Anda di halaman 1dari 9

TEORI ORGANISASI DAN PERKEMBANGANNYA

(BAGIAN KEDUA)

TEORI NEO-KLASIK
Teori neo-klasik (klasik- baru) muncul sebagai reaksi atas kelemahan teori klasik.
Aliran neo-klasik dicirikan oleh gerakan hubungan kemanusiaan. Pada dasarnya aliran neo-
klasik menerima prinsip-prinsip dasar teori klasik tetapi ada sejumlah prinsip yang mengalami
sejumlah modifikasi dan penambahan. Hal ini disebabkan oleh karena pada kenyataannya
dalam praktik berorganisasi yang sesungguhnya, pelaksanaan prinsip-prinsip dasar yang ada
pada teori klasik sangat dipengaruhi oleh orang-orang yang melaksanakannya dan juga oleh
organisasi informal yang hidup dalam struktur formal.

Salah satu sumbangan pokok faham neo-klasik ialah diperkenalkannya dan


dimasukkannya kajian tentang tingkah laku manusia ke dalam teori organisasi. Melalui cara
itu ditunjukkan bagaimana pelaksanaan doktrin klasik dipengaruhi oleh faktor manusianya.
Kecuali itu teori neo-klasik menunjukkan pula pengaruh perlakuan kelompok informal
terhadap struktur formal. Jadi modifikasi terhadap konsep teori klasik bersumber pada tingkah
laku individu dan pengaruh kelompok informal dalam sebuah organisasi.

Teori neo-klasik mulai dikembangkan secara intensif pada awal tahun 1900-an
walaupun sebenarnya jauh sebelum kurun waktu tersebut peranan faktor manusia dalam sebuah
kelompok kerja sama telah mendapatkan perhatian juga. Salah satu tokoh yang berjasa dalam
pengembangan teori neo-klasik ialah Hugo Munsterberg, (Hick & Gullet, 1987: 316) dengan
bukunya yang terkenal berjudul : Psychology and Industrial Efficiency. Buku tersebut terbit
pada tahun 1913 dan berhasil menjembatani konsep manajemen ilmiah dan teori administratif.
Melalui buku itu Munsterberg berusaha menunjukkan bagaimana mendapatkan orang terbaik,
menghasilkan pekerjaan terbaik dan cara memperhitungkan dampak yang mungkin timbul
sebagai akibat dari masalah hubungan kemanusiaan sehingga hasil akhir yang dicapai oleh
sebuah organisasi tetap merupakan hasil yang terbaik. Untuk kepentingan tersebutdilakukan
berbagai penelitian menggunakan teori psikologi sebagai landasan berfikir dan kemudian
menerapkannya pada bidang industri.

1
Seperti halnya Taylor, Munsterberg juga menggunakan pendekatan yang bersifat
ilmiah. Untuk mendapatkan orang (karyawan) terbaik dikembangkan tes-tes psikologi. Tes-tes
seperti itu digunakan bukan saja sebagai dasar untuk penerimaan anggota tetapi juga dalam hal
penempatan karyawn pada pos-nya masing-masing. Perbedaan individu, demikian juga segi-
segi hubungan sosial ikut dipertimbangkan. Langkah-langkah seperti itu di satu sisi diharapkan
dapat menekan terjadinya pemborosan yang berarti meningkatkan efisiensi organisasi
sementara di sisi yang lain para pekerja pun akan memperoleh kepuasan.

Konsep Teori Neo-klasik

Secara umum faham neo-klasik menerima prinsip-prinsip yang ada pada teori klasik.
Akan tetapi konsep teori klasik yang mengangap bahwa seluruh pekerja dalam sebuah
organisasi adalah manusia ekonomi, ditolaknya. Faham neo-klasik berpendapat bahwa secara
kodrati manusia memiliki perbedaan individual. Pengakuan terhadap perbedaan individual ini
sangat penting sebab perbedaan itu membawa konsekuensi perbedaan tinkahlaku dan
perlakuan yang dituntut olehmasing-masing individu. Kecuali perbedaan individu,dalam
konteks kerja sama dengan orang lain,aspek kelompok kerja dan hubungan-hubungan sosial
lainnya juga memegang peran penting.dalam kaitannya dengan pelaksanaan pekerjaan yang
akan mengakibatkan perbedaan hasil meskipun pekerjaan yang dihadapi sama. Sebagai contoh,
pekerjaan tertentu yang dirasakan sangat meletihkan oleh seseorang, mungkin tidak boleh
orang lain (bahkan mungkin menyenangkan). Hal ini dimungkinkan karena orang kedua
(dalam contoh di atas) memiliki sikap positif dan lebih menyenangi jenis pekerjaan tersebut
dibandingkan orang pertama. Jadi masalah keletihan dan bahkan berat-ringannya sebuah
pekerjaan sebenarnya lebih bergantung pada orangnya, bukan pada jenis pekerjaannya atau
lamanya seseorang melakukan pekerjaan itu. Inilah antara lain yang dimaksud dengan prinsip
perbedaan individu oleh faham neo-klasik.

Teori neo-klasik juga menekankan pada pentingnya aspek hubungan kemanusiaan


dalam kelompok kerjasama. Dalam bentuknya yang nyata, hubungan kemanusiaan itu akan
tampak pada organisasi informal yang terbentuk dan hidup dalam struktur formal. Secara
langsung maupun tidak, organisasi informal ikut mempengaruhi proses kerjasama yang sedang
berlangsung. Oleh karena itu aspek tersebut perlu mendapatkan perhatian yang proporsional.

Pendekatan Teori Neo-klasik terhadap Teori Organisasi Formal

2
Terhadap teori organisasi formal, aliran neo-klasik memandang perlu untuk melakukan
sejumlah perubahan. Beberapa diantaranya adalah sebagi berikut :

a. Prinsip pembagian kerja (spesialisasi).Spesialisasi dalam organisasi formal cenderung


menyebabkan kejemuan dan kejenuhan kerja. Kejenuhan kerja akan merugikan
organisasi sebab menurunkan motivasi dan gairah kerja. Cara pemecahannya ialah
dengan melakukan pendekatan yang bersifat manusiawi guna mempertahankan
motivasi kerja.
b. Faham neo-klasikmenerima prinsip skalar dan fungsional sebagaimana diterapkan
dalam organisasi formal. Akan tetapi pelaksanaan prinsip tersebut, khususnya yang
berkenaan dengan delegasi wewenang dan tanggung jawab, sering menimbulkan
masalah. Menurut faham neo-klasik penyebab timbulnya masalah itu ialah faktor
manusianya. Meskipun secara teoritis konsepnya benar dan baik, tetapi dalam praktik
seringkali terdapat kesenjangan antara wewenang dan tanggung jawab. Pekerja merasa
dituntut tanggung jawab yang lebih besar dari wewenang yang diterimanya. Karena
penyebabnya adalah faktor manusianya maka faham neo-klasik berpendapat bahwa
cara memecahkannya pun harus melaui pendekatan manusiawi juga.
c. Struktur formal cenderung menyebabkan terjadinya perpecahan ke dalam atau
perpecahan struktur karena adanya perbedaan fungsi setiap unit yang ada. Di samping
itu pada kebanyakan organisasi, hubungan lini dan staf juga merupakan masalah.
Masing-masing sering merasa lebih penting dari yang lain sehingga kedua unsur
tersebut berjalan tidak harmonis. Cara mengatasi masalah itu juga harus melalui
pendekatan manusiawi antara lain ialah dengan meningkatkan partisipasi anggota
dalam pengambilan kebijakan organisasi, penerapan pola manajemen dari bawah ke
atas (bottom up management), dan menciptakan komunikasi antar anggota yang lebih
baik. Pendek kata pemecahannya harus lebih banyak menyangkut dan melibatkan segi-
segi kemanusiaan.
d. Faham neo-klasik menerima prinsip rentangan pengawasan (span of control) pada
struktur formal yang jangkauannya ditentukan berdasarkan alasan teoritis. Akan tetapi
dalam praktik berorganisasi keberhasilan pelaksanaan prinsip tersebut lebih banyak
ditentukan oleh faktor manusianya, antara lain perbedaan kemampuan pimpinan, tipe
bawahan yang diawasi, dan juga keefektifan komunikasi antar anggota. Dikaitkan
denga struktur formal, rentangan pengawasan akan mempengaruhi tipe struktur yang
digunakan. Apakah sebuah organisasi akan menggunakan tipe datar atau curam, sangat

3
bergantung pada faktor-faktor tersebut di atas. Sekali lagi faham neo-klasik
menekankan betapa pentingnya faktor manusia dalam sebuah organisasi.

Dari uraian di atas dapat dikemukakan secara ringkas bahwa teori neo-klasik pada
dasarnya merupakan pengembangan lebih lanjut dari teori klasik. Prinsip-prinsip dasar teori
klasik yang berupa spesialisasi, rasionalitas, dan struktur formal, tidak ditolak begitu saja
melainkan dimodifikasi dan disempurnakan. Penerapan prinsip-prinsip dasar teori klasik
menyebabkan timbulnya suasana kaku dan impersonal dalam organisasi. Hal ini disebabkan
oleh kurang proporsionalnya perhatian terhadap faktor manusia. Aspek-aspek inilah yang
dimodifikasi oleh teorineo-klasik. Faktor manusia, yang di dalamnya mencakup perbedaan
individu, hubungan kemanusiaan, hubungan sosial, dan kepuasan kerja anggota, memperoleh
perhatian lebih besar. Karena menyangkut faktor manusia dan hubungan kemanusiaan maka
pengembangan teori neo-klasik mendapat banyak sumbangn dari ahli psikologi dan sosiologi.
Teori neo-klasik memandang organisasi sebagai kelompok kerjasama yang keefektifannya
sangat dipengaruhi oleh dinamika sosial dari orang-orang yang ada di dalamnya. Dalam
melakukan analisis organisasi, teori neo klasik memperkenalkan dua unit baru yaitu individu
dan kelompok kerja.Seperti halnya teori-teori terdahulu, teori neo-klasik pun memiliki
kelemahan yaitu memberikan penekanan yang berlebihan pada aspek pekerja sehingga
cenderung mengabaikan tujuan organisasi secara keseluruhan.

TEORI ORGANISASI MODERN


Konsep Teori Organisasi Modern

Teori modern merupakan penyempurnaan lebih lanjut dari teori klasik dan neo-klasik.
Dibandingkan dengan kedua teori yang mendahuluinya, teori organisasi modern memiliki
kesamaan dalam hal pendekatan yang digunakan yaitu bersifat ilmiah, tetapi dalam
memandang sosok organisasi, wawasan teori modern jauh lebih luas.

Teori organisasi modern dicirikan oleh tiga hal penting yaitu: (1) analisisnya dilakukan
secara rasional dan konseptual, (2) mendasarkan diri pada data empirik yang diperoleh dari
lapangan melalui proses penelitian, dan (3) pendekatannya bersifat integratif. Pola seperti itu
dibingkai dalam suatu kerangka pikir sistemik yang berasumsi bahwa cara yang paling tepat
dan paling bermanfaat dalam mempelajari organisasi ialah dengan memandangnya sebagai
sebuah kesatuan yang utuh (wholism). Organisasi dipandang sebagai sebuah sistem dengan

4
segala kosekuensinya –ke dalam maupun ke luar-. Sistem adalah suatu kesatuan yang utuh, di
dalamnya dijumpai banyak komponen, satu sama lain saling berinteraksi, berpengaruh, dan
berhubungan. Berbagai komponen tersebut secara serentak berproses ke arah tercapainya
tujuan yang telah ditetapkan. Setiap sistem berproses mengolah input menjadi output
tertentu.Proses bekerjanya sebuah sistem dipengaruhi dan sekaligus mempengaruhi
lingkungan. Dalam konteks ini yang dimaksud lingkungan adalah pihak-pihak yang ada di luar
sistem tetapi berkepentingan dengan sistem yang bersangkutan.
Faham modern berpendapat bahwa analisis sistem merupakan cara yang paling tepat
dalam mengkaji organisasi karena lebih kritis dan komprehensif. Sejumlah isu penting yang
menjadi fokus analisis teori organisasi modern ialah: (1) komponen-komponen yang
merupakan bagian dari sebuah organisasi, (2) sifat-sifat atau karakteristik berbagai komponen
tersebut, (3) proses saling interaksi antar komponen pada sebuah organisasi, dan (4) visi, misi
dan tujuan yang hendak dicapai oleh organisasi sebagai suatu sistem. Di samping itu, ada satu
hal yang sangat penting dalam pembahasan organisasi modern yaitu masuknya faktor
lingkungan dalam analisis terhadap keefektifan sebuah organisasi.
Teori modern termasuk teori yang relatif muda. Pengembangan teori sistem secara
intensif baru dilakukan mulai tahun 1950-an. Pada saat itu tumbuh semacam kesadaran bahwa
apa yang dilakukan oleh para ahli selama ini yaitu melakukan telaah bidang studi secara parsial,
rinci, memecah-mecahnya ke dalam disiplin yang kecil-kecil dan sangat spesifik, ternyata
kurang memberikan manfaat dalam mengatasi problem kehidupan riil yang semakin kompleks.
Tidak jarang pemecahan masalah yang hanya didekati dari satu segi yang amat sempit justru
menimbulkan masalah besar baru yang tak terduga sebelumnya. Oleh karena itu timbul suatu
pemikiran untuk mendekati suatu masalah dari berbagai disiplin ilmu sekaligus. Dengan kata
lain, suatu masalah hendak dipecahkan dengan memperhitungkan berbagai aspek yang
diperkirakan berpengaruh atau ikut terlibat di dalamnya, baik secara internal maupun eksternal.
Dasar pemikiran seperti itulah yang melandasi perkembangan teori organisasi modern.
Jika selama ini organisasi lebih didekati dari struktur formal, rasionalitas, dan spesialisasi (oleh
teori klasik); dan dari segi hubungan kamanusiaan (oleh teori neo-klasik), maka teori modern
mendekatinya dari sudut pandang yang lebih terpadu. Kalau pendekatan yang dilakukan oleh
teori klasik dan neo-klasik lebih bersifat internal semata maka teori modern mendekatinya dari
segi internal sekaligus eksternal. Faktor di luar organisasi (lingkungan) yang oleh kedua teori
terdahulu dikesampingkan, dimasukkan sebagai unit analisis oleh teori modern. Demikian juga
interaksi dan interdependensi antar bagian dalam sebuah organisasi yang pada teori
sebelumnya tidak pernah disinggung, mendapat perhatian yang memadai dalam konsep teori
5
modern.Beberapa tokoh penting yang ikut memberikan sumbangan dalam mengembangkan
teori modern di antaranya ialah Mary Parker Follet, Chaster I. Barnard, Norbert Wiener, dan
Ludwig von Bertalanfy.
Mary Parker Follet (Hicks & Gullet, 1987: 345-348) berjasa dalam hal menciptakan
keseimbangan antara perhatian individu dan organisasi. Menurut Follet setiap individu adalah
bagian dari kelompok dan sekaligus bagian dari masyarakat. Ini berarti, antara kepentingan
individu, kepentingan kelompok, dan kepentingan masyarakat harus terdapat keseimbangan.
Kepentingan pribadi seorang anggota dapat dipenuhi melalui organisasi tanpa harus
mengesampingkan kepentingan atau tujuan organisasi.
Barnard (1968) mengemukakan pendapatnya bahwa organisasi adalah suatu sitem
sosial yang dinamis. Ia mengemukakan bahwa individu, organisasi, dan pelanggan organisasi
terikat dalam suatu kondisi yang disebutnya sebagai lingkungan. Pandangan terhadap
organisasi mencakup segi-segi formal dan informal sekaligus.Sementara itu Wiener (1948)
menyumbangkan gagasannya berupa konsep sibernetika. Ia memperkenalkan mekanisme
umpan balik sebagai faktor yang mampu menjaga keseimbangan organisasi. Organisasi
dikendalikan melalui mekanisme kontrol berupa arus balik tersebut. Dengan cara itu hasil-hasil
yang dicapai dapat dibandingkan dengan rencana yang telah disusun. Wiener mengemukakan
pandangannya bahwa organisasi merupakan suatu sistem yang di dalamnya mencakup unsur-
unsur: input, proses, output, arus balik, dan lingkungan. Akan tetapi, konsep sistem yang lebih
lengkap sebenarnya mencakup pula konteks dan outcome di samping ke lima unsur tersebut.
Apabila dituangkan ke dalam sebuah skema, ilustrasi tentang organisasi dalam konteks sistem
dapat digambarkan sebagaimana terlihat pada Gambar1.

6
LINGKUNGAN

UMPAN BALIK INTERNAL

OUTCOME
KONTEKS

INPUT PROSES OUTPUT

UMPAN BALIK EKSTERNAL

LINGKUNGAN
Gambar 1.

Gambar 1
Organisasi dalam Konteks Sistem

Karakteristik Teori Organisasi Modern

Teori organisasi modern yang pada dasarnya adalah teori yang mendasarkan diri pada
konsep sistem memiliki sejumlah karakteristik yang membedakannya dari teori sebelumnya.
Pertama, organisasi dipandang sebagai suatu sistem yang dinamis, bergerak ke arah
tujuan tertentu. Tujuan yang hendak dicapai oleh sebuah organisasi ialah menghasilkan out-
put tertentu melalui pemrosesan input tertentu pula. Selama berlangsungnya proses tersebut,
terjadi mekanisme pengendalian dengan memanfaatkan informasi yang diperoleh dari out-put.
Di samping itu, sebagai suatu sistem organisasi dipengaruhi dan juga ikut mempengaruhi
lingkungan, sebab lingkungan itulah tempat di mana input diperoleh, proses berlangsung, dan
out-put ”dijual”. Jadi pengertian organisasi sebagai suatu sistem meliputi : input, proses, out-
put, umpan balik, dan lingkungan.
Kedua, aspek kedinamisan suatu organisasi mendapatkan penekanan dalam
pembahasan organisasi. Organisasi bukan sekedar struktur formal yang statis sebagaimana
dikemukakan oleh teori klasik melainkan satu kesatuan yang bergerak kearah tujuan tertentu.
Aspek kedinamisan sebuah organisasi bukan saja terletak pada gerak organisasi itu dalam
mencapai tujuannya tetapi juga terletak pada interaksi antar anggota yang lebih bersifat intern.
Kecuali itu, secara intern pula terjadi interaksi antara anggota dengan struktur formal, misalnya
dalam bentuk penyesuaian antara keduanya.

7
Ketiga, hubungan antarbagian dalam sebuah organisasi harus diberikan perhatian
memadai, baik yang bersifat vertikal maupun horizontal. Bagian-bagian dalam pengertian
vertikal ialah tingkatan-tingkatan dari bagian-bagaian tersebut dalam bentuk hirarkhi
sebagaimana tergambar pada struktur. Antara bagian satu dengan bagian lain yang berbeda
tingkatannya terjadi interaksi sebagaimana terjadi antara bagian-bagian pada level yang sama.
Kedua jenis interaksi itu sama-sama mempengaruhi proses yang berlangsung pada sebuah
organisasi dalam mencapai tujuannya. Oleh karena itulah maka keduanya harus diperhitungkan
dalam melakukan analisis organisasi. Dengan kata lain teori organisasi modern
memperhitungkan bagian-bagian dalam pengertian multi-level dan multi-dimensional.
Keempat, berbagai tujuan pribadi dari para anggota hendaknya mendapatkan peluang
untuk dicapai melalui keterlibatannya dalam organisasi. Motivasi para anggota memasuki
sebuah organisasi bisa berbeda-beda. Motivasi yang berbeda-beda itu dapat diterima sepanjang
tidak bertentangan dan tidak menghalangi pencapaian tujuan organisasi. Dengan kata lain, teori
modern berusaha untuk secara simultan mencapai tujuan organisasi sekaligus memuaskan
kepentingan anggota.
Kelima, dalam melakukan analisis terhadap permasalahan organisasi hendaknya
melibatkan dan memanfaatkan berbagai disiplin ilmu. Masalah yang timbul didekati dari
berbagai segi: psikologi, sosiologi, ekonomi, ekologi, dan lain-lain dalam suatu keterpaduan
melalui penelitian secara ilmiah. Jadi teori modern menggunakan pendekatan multi-disipliner
dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Dalam upaya memecahkan masalah itu dilakukan
deskripsi secara rinci terhadap fenomena yang dihadapi dengan memperhitungkan berbagai
variabel yang berpengaruh sehingga diperoleh jalan keluar yang terbaik.
Keenam, teori modern memandang organisasi sebagai sistem yang memiliki
kemampuan adaptif, menyesuaikan diri dengan lingkungan. Kemampuan itu perlu dimiliki
sebab dengan cara seperti itulah organisasi mampu mempertahankan eksistensinya dan
mengembangkan diri. Agar out-put-nya terserap oleh lingkungan harus disesuaikan dengan
kebutuhan dan selera lingkungan. Demikian juga agar proses organisasi berjalan secara
kontinyu, inputnya harus diambil dari apa yang disediakan oleh lingkungan, dengan atau tanpa
modifikasi terlebih dahulu.
Dari paparan di atas secara ringkas dapat dikemukakan bahwa teori organisasi hingga saat ini
berkembang melalui tiga tahap. Tahap pertama ialah saat para ahli memandang organisasi
sebagai suatu lembaga yang dicirikan oleh struktur formal, rasionalitas, dan pembagian kerja.
Organisasi lebih dipandang sebagai kelompok kerjasama yang bersifat statis. Pendekatan yang
digunakan untuk menganalisis organisasi ialah pendekatan struktur (structural approach).
8
Pandangan seperti itu menghasilkan teori yang kemudian dikenal sebagai teori klasik. Secara
garis besar teori klasik mencakup tiga faham yaitu birokrasi, administratif, dan manajemen
ilmiah. Ketiga jalur tersebut berkembang secara serentak, satu sama lain saling berkaitan
bahkan saling melengkapi, tetapi dikembangkan oleh tokoh yang berbeda, tidak saling
mengenal, dan berlangsung di tempat yang berbeda pula. Tahap kedua ialah saat para ahli
memandang organisasi bukan semata-mata sebagai struktur formal melainkan juga
mengandung aspek kemanusiaan. Aspek kemanusiaan memiliki peran yang tak kalah
pentingnya dalam menentukan keberhasilan organisasi dibandingkan dengan struktur formal.
Gerakan hubungan kemanusiaan tersebut muncul sebagai reaksi atas kelemahan teori klasik
yang mengesampingkan faktor manusia sehingga menghasilkan organisasi yang kaku dan
impersonal. Pada tahap yang kedua ini teori organisasi memperoleh banyak sumbangan dari
para ahli psikologi. Pendekatan yang digunakan berupa behavioral approach. Teori yang
muncul pada tahap yang kedua disebut teori neo-klasik sebab menyempurnakan konsep-konsep
yang dianut oleh teori klasik. Prinsip-prinsip dasar teori klasik tetap digunakan dengan
modifikasi dan penambahan aspek hubungan kemanusiaan. Tahap ketiga ialah saat para ahli
memandang organisasi sebagi suatu sistem. Tahapan ini menghasilkan teori yang lazim disebut
teori organisasi modern atau kadang-kadang disebut juga teori sistem. Organisasi dipandang
sebagai satu kesatuan, terdiri dari bagian-bagian yang saling terkait dan saling berinteraksi,
keseluruhannya bergerak kearah tujuan yang telah ditentukan. Dalam geraknya itu organisasi
dipengaruhi dan sekaligus mempengaruhi lingkungan. Analisis terhadap organisasi dilakukan
dengan memberikan perhatian pada faktor-faktor: tujuan, kedinamisan, interaksi antar bagian,
keterkaitan antar disiplin yang relevan, dan penyesuaian terhadap lingkungan. Pemecahan
masalah seperti itu lazim disebut pemecahan dengan pendekatan sistem (system approach).***

DAFTAR PUSTAKA

Barnard, Chester I, 1968. The Functuins of the Executive. Cambridge: Harvard University
Press.

Hick, H.G. & G.R. Gullet. 1987. Organisasi: Teori dan Tingkahlaku. Terjemahan G.
Kartasapoetra. Jakarta: Bina Aksara.

Anda mungkin juga menyukai