Pemilu DPRyangRI
2009.”dianggap terganggu jiwa/ingatannya pada saat pendaftaran
Pemilih,
Masih sudahdengan
berhubungan pasti tema
akanakuntabilitas
kehilangankeuangan
suara politik,
pada saat
Didik
pelaksanaan
Supriyanto Pemilu, padahal
dan Lia Wulandari yangberjudul
dalam tulisan bersangkutan berada
Transparansi dan
dalam Pengelolaan
Akuntabilitas kondisi yangDana
sehatKampanye,
pada saatmenguraikan
itu. Klausul bahwa
ini sangat
dana
kampanyemengancam hak satu
adalah salah pilihhal
warga negara.
penting dalamPasal ini tidak
proses pemilu.boleh
Dana
kampanyedicantumkan
diperlukandalam UU kepemiluan.
oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

166
vi
Pengambilan Keputusan Berbasis
Asumsi
Petugas Pantarlih dengan wawasan disabilitas
yang minim, perspektif yang lemah, dan pendekatan
yang berbeda akan melahirkan hasil identifikasi yang
berbeda pula. Sebagaimana perbedaan data disabilitas
yang sangat mungkin terjadi antar institusi lain. Data
Kementerian Kesejahteraan Sosial dan Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia mengatakan bahwa ada
sekitar 3,063,559 penyandang disabilitas di, Indonesia. Di
waktu yang berbeda, kementerian sosial mencatat bahwa
disabilitas pada tahun 2012 sebanyak 3.838.985 orang,
yang didominasi oleh usia produktif yaitu 25 hingga 55
tahun.
Berbedadengan World Health Survey pada tahun 2006
yang memprediksi bahwa secara global jumlah penyandang
disabilitas adalah antara 15.6%-19.4% dari total populasi
dunia. Bila presentase tersebut diterapkan di Indonesia,
dengan perkiraan jumlah penduduk 240 juta orang, maka
perkiraan jumlah penyandang disabilitas di Indonesia
adalah antara 37–46.5 juta orang. Di lain pihak, United
Nations Economic and Social Commission for Asia and
the Pacific (UNESCAP) pada tahun 2006 mengeluarkan
perkiraan bahwa sekitar 1% dari penduduk Indonesia
adalah penyandang disabilitas, atau sekitar 2,1 juta orang.
Dari catatan di atas hanya menunjukkan perkiraan
jumlah disabilitas, bukan pemilih disabilitas. Sehingga
muncul pertanyaan, dari jumlah tersebut berapakah jumlah

167
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat pemilih
oleh politisi dan pemerintah
penyandang yang terpilih
disabilitas yang untuk memerintah.
sesungguhnya. KPU
Pandangan Hamdan
tentu saja akantersebut berkaitan informasi
menggunakan dengan apa dan
yang data
disampaikan
yang
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
diperoleh dari data pemilih. Namun untuk mengantisipasi Anggaran
pada Tahun Pemilu.”instrumen
kekurangan Yuna menjelaskan
dukunganbahwa Political
bagi budget KPU
disabilitas, cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
harus menggunakan asumsi-asumsi dengan data yang ada
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
dan referensi tambahan dari pihak lain. Dengan harapan
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
instrumen pendukung bagi disabilitas mencukupi.
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
Akibatnya
dalam praktek muncul
penganggaran rantai persoalan
di Indonesia yang berkaitanhanya karena
dengan siklus
diawali oleh sebuah persoalan teknis, yaitu tentang
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat daftar
pemilih
ini, yang menjaditidak berperspektif
perhatian tidak hanyadisabilitas, diantaranya:
political budget tidak
cycles, melainkan
adanya
political perbaikan
corruption terhadap
cycle atau siklus data
korupsipemilih
politik disabilitas yang
pada tahun-tahun
Pemilusesungguhnya serta dengan
yang telah meningkat pola perkembangannya
ekstrim. di Indonesia;
ketidakkemampuan
Masyarakat tidak saja dapatmengidentifikasi dan kesatuan,
ditafsirkan sebagai satu memenuhi tetapi
jenisdibatasi
juga perlu serta mengingat
jumlah alat bantu hakikat
perbedaan disabilitas;
antara instrumen
laki-laki dan
Pemilu
perempuan. tidakhalnya
Seperti ramah disabilitas;
keterwakilan penyediaan
perempuan alatsalah
sebagai bantusatu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu.
yang tidak tepat guna dan fungsi yang kurang efektif UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan
oleh karenasetiap partai politik
identifikasi jenis peserta pemilu
disabilitas harus
yang memenuhi
tidak tepat;
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan,
terdegradasinya prinsip kerahasiaan Pemilu dengan mengingat
praktikadanya
selama ini, pihak yang
tuntutan duduk baik di parlemen
pendampingan; maupun pemerintah
atau kurangnya materi
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
pendidikan pemilih yang aksesibel.
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
Itu sebabnya persoalan daftar pemilih yang aksesibilitas
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
merupakan
Paramastuti persoalanyang
dalam tulisannya yang tidak “Perempuan
berjudul: bisa dianggap kecil.
dan Korupsi:
Melihat
Pengalaman akar masalahnya,
Perempuan Menghadapimaka haldalam
Korupsi utamaPemilu
yang DPRharusRI
2009.”dicarikan solusinya adalah, bagaimana mendesain format
daftar
Masih pemilih yang
berhubungan mengakomodir
dengan semangat
tema akuntabilitas Pasal
keuangan 9 PKPU
politik, Didik
No 9/2013
Supriyanto dan Pasal dalam
dan Lia Wulandari 11 PKPU Noberjudul
tulisan 9/2014.Transparansi
Selanjutnya,dan
bagaimana
Akuntabilitas menyiapkan
Pengelolaan Dana SDM yang memiliki
Kampanye, wawasan
menguraikan bahwa dandana
kampanyepemahaman yangsatu
adalah salah baik
halterkait
pentingdisabilitas, sehingga
dalam proses pemilu.dapat
Dana
kampanyememperkuat
diperlukanaspek pendataan.
oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

168
vi
Akses Dalam Kampanye
Kampanye politik adalah salah satu tahapan penting
dalam pemilu, baik Pemilu Legislatif maupun Pemilu
Eksekutif. Tahapan kampanye adalah ruang bagi kontestan
untuk meyakinkan Pemilih dengan menawarkan visi, misi,
dan program peserta Pemilu. Melalui kampanye, peserta
Pemilu membangun hubungan politiknya secara langsung
kepada pemilih dengan janji-janji politik yang dirasa
menjadi kebutuhan banyak pihak. Semakin menarik janji
politik yang ditawarkan kepada publik, semakin besar
keyakinan calon pemilih untuk menetapkan pilihan
politiknya. Maka dari itu, kampanye seharusnya menjadi
alasan mengapa seseorang memilih calon tertentu.
Namun selama ini, kampanye tidak dilaksanakan
dengan mempertimbangkan kebutuhan warga disabilitas.
Akibatnya warga disabilitas tidak mendapatkan informasi
yang baik. Visi, Misi dan Program kontestan Pemilu tidak
sampai, atau tak utuh diserap oleh pemilih penyandang
disabilitas. Bahkan materinya cenderung tidak bisa
dipahami karena berbagai keterbatasan, utamanya bagi
disabilitas sensorik (mata, pendengaran, dll). Lebih jauh
lagi, warga penyandang disabilitas juga terkadang tak
tahu waktu, tempat, dan cara pemilihan. Sehingga pemilih
disabilitas urung menggunakan hak pilihnya karena
kurang memahami apa yang sesungguhnya diperjuangkan
para kontestan, mereka kehilangan hak pilih.
Persoalan akses banyak menimpa kelompok disabilitas
sensorik (tunarungu dan tunanetra) serta disabilitas fisik

169
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat (tunagrahita).
oleh politisi dan pemerintah yang terpilih
Kedua kategori untuk memerintah.
disabilitas ini kesulitan
Pandangan Hamdan
atau bahkan tersebut
hampir berkaitan
tidak dengan apa yang
bisa mengakses disampaikan
materi-materi
Yuna Farhan
kampanye. Muatan kampanye tidak sampai ke Anggaran
melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi warga
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget
disabilitas dan hubungan politik tidak terbangun. Sehingga cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
tujuan dari kampanye otomatis tidak tercapai dengan baik.
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
Lantas bukan hanya hak pilih yang terhambat, namun
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
aspirasi disabilitas juga tidak terakomodir dengan baik
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
dalam janji politik.
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
Akar Persoalan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Pemilu yang telah meningkat
Persoalan dengan
disabilitas ekstrim.
tidak bisa diselesaikan dengan
Masyarakat tidak saja dapat
menggeneralisir ditafsirkan
solusi, mengingatsebagairagamnya
satu kesatuan, tetapi
bentuk
juga perlu dibatasi dan
disabilitas mengingat perbedaan hakikat
penanganannya. Untukantara laki-laki dan
mengantisipasi
perempuan.
kendalaSeperti halnyapenting
di atas, keterwakilan
untukperempuan
menggali sebagai salahdan
persoalan satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
mencarikan solusi praktisnya.
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
Tunanetra. Kendala utama yang dialami oleh tunanetra
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
praktikadalah mengakses
selama ini, pihak yang informasi
duduk baik diyang bersifat
parlemen visual
maupun pada
pemerintah
setiap
mayoritas bentukoleh
diduduki metode kampanye.
laki-laki. Kontestan
Apabila tidak Pemilu harus
diperjuangkan, hal ini
peka terhadap
akan berdampak negatifsarana alternatif
terhadap mandeknyabagiaspirasi
penglihatan sehingga
perempuan dalam
hukumdisabilitas mendapatkan
dan pemerintahan. informasi
Dan kondisi yangditulis
tersebut telah samaolehdengan
Nindita
wargadalam
Paramastuti lain. Fungsi indera
tulisannya yangyang menjadi
berjudul: andalandan
“Perempuan tunanetra
Korupsi:
adalah indera peraba dan indera pendengar. DPR
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu MakaRI
2009.”alternatif yang harus disiapkan dalam setiap pelaksanaan
kampanye
Masih adalah
berhubungan sarana
dengan temayang bisa didengar
akuntabilitas keuangandan diraba,
politik, Didik
atau sarana audio dan tulisan yang bercetak huruf braille.
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan
Tunarungu. Danayang
Kendala Kampanye,
dialamimenguraikan bahwa
oleh tunarungu dana
adalah
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
mengakses informasi yang bersifat audio dan tulisan pada
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

170
vi
setiap bentuk metode kampanye. Penyelenggara Pemilu
serta kontestan Pemilu harus mengupayakan sarana
alternatif bagi tunarungu agar dapat mengakses seluruh
materi kampanye. Fungsi indera yang menjadi andalan
tunarungu adalah indera penglihatan. Maka sarana
alternatif yang harus disiapkan dalam setiap pelaksanaan
kampanye adalah sarana yang bisa dilihat, atau sarana
visual.
Kendati dapat melihat, lazimnya tunarungu tidak dapat
membaca dan berbicara, karena proses tumbuh kembang
mereka tidak memungkinkan dalam mempelajari tulisan
dan bahasa yang membutuhkan indera pendengaran
dalam proses belajarnya. Alternatif yang digunakan agar
tunarungu mampu memahami bahasa dan tulisan adalah
bahasa isyarat yang hanya secara khusus didesain untuk
tunarungu. Sehingga materi kampanye harus diproduksi
dalam bentuk visual (grafis dan gambar bergerak) yang
berimbang dari produksi informasi yang bersifat audio.
Desain khusus bahasa isyarat juga berarti bahwa
bahasa isyarat juga harus dipelajari oleh tunarungu yang
bersangkutan. Tidak seluruh tunarungu bisa memahami
bahasa isyarat. Namun ada non-tunarungu yang bisa
memahami dan menguasai bahasa isyarat. Oleh sebab
itu, dalam penyelenggaraan kampanye yang menuntut
komunikasi antara manusia dan manusia, maka
penyelenggara dan peserta Pemilu harus semestinya selalu
menggunakan translator tunarungu. Agar setiap materi
yang disampaikan oleh kontestan Pemilu tersampaikan
dengan utuh.

171
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat olehTunagrahita.
politisi dan pemerintah
Kendala yang
yangterpilih
dialamiuntuk memerintah.
oleh tunagrahita
Pandangan Hamdan tersebut
dalam mengakses berkaitan
kampanye bukan dengan apapada
terletak yangbentuk
disampaikan
dan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
sifat informasinya, melainkan pada fasilitas yang tersedia Anggaran
pada Tahun
untukPemilu.”
mengaksesYuna tempat
menjelaskan
kegiatan Political penyebaran
bahwadimana budget cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
informasi tersebut diselenggarakan. Tunagrahita akan
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
selalu mengalami kendala terhadap kegiatan kampanye
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
yang sifatnya pertemuan fisik antara kontestan dan
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
pemilih. Dalam kasus ini, tugas kontestan pemilu adalah
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
menyediakan fasilitas pendukung agar tunagrahita dapat
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
mengakses
ini, yang tempattidak
menjadi perhatian kegiatan secarabudget
hanya political mandiri.
cycles,Kegiatan
melainkan
kampanye harus dilakukan pada tempat-tempat yang
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Pemilumemberikan keleluasaan
yang telah meningkat denganbagi tunagrahita untuk bergerak
ekstrim.
tanpa harus
Masyarakat tidakdibantu oleh
saja dapat pihak lain.
ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
Akses Pungut Hitung
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
syarat verifikasi faktual untuk
Aksesibilitas menjadi
dalam pesertahitung,
pungut pemilu. UU No. 8
atau Tahun
dalam
2012 menegaskan
pelaksanaan setiap partai (pencoblosan)
Pemilu politik peserta pemilu
dan harus memenuhi
penghitungan
30% keterwakilan perempuan.
suara, merupakan Kondisi
salah satuinipersoalan
patut diperjuangkan, mengingat
yang krusial bagi
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
penyandang disabilitas. Selama ini, kritik publik berkenaan
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
dengan persoalan akses disabilitas menghadapi TPS,
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
bilik suara, serta partisipasi dalam proses penghitungan
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
suara. Kendati berhasil melewati tantangan pada tahapan-
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
tahapan yang sebelumnya, disabilitas masih harus bergelut
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”dengan tantangan berikutnya dalam proses pungut hitung.
Kegagalan dalam menjawab persoalan dalam pungut
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
hitung
Supriyanto dankemudian menjadi
Lia Wulandari dalamsebab
tulisanuntuk akibat
berjudul yang lebih
Transparansi dan
besar, yaitu tidak terpenuhinya prinsip LUBER
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana JURDIL
kampanyedalam Pemilu.
adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanyePencoblosan adalah
diperlukan oleh partai perspektif regulasi yang
politik dan kandidatnya belum
untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

172
vi
selesai, fasilitas yang tidak mendukung, teknis pemberian
suara yang tidak ramah dan kadang merepotkan,
pendampingan yang membuka ruang manipulasi.
Sedangkan persoalan dalam penghitungan suara adalah
seputar akses terhadap informasi yang sedang berlangsung.
Dengan perspektif disabilitas yang memadai, akan menjadi
modal untuk menyelesaikan seluruh persoalan.

Perspektif Regulasi dan


Konsekuensi Pungut Hitung
Perkembangan jenis disabilitas belum diiringi dengan
kesiapan regulasi dan instrumen yang memadai. Persoalan
ini merupakan akar rantai persoalan yang panjang, dan
menjadi akibat dari perspektif yang kurang tepat sejak
proses penyusunannya. UU No 42/2008 hanya mengenal
2 jenis disabilitas (tunanetra dan tunadaksa) dalam Pemilu
dan membuka ruang bagi disabilitas fisik lainnya. Dengan
pasal ini, Pemerintah menyediakan seorang pendamping
yang dapat dimanfaatkan jika seorang penyandang
disabilitas menginginkannya, baik yang berasal dari
keluarga maupun dari petugas KPPS. Sebagai kontrol,
pendampingan harus disaksikan oleh seorang petugas
KPPS saat membantu “kliennya” memberikan suara.
Akan tetapi peruntukkan 2 jenis disabilitas ini dinilai
belum memadai. Dilihat dari kategorinya, jangkauan
pengaturan disabilitas hanya menjangkau tunanetra
dan tunadaksa. Ini pula yang menjadi akar masalah
munculnya pasal diskriminasi terhadap disabilitas mental
dalam UU Pilkada. Perspektif pembuat kebijakan menilai

173
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat bahwa
oleh politisi dan pemerintah
gangguan terhadapyangjiwa/ingatan
terpilih untuk memerintah.
bukan bentuk
Pandangan Hamdan
disabilitas. tersebutkebijakan
Pembuat berkaitan dengan apa yang
cenderung disampaikan
menganggap
Yuna Farhan
gangguan jiwa merupakan penyakit kronis yangAnggaran
melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi tidak
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget
cakap untuk mendapatkan hak pilih, serta harus dihambat cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
partisipasinya melalui regulasi. Akibatnya hak pilih warga
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
negara dihilangkan.
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
Penegasan
agregat maupun jenis-jenis
secara spesifik disabilitas Pemilu,
pada tahun-tahun dalamterkonfirmasi
regulasi
dalam penting untuk kepentingan
praktek penganggaran penganggaran
di Indonesia yang Pemilu.
berkaitan dengan siklus
Dengan pembatasan hanya pada disabilitas fisik,
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat maka
orientasi
ini, yang penganggaran
menjadi perhatian Pemilu
tidak hanya nantinya
political terpaku
budget cycles, pada
melainkan
kebutuhan
political dukungan
corruption cycle instrumen
atau siklus untuk
korupsi politik padamembantu
tahun-tahun
Pemilupemilih disabilitas
yang telah meningkatfisik semata,
dengan sedangkan disabilitas lain
ekstrim.
terlupakan.
Masyarakat tidakContohnya, selama ini
saja dapat ditafsirkan instrumen
sebagai dukungan
satu kesatuan, tetapi
untuk
juga perlu disabilitas
dibatasi yangperbedaan
mengingat dianggarkan hakikatoleh KPU
antara adalah
laki-laki dan
Template.
perempuan. SepertiTemplate adalah alat
halnya keterwakilan bantu sebagai
perempuan memilih yang
salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu.
fungsinya memberikan tekstur timbul agar dapat diraba UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai
oleh penyandang politikSerupa
tunanetra. peserta halnya
pemilu dengan
harus memenuhi
fungsi
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan,
huruf braille. Dengan begitu, pemilih tunanetra dapat mengingat
praktikmenentukan
selama ini, pihak yang duduksecara
pilihannya baik di mandiri
parlemen maupun pemerintah
tanpa dukungan
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
pendamping. Tujuannya agar prinsip kerahasiaan dalam
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
Pemilu terjaga.
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
ParamastutiNamun bagi disabilitas
dalam tulisannya fisik “Perempuan
yang berjudul: seperti tunagrahita,
dan Korupsi:
dukungan
Pengalaman pemilunya
Perempuan tidak terlayani
Menghadapi Korupsi karena tidak adanya
dalam Pemilu DPR RI
2009.”anggaran. Ketiadaan anggaran karena regulasi yang tidak
mengakomodasi.
Masih berhubungan dengan Sehingga saat menghadapi
tema akuntabilitas pemilih
keuangan politik, Didik
dengan
Supriyanto disabilitas
dan Lia Wulandariganda
dalam atau
tulisantunagrahita yang tidak
berjudul Transparansi dan
memiliki
Akuntabilitas tangan (atau
Pengelolaan Dana tangan
Kampanye,dan menguraikan
kaki sekaligus),
bahwatetap
dana
kampanyesaja adalah
seorang pemilih
salah satu disabilitas
hal penting harus
dalamdibantu oleh pihak
proses pemilu. Dana
kampanyekedua. Kendatioleh
diperlukan dapat dibantu
partai oleh
politik danpendamping
kandidatnya pilihannya
untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

174
vi
dan disaksikan oleh petugas KPPS, tetap saja aspek
kerahasiaannya tidak terpenuhi. Kemandiriannya dibatasi.
Contoh kasus lain, tunarungu yang biasanya sekaligus
menyandang tunawicara. Selama ini bantuan yang
diberikan petugas KPPS hanya memberikan isyarat kepada
pemilih tunarungu jika yang bersangkutan dipanggil oleh
petugas KPPS untuk memberikan hak pilihnya. Tunarungu
tidak mengetahui apa yang sedang disampaikan oleh
petugas KPPS diawal prosesi pembukaan pemungutan
suara, juga tidak mengetahui arahan-arahan petugas KPPS
yang disampaikan selama pemungutan suara berlangsung,
juga tidak mengetahui dinamika diskusi saat penghitungan
suara. KPU tidak menyediakan sarana pendukung teks
karena regulasi tidak membuka ruang untuk itu.
Penguatan kategorisasi disabilitas dalam regulasi
akan mendorong penganggaran yang berperspektif
disabilitas. Stakeholders akan terdorong untuk melakukan
inventarisasi instrumen pendukung bagi penyandang
disabilitas secara lebih komprehensif. Dengan begitu,
tidak hanya bagi tunanetra namun jenis disabilitas lainnya
terbantu saat menggunakan hak pilihnya dan berpartisipasi
dalam pelaksanaan pemilihan secara mandiri. Pengadaan
kebutuhan instrumen untuk mendukung fungsi-fungsi
yang tidak ada bagi penyandang disabilitas akan optimal.

Dinamika Pemberian Suara


Permasalahan berikutnya kembali hadir saat pemilih
penyandang disabilitas memberikan pilihannya.
Pergantian sistem dari mencoblos ke sistem mencontreng,

175
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat selanjutnya
oleh politisi danmencoblos-mencontreng
pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
serta mencoblos
Pandangan Hamdan
kembali, membuattersebut berkaitan
pemilih dengan apa disabilitas
penyandang yang disampaikan
dan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
pemilih pemula kebingungan. Sejatinya kebingungan Anggaran
pada Tahun Pemilu.”
ini juga dialamiYunaoleh
menjelaskan bahwa Political
banyak unsur pemilih budget cycles
yang lain.
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
Butuh sosialisasi dan pendidikan pemilih yang panjang
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
dan koreksi yang intensif kepada masyarakat untuk
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
meminimalisir kebingungan masyarakat. Pembelajaran
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
bagi para pembuat kebijakan, bahwa inovasi seyogyanya
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
melalui pengkajian yang matang dan mendalam agar
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
kebijakan
ini, yang yang dihasilkan
menjadi perhatian dapat
tidak hanya lestari.
political cycles, melainkan
budget
Pergantiancycle
political corruption sistem
ataumemilih secara politik
siklus korupsi mencotreng pada saat
pada tahun-tahun
Pemiluitu menyulitkan
yang disabilitas
telah meningkat tunanetra untuk memberikan
dengan ekstrim.
suara. Tidak
Masyarakat tidak ada
saja yang
dapatdapat menjamin
ditafsirkan sebagaiapakah contrengan
satu kesatuan, tetapi
yangdibatasi
juga perlu diberikan oleh seorang
mengingat perbedaan disabilitas netralaki-laki
hakikat antara berbekas dan
atau tidak,
perempuan. Sepertiatau apakah
halnya spidol (alat
keterwakilan tulis) yang
perempuan digunakan
sebagai salah satu
syarat verifikasi
bertinta. Akibatnya seorang tunanetra tidak 8 akan
faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. Tahun
2012 menegaskan
mendapatkan setiap partai politik
kepastian atau peserta pemilu
keyakinan harussuaranya
bahwa memenuhi
30% keterwakilan
benar-benar perempuan. Kondisi
tersalurkan, ini patut
kecuali diperjuangkan,
harus didampingi mengingat
oleh
praktikorang
selamayang
ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun
dipercayainya dan seorang petugas KPPS. Ini pemerintah
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
kembali mengancam kemandirian dan kerahasiaan pilihan
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
pemilih.
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
ParamastutiSistem
dalamcoblos juga yang
tulisannya masihberjudul:
menyisakan pekerjaan
“Perempuan dan rumah
Korupsi:
yang berat.
Pengalaman PerempuanPengalaman
Menghadapipemilu 2014,
Korupsi fasilitas
dalam Pemilutemplate
DPR RI
2009.”bagi disabilitas netra masih belum terpenuhi dengan
baik.
Masih Hal ini dengan
berhubungan ditengarai akibat darikeuangan
tema akuntabilitas penyederhanaan
politik, Didik
cara dan
Supriyanto pandang bahwa dalam
Lia Wulandari pelaksanaan PilpresTransparansi
tulisan berjudul relatif lebih dan
sederhana,
Akuntabilitas sehingga
Pengelolaan berimplikasi
Dana Kampanye, pada ketersediaan
menguraikan bahwa alatdana
kampanyebantu template
adalah yanghal
salah satu tidak merata.
penting dalamPrinsip “Satu TPS
proses pemilu. Dana
kampanyedengan Satu Alat
diperlukan olehbantu
partaiMencoblos” bagi disabilitas
politik dan kandidatnya untuknetra
dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

176
vi
tidak terjadi. Bagi pemilih disabilitas netra, di banyak TPS
di wilayah pemantauan banyak yang tidak bisa memilih
secara mandiri akibat ketiadaan braille template . Pemilih
disabilitas netra akhirnya harus menggunakan pendamping
dan kehilangan prinsip kerahasiaannya dalam menentukan
pilihan di bilik suara.
Desaign surat suara yang merupakan konsekuensi dari
sistem Pemilu juga melahirkan kritik tersendiri. Sistem
proporsional daftar terbuka menuntut list kandidat
dimunculkan berbarengan dengan gambar partai. Dengan
demikian, diharapkan terjalinnya hubungan yang kuat
antara kandidat dan konstituten. Kandidat tidak hanya
berharap pada upaya partai, namun dituntut untuk turut
bekerja dan menemui calon pemilih ke lapangan selama
Pemilu. Relasi yang terbangun tidak hanya antara institusi
partai dengan pemilih, namun secara langsung antara
kandidat dengan calon pemilih. Sehingga aspirasi yang
disampaikan oleh pemilih memiliki daya tanggung-gugat
secara langsung kepada si kandidat bila terpilih nantinya.
Sistem pemilu proposional daftar terbuka semestinya
menguntungkan penyandang disabilitas karena membuka
ruang bagi penyandang desabilitas untuk berhubungan
langsung dengan para calon dan calon terpilih. Namun
nyatanya, penyandang disabilitas tidak mendapatkan
manfaat lebih dalam proses pemilihan, justru sebaliknya
hanya jadi sasaran jual beli suara. Sedangkan pada
pasca pemilihan tidak terdapat hubungan khusus antara
calon terpilih dengan penyandang desabilitas sebagai
konstituennya, sehingga semakin banyak kebijakan yang

177
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat tidak
oleh politisi
ramah dan pemerintah
terhadap yang terpilih
penyandang untuk memerintah.
desablitas.
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Jika daftar terbuka tidak berdampak baik bagi
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
penyandang desabilitas, maka kembali ke daftar tertutup
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
menjadi pilihan baik: pertama, memudahkan pemberian
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
suara; kedua, menghindari lebih jauh jadi obyek jual beli
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
suara; dan ketiga, perjuangan kepentingan bisa difokuskan
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregatke partai.secara
maupun Tentuspesifik
denganpada
catatan daftar calon
tahun-tahun Pemilu,disusun oleh
terkonfirmasi
dalam anggota partai melalui
praktek penganggaran di pemilihan
Indonesia yanginternal. Hal dengan
berkaitan ini penting
siklus
karena aspirasi disabilitas selayaknya menjadi pekerjaan-
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
rumah
ini, yang menjadibagi partai,tidak
perhatian yang selanjutnya
hanya diteruskan
political budget kepada
cycles, melainkan
para
political kader-kadernya
corruption cycle atausebagai mainstream
siklus korupsi politikbersama. Pilihan
pada tahun-tahun
Pemiluuntuk berharap
yang telah pada
meningkat individu
dengan partai ternyata tidak lebih
ekstrim.
baik dengan
Masyarakat tidakmenuntut
saja dapat pertanggungjawaban
ditafsirkan sebagai satukepada partai.
kesatuan, tetapi
juga perluImplementasi
dibatasi mengingat perbedaan
pemilu hakikat antara
proposional daftar laki-laki
tertutupdan
perempuan.
juga Seperti halnya keterwakilan
akan memudahkan perempuan
penyandang sebagai salah
desabilitas satu
untuk
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU
memberikan suara. Sistem ini akan mengubah ukuran suratNo. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
suara dan penentuan pilihan menjadi lebih sederhana.
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
Proses pencoblosan selama di bilik pemungutan suara
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
menjadi lebih cepat. Selain hanya memilih gambar partai
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
politik, sistem ini juga memudahkan penyelenggara untuk
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
menyediakan fasilitas secara merata, misalnya pengadaan
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
surat dalam
Paramastuti suara braille.
tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.” Penggunaan Diksi Dan Praktik
Pendampingan
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
SupriyantoDiksi “dapat”
dan Lia dan “berhak”
Wulandari menjadi
dalam tulisan perdebatan
berjudul yang
Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan
prinsipil Dana Kampanye,
dalam penyusunan regulasi.menguraikan bahwadiksi
Bagi disabilitas, dana
kampanye adalah
“dapat” dansalah satu hal
“berhak” pentingpemaknaan
memiliki dalam proses pemilu. Dana
tersendiri. Ini
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk
terkait dengan Pasal 157 yang memberikan pilihan kepada dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

178
vi
penyandang disabilitas untuk menggunakan pendamping
saat menggunakan hak pilihnya. Juga pada pasal-pasal
lain yang menghubungkan antara keterbatasan fungsi
dan kemandirian disabilitas. Muatan yang terkandung
dalam dua kata ini didefinisikan berbeda. Bahkan term
ini dianggap sangat prinsipil dalam hal penghormatan
terhadap penyandang disabilitas.
“Dapat” dinilai mengandung pemaknaan bahwa seorang
disabilitas harus diberikan pilihan untuk mengatasi
keterbatasan fungsi yang tidak ada pada dirinya. Sehingga
diksi ini dianggap terlalu mengikat dan menilai bahwa
seorang disabilitas tidak mandiri. Sedangkan muatan
kata “berhak” dinilai lebih memberikan kebebasan dan
kemandirian. Tidak mengedepankan keterbatasan yang
disandang oleh disabilitas hingga harus menggunakan
pilihan yang disediakan oleh penyelenggara. Kendati para
pengambil kebijakan menilai diksi ini hanya bermaksud
memberikan kemudahan bagi penyandang disabilitas,
namun pemaknaan yang digunakan berhubungan dengan
perlakuan yang diskriminatif dan aspek penghormatan
terhadap sesama manusia.
Dipahami juga bahwa “dapat” merupakan terminologi
yang sering digunakan dalam bahasa hukum untuk
memberikan kebebasan dalam menentukan dua pilihan
atau lebih. Akan tetapi terminologi “berhak” dinilai lebih
memberikan kebebasan serta penghormatan bagi seorang
penyandang disabilitas untuk menentukan pilihan sendiri.
Disabilitas ingin penentuan atau keputusan penggunaan
instrumen dukungan (termasuk pendamping) merupakan

179
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat pilihannya,
oleh politisi danbukan
pemerintah yang terpilih
pilihan yanguntuk memerintah.oleh
disediakan
Pandangan HamdanPemilu.
Penyelenggara tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
Titik tekannya ada pada siapa yang memutuskan untuk
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
menentukan model alat bantu yang akan digunakan.
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
Oleh karena itu, redaksi yang sebaiknya digunakan dalam
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
regulasi adalah “berhak”. Redaksi ini tentunya harus diikuti
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregatdengan
maupunpenguatan aturan
secara spesifik pada terkait instrumen
tahun-tahun Pemilu,pendukung
terkonfirmasi
bagi disabilitas. Agar pilihan-pilihannya
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan lebih banyak
siklus
dan menghargai aspek kemandirian dan kebebasan
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat yang
seharusnya
ini, yang setara dimiliki
menjadi perhatian oleh
tidak hanya setiapbudget
political pemilih.cycles, melainkan
political corruption
Diskursuscycle atau siklus
terminologi inikorupsi
muncul politik padaakibat
sebagai tahun-tahun
dari
Pemiluperlakuan
yang telah meningkat dengan ekstrim.
yang dinilai tidak baik dari petugas-petugas
Masyarakat tidak saja
di lapangan. dapatwarga
Banyak ditafsirkan sebagai satu
penyandang kesatuan,yang
disabilitas tetapi
juga perlu dibatasi mengingat
mengeluhkan perbedaan hakikat
tentang perlakukan petugasantara laki-laki
KPPS yang dan
tidak
perempuan.
ramah, Seperti
atauhalnya keterwakilan
berdasarkan perempuan
kasihan sebagai
sehingga salah satu
membantu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU
secara berlebihan. Perlakuan yang demikian menyinggung No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
perasaan pemilih disabilitas yang seolah-olah dipandang
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
sebagai orang yang tidak berdaya, tidak mandiri dan patut
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
dikasihani. Sejatinya disabilitas hanya soal kekurangan
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
salah satu indera, alat atau organ yang fungsinya dapat
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
digantikan dengan indera, alat atau organ yang lain.
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
ParamastutiPengalaman burukyang
dalam tulisannya yang dialami
berjudul: oleh disabilitas
“Perempuan ini
dan Korupsi:
diyakini
Pengalaman sebagai Menghadapi
Perempuan dampak dari kurangnya
Korupsi pemahaman
dalam Pemilu DPR RI
2009.”panitia/KPPS terhadap disabilitas. Sangat mungkin
terjadi
Masih karena tingkat
berhubungan dengan pendidikan petugas
tema akuntabilitas KPPS politik,
keuangan yang pada
Didik
umumnya
Supriyanto dan Liadidominasi oleh tulisan
Wulandari dalam lulusanberjudul
SMA atau sederajat.
Transparansi dan
DenganPengelolaan
Akuntabilitas demikian,Danatingkat kepekaan
Kampanye, terhadapbahwa
menguraikan pemilih
dana
kampanye adalah salah
disabilitas lemah.satu Ditambah
hal penting lagi
dalamdengan
proses pemilu.
minimnyaDana
kampanye diperlukan
bimbingan oleh yang
teknis partai dilakukan
politik dan oleh
kandidatnya untuk dapat
KPU. Pelayanan
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

180
vi
panitia KPPS dirasakan sangat kurang selama proses
pendampingan.
Misalnya saja, saat mendampingi pemilih disabilitas,
pihak KPPS tidak menanyakan lebih dulu apakah ada
pendamping yang ditunjuk/dipercaya pemilih atau tidak.
Kenyatannya, di banyak TPS di wilayah pemantauan
petugas KPPS langsung saja mengantar pemilih ke bilik
suara tanpa bertanya soal pendampingan dan apalagi
menyodorkan Formulir model C3 bagi pendamping yang
tersedia. Perlakuan ini sangat rentan menyalahi prinsip
Pemilu yang LUBER dan JURDIL.

Akses Terhadap Jabatan Publik


Warga penyandang disabilitas mengalami kesulitan
dalam menggunakan hak memilih sekaligus hak dipilihnya.
Dalam kandidasi legislatif maupun eksekutif, ada stigma
di antara politisi bahwa tingkat keterpilihan kandidat
disabilitas rendah. Tidak begitu menguntungkan dan
tidak menarik berdasarkan hitungan-hitungan politik.
Padahal dalam konteks keterpilihan, terdapat nama besar
Abdurrahman Wahid (Gusdur) sebagai penyandang
disabilitas yang pernah menjabat sebagai presiden paling
fenomenal di Indonesia, kendati pemilihannya melalui
MPR. Beliau sempat menjadi pemimpin bangsa dan
memiliki pengikut ideologis hingga saat ini.
Ada juga Rayu, anggota DPRD Sulawesi Barat periode
2014-2019 yang profesi awalnya sebagai aktivis disabilitas
di Sulawesi. Keterpilihannya di DPRD patut dilihat sebagai
nilai tawar dari kontribusi pemilih disabilitas serta jejaring

181
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat aktivis
oleh politisi dan pemerintah
di daerah setempat.yang terpilih
Saat untuk memerintah.
ini, perhatian Rayu pada
Pandangan
regulasiHamdan tersebut berkaitan
yang mendukung dengan sangat
disabilitas apa yangmembantu
disampaikan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
upaya penyetaraan hak disabilitas dalam penyelenggaraan Anggaran
pada Tahun Pemilu.”
negara. PoinnyaYuna menjelaskan
adalah, kekurangan Political
bahwa fisik budget
tidak cycles
menjadi
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
penyebab penilaian publik dalam politik. Terlebih jika
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
menghitung potensi pemilih disabilitas di Indonesia,
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
sekurang-kurangnya suara disabilitas menempati ruang
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
10% DPT. Angka tersebut cukup signifikan secara politik,
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
ini cukup untuk membantah stigma terhadap tingkat
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
keterpilihan
ini, yang disabilitas.
menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
Pertanyaan
political corruption awal
cycle atauyang harus
siklus dijawab
korupsi politikadalah seberapa
pada tahun-tahun
Pemilubesar ruang
yang telah yang dibuka
meningkat dengan oleh regulasi agar masyarakat
ekstrim.
dapat mengakses
Masyarakat jabatan
tidak saja dapat publik.sebagai
ditafsirkan Berkenaan dengan tetapi
satu kesatuan, itu,
tantangan
juga perlu dibatasiaksesibilitas dalam regulasi
mengingat perbedaan hakikat sejauh ini hanya
antara laki-laki dan
berputar
perempuan. pada
Seperti 2 persoalan
halnya keterwakilanutama dan mengakar,
perempuan yaitu
sebagai salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta
menyangkut persyaratan; i) Kesehatan jasmani danpemilu. UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan
rohani, dansetiap partaipendidikan.
ii) tingkat politik peserta pemilu
Jika harus memenuhi
2 permasalahan ini
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan,
dapat diatasi, maka aksesibilitas terhadap jabatan publik mengingat
praktikdapat
selamadikatakan
ini, pihak yang duduk baik
sempurna. di parlemen
Bahkan akan maupun pemerintah
turut membantu
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
menyelesaikan persoalan yang dihadapi pada setiap proses
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
tahapan Pemilu nantinya.
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
ParamastutiSyarat
dalam“sehat
tulisannyajasmani dan rohani”
yang berjudul: untukdanmenjadi
“Perempuan Korupsi:
anggota
Pengalaman KPU, KPU
Perempuan Provinsi, KPU
Menghadapi Kabupaten/Kota,
Korupsi dalam Pemilu PPUK,
DPR RI
2009.”PPUD/L, dan PPPS, sering ditafsirkan tidak berlaku
bagi
Masih penyadang
berhubungan desabilitas.
dengan Padahalkeuangan
tema akuntabilitas faktanya banyak
politik, Didik
penyandang
Supriyanto desablitasdalam
dan Lia Wulandari yang tulisan
memiliki kemampuan
berjudul untuk
Transparansi dan
menjalankan
Akuntabilitas fungsiDana
Pengelolaan penyelenggara
Kampanye,maupun pelaksana.
menguraikan bahwaOlehdana
kampanyekarena itu, salah
adalah penjelasan terhadap
satu hal pentingpengertian “sehat
dalam proses jasmani
pemilu. Dana
kampanyedan diperlukan
rohani” bahwa hal ini
oleh partai tidakdan
politik membatasi
kandidatnyapenyandang
untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

182
vi
desabilitas, sebagaimana dulu pernah diatur dalam UU
No 12/2003, perlu dicantumkan kembali. Pencantuman
ini juga berlaku bagi syarat calon dan pasangan calon,
sehingga para penyandang desabilitas tidak terhalangi
haknya untuk ikut kompetisi dalam memperebutkan
jabatan publik.
 Syarat pendidikan menjadi persoalan
karena struktur sosial menghadirkan struktur hukum
yang diskriminatif. Banyak warga disabilitas yang minim
mendapat asupan pendidikan yang baik. Bahkan banyak
yang tidak bisa mengakses ke institusi pendidikan resmi
pada umumnya, seperti SD, SMP, SMA bahkan Perguruan
Tinggi. Sehingga tingkat pendidikan warga non-disabilitas
cenderung rendah. Dengan ijazah yang rendah, atau
bahkan ketiadaan ijazah, otomatis akses warga disabilitas
terhadap jabatan publik juga rendah.
Masalah aksesibilitas atas jabatan publik menjadi siklus
persoalan yang tidak terputus, yang akan menimbulkan
dampak korespondensif atau mempengaruhi sebuah
kondisi satu sama lain. Pencalonan yang memberatkan
sudah tentu mengurangi jumlah calon dari warga
disabilitas, baik sebagai penyelenggara, pemimpin
eksekutif atau anggota legislatif. Minimnya calon semakin
menekan peluang keterpilihan warga disabilitas untuk
hadir di lembaga publik. Akhirnya representasi penyandang
disabilitas sedikit jumlahnya, bahkan tidak ada.
Ketiadaan ini akan mengurangi perspektif dan empati
terhadap kondisi disabilitas dalam Pemilu. Selanjutnya
berpengaruh pada regulasi teknis dalam Pemilu. Maka
sudah pasti, keluhan disabilitas untuk menunaikan

183
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat hak
oleh politisi
pilihnyadan tidak
pemerintah
akanyang terpilih untukSiklusnya
terselesaikan. memerintah.
akan
Pandangan Hamdan tersebut
terus berputar sepanjangberkaitan dengan
tingkat apa yang disabilitas
pendidikan disampaikan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
kepada warga non-disabilitas rendah atau tidak menjadi Anggaran
pada Tahun Pemilu.”diYuna
mainstream menjelaskan
masyarakat. sebabPolitical
Olehbahwa budget
itu, penting cycles
untuk
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
mencanangkan gerakan afirmasi bagi disabilitas, dengan
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
mereformasi regulasi yang dibutuhkan disabilitas dalam
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
kepemiluan secara fundamental.
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Kesimpulan
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
Berdasarkan
ini, yang menjadi kajian
perhatian diatas,
tidak hanya ditemukan
political banyakmelainkan
budget cycles, sekali
permasalahan
political corruption cycleseputar
atau siklusaksesibilitas
korupsi politikdalam Pemilu
pada tahun-tahun
Pemiludi yangIndonesia.
telah meningkat
Aksesdengan ekstrim. terbatasi hampir di
disabilitas
setiap tidak
Masyarakat tahapan pemilu,
saja dapat sejak sebagai
ditafsirkan pendaftaran pemilih,
satu kesatuan, tetapi
pencalonan,
juga perlu aktivitas kampanye,
dibatasi mengingat hinggaantara
perbedaan hakikat pungut hitung.
laki-laki dan
perempuan.
Semua Seperti halnya keterwakilan
permasalahan perempuan
ini terjadi sebagai
karena salah satu
stakeholder
syarat verifikasi
pemilu dihegemoni oleh warga non-disabilitas 8 yang
faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. Tahun
2012 menegaskan
berpemahaman setiap partai
rendahpolitik peserta pemilu
terhadap harus memenuhi
aksesibilitas dalam
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan,
pemilu. Muncul banyak regulasi yang pada akhirnya mengingat
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
menjadi siklus merugikan bagi disabilitas di setiap agenda
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
kepemiluan. Jika tidak dilakukan tindakan afirmasi, maka
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
siklus negatif ini tidak akan terputus.
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
ParamastutiJika
dalamsekedar meletakkan
tulisannya dasar“Perempuan
yang berjudul: persoalannya pada
dan Korupsi:
pemahaman
Pengalaman Perempuan terhadap disabilitas
Menghadapi yang
Korupsi minim
dalam di DPR
Pemilu benakRI
2009.”stakeholders, maka kondisi yang akses akan terwujud
dalam
Masih jangka waktu
berhubungan denganyang
temasangat panjang,
akuntabilitas seiring
keuangan lahirnya
politik, Didik
generasi
Supriyanto yang
dan Lia baru dengan
Wulandari perspektif
dalam tulisan yang
berjudul lebih baik.
Transparansi dan
Itu sebabnya
Akuntabilitas penting
Pengelolaan Danauntuk menemukan
Kampanye, akarbahwa
menguraikan masalah dana
kampanyeyangadalah
lebih salah
operasioal namun
satu hal pentingmendasar. Aspekpemilu.
dalam proses ini dapat
Dana
kampanyeditemukan
diperlukandari
olehsusunan regulasi
partai politik kepemiluan.untuk
dan kandidatnya Budayadapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

184
vi
merupakan inspirasi dari terumusnya hukum, namun
hukum juga dapat mempengaruhi perilaku budaya.
Dengan merekayasa hukum kepemiluan, maka budaya
kepemiluan yang tidak akses perlahan akan dapat diatasi
dengan elegan.
Rekayasa hukum yang dimaksud bukan sekedar
mengganti hukum yang tidak akses secara antitesis. Akan
tetapi, perlu ada perombakan yang mendasar, sehingga
proses pemilu dapat berdampak korespondensif terhadap
hasil pemilu, lalu memberi pengaruh balik terhadap proses
pemilu berikutnya secara berkesinambungan. Pemilih
disabilitas dapat berpengaruh dalam proses pemilu, lalu
kebijakan yang dirumuskan oleh para politisi hasil pemilu
berpihak terhadap disabilitas dan memberikan feedback
yang aspiratif dan akomodatif.
Jika dikaji dari sudut pandang yang lebih jauh, persoalan
disabilitas sebenarnya dapat dimulai dari memperbaiki
sistem pemilu. Sistem pemilu saat ini adalah proporsional
terbuka. Mestinya sistem ini menguntungkan penyandang
desabilitas karena membuka ruang bagi penyandang
desabilitas untuk berhubungan langsung dengan para
calon dan calon terpilih. Namun nyatanya, penyandang
desabilitas tidak mendapatkan manfaat lebih dalam
proses pemilihan, justru sebaliknya hanya jadi sasaran
jual beli suara. Sedangkan pada pasca pemilihan tidak
terdapat hubungan khusus antara calon terpilih dengan
penyandang desabilitas sebagai konstituennya, sehingga
semakin banyak kebijakan yang tidak ramah terhadap
penyandang disablitas.

185
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat olehPremisnya
politisi danadalah,
pemerintah
jikayang terpilih
daftar untuk
terbuka memerintah.
tidak berdampak
Pandangan Hamdan
baik bagi tersebutdisabilitas,
penyandang berkaitan dengan
makaapa yang disampaikan
kembali ke daftar
Yuna Farhan
tertutup menjadi pilihan baik. Pertama, memudahkanAnggaran
melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi teknis
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget
pemberian suara bagi disabilitas; kedua, menghindari lebih cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
jauh jadi obyek jual beli suara yang mengorbankan pemilih
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
disabilias; dan ketiga, perjuangan kepentingan disabilitas
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
bisa difokuskan ke partai. Entitasnya lebih besar dan
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
terkonsolidasi. Tentu dengan catatan, daftar calon disusun
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
oleh anggota partai melalui pemilihan internal. Warga
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
disabilitas
ini, yang dapat mengawal
menjadi perhatian tidak hanyaproses
politicalpemilihan internal
budget cycles, ini
melainkan
dengan
political bargain
corruption jumlah
cycle suarakorupsi
atau siklus yang dimilikinya.
politik padaKomitmen
tahun-tahun
politik lebih mudah ditanggung-gugat
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. ke institusi, dan
vonis terhadap
Masyarakat pelanggaran
tidak saja komitmen
dapat ditafsirkan sebagaijuga
satulebih kongkrit
kesatuan, tetapi
dan berdampak.
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
perempuan. Implementasi
Seperti halnyapemilu proposional
keterwakilan daftarsebagai
perempuan tertutup akan
salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu.
memudahkan penyandang disabilitas untuk memberikan UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan
suara. Selain setiap partai
hanya politik peserta
memilih gambarpemilupartaiharus memenuhi
politik, juga
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan,
memudahkan penyelenggara untuk menyediakan fasilitas, mengingat
praktikmisalnya
selama ini,pengadaan
pihak yang duduk
suratbaik di parlemen
suara braille. maupun pemerintah
Undang-undang
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
seharusnya memudahkan penyandang desabilitas untuk
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
mengakses DPS sehingga bisa membantu menyempurnakan
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
DPT. Demikian juga dalam kampanye, partai politik, calon,
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
dan pasangan calon seharusnya membuka akses, misalnya
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”
dengan menampilkan bahasa isyarat agar penyandang
tuna rungu bisa menangkap pesan-pesan kampanye.
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
SupriyantoAkhirnya, undang-undang
dan Lia Wulandari dalam tulisanharus
berjuduljelas memberi
Transparansi dan
perintah
Akuntabilitas kepada Dana
Pengelolaan KPUKampanye,
untuk memenuhi
menguraikan kebutuhan
bahwa dana
kampanyepenyandang desabilitas
adalah salah satu haldalam memberikan
penting dalam proses suara di TPS.
pemilu. Dana
kampanyeSehingga tercipta
diperlukan dukungan
oleh partai politikyang utuh kepada
dan kandidatnya warga
untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

186
vi
Inklusifitas dalam
Daftar Pemilih
Khoirunnisa Agustyati

Abstrak
Setiap warga negara yang sudah memiliki hak pilih
sudah seharusnya namanya masuk di dalam daftar
pemilih. Namun setiap kali pemilu permasalahan daftar
pemilih selalu berulang. Hal ini terkair dengan sumber
data yang digunakan untuk memutakhirkan daftar
pemilih, sumber daya manusia, juga termasuk data
pemilih di luar negeri. Untuk itu perlu adanya perubahan
dalam sistem pendaftaran pemilih. Rekomendasi yang
didorong adalah sumber data yang digunakan adalah
data pemilu terakhir dan sistem penadftaran pemilih
dilakukan secara berkelanjutan.
Kata kunci: pemutakhiran daftar pemilih, hak politik,
inklusifitas

Pengantar
Pendaftaran pemilih merupakan hal penting dalam
proses penyelenggaraan pemilu. Melalui pendaftaran
pemilih hak politik setiap warga negara untuk memberikan
suara dalam proses demokrasi perwakilan akan ditentukan.
Dalam hal ini terfasilitasi atau tidaknya setiap wagra negara

187
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat untuk
oleh politisi dan pemerintah
memberikan suarayang terpilih
dalam untuk memerintah.
pemungutan suara pada
Pandangan Hamdan
saat pemilu tersebut berkaitan
tergantung dengan apa yang
pada keberhasilan disampaikan
pendaftaran
Yuna Farhan melalui
pemilih. tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
Hak memilih bagi setiap warga negara adalah hak politik
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
yang harus dilindungi. Hak pilih sendiri memperoleh
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
jaminan hukum yang diatur dalam Deklarasi Universal Hak
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregatAsasi Manusai
maupun secara (DUHAM).
spesifik padaPasal 21 DUHAM
tahun-tahun menyatakan:
Pemilu, terkonfirmasi
(1) Setiap orang berhak turut serta dalam pemerintahan
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Pemilunegrinya sendiri,
2009 ataupun baik Pemilu
menjelang dengan2014.
langsung
Melihatmaupun dengan
perkembangan saat
perantara
ini, yang wakil-wakil
menjadi perhatian tidakyang dipilih
hanya secara
political bebas;
budget (2)
cycles, Setiap
melainkan
orang
political berhakcycle
corruption atas kesempatasan yangpolitik
atau siklus korupsi sama pada
untuktahun-tahun
diangkat
Pemiludalam jabatan
yang telah pemerintahan
meningkat negrinya; (3) Kemauan rakyat
dengan ekstrim.
harus menjadi
Masyarakat dasar
tidak saja dapatkekuasaan
ditafsirkanpemerintah; kemauantetapi
sebagai satu kesatuan, ini
harus
juga perlu dinyatak
dibatasi dalam perbedaan
mengingat pemilihan-pemilihan berkala
hakikat antara yang
laki-laki dan
jujur Seperti
perempuan. dan yang dilakukan
halnya menurut
keterwakilan hak pilih
perempuan yang salah
sebagai bersifatsatu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu.
umum dan berkesamaan, serta dengan pemungutan suara UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan
yang rahasia setiap partai menurut
ataupun politik peserta pemiluyang
cara-cara haruslain
memenuhi
yang
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut
juga menjamin kebebasan mengeluaran suara. diperjuangkan, mengingat
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
Hak pilih warga negara Indonesia secara tegas diatur
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
kedalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) Pasal
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
27 ayat 1: “Segala warga negara bersamaan kedudukannya
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
di dalam
Paramastuti dalamhukum dan pemerintahan
tulisannya yang berjudul: dan wajib menjunjung
“Perempuan dan Korupsi:
hukumPerempuan
Pengalaman dan pemerintahan
Menghadapiitu dengan
Korupsitidak adaPemilu
dalam kecualinya.”
DPR RI
2009.”Selanjutnya Pasal 28D ayat (1) menyatakan, “Setiap orang
berhak
Masih atas pengakuan,
berhubungan jaminan, perlindungan,
dengan tema akuntabilitas keuangan politik, dan
Didik
kepastian
Supriyanto dan Liahukum yangdalam
Wulandari adil serta
tulisanperlakuan yang sama di
berjudul Transparansi dan
hadapan
Akuntabilitas hukum.” Lalu
Pengelolaan Dana ayat (3) menyatkan,
Kampanye, “Setiap
menguraikan warga
bahwa dana
kampanyenegara berhak
adalah salahmemperoleh kesempatan
satu hal penting yang sama
dalam proses dalam
pemilu. Dana
kampanyepemerintahan”.
diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

188
vi
Secara lebih spesifik, Undang-Undang Nomor 39
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (UU No 39/1999)
Pasal 43 menyatakan “Setiap warga negara berhak untuk
dipilih dan memilih dalam pemilihan umum berdasarkan
pesamaan hak melalui pemungutan suara yang langsung,
umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan.” Bahkan Mahkamah
Konstitusi juga memperhatikan betul hak pilih setiap
warga negara sebagaimana terlihat dalam Putusan perkara
MK No 011-017/PUU-I/2003 yang menyatkan, “bahwa hak
konstitusional warga negara untuk memilih dan memilih
adalah hak yang dijamin konstitiusi, undang-undang,
maupun konvensi internasional, sehingga pembatasan
penyimpangan dan penghapusan hak adalah pelangagran
terhadap hak asasi manusia.”
Meskipun kerangka hukum internasional dan nasional,
menempatkan betapa pentingya hak pilih seorang warga
negara, tetapi dalam perjalanannya, penyusunan dan
pemutakhiran daftar pemilih dalam setiap pemilu di
Indonesia selalu menghadapi masalah. Hasil audit daftar
pemilh yang dilakukan oleh Lembaga Penelitian Pendidikan
Penerapan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) terhadap DPS pada
Juli-Agustus 2008 misalnya, menunjukkan sekitar 20,8%
warga negara yang memiliki hak pilih tidak masuk dalam
daftar pemilih. Selain itu laporan dari Tim Penyelidikan
Pemenuhan Hak Sipil dan Politik dalam Pemilu Legislatif
2009 oleh Komnas HAM menunjukkan terdapat sekitar 25-
40% pemilih kehilangan hak pilihnya karena tidak masuk
dalam daftar pemilih. Putusan MK No 102/PUU-VII/2009

189
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat yang
oleh politisi dan pemerintah
menyatakan bahwa yang terpilih
warga negarauntuk memerintah.
yang tidak masuk
Pandangan Hamdan
dalam daftar tersebut
pemilih berkaitankesempatan
diberikan dengan apa yang
untukdisampaikan
memilih
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
menggunakan KTP, menunjukkan bahwa jumlah pemilih Anggaran
pada Tahun
yang Pemilu.” Yuna menjelaskan
belum terdaftar bahwa Political
cukup siginifikan budgetperlu
sehingga cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
diberikan ruang khusus agar hak pilih warga negara yang
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
tidak terdaftar tersebut tidak hilang. (Ramlan Surbakti D.
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
S., 2012, p. 4)
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
Mengapa
dalam praktek pendaftaran
penganggaran pemilih
di Indonesia sulit menjangkau
yang berkaitan dengan siklus
semua warga negara yang memiliki hak pilih dalam
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan setiap
saat
pemilu?
ini, yang menjadi Salah satu
perhatian sebabnya
tidak adalah
hanya political masih
budget ditemukan
cycles, melainkan
ketidakpastian
political corruption cyclepenggunaan prinsip politik
atau siklus korupsi de jurepadamaupun de
tahun-tahun
Pemilufacto dalam
yang telah mendaftar
meningkat pemilih.
dengan Prinsip de jure mengacu
ekstrim.
pada penggunaan
Masyarakat alamat
tidak saja dapat yang terdapat
ditafsirkan dalam
sebagai satu KK atau
kesatuan, tetapi
KTP,dibatasi
juga perlu sementara de facto
mengingat menggunakan
perbedaan alamat
hakikat antara faktual
laki-laki dan
di mana
perempuan. pemilih
Seperti halnyatersebut tinggal.
keterwakilan Selain sebagai
perempuan itu, penduduk
salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu.
yang tinggal di pemukiman liar, pekerja, mahasiswa, UU No. 8 Tahun
dan
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu
warga kota yang tinggal di pemukiman eksklusif, dan harus memenuhi
30% keterwakilan
pemilih yang perempuan.
tinggal Kondisi ini patut
di wilayah diperjuangkan,
pedesaan, masihmengingat
banyak
praktikbelum
selama terdaftar
ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun
karena tidak mengetahui adanya tahapan pemerintah
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
pemutakhiran daftar pemilih. (Ramlan Surbakti D. S.,
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
2012, pp. 19-20). Selain itu hal yang menjadi masalah
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
adalah masih ada warga yang tidak melaporkan peristiwa
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
kependudukan yang dialami seperti kelahiran, kematian,
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”
dan kepindahan. Kedua hal ini menjadi penyebab data
kependudukan menjadi tidak termutakhirkan. Padahal
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
data kependudukan adalah sumber utama dalam
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
pemutakhiran
Akuntabilitas daftar
Pengelolaan pemilih. Karena
Dana Kampanye, sumber
menguraikan bahwaDP4
dana
bermasalah, maka ketika KPU melakukan pemutahiran
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanyedatadiperlukan
juga mengalami banyak
oleh partai politikmasalah, sehingga
dan kandidatnya Daftar
untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

190
vi
Pemilih Sementara (DPS) dan Daftar Pemilih Tetap (DPT)
juga tetap menyisakan masalah.

Pengaturan Undang-Undang

Pemilu 1955-Pemilu
Pemilu 1955 diatur dalam UU No 27/1948. Undang-
undang tersebut membuat kriteria pemilih adalah pemilih
berusia 18 tahun, tidak terganggu ingatannya tidak
dicabut hak memilihnya, dan tidak sedang kehilangan
kemerdekaannya. Setelah itu terjadi perubahan undang-
undang pemilu menjadi UU No 7/1953. Undang-undang
ini menetapkan warga negara yang sudah memiliki hak
pilih adalah warga negara yang berusia 18 tahun atau
sudah menikah. Tetapi mereka tidak dapat menggunakan
hak pilihnya jika tidak masuk ke dalam daftar pemilih, hak
pilihnya dicabut pengadilan, sedang mengalami hukuman
penjara, dan terganggu ingatannya.
Pengaturan mengenai syarat bagi penduduk untuk
dapat menjadi pemilih kemudian berubah ketika pemilu
pada masa orde baru. Dalam UU No 15/1969 disebutkan
bahwa pemilih adalah warga negara yang sudah berusia 17
tahun dan atau sudah menikah. Selain itu undang-undang
ini juga mencabut hak pilih dan hak dipilih dari orang-
orang yang terlibat dalam Peristiwa G 30S/PKI. Syarat ini
berlaku selama lebih dari 30 tahun selama pemerintahan
orde baru berkuasa. Baru ketika pemerintahan orde
baru jatuh dan dilaksanakan Pemilu 1999 pemilih yang
sebelumnya dianggap terlibat dalam Peristiwa G30S/PKI

191
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat dipulihkan
oleh politisi dan
hakpemerintah
pilihnya. yang terpilih
Namun hakuntuk memerintah.
untuk dipilih atau
Pandangan Hamdan
dicalonkan tersebut
tetap berkaitan
dilarang yang dengan apa yang
kemudian disampaikan
ketentuan ini
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus
dicabut oleh Mahkamah Konsititusi (MK). Politisasi Anggaran
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
Masuk pada Pemilu 2004 persyaratan untuk dapat
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
terdaftar menjadi pemilih tidak berubah. Hanya saja
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
terdapat perubahan mengenai metode pemutakhiran
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregatdaftar
maupunpemilihnya.
secara spesifikPemilu 2004 diatur
pada tahun-tahun Pemilu,dalam UU
terkonfirmasi
dalam 12/2004. Namun di
praktek penganggaran dalam undang-undang
Indonesia ini tidak
yang berkaitan dengan siklus
disebutkan siapa yang menjadi penyedia sumber
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat data
untuk
ini, yang pemutakhiran
menjadi perhatian tidakdaftar
hanyapemilih. Hanyacycles,
political budget dalam Pasal
melainkan
53corruption
political ayat (4) UUcycleNo 12/2003
atau disebutkan
siklus korupsi politikbahwa tata cara
pada tahun-tahun
Pemilupelaksanaan pendaftaran
yang telah meningkat dengan pemilih
ekstrim. ditetapkan oleh KPU.
Dalam tidak
Masyarakat melakukan pemutakhiran
saja dapat daftar
ditafsirkan sebagai satupemilih
kesatuan,KPUtetapi
membuat
juga perlu program
dibatasi yangperbedaan
mengingat bernama hakikat
Pendaftaran
antaraPemilih
laki-lakidan
dan
Pendataan
perempuan. SepertiPenduduk Berkelanjutan
halnya keterwakilan (P4B). sebagai
perempuan Dengansalah
adanyasatu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu.
data ini diharapkan data pemilih dapat dilakukan secaraUU No. 8 Tahun
2012 menegaskan
berkelanjutan setiap
danpartai
tidakpolitik peserta
ada data yangpemilu
hanyaharus memenuhi
sekali pakai
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan,
dan dibuang. Data kependudukan ini juga diharapkan mengingat
praktikdapat
selamaberguna
ini, pihakuntuk
yang duduk baik di parlemen
menentukan jumlahmaupun
anggota pemerintah
DPRD,
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
pembuatan dapil dan juga pembuatan TPS.
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
Untuk melaksanakan program ini KPU bekerja sama
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
dengan
Paramastuti Badan
dalam Pusat Statistik
tulisannya (BPS) dan
yang berjudul: Departemen
“Perempuan dan Dalam
Korupsi:
NegeriPerempuan
Pengalaman khususnyaMenghadapi
Ditjen Administrasi dan Kependudukan.
Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”Pada saat itu Indonesia memiliki lima data kependudukan
yang
Masih tidak terintegrasi,
berhubungan dengan tema yaitu; Kementrian
akuntabilitas dalam
keuangan negeri
politik, Didik
yangdan
Supriyanto mendasarkan
Lia Wulandaripada
dalamKTP, dalam
tulisan halTransparansi
berjudul ini bisa saja dan
seorangPengelolaan
Akuntabilitas warga negaraDanamemiliki lebihmenguraikan
Kampanye, dari satu KTP. Kedua,
bahwa dana
kampanyedataadalah
BPS yang didasarkan
salah pada sensus
satu hal penting dalampenduduk setiapDana
proses pemilu. 10
kampanyetahun sekali atau
diperlukan olehSurvey
partai Penduduk
politik dan Antarsensus (SUPAS).
kandidatnya untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

192
vi
Dari data BPS ini data penduduk menjadi data proyeksi
dibandingkan dengan data real di lapangan. Ketiga, data
dari BKKBN berdasarkan akseptor KB. Keempat, data
kependudukan yang dimiliki oleh Bupati/Walikota. Data
ini seringkali dinaikkan jumlahnya untuk kepentingan
DAU dan DAK yang lebih, dan kelima, data dari KPU pada
Pemilu 1999.
Untuk mendapatkan data yang akurat KPU dan BPS
mengetuk pintu dari rumah ke rumah. Untuk pemilih yang
tidak memiliki tempat tinggal KPU dan BPS melakukan
pendataan serentak pada satu malam di seluruh Indonesia.
Pada saat itu KPU membuat kurang lebih 12 variabel data
kependudukan termasuk data pemilih dengan disabilitas.
Harapan dengan adanya data ini adalah terdapat data
yang dapat digunakan secara berkelanjutan untuk pemilu-
pemilu kedepan. Namun data ini tidak digunakan oleh
Departemen Dalam Negeri untuk kepentingan pemilu
selanjutnya.
Untuk pendataan pemilih pada Pemilu 2009 undang-
undang mengamanatkan kepada pemerintah untuk
menyediakan Data Penduduk Potensial Pemilu (DP4). DP4
ini bukanlah hasil pemutakhiran data terhadap data P4B
yang sebelumya sudah diberikan oleh KPU. Pemerintah
memutakhirkan data penduduk sendiri dengan berbasiskan
KTP dan KK. Sehingga memungkinkan satu orang warga
negara terdata dua kali karena seorang warga negara bisa
memiliki lebih dari satu KTP. Selanjutanya UU No 10/2008
menentukan bahwa KPU kabupaten/kota menggunakan
data kependudukan sebagai bahan penyusunan daftar

193
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat pemilih
oleh politisisementara.
dan pemerintah yang terpilih
Dalam daftar untuk memerintah.
pemilih sekurang-
Pandangan Hamdan
kurangnya tersebut
terdapat berkaitan
nomor dengan
induk apa yang disampaikan
kependudukan (NIK),
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
nama, tanggal lahir, jenis kelamin, dan alamat warga Anggaran
pada Tahun
negaraPemilu.” Yuna menjelaskan
yang memiliki hak memilih.bahwa Political budget cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
Sejak saat itu sumber data untuk pemutakhiran data
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
pemilih bersumber dari data pemerintah. Selain sumber
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregatdata yangsecara
maupun bermasalah
spesifik permasalahan
pada tahun-tahun lainnya pada
Pemilu, Pemilu
terkonfirmasi
dalam 2009
praktekyang lalu adalah
penganggaran peran dari
di Indonesia penyelenggara
yang pemilu
berkaitan dengan siklus
dianggap tidak maksimal dalam tahapan pendaftaran
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
pemilih.
ini, yang menjadiPertama, keterlambatan
perhatian tidak pembentukan
hanya political budget cycles,PPDP di
melainkan
berbagai
political corruptiondaerah. Kedua,
cycle atau siklus keterlambatan pembentukan
korupsi politik pada tahun-tahun
Pemilusekretariat PPS sehingga
yang telah meningkat sekretariat KPU kabupaten/
dengan ekstrim.
kota yang
Masyarakat melayani
tidak kebutuhan
saja dapat ditafsirkanPPS secara
sebagai administrative,
satu kesatuan, tetapi
khususnya
juga perlu dibatasi urusan
mengingatkeuangan.
perbedaan Ketiga, PPS dan
hakikat antara PPDP
laki-laki dan
cenderung
perempuan. Sepertibersikap pasif dalam
halnya keterwakilan memutakhirkan
perempuan daftar
sebagai salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu.
pemilih sementara, yaitu hanya menunggu kedatangan UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan
warga di setiap
kantorpartai politik peserta Keempat,
desa/kelurahan. pemilu harussosialisasi
memenuhi
30% keterwakilan perempuan. Kondisi
tentang pemutakhiran ini patut
daftar diperjuangkan,
pemilih mengingat
sangat terbatas
praktiksehingga
selama ini, kegiatan
pihak yang duduk baik di parlemen
pemutakhiran daftarmaupun pemerintah
pemilih tidak
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
diketahui secara luas. Kelima, sebagian besar warga
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
bersifat pasif karena berbagai alasan, seperti merasa sudah
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
terdaftar karena ikut pemilu pada pemilu sebelumnya,
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
tidak tahu apa kapan dan dimana pemutakhiran daftar
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”
pemilih, ataupun menunggu kedatangan petugas. Karena
itu tidak heran jika tidak banyak warga yang mengecek
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
daftar pemilih sementara (Ramlan Surbakti D. S., 2012).
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Partai
Akuntabilitas politik juga
Pengelolaan memiliki peran
Dana Kampanye, dalambahwa
menguraikan baiknya
dana
kampanyekualitas
adalahdaftar pemilih.
salah satu Dalamdalam
hal penting peraturan disebutkan
proses pemilu. Dana
kampanyebahwa KPU kabupaten/kota
diperlukan oleh partai politikwajib memberikan
dan kandidatnya salinan
untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

194
vi
DPS kepada partai politik pada tingkat kecamatan dalam
bentuk perangkat lunak yang terkunci. Harapannya adalah
setiap partai politik dapat mengecek apakah konstituen
mereka sudah terdaftar dalam daftar pemilih atau belum,
jika belum maka partai politik dapat memberikan masukan
kepada PPS. Namun yang biasanya terjadi adalah tidak
ada masukan dari partai politik di tingkat kecamatan.
Permasalahan mengenai daftar pemilih baru disampaikan
oleh partai politik di tingkat pusat atau ketika penetapan
hasil pemilu sudah akan diumumkan. Hal ini menunjukkan
bahwa mesin partai politik belum bekerja secara maksimal
hingga tingkat bawah. Jika partai politik menyampaikan
permasalahan daftar pemilih sejak tingkat kecamatan
maka permasalahan daftar pemilih tidak akan menumpuk
di akhir tahapan pemilu.
Permasalahan dalam pemutakhiran daftar pemilih
di Pemilu 2009 juga terjadi ketika Pemilu 2014. Sumber
data yang digunakan untuk pemutakhiran daftar pemilih
juga bersumber dari DP4 yang berasal dari pemerintah.
Metode pemutakhirannya pun juga dilakukan dengan cara
yang sama. Namun hasilnya memang cukup berbeda, hasil
pemutakhiran daftar pemilih pada Pemilu 2014 dianggap
lebih akurat dibandingnya dengan pemilu sebelumnya.
Hal ini karena KPU memiliki waktu yang cukup panjang
dalam mempersiapkan tahapan pemilu karena UU No
8/2012 selesai 23 bulan sebelum hari pemungutan suara.
Selain itu KPU juga mengembangkan Sistem Informasi
Daftar Pemilih (Sidalih) yang merupakan sistem online
dimana masyarakat dapat melihat apakah namanya

195
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat sudah
oleh politisi dan pemerintah
terdaftar yangpemilih
dalam daftar terpilih untuk memerintah.
atau belum. Bahkan
Pandangan
operatorHamdan tersebut berkaitan
di kabupaten/kota dapatdengan apa yang
langsung disampaikan
memeprbaiki
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus
data jika terdapat data yang bermasalah. Politisasi Anggaran
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
Hal yang membedakan lainnya adalah pada proses
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
pemutakhiran daftar pemilih Pemilu 2014 terdapat isitilah
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
Daftar Pemilih Tambahan (DPTb), Daftar Pemilih Khusus
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregat(DPK),
maupundan Daftar
secara Pemilih
spesifik Khusus Tambahan
pada tahun-tahun (DPKTb).
Pemilu, terkonfirmasi
dalam DPTb
praktekdiperuntukkan
penganggaran dibagi pemilih
Indonesia yangyang sudah
berkaitan terdaftar
dengan siklus
dalam DPS atau DPT namun karena alasan tertentu
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat pada
hari
ini, yang pemungutan
menjadi perhatiansuara tidak dapat
tidak hanya memilih
political di TPSmelainkan
budget cycles, tempat
dimana
political dirinya
corruption cycleterdaftar dankorupsi
atau siklus harus politik
memilih
padadi tahun-tahun
TPS lain.
PemiluUntuk dapat
yang telah mengurus
meningkat DPTb
dengan maka pemilih harus melapor
ekstrim.
ke daerah
Masyarakat tujuannya
tidak dengan
saja dapat menunjukkan
ditafsirkan sebagai satubukti identitas
kesatuan, tetapi
kependudukan
juga perlu dan bukti
dibatasi mengingat bahwa yang
perbedaan bersangkutan
hakikat sudah
antara laki-laki dan
terdaftar
perempuan. di DPT.
Seperti halnyaBukti sudah terdaftar
keterwakilan di DPT
perempuan dapatsalah
sebagai dilihat
satu
syarat verifikasi faktual untuk
di portal Sidalih KPU. menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
Sementara DPK diperuntukkan bagi pemilih yang belum
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
terdaftar dalam DPS, DPSHP, DPT dan DPTb. Untuk dapat
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
dimasukkan ke dalam DPK pemilih harus menujukkan
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
identitas kependudukan dan melaporkannya paling lambat
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
14 hari sebelum hari pemungutan suara. Bagi pemilih yang
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
belumdalam
Paramastuti terdaftar dalamyang
tulisannya DPSberjudul:
hingga DPK, KPU tetap
“Perempuan masih
dan Korupsi:
membuka
Pengalaman ruang Menghadapi
Perempuan bagi pemilihKorupsi
untuk dalam
dapat Pemilu
memberikan
DPR RI
2009.”hak pilihnya melalui DPKTb. DPKTb diperuntukkan
bagi
Masih pemilih yang
berhubungan belum
dengan tematerdaftar dalam
akuntabilitas daftarpolitik,
keuangan pemilih,
Didik
namun
Supriyanto dan tetap dapat memberikan
Lia Wulandari dalam tulisanhak pilihnya
berjudul pada hari
Transparansi dan
pemungutan
Akuntabilitas suara.
Pengelolaan Pemilih
Dana dengan
Kampanye, kategori bahwa
menguraikan ini dapatdana
kampanyememilih
adalahhanya
salahdengan
satu halmenunjukkan
penting dalamKTP kepada
proses petugas
pemilu. Dana
kampanyeKPPS di TPS. oleh
diperlukan Namun pemilih
partai politik dengan kategori untuk
dan kandidatnya ini hanya
dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

196
vi
dapat memilih di TPS yang sesuai dengan domisili di kartu
identitas kependudukan dan baru dapat memberikan hak
pilihnya satu jam sebelum TPS ditutup.

Permasalahan Daftar Pemilih dari


Pemilu ke Pemilu

Penduduk dan Pemilih


Inti dari sistem pemilu adalah proses konversi dari
saura yang berasal dari pemilih menjadi kursi untuk calon
terpilih. Dalam mengkonversi suara pemilih tersebut
berbagai jenis sistem pemilu yang ada dan diterapkan
secara berbeda-beda oleh masing-masing negara. Pilihan
sistem pemilu tersebut merupakan hasil kesepakatan
antara pembuat undang-undang yang ada di setiap negara.
Dari sistem pemilu yang berbeda tersebut setidaknya
terdapat empat variabel yang menentukan hasil pemilu,
yaitu; besaran daerah pemilihan, jumlah daerah pemilihan,
ambang batas; dan formula perolehan kursi. Proses
konversi dari suara menjadi kursi merupakan turunan
dari proses konversi dari variabel-variabel sistem pemilu
tersebut.
Penentuan empat variabel tersebut ditentukan
berdasarkan dari jumlah penduduk. Jumlah penduduk
digunakan untuk mendata berapa dari jumlah penduduk
tersebut yang menjadi pemilih. Kemdian dari jumlah
pemilih yang terdaftar dalam daftar pemilih akan terlihat
berapa jumlah pemilih yang memberikan hak suaranya
pada hari pemungutan suara. Kemudian dari jumlah

197
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat pemilih
oleh politisi dan pemerintah
yang memberikan yang terpilih
suara untuk memerintah.
tersebut akan terlihat
Pandangan
berapa Hamdan tersebut
jumlah suara berkaitan dengan apa yang disampaikan
sah.
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
Turunan dari jumlah penduduk menjadi jumlah suara
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
sah ini yang kemudian ketika dikonversi dengan variabel
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
sistem pemilu akan menghasilkan turunan hingga jumlah
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
calon terpiluh cadangan. Jumlah penduduk dan jumlah
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregatpemilih
maupunjika dikonversi
secara dengan
spesifik pada besaran Pemilu,
tahun-tahun daerah terkonfirmasi
pemilihan
dalam dan jumlah
praktek daerah pemilihan
penganggaran di Indonesiaakan
yangmenghasilkan
berkaitan denganjumlah
siklus
kursi. Kemudian dari jumlah pemilih yang memberikan
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
suaranya
ini, yang di haritidak
menjadi perhatian pemungutan suara
hanya political budgetjika dikonvesi
cycles, melainkan
dengan
political ambang
corruption cyclebatas
atau dan
siklusformula
korupsi perolehan
politik padakursi untuk
tahun-tahun
Pemiluakan menjadi
yang telah jumlah
meningkat dengancalon terpilih dan jumlah calon
ekstrim.
terpilih tidak
Masyarakat cadangan. Dariditafsirkan
saja dapat proses ini terlihat
sebagai satubahwa dalam
kesatuan, tetapi
menentukan
juga perlu hasil pemilu
dibatasi mengingat akan sangat
perbedaan bergantung
hakikat dengan
antara laki-laki dan
pendataan
perempuan. Sepertijumlah
halnyapenduduk
keterwakilandan pemilih. sebagai salah satu
perempuan
syarat verifikasi faktual untuk menjadi
Untuk itulah data kependudukan peserta pemilu.
sudahUUsepatutnya
No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
terdata dengan baik. Namun inilah yang menjadi
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
permasalahan. Hal ini terlihat dari adanya perbedaan
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
data antara data proyeksi BPS tahun 2012 dengan data
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
DAKK 2012. Pada tahun 2012 Perludem pernah mencoba
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
menyandingkan data DAK2 tahun 2012 dengan data
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
proyeksi
Paramastuti dalampenduduk tahun
tulisannya yang2012 versi“Perempuan
berjudul: Badan Pusat Statistik
dan Korupsi:
(BPS).Perempuan
Pengalaman Data ini disandingkan
Menghadapi dengan
Korupsi data
dalamBPS karena
Pemilu BPSRI
DPR
2009.”adalah lembaga yang secara rutin melakukan survey jumlah
penduduk
Masih dandengan
berhubungan juga tema
melakukan proyeksi
akuntabilitas pertumbuhan
keuangan politik, Didik
jumlah
Supriyanto danpenduduk. Dari
Lia Wulandari persandingan
dalam ini terdapat
tulisan berjudul selisih
Transparansi dan
data yang
Akuntabilitas cukup signifikan.
Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanyeBerdasarkan
adalah salah satu hal penting
DAKK, jumlahdalam proses pemilu.
penduduk Dana
Indonesia
kampanyepadadiperlukan olehmencapai
tahun 2012 partai politik dan kandidatnya
251.857.940 untuk dapat
jiwa. Sementara
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

198
vi
menurut data BPS yang melakukan sensus penduduk
setiap sepuluh tahun, jumlah penduduk Indonesia pada
tahun 2010 adalah 237.556.363 jiwa. Jika proyeksi
pertumbuhan penduduk adalah 1.49% per tahun, maka
jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai
244.688.238 jiwa. Artinya jumlah penduduk pada DAKK
lebih banyak dibandingkan dengan data proyeksi BPS dan
Bappenas, terdapat selisih sebesar 7.169.657 jiwa.
Jika yang diasumsikan 70% penduduk adalah pemilih
maka jika dilihat dari DAKK, 70% dari 251.857.940 adalah
176.300.558, sementara 70% dari jumlah penduduk
proyeksi penduduk BPS 2012 yang berjumlah 238.768.848
adalah 167.138.194. Dari angka ini pun terdapat selisih
9.162.364.
Selisih inilah yang kemudian memunculkan
permasalahan ketika data ini diturunkan kedalam DP4
dan pemutakhiran data pemilih. Sehingga pada Pemilu
2014 yang lalu KPU dalam memutakhirkan data pemilih
berupaya untuk “membersihkan” data yang dianggap
bermasalah tersebut, dan proses ini memakan waktu
yang cukup panjang karena kemudian penetapan daftar
pemilih Pemilu 2014 dilakukan secara berulang kali. Dari
pemaparan tersebut terlihat bahwa jika data penduduk
yang digunakan sebagai sumber data pemilih bermasalah
maka permasalahan daftar pemilih akan terus berulang.

Evaluasi Pendaftaran Pemilih


Berdasarkan UU No 8/2012, penyusunan dan
pemutakhiran daftar pemilih dimulai sejak 16 bulan

199
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat sebelum
oleh politisi hari
dan pemerintah yang terpilih
pemungutan suara.untuk memerintah.
Tahapan dalam
Pandangan
proses Hamdan tersebut
penyusunan berkaitan
dan dengan apa daftar
pemutakhiran yang disampaikan
pemilih
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
untuk Pemilu 2014 tidak jauh berbeda dengan tahapan Anggaran
pada Tahun Pemilu.” pemilih
pendaftaran Yuna menjelaskan bahwa 2009.
pada Pemilu Political Pemerintah
budget cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
adalah sebagai penyedia sumber data pemilih, dalam
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
hal ini pemerintah menyerahkan DP4 kepada KPU. DP4
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
diserahkan oleh kemendagri kepada KPU dan Data WNI
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
luar negeri diserahkan oleh kementrian luar negeri kepada
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
KPU. Untuk tingkat daerah, gubernur menyerahkan DP4
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
penduduk
ini, yang provinsitidak
menjadi perhatian kepada KPU Provinsi
hanya political dan melainkan
budget cycles, bupati/
walikota
political menyerahkan
corruption DP4korupsi
cycle atau siklus penduduk
politikkabupaten/kota
pada tahun-tahun
kepada KPU Kabupaten/Kota.
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
DP4 tidak
Masyarakat tersebut dimutakhirkan
saja dapat oleh KPU
ditafsirkan sebagai Kabupaten/
satu kesatuan, tetapi
Kotadibatasi
juga perlu dan dibentuk
mengingatolehperbedaan
jajaran PPK, PPS,
hakikat dan laki-laki
antara Pantarlih.dan
Pantarlih
perempuan. terdiri
Seperti halnyadari perangkat perempuan
keterwakilan desa, rukun warga,salah
sebagai rukunsatu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU
tetangga, atau nama lain. Intinya adalah orang yang dikenalNo. 8 Tahun
2012 menegaskan
dan mengenal setiapmasyarakat.
partai politikDalam
peserta proses
pemilu pemutakhiran
harus memenuhi
30% keterwakilan perempuan.
daftar pemilih Kondisi
ini tugas ini patut diperjuangkan,
pantarlih mengingat
adalah yang menjadi
praktikujung
selamatombang
ini, pihak yang
dariduduk baik di parlemen
pemutakhiran daftarmaupun
pemilihpemerintah
karena
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
pantarlih adalah pihak yang turun langsung ke lapangan.
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
Berdasarkan Pasal 17 huruf (c) PKPU No 9/2013 tugas
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
pantarlih adalah; mencatat pemilih yang telah memenuhi
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
syarat tetapi belum terdaftar, memperbaiki data pemilih
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”
jika ada kesalahan, menoret pemilih yang telah meninggal
dunia, mencoret pemilih yang pindah domisili, mencoret
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
pemilih yang berubah status dari sipil menjadi TNI/Polri,
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
mencoret
Akuntabilitas pemilih yang
Pengelolaan Dana belum berusia
Kampanye, 17 tahun dan
menguraikan belum
bahwa dana
menikah pada hari pemungutan suara, dan mencoret
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanyepemili yang telah
diperlukan olehdipastikan tidak
partai politik ada
dan keberadaannya.
kandidatnya untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

200
vi
Setelah mendapatkan data dari pantarlij, PPS menyusun
Daftar Pemilih Sementara (DPS) dalam waktu satu bulan.
DPS kemudian diumumkan kepada masyarakat selama 14
hari. Selain dimumumkan kepada masyarakat, DPS juga
diberikan kepada peserta pemilu pada tingkat kecamatan
melalui PPK. Setalah mendapatkan masukan dari
masyarakat dan peserta pemilu, PPS memperbaiki DPS
dan menyusun Daftar Pemilih Sementara Hasil Perbaikan
(DPSHP). Kemudian DPSHP diumumkan kepada
masyarakat dan peserta pemilu. Setelah memperbaiki
DPSHP berdasarkan masukan dari masyarakat dan peserta
pemilu, PPS menetapkan DPSHP akhir. Lalu DPSHP akhir
diserahkan kepada KPU Kabupaten/Kota melalui PPK.
Lalu KPU Kabupaten/Kota menetapka DPT. DPT ini
kemudian diserahkan kepada KPU, KPU Provinsi, PPK,
dan PPS. Salinan DPT ini wajib diberikan kepada peserta
pemilu di tingkat kabupaten/kota dan perwakilan peserta
pemilu di tingkat kecamatan oleh KPU Kabupaten/Kota.
Salinan DPS yang dimaksud diberkan dalam bentuk salinan
soft copy dan cakram padat dengan format terkunci.
Hal yang membedakan antara proses penyusunan dan
pemutakhiran daftar pemilih Pemilu 2014 adalah adanya
istilah Daftar Pemilih Tambahan (DPTb), Daftar Pemilih
Khusus (DPK), dan Daftar Pemilih Khusus Tambahan
(DPKTb). DPTb diperuntukan bagi pemilih yang sudah
terdaftar dalam DPT namun karena alasan tertentu pada
hari pemungutan suara tidak dapat memberikan suaranya
di TPS dimana yang bersangkutan terdaftar. Untuk itu
pemilih seperti mahasiswa, pekerja, atau dengan alasan

201
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat lain
oleh politisi
yang dan pemerintah
sudah yang terpilih
mengetahui tidak untuk
dapatmemerintah.
memberikan
Pandangan Hamdanpada
hak pilihnya tersebut
hariberkaitan dengan apa
pemungutan yangmaka
suara disampaikan
yang
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
bersangkutan harus melapor di KPU Kabupaten/Kota asal. Anggaran
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
Namun ketentuan ini kemudian diubah KPU, bagi
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
pemilih yang akan pindah pada hari pemungutan suara
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
maka tidak perlu mengurus ke KPU Kabupaten/Kota asal
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregatkarena
maupun akan memberatkan
secara spesifik padapemilih, sehingga
tahun-tahun pemilih
Pemilu, dapat
terkonfirmasi
dalam langsung mengurus di
praktek penganggaran di Indonesia
KPU Kabupaten/Kota di tempat
yang berkaitan dengan siklus
yang baru. Hal ini lebih memudahkan memilih
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat dalam
mengurus
ini, yang DPTb. Untuk
menjadi perhatian itu bagi
tidak hanya pemilih
political yang
budget akanmelainkan
cycles, pindah
dan
political akan mendaftar
corruption cycle atau dalam
siklusDPTb harus
korupsi memenuhi
politik syarat;
pada tahun-tahun
Pemilumemiliki
yang telahbukti identitas
meningkat kependudukan
dengan ekstrim. dan memiliki bukti
sudah terdaftar
Masyarakat tidak sajadidapat
DPT.ditafsirkan
Bukti sudah terdaftar
sebagai dalam DPT
satu kesatuan, tetapi
dapat
juga perlu dilihatmengingat
dibatasi dalam portal KPU. hakikat antara laki-laki dan
perbedaan
perempuan. Seperti
Selain ituhalnya keterwakilan
UU 8/2012 perempuan sebagai
juga memberikan ruang salah
kepada satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU
pemilih yang tidak memiliki identitas kependudukan untuk No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
terdaftar dalam daftar pemilih. Pemilih dengan kategori
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
tersebut masuk dalam Daftar Pemilih Khusus (DPK). DPK
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
diperuntukan bagi pemilih yang idak memiliki identitas
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
kependudukan, atau tidak terdaftar dalam DPS, tidak
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
terdaftar dalam DPSHP, tidak terdaftar dalam DPT, tidak
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
terdaftar
Paramastuti dalamdalam DPTb.yang
tulisannya DPK disusun
berjudul: dan ditetapkan
“Perempuan oleh
dan Korupsi:
KPU Provinsi.
Pengalaman Perempuan DPK disusun paling
Menghadapi Korupsilambat
dalam14Pemilu
hari sebelum
DPR RI
2009.”hari pemungutan suara.
Selanjutnya,dengan
Masih berhubungan untuk temamengakomodir seluruh
akuntabilitas keuangan warga
politik, Didik
negara
Supriyanto dan yang telah memiliki
Lia Wulandari hak berjudul
dalam tulisan pilihnya, maka KPU
Transparansi dan
membuka
Akuntabilitas ruang kepada
Pengelolaan pemilih yang
Dana Kampanye, memilikibahwa
menguraikan identitas
dana
kampanye adalah salahtetapi
kependudukan satu hal
tidakpenting dalam
terdaftar proses
dalam pemilu.
daftar Dana
pemilih
kampanyeuntukdiperlukan oleh
tetap dapat partai politik
memilih hanya dan kandidatnya
dengan untuk KTP
menunjukkan dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

202
vi
yang bersangkutan. Namun dengan catatan harus memilih
di TPS yang sesuai dengan domisili yang tercantum dalam
data kependudukan tersebut dan memilih pada waktu satu
jam sebelum TPS ditutup.
Permasalahan yang dihadapi dalam tahapan
pendaftaran pemilih untuk Pemilu 2014 pada dasarnya
tidak jauh berbeda dengan permasalahan pada pemilu-
pemilu sebelumnya. Masih terdapat permasalahan
seperti tidak akuratnya data pemilih, hal ini terlihat dari
panjangnya proses menetapkan daftar pemilih tetap. Jika
seuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan oleh KPU maka
penetapan daftar pemilih tetap ditetapkan pada bulan
Oktober, namun karena masih banyaknya masalah hal ini
mundur hingga Desember 2013, dan DPT yang sudah tetap
itu masih dapat diperbaiki hingga Febuari 2014.

Pemilih di Luar Negeri


Sama halnya dengan proses pemutakhiran daftar
pemilih di dalam negeri, proses pemutakhiran pemilih di
luar negeri juga mendapati persoalannya sendiri. Hal ini
terjadi karena banyak data penduduk yang tersebar yang
mencatat data pemilih di luar negeri. Bagi WNI yang
tinggal di luar negeri jika melaporkan kedatangannya
di luar negeri maka namanya akan dicatat di Konjen
atau Keduataan Besar Indonesia yang ada di luar negeri.
BNP2TKI pun memiliki data sendiri terkait dengan
jumlah TKI yang berangkat ke luar negeri. Imigrasi pun
memiliki data penduduk yang keluar ataupun masuk ke
luar negeri. Banyaknya instansi pemerintah yang memiliki

203
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat data
oleh politisi dan pemerintah
ini sayangnya yang terpilihdengan
tidak terintegrasi untuk memerintah.
baik sehingga
Pandangan Hamdan
pendataan tersebut
pemilih berkaitan
yang ada dengan
di luarapanegeri
yang disampaikan
menjadi
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
tidak akurat. Berdasarkan data yang dimiliki KPU Anggaran
pada
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget
Pileg 2014 yang lalu, data pemilih di luar negeri adalah cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
sebanyak 2.03.298 pemilih. Namun menurut migrant care
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
data ini masih kurang dari data yang seharusnya akrena
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
jumlah TKI yang berangkat ke luar negeri setiap tahunnya
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
bertambah. Belum lagi ditambah dengan TKI yang ilgal
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
yang jumlahnya juga tidak sedikit. Untuk itulah KPU perlu
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
berintegrasi
ini, yang dengan
menjadi perhatian instansi
tidak hanyaterkait yang
political berkaitan
budget dengan
cycles, melainkan
penyedia
political data
corruption penduduk
cycle yangkorupsi
atau siklus ada dipolitik
luar negeri.
pada tahun-tahun
Pemilu yangSelain pendataandengan
telah meningkat pemilih yang ada di luar negeri,
ekstrim.
KPU juga
Masyarakat perlu
tidak sajamemberikan kemudahan
dapat ditafsirkan bagi
sebagai satu pemilihtetapi
kesatuan, di
luar dibatasi
juga perlu negeri mengingat
dalam memberikan pilihannya.
perbedaan hakikat antara Sebetulnya
laki-laki dan
Indonesia
perempuan. Sepertitelah
halnyamengatur
keterwakilan mengenai
perempuansoal pemilih
sebagai di
salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu.
luar negeri melalui UU No 7/2953 tentang Pemilihan UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik
Anggota Konstituante peserta pemilu
dan Anggota Dewan harus memenuhi
Perwakilan
30% keterwakilan perempuan.hak
Rakyat. Pemberian Kondisi ini patut
kepada diperjuangkan,
pemilih yang adamengingat
di luar
praktiknegeri
selamadikenal
ini, pihakdengan
yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
istilah external voting. ACE project
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
mencatat terdapat empat cara yang dapat dilakukan agar
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
pemilih di luar negeri dapat memberikan hak pilihnya.
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Pertama adalah personal voting. Personal voting adalah
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
pemilih harus menuju ke satu tempat khusus dalam
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”
memberikan suaranya, tempat tersebut adalah dapat
berupa TPS ataupun kantor kedutaan Indonesia yang ada
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
di luar negeri. Kedua, adalah potal voting. Dalam postal
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
voting pemilih
Akuntabilitas memberikan
Pengelolaan suarnaya
Dana Kampanye, di tempat dia
menguraikan tinggal
bahwa dana
di luar negeri atau tempat khusus yang dia minta
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana untuk
kampanyemenerima surat
diperlukan olehsuara.
partai selanjutnya surat suarauntuk
politik dan kandidatnya tersebut
dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

204
vi
dikirimkan kembali ke kantor perwakilan di luar negeri
atau dikirim kembali ke negaranya melalui pos. Ketiga
adalag proxy vote. Dalam proxy vote pemilih yang tinggal
di luar negeri mewakilkan pemberian suaranya kepada
orang lain. Bisa kepada orang yang ada di negara asalnya
atau yang berada di luar negeri. Yang jelas adalah orang
yang mewakili adalah orang yang ditunjuk langsung
oleh orang yang bersangkutan. Keempat adalah melalui
peralatan elektronik (electronic means). Memberikan
suara melalui perangkat elektronik dapat dilakukan
dengan menggunakan internet, personal digital assistance
(PDA), maupun telepon atau telepon seluler. Dari keempat
cara tersebut, Indonesia baru mempraktekkan dua cara
saja yaitu metode personal vote dan postal vote. (Husein,
2014, p. 278)

Mekanisme Pendaftaran Pemilih


Agar permasalahan dalam pemutakhiran daftar
pemilih tidak terulang, sejumlah mekanisme baru dalam
pemutakhiran daftar pemilih ditawarkan. Jika sumber data
yang sebelumnya digunakan adalah data kependudukan
yang berasal dari pemerintah, maka kedepan sumber
data yang digunakan sebagai sumber data adalah DPT
pemilu terakhir. Data kependudukan yang berasal dari
pemerintah yang dikenal dengan DP4 tetap digunakan
sebagai data tambahan dan juga sebagai alat untuk
mengsingkronisasi dengan DPT pemilu terakhir. Selain
itu KPU juga mengintegrasikan data DPT terakhir dengan
data-data kependudukan lainnya seperti data pemilih yang

205
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat ada
oleh di
politisi
luar dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
negeri.
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Ketika data DPT pemilu terakhir dan data kependudukan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
dari pemerintah sudah disingkronkan maka KPU
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
Kabupaten/Kota dapat langsung menyusun Daftar Pemilih
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
Sementara (DPS). Masyarakat, partai politik, dan peserta
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
pemilu dapat memberikan masukan terhadap DPS ini
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregatdalam
maupun waktu
secara30 hari.pada
spesifik Kemudian KPUPemilu,
tahun-tahun Kabupaten/Kota
terkonfirmasi
melakukan perbaikan terhadap DPS tersebut
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan dan daftar
siklus
pemilih langsung ditetapkan sebagai Daftar
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saatPemilih
Tetap.
ini, yang menjadiDengan mekanisme
perhatian tidak hanyaseperti
politicalini harapannya
budget KPU
cycles, melainkan
tidak
political perlu berpanjang-panjang
corruption dalam
cycle atau siklus korupsi menetapkan
politik daftar
pada tahun-tahun
Pemilupemilih.
yang telahJika masih dengan
meningkat ada warga negara yang memiliki hak
ekstrim.
pilih namun
Masyarakat tidak tidak terdaftar
saja dapat dalamsebagai
ditafsirkan daftarsatu
pemilih terdapat
kesatuan, tetapi
ruang
juga perlu untukmengingat
dibatasi didata dalam Daftarhakikat
perbedaan Pemilihantara
Khusus (DPK).
laki-laki dan
SelainSeperti
perempuan. itu bagi pemilih
halnya yang sudah
keterwakilan terdaftar
perempuan namun
sebagai pada
salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU
hari pemungutan suara tidak dapat memilih di TPS tempat No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai
yang bersangkutan politik maka
terdaftar pesertapemilih
pemilu tersebut
harus memenuhi
dapat
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan,
dimasukkan dalam Daftar Pemilih Pindahan. Dalam mengingat
praktikmelakukan
selama ini, pihak yang duduk
proses baik di parlemen
pemutakhiran daftarmaupun
pemilihpemerintah
dapat
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
dilakukan dengan teknologi informasi seperti yang selama
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
ini dikembangkan oleh KPU.
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Kesimpulan
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.” Pertama, hak pilih seorang warga negara dalam pemilu
diatur
Masih baik dalam
berhubungan denganstandar internasional
tema akuntabilitas dan juga
keuangan dalam
politik, Didik
konstitusi
Supriyanto dan LiaUUD 1945dalam
Wulandari Pasaltulisan
27 ayat (1) yang
berjudul berbunyi
Transparansi dan
“SegalaPengelolaan
Akuntabilitas warga negaraDanabersamaan
Kampanye,kedudukannya di dalam
menguraikan bahwa dana
kampanyehukum dansalah
adalah pemerintahan dan wajib
satu hal penting dalammenjunjung hukum
proses pemilu. Dana
kampanyedan diperlukan
pemerintahana itu dengan
oleh partai politiktidak
dan ada kecualinya”.
kandidatnya untukSerta
dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

206
vi
Pasal 28D ayat (1) dan (3) yang menjelaskan “ (1) Setiap
orang berhak atas pengakuan, jeminan, perlindungan,
dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang
sama di hadapan hukum; (3) Setiap warga negara berhak
memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan”
Kedua, walaupun sudah dijamin dalam konstitusi namun
dalam perjalan pemilu pasca-reformasi masih terdapat
sejumlah permasalahan terkait dengan pemutakhiran
daftar pemilih. Permasalahannya tersebut antara lain
terkait dengan (1) sumber data pemilih. Selama ini sumber
data untuk pemutakhiran data pemilih adalah data yang
berasal dari pemerintah atau Data Penduduk Potensi
Pemilih Pemilu (DP4). Data ini dianggap tidak akurat
karena terdapat sejumlah permasalahan seperti selisih data
dengan data yang dimiliki BPS. Selain itu data penduduk
dari pemerintah tidak akurat karena masih banyak
penduduk yang tidak melaporkan peristiwa kependudukan
yang terjadi seperti pindah domisili, melaporkan keluarga
yang sudah meninggal dunia, atau berganti identitas
kependudukan. Masalah lainnya adalah terkait dengan
anggaran. Karena anggaran untuk pemutakhiran data
pemilih seringkali datang terlambat sehingga petugas di
lapangan tidak dapat melakukan pemutakhiran daftar
pemilih secara maksimal. Masalah lain yang muncul adalah
seringkali terdapat pergantingan penyelenggara pemilu
di daerah ketika tahapan pemutakhiran daftar pemilih
sedang berjalan.
Ketiga, isu usia minimal untuk dapat dikategorikan
menjadi pemilih. Selama ini usia memilih yang diterapkan

207
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat adalah
oleh politisi
17 dan pemerintah
tahun. Namunyang terpilih
hal ini untuk memerintah.
sempat menjadi
Pandangan Hamdan
perdebatan tersebut
karena berkaitan
usia dengan
17 tahun apa yang
masih disampaikan
dikategorikan
Yuna Farhan
sebagai anak-anak. Sehingga sempat muncul Anggaran
melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi untuk
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget
menaikkan usia memilih menjadi 18 tahun. Namun diskusi cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
yang berkembang adalah walaupun usia 17 tahun masih
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
dalam kategori anak-anak namun usia ini sudah memiliki
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
identitas kependudukan. Selain itu dengan memberikan
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
hak pilih kepada warga negara yang sudah berusia 17 tahun
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
dapat meningkatkan partisipasi pemilih dan juga dapat
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
mengangkan
ini, yang isu lokal
menjadi perhatian tidakdari kalangan
hanya politicalanak
budgetmuda.
cycles, melainkan
Keempat, cycle
political corruption syaratatau
sudah atau
siklus pernah
korupsi menikah
politik pada untuk ikut
tahun-tahun
Pemilupemilu juga
yang telah menjadidengan
meningkat permasalahan
ekstrim. karena hal ini dianggap
melegalkan
Masyarakat tidakpernikahan di bawah sebagai
saja dapat ditafsirkan usia. satu kesatuan, tetapi
juga perluKelima,
dibatasi perlu
mengingat perbedaankembali
didiskusikan hakikat memberikan
antara laki-lakihak
dan
perempuan. Seperti halnya
pilih kepada keterwakilan
TNI/Polri. perempuan
Isu mengenai sebagai kembali
pemberian salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU
hak pilih untuk TNI/Polri muncul karena ada pengalaman No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
trauma masa lalu. Pertimbangan memasukkan kembali
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
TNI/Polri sebagai salah satu warga negara yang diberikan
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
hak pilih adalah karena memilih adalah hak sipil setiap
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
warga negara baik itu sipil ataupun militer. Di sejumlah
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
negara yang menerapkan aturan ini pun tidak bukti bahwa
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
pilihan
Paramastuti dari tulisannya
dalam militer adalah hasil dari“Perempuan
yang berjudul: komando atasannya.
dan Korupsi:
Hak sipil
Pengalaman perlu Menghadapi
Perempuan diberikan kepada
Korupsisetiap
dalam warga
Pemilu negara
DPR RI
2009.”karena hak sipil berbeda dengan terlibat secara langsung
dalam
Masih berpolitik
berhubungan sehingga
dengan pilihan untuk
tema akuntabilitas memasukkan
keuangan politik, Didik
militer
Supriyanto danke dalam
Lia hak pilih
Wulandari perlu
dalam dipertimbangkan.
tulisan berjudul Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
Rekomendasi
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanyePertama,
diperlukanbatas
oleh partai politik dan
usia memilih kandidatnya
tetap untuk
diberikan kepadadapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

208
vi
warga negara yang sudah memasuki usia 17 tahun tetapi
tidak perlu disertakan syarat sudah atau pernhah menikah.
Kedua, perlu mempertimbangkan kembali untuk
memasukkan TNI/Polri sebagai warga negara yang
diberikan hak pilihnya karena hak pilih merupakan hak
sipil namun perlu dipertimbangkan bagaimana teknis
pengaturan tata cara pemilihan bagi prajurit karena
prajurit TNI/Polri sering kali ditugaskan berpindah-
pindah tempat.
Ketiga, sumber data untuk pemutakhiran daftar pemilih
diserahkan kepada DPT pemilu terakhir dan KPU sebagai
pengelola utama pemutakhiran daftar pemilih. Sehingga
KPU tidak bergantung kepada data kependudukan dari
pemerintah.
Keempat, proses pemutakhiran daftar pemilih yang
selama ini panjang dan rumit perlu dipersingkat. Selama
ini data pemilih ditetapkan jauh-jauh hari sebelum hari
pemungutan suara karena untuk sjumlah kepentingan
seperti untuk kepentingan logistik. Jika menggunakan data
DPT pemilu terakhir maka KPU sudah dapat memprediksi
berapa jumlah pemilih pada pemilu berikutnya sehingga
dapat langsung memperkirakan kebutuhan logistik di TPS.
Kelima, perlu dilakukan integarsi antar-lembaga terkait
dengan pendataan pemilih di luar negeri karena setiap
lembaga memiliki data-data mengenai warga negara
Indonesia di luar negeri.

209
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
Referensi
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Husein, H. (2014). Pemilu Indonesia. Fakta, Angka,
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
Ananlisis,
pada Tahun damYuna
Pemilu.” Studimenjelaskan
Banding. Jakarta: Perludem.
bahwa Political budget cycles
Ramlan
sudah menjadi Surbakti,
fenomena D. S.
universal (2012).dengan
didukung Seri berbagai
Demokrasi
studi
empirisElektoral.
di berbagaiMeningkatkan
Negara. BerbagaiAkurasi
variabelDaftar Pemilih. Jakarta:
yang mempengaruhi politcal
budgetKemitraan.
cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
Supriyanto, D & Mellaz, A. (2011). Ambang Batas
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Perwakilan: Pengaruh Parliamentary Threshold Terhadap
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
Penyederhanaan Sistem Kepartaian dan Proposionolitas
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
Hasil Pemilu. Jakarta : Perludem.
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

210
vi
Menyederhanakan
Sistem Kepartaian
Heroik M. Pratama

Abstrak
This study try to eleborate how to simplify the political
parties system in Indonesia through minimizing district
magnitude, as one of technical variable electoral system.
Referring to the simulations with calculate ballot letters
political parties election 2014 using the district magnitude
3-6 seats , 3-8 , 3-10 with four different formula calculation:
hare, droop, d’hond, and saint lague. Showing that, 3-6
varian district magnitude able to do simplicity political
parties system and encourages the creation of a pluralism
limited political parties system.
Kata kunci: sistem pemilu, sistem kepartaian, daerah
pemliihan.

Pengantar
Sejak pemilu pertama 1955 sampai dengan pemilu
2015, terdapat lebih dari dua partai politik relevan dalam
pengambilan keputusan di parlemen yang menandakan
dianutnya sistem multipartai di Indonesia. Adanya
pemilahan sosial masyarakat “social claveges” secara

211
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat suku,
oleh politisi
budaya,dan dan
pemerintah
agamayang terpilih
menjadi untuk
suatu memerintah.bagi
keniscayaan
Pandangan Hamdan
Indonesia tersebut berkaitan
menerapkan dengan apa yang
sistem multipartai disampaikan
dengan tujuan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
untuk menampung representasi politik yang beragam Anggaran
pada Tahun
denganPemilu.”
berbagaiYuna menjelaskan
ideologi maupun bahwa Political
program budget
yang cycles
diusung
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
oleh partai politik.
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
Meski dinilai relevan dari sudut pandang sistem sosial
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregatmasyarakat,
maupun secaradari sudutpada
spesifik pandang sistem Pemilu,
tahun-tahun politik terkonfirmasi
khususnya
dalam sistem
praktek pemerintahan
penganggaran dipenerapan sistem
Indonesia yang multipartai
berkaitan dengantidak
siklus
sepenuhnya mampu berjalan seirama dengan
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saatsistem
pemerintahan
ini, yang presidensialisme
menjadi perhatian yang
tidak hanya political diusung.
budget Adanya
cycles, melainkan
purifikasi
political corruptionsistem pemerintahan
cycle atau siklus korupsipresidensialisme yang
politik pada tahun-tahun
Pemiluditandai
yang telah dengan
meningkatdipilihnya secara langsung presiden
dengan ekstrim.
dan wakil
Masyarakat presiden
tidak melalui
saja dapat mekanisme
ditafsirkan sebagai pemilihan umum
satu kesatuan, tetapi
(pemilu).
juga perlu Menempatkan
dibatasi presidenhakikat
mengingat perbedaan terpilih sebagai
antara single
laki-laki dan
cheif Seperti
perempuan. executive yangketerwakilan
halnya memiliki kewenangan dan tanggung
perempuan sebagai salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu.
jawab untuk mengambil keputusan dan kebijakan publik. UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan
Akan tetapi setiap partaidalam
karena politiksetiap
pesertaperumusan
pemilu haruskebijakan
memenuhi
30% keterwakilan perempuan.
publik seperti Kondisi
APBN, ini patut diperjuangkan,
presiden mengingat
harus memperoleh
praktikpersetujuan
selama ini, pihak
dariyang duduk baik
lembaga di parlemen
legislatif. maupun
Sehingga, pemerintah
sering kali
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
presiden terpilih mengalami kesulitan untuk menghasilkan
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
kebijakan ketika harus berhadapan dengan parlemen
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
karena banyaknya partai politik dengan tingkat fragmentasi
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
politik yang cukup tinggi, ditambah dengan adanya koalisi
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”
partai politik minoritas pengusung presiden terpilih.
Studi yang dilakukan
Masih berhubungan dengan tema olehakuntabilitas
Hanta Yudha (2010)politik,
keuangan misalnya,
Didik
berhasil
Supriyanto menunjukan
dan Lia Wulandari dalam ketidakberdayaan pemerintahan
tulisan berjudul Transparansi dan
Susilo Pengelolaan
Akuntabilitas BambanganDana Yudhoyono
Kampanye,dihadapan parlemen
menguraikan bahwayang
dana
kampanyesetiap saat salah
adalah bisa menolak
satu hal kebijakan publik
penting dalam yangpemilu.
proses diusulkan
Dana
kampanyepemerintah.
diperlukanHal
olehinipartai
kemudian
politik mendorong pemerintahan
dan kandidatnya untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

212
vi
SBY untuk membangun koalisi lebih gemuk melibatkan
enam partai politik Demokrat, PKS, Golkar, PPP, PKB, dan
PAN untuk mempermudah proses persetujuan kebijakan
publik yang diusulkan presiden kepada DPR.
Pada sisi lain, Dodi Ambardi (2009) dalam studinya
“Mengungkap Politik Kartel” melihat terdapat kebijakan
yang berbasis transkasional dari dihadapkannya sistem
pemerintahan presidensialisme dengan sistem kepartaian
multipartai. Karena adanya ketidaksepahaman antara
partai politik di parlemen dengan pemerintah dalam
pembahasan kebijakan publik tertentu, adanya transaksi
antara eksekutif dan legislatif menjadi sarana sekaligus
pelumas untuk memuluskan kebijakan publik yang
diusulkan. Sehingga sering kali praktek ini berujung pada
korupsi.
Kompleksitas, inefektivitas, dan instabilitas memang
sudah menjadi paradoks dasar dari relasi yang ditimbulkan
antara sistem pemerintahan presidensialisme dengan
sistem multipartai ekstrim. Jika merujuk pada studi
yang dilakukan oleh Scott Mainwering (1993) sebagian
besar negara yang mampu mempertahankan sistem
pemerintahan presidensialisme ialah negara yang
menerapkan sistem dwi partai. Sedangkan negara-negara
yang menerapakan sistem presidensialisme dengan sistem
multipartai secara bersamaan, sebagian besar mengalami
deadlock akibat tingginya tingkat fragmantasi politik di
parlemen yang berujung pada konflik antara eksekutif dan
legislatif.
Salah satu cara untuk mengukur tingkat fragmantasi

213
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat politik
oleh politisi
di dan pemerintah Laaks
parlemen, yang terpilih
dan untuk memerintah.
Taagepera (1979)
Pandangan Hamdan tersebut
memformulasikan berkaitan
rumus dengan apa
matematis yang disampaikan
indeks effective
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
number of parliamentary parties atau yang dikenal dengan Anggaran
pada Tahun
istilahPemilu.”
ENPP. Yuna menjelaskan
Semakin tinggi hasil Political
bahwahitung budget
indeks cycles
ENPP
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
maka semakin terfragmantasi dan semakin tidak efektif
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
dalam pengambilan keputusan. Sedangkan semakin rendak
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
nilai ENPP maka semakin efektif pula proses perumusan
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
kebijakan publik karena tingkat fragmantasi politik yang
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
rendah.
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
Dari pemilu
ini, yang menjadi perhatian1955 sampai
tidak hanya dengan
political pemilu
budget cycles, terakhir
melainkan
2014,
political indekscycle
corruption ENPP atau paling rendahpolitik
siklus korupsi terjadi
padapada masa
tahun-tahun
Pemilupemerintahan orde baru.
yang telah meningkat denganHal ini karena hanya terdapat tiga
ekstrim.
partai politik
Masyarakat sebagai
tidak saja dapatpeserta pemilih
ditafsirkan dan
sebagai pemilu-pemilu
satu kesatuan, tetapi
yangdibatasi
juga perlu diselenggarakan
mengingat pada masa hakikat
perbedaan orde baru tidak
antara berjalan
laki-laki dan
sesuaiSeperti
perempuan. dengan prinsip
halnya pemilu yang
keterwakilan demokratis.
perempuan sebagaiSehingga
salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu.
rendahnya indeks ENPP dan efektifnya penyelenggaraan UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan
pemerintahan setiapselama
partai politik
orde peserta pemilu harus memenuhi
baru dilatarbelakangi oleh
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan,
rekayasa sistem politik yang dilakukan oleh rezim. mengingat
praktikSedangkan
selama ini, pihak yangreformasi,
pasca duduk baik di parlemensistem
dimana maupunpolitik
pemerintah
di
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
Indonesia lebih terbuka dan penyelenggaran pemilu
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
dilaksanakan sesuai dengan prinsip jujur, adil, langsung,
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
umum, bebas, dan rahasia. Menghasilkan tingkat ENPP
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
yang sebagian besar terfragmantasi dan cenderung tidak
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”
efektif dalam setiap pengambilan keputusan.
Dengan melihat
Masih berhubungan denganrealitas tersebut, keuangan
tema akuntabilitas upaya melakukan
politik, Didik
penyederhanaan
Supriyanto sistemdalam
dan Lia Wulandari kepartaian
tulisandari multipartai
berjudul ekstrim
Transparansi dan
yang jumlahnya
Akuntabilitas Pengelolaanlebih
Danadari lima partai
Kampanye, politik relevan
menguraikan bahwa dana di
kampanyeparlemen
adalah menuju
salah satumultipartai
hal penting moderat dengan
dalam proses jumlah
pemilu. Dana
kampanyemaksimal limaoleh
diperlukan partai relevan
partai politikdidan
parlemen, menjadi
kandidatnya untukfokus
dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

214
vi
bahasan utama di setiap revisi UU Pemilu. Peningkatan
besaran parliementary threshold (PT) atau ambang batas
parlemen bagi setiap partai politik untuk memperoleh
kursi DPR, menjadi salah satu variabel dari sistem pemilu
yang selalu diupayakan untuk memangkas jumlah partai
politik di DPR. Tetapi, realitasnya pada Pemilu 2009
dengan besaran PT 2,5% menghasilkan sembilan partai
politik di DPR dengan jumlah partai relevan sebanyak
enam partai, dan Pemilu 2014 lalu dengan besaran PT
3,5% menempatkan sepuluh partai politik di DPR dengan
tingkat ENPP 8,2. Yang artinya Indonesia masih menganut
sistem multipartai ekstrim dengan terdapat lebih dari lima
partai politik di parlemen.
Keberadaan PT sering kali dijadikan jalan pintas bagi
partai politik besar khususnya untuk membatasi partai-
partai politik kecil untuk meraih kursi DPR. Turki adalah
salah satu negara dengan besaran tertinggi di dunia yakni
10% yang menghasilkan dua partai politik di parlemen.
Tetapi dampak buruk yang dihasilkan dari semakin tinggi
PT ialah disproposionalitas suara pemilih dalam pemilu,
atau terbuangnya secara sia-sia suara pemilih bagi partai
politik yang tidak mampu meraih ambang batas tersebut.
Berkaca dari pengalaman serta dampak negatif tersebut,
peningkatan besaran PT tidak dapat dijadikan sarana
untuk menyederhanakan sistem kepartaian di Indonesia.
Untuk itu tulisan ini berusaha untuk menawarkan sebuah
rekayasa sistem pemilu dengan merubah besaran district
magnitude atau besaran alokasi per-daerah pemilihan
yang dikolerasikan dengan formula penghitungan suara,

215
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat dalam
oleh politisi dan pemerintah
rangka yang terpilihsistem
menyederhanakan untuk memerintah.
kepartaian di
Pandangan Hamdan
Indonesia. Untuktersebut berkaitan dengan
membuktikan apabesar
sebarapa yang disampaikan
pengaruh
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
dari kombinasi dua variabel sistem pemilu ini terhadap Anggaran
pada Tahun
sistemPemilu.” Yuna menjelaskan
kepartaian, bahwa
studi ini akan Political budget
disimulasikan cycles
dengan
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
perolehan suara partai politik Pemilu 2014.
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
Sehingga paling tidak terdapat tiga hal yang akan
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregatdihasilkan
maupun secaradarispesifik
studi pada
ini: pertama,
tahun-tahun membentuk daerah
Pemilu, terkonfirmasi
dalam pemilihan baru dengan
praktek penganggaran besaranyang
di Indonesia 3-6 berkaitan
dan 3-8 dengan
perdaerah
siklus
pemilihan. Kedua, menghitung perolehan kursi
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat partai
politik
ini, yang menjadiper-daerah
perhatian tidakpemilihan dengan
hanya political menggunakan
budget cycles, melainkan
besaran
political district
corruption magnitude
cycle atau siklusdan formula
korupsi penghitungan
politik yang
pada tahun-tahun
Pemiluberbeda-beda. Ketiga,
yang telah meningkat menghitungan
dengan ekstrim. besaran indeks ENPP
dari hasil
Masyarakat perolehan
tidak saja dapatkursi partaisebagai
ditafsirkan politiksatu
dengan besaran
kesatuan, tetapi
alokasi
juga perlu kursimengingat
dibatasi dan formula penghitungan
perbedaan yanglaki-laki
hakikat antara berbeda-dan
beda untuk
perempuan. Sepertimelihat sistem kepartaian
halnya keterwakilan yangsebagai
perempuan terbentuk.
salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
Sistem Pemilu dan Sistem
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
Kepartaian
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
Sistem pemilu dan sistem kepartaian merupakan satu
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
hukumlainnya. Bentuk Dan
dan pemerintahan. sistem pemilu
kondisi yang
tersebut telahdianut beririsan
ditulis oleh Nindita
secara langsung dengan bentuk sistem kepartaian
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: disuatu
negara.
Pengalaman Studi yang
Perempuan dilakukanKorupsi
Menghadapi Maurice Duverger
dalam Pemilu (1950)
DPR RI
2009.”berhasil menjelaskan sistem pemilu plurality majority
selalu
Masih menghasilkan
berhubungan dengansistem dua partai keuangan
tema akuntabilitas dan sistem pemilu
politik, Didik
propotional
Supriyanto representation
dan Lia Wulandari berhasil
dalam tulisan membentuk
berjudul sistem
Transparansi dan
banyakPengelolaan
Akuntabilitas partai atau multipartai.
Dana Kampanye, Hal ini terjadi
menguraikan karena
bahwa dana
kampanyeadanya efek
adalah mekanis
salah satu halyang ditimbulkan
penting dalam prosesdaripemilu.
variabel-
Dana
kampanyevariabel langsung
diperlukan sistempolitik
oleh partai pemilu
danyang berfungsi
kandidatnya untukuntuk
dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

216
vi
mengkonversi suara menjadi kursi. District magnitude atau
besaran alokasi kursi per-daerah pemilihan dan electoral
formula atau formula penghitungan suara menjadi kursi,
menjadi dua varibel langsung dari sistem pemilu yang
berpengaruh pada sedikit banyaknya jumlah kursi partai
politik di parlemen.
District magnitude merupakan jumlah alokasi kursi
parleman yang disedikan dalam satu daerah pemilihan
untuk diperebutkan oleh partai politik. Secara teoritik
besaran daerah pemilihan diklasifikasikan kedalam dua
jenis yakni: Pertama, daerah berkursi tunggal single
member constituency maksudnya ialah didalam satu
daerah pemilihan terdapat satu kursi parlemen yang
diperebutkan. Kedua, besaran daerah pemilihan berkursi
jamak multi member constituency atau lebih dari dua kursi
yang diperebutkan dalam satu daerah pemilihan. Multi
member constituency district magnitude terbagi dalam
dua jenis: besaran daerah pemilihan kecil yang dalam satu
daerah pemilihan terdapat 2-5 kursi yang diperebutkan,
besaran daerah pemilihan sedang yaitu dalam satu daerah
pemilihan terdapat 6-10 kursi, dan besar daerah pemilihan
besar yang terdapat lebih dari 10 kursi yang diperubutkan
dalam satu daerah pemilihan.
Jumlah alokasi kursi per-daerah pemilihan secara
tidak langsung mencerminkan jumlah partai politik
relevan di parlemen. Single mamber constituency yang
digunakan dalam sistem pemilu plurality majority dengan
memperebutkan satu kursi dalam satu daerah pemilihan,
hanya memberikan ruang pada partai politik besar

217
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat untuk
oleh politisi dan pemerintah
memperoleh kursiyang terpilih untuk
parlemen yang memerintah.
berujung pada
Pandangan Hamdan
terciptanya tersebut
sistem duaberkaitan dengan apa
partai seperti yang disampaikan
Amerika Serikat.
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
Sedangkan, multi mamber constituency dengan terdapat Anggaran
pada Tahun Pemilu.”
lebih dari satuYuna
kursimenjelaskan
dalam satubahwa Political
daerah budget
pemilihan cycles
untuk
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
diperubatkan, memberikan ruang kepada partai-partai
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
menengah dan partai kecil untuk memperoleh kursi di
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
parlemen. Sehingga varian multi mamber consituency
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
mampu mendorong terciptanya sistem kepartaian
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
pluralitas atau multipartai.
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
Secara perhatian
ini, yang menjadi lebih spesifik,
tidak hanyaDieter
politicalNohlan menjelaskan
budget cycles, melainkan
korelasi
political tersebut
corruption cycle terjadi karena
atau siklus semakin
korupsi politikrendah besaran
pada tahun-tahun
Pemiludistrict magnitude
yang telah semakin
meningkat dengan sulit peluang partai politik
ekstrim.
kecil “gurem”
Masyarakat tidak sajauntuk mendapatkan
dapat ditafsirkan sebagaikursi, sedangkan
satu kesatuan, tetapi
apabila
juga perlu besaran
dibatasi daerahperbedaan
mengingat pemilihan kecil antara
hakikat denganlaki-laki
bilangandan
genapSeperti
perempuan. (2,4,6 halnya
dan seterusnya)
keterwakilankecenderungan partaisalah
perempuan sebagai politik
satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu.
yang memperoleh suara di peringkat ke dua akan memetikUU No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik
rezeki (P Kartawidjaja peserta pemilu
& S Pramono , 2009harus memenuhi
). Sebaliknya
30% keterwakilan
jika besaran perempuan. Kondisi ini patut
daerah pemilihan dengandiperjuangkan,
angka ganjilmengingat
(1,3,5
praktikdan
selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun
seterusnya) kecenderungan partai politik peraih suara pemerintah
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
terbanyak akan meraih kesempatan untuk memperoleh
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
kursi.
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
ParamastutiNamun demikian,yangkorelasi
dalam tulisannya berjudul: pembentukan
“Perempuan dan sistem
Korupsi:
kepartaian
Pengalaman ini tidak
Perempuan hanya melibatkan
Menghadapi Korupsi dalam variabel
Pemilu district
DPR RI
2009.”magnitude semata tetapi terdapat peran variabel formula
penghitungan
Masih electoral
berhubungan dengan temaformula yangkeuangan
akuntabilitas berfungsi untuk
politik, Didik
mengkonversi
Supriyanto suara dalam
dan Lia Wulandari menjadi kursi.
tulisan HalTransparansi
berjudul ini karena, dan
masing-masing
Akuntabilitas Pengelolaanformula penghitungan
Dana Kampanye, suara bahwa
menguraikan memilikidana
kampanyekarakter yang
adalah berbeda
salah dalam
satu hal menghitung
penting suarapemilu.
dalam proses partai dan
Dana
kampanyemengelaokasikannya dalam
diperlukan oleh partai wujud
politik dankursi di parlemen.
kandidatnya untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

218
vi
Secara teoritik, setiap sistem pemilu memiliki formula
penghitungan suaranya masing-masing. Sistem pemilu
plurality majority atau yang lebih dikenal dengan istilah
sistem pemilu mayoritas dalam proses penghitungan
suaranya menekankan pada prinsip the winner take
all, yaknikandidat yang meraih suara terbanyak secara
otomatis menjadi pemenangnya. Akan tetapi karena
terdapat beberapa varian dari sistem pemilu mayoritas
salah satunya two round systems, yang menerapkan
ambang batas suara 50%+1 yakni hanya kandidat
yang memperoleh suara lebih dari 50% yang berhak
memperoleh kursi. Adanya penerapan ambang batas ini
dilatarbelakangi oleh beberapa aspek yang salah satunya
ialah drajat keterwakilan dan dukungan atau legitimasi
terhadap kandidat terkait.
Berbeda dengan sistem Pemilu mayoritas, dalam
sistem pemilu proposional terdapat dua bentuk formula
penghitungan suara yakni kuota dan divisor yang
didalamnya memiliki variannya masing-masing. Pertama,
formula penghtiungan suara kuota terbagi kedalam dua
varian: kuota hare dan kuoata droop. Kuota hare atau
yang lebih dikenal dengan sisa suara terbanyak (the largest
remainder). Formula ini banyak digunakan di negara
Austria, Belgia, Denmark, Yunani, Islandia, dan juga Italia
untuk memilih majelis rendah. Dalam formula ini terdapat
dua varian teknin penghitungan yakni varian Kuota Hare
dan Kuota Droop dengan karakter utama adanya bilangan
pembagai pemilih.
Untuk kuota Hare rumus yang digunakan untuk

219
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat memperoleh
oleh politisi dan pemerintah
bilangan yang terpilih
pembagi pemilihuntuk memerintah.
ialah: HQ= V(vote)/
Pandangan
S(seat).Hamdan
Setelah tersebut
bilanganberkaitan
pembagi dengan apadiketahui,
pemilih yang disampaikan
total
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
perolehan suara partai atau kandidat akan dibagi kedalam Anggaran
pada Tahun Pemilu.”
bilangan Yuna
tersebut menjelaskan
dan jika masihbahwa Political
ada sisa budget cycles
hasil pembagian,
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
kursi akan dialokasikan kepada sisa suara terbesar.
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
Sedangkan dalam varian kuota Drop yang membedakan
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
adalah adanya rumus mencari bilang pembagi pemilih yang
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
di tambah satu DQ= V(vote)/S(seat)+1. Varian formula
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
penghitungan suara ini, sangat ramah bagi partai politik
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
dengan
ini, yang menjadiperolehan suara
perhatian tidak yang
hanya tidak
political terlalu
budget signifikan.
cycles, melainkan
Hal ini karena, adanya bilang pembagi yang ditentukan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Pemiluoleh
yang besaran perolehan
telah meningkat suara
dengan partai dalam pemilu secara
ekstrim.
keseluruhan.
Masyarakat Sehingga
tidak saja formula ini
dapat ditafsirkan sangat
sebagai saturelevan untuk
kesatuan, tetapi
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki di
mengakomodir partai-partai politik kecil untuk duduk dan
kursi parlemen.
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
syarat verifikasi
Kedua, faktual untuk
formula menjadi peserta
penghitungan pemilu.
divisor UU No.
terbagi 8 Tahun
kedalam
2012 menegaskan
dua variansetiap
yang partai politik peserta
diantaranya: Divisorpemilu harus memenuhi
Jefferson/D’Hondt
30% keterwakilan perempuan.
dengan Divisor Kondisi ini
Webster/St patut diperjuangkan,
Lague. Jika dalam mengingat
formula
praktikkuota
selamabilang
ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
pembagi pemilih terlebih dahulu dicari melalui
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
rumus, sedangkan formula divisor bilang pembaginya
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
sudah ditentutkan. Untuk varian D’Hondt bilangan
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
pembagi terdiri dari angka 1,2,3,4,5... dst, sedangkan
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
varian Webster bilangan pembagi terdiri dari angka-angka
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”
ganjil seperi 1,3,5,7... dst. Bilangan pembagi ini akan terus
dibagi sampai dengan jumlah suara habis terbagi dan akan
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
diambil nilai suara terbesar untuk dialokasikan kedalam
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
kursi sesuai
Akuntabilitas denganDana
Pengelolaan jumlah kursi yang
Kampanye, diperbutkan
menguraikan dalam
bahwa dana
satu daerah pemilihan. Sehingga formula penghitungan
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanyeini diperlukan
lebih menguntungkan partai
oleh partai politik dan politik besaruntuk
kandidatnya dengan
dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

220
vi
perolehan suara yang signifikan untuk meraih banyak
kursi di Parlemen. Dengan kata lain, formula ini sedikit
banyak merugikan partai-partai kecil untuk meraih kursi
parlemen dan relevan untuk digunakan dalam rangka
menyederhanakan sistem kepartaian.
Meski demikian, dalam melihat sistem kepartaian sering
kali terjebak pada nalar jumlah partai politik di parlemen.
Sebagai contoh, pada tahun 2005 hasil Pemilu Inggris
menempatkan 12 partai politik duduk di parlemen. Dari
646 kursi parlemen Inggris, hanya terdapat dua sampai
dengan tiga partai politik yang memiliki pengaruh dalam
pengambilan keputusan, karena adanya konsentrasi kursi
parlemen pada tiga partai dua partai besar: Partai Buruh
(356 kursi), Partai Konservatif (198 kursi), dan Partai
Liberal (62 kursi). Sedangkan 30 kursi lainnya tersebar
ke sembilan partai dengan perolehan kursi satu hingga
sembilan. Dari sinilah kemudian Inggris dikategorisasikan
sebagai negara yang menganut sistem dua partai dwi partys
sisytems.
Untuk itu dalam melihat bentuk sistem kepartaian,
Laakso dan Taagepera (1979) memperkenalkan rumus
matematis effective number of parliamentary parties atau
yang disebut dengan indeks ENPP. Formula penghitungan
ini digunakan untuk melihat berapa banyak partai politik
relevan atau sebarapa banyak jumlah kursi di parlemen
yang terkonsentrasi kepada partai politik tertentu. Formula
ini berlandaskan pada pertanyaan: apakah kekuatan politik
terkonsentrasi pada satu partai, atau terbagi di antara
berbagai partai politik ? (Supriyanto, D & Mellaz, A, 2011,

221
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat hal.
oleh politisi dan pemerintah
30). Secara lebih jauhyang terpilihIndeks
formula untuk memerintah.
ENPP tersebut
Pandangan Hamdanberikut:
adalah sebagai tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Pemilu 2009Dengan
ataupunmenggunakan
menjelang Pemilurumus matematis
2014. Melihat tersebut,
perkembangan saat
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles,
barulah dapat diketahui bentuk sistem kepartaian yang melainkan
political corruption
dianut cycle atau
oleh suatu siklus
negara. korupsi
Salah satupolitik
ilmuwanpadapolitik
tahun-tahun
asal
PemiluItalia
yang telah meningkat dengan ekstrim.
Giovanni Satori paling tidang mengklasifikasikan
Masyarakat
sistem tidak saja dapat
kepartaian keditafsirkan
dalam sebagai
tujuh satu kesatuan,
kategori tetapi
bentuk
juga perlu dibatasi mengingat
diantaranya one party perbedaan hakikat antara
system/sistem partailaki-laki dan
tunggal,
perempuan. Seperti halnya
hegemonic keterwakilanhegemonik,
party/partai perempuan sebagai salah satu
predominant
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU
party/partai predominan, two party/dua partai, limited No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
pluralism/pluralisme terbatas, extreme pluralism/
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
pluralisme ekstrem dan atomized/ atomik. Tetapi untuk
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
sistem pluralisme atau yang lebih dikenal dengan sistem
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
multipartai, ia membagi kedalam dua bentuk yakni limited
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
pluralism atau multipartai sederhana yakni jumlah kursi
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
di parlemen
Paramastuti terkonsentari
dalam tulisannya yang kedalam
berjudul: tiga sampai lima
“Perempuan partai
dan Korupsi:
politi. Perempuan
Pengalaman Dan, extreme pluralism
Menghadapi atau dalam
Korupsi multipartai
Pemiluekstrim
DPR RI
2009.”dengan terdapat konsentrasi kursi lebih dari lima partai
politik
Masih di parlemen.
berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
SupriyantoTipologi Sistem Kepartaian
dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Tingkat
Jumlah Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
Jarak Ideologis
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
Partai Rendah Tinggi
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

222
vi
3–5 Pluralisme Pluralisme
Moderat terbatas namun
terpolarisasi

>5 Plurlisme Pluralisme


Ekstrem Terpolarisasi
(Ambardi, 2009, hal. 11)

Rekam Jejak Sistem Kepartaian

Pemilu 1955 sebagai pemilu nasional pertama bagi


Indonesia menjadi penanda era multipartai jilid pertama.
Tercatat, 34 partai politik terdaftar sebagai peserta pemilu
dan menghasilkan 28 partai politik yang berhasil meraih
kursi DPR. Kendati demikian, indeks ENPP Pemilu 1999
sebesar 6.4 yang berarti terdapat enam partai dominan di
parlemen dalam mengambil keputusan antara lain: Partai
Nasional Indonesia (PNI) dan Masyumi dengan perolehan
57 kursi; Nahdlatul Ulama (NU) 45 kursi; Partai Komunis
Indonesia 39 kursi; Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII)
dan Partai Kristen Indonesia (Parkindo) dengan perolehan
masing-masing 8 kursi.
Kegaduhan dan stabilitas politik negara yang berujung
pada jatuh bangunnya kabinet pada era pemerintahan
parlementer, nampaknya sudah menjadi konsekuensi yang
harus diterima dari penerapan sistem multipartai ekstrim.
Hal ini karena adanya rentang jarak ideologi yang cukup
jauh antar partai politik, dimulai dari ideologi kiri dengan
aliran nasionalis dan komunis direpresentasikan oleh PNI

223
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat dan
oleh politisi dan pemerintah
PKI, dengan yang terpilih
partai politik untuk memerintah.
berhaluan agama sebagai
Pandangan
ideologiHamdan
seperti tersebut
Masyumi, berkaitan dengan
NU, PSII, danapa yang disampaikan
Parkindo.
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
Konflik berkepanjangan antar partai, memaksa presiden
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
pertama Indonesia mengeluarkan Penpres No. 7/1959
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
yang disusul dengan dikeluarkannya Penpres 13/1960
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
mengenai penagkuan, pengawasan, dan pembubaran partai
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregatpolitik
maupun dibawah sistem pada
secara spesifik demokrasi terpimpin
tahun-tahun alaterkonfirmasi
Pemilu, Soekarno
dalam (Dhakidae dalam Pamungkas
praktek penganggaran di Indonesia2012:
yang 152). Daridengan
berkaitan 28 partai
siklus
politik yang ada, hanya tersisa sepuluh partai politik
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat yang
diakui
ini, yang oleh
menjadi pemerintah:
perhatian PNI,political
tidak hanya NU, PSII, PERTI,
budget Parkindo,
cycles, melainkan
Partai
political Katolik,
corruption Partindo,
cycle IPKI,
atau siklus dan politik
korupsi PKI yang
padaberdampak
tahun-tahun
Pemilupada terciptanya
yang telah sistemekstrim.
meningkat dengan kepartaian predominant.
Partai Komunis
Masyarakat Indonesia
tidak saja dapat (PKI)sebagai
ditafsirkan menjadi satu-satunya
satu kesatuan, tetapi
partai
juga perlu politikmengingat
dibatasi yang paling dominan
perbedaan dalam
hakikat menjalankan
antara laki-laki dan
perannya
perempuan. dihalnya
Seperti pemerintahan
keterwakilan karena, adanya
perempuan politik
sebagai salahtiga
satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU
kaki yang diterapkan oleh Soekarno dengan militer untuk No. 8 Tahun
2012 menegaskan
mengokohkan setiap partai politikdalam
kekuasaanya peserta pemilu harus
demokrasi memenuhi
terpimpin.
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
Setelah sang proklamator meninggalkan kursi
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
kepresidenannya, Indonesia mengalami era multipartai
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
jilid kedua dibawah rezim otoritarian Soeharto yang
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
ditandai dengan diberlakukannya fusi partai. Dalam rangka
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
menciptakan
Paramastuti stabilitas
dalam tulisannya politik
yang dan “Perempuan
berjudul: mengamankan posisi
dan Korupsi:
rezim,Perempuan
Pengalaman Soeharto melakukan
Menghadapipenyederhanaan partai politik
Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”dengan mengabungkan partai politik peninggalan orde
baru
Masih kedalam dengan
berhubungan dua kelompok koalisi: keuangan
tema akuntabilitas PNI, IPKI, Murba,
politik, Didik
Parkindo,
Supriyanto dan Liadan Partai dalam
Wulandari Katolik menjadi
tulisan Partai
berjudul Demokrasi
Transparansi dan
Indonesia
Akuntabilitas (PDI). Serta
Pengelolaan Danadigabungkanya NU, Parmusi,
Kampanye, menguraikan bahwa PSII,
dana
kampanyedan adalah
Perti menjadi Partai
salah satu hal Persatuan Pembangunan
penting dalam (PPP).
proses pemilu. Dana
kampanyeSelain
diperlukan oleh era
itu, pada partai politik
politik dan kandidatnya
kepartaian untuk
ini muncul dapat
partai
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

224
vi
baru dari rahim negara yang berfungsi sebagai instrumen
kontrol negara terhadap kehidupan politik Indonesia
dengan nama Golongan Karya atau Golkar. Kondisi ini
disebut oleh Satori (dalam Arifin 2005: 35) sebagai party
state system karena sulit membedakan antara negara
dengan partai politik yang memiliki kekuasaan layaknya
negara.
Sistem kepartaian pada era orde baru lahir dibawah
rekayasa politik rezim dengan menutup ruang partai politik
untuk tumbuh kembang secara alamiah dari masyarakat
dan menciptakan interaksinya sendiri baik pada arena
pemilu maupun arena pemerintahan. Dari enam Pemilu
(1971, 1977, 982, 1987, 1992, 1997) yang dilangsungkan
selama orde baru, selalu menempatkan Golkar sebagai
partai pemenang pemilu (lihat grafik ENPP) dengan
memanfaatkan alat-alat negara seperti birokrasi dan TNI.
Sehingga pada waktu itu pemilu hanya dijadikan sebagai
formalitas dengan mengenyampingkan prinsip dan tujuan
utama pemilu sebagai rotasi kekuasaan demi memperoleh
pengakuan internasional sebagai negara demokratis.

225
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat olehPasca
politisi dan pemerintah
tumbangnya yang
rezim terpilih untuk
otoritarian memerintah.
orde baru melalui
Pandangan Hamdan
gelombang tersebut berkaitan
reformasi dengan apamengalami
1998, Indonesia yang disampaikan
era
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
multipartai jilid III ditengah iklim demokrasi yang Anggaran
pada Tahun Pemilu.”
semakin terbukaYunamelalui
menjelaskan bahwa Political
penyelenggaran budgetjujur,
pemilu cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
adil, langsung, umum, bebas, dan rahasia di bawah sistem
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
pemilu proposional daftar tertutup. Pemilu 1999 menjadi
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
titik balik sistem multipartai di Indonesia dari party
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
state system menjadi multipartai terbatas atau limited
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
pluralism. Tercatat sebanyak 141 partai politik yang
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
mendaftar
ini, yang sebagaitidak
menjadi perhatian peserta
hanyapemilu
politicaldan 48 cycles,
budget partaimelainkan
politik
dinyatakan
political corruptionlolos
cycleverifikasi
atau siklussebagai
korupsipeserta pemilu
politik pada dengan
tahun-tahun
Pemilumenempatkan 21 partai
yang telah meningkat politik
dengan di DPR (Pamungkas 2009:
ekstrim.
90). Adapun
Masyarakat tidak indeks ENPP
saja dapat yang dihasilkan
ditafsirkan sebesar
sebagai satu 4.7 atau
kesatuan, tetapi
empat partai politik dominan yang memiliki pengaruh
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
siginfikan
perempuan. Sepertidalam
halnya formulasi
keterwakilankebijakan.
perempuanKeempat partai
sebagai salah satu
politik tersebut
syarat verifikasi antara
faktual untuk lain PDIP
menjadi pesertadengan
pemilu. perolehan 153
UU No. 8 Tahun
kursi, kemudian
2012 menegaskan setiap Golkar 120 kursi,
partai politik pesertaPPP 58 kursi,
pemilu harus dan PKB
memenuhi
sebanyak 51
30% keterwakilan kursi. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
perempuan.
praktik selama
Meskiini, pihak yang duduk baik
terkategorisasi di parlemen
sebagai maupun
sistem pemerintah
mulitipartai
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
terbatas limited pluralism dengan jumlah partai politik
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
tiga sampai dengan lima di parlemen, pemerintahan hasil
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
pemilu pertama di era reformasi tersebut tidak mampu
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
berjalan secara efektif. Padahal jika merujuk pada toeri
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”
sistem kepartaian Satori (1976), limited pluralism memiliki
pola persaingan sentripetal yang membentuk bipolar
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
coalitional configuration dengan membilah dua kubu
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
koalisi Pengelolaan
Akuntabilitas partai politik di Kampanye,
Dana parlemen menguraikan
sebagai koalisi partai
bahwa dana
pengusung pemerintah dan oposisi pemerintah.
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana Yang
kampanyetentunya mampu
diperlukan oleh mendorong
partai politikefektivitas penyelenggaran
dan kandidatnya untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

226
vi
pemerintah melalui mekanisme check and balances. Tetapi
realitasnya hal ini tidak berjalan, bahkan terjadi peristiwa
impeachment terhadap Presiden Abdurahhman Wahid
atau yang lebih dikenal dengan sapaan Gus Dur.
Ketidakstabilan politik pada periode awal pemerintahan
reformasi ini, tidak sepenuhnya disebabkan oleh sistem
kepartaian limited pluralism. Melainkan, terdapat peran
serta sistem pemerintahan presidensialisme di Indonesia
yang belum sepenuhnya dijalankan secara murni. Sebelum
dilakukannya amandemen UUD 1945 presiden diangkat
oleh Majelis Permusyawaratan Perwakilan (MPR) bukan
melalui pemilihan umum langsung. Situasi ini berdampak
pada kaburnya partai-partai politik mana yang tergabung
dalam koalisi pengusung pemerintah dan partai politik
mana saja yang tergabung dalam oposisi. Belum lagi
ditambah dengan adanya kekecewaan PDIP sebagai partai
politik pemenang Pemilu 1999 dengan jumlah perolehan
kursi terbanyak yang tidak berhasil meraih posisi presiden.
Pada sisi lain, sistem ketata negaraan pada era awal
demokratisasi politik itu masih menempatkan MPR
sebagai lembaga negara tertinggi dibandingkan presiden,
yang seharusnya tidak terjadi dalam sistem pemerintahan
presidensialisme karena terdapat pemisahan kekuasaan
yang jelas separation of power antara eksekutif dan
legislatif yang satu sama lain tidak bisa saling menjatuhkan.
Sehingga dengan adanya peristiwa bulloggate dan
bruneigate menjadi pemicu awal pemakzulan Gus Dur
sebagai presiden.
Setelah amandemen UUD 1945 terjadi purifikasi

227
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat presidensialisme
oleh politisi dan pemerintah yang terpilih
di Indonesia yang untuk memerintah.
ditandai dengan
Pandangan
adanya Hamdan tersebutpemilu
mekanisme berkaitanlangsung
dengan apauntuk
yang disampaikan
memilih
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
presiden dan wakil presiden. Susilo Bambang Yudhoyono Anggaran
pada Tahun Pemilu.” Yuna Jusuf
dan Muhammad menjelaskan
Kallabahwa Political
menjadi budget cycles
presiden dan
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
wakil presiden pertama hasil Pemilu 2004. Meski
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
demikian, yang menjadi menarik kemudian terdapat
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
pola koalisi partai politik pengusung presiden yang
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
cair tanpa mempertimbangkan identitas partai seperti
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
ideologi nasionalis atau islam. Pada putaran ke dua
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
pilpres,
ini, yang menjadipasangan SBY-JK
perhatian tidak hanyadidukung oleh cycles,
political budget koalisimelainkan
partai
politik
political yang cycle
corruption terdiriatau
dari: PKS,
siklus PPP, PKPI,
korupsi politik dan
padaDemokrat.
tahun-tahun
Sedangkan Megawati dan Hasyim
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. didukung oleh koalisi
kebangsaan
Masyarakat tidakterdiri dariditafsirkan
saja dapat PDIP, Golkar, PPP,
sebagai PBR,
satu dan PDS.
kesatuan, tetapi
Namun demikan, SBY-JK sebagai presiden dan
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan wakil
presiden
perempuan. terpilih
Seperti halnyayang memilkiperempuan
keterwakilan hak prerogratif sebagai
sebagai salah satu
presiden faktual
syarat verifikasi dan wakil
untukpresiden untuk pemilu.
menjadi peserta mengangkat
UU No.mentri-
8 Tahun
mentrinya.setiap
2012 menegaskan Membuatpartaikomposisi mentri
politik peserta yang
pemilu tidak
harus hanya
memenuhi
ditempati perempuan.
30% keterwakilan oleh kader-kader
Kondisiprtai politik
ini patut koalisi pengusung
diperjuangkan, mengingat
praktikpencalonannya.
selama ini, pihak yang dudukterdapat
Tetapi, baik di parlemen
mentrimaupun
yangpemerintah
berasal
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan,
diluar koalisi pengusung dengan total delapan partai hal ini
akan berdampak negatif terhadap
politik memperoleh mandeknya
jabatan mentri.aspirasi perempuan
Hal inilah dalam
kemudian
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
menjadi penanda awal terciptanya sistem kepartaian
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
yang terkartelisasi dimana setiap partai politik melepas
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
ideologinya untuk mencapai kepentingan bersama.
2009.”
Capres-Cawapres Partai Pendukung
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Supriyanto Megawati dan Hasyim
dan Lia Wulandari dalam tulisanPDIP, PDS,Transparansi
berjudul Golkar, PPP,dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, PBR menguraikan bahwa dana
kampanye SBY adalah JK satu hal penting PD,
dansalah PPP,
dalam PKPI,PKS
proses pemilu. Dana
kampanyeGarisdiperlukan
bawah oleh partai politik
: partai dan kandidatnya untuk dapat
sekuler
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

228
vi
Miring : partai islam.
(Sumber : KPU dalam Ambardi 2009, h. 257)
Untuk pemilu legislatif, Pemilu 2004 mulai menerapkan
besaran alokasi kursi per daerah pemilihan yang terdiri
dari kabupatan, kota, atau gabungan kabupaten kota. Jika
pada pemilu sebelumnya daerah pemilihan berbasiskan
pada daerah tingkat I atau provinsi, tetapi berdasarkan
UU 12/2003 daerah pemilihan DPR adalah provinsi atau
bagian-bagian provinsi dengan besaran alokasi daerah
pemilihan 3 – 12 kursi.
Teradapat 24 partai politik peserta pemilu dan 16
partai politik yang meraih kursi DPR pada Pemilu 2004
dengan indeks ENPP sebesar 7.1 atau tujuh partai politik
yang memiliki sebaran kursi signifikan untuk mengambil
keputusan: Golkar 127 kursi, PDIP 109 kursi, PKB 52 kursi,
PPP 58 kursi, Demokrat 56 kursi, PKS 45 kursi, dan PAN
53 kursi. Dalam hal ini, Pemilu 2004 menjadi penanda
dianutnya sistem kepartaian extreme pluralism dengan
jumlah partai politik relevan lebih dari lima.
Jika melihat karakter dasar dari sistem kepartaian
extreme pluralism ialah terciptanya outbiding politics
yakni politik saling menjatuhkan antar partai politik
akibat adanya perbedaan ideologi secara fundamental
antara satu partai politik dengan partai politik lainnya.
Namun demikian, karena koalisi antar partai politik dalam
mengusung presiden tercipta tanpa memandang ideologi
partai maka konflik antara partai politik dalam konteks
Indonesia bukan berdasarkan pada perbedaan ideologi
maupun program melainkan berdasarkan kepentingan

229
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat partai.
oleh politisi
Haldan
inipemerintah yang terpilih
sangat nampak padauntuk memerintah.
setiap pembahasan
Pandangan
APBN diHamdan
DPR tersebut berkaitan
selalu ada dengan apa
perbedaan yang disampaikan
pendapat bahkan
Yuna Farhan
pengambilan keputusan di parlemen yang tidakAnggaran
melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi hanya
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget
muncul dari koalisi partai politik pengusung pemerintahan, cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
melainkan terdapat pula partai partai politik yang
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
tergabung dalam koalisi pemerintahan ikut mengkritisi
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
dan menolak kebijakan yang dikeluarkan oleh Presiden.
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
Situasi
dalam praktek politik kepartaian
penganggaran demikian
di Indonesia terus berlanjut
yang berkaitan di
dengan siklus
PemiluPemilu 2009 menjelang
2009 ataupun dan Pemilu 2014.
Pemilu Pada
2014. Pemilu
Melihat 2009, untuk
perkembangan saat
pertama
ini, yang kalinya Indonesia
menjadi perhatian menerapkan
tidak hanya political budgetsistem pemilu
cycles, melainkan
proposional
political daftaratau
corruption cycle terbuka (open list)
siklus korupsi politikdengan memilih
pada tahun-tahun
Pemilulangsung
yang telahcalon anggota
meningkat DPR
dengan yang sudah disediakan oleh
ekstrim.
partai dan
Masyarakat tidaktertera dalam
saja dapat surat suara.
ditafsirkan sebagaiMenjelang pemilu
satu kesatuan, tetapi
ketiga
juga perlu pada era
dibatasi reformasi,
mengingat wacanahakikat
perbedaan penyederhanaan partai
antara laki-laki dan
politikSeperti
perempuan. mulaihalnya
menguat dalamperempuan
keterwakilan pembahasan revisi
sebagai salahUUsatu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu.
12/2003 yang menjadi payung hukum penyelenggaran UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan
Pemilu 2004. setiap partai politik ambang
Alhasil peserta pemilu
batasharusparlemen
memenuhi
30% keterwakilan
parliamentaryperempuan. Kondisi
threshold ini patut
mulai diperjuangkan,
diterapkan pada mengingat
Pemilu
praktik2009
selamadengan
ini, pihakbesaran
yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
2,5%. Sehingga bagi partai politik
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
yang tidak mampu meraih suara 2,5% pemilih tidak berhak
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
untuk duduk di kursi parlemen. Di samping itu, dari 3-12
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
kursi per daerah pemilihan dirubah menjadi 3-10 kursi per
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
daerah pemilihan.
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.” Dari 16 partai politik di DPR hasil Pemilu 2004, hanya
terdapat
Masih sembilan
berhubungan partai
dengan temapolitik di DPRkeuangan
akuntabilitas hasil Pemilu 2009
politik, Didik
dengan
Supriyanto besaran
dan Lia indeks
Wulandari ENPP
dalam 6.2berjudul
tulisan atau terdapat enam
Transparansi dan
partai Pengelolaan
Akuntabilitas politik relevan
Danadi Kampanye,
DPR yangmenguraikan
dapat mempengaruhi
bahwa dana
kampanyekeputusan. Meskisatu
adalah salah mengalami
hal pentingpenurunan, jumlah
dalam proses tersebut
pemilu. Dana
kampanyetidakdiperlukan
terlalu oleh
memiliki maknadan
partai politik yang berarti untuk
kandidatnya terhadapdapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

230
vi
jalannya pemerintahan. Hal ini karena hasil Pemilu 2009
masih terkategorisasi sebagai sistem kepartaian pluralisme
ekstrim yang selalu berdampak pada kegaduhan antara
presiden dengan DPR dalam pengambilan keputusan.
Belajar dari Pemilu 2009 yang masih menghasilkan
sistem kepartaian pluralisme ekstrim. Menjelang Pemilu
2014 terjadi kembali revisi UU Pemilu Legislatif dengan
tujuan untuk menciptakan sistem multipartai sederhana
atau limited pluralism. Pembahasan revisi UU 10/2008
cukup menyita waktu karena partai politik terbagi
dalam dua kelompok yang berbeda yakni: kelompok
pertama terdiri dari partai-partai politik besar yang pro
penyederhanaan partai politik dengan menawarkan
peningkatan besaran ambang batas parlemen. Kelompok
kedua terdiri dari partai-partai politik menengah dan kecil
yang menawarkan besaran ambang batas parlemen yang
tidak berubah. Namun demikian pada akhirnya disepakati
besaran PT ditingkatkan menjari 3,5% dari 2,5%. Akan
tetapi, jumlah partai politik di DPR justru meningkat dari
sembilan partai menjadi sepuluh partai politik dengan
indeks ENPP yang meningkat pula yakni 8,2.
Meningkatnya fragmantasi politik di DPR hasil Pemilu
2014 sangat terasa pada awal pemerintahan Presiden
Jokowi dan Jusuf Kalla. Kegaduhan pembahasan UU MD3
dan pemilihan ketua DPR misalnya, menjadi salah satu
bukti nyata dari tingginya fragmantasi politik di DPR. Dari
sinilah kemudian rangkain rekayasa pemilu yang dilakukan
melalui revisi UU Pemilu dengan meningkatkan besaran
parliamentary threshold tidak memiliki dampak yang

231
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat cukup
oleh politisi dan pemerintah
signifikan yang terpilih sistem
dalam menegaskan untuk memerintah.
pemerintahan
Pandangan Hamdan
presidensial dantersebut berkaitan dengan
menyederhanakan apa kepartaian.
sistem yang disampaikan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
(sumber:
30% keterwakilan hasil hitung
perempuan. besaran
Kondisi enpp
ini patut berdasarkanmengingat
diperjuangkan, jumlah
praktikkursi
selamaDPR)
ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Memperkecil Besaran Daerah
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Pemilihan
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.” Gagalnya ambang batas parlemen sebagai variabel
teknis
Masih dari sistem
berhubungan pemilu
dengan temauntuk menyederhanakan
akuntabilitas sistem
keuangan politik, Didik
kepartaian,
Supriyanto menjadi dalam
dan Lia Wulandari pembelajaran penting
tulisan berjudul bagi para
Transparansi dan
pemangku
Akuntabilitas kebijakan
Pengelolaan dalam
Dana melakukan
Kampanye, revisi UU
menguraikan Pemilu.
bahwa dana
kampanyeSejauh ini penyederhanaan
adalah partai dalam
salah satu hal penting politikproses
di artikan dengan
pemilu. Dana
kampanyemengurangi
diperlukanjumlah partai
oleh partai politik
politik di parlemen
dan kandidatnya dengan
untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

232
vi
membatasi banyaknya partai politik yang memperoleh
kursi di DPR melalui ketentuan ambang batas. Padahal jika
merujuk studi politik kepartaian yang ada, penyederhanaan
partai politik ialah menyederhanakan konsentrasi kursi
di parlemen kedalam beberapa-beberapa partai politik,
dengan tujuan untuk menciptakan kursi mayoritas partai
politik di DPR, baik partai politik koalisi pengusung
pemerintahan maupun oposisi pemerintah. Untuk itu
rumus matematis indeks ENPP hadir untuk melihat jumlah
konsentrasi kursi partai politik.
Memperkecil besaran district magnitude dapat menjadi
salah satu cara relevan yang dapat digunakan untuk
menyederhanakan konsentrasi kursi partai politik dalam
rangka menciptakan sistem kepartaian pluralisme terbatas
dengan jumlah partai politik relevan tiga sampai dengan
lima partai politik di parlemen. Jika parlamentary threshold
berusaha untuk membatasi partai politik kecil meraih
kursi di DPR yang berdampak pada disproposionalitas
suara dan terbuangnya suara pemilih secara sia-sia.
Sedangkan ketentuan menurunkan besaran alokasi kursi
per daerah pemilihan berusaha untuk menciptakan ruang
persaiangan yang lebih ketat antara partai politik kecil
maupun besar untuk meraih suara terbanyak dalam rangka
meraih kursi yang jumlah kursi per daerah pemilihannya
lebih diperkecil. Dengan kata lain, semakin kecil besaran
dapil semakin sulit partai politik untuk meraih kursi di
parlemen. Sedangkan semakin besar alokasi kursi dalam
satu dapil semakin mudah bagi partai politik untuk meraih
kursi di parlemen.

233
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat olehKarena
politisisistem
dan pemerintah yang terpilihdan
pemilu proposional untuk memerintah.
sistem kepartaian
Pandangan Hamdan
pluralisme tersebut
menjadi berkaitan dengan
keniscayaan bagi apa yang disampaikan
Indonesia, maka
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
pilihan untuk menurunkan besaran alokasi kursi per Anggaran
pada Tahun
daerahPemilu.” Yunaberada
pemilihan menjelaskan
pada bahwa Political
3-8 kursi budget
perdail dan cycles
3-6
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
kursi perdapil. Meski demikian, dalam menentukan
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
besaran alokasi per daerah pemilihan terdapat beberapa
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
hal yang perlu dipertimbangkan yang salah satunya ialah
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
aspek representasi. Keterkaitan atau ikatan antara pemilih
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
dengan partai politik akan dimulai dari pembentukan
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
daerah
ini, yang menjadipemilihan. Aspekhanya
perhatian tidak representasi sendiricycles,
political budget dapatmelainkan
dilihat
dari
political berbagaicycle
corruption sudutatau
pandang
siklus yang tidak
korupsi hanya
politik dibatasi
pada pada
tahun-tahun
Pemilujumlah dukungan
yang telah meningkatpemilih terhadap partai politik. Tetapi
dengan ekstrim.
dapat pula
Masyarakat tidakdilihat melalui
saja dapat presfektif
ditafsirkan idoelogi
sebagai yang dibawa
satu kesatuan, tetapi
atau ditawarkan oleh partai politik yang ada terhadap.
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
Jika dipetakan
perempuan. kembali
Seperti halnya paling perempuan
keterwakilan tidak terdapat tigasalah
sebagai kutubsatu
ideologi yang
syarat verifikasi faktualpada
untukhari ini masih
menjadi peserta dimiliki
pemilu.dan
UU tercantum
No. 8 Tahun
dalam garissetiap
2012 menegaskan partaipartai
politik yakni
politik ideologi
peserta nasionalis,
pemilu agama,
harus memenuhi
dan pembangunan.
30% keterwakilan perempuan.Secara
Kondisilebih jauh
ini patut pemetaan ini
diperjuangkan, dapat
mengingat
praktikdilihat
selama melalui
ini, pihaktabel
yang duduk
berikutbaik
: di parlemen maupun pemerintah
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

234
vi
Peta Ideologi Partai Politik
Nasionalis Agama Pembagunan
PDIP : dengan PBB : mengusun Demokrat:
mengusung ideologi agama mengusung ideologi
ideologi islam dengan nasionalis religius
nasionalis dengan ekonomi dengan ekonomi
menjungjung kerakyatan. kebangsaan tetapi
tinggi Pancasila, terbukan terhadap
UUD 45, ekonomi lain-
dan ekonomi globalisasi
kerakyatan.
Gerindra PKS : Golkar: propasar
: mengusung mengusung menitik beratkan
ideologi nasionalis ideologi islam pasar bebas atau
pancasila dengan ekonomi ekonomi terbuka,
dengan ekonomi kerakyatan. tetapi tetap
kerakyatan. mencantumkan
ideologi pancasila.
Hanura : PAN :
mengusung mengusung ideologi
ideologi nasionalis pancasila berakar
pancasila pada moral, agama,
dengan ekonomi kemanusian, dan
kerakyatan. kemajemukan.
Dengan ekonomi
keryakyatan.

235
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
Nasdem PKB :
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
: mengusun mengusung ideologi
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
ideologi pancasila agama (humanisme
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
dan cita-cita religius) dengan
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
empiris proklamasi orientasi
di berbagai Negara. Berbagai ekonomi
variabel yang mempengaruhi politcal
dengan
budget cycles ekonomi
seperti kerakyatan.
perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregat kerakyatan.
maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
dalam praktekPKPI :
penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
mengusun
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
ini, yangideologi
menjadi nasionalis
perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
politicaldengan
corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
pancasila
Pemilu yang telah meningkat
dan UUD 1945, dengan ekstrim.
dengantidak
Masyarakat orientasi
saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
ekonomi
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
kerakytan.
syarat verifikasi
faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
(Diadopsi dan diolah dari Sugiona & Mas’udi 2008: 16-
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
20 dan Setiwan & Naigolon (eds.) 2004)
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
mayoritas Merujuk
diduduki pada klasifikasi
oleh laki-laki. tersebut
Apabila tidakterdapat lima partai
diperjuangkan, hal ini
politik yang
akan berdampak tergabung
negatif terhadap kedalam
mandeknyakubu nasionalis
aspirasi perempuan antara
dalam
hukumlain: PDIP, Gerindra,
dan pemerintahan. Hanura,
Dan kondisi tersebutNasdem, dan
telah ditulis oleh PKPI.
Nindita
Sedangkan
Paramastuti pada kelompok
dalam tulisannya ideologi
yang berjudul: agama teridiri
“Perempuan dari
dan Korupsi:
Pengalaman
empat partai politik: PBB, PKS, PAN, dan PKB. PadaRI
Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR
2009.”sisi lain, dalam kutub ideologi pembangunan hanya
terdapat
Masih dua partai
berhubungan denganpolitik yakni Demokrat
tema akuntabilitas keuangandan Golkar.
politik, Didik
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi
Ketiga ideologi tersebut tentunya dapat dimaknai dalam dan
Akuntabilitas
konsepPengelolaan
keterwakilanDana Kampanye,yang
masyarakat menguraikan
tercerminbahwa
kedalam dana
kampanyetubuhadalah salah
partai satu hal
politik danpenting dalamdiproses
parlemen pemilu. Jika
Indonesia. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
dikontekstualisasikan dengan besaran dapil terkecil yakni
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

236
vi
3-6, pluralitas keterwakilan dari tiga ideologi tersebut
tentunya dapat terfasilitasi dengan asumsi paling tidak
setiap partai politik dari tiga ideologi tersebut mampu
memperoleh minimal dua kursi. Sehingga ketiga ideologi
yang mewakili pluralitas masyarakat dapat tercermin di
parlemen Indonesia.
Namun demikian, karena besaran dapil merupakan
arena persaingan antara partai politik untuk meraih suara
sebanyak-banyaknya dalam rangka memperoleh kursi
parlemen. Keberadaan minimal satu partai yang mewakili
ideologi tertentu untuk mendapat dua kursi, tentunya tidak
dapat dipastikan karena persaiangan antara partai politik
untuk memobilisasi massa dalam memperoleh suara tidak
dapat sepenuhnya di prediksi. Akan tetapi dengan adanya
besaran alokasi kuri 3-6 paling tidak sudah menyediakan
ruang pluralitas keterwakilan masyarakat yang tercermin
kedalam tiga ideologi partai politik tersebut.
Di samping itu, dengan adanya perubahan besaran
alokasi kursi per daerah pemilihan tentunya berdampak
langsung pada pembentukan dan batas-batasi wilayah
per daerah pemilihan yang selama ini sudah terbentuk
dalam 3-10 kursi. Jika pada Pemilu 2014 menghasilkan
77 daerah pemilihan untuk seluruh Indonesia, dengan
menggunakan besaran dapil 3-8 beserta 3-6 kursi, masing-
masing menghasilkan 98 dan 121 daerah pemilihan. Secara
lebih spesifik berikut hasil simulasi pembentukan daerah
pemilihan:

237
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
No. Provinsi
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
(3-10) Besarn Dapil
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
(3-8) Besaran Dapil
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
(3-6) fenomena universal didukung dengan berbagai studi
sudah menjadi
1
empiris di berbagai Jawa
Negara. Barat variabel yang 91
Berbagai 16
mempengaruhi politcal
2 seperti perubahan
budget cycles Jawa Timur 87anggaran baik 14
pola pada struktur secara 17
3
agregat maupun secaraJawa Tengah
spesifik pada tahun-tahun77 12
Pemilu, terkonfirmasi 17
4 penganggaran
dalam praktek Sumatera Utara yang berkaitan
di Indonesia 30 3
dengan5siklus 6
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
ini, yang menjadi
5 perhatian tidak hanya political budget
Banten 22 cycles,3 melainkan
4 4
political corruption
6 cycle atau siklus
DKI Jakarta korupsi politik
21 pada3tahun-tahun
4 4
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
7 Lampung 18 2 3 5
Masyarakat
8 tidak saja dapat ditafsirkan
Sulawesi Selatan sebagai 24satu kesatuan,
3 3tetapi 4
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
9 Sumatera Selatan 17 2 3 4
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
10 Riau 11 2 2 3
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
11 Sumatera Barat 14 2 2 2
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
12 Nusa Tenggara 10 1
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
2 3
Barat
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
13
mayoritas diduduki NTT
oleh laki-laki. Apabila tidak 13 2
diperjuangkan, 2 ini
hal 3
14
akan berdampak negatifKalimantan Barat aspirasi
terhadap mandeknya 10 perempuan
1 2dalam 2
hukum dan15 Aceh
pemerintahan. 13 ditulis2oleh Nindita
Dan kondisi tersebut telah 2 2
Paramastuti16dalam tulisannya
Bali yang berjudul: “Perempuan
9 1dan Korupsi:
2 2
Pengalaman 17 Perempuan Menghadapi
Papua Korupsi dalam
10 Pemilu
1 DPR
2 RI 2
2009.” 18 Kalimantan Timur 8 1 2 2
Masih berhubungan
19 dengan tema Selatan
Kalimantan akuntabilitas 11
keuangan2politik,2Didik 2
Supriyanto 20 dan Lia Wulandari
Jambi dalam tulisan berjudul
7 Transparansi
1 1 dan 2
Akuntabilitas21 Pengelolaan
DIYDana Kampanye, menguraikan
8 1 bahwa1 dana 2
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
22 Sulteng 6 1 1 2
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

238
vi
23 Sultra 5 1 1 1
24 Kalimantan Tengah 6 1 1 1
25 Sulut 6 1 1 1
26 Bengkulu 4 1 1 1
27 Kepri 3 1 1 1
28 Maluku 4 1 1 1
29 Sulbar 3 1 1 1
30 Babel 3 1 1 1
31 Maluku Utara 3 1 1 1
32 Gorontalo 3 1 1 1
33 Papua Barat 3 1 1 1
Total 560 77
(Hasil simulasi pembentukan dapil pada seluruh Provinsi
di Indonesia dengan menggunakan DAK)
Meski jumlah daerah pemilihan jauh lebih banyak
dibandingkan jumlah daerah pemilihan 3-10 kursi,
besaran alokasi kursi 3-8 dan 3-6 jauh lebih kompetitif
yang tentunya berpengaruh pada konsentrasi kursi partai
politik di parlemen. Secara sederhana jika besaran alokasi
kursi 3-6 dibandingkan dengan 3-10, besaran alokasi kursi
3-6 jauh lebih kompetitif karena hanya terdapat maksimal
enam kursi dalam satu daerah pemilihan. Begitu pula
dengan besaran dapil 3-8 dengan 3-10, besaran alokasi kursi
3-8 jauh lebih kompetif dengan terdapat maksimal delapan
kursi dalam satu daerah pemilihan. Untuk memastikan hal
tersebut, simulasi pembentukan daerah pemilihan dengan
membandingkan besaran daerah pemilihan multi mamber
constituency dengan tiga varian besaran yakni 3-10, 3-8,
3-6 menjadi penting untuk dilakukan.

239
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat olehDengan
politisi dan pemerintah yang
memanfaatkan terpilih
hasil untuk memerintah.
perolehan suara partai
Pandangan
politik Hamdan tersebut berkaitan
pada Pemilu legislatifdengan
2014apasimulasi
yang disampaikan
untuk
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
perolehan kursi partai politik di hitung ulang kedalam tiga
pada Tahun
varianPemilu.”
alokasi Yuna
kursimenjelaskan
per daerah bahwa Political
pemilihan yangbudget cycles
berbeda-
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
beda. Selain itu, dalam proses konversi suara menjadi
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
kursi dilakukan dengan empat formula penghitungan
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
yang berbeda yakni formula kuota dengan kuota murni
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
dan droop, serta formula divisior dengan d’hond beserta
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
webtser. Dengen tujuan untuk melihat perbandingan
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
hasil
ini, yang perolehan
menjadi perhatiansuara dari political
tidak hanya masing-masing partai
budget cycles, dan
melainkan
dikontekstualiasikan
political corruption cycle atau kedalam rumus
siklus korupsi ENPP,
politik sehingga
pada tahun-tahun
Pemiludapat terlihat
yang telah secara
meningkat langsung
dengan ekstrim.sistem kepartaian yang
terbentuk.
Masyarakat Adapun
tidak hasilditafsirkan
saja dapat simulasi sebagai
penghitungan perolehan
satu kesatuan, tetapi
kursi dari masing-masing partai dengan besaran
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki danalokasi
kursi Seperti
perempuan. perdapil yangketerwakilan
halnya berbedea-beda dan dikombinasikan
perempuan sebagai salah satu
dengan faktual
syarat verifikasi formula penghtiungan
untuk menjadi peserta yang berbeda
pemilu. UU No. adalah
8 Tahun
sebagai berikut
2012 menegaskan setiap: partai politik peserta pemilu harus memenuhi
30% keterwakilan
Simulasi perempuan.
PerolehanKondisi
Kursi ini patutPolitik
Partai diperjuangkan, mengingat
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

240
vi
Berdasarkan hasil simulasi dengan mengunakan
besaran alokasi kursi per daerah pemilihan dan formula
penghitungan yang berbeda-beda pula. Menghasilkan
perolehan kursi partai politik yang bervariatif antara
partai politik. Hasil perolehan suara ini tidak hanya dapat
digunakan untuk melihat seberapa jauh kemampuan
bersaing partai untuk meraih kursi parlemen dengan
besaran alokasi kursi yang berbeda-beda semata. Akan
tetapi data ini dapat digunakan pula untuk mengukur
indeks ENPP. Dengan kata lain, hasil indeks ENPP yang
ditimbulkan nantinya dapat menjadi salah satu indikator
serta alasan untuk memilih besaran alokasi kursi perdaerah
pemilihan yang tepat untuk menyederhanakan sistem
kepartaian dalam rangka menciptakan sistem pluralisme
terbatas.

Hasil Hitung ENPP


Formula Besaran Daerah Pemilihan
3-10 Kursi 3-8 Kursi 3-6
Kursi
Kuota Hare 8,2 7,4 6,8
Kuota Droop 7,6 6,8 6,6
Divisor 6.4 6,1 5,7
D’Hond
Divisor Saint 8.08 7,2 6,6
Lague
Merujuk pada hasil indeks ENPP di atas, adanya pengaturan
ulang dan pengecilan besaran dapil memiliki korelasi secara

241
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

langsung
merupakandengan indeks
suatu upaya ENPP
untuk yang ada. Semakin
menyelamatkan kecil besaran
kebijakan publik yang akan
dibuatsemakin
dapil oleh politisi danpula
kecil pemerintah
indeks yang
ENPP.terpilih
Untuk untuk memerintah.
besaran dapil 3-10
misalnya,
PandanganjikaHamdan
dikombinasikan dengan
tersebut berkaitan formula
dengan penghitungan
apa yang disampaikan
kuota murnimelalui
Yuna Farhan atau tulisannya
hare seperti yang diterapkan
“Menelusuri padaAnggaran
Siklus Politisasi pada
pada Tahun
Pemilu 2014,Pemilu.”
meraihYuna menjelaskan
besaran indeks ENPP Political
bahwa 8.2. budget cycles
Sedangkan jika
sudah menjadi fenomena
dikombinasikan dengan universal
formula didukung dengankuota
penghitungan berbagai studi
droop,
empiris did’hondt
divisior berbagaidanNegara. Berbagai
saint lague variabel yang mempengaruhi
masing-masing politcal
meraih indeks
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran
ENPP sebesar 7.6, 6.4, 8.08. Begitu pula dengan varian besaran baik secara
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
daerah pemilihan lainnya seperti 3-8 dan juga 3-6 kursi per
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
daerah pemilihan. Pada varian 3-8 dengan menggunakan teknik
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
kuota hare dan droop berhasil meraih indeks ENPP sebesar 7.4
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
dan 6.8. Akan tetapi jika dikorelasikan dengan formula divisior
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
d’hondt dan saint lague masing-masing meraih indeks ENPP
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
sebesar 6.1 dan 7.2.
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
jugaDibandingkan
perlu dibatasi dengan
mengingatbesaran
perbedaan daerah
hakikatpemilihan lainnya,
antara laki-laki dan
alokasi kursi 3-6 kursi meraih indeks ENPP paling
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah saturendah yang
tentunya berdampak
syarat verifikasi pada menjadi
faktual untuk penyederhanaan sistem
peserta pemilu. UUkepartaian.
No. 8 Tahun
Dengan menggunakan
2012 menegaskan formula
setiap partai kuota
politik indeks
peserta pemiluENPP
harusmencapai
memenuhi
angka 6.8 untuk perempuan.
30% keterwakilan kuota hare,Kondisi
dan 6.6 iniuntuk kuota droop. mengingat
patut diperjuangkan, Dengan
praktik
kata selama
lain ini, pihak yang
menghasilkan enamduduk baikpolitik
partai di parlemen maupun
relevan di DPRpemerintah
untuk
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak
menghasilkan kebijakan dan masih tergolong kedalam sistem diperjuangkan, hal ini
akan berdampak
kepartian negatifekstrim.
pluralisme terhadap Sedangkan
mandeknya aspirasi
denganperempuan
menggunakan dalam
hukum dan
metode pemerintahan.
divisor Dan kondisi
menghasilkan tersebut
indeks ENPP telah ditulis 5.7
sebesar olehuntuk
Nindita
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
varian d’hond dan 6.6 untuk varia siant lague. Sehingga, jika
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
memang semangat yang dibawa untuk meredam fragmantasi
2009.”
politik dan menyederhanakan sistem kepartain dalam rangka
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
menciptakan pluralisme terbatas dengan jumlah partai politik
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
tiga sampai lima di DPR. Maka besaran alokasi kursi 3-6 dengan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
formula penghitungan divisor merupakan pilihan yang tepat
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
dalam rangka melakukan rekayasa sistem pemilu melalui revisi
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
UU kepemiluan.
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

242
vi
Kesimpulan
Mempekecil besaran district magnitude atau alokasi kursi
per daerah pemilihan menjadi salah satu variabel teknis dan
langsung dari sistem pemilu yang relavan untuk digunakan
dalam rangka menyederhanakan sistem kepartaian di Indonesia.
Sejauh ini, penyederhanaan sistem kepartaian dimaknai dengan
mengurangi jumlah partai politik di DPR yang salah satu caranya
melalui peningkatan besaran parliamentary threshold. Tetapi,
pada realitasnya dari dua pemilu yang sudah dilewati dengan
besaran ambang batas parlemen yang berbeda-beda tidak mampu
menciptakan sistem kepartaian pluralisme terbatas dengan
indeks effective number of parties parliament (ENPP) diatas
enam, yang terkategorisasi sebagai sistem pluralisme ekstrim.
Padahal, penyederhanaan sistem kepartaian yang seutuhnya
ialah menicptakan konsentrasi perolehan kursi kepada sedikit
partai politik dengan tujuan meredam tingkat fragmantasi
politik di parlemen yang berpengaruh terhadap efektifitas
penyelenggaraan sistem pemerintahan presidensialisme di
Indonesia.
Merujuk pada hasil simulasi yang sudah dilakukan, besaran
alokasi kursi 3-6 per daerah pemilihan yang dikombinasikan
dengan formula penghitungan divisor mampu mendorong
terciptanya sistem kepartaian pluralisme terbatas, dengan
besaran indeks ENPP 5.7 jika menggunakan formula D’hond
dan 6.6 jika menggunakan formula Saint Lague. Selain mampu
meminimalisir disiproposionalitas suara dan terbuangnya suara
partai-partai kecil secara sia-sia melalui penerapan ambang
batas. Ketentuan memperkecil district magnitude mampu
memfasilitasi representasi politik antara warga negara dengan
partai tiga karakter ideologi partai yakni agama, nasionalis, dan
pembangunan.

243
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

Referensi
merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan
dibuat oleh politisi
Ambardi, dan pemerintah
K. (2009). yang terpilih
Mengungkap untuk
Politik memerintah.
Kartel . Jakarta:
KPG.
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Yuna Farhan
Didik melalui tulisannya
Supriyanto & August“Menelusuri Siklus).Politisasi
Mellaz . (2011 AmbangAnggaran
Batas
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan
Perwakilan . Jakarta : Perludem. bahwa Political budget cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
Fiorina. (1996). Devided Government 2nd Edition. Boston :
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
Allyn and Bacon .
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
Khoirunnisa
agregat Agustiyati,
maupun secara Lia tahun-tahun
spesifik pada WulandariPemilu,
dkk terkonfirmasi
. (2013).
Menetapkan
dalam praktek Arena Perebutan
penganggaran Kursi DPRD:
di Indonesia Penerapan
yang berkaitan Prinsip
dengan siklus
Demokratis dalammenjelang
Pemilu 2009 ataupun Pembentukan Daerah
Pemilu 2014. Pemilihan
Melihat DPRD
perkembangan saat
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget
Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota Pemilu 2014. Jakarta: cycles, melainkan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Perludem.
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
Laakso & Taagepera . (1979). Effective Number of Parties:
Masyarakat
A Measure tidak
with saja dapattoditafsirkan
Aplication West Eropa sebagai satu kesatuan,
. dalam tetapi
Comparative
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
Political Studeis .
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
Lijphart, A. (1992). Parliamentary Versus Presidential
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
Government.
2012 menegaskan Oxford:
setiapOxford University
partai politik Press.
peserta pemilu harus memenuhi
30%LIPI. (2014). perempuan.
keterwakilan Position Paper LIPI
Kondisi Pemilu
ini patut Serentak Nasional
diperjuangkan, mengingat
2019.
praktikJakarta : LIPI
selama ini, pihakPress.
yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
mayoritas
Mellaz, D. S. (2011).laki-laki.
diduduki oleh Ambang Apabila
Batastidak diperjuangkan,
Perwakilan. hal ini
Pengaruh
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
Parliemantary Threshold Terhadap Penyederhaan Sistem
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Kepartaian dan Proporsionalitas Hasil Pemilu. Jakarta: Perludem.
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Nuryanti, S. (2006). Analisis Proses dan Hasil Pemilihan
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
Kepala
2009.” Daerah Langsung 2005 di Indonesia. Jakarta: LIPI Press.
P Kartawidjaja
Masih & Sdengan
berhubungan Pramono . (2009 ). Akal-Akalan
tema akuntabilitas Daerah
keuangan politik, Didik
Pemilihan . Jakarta
Supriyanto dan : Perludem
Lia Wulandari . tulisan berjudul Transparansi dan
dalam
Akuntabilitas
Pamungkas, Pengelolaan
S. (2009).Dana Kampanye,
Perihal Pemilu menguraikan
. Yogyakarta bahwa dana
: Jurusan
kampanye
Politik danadalah salah satuUGM
Pemerintahan hal penting
. dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
Rae, D. W. (1967). The Political Consequences of Electoral
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
Laws. New Haven and London: Yale University Press.
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

244
vi
Rekapitulasi
Elektronik: Langkah
Strategis dalam
pengembangan
Teknologi Pemilu di
Indonesia
Diah Setiawaty dan Sebastian Vishnu

Abstrak
The development of election technology in Indonesia
continue to evolve along with the well development of
Indonesia digital era. An attempt towards e-recapitulation
started in 2004 when the General Election Comission
(KPU) uploaded the result of every voting station from the
district committee to the center in Jakarta. It continues in
2009 and has been a great success in Presidential election
2014. The result was tremendous, not only it created
transparency, credibility and legitimacy. It also triggered
a lot of public participation by the flowering of civic-tech
initiative. However there were still a nagging problem on
the hierarchical recapitulation voting result from KPPS
(village level), PPK (regent level), KPU Kab (city level),
KPU Provinsi (provinsial level) and KPU Pusat ( national
level),from the inicial voting to the official result. It is not

245
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat only
oleh politisi
takes dan pemerintah
a lot yang energy
of time and terpilih untuk
to domemerintah.
counting and
Pandangan Hamdanprocess
recapitulation tersebutfor
berkaitan dengan
the biggest apa yang
one-day disampaikan
–election in
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
the world but also prompt to manipulation and electoral Anggaran
pada Tahun Pemilu.”One
malpractice. Yunaofmenjelaskan bahwa Political
the way to increase budget cycles
the performance,
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
professionality, and election result management through
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
the use of election technology is by using electronic
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
recapitulation (e-recap). This research elaborates the
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
urgency and alternative to advance the use of election
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
technology in Indonesia particularly e-recapitulationto
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
change
ini, yang the
menjadi way EMB’s
perhatian work political
tidak hanya and create a more
budget cycles,practical
melainkan
and time-efficient solution for the election administration.
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Pemilu yangKata
telah kunci: e-recapitulation,
meningkat dengan ekstrim. teknologi, pemilu,
Komisi Pemilihan
Masyarakat Umum,
tidak saja dapat rekapitulasi,
ditafsirkan sebagaielektronik.
satu kesatuan, tetapi
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
Pengantar
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
Pemilihan umum di Indonesia dilaksanakan dengan
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
menggunakan asas-asas secara langsung, umum, bebas,
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
rahasia, jujur, dan adil (luber dan jurdil) yang dilakukan
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
setiap lima tahun sekali. Hal ini sesuai dengan Pasal 22E
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
ayat (1) UUD 1945 yang berlaku di semua pemilu baik
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
hukumlegislatif (memilihDan
dan pemerintahan. anggota
kondisiDPR, DPD,
tersebut telahDPRD Provinsi,
ditulis oleh Nindita
dan DPRD Kabupaten/Kota), pemilu presiden
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:(memilih
presiden
Pengalaman dan wakil
Perempuan presiden),
Menghadapi sertadalam
Korupsi pilkada (memilih
Pemilu DPR RI
2009.”gubernur dan wakil gubernur, bupati dan wakil bupati,
serta
Masih walikota dan
berhubungan wakil
dengan walikota).
tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
SupriyantoSayangnya dalam berbagai
dan Lia Wulandari dalam pengalaman
tulisan dan praktek
berjudul Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan
pelakanaan pemiluDana
pascaKampanye,
Perubahanmenguraikan bahwa dana
UUD 1945, penerapan
kampanyeasasadalah salah tersebut
luber jurdil satu hal penting
seringkalidalam proses
tidak pemilu.
berjalan denganDana
kampanye diperlukan
maksimal, baikoleh partaikealpaan,
karena politik dankesalahan,
kandidatnya untuk dapat
kecurangan,
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

246
vi
maupun kejahatan. Kealpaan dan kesalahan (human error)
sering terjadi karena sifat dari pekerjaan penyelenggara
yang rumit berkelindan dengan kurangnya kemampuan
dan keahlian dari sumber daya manusia yang ada (petugas
pemilu di lapangan). Akibatnya kerap terjadi kesalahan
teknis dalam menata pemungutan suara, menulis hasil
penghitungan suara, bahkan menjumlah hasil rekapitulasi
penghitungan suara. Sedangkan kecurangan dan kejahatan
( muncul karena rendahnya etika peserta pemilu dalam
mengejar kemenangan dan rendahnya integritas petugas
pemilu.
Menurut Prof. Ramlan Surbakti (Surbakti :2015)
setidaknya terdapat empat permasalahan utama dalam
pelaksanaan pemiliha umum di Indonesia antara lain 1)
Pemilihan umum proporsional dengan daftar calon terbuka
yang digunakan dalam pemilihan umum anggota DPR dan
DPRD merupakan sistem yang kompleks dan terdapat
banyak pelanggaran pemilu ; 2) Kalender pemilihan
umum tidak mendukung pemerintah presidential dan
pemerintahan daerah yang efektif ; 3) Proses rekapitulasi
hasil penghitungan suara masih melalui banyak tingkatan
; 4) Masyarakat sebagai pemberi suara belum dapat
menentukan pilihan secara cerdas
Berbagai hal tersebut diatas mengakibatkan kerap
terjadi malpraktek dalam pemilu mulai dari penyembunyian
surat suara, penghentian pemungutan suara, manipulasi
penghitungan suara di TPS, dan mengubah hasil
rekapitulasi penghitungan suara. Sebagai konsekuensi
dari kealpaan, kesalahan, kecurangan, maupun kejahatan

247
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat adalah
oleh politisi dan pemerintah
sengketa yang terpilih
hasil pemilu dan atau untuk memerintah.
hasil pemilu yang
Pandangan Hamdan tersebut
selalu diragukan berkaitan dengan
kebenarannya. Oleh apa yang disampaikan
karena itu demi
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
menjaga prinsip luber dan jurdil maka kehadiran teknologiAnggaran
pada Tahun
dalamPemilu.”
proses Yuna
pemilumenjelaskan bahwa Political
sangat diperlukan. budget
Bahkan cycles
dalam
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
pemilu yang melibatkan banyak pemilih dengan sistem
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
pemilihan rumit seperti di Indonesia, kehadiran teknologi
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
menjadi sebuah keharusan. Teknologi disinyalir dapat
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
menghindari kealpaan dan kesalahan yang dilakukan
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
petugas, serta mengantisipasi kecurangan dan kejahatan
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
yang
ini, yang dilakukan
menjadi peserta
perhatian tidak dan
hanyapetugas.
political budget cycles, melainkan
Bentuk teknologi
political corruption cycle ataupemilu
siklus pun bermacam-macam,
korupsi lewat
politik pada tahun-tahun
Pemilurekapitulasi elektronik,
yang telah meningkat dengane-recapitulation,
ekstrim. teknologi bisa
memfasilitasi
Masyarakat rekapitulasi
tidak saja penghitungan
dapat ditafsirkan sebagai satusuara setelah
kesatuan, tetapi
suaradibatasi
juga perlu dihitung di TPSperbedaan
mengingat secara cepat danantara
hakikat akurat. Melalui
laki-laki dan
penghitungan
perempuan. elektronik
Seperti halnya (e-counting),
keterwakilan perempuan teknologi
sebagai salahbisa
satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu.
melakukan penghitungan suara di TPS secara akurat UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiapBahkan
dan cepat pula. partai politik
melaluipeserta pemiluteknologi
e-voting, harus memenuhi
dapat
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan,
memfasilitasi pemungutan suara secara online yang mengingat
praktikhasilnya
selama ini, pihak
bisa yang duduk
segera baik di parlemen maupun pemerintah
diketahui.
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
Sementara itu, perkembangan teknologi di Indonesia
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
telah melonjak pesat, tidak hanya hanya sebatas pada
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
pemungutan
Paramastuti dan penghitungan
dalam tulisannya yang berjudul:suara, tetapi juga
“Perempuan dalam
dan Korupsi:
fase-fase
Pengalaman persiapan
Perempuan dan evaluasinya.
Menghadapi Di dalam
Korupsi dalam Pemilu hal
DPRiniRI
2009.”teknologi dapat membantu perencanaan dan pemantauan
pengiriman
Masih berhubungansurat suara
dengan temakeakuntabilitas
seluruh TPS sehingga
keuangan kasus-
politik, Didik
kasus
Supriyanto surat
dan suara belum
Lia Wulandari sampai
dalam pada
tulisan hari H,
berjudul surat suara
Transparansi dan
rusak, Pengelolaan
Akuntabilitas dan surat tertukar, bisa dihindari.
Dana Kampanye, Teknologi
menguraikan bahwajuga dana
kampanyebisa adalah
diterapkan
salahdalam pendaftaran
satu hal pemilih
penting dalam sehingga
proses setiap
pemilu. Dana
kampanyepemilih bisa memastikan
diperlukan apakah
oleh partai politik dannamanya sudah
kandidatnya masuk
untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

248
vi
dalam daftar pemilih atau belum. Penggunaan teknologi
dalam kampanye juga membantu peserta pemilu untuk
menawarkan visi misi dan program serta profil calon,
sehingga mereka dapat mempengaruhi pemilih dalam
memberikan suara, sebaliknya pemilih memiliki informasi
yang cukup tentang peserta sehingga tidak ragu dalam
memberikan suara.
Kehadiran teknologi dalam upaya menjaga prinsip-
prinsip pemilu demokratis sudah jamak dilakukan oleh
banyak negara. Sesuai dengan kerumitan sistem pemilihan
masing-masing banyak negara yang menggunakan
e-voting, e-counting, dan e-recapitulation. Mereka juga
memaksimalkan peran teknologi dalam pendaftaran
pemilih, kampanye, dan persiapan pemungutan suara.
Tidak hanya lembaga penyelenggara yang menggunakan
teknologi untuk melancarkan proses penyelenggaraan
pemilu, banyak lembaga pemantau pemilu yang
menggunakan teknologi untuk memantau ada tidaknya
pelanggaran dalam proses pemilu. Namun semua itu
didasari kesadaran bahwa kehadiran teknologi dalam
pemilu hanyalah sebagai alat bantu untuk menjaga prinsip-
prinsip pemilu demokratis sekaligus melancarkan proses
pemilu.

Penerapan e-racapitulation dalam


teknologi pemilu
Penggunaan teknologi dalam pemilu Indonesia
sesungguhnya bukan hal baru. Karena berbagai masalah
yang selalu berulang terkait mekanisme pungut hitung

249
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat misalnya,
oleh politisi pada
dan pemerintah yang terpilih
Pemilu 2004, KPU untuk
sudahmemerintah.
mengenalkan
Pandangan Hamdan tersebut
penghitungan berkaitan
teknologi dengan apaDiyangsini
informasi. disampaikan
hasil
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
penghitungan suara di setiap TPS (Formulir C-1) diinput Anggaran
pada Tahun Pemilu.”
melalui Yuna menjelaskan
komputer di Sekretariatbahwa
PPKPolitical budget cycles
lalu dikirim ke
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
data base KPU di Jakarta. Dalam jangka dua pekan hasil
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
penghitungan ini mencapai 80% dari seluruh suara
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
yang masuk. Penghitungan teknologi informasi ini
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
memang tidak menjadi dasar hukum dalam menetapkan
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
perolehan suara dan kursi partai politik dan calon, namun
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
kehadirannya
ini, yang bisatidak
menjadi perhatian menjadi alat kontrol
hanya political penghitungan
budget cycles, melainkan
manual berjenjang dari TPS, PPS, PPK, KPU kabupaten/
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Pemilukota, KPU meningkat
yang telah provinsi, dan KPU.
dengan Penghitungan menggunakan
ekstrim.
teknologi
Masyarakat informasi
tidak saja dapatitu juga mampu
ditafsirkan sebagaimemenuhi hasrat
satu kesatuan, tetapi
ingin tahu masyarakat atas hasil pemilu.
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki danSementara
itu,dengan
perempuan. Seperti teknologi berbeda perempuan
halnya keterwakilan pada Pemilu 2009,
sebagai KPU
salah satu
juga melakukan
syarat verifikasi rekapitulasi
faktual untuk menjadi penghitungan
peserta pemilu. suara.
UU No.Namun
8 Tahun
hasilnya masih
2012 menegaskan setiaptidak
partaimaksimal.
politik pesertaRekapitulasi
pemilu harus elektronik
memenuhi
berhenti pada
30% keterwakilan angka Kondisi
perempuan. 30% di inidalam suara dalammengingat
patut diperjuangkan, pemilu
praktiklegislatif.
selama ini, Hal
pihakini
yang duduk baik
menjadi di parlemen
sebuah maupun
preseden pemerintah
buruk yang
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak
kemudian membatalkan pengunaannya e-recap dalam diperjuangkan, hal ini
akan berdampak negatif terhadap
pemilu presiden. mandeknya
Tentu saja dalam hal aspirasi perempuan
ini kerugian dalam
Negara
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
tidak terhindarkan.
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Menjelang Pemilu 2014, KPU mempersiapkan
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”
penggunaan teknologi secara sungguh-sungguh. Meskipun
undang-undang pemilu tidak memberi dasar hukum
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
yang kuat, KPU menyadari penggunaan teknologi dapat
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
membantu
Akuntabilitas prosesDana
Pengelolaan pelaksanaan pemilu secara
Kampanye, menguraikan luber
bahwa dana
dan jurdil. KPU juga menyadari pemanfaatan teknologi
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanyemampu meningkatkan
diperlukan pelayanan
oleh partai KPU
politik dan kepada peserta
kandidatnya untuk dan
dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

250
vi
pemilih. Oleh karena itu KPU menyempurnakan Sistem
Informasi Pendaftaran Pemilih (Sidalih) dan Sistem
Informasi Logistik (Silog) yang sudah dirintis dalam
pemilu sebelumnya. KPU juga membuat Application
Programming Interface (API) KPU, Sistem Informasi
Partai Politik (Sipol), dan Sistem Informasi Penghitungan
Suara (Situng).
Situng yang dibuat berdasarkan hasil evaluasi sistem
serupa pada Pemilu 2004 dan Pemilu 2009, akhirnya
tidak diluncurkan ke publik. Demikian juga terdapat
beberap penolakan terhadap Sipol oleh partai politik
karena dianggap tidak kuat dasar hukumnya. maka peran
Situng digantikan dengan model penerapan teknologi
internet yang lebih sederhana tetapi akurasinya terjamin.
Tidak ada penghitungan suara, namun masyarakat luas
bisa menghitung sendiri. Caranya dengan memindai hasil
penghitungan suara di TPS (Formulir C- D1) lalu hasil
pindaian itu dipublikasikan melalui laman KPU (www.kpu.
go.id). Keputusan KPU untuk mempublikasikan Formulir
C-1 ini mendapat apresiasi luar biasa dari masyarakat, juga
peserta pemilu. Dengan cara demikian, KPU tidak hanya
menedepankan prinsip tranpraransi dalam penghitungan
suara, tetapi juga memungkinkan setiap orang untuk
mengecek kebenaran hasil penghitungan suara di setiap
TPS.
Publikasi hasil pindaian Formulir C-1 inilah yang
mengundang partisipasi masyarakat untuk ikut mengecek
kebenaran pindaian Formulir C-1 menghitung perolehan
suara sehingga memperoleh sendiri hasil hitungan yang

251
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat akurat.
oleh politisi dan pemerintah
Banyak kelompokyang terpilih untuk
masyarakat memerintah.
yang menghitung
Pandangan HamdanFormulir
hasil pindaian tersebut berkaitan
C-1, yangdengan apa yang
menonjol disampaikan
di antaranya
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
adalah KawalPemilu. Hasil penghitungan KawalPemilu Anggaran
pada Tahun Pemilu.” Yuna
dkk kemudian menjelaskan
menjadi pembanding bahwa Political
dengan budget
hasil cycles
hitungan
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
resmi KPU. Hasil itu juga yang bisa meredakan simpang
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
siur hasil hitungan cepat yang dilakukan oleh lembaga-
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
lembaga survei.
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
Terlepas
dalam praktek dari berbagai
penganggaran keberhasilan
di Indonesia terkaitdengan
yang berkaitan publikasi
siklus
pindaian formulir C-1, namun sampai sejauh ini penggunaan
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
teknologi
ini, yang dalam pemilu
menjadi perhatian belum
tidak hanya memiliki
political landasan
budget hukum
cycles, melainkan
yang
political memadai.
corruption Hal
cycle inisiklus
atau tidak korupsi
saja ditandai
politik oleh
pada penolakan
tahun-tahun
Pemilupartai politik
yang telah atas penggunaan
meningkat Sipol oleh KPU, tetapi juga
dengan ekstrim.
oleh kontroversi
Masyarakat (rencana)
tidak saja dapat penggunaan
ditafsirkan teknologi
sebagai satu dalam
kesatuan, tetapi
pemilu,
juga perlu khususnya
dibatasi dalam
mengingat pemungutan
perbedaan hakikatdan penghitungan
antara laki-laki dan
suara.Seperti
perempuan. Belajar dari
halnya kegagalanperempuan
keterwakilan penggunaan
sebagaiteknologi
salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu.
penghitungan suara pada Pemilu 2009 dan keberhasilan UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik
teknologi pemindaian dalampeserta pemilu harus
penghitungan suaramemenuhi
pada
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan,
Pemilu 2014, maka diperlukan pertimbangan yang masak mengingat
praktikuntuk
selamamelakukan
ini, pihak yangpertimbangan
duduk baik di parlemen maupun
teknologi. Oleh pemerintah
karena
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
itu penggunaan teknologi dalam pemilu selama ini perlu
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
dievaluasi secara menyeluruh guna merumuskan kebijakan
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
yang tepat, bahwa kehadiran teknologi dalam pemilu
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
merupakan solusi, bukan sebaliknya.
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.” Penting bagi teknologi pemilu, untuk memperhatikan
berbagai
Masih aspek dengan
berhubungan hukumtemasebagaimana diatur
akuntabilitas dalam
keuangan undang-
politik, Didik
undang
Supriyanto pemilu,
dan Lia tetapi
Wulandari jugatulisan
dalam harusberjudul
mempertimbangkan
Transparansi dan
aspek lain:
Akuntabilitas kondisiDana
Pengelolaan geografis, sosialmenguraikan
Kampanye, budaya, politik,
bahwa dandana
kampanyeekonomi.
adalah Kondisi
salah satugeografis
hal pentingyang berbeda-beda
dalam antara
proses pemilu. Dana
kampanyedaerah pantai,olehdaratan,
diperlukan pegunungan,
partai politik dan kepulauan
dan kandidatnya untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

252
vi
mengharuskan teknologi mampu mengatasinya. Tingkat
pendidikan dan kebiasaan hidup yang berbeda-beda antara
kelompok masyarakat harus mampu diatasi oleh jenis
teknologi yang dipilih. Aspek politik lebih menekankan
kepada munculnya kepercayaan partai politik dan politisi
terhadap teknologi yang dipilih. Sedangkan aspek ekonomi
memperhatikan faktor anggaran, karena penggunaan
teknologi jika tidak hati-hati justru akan menimbulkan
pembengkakan biaya.
Selain itu sebagaimana yaninternasional yang
mempelajari penerapan teknologi dalam pemilu, terdapat
sejumlah prinsip penerapan teknologi dalam pemilu: (1)
ditentukan berdasarkan pertimbangan yang holistik, (2)
antisipatif terhadap dampak, (3) menjaminan transparansi
dan kepastian etik, (3) jaminan keamanan, (4) lulus uji dan
memberikan keyakinan terkait tingkat akurasi hasil, (5)
kepastian privasi, (6) kepastian inklusivitas, (7) berbiaya
efektif, (8) efisien, (9) keberlanjutan, (10) fleksibel dan
mampu beradaptasi dengan regulasi, serta (10) ramah
pengguna dan dapat dipercaya.

Permasalahan dalam Metode


Pemberian Suara dan Proses
Penghitungan Suara
Pemungutan suara adalah inti dari pemilu. Sebab, di
sinilah, di dalam bilik suara, pemilih memberikan suaranya
kepada partai politik atau calon yang mereka percaya.
Proses memilih butuh waktu hanya satu sampai lima
menit, namun pertimbangannya bisa sudah berlangsung

253
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat lama.
oleh politisi
Dampak dan pemerintah yang terpilih
yang diharapkan pununtuk memerintah.
akan panjang ke
Pandangan Hamdan tersebut
depan. Pengetahuan berkaitan
yang cukup dengan
tentangapa yangpolitik
partai disampaikan
dan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
calon, dapat mendorong pemilih bersikap rasional dalam Anggaran
pada Tahun Pemilu.” suara.
memberikan Yuna menjelaskan bahwa Political
Namun hubungan budget
emosional cycles
antara
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
partai politik dan calon dengan pemilih juga menjadi faktor
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
lain yang menentukan.
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
Rae (1967)
agregat maupun secara membedakan dua jenis metode
spesifik pada tahun-tahun Pemilu, pemberian
terkonfirmasi
suara: kategorial dan ordinal. Pada metode
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan kategorial,
siklus
pemilih hanya dibolehkan memilih salah satu dari
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat partai
politik
ini, yang atau
menjadi calon yang
perhatian tidaktertera pada surat
hanya political suara;
budget sedangkan
cycles, melainkan
pada
political metodecycle
corruption ordinal, pemilih
atau siklus dibolehkan
korupsi memilih
politik pada lebih
tahun-tahun
Pemiludari
yangsatu
telahdari partai dengan
meningkat politikekstrim.
atau calon yang terdapat pada
surat suara.
Masyarakat tidak Masing-masing jenissebagai
saja dapat ditafsirkan pemberian suara akan
satu kesatuan, tetapi
berpengaruh
juga perlu terhadap perbedaan
dibatasi mengingat perilaku pemilih
hakikat dan hasil
antara pemilu.
laki-laki dan
Tentang
perempuan. hal ini
Seperti bisaketerwakilan
halnya dibaca padaperempuan
bagian sistem pemilu.
sebagai salah satu
syarat verifikasi
Sejak Pemilu 1955, hingga Pemilu 2014, baik 8untuk
faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
pemilu legisaltif maupun eksekutif, metode yang dipakai
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
sama. Pertama, penghitungan suara di TPS, yaitu dengan
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
cara membuka satu per satu surat suara yang telah dicoblos
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
pemilih, lalu menera satu per satu perolehan suara partai
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
politik atau calon pada papan besar (Formulir Plano) dan
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Formulir
Paramastuti dalamC-1. Prosesyang
tulisannya penghitungan suara tidak
berjudul: “Perempuan hanya
dan Korupsi:
diikutiPerempuan
Pengalaman oleh petugas dan saksi,
Menghadapi tetapidalam
Korupsi juga Pemilu
terbukaDPRbagiRI
2009.”masyarakat, pemilih, dan pemantau.
Kedua, rekapitulasi
Masih berhubungan dengan tema hasil penghitungan
akuntabilitas suara
keuangan secara
politik, Didik
berjenjenjang,
Supriyanto dari PPS,
dan Lia Wulandari dalamketulisan
PPK,berjudul
ke KPU kabupaten/
Transparansi dan
kota, ke
Akuntabilitas KPU provinsi,
Pengelolaan dan ke menguraikan
Dana Kampanye, KPU. Di sinibahwahasildana
kampanye adalah salah
penghitungan satudihal
suara TPS penting dalamC-1)
(Formulir proses pemilu.
direkap Dana
di PPS,
kampanyehasildiperlukan oleh partai
penghitungan suarapolitik dan direkap
di PPS kandidatnya untukhasil
di PPK, dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

254
vi
penghitungan suara PPK direkap di KPU kabupaten/kota,
hasil penghitungan suara KPU kabupaten/kota direkap di
KPU provinsi, dan hasil penghitungan suara KPU provinsi
direkap di KPU. Tentu saja untuk pemilu anggota DPRD
kabupaten/kota dan pilkada bupati/walikota rekapitulasi
berhenti di KPU kabupaten/kota, pemilu anggota DPRD
provinsi dan pilkada gubernur rekapitulasi berhenti di
KPU provinsi. Hanya pada pemilu anggota DPR, DPD,
serta pemilu presiden, rekapitulasi berlanjut sampai KPU.
Hasil rekapitulasi penghitungan suara pemilu anggota
DPRD kabupaten/kota dan pilkada bupati/walikota lalu
ditetapkan KPU kabupaten/kota sebagai hasil pemilu,
yang diikuti penetapan calon terpilih berdasarkan formula
perolehan suara dan penetapan calon terpilih. Demikian
juga hasil rekapitulasi penghitungan suara pemilu DPRD
provinsi dan pilkada gubernur ditetapkan KPU provinsi
sebagai hasil pemilu, yang diikuti penetapan calon terpilih
berdasarkan formula perolehan kursi dan penetapan calon
terpilih. Hal yang sama juga terjadi pada pemilu anggota
DPR, DPD, dan pemilu Presiden. Hasil rekapitulasi
nasional ditetapkan sebagai hasil pemilu, lalu diikuti
penetapan calon terpiih berdasarkan formula perolehan
kursi dan penetapan calon terpilih.
Penghitungan suara berjenjang, mulai dari TPS,
rekapitulasi hasil penghitungan suara di PPS, PPK, KPU
kabuaten/kota, KPU provinsi, dan KPU, memerlukan
waktu lama. Hasil pemilu baru bisa diumumkan tiga
sampai empat pekan atau satu bulan. Di sinilah kehadiran
teknologi diperlukan untuk mempercepat proses

255
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat penghitungan
oleh politisi dan suara
pemerintah yang terpilih
agar semua pihakuntuk
yangmemerintah.
terlibat dalam
Pandangan
pemilu Hamdan tersebut
secepatnya berkaitanhasilnya.
mengetahui dengan apa yang disampaikan
Bukan hanya itu,
Yuna Farhan
penghitungan suara secara berjenjang membukaAnggaran
melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi ruang
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget
kecurangan dan manipulasi penghitungan suara, sehingga cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
hadirnya teknologi diharapkan mampu menutupnya.
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
Kerangka Konseptual
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Pemilu 2009 ataupun menjelang
Teknologi yang secaraPemilu 2014. Melihat
spesifik perkembangan
dikembangkan untuksaat
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget
mengelola informasi disebut information technology cycles, melainkan
political corruption
atau teknologi cycle atau siklus
informasi korupsi
(TI). Konsep politik pada tahun-tahun
TI sering dikaitkan
Pemiludengan
yang telah aktivitas
meningkat dengan ekstrim.
komunikasi sehingga melahirkan
Masyarakat tidak saja dapat
istilah information andditafsirkan sebagai satu
communication kesatuan,atau
technology tetapi
juga perlu dibatasiinformasi
teknologi mengingat dan
perbedaan hakikat antara
komunikasi (TIK). laki-laki
Menurutdan
perempuan. Seperti halnya
Kundhishora keterwakilan
(2010) TIK adalahperempuan sebagai salah
terminologi satu
generik
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
yang berarti teknologi digunakan untuk mengoleksi,
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
menyimpan, mereview dan mengedit serta berkomunikasi
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
dalam berbagai bentuk. TIK memiliki karakter fleksibel
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
sehingga dapat diterapkan di berbagai ranah dan skala.
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
Pada perusahaan TIK digunakan untuk meningkatkan
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
hukumproduktivitas,
dan pemerintahan. pada negaratersebut
Dan kondisi TIK telah
digunakan
ditulis olehuntuk
Nindita
mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance).
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Penggunaan
Pengalaman TIK dalam
Perempuan pemerintahan
Menghadapi melahirkan
Korupsi dalam Pemilu konsep
DPR RI
2009.”open government.
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Pemungutan Suara Elektronik
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
(e-voting)
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanyeSecara
adalah sederhana
salah satu electronic
hal penting voting
dalam atau
prosesyang
pemilu. Dana
dikenal
kampanye diperlukan
dengan sebutan oleh partai politik
e-voting dapat dan kandidatnya
dimaknai untuk
sebagai dapat
sebuah
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

256
vi
cara pemungutan suara melalui teknologi atau mesin
pemungutan suara. Cenitkaya & Centikaya (2007, dalam
Darmawan, Nurhandjati, & Kartini 2014: 2) dalam studinya
menjelaskan “e-voting refers to the use of computers
or computerises voting equipment to cast ballots in an
election”. Penggunaan teknologi dalam proses pemungutan
suara pertama kali muncul pada tahun 1889 di Amerika
Serikat. Pada awalnya kehadiran e-voting dilatarbelakangi
oleh semakin maraknya manipulasi terhadap hasil pemilu.
Dengan kata lain e-voting hadir sebagai instrumen
untuk mencegah penggelembungan suara. Pada sisi lain
keberadaan teknologi dalam pemungutan suara ini di
anggap cenderung efektif dan efisien dengan berbagai
varian model (Nurhandjati, & Kartini: 2014).

Penghitungan Suara Elektronik


(e-counting)
Hampir serupa dengan electronic voting, electronic
counting merupakan proses penghitungan suara yang
dilakukan dengan mengggunakan teknologi informasi.
Melalui teknologi ini proses penghitungan suara dapat
dilakukan secara cepat, efektif, dan efisien. Salah satu
persoalan mendasar dalam pemilu di Indonesia ialah
sering kali terjadi penggelembungan suara dalam tahapan
rekapitulasi suara. Bagi beberapa pihak penerapan
e-counting merupakan salah satu solusi yang dapat
digunakan untuk meminimalisir hal tersebut.

Rekapitulasi suara elektronik

257
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
(e-recapitulation)
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
e-Rekapitulasi adalah cara penghitungan perolehan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
suara Pemilu.”
pada Tahun dengan Yuna
cara teknologi informasi
menjelaskan sehingga
bahwa Political hasilnya
budget cycles
saat itu juga bisa langsung sampai di pusat data, dalam
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
empirishal ini KPU
di berbagai yangBerbagai
Negara. dikirimvariabel
langsung dari TPS. E-recap
yang mempengaruhi politcal
budgetmerupakan
cycles seperti bagian
perubahandari
polareformasi tataanggaran
pada struktur kelola baik
Pemilu,
secara
agregatdengan
maupunmenggunakan teknologi
secara spesifik pada elektronik
tahun-tahun dalam
Pemilu, proses
terkonfirmasi
dalam rekapitulasi perolehan
praktek penganggaran suara Pemilu
di Indonesia di tiap
yang berkaitan tempat
dengan siklus
Pemilupemungutan
2009 ataupun menjelang Pemilu 2014.
suara. Program ini Melihat
juga bisaperkembangan
mengurangi saat
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget
kesalahan-kesalahan yang terjadi akibat human error. cycles, melainkan
political corruption cyclepenggunaan
Rekomendasi atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
E-Rekapitulasi bertujuan
Pemiluuntuk
yang telah meningkat dengan ekstrim.
menghasilkan pemilu yang lebih kredibel, bersih,
Masyarakat tidak murah
transparan, saja dapat
danditafsirkan
mudah. sebagai satu kesatuan,
E-Rekapitulasi tetapi
memiliki
juga perlu
peran dibatasi
penting mengingat perbedaan
yakni proses hakikat pengiriman,
pengolahan, antara laki-laki dan
audit
perempuan. Seperti halnya
dan penayangan keterwakilan
hasil rekapitulasiperempuan
perolehan sebagai
suarasalah satu
pemilu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
untuk masing-masing pos pemungutan suara (TPS).(Berita
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
BPPT:2014)
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
Dasar Hukum Penggunaan
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
Teknologi Pemilu
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
hukum dan Dasar hukum Dan
pemerintahan. juga penting
kondisi tersebut untuk menghindari
telah ditulis oleh Nindita
kontroversi
Paramastuti setiap kali
dalam tulisannya penyelenggara
yang berjudul: “Perempuanmengeluarkan
dan Korupsi:
Pengalaman
perangkat berbasis teknologi. Pada Pemilu DPR
Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu 2004RI
2009.”misalnya, keputusan KPU untuk melakukan rekapitulasi
penghitungan
Masih berhubungandengan TI tidak
dengan tema bersambut
akuntabilitas baik. Meski
keuangan politik,KPU
Didik
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi
berkali-kali menegaskan bahwa penghitungan dengan TI dan
Akuntabilitas
hanyalahPengelolaan Dana
alat kontrol atasKampanye, menguraikan
rekapitulasi bahwa
penghitungan dana
suara
kampanye adalah
manual salah satudari
berjenjang halTPS,
penting
PPS,dalam
PPK,proses pemilu. Dana
KPU Kabupaten/
kampanyeKota,diperlukan oleh partaidan
KPU Provinsi, politik
KPU,dan namun
kandidatnya untuk dapat
kehadirannya
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

258
vi
tetap dipersoalkan karena dianggap mengacaukan
hasil rekapitulasi penghitungan suara resmi (manual).
Meskipun penghitungan suara dengan TI ini berhasil
memenuhi rasa ingin tahu masyarakat atas hasil pemilu,
namun hasil hitungannya tetap dicurigai sebagai rekayasa
penyelenggara untuk memenangkan peserta pemilu
tertentu.
Masalahnya menjadi lebih rumit ketika dengan
teknologi berbeda, KPU penyelenggara Pemilu 2009
gagal menunjukkan hasil penghitungan suara dengan TI.
Rekapitulasi penghitungan suara dengan teknologi ICR itu
gagal, karena jumlah suara yang terkumpul dalam pemilu
legislatif tidak sampai 30% sehingga tidak lagi dilanjutkan
dalam pemilu presiden. Kegagalan ini tidak hanya
menyebabkan biaya pengadaan perangkat hilang percuma,
tetapi juga tidak berfungsinya hasil penghitungan suara
dengan TI sebagai pengontrol hasil penghitungan suara
manual berjenjang. Hasrat masyarakat untuk segera
ingin tahu juga tidak terpenuhi. Untungnya masyarakat
mendapat gantinya dari hasil hitung cepat yang dilakukan
lembaga survei.
Yang lebih merugikan dampak dari kegagalan tersebut
adalah respons negatif para pembuat undang-undang
atas usulan untuk melegalkan rekapitulasi penghitungan
suara dengan TI ke dalam undang-undang. Mereka belum
percaya bahwa kehadiran teknologi dalam pemungutan
dan penghitungan suara dapat memperlancar proses
pemungutan dan penghitungan suara. Mereka tidak
percaya bahwa kehadiran teknologi benar-benar dapat

259
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat mewujudkan
oleh politisi danprinsip
pemerintah yang terpilih
pemilu luber untuk
jurdil,memerintah.
sehingga UU
Pandangan Hamdan
No 8/2012 samatersebut
sekaliberkaitan dengan apa yang
tidak menyinggung disampaikan
penggunaan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
teknologi dalam pemungutan dan penghitungan suara. Anggaran
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
Untungnya MK mempunyai pandangan lain
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
sehingga UU No 1/2015 juncto UU No 8/2008 yang
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
mengatur pilkada mengadopsi penggunaan teknologi
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregatdalam
maupun pemungautan
secara spesifik dan
pada penghitungan suara.
tahun-tahun Pemilu, Apabila
terkonfirmasi
dalam implementasi penggunaan
praktek penganggaran teknologi
di Indonesia dalam pemungutan
yang berkaitan dengan siklus
dan penghitungan suara dalam pilkada berjalan
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan baik
saat
dan
ini, yang mendapat
menjadi kepercayaan
perhatian masyarakat,
tidak hanya political budgetmaka
cycles,pembuat
melainkan
undang-undang
political corruption cycle yang mengatur
atau siklus korupsipemilu legislatif
politik pada dan
tahun-tahun
Pemilupemilu presiden
yang telah akan
meningkat denganmengadopsinya.
ekstrim. Tanpa landasan
hukum tidak
Masyarakat di undang-undang, penerapan
saja dapat ditafsirkan teknologi
sebagai satu dalam
kesatuan, tetapi
pemungutan
juga perlu dan penghitungan
dibatasi mengingat perbedaansuara tidak
hakikat akan laki-laki
antara mendapat dan
kepastian
perempuan. hukum
Seperti halnyadan selalu dipersoalkan.
keterwakilan perempuan sebagai salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi
Putusan MK No 147/PUU-VII/2009 peserta pemilu. UUmendorong
No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
pembuat undang-undang untuk memasukkan ketentuan
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
penggunaan teknologi dalam tahapan pemungutan dan
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
penghitungan suara. Hal ini terlihat dari UU No 1/2015
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
juncto UU No 8/2015 yang mengatur penyelenggaraan
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
pilkada:
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
ParamastutiPasal 85 tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
dalam
Pengalaman (1) Perempuan
Pemberian Menghadapi
suara untukKorupsi
Pemilihandalam Pemilu
dapat DPR RI
dilakukan
2009.”dengan cara:
Masih berhubungan dengansatu
a. memberi tanda temakali
akuntabilitas
pada suratkeuangan politik, Didik
suara; atau
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
b. memberi suara melalui peralatan Pemilihan suara
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
secara elektronik.
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanyePasal 98 oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
diperlukan
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

260
vi
(3) Dalam hal pemberian suara dilakukan dengan cara
elektronik, penghitungan suara dilakukan dengan cara
manual dan/atau elektronik.
Pasal 111
(1) Mekanisme penghitungan dan rekapitulasi suara
Pemilihan secara manual dan/atau menggunakan sistem
penghitungan suara secara elektronik diatur dengan
Peraturan KPU.
Dari tiga pasal yang mengatur penggunaan teknologi
informasi dalam pemungutan dan penghitungan suara
tersebut dapat ditarik kesimpulan: pertama, dalam
pemungutan suara, undang-undang pilkada memberi
alternatif untuk menggunakan e-voting, selain cara lama
mencoblos surat suara; kedua, ketika pemberian suara
dilakukan secara elektornik atau e-voting, penghitungan
suara dilakukan secara manual dan atau secara elektronik;
dan ketiga, ketentuan lebih lanjut tentang penghitungan
secara manual dan atau elektronik diatur melalui PKPU.
UU No 1/2015 juncto UU No 8/2015 menjadi landasan
hukum kuat untuk penggunaan teknologi informasi
dalam pemungutan dan penghitungan suara. Inilah pintu
masuk bagi penyelenggara pemilu untuk mempersiapkan
segala sesuatu yang terkait dengan penggunaan teknologi
informasi dalam pemungutan dan penghitungan suara.
Ingat perintah MK, bahwa penggunaan teknologi
informasi dalam pemungutan dan penghitungan suara
harus didahului kajian mendalam, serangkain uji coba,
serta kesiapan peralatan, petugas, dan masyarakat. Jadi
adanya ketentuan penggunaan teknologi informasi dalam

261
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat UU
olehNo
politisi
1/2015dan juncto
pemerintah yang8/2015
UU No terpilihtidak
untukbisa
memerintah.
serta merta
Pandangan Hamdanlangsung
penyelenggara tersebut berkaitan dengan
menerapkan apa yang disampaikan
penggunaan e-voting
Yuna Farhan melalui tulisannya
atau e-counting. “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
Terhadap ketentuan Pasal 85 dan 98 UU No 1/2015 juncto
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
UU No 8/2015, sesungguhnya terdapat ketidaklogisan.
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
Disebutkan bahwa dalam hal pemberian suara dilakukan
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregatsecara
maupun elektonik (e-voting),
secara spesifik maka penghitungan
pada tahun-tahun suaranya
Pemilu, terkonfirmasi
dalam dilakukan secara caradi manual
praktek penganggaran Indonesiadan
yangatau secaradengan
berkaitan elektronik
siklus
(e-counting). Lazimnya, pemberian suara secara elektonik
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
(e-voting)
ini, yang itu otomatis
menjadi perhatian diikutipolitical
tidak hanya penghitungan suaramelainkan
budget cycles, secara
elektronik
political corruption(e-caounting) karena
cycle atau siklus mesin
korupsi e-voting
politik langsung
pada tahun-tahun
Pemiludidesain
yang telahuntuk e-counting.
meningkat Jika e-voting lalu diikuti oleh
dengan ekstrim.
penghitungan
Masyarakat secara
tidak saja dapatmanual, justru
ditafsirkan evektivitas
sebagai e-voting
satu kesatuan, tetapi
tidakdibatasi
juga perlu termanfaatkan.
mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
perempuan. Seperti halnya
Memang Pasal keterwakilan
98 memberiperempuan sebagai salah
pilihan dihitung secarasatu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu.
manual atau elektonik terhadap pemberian suara UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
elektronik. Tetapi ketentuan tersebut menyalahi logika
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
dan efektivitas penggunaan teknologi inforamsi, sebab
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
pemberian suara elektonik (e-voting) secara otomatis
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
diikuti penghitungan suara secara elektonik juga
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
(e-caounting) di dalam satu peralatan. Oleh karena itu ke
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
dalamdalam
Paramastuti pengertian e-voting
tulisannya sesungguhnya
yang berjudul: sudahdan
“Perempuan termasuk
Korupsi:
di dalamnya
Pengalaman Perempuane-counting.
MenghadapiJadi, undang-undang
Korupsi dalam Pemilumestinya
DPR RI
2009.”tegas dan jelas: jika pemberian suara dilakukan secara
elektonik
Masih (e-voting),
berhubungan dengan maka penghitungan
tema akuntabilitas suaranya
keuangan politik,juga
Didik
dilakukan
Supriyanto dan Liasecara elektronik
Wulandari (e-counting),
dalam tulisan karena kedua
berjudul Transparansi dan
fungsi tersebut
Akuntabilitas bisaDana
Pengelolaan disatukan dalammenguraikan
Kampanye, satu mesin elektronik
bahwa dana
kampanye(e-voting
adalahmachine).
salah satuJika
halpemberian suaraproses
penting dalam secarapemilu.
elektronik
Dana
kampanye(e-voting) lalu oleh
diperlukan diikuti penghitungan
partai suara secara
politik dan kandidatnya manual
untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

262
vi
berjenjang, maka tak hanya tidak logis dan tidak efketif,
tetapi juga bisa menimbulkan kekacauan.
Dengan demikian, jika penggunaan teknologi dalam
pemungutan dan penghitungan suara sudah diadopsi
undang-undang pemilu, maka akan terdapat kepastian
hukum bagi penyelenggara dan pemangku kepentingan
lainnya. Kepastian ini akan mendorong semua pihak untuk
mencari jenis teknologi yang tepat.
Pemilihan jenis teknologi apa yang hendak
digunakan dalam pelaksanaan tahapan pemilu merupakan
hal mendasar yang harus dibahas oleh semua pihak.
Pengalaman kegagalan rekapitulasi penghitungan
suara dengan teknologi ICR menjadi pembelajaran
penting. Untung saja saat itu rekapitulasi penghitungan
dengan ICR hanya difungsikan sebagai pendamping
rekapitulasi penghitungan suara manual berjenjang. Jika
saja penggunaan teknologi ICR itu menjadi basis resmi
rekapitulasi penghitungan suara, maka sudah dipastikan
pemilu akan kacau.

Penggunaan E-recap Pilihan


Strategis
Mengacu kepada pengalaman Negara lain,
kesuksesan India dalan menggunakan e-voting dan
kesuksesan Philipina menggunakan e-counting dalam
pemilunya, mengilhami banyak kalangan untuk
menerapkan teknologi informasi dalam pemungutan
dan penghitungan suara di Indonesia. Menurut mereka,
e-voting atau e-counting tidak hanya mampu menghemat

263
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat anggaran
oleh politisinegara,
dan pemerintah yangberfungsi
tetapi juga terpilih untuk memerintah.
untuk menghadapi
Pandangan Hamdan
berbagai kasustersebut berkaitandalam
pelanggaran dengan apa yang disampaikan
pemungutan dan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
penghitungan suara. Usulan menggunakan e-voting atau Anggaran
pada Tahun Pemilu.”
e-counting Yuna menjelaskan
semakin menguat setelah Political
bahwaBPPT budget cycles
menunjukkan
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
keberhasilan penggunaan peralatan e-voting buatannya
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
dalam pemilihan kepala desa di beberapa daerah.
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
Apakah
agregat maupun Indonesia
secara spesifik padamembutuhkan e-voting
tahun-tahun Pemilu, atau
terkonfirmasi
dalam setidaknya e-counting?
praktek penganggaran Jika mengacu
di Indonesia pada pengalaman
yang berkaitan dengan siklus
India dan Philipina, maka harus ditegaskan bahwa
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan keduasaat
negara
ini, yang menjaditersebut mulai
perhatian tidakmerintis penggunaan
hanya political e-voting
budget cycles, dan
melainkan
e-counting
political corruption jauh hari siklus
cycle atau sebelumnya. Mereka
korupsi politik padamelakukan
tahun-tahun
Pemilupenelitian dan uji dengan
yang telah meningkat coba berkali-kali,
ekstrim. sampai kemudian
semua pihak
Masyarakat merasa
tidak saja dapatsiap menggunakannya.
ditafsirkan Oleh karena
sebagai satu kesatuan, tetapi
itu dibatasi
juga perlu para pengusul
mengingat mestinya
perbedaan bersabar, e-voting
hakikat antara laki-lakidan
dan
e-counting
perempuan. Sepertitidak bisaketerwakilan
halnya diwujudkanperempuan
dalam waktu dekat,
sebagai tetapi
salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU
butuh pengkajian dan uji coba berkali-kali. Keberhasilan No. 8 Tahun
2012 menegaskan
e-voting dalamsetiappemilihan
partai politik peserta
kepala pemilu
desa, harus
bukan memenuhi
serta merta
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan,
menjadi pertanda akan kesuksesan e-voting dalam pemilu, mengingat
praktikmengingat
selama ini, pihak
skalayang
danduduk baik di parlemen
kompleksitas maupun pemerintah
yang berbeda.
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
Yang sering luput dari perhatian para pengusul
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
e-voting dan e-counting dalam pemilu Indonesia adalah
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
adanya
Paramastuti perbedaan
dalam tulisannyasistem pemilu “Perempuan
yang berjudul: India dan dan Philipina
Korupsi:
dengan
Pengalaman Indonesia.
Perempuan India dan
Menghadapi Philipina
Korupsi dalam menggunakan
Pemilu DPR RI
2009.”sistem pemilu mayoritarian untuk memilih anggota
legislatif
Masih sedangkan
berhubungan dengan temaIndonesia menggunakan
akuntabilitas sistem
keuangan politik, Didik
pemilu
Supriyanto proposional.
dan Lia Padahal
Wulandari dalam jamak
tulisan diketahui,
berjudul sistem
Transparansi dan
pemiluPengelolaan
Akuntabilitas mayoritarian Danalebih sederhana
Kampanye, dalam pemilihan
menguraikan bahwa dana
kampanyekarena jumlah
adalah salahkursi
satu yang diperebutkan
hal penting di setiap
dalam proses daerah
pemilu. Dana
kampanyepemilihan hanya
diperlukan olehsatu,
partaisehingga jumlah
politik dan partai dan
kandidatnya untukcalon
dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

264
vi
pun sangat sedikit. Ini tentu memudahkan pembuatan
peralatan yang ramah kepada pemilih. Bandingkan dengan
pemilu Indonesia yang terkahir: jumlah kursi yang tersedia
di setiap daerah pemilihan antara 3-12, jumlah partai yang
ikut berkompetisi 12, jumlah lembaga yang diperebutkan
3 (DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota)
ditambah DPD, sehingga tedapat 150-450 calon.
Sebagaimana ditunjukkan oleh Tabel 4.2, terdapat
sejumlah kelebihan dan kekurangan dalam penggunaan
e-voting. Namun dalam konteks politiknya Indonesia
masalahnya menjadi lebih rumit. Pertama, sebagai negara
yang baru memulai demokrasi setelah sekian puluh tahun
hidup dalam otoritarianisme, masyarakat politik Indonesia
masih dalam kondisi tidak saling percaya, atau distrust
soceity. Hal ini juga menimpa kaum elit politiknya sehingga
sangat butuh waktu lebih panjang untuk meyakinkan
penggunaan e-voting. Contoh sederhana ditunjukkan
oleh penolakan anggota DPR melakukan voting secara
elektronik dengan menggunakan peralatan di depan
mejanya masing-masing.
Kedua, memang benar pada 2014 sekitar 80 juta
penduduk Indonesia menjadi pengguna internet.
Namun angka itu bukan berarti jaminan memuluskan
penggunaan e-voting karena selain masih banyak yang
belum melek internet, yang melek iternet pun masih
butuh waktu lama untuk bisa menerimanya. Masalah
yang dihadapi e-counting, kurang lebih juga sama. Yang
harus dipertimbangkan lagi adalah fakta internasional, di
mana semakin banyak negara yang justru menghentikan

265
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat penggunaan
oleh politisi dan pemerintah
e-voting dan yang terpilih untuk memerintah.
e-counting.
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Mengacu kepada MK No 147/PUU-VII/2009
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
menyatakan, bahwa e-voting bisa saja diterapkan dengan
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
sejumlah syarat yang bersifat komulatif: pertama, tidak
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
melanggar asas luber dan jurdil; kedua, harus sudah siap
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
dari sisi teknologi, pembiayaan, sumber daya manusia
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregatmaupun perangkat
maupun secara spesifiklunaknya, kesiapan
pada tahun-tahun masyarakat
Pemilu, di
terkonfirmasi
dalam daerah yang bersangkutan,
praktek penganggaran serta
di Indonesia persyaratan
yang lain yang
berkaitan dengan siklus
diperlukan. Itu artinya penggunaan e-voting harus melalui
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
kajian
ini, yang panjang,
menjadi serangkaian
perhatian uji cobabudget
tidak hanya political untukcycles,
memastikan
melainkan
kinerja
political tinggi
corruption mesin,
cycle persiapan
atau siklus sumber
korupsi politik daya manusia,
pada tahun-tahun
Pemilupenyediaan dana yang
yang telah meningkat mencukupi,
dengan ekstrim.dan yang paling penting
tidak melanggar
Masyarakat prinsip
tidak saja dapat luber dan
ditafsirkan jurdil.
sebagai satuJika mengacu
kesatuan, tetapi
padadibatasi
juga perlu keputusan MK Jerman
mengingat dan pengadilan
perbedaan tinggi
hakikat antara Belanda,
laki-laki dan
prinsip
perempuan. luberhalnya
Seperti jurdil keterwakilan
itu yang paling sulit dipenuhi
perempuan sebagai e-voting
salah satu
syarat verifikasi faktual
maupun e-counting. untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
Membuat perangkat e-voting sesungguhnya bukanlah
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
hal sulit. Secara teknis teknologis, BPPT sudah berhasil
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
membuatnya. Jika perangkat e-voting bisa membuat,
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
BPPT tidak akan kesulitan membuat perangkat e-counting.
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
Namun yang jadi masalah bukan soal kemampuan teknis
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
teknologis
Paramastuti dalam sebuah perangkat,
tulisannya melainkan
yang berjudul: kesiapan
“Perempuan dan secara
Korupsi:
keseluruhan
Pengalaman sebagaimana
Perempuan Menghadapidisyaratkan oleh MK.
Korupsi dalam Di sinilah
Pemilu DPR RI
2009.”pertimbangan-pertimbangan non teknis justru harus
diperhatikan,
Masih berhubunganseperti aspek
dengan tema politik, ekonomi,
akuntabilitas keuangan dan sosial
politik, Didik
budaya.
Supriyanto JikaWulandari
dan Lia tidak maka
dalame-voting dan e-counting
tulisan berjudul bukan
Transparansi dan
menjadi
Akuntabilitas solusi pemilu,
Pengelolaan Danatetapi justrumenguraikan
Kampanye, menciptakanbahwa
bencana dana
kampanyebaru.adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye Jikadiperlukan
mengacu oleh partai
pada politik daninternasional,
pengalaman kandidatnya untuk
peneraandapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

266
vi
teknologi dalam pemilu harus memperhatikan beberapa
prinsip berikut ini: ditentukan berdasarkan pertimbangan
yang holistik, antisipatif terhadap dampak, menjaminan
transparansi dan kepastian etik, jaminan keamanan, lulus
uji dan memberikan keyakinan terkait tingkat akurasi hasil,
kepastian privasi, kepastian inklusivitas, berbiaya efektif,
efisien, keberlanjutan, fleksibel dan mampu beradaptasi
dengan regulasi, serta ramah pengguna dan dapat
dipercaya. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
tersebut, penerapan teknologi dalam pemungutan dan
penghitungan suara dalam pemilu Indonesia, pertama-
tama harus ditujukan pada kondisi mana dalam proses
tersebut yang paling dibutuhkan kehadirannya.
Sebagaimana dipaparkan sebelumnya, secara
umum kegiatan pemungutan suara dan penghitungan
suara di TPS pada hari H, tidak terdapat masalah signifikan.
Bahkan lembaga-lembaga internasional menyebutkan,
praktek pemilu Indonesia pada hari H bisa menjadi
standar internasional, mengingat praktek pemilu tidak
hanya berjalan berdasarkan prinsip luber dan jurdil, tetapi
menjadi sebuah perayaan politik. Kegiatan pemungutan
dan penghitungan suara menjadi wahana interaksi
sosial politik untuk meneguhkan demokrasi, toleransi,
kesetiakawanan, dan perdamaian. Oleh karena itu, kegiatan
yang sudah berlangsung baik itu sudah seharusnya tidak
digantikan oleh e-voting atau e-counting. Sebab kehadiran
teknologi justru akan menghilangkan karakter demokrasi
khas Indonesia yang menjadi mimpi banyak negara lain.
Kembali ke permasalah pokok pemilu di Indonesia dari

267
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat pemilu
oleh politisi dan pemerintah
ke pemilu, yang terpilih
salah satunya adalah untuk memerintah.
proses rekapitulasi
Pandangan Hamdan
suara yang tersebut
sering berkaitanbanyak
diwarnai dengan apa yang disampaikan
kecurangan dan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
hasil rekapitulasi yang banyak manipulasi. Kasus-kasus Anggaran
pada Tahun Pemilu.”
perubahan Yuna
hasil menjelaskan
rekapitulasi bahwa Political
penghitungan suarabudget cycles
dari PPS,
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
PPK, KPU kabupaten/kota, KPU provinsi, dan KPU, selalu
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
terulang setiap kali pemilu, dengan titik sentral di PPS
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
dan PPK. Ini salah satu sebab yang bisa mendelegitimasi
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
hasil pemilu. Sementara itu di sisi lain, proses rekapitulasi
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
penghitugan suara yang memakan waktu hampir satu
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
bulan,
ini, yang tidak
menjadi saja gagal
perhatian tidakmemenuhi rasabudget
hanya political ingin cycles,
tahu atas hasil
melainkan
pemilu,
political tetapi
corruption juga
cycle bisa
atau menimbulkan
siklus kerawanan
korupsi politik politik
pada tahun-tahun
Pemiluakibat situasi
yang telah yang tidak
meningkat denganpasti. Pada titik inilah kehadrian
ekstrim.
e-recap tidak
Masyarakat sangat strategis.
saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
juga perluPertama, e-recap bisa
dibatasi mengingat memperpendek
perbedaan hakikat masa
antararekapitulasi
laki-laki dan
penghitungan
perempuan. suaraketerwakilan
Seperti halnya sehingga rasa ingin tahu
perempuan masyarakat
sebagai salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu.
akan hasil pemilu bisa dipenuhi dengan cepat. Kedua, UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan
e-recap mampu setiap merekapitulasi
partai politik peserta pemilu
dengan harus
cepat danmemenuhi
akurat
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan,
hasil penghtiugan suara di TPS (Formulir C-1), sehingga mengingat
praktikmenghindarkan
selama ini, pihak yang duduk
dari baik di parlemen
kesalahan teknismaupun pemerintah
penghitungan
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
suara akibat kealpaan dan kesalahan petugas. Ketiga,
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
mesin e-recap bekerja tanpa memperhitungkan emosi
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
dan kepentingan para pihak sehingga hasil bisa dipercaya.
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Keempat, e-recap secara teknologis, merupakan tahap
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”
yang paling mudah jika dibandingkan dengan e-voting dan
e-counting, sehingga praktek pengembangan teknologi
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
pemilu berjalan sesuai hukum teknologi: dimulai dari yang
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
paling Pengelolaan
Akuntabilitas mudah, beranjak ke yang lebih
Dana Kampanye, sulit, lalu bahwa
menguraikan mencapai
dana
tahapan yang paling rumit. Kelima, e-recap bisa didesain
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanyedan diperlukan
diproduksioleh
di dalam
partai negeri.
politik dan kandidatnya untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

268
vi
Yang sering luput dari perhatian para pengusul e-voting
dan e-counting dalam pemilu Indonesia adalah adanya
perbedaan sistem pemilu India dan Philipina dengan
Indonesia. India dan Philipina menggunakan sistem
pemilu mayoritarian untuk memilih anggota legislatif
sedangkan Indonesia menggunakan sistem pemilu
proposional. Padahal jamak diketahui, sistem pemilu
mayoritarian lebih sederhana dalam pemilihan karena
jumlah kursi yang diperebutkan di setiap daerah pemilihan
hanya satu, sehingga jumlah partai dan calon pun sangat
sedikit. Ini tentu memudahkan pembuatan peralatan
yang ramah kepada pemilih. Bandingkan dengan pemilu
Indonesia yang terkahir: jumlah kursi yang tersedia di
setiap daerah pemilihan antara 3-12, jumlah partai yang
ikut berkompetisi 12, jumlah lembaga yang diperebutkan
3 (DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota)
ditambah DPD, sehingga tedapat 150-450 calon.
Sebagaimana ditunjukkan oleh Tabel 1 di bawah ini,
terdapat sejumlah kelebihan dan kekurangan dalam
penggunaan e-voting. Namun dalam konteks politiknya
Indonesia masalahnya menjadi lebih rumit. Pertama,
sebagai negara yang baru memulai demokrasi setelah
sekian puluh tahun hidup dalam otoriterisme, masyarakat
politik Indonesia masih dalam kondisi tidak saling
percaya, atau distrust soceity. Hal ini juga menimpa
kaum elit politiknya sehingga sangat butuh waktu lebih
panjang untuk meyakinkan penggunaan e-voting. Contoh
sederhana ditunjukkan oleh penolakan anggota DPR
melakukan voting secara elektronik dengan menggunakan

269
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat peraltan
oleh politisi
di dan pemerintah
depan mejanyayang terpilih untuk memerintah.
masing-masing.
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Kedua, memang benar pada 2014 sekitar 80 juta
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
penduduk Indonesia menjadi pengguna internet. Namun
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
angka itu bukan berarti jaminan memuluskan penggunaan
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
e-voting karena selain masih banyak yang belum melek
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
internet, yang melek iternet pun masih butuh waktu
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregatlama untuk
maupun bisa
secara menerimanya.
spesifik Masalah
pada tahun-tahun yangterkonfirmasi
Pemilu, dihadapi
dalam e-counting, kurang lebih
praktek penganggaran juga sama.
di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Tabel 1 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN E-VOTING
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
Kelebihan
Masyarakat E Voting
tidak saja Kekurangan
dapat ditafsirkan sebagai E Voting
satu kesatuan, tetapi
juga perlu Penghitungan
dibatasi mengingatdan perbedaan
tabulasi hakikatKurangnya
antara transparansi.
laki-laki dan
lebihSeperti
perempuan. cepat. halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
syarat verifikasi
Hasilfaktuallebih
untuk menjadi
akuratpesertaTerbatasanya
pemilu. UU No. 8 Tahun
keterbukaan
2012 menegaskan setiap partai manusia
karena kesalahan politik peserta
dan pemilu harus memenuhi
pemahamaan sistem
30% keterwakilan
dikecualikan.perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
bagi yang bukan ahlinya.
praktik selama ini, pihak yang duduk
Penanganan yanng efisien baik di parlemen maupun pemerintah
Kurangnya standar yang
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
dari formula sistem pemilu disepakati untuk sistem
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
yang rumit yang memerlukan e-voting.
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
prosedur perhitungan yang
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
melelahkan.
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.” Peningkatan tampilan Memerlukan sertifikasi
surat suara yang rumit sistem, tapi standar sertifikasi
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
tidak di sepakati secara luas.
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

270
vi
Meningkatnya kenyamanan Berpotensi melanggar
bagi para pemilih. kerahasiaan pemilihan,
khususnya dalam sistem
yang melakukan autentikasi
pemilih maupun suara yang
diberikan.
Berpotensi meningkatkan Resiko manipulasi oleh
partisipasi jumlah suara, orang dalam dengan akses
khususnya pemilih melalui istimewa ke sistem oleh
internet. peretas dari luar.
Lebih selaras dengan Kemungkinan kecurangan
kebutuhan masyarakat dengan manipulasi besar-
yang mobilitasnya semakin besaran oleh sekelompok
meningkat. kecil orang dalam.
Pencegahan kecurangan di Meningkatnya biaya baik
TPS dan selama pengiriman pembelian maupun sistem
dan tabulasi hasil dengan pemeliharaan e-voting.
mengurangi campur tangan
manusia.
M e n i n g k a t k a n M e n i n g k a t n y a
aksesibilitas, contohnya persyaratan infrastruktur
memakai surat suara audio dan lingkungan sontohnya
untuk pemilih tuna rungu berkaitan dengan pasokan
dengan pemilihan melalui listrik, teknologi komunikasi,
internet, begitu pula pada suhu, kelembaban.
pemilih yang tinggal di rumah
dan yang tinggal di luar negri.

271
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat
K oleh
e mpolitisi
u n dang kpemerintah
i n a n yangMterpilih
e n iuntuk
n g memerintah.
k a t n y a
menggunakan
Pandangan Hamdan tersebutlayar persyaratan
berkaitan keamanan
dengan apa yang disampaikan
multibahasa
Yuna Farhan yang
melalui dapat untuk melindungi sistem
tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
pada Tahun Pemilu.”
melayani para Yuna menjelaskan
pemilih bahwa Political
pemberian seuara budget
selamacycles
sudah menjadidengan
multibahasa fenomena
lebihuniversal
baik dandidukung dengan ke
antara pemilu berbagai
pemilustudi
empiris di berbagaidengan
dibandingkan Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi
surat selanjutnya termasukpolitcal
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
suara. selama pengangkutan,
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
penyimpanan, dan
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
pemeliharaan.
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
Pengurangan surat Kurangnya tingkat
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
suara yang rusak karena kendali oleh penyelenggara
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
sistemyang pemilihan
Pemilu telah meningkatdapat
denganpemilihan,
ekstrim. karena tingginya
memperingatkan para ketergantungan terhadap
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
pemilih tentang suara vendor dan atau teknologi.
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
yang tidakSeperti
perempuan. sah halnya
(walaupun
keterwakilan perempuan sebagai salah satu
pertimbangannya
syarat harus
verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
diberikan
2012 untuksetiap
menegaskan memastikan
partai politik peserta pemilu harus memenuhi
bahwa
30% para pemilih
keterwakilan bisa tidak
perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
memberikan
praktik selama ini,suaranya jika baik di parlemen maupun pemerintah
pihak yang duduk
mereka memiliki demikian). Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
mayoritas diduduki oleh laki-laki.
akanBerpotensi
berdampak negatif terhadap mandeknya
menghemat K e maspirasi
u n gperempuan
k i n a dalam
n
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah
biaya dalam jangka panjang penghitungan ulang terbatas. ditulis oleh Nindita
Paramastuti dalam tulisannya
melalui penghematan yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
waktu
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
pekerja pemungutan suara
2009.”
dan mengurangi biaya untuk
Masih berhubungan
produksi dengan
dan distribusi tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
surat
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
suara.
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

272
vi
Penghematan biaya Kebutuhan untuk
melalui pemilihan dengan kampanye tambahan bagi
internet; jangkauan global pendidikan pemilih.
dengan pengeluaran logistik
yang sangat sedikit. Tidak
ada biaya pengiriman, tidak
ada keterlambatan saat
pengiriman materi dan
menerimanya kembali.
Jika dibandingkan dengan Berpotensi konflik dengan
pemilihan melalui pos, maka kerangka hukum yang ada.
pemilihan melalui internet
dapat mengurangi insiden
penjualan suara dan pemilihan
oleh keluarga dengan
memperbolehkan pemilihan
beberapa kali namun hanya
suara terakhir yang dihitung
dan mencegah manipulasi
dengan memberikan tenggat
waktu bagi suara masuk
melalui kontrol langsung saat
pemungutan suara.
Berpotensi kurangnya
kepercayaan publik pada
pemilihan berdasarkan
e-voting sebagai hasil dari
kelemahan-kelemahaan di
atas.

273
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat Sumber:
oleh politisi dan pemerintah
Darmawan, yang terpilih
Nurhandjati, untuk memerintah.
& Kartini 2014: 6-11
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Namun risiko akibat kegagalan atau ketidakmasimalan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
fungsi mesin e-recap juga sama dengan mesin e-voting
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
dan e-counting. Oleh karena itu dalam merencang e-recap
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
beberapa hal berikut ini harus diperhatikan: Pertama,
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
kemungkinan bahwa komunikasi dan transmisi antar
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregatpiranti
maupundalam sistem pada
secara spesifik teknologi pemilu
tahun-tahun dapatterkonfirmasi
Pemilu, diserang
dalam sehingga menggagalkan
praktek penganggaran sistem.yang
di Indonesia Kedua, kemungkinan
berkaitan dengan siklus
serangan atas data hasil pemilu dengan tujuan
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan mengubah saat
database
ini, yang maupun tidak
menjadi perhatian hasilhanya
pemilu. Ketiga,
political budgetserangan yang
cycles, melainkan
diarahkan
political corruption kepada petugas
cycle atau melalui
siklus korupsipiranti
politikyang
pada digunakan
tahun-tahun
Pemiludalam e-recap.
yang telah meningkat dengan ekstrim.
Masyarakat tidak saja et
Reynold dapat
allditafsirkan
(2008) sebagai satu kesatuan,
menyarankan tetapi
beberapa
juga perlu dibatasi mengingat
rekomendasi perbedaan hakikat
kepada penyelenggara antara
pemilu yanglaki-laki
hendakdan
perempuan. Seperti halnya
menerapkan keterwakilan
e-voting. Meski perempuan sebagai salah
Renold bicara tentangsatu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu.
e-voting, namun saran tersebut juga berguna bagi UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
penyelenggara yang hendak menerapkan e-recap:
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
mayoritas 1.diduduki
Setiapolehsolusi yang
laki-laki. diadopsi
Apabila harus memenuhi
tidak diperjuangkan, hal ini
persyaratan
akan berdampak dengan
negatif terhadapmenggunakan basis
mandeknya aspirasi kode yang
perempuan dalam
hukumdipercaya (trustedDan
dan pemerintahan. codekondisi
base).tersebut telah ditulis oleh Nindita
Paramastuti2. dalam tulisannya yang
Penyelenggara harusberjudul:
memiliki“Perempuan dan Korupsi:
kode sumber/kode
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
dasar (source code) dari sistem tersebut.
2009.”
3. Semua sistem yang digunakan harus dipelajari
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
dengan baik terutama terkait total biaya dan secara
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
keseluruhan sepanjang masa hidup sistem.
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye4. Harus
adalah dipikrikan
salah mekanisme
satu hal penting dalamperawatan dengan
proses pemilu. Dana
memperhatikan efektivitas biaya.
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

274
vi
5. Proses mengadopsi bentuk teknologi harus dilakukan
secara bertahap dan terencana dengan baik.

Partisipasi Masyarakat dalam


pengawasan Rekapitulasi Hasil
Pemilu

Permasalahan Pemilu selama ini seperti yang telah


disebutkan sebelumnya berawal di hulu hingga ke hilir,
namun banyak masyarakat lebih mempertanyakan
mengenai kecurangan yang ada pada hilir pemilu yaitu
pada masa pemungutan dan penghitungan suara. Dengan
adanya rekapitulasi dibantu dengan bantuan teknologi
seperti yang telah disebutkan dalam bab sebelumnya
diharapkan dalam mempercepat proses penghitungan
sehingga hasil pemilu dapat diketahui oleh publik secara
tepat karena dengan jenjang waktu yang lama publik akan
menunggu serta dapat menimbulkan konflik dalam skala
besar karena tingkat ketidakpercayaan publik akan semakin
turun dengan lamanya waktu rekapitulasi tersebut.
Setelah adanya proses penghitungan dengan cepat
bukan berarti publik tidak dapat berpartisipasi kembali
dalam memeriksa hasil pemilu apakah sudah sesuai apa
tidak. Partisipasi publik terkait hasil pemilu ini mulai
ada sejak Pemilu Legislatif dan Presiden pada tahun
2014. KPU sebagai penyelenggara pemilu membuka data
hasil scan C1 kepada publik secara daring. Melalui data-

275
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat data
oleh politisi dan pemerintah
yang dibuka oleh KPUyang
initerpilih
publikuntuk
dapatmemerintah.
memeriksa /
Pandangan
kroscekHamdan tersebut
hasil pemilu berkaitan
secara dengandimana
langsung, apa yangpublik
disampaikan
ikut
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus
berpartisipasi secara langsung dalam pemilu. Politisasi Anggaran
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
Pembukaan Data Scan C1 sejak pemilu 2014 kemari telah
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
menghasilkan beberapa contoh partisipasi publik secara
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
langsung seperti Kawal Pemilu yang kemudian berlanjut
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregatpada pelaksanaan
maupun Pilkada
secara spesifik 2015
pada yaitu Kawal
tahun-tahun Pilkada.
Pemilu, Dengan
terkonfirmasi
dalam membuka scan C1 kepada
praktek penganggaran publikyang
di Indonesia maka akan memperluas
berkaitan dengan siklus
frasa penggunaan teknologi dalam pemilu yang
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan semulasaat
terbatas
ini, yang menjadikepada penggunaan
perhatian tidak hanyateknologi oleh penyelenggara
political budget cycles, melainkan
pemilu
political kepada
corruption penggunaan
cycle atau siklus teknologi dalam
korupsi politik padapengawasan
tahun-tahun
Pemilupemilu yang
yang telah dilakukan
meningkat olehekstrim.
dengan masyarakat.
Masyarakat
Contohtidak saja pemilu
kawal dapat ditafsirkan
maupun kawalsebagai satu kesatuan,
pilkada merupakantetapi
juga perlu
contohdibatasi
terbaikmengingat perbedaan hakikat
dalam implementasi antara laki-laki
penggunaan teknologidan
perempuan.
dalamSeperti halnya keterwakilan
pengawasan hasil pemilu, perempuan
walaupun sebagai
sejak salah
Pemilusatu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu.
2014 kemarin telah banyak contoh-contoh terbaik UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
penggunana teknologi sebagai bagian dari partisipasi
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
masyarakat seperti API Pemilu sebagai contoh sosialisasi
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
pemilu berbasis teknologi yang membantu publik
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
mengetahui siapa calonnya, kemudian mata massa yang
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
membantu pengawasan pelanggaran pemilu. Kawal Pemilu
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
lahir dari
Paramastuti dalam keterbukaan KPUberjudul:
tulisannya yang itu sendiri yang menggunggah
“Perempuan dan Korupsi:
hasil Perempuan
Pengalaman scan C1 scara daring.
Menghadapi Dimana
Korupsi dalamkawal
Pemilu pemilu
DPR RI
2009.”menggunakan teknologi berbasis web yang mengajak
publik
Masih untuk berpartisipasi
berhubungan dengan memeriksa
dengan tema akuntabilitas keuangan scan C1Didik
politik, di
TPS dan
Supriyanto di wilayahnya masing
Lia Wulandari dalammasing. NamunTransparansi
tulisan berjudul kawal Pemilu dan
ini dilaksanakan
Akuntabilitas hanyaKampanye,
Pengelolaan Dana pada Pemilihan Presiden
menguraikan bahwa dandana
kampanyeWakil Presiden
adalah salahsaja.
satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

276
vi
Kesimpulan dan Rekomendasi
Kehadiran teknologi dalam proses pemilu diperlukan.
Bahkan dalam pemilu yang melibatkan banyak pemilih
dengan sistem pemilihan rumit, kehadiran teknologi seakan
menjadi keharusan. Sebab, teknologi dapat menghindari
kealpaan dan kesalahan yang dilakukan petugas, serta
mengantisipasi kecurangan dan kejahatan yang dilakukan
peserta dan petugas. Melalui e-voting, e-counting, dan
e-recapitulation, teknologi dapat memfasilitas pemungutan
dan penghitungan suara secara cepat dan akurat.
Putusan MK No 147/PUU-VII/2009 membuka
ruang penggunaan teknologi dalam pelaksanaan pemilu,
khususnya pada tahapan pemungutan dan penghitungan
suara. Namun MK mengingatkan, bahwa penggunaan
harus didahului oleh pengkajian, ujicoba dan sosialisasi
agar tidak melanggar asas luber dan jurdil. Penggunaan
teknologi dalam pemungutan dan penghitungan suara
tidak hanya dituntut kesiapan sisi teknologi, pembiayaan,
sumber daya manusia maupun perangkat lunaknya, tetapi
juga kesiapan pemilih, peserta dan masyarakat. Atas
dasar putusan ini, UU No 1/2015 juncto UU No 8/2015
mengatur penggunaan teknologi dalam pemungutan dan
penghitungan suara, meskipun ketentuan tersebut tidak
logis. Sebelumnya, UU No 8/2012 memberi basis hukum
atas penggunaan teknologi dalam pendaftaran pemilih.
Adanya landasan hukum sangat penting untuk
penggunaan teknologi dalam pemilu seoperti yang telah
disebutkan sebelumnya. Penolakan Sipol oleh partai

277
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat politik
oleh politisi
dalam danPemilu
pemerintah
2014yang terpilih untuk
menunjukkan halmemerintah.
tersebut dapat
Pandangan Hamdan
terjadi karena tersebut
belum berkaitan
adanya dengan
landasan apa yang
hukum. disampaikan
Selanjutnya,
Yuna Farhan
penghitungan suara berbasis teknologi informasiAnggaran
melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi yang
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget
hanya berdasarkan keputusan atau peraturan KPU, justru cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
mengundang kontroversi. Meskipun bertujuan baik,
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
yakni sebagai alat kontrol penghitungan manual dan
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
memenuhi rasa ingin tahu masyarakat atas hasil pemilu,
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
namun banyak partai politik dan calon yang mencurigai
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
penghitungan berbasis teknologi informasi bertujuan
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
untuk
ini, yang memenangkan
menjadi perhatian tidakpeserta pemilubudget
hanya political tertentu. Hadirnya
cycles, melainkan
pasal yang membuka penggunaan teknologi dalam undang-
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Pemiluundang pemilu
yang telah juga mendorong
meningkat penyelenggara pemilu dan
dengan ekstrim.
pihak-pihak
Masyarakat tidak lain
saja untuk melakukansebagai
dapat ditafsirkan pengkajian dan ujicoba
satu kesatuan, tetapi
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-lakiMK
perangkat, sebelum perangkat ini digunakan.Putusan dan
memang memberikan pilihan kepada pembuat
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu undang-
undang untuk
syarat verifikasi faktualmembuat meknisme
untuk menjadi pesertapemberian
pemilu. UUsuara
No. 8secra
Tahun
elektronik setiap
2012 menegaskan (e-voting),
partai selain
politik secara
peserta konvensional dengan
pemilu harus memenuhi
mencoblosperempuan.
30% keterwakilan surat suara. Jadi ini
Kondisi sifatnya pilihan: cara mengingat
patut diperjuangkan, manual
praktiktidak
selama ini, pihakcara
dilarang, yangelektonik
duduk baikboleh
di parlemen maupun pemerintah
saja digunakan.
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
Namun, sebagaimana dijelaskan sebelumnya,
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
praktek penggunaan e-voting telah mengalami penurun
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
kepercayaan di berbagai belahan dunia karena dianggap
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
gagal memenuhi prinsip luber dan jurdil (sesuatu yang
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”
disyaratkan oleh MK). Padahal pada saat yang sama,
masyarakat Internasional justru mengapreasisi proses
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
pemungutan dan penghitungan suara di TPS dalam pemilu
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Indonesia.
Akuntabilitas BangsaDana
Pengelolaan Indonesia dinilai
Kampanye, telah menjalankan
menguraikan bahwa dana
praktek politik demokratis dengan menggelar
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. pemilu
Dana
yang luber dan jurdil, bukan sebagai kewajiban politik,
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

278
vi
melainkan sebagai perayaan politik. Dengan pertimbangan
tersebut, maka sebaiknya e-voting diperlukan. Sebab,
kehadiran e-voting dalam konteks pemilu Indonesia tidak
hanya akan mematikan praktek-praktek terbaik demokrasi
di Indonesia, tetapi justru akan menimbulkan masalah
baru.
Yang dibutuhkan kehadiran teknologi informasi dalam
pemilu Indonesia adalah proses rekapitulasi penghitungan
suara berjenjang dari PPS, PPK, KPU kabupaten/kota,
KPU provinsi, dan KPU. Sebab pada wilayah ini, selain
membutuhkacssssn waktu lama sehingga gagal memenuhi
rasa ingin tahun para pihak atas hasil pemilu dan
menimbulkan kerawanan-kerawanan politik, juga sering
terjadi kecurangan dan pelanggaran berupa manipulasi
hasil rekapitulasi penghitungan suara. Di sinilah
pentinganya e-recap dalam pemilu Indonesia, yakni untuk
melakuan penghitungan secara cepat dan akurat, sekaligus
mencegah manipulasi hasil rekapitulasi penghitungan
suara. Dengan e-recap kasus-kasus gugatan hasil pemilu
bisa dikurangai dan legitimasi pemilu semakin tinggi.
Meskipun begitu, dalam undang-undang pemilu,
pengaturannya tidak langsung digunakan e-recap dalam
rekapitulasi penghitungan suara berjenjang, melainkan
e-recap sebagai alternatif dari rekapitulasi penghitungan
suara berjanjang. Dengan demikian penyelenggara pemilu
bisa memilih kapan dan di mana akan dilakukan e-recap
(setelah melakukan serangkan pengkajian, uji coban dan
berbagai persiapan), kapan dan di mana rekapitulasi
penghitungan berjenjang dipertahankan. Ketentun

279
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat bersifat
oleh politisi dan pemerintah
alternatif yang
tersebut terpilih untuk
merupakan memerintah.
rumusan terbaik
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan
dalam undang-undang, dengan
mengingat apamelek
tingkat yang disampaikan
teknologi
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
informasi belum merata, kesiapan peratalan dan petugas Anggaran
pada Tahun Pemilu.”dilakukan
pun harus Yuna menjelaskan bahwa Political
secara bertahap. budget yang
Apapaun cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
digunakan, e-recap atau manual berjanjang, pengumuman
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
melalui internet hasil pindaian Formulir C-1 tetap harus
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
dilakukan sehingga undang-undang harus mengatur hal
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
ini.
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Pemilu 2009Setelah
ataupunadanya
menjelanglandasan hukum
Pemilu 2014. akan
Melihat penggunaan
perkembangan saat
teknologi
ini, yang maka tahap
menjadi perhatian selanjutnya
tidak hanya yang cycles,
political budget mesti melainkan
dilihat
adalah
political pemilihan
corruption cycle jenis teknologi
atau siklus dalam
korupsi pemilu
politik padamerupakan
tahun-tahun
Pemilulangkah awal
yang telah yang vital.
meningkat Teknologi
dengan ekstrim. yang gagal menunaikan
tugas, tidak
Masyarakat tidakhanya menyebabkan
saja dapat ditafsirkankeributan baru,
sebagai satu tetapi juga
kesatuan, tetapi
mengurangi
juga perlu kepercayaan
dibatasi mengingat masyarakat
perbedaan hakikat atas
antarapenggunaan
laki-laki dan
teknologi
perempuan. secara
Seperti halnyakeseluruhan. Kegagalan sebagai
keterwakilan perempuan teknologi
salahICR
satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu.
dalam penghitungan suara pada Pemilu 2009 adalah UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan
contoh baiksetiap partai politik
bagaimana peserta
pentingnya pemilu harus
pengkajian danmemenuhi
ujicoba
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan,
harus dilakukan sungguh-sungguh sebelum teknologi mengingat
praktikdigunakan.
selama ini, pihak yang duduk
Memang baik di parlemen
penghitungan berbasismaupun pemerintah
teknologi ICR
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
hanya menjadi pembanding penghitungan manual. Namun
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
ketika prosesnya tersendat dan hasilnya tidak kredibel,
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
maka hal itu akan mengembangkan opini macam-macam.
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Pengalaman ini juga yang membuat dalam Pemilu 2014,
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”
KPU tidak mempublikasikan hasil penghitungan berbasis
teknologi. Sebagai gantinya, KPU memindai Formulir
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
C-1, dan hasil pindaian tersebut dipublikasikan secara
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
luas melalui
Akuntabilitas www.kpu.go.id.
Pengelolaan Di sinilah
Dana Kampanye, KPU mengambil
menguraikan bahwa dana
kebijakan tepat, sehingga hasil pindaian Formulir
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu.C-1 tidak
Dana
hanya menunjukkan adanya tranparansi penyelenggaraan
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

280
vi
pemilu, tetapi juga memungkinkan siapa saja untuk ikut
mengontrol proses dan hasil pemilu.
Karena fungsi teknologi dalam pemilu hanya sebagai
alat bantu, maka penerapannya harus tepat guna, yakni
sesuai kebutuhan lembaga penyelenggara. Dalam hal ini
penyelenggara pemilu dapat memutuskan pada tahapan
mana penggunaan teknologi harus dimaksimalkan,
dan pada tahap mana kehadiran teknologi tidak begitu
diperlukan. Sementara itu dari pemilu ke pemilu selalu
menunjukkan bahwa permasalahan utama pemilu
Indonesia terjadi pada proses rekapitulasi penghitungan
suara berjenjang, khususnya di PPS dan PPK, di mana
sering terjadi kasus kecurangan dan manipulasi hasil
rekapitulasi penghitungan suara, sehingga kehadiran
teknologi bisa mengatasi masalah tersebut. Keempat,
sesuai dengan tingkat kompleksitas teknologi, maka
e-recap yang lebih sederhana daripada e-counting dan
e-voting, maka praktek penggunaan teknologi dalam
pemilu juga harus dimulai dari yang paling sederhana,
lalu berkembang menunju yang lebih rumit sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.
Penggunaan teknologi untuk pemilu dapat digunakan
sejak hulu hingga hilir pelaksanaan Pemilu. Namun
terkait dengan waktu serta maka yang paling dapat
segera direalisasikan adalah penggunaan E-Recap
maupun melanjutkan apa yang telah dilakukan oleh
KPU sebelumnya seperti Sidalih, Situng, Sipol dan Scan
C1 yang didukung oleh Poin ketiga yaitu dasar hukum
pelaksanaannya. Dengan fokus pada penggunaan E-Recap

281
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat serta
oleh politisi dan pemerintah
pelaksanaan yang terpilihyang
sistem-sistem untuktelah
memerintah.
dibangun
Pandangan Hamdan tersebutPemilu
maka Penyelenggara berkaitandapat
dengan apa yang disampaikan
memberikan waktu
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
untuk evaluasi penggunaan sistem tersebut dalam 2 Anggaran
pada Tahun Pemilu.”
periode pemilu Yunasehingga
menjelaskan bahwa Politicalakan
penyelenggara budgetdapat
cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
mengetahui teknologi manakah yang tepat guna untuk
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
mendukung pelaksaan pemilu sehingga teknologi dalam
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
membantu efisiensi anggaran penyelenggaran pemilu serta
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
pelaksanaan Pemilu yang Luber dan Jurdil.
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Pemilu 2009Demi kepastian
ataupun hukum
menjelang Pemiludan
2014.mendorong dilakukanya
Melihat perkembangan saat
kajian
ini, yang serius
menjadi dan tidak
perhatian ujicoba terus
hanya menerus,
political budgetmaka
cycles,undang-
melainkan
undang
political pemilu
corruption cycleharus mengatur
atau siklus korupsipenggunaan teknologi
politik pada tahun-tahun
Pemilue-recap dalam
yang telah tahapan
meningkat denganpemungutan
ekstrim. dan penghitungan
suara. Namun
Masyarakat dalam
tidak saja dapatpengaturan hendaknya
ditafsirkan sebagai ditekanakan
satu kesatuan, tetapi
bahwa
juga perlu penggunaan
dibatasi e-recap adalah
mengingat perbedaan alternatif
hakikat antara dari
laki-laki dan
rekapitulasi
perempuan. penghitungan
Seperti halnya keterwakilan suara berjenjang.
perempuan Dengan
sebagai salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu.
demikian, penyelenggara pemilu bisa memilih kapan UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan
dan di mana setiap partai politik
digunakan peserta
e-recap danpemilu
kapanharus
dan dimemenuhi
mana
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan,
tetap mempertahankan rekapitulasi penghitungan suara mengingat
praktikberjenjang.
selama ini, pihak yang duduk
Adapun baik di parlemen
pertimbangan untukmaupun pemerintah
menggunakan
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
teknologi e-recap adalah kesiapan perangkat teknologi,
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
ketersediaan anggaran, kemampuan petugas dalam
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
mengoperasikan alat, serta kesiapan pemilih, partai politik,
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
calon dan masyarakat pada umumnya.
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”
Referensi
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
SupriyantoFoundation, O. K. dalam
dan Lia Wulandari (2015).tulisan
Openberjudul
Data Index Election.
Transparansi dan
Retrieved
Akuntabilitas from http://index.okfn.org:
Pengelolaan http://index.okfn.
Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanyeorg/dataset/elections/.
adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanyeBPPT.diperlukan oleh partai politik
E-rekapitulasi. dan untuk
Invoasi kandidatnya untuk2014.
Pemilu dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

282
vi
http://www.bppt.go.id/teknologi-informasi-energi-dan-
material/1815-e-rekapitulasi-inovasi-untuk-pemilu-2014
Ikhsan Darmawan, d. (2014). Memhami E-Voting:
Berkaca dari Pengalaman Negara-negara lain dan
Jembaran (Bali). Jakarta: Yaysan Pustaka.
David L Dill,Bruce Scheiner, Barbara Simons. (2003,
August 10). Voting and Technology: Who Gets to Count Your
Vote? Retrieved August 2015, from Scheiner on Security:
https://www.schneier.com/essays/archives/2003/08/
voting_and_technolog.html
Husein, H. (2015). API Pemilu menuju Smart Election.
Jakarta: Perludem.\
Husein, Harun, Republika. (2013, April 5). Hikayat
Dapil Superman. Teraju .
Indoneia, K. P. (2015). Laporan Pelayanan Informasi
Publik. . Jakarta: Komisi Pemilihan umum.
Kinanti, F. (2013, January 13). Les Journals. Retrieved
August 10, 2015, from web.unair.ac.id: http://fellinkinanti-
fisip10.web.unair.ac.id/artikel_detail-70905-Metode%20
Analisis%20Hubungan%20Internasional-Studi%20
Perbandingan.html
Kundishora. (n.d.). The Role of Information and
CommunicationTechnology (ICT) in Enhancing Local
Economic Development and Poverty Reduction. Harare:
Zimbabwe Academic and Research Network.
Barkan, J. D. (2013). Technology is Not Democracy.
Journal of Democracy, 159.
Setiawaty, Diah e. a. (2015). Modul Bahan Ajar S2 Tata

283
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat Kelola
oleh politisi
Pemilu:dan pemerintah yang terpilih
IT dan Pemilu. untuk UGM&
Yogyakarta: memerintah.
AEC.
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Miller, L. (2015, July 14). http://piratetimes.net/illegal-
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
and-insecure-evoting-carried-out-in-argentina/. Retrieved
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
July 21, 2015, from http://piratetimes.net/: http://
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
piratetimes.net/illegal-and-insecure-evoting-carried-out-
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
in-argentina
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
(n.d.). secara
agregat maupun Retrieved from
spesifik padaWorld Bank Pemilu,
tahun-tahun : http://www.apt.
terkonfirmasi
dalam int/sites/default/files/Upload-files/ASTAP/Rept-5-e-
praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
PemiluGovt.pdf.
2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
ini, yang menjadi perhatian
Pamungkas, S.tidak hanya political
(2004). budget cycles, melainkan
Disproporsionalitas Suara
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Dalam Pemilu Legislatif 2014. Retrieved 27 22, 2015, from
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
Sigit Pamungkas: Ada Jalan Tengah: http://sigitp.staff.
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
ugm.ac.id/?p=53
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
Rae, Douglas W. (1967).The Political Consequences of
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
Electoral Laws. Yale University Press
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
Reynold,setiap
2012 menegaskan A., & partai
team, politik
a. (2008). Electoral
peserta pemiluSystem Design:
harus memenuhi
The New International
30% keterwakilan IDEAini
perempuan. Kondisi Handbook. Sweden: IDEA.
patut diperjuangkan, mengingat
praktik selama ini, pihak
Surbakti, yang duduk
R. (2015). baik di parlemen
Mengapa Indonesia maupun pemerintah
Membutuhkan
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak
Rekapitulasi Elektronik dan harus Menghindari diperjuangkan, hal ini
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
Pemungutan Suara Secara Elektronik. Diskusi Pengalaman
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Internasional dalam Teknologi Kepemiluan , (p. 2). Jakarta.
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Tempo/Rosdianahangka. (2012, February 22). www.
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”tempo.co. Retrieved 2015, from Tempo: http://tempo.co/
read/
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
SupriyantoTransparency and Open
dan Lia Wulandari dalamGovernment. (n.d.).
tulisan berjudul Retrieved
Transparansi dan
from www.whitehouse.gov:
Akuntabilitas http://www.whitehouse.gov/
Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanyethe_press_office/TransparencyandOpenGovernment.
adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanyeWisanggeni,
diperlukan oleh partai politik
H. (2015). dan kandidatnya
API Pemilu: untuk dapat
Sebuah Perjalanan
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai
Menyalakan Harapan. Jakarta: Perludem. politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

284
vi
PROFIL PENULIS
LIA WULANDARI
seorang Peneliti Perludem Sejak April 2011, dengan spesialisasi isu-isu politik
dan kepartaian. Lulusan Ilmu Politik dari Universitas Indonesia tahun 2008 ini juga
pernah menjadi relawan penelitian di Komnas Perempuan dan Puskapol UI untuk riset
Kekerasan terhadap Permpuan dan Keterwakilan Perlemen sejak tahun 2007. Sejak
mahasiswa, aktif dalam kegiatan sosial kemahasiswaan di Senat FISIP UI, BEM UI dan
sebagai reporter di FISIPERS FISIP UI. Penelitian yang pernah dilakukan ialah keuangan
partai politik, dana kampanye, dan subsidi partai politik yang dilakukan bersama tim
Perludem. Selain itu, ia aktif terlibat dalam advokasi UU No. 8 Tahun 2012 tentang
Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota dan UU
No. 22 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota.

USEP HASAN SADIKIN


Pegiat rumahpemilu.org, portal berita dan data pemilu Indonesia yang merupakan
bentuk layanan informasi pemilu Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem).
Lelaki kelahiran Serang, 27 Oktober 1983 ini merupakan lulusan (2008) Geografi, FMIPA,
Universitas Indonesia. Minat dan kritismenya terhadap demokrasi dan kesetaraan
tak tertampung di profesinya sebagai konsultan pemetaan dan guru geografi. Usep
lalu melibatkan aktivismenya pada isu kesetaraan gender di Jurnal Perempuan; isu
disabilitas di Helen Keller International Indonesia, hingga sekarang di Perludem. Usep
biasa berinteraksi melalui media sosial dan email di usep.99@gmail.com.

FADLI RAMADHANIL
Menyelesaikan studi sarjana hukum pada Fakultas Hukum Universitas Andalas,
Padang, pada Mei tahun 2013. Semasa mahasiswa Fadli aktif di Perhimpunan
Mahasiswa Tata Negara Fakultas Hukum Unand, dan sejak 2011 bergabung dengan
Pusat Studi Konstitusi (PUSaKO) Fakultas Hukum Unand sebagai asisten peneliti.
Selesai menyelesaikan studi di Fakultas Hukum Universitas Andalas, Fadli bergabung
dengan Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) sejak Juni 2013 sampai
sekarang. Di Perludem aktif menggeluti isu-isu penegakan hukum pemilu. Fadli aktif
menulis di beberapa media seperti Kompas, Republika, dan The Geotimes, serta Jurnal
Pemilu&Demokrasi. Tulisannya banyak menilik persoalan pemilu, demokrasi, penegakan
hukum, dan dinamika ketatanegaraan. email: fadlifhua@gmail.com.

KHOIRUNNISA AGUSTIYATI
Lahir di Palembang, 24 Agustus 1987. Menyelesaikan pendidikan Sarjana Sosiologi pada
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Indonesia pada Januari 2010. Saat ini
sedang mengambil gelar Master dalam bidang Ilmu Politik di Universitas Indonesia. Sejak

285
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

2010 menggeluti isu dan dunia kepemiluan paska lulus dari UI, dengan bergabung
sebagai Peneliti Pemilu pada Centre for Electoral Reform (CETRO). Juni 2012 hingga
merupakan
saat suatu upaya
ini, aktif bekerja sebagaiuntuk menyelamatkan
Peneliti kebijakan
Pemilu di Perkumpulan Pemilupublik yang akan
dan Demokrasi
dibuat oleh
(Perludem). politisi
Dalam duniadan pemerintah
kepemiluan, yang
penulis terpilih
aktif sebagaiuntuk memerintah.
fasilitator dalam pelatihan
dan workshop kepemiluan. Terlibat secara aktif pada berbagai forum kerjasama antar
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
lembaga-lembaga pemilu dan demokrasi, baik berskala nasional dan internasional.
Yuna Farhan
Turut terlibat melalui
dalam tulisannyasipil
koalisi masyarakat “Menelusuri Siklus
untuk mendukung Politisasi Anggaran
penyelenggaraan pemilu
pada profesional.
secara Tahun Pemilu.”
Selain itu,Yuna menjelaskan
juga aktif terlibat dalambahwa Political
advokasi budgetpemilu
undang-undang cycles
dan penyelenggara pemilu.
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
CATHERINE NATALIA
budget
Lahir cycles seperti
di Bandung, perubahan
27 Desember pola pada struktur
1972. Menyelesaikan pendidikananggaran baik secara
Sarjana Hukum dari
agregat maupun
Universitas secara
Padjadjaran spesifik
Bandung pada 1996
pada tahun tahun-tahun Pemilu,
dan Magister Hukumterkonfirmasi
di Universitas
Indonesia pada tahun
dalam praktek 2005. Tenaga
penganggaran Teknis di Komisi
di Indonesia yang Pemilihan
berkaitanUmum denganRepublik
siklus
Indonesia pada 2009-2015, bergabung dengan Perludem sejak Februari 2015 sebagai
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
Legal Drafter.
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
political
PANDU corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
DEWANTA
Adalah mahasiswa
Pemilu yang telah aktif S1 di Fakultas
meningkat Hukumekstrim.
dengan Universitas Padjadjaran. Saat ini aktif di
BEM KEMA Universitas Padjadjaran dan PAKTA (Pusat Kajian Mahasiswa Hukum Tata
Masyarakat
Negara). Pada bulantidak saja dapat
Desember ditafsirkan
2015 sampai dengansebagai
Februari satu
2016kesatuan, tetapi
sempat magang
juga
di perluuntuk
Perludem dibatasi mengingat
mempelajari perbedaan
kepemiluan. hakikat
Alamat email antara laki-laki dan
: pdewanata23@gmail.com
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
DEBORA BLANDINA SINAMBELA
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
Menggemari dunia jurnalistik sejak masa kuliah dengan bergabung di Lembaga Pers
2012 menegaskan
Mahasiswa Suara USU. setiap partai
Meraih gelar politik
Sarjana peserta
di Ilmu pemilu
Komunikasi harusFakultas
(S.ikom) memenuhi
Ilmu
30% keterwakilan
Sosial dan Ilmu Politikperempuan. Kondisi
(FISIP) Universitas ini patut
Sumatera diperjuangkan,
Utara. Aktif meliput dan mengingat
menulis
Pemilihan Raya (Pemira)
praktik selama Kampus
ini, pihak yang serta
duduk Pemilihan Gubernur Sumatera
baik di parlemen maupunUtara Tahun
pemerintah
2013. Kemudian menjadi Staff Media Center KPU Sumut pada Pemilu Legislatif dan
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
Pemilu Presiden 2014, kerjasama antara Yayasan Kippas, KPU Sumut dan Perludem.
akan berdampak
Menjadi negatif
Ketua Klub Penulis terhadap
Perempuan mandeknya
Sumut aspirasi
dan koordinator perempuan
penulisan dalam
calon legislatif
hukum dan
perempuan di pemerintahan. Dan
Sumut. Saat ini aktif kondisimenjadi
Perludem tersebut telahrumahpemilu.org
Jurnalis ditulis oleh Nindita
sejak
2015.
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
MAHARDDHIKA
2009.”di Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) sejak 2014, mengelola
Bergiat
rumahpemilu.org, serta mempunyai
Masih berhubungan denganketertarikan pada isu perempuan
tema akuntabilitas keuangan dan anak muda
politik, Didik
di pemilu. Ia juga menjadi kontributor tetap youthproactive.com.
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Akuntabilitas
HEROIK M PRATAMAPengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye
Lahir adalah
pada tanggal 16 salah satu
November haldipenting
1992, dalam
Kota Bogor prosesPriapemilu.
Jawa Barat. Dana
yang dikenal
dengan sapaan Heroik meraih gelar Sarjana Ilmu Politik (S.IP)
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat di Jurusan Politik
dan Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM. Sejak mahasiswa ia aktif
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
diberbagai bidang organisasi kemahasiswaan mulai dari Korps Mahasiswa Politik dan
legislatif tidak
Pemerintahan akan
(KOMAP dapat
UGM) bekerja
sebagai secara
presiden, maksimal
kemudian pimpinandalam
bidang kampanye
sosial dan

286
vi
politik senat mahasiswa FISIPOL UGM, sebagai salah satu pendiri Dewan Mahasiswa
FISIPOL UGM, serta mentri aksi dan propaganda BEM KM UGM. Pada tahun 2014, ia
pernah menjadi asisten peneliti di Reaserch Center of Politics and Goverment (POLGOV)
UGM dan November 2014 aktif di Perludem sebagai peneliti yang menggeluti isu sistem
pemilu dan sistem kepartaian.

DIAH SETIAWATY
Adalah Program Officer API (Application Programming Interface) Pemilu, program
database pemilu Perludem. API Pemilu bertujuan memberikan informasi yang lebih
baik kepada pemilih, meningkatkan akses publik terhadap informasi pemilu, serta
meningkatkan partisipasi pemilih melalui penggunaan teknologi. Program API Pemilu
terus mendukung upaya Komisi Pemilihan Umum dalam menyediakan akses yang
lebih mudah untuk membuka data, terutama data pemilu. Perempuan yang dikenal
dengan sapaan Diah juga aktif dalam advokasi terbuka gerakan data di Indonesia, dan
salah satu pendiri Open Data Club. Diah telah beberapa kali berbicara di forum-forum
internasional diantaranya Open Government Partnership Asia-Pasific Regional Meeting
(Bali, 2014), International Conference Civil Society in Development (2014),Asean
Election Stakeholder Forum (Timor Leste, 2015) Open Data International Conference
(2015) dan menjadi lead dalam penyelenggaraan International Open Data Research
Symposium (Jakarta,2015). Selain itu, Diah terlibat dalam program-program pendidikan
pemilih di Perludem.

SEBASTIAN VISHNU
Lulusan Hubungan Internasional Universitas Padjdjaran ini aktif di Perkumpulan Untuk
Pemilu dan Demokrasi (Perludem) sejak awal tahun 2014. Pria yang dikenal dengan
sapaan Bastian ini memiliki ruang lingkup dan minat kajian pada isu-isu teknologi
kepemiluan. Selain itu, ia aktif pengembangan gerakan Open Data di Indonesia dengan
berbagai organisasi lainnya.

KHOLILULLAH P
Adalah seorang aktivis yang bergabung di Perludem sejak 2013. Lepas dari aktivisme
kampus, lelaki ini kemudian menggeluti dunia organisasi masyarakat sipil di Aceh sejak
2006: Forum LSM Aceh, Forum Peneliti Aceh, dan Aceh Institute. Berbagai isu terkait
peace building dan good governance telah dilaluinya, termasuk isu kepemiluan daerah.
Hal ini pula yang mendorong dirinya untuk memberikan perhatian khusus terhadap
dinamika kepemiluan daerah, terutama daerah-daerah mendapatkan tag khusus seperti
Aceh, Papua, Papua Barat, Yogyakarta, dan DKI Jakarta. Sebagai seorang yang juga
merupakan lulusan profesi Akuntan dari Fakultas Ekonomi Unsyiah, lelaki yang lahir di
tahun 1984 ini juga berminat serta terus mendalami isu anggaran kepemiluan.

287
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

288
vi
Latar Belakang
Demokrasi memang bukan satu tatanan yang sempurna untuk mengatur peri
kehidupun manusia. Namun sejarah di manapun telah membuktikan, bahwa demokrasi
sebagai model kehidupan bernegara memiliki peluang paling kecil dalam menistakan
kemanusiaan. Oleh karena itu, meskipun dalam berbagai dokumentasi negara ini
tidak banyak ditemukan kata demokrasi, para pendiri negara sejak zaman pergerakan
berusaha keras menerapkan prinsip-prinsip negara demokrasi bagi Indonesia.

Tiada negara demokrasi tanpa pemilihan umum (pemilu), sebab pemilu merupakan
instrumen pokok dalam menerapkan prinsip-prinsip demokrasi. Sesungguhnya, pemilu
tidak saja sebagai arena untuk mengekspresikan kebebasan rakyat dalam memilih
pemimpinnya, tetapi juga arena untuk menilai dan menghukum para pemimpin
yang tampil di hadapan rakyat. Namun, pengalaman di berbagai tempat dan negara
menunjukkan bahwa pelaksanaan pemilu seringkali hanya berupa kegiatan prosedural
politik belaka, sehingga proses dan hasilnya menyimpang dari tujuan pemilu sekaligus
mencederai nilai-nilai demokrasi.

Kenyataan tersebut mengharuskan dilakukannya usaha yang tak henti untuk


membangun dan memperbaiki sistem pemilu yang fair, yakni pemilu yang mampu
menampung kebebasan rakyat dan menjaga kedaulatan rakyat. Para penyelenggara
pemilu dituntut memahami filosofi pemilu, memiliki pengetahuan dan ketrampilan
teknis penyelenggaraan pemilu, serta konsisten menjalankan peraturan pemilu, agar
proses pemilu berjalan sesuai dengan tujuannya. Selanjutnya, hasil pemilu, yakni para
pemimpin yang terpilih, perlu didorong dan diberdayakan terus-menerus agar dapat
menjalankan fungsinya secara maksimal; mereka juga perlu dikontrol agar tidak
meyalahgunakan kedaulatan rakyat yang diberikan kepadanya.
Menyadari bahwa kondisi-kondisi tersebut membutuhkan partisipasi setiap warga
negara, maka para mantan Pengawas Pemilu 2004 berhimpun dalam wadah yang
bernama Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi, disingkat Perludem agar dapat
secara efektif terlibat dalam proses membangun negara demokrasi dan melaksanakan
pemilu yang fair. Nilai-nilai moral pengawas pemilu yang tertanam selama menjalankan
tugas-tugas pengawasan pemilu, serta pengetahuan dan keterampilan tentang
pelaksanaan dan pengawasan pemilu, merupakan modal bagi Perludem untuk
memaksimalkan partisipasinya.

289
Pemilu&
Jurnal

Demokrasi

merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan


dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
Visi
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
Terwujudnya
sudah menjadi negarafenomena
demokrasi universal
dan terselenggarakannya
didukung dengan pemiluberbagai
yang mampu studi
menampung kebebasan rakyat dan menjaga kedaulatan rakyat.
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
Misi
agregat maupun
1. Menguatkan secara spesifik
kapasitas perludem padauntuktahun-tahun
menjadi lembagaPemilu, yangterkonfirmasi
transparan,
akuntabel, dan demokratis.
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
2. Meningkatkan kapasitas personil perludem untuk menjadi pegiat pemilu yang
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
berintegritas dan berkompeten.
ini,Mengembangkan
3. yang menjadi perhatian
pusat riset, tidak hanya
data, dan political
informasi budgetdicycles,
kepemiluan indonesia melainkan
political
4. Membanguncorruption cycleyang
sistem pemilu atausesuai
siklus korupsi
dengan politik pada
prinsip-prinsip demokrasitahun-tahun
5. Meningkatkan kapasitas pembuat
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.kebijakan, penyelenggara, peserta dan pemilih
agar memahami filosofi tujuan pemilu dan demokrasi serta memiliki pengetahuan
Masyarakat
dan keterampilantidak saja
teknis dapat ditafsirkan
penyelenggaraan pemilu.sebagai satu kesatuan, tetapi
juga
6. perlu dibatasi
Memantau mengingat
penyelenggaraan perbedaan
pemilu agar tetaphakikat antara peraturan
sesuai dengan laki-laki dan
dan
prinsip-prinsip pemilu yang demokratis
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
7. Memperluas jaringan kelembagaan untuk memperkuat nilai – nilai pemilu yang
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
demokratis.
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
Kegiatan
1. Pengkajian:
praktik selama mengkaji peraturan,
ini, pihak mekanisme
yang duduk baikdan prosedur pemilu/pilkada;
di parlemen mengkaji
maupun pemerintah
pelaksanaan pemilu/pilkada; memetakan kekuatan dan kelemahan peraturan
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
pemilu/pilkada; menggambarkan kelebihan dan kekurangan pelaksanaan pemilu/
akan berdampak
pilkada; negatif
mengajukan terhadap
rekomendasi mandeknya
perbaikan aspirasi
sistem dan perempuan
peraturan dalam
pemilu/pilkada;
hukum
dll. dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
2. Pelatihan: meningkatkan
Paramastuti dalam tulisannyapemahaman
yang para stakeholder
berjudul: pemilu/pilkada
“Perempuan tentang
dan Korupsi:
filosofi pemilu/pilkada; meningkatkan pemahaman tokoh masyarakat tentang
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
pentingnya partisipasi masyarakat dalam pemilu/pilkada; meningkatkan
2009.”
pengetahuan dan ketrampilan petugas-petugas pemilu/pilkada; meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan
Masih berhubungan denganparatema
pemantau pemilu/pilkada;
akuntabilitas dll. politik, Didik
keuangan
3. Pemantauan: memonitor pelaksanaan pemilu/pilkada; mengontrol dan
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
mengingatkan penyelenggara pemilu/pilkada agar bekerja sesuai dengan
Akuntabilitas
peraturan yangPengelolaan
ada; mencatatDana Kampanye, menguraikan
dan mendokumentasikan kasus-kasus bahwa dana
pelanggaran
kampanye adalah
dan sengketa salah satu menyampaikan
pemilu/pilkada; hal penting dalam proseskecurangan
pelaku-pelaku pemilu. Dana
dan
pelanggaran pemilu/pilkada kepada pihak yang berkompeten; dll
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye

290
vi
291

Anda mungkin juga menyukai