Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu masalah yang terjadi dalam bidang kedokteran adalah adanya

penyakit yang menyerang pada tulang manusia. menyebabkan kematian atau

ketidak sempurnaan organ manusia. Tulang merupakan kerangka tubuh yang

menyebabkan tubuh dapat berdiri tegak, tempat melekatnya otot-otot sehingga

memungkinkan jalannya pembuluh darah, tempat sumsum tulang dan syaraf yang

melindungi jaringan lunak, tulang juga merupakan organ yang dibutuhkan

manusia untuk mengangkat dan membawa barang-barang yang berat. Intinya

tulang adalah organ yang kita butuhkan untuk melakukan aktifitas sehari–hari,

sehingga kita tidak dapat membayangkan bagaimana terganggunya bila ada

kerusakan yang terjadi pada tulang kita. Sebagian orang mengira tulang adalah

jaringan mati yang pasif, padahal sesungguhnya tidak. Tulang adalah jaringan

hidup dan tumbuh, serta secara terus-menerus membongkar, membentuk kembali

dan memperbaiki jaringannya (Iriani S, 2015).

Osteogenesis Imperfecta (OI) adalah penyakit genetik yang menyebabkan

tulang penderita mudah patah, biasanya dikarenakan sedikit atau tidak ada trauma.

OI juga biasa disebut dengan “Brittle Bone Disease”. OI berbeda – beda tingkat

keparahannya pada setiap orang, mulai dari tipe mild hingga tipe severe yang

dapat menyebabkan kematian sebelum atau setelah kelahiran. Selain mudah

mengalami fraktur, penderita OI juga memiliki masalah pada gigi (dentinogenesis

1
2

imperfecta) dan kehilangan pendengaran ketika mereka dewasa. Penderita OI juga

mengalami kelemahan otot, joint laxity, dan skeletal malformasi (NHGRI, 2017).

Kelainan ini ditemukan pada anak dengan insidensi 1 dari 20.000 kelahiran

dan saat ini terdapat 3.000 pengidap OI dari 80 juta anak di Indonesia. Kejadian

OI sama antara laki-laki dan perempuan serta dapat terjadi di semua kelompok ras

dan etnis. Penanganan OI seringkali tidak maksimal, dikarenakan pengetahuan

mengenai penyakit ini yang masih kurang serta biaya pengobatan yang termasuk

tinggi. Banyak keluarga yang pasrah karena merasa anaknya tidak bisa

disembuhkan dan banyak kejadian salah diagnosis yang menyebabkan anak justru

dibawa ke pengobatan alternatif. Osteogenesis imperfecta memiliki spektrum

klinis yang bervariasi, mulai dari bentuk yang letal saat perinatal hingga bentuk

yang ringan. Fraktur dan deformitas tulang dapat terjadi walau dengan trauma

ringan. Gejala klinisnya sangat bervariasi antar penderita walaupun dalam tipe

yang sama (Situmorang, 2016).

Tata laksana OI memerlukan kerjasama multidisiplin dan ditujukan untuk

menurunkan frekuensi fraktur, meminimalkan nyeri kronis, mencegah deformitas

tulang panjang dan skoliosis, meningkatkan densitas tulang, memaksimalkan

mobilitas dan kemandirian, serta mengatasi masalah lain yaitu penanganan fraktur

berulang dan gangguan pendengaran. Modalitas terapi yang lain termasuk operasi,

serta non-operasi termasuk fisioterapi dan penggunaan brace. Gangguan tumbuh

kembang dan masalah psikososial dapat terjadi pada anak dengan penyakit kronik

seperti halnya OI, yaitu rendahnya kemandirian pasien, kurangnya rasa percaya

diri, gangguan prestasi belajar serta masalah psikososial lain yang perlu mendapat
3

perhatian tersendiri, sehingga pemahaman pasien dan keluarga mengenai penyakit

serta kepatuhan berobat penting untuk tata laksana yang optimal (Situmorang,

2016).

Ortotik Prostetik adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh ortotis

prostesis dalam hal alat bantu kesehatan berupa ortosis maupun prostesis untuk

kesehatan fisik dan psikis berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk

meningkatkan derajat kesehatan individu, kelompok dan masyarakat yang

diakibatkan oleh adanya gangguan fungsi dan gerak anggota tubuh dan trunk

(batang tubuh) serta hilangnya bagian anggota gerak tubuh yang dapat

mengakibatkan gangguan atau kelainan anatomis, fisiologis, psikologis dan

sosiologis (Permenkes, 2013).

KAFO adalah sebuah ortosis yang digunakan untuk menghasilkan stabilitas

pada knee dan ankle yang secara tidak langsung berefek pula pada hip melalui

ground reaction force (GRF) (Hsu; Michael; Fisk, 2008).

Berdasarkan penjelasan diatas maka dalam pembuatan Laporan Praktik

Klinik Project ini penulis mengambil judul ”PENATALAKSANAAN

ORTOTIK PROSTETIK PADA TUNGKAI KANAN PASIEN PENDERITA

OSTEOGENESIS IMPERFECTA TYPE IV DENGAN MENGGUNAKAN

KNEE ANKLE FOOT ORTHOSIS (KAFO) ISCHIAL WEIGHT BEARING

WITH ORTHOPEDIC SHOES DI KLINIK GALAXY MEDICAL CENTER

SIDOARJO”.
4

B. Landasan Teori

1. Osteogenesis Imperfecta

a. Definisi

Osteogenesis Imperfecta (OI) adalah penyakit genetik yang menyebabkan

tulang penderita mudah patah, biasanya dikarenakan sedikit atau tidak ada trauma.

OI juga biasa disebut dengan “Brittle Bone Disease”. OI berbeda – beda tingkat

keparahannya pada setiap orang, mulai dari tipe mild hingga tipe severe yang

dapat menyebabkan kematian sebelum atau setelah kelahiran. Selain mudah

mengalami fraktur, penderita OI juga memiliki masalah pada gigi (dentinogenesis

imperfecta) dan kehilangan pendengaran ketika mereka dewasa. Penderita OI juga

mengalami kelemahan otot, joint laxity, dan skeletal malformasi (NHGRI, 2017).

b. Etiologi

OI disebabkan oleh satu dari beberapa gen yang tidak bekerja sebagaimana

mestinya. Gen yang membawa informasi herediter kita. Masing – masing dari kita

membawa 2 copy dari sebagian besar gen, dari masing – masing orang tua. Gen

yang menyebabkan OI berperan untuk membuat kolagen pada tubuh. Kolagen

adalah material pada tulang yang membantu tulang agar kuat. Ketika gen ini tidak

bekerja sebagaimana mestinya, maka dalam tubuh tidak terdapat kolagen yang

cukup, atau kolagen tidak bekerja sebagaimana mestinya. Hal ini lah yang

menyebabkan tulang patah dengan mudah. Sebagian besar anak penderita OI

mewarisi gen yang tidak bekerja dengan baik dari 1 orang tua. Beberapa mewarisi

dari kedua orang tua mereka. Pada beberapa kasus, kedua orang tua tidak
5

mewariskan gen ini, tetapi gen pada penderita berhenti bekerja sebagaimana

mestinya sesaat setelah anak dikandung (Osteoporosis, 2015).

c. Tanda dan Gejala

Menurut (Osteoporosis, 2015) Semua penderita OI mengalami brittle bones.

OI dapat berkisar dari tipe mild hingga severe dan gejalanya bermacam – macam

pada setiap orang. Beberapa gejala yang dimiliki penderita OI adalah :

1) Malformasi tulang

2) Tubuh yang pendek dan kecil

3) Joint laxity

4) Kelemahan otot

5) Sklera mata berwarna bitu, ungu, atau abu – abu

6) Triangular face

7) Barrel shaped rib cage

8) Curved spine

9) Gigi rapuh

10) Kehilangan pendengaran (biasanya dimulai pada umur 20 / 30 tahun)

11) Masalah pernafasan

12) Kolagen tipe 1 yang tidak bekerja sebagaimana mestinya

13) Tidak memiliki cukup kolagen.


6

d. Diagnosa

Tidak ada single test yang dapat mendiagnosa OI. Untuk mendiagnosa OI,

dokter dapat melihat pada :

1) Riwayat keluarga

2) Riwayat medis

3) Hasil dari tes kesehatan

4) X – Ray

5) Tes kepadatan tulang

Dokter juga dapat melakukan tes kolagen (dari kulit) atau gen (dari darah).

Hal ini dapat memakan waktu beberapa minggu untuk melihat hasil tes tersebut

(Osteoporosis, 2015).

e. Tipe

Menurut (Osteoporosis, 2015) ada 8 tipe pada OI. Pasien dengan tipe 2, 3, 7,

dan 8 menderita OI severe. Pasien dengan tipe 4, 5, dan 6 menderita OI moderate.

Pasien dengan tipe 1 menderita OI mild.

1) Tipe I

a) Tipe OI paling sering dan paling ringan

b) Tulang mudah fraktur (fraktur lebih sering terjadi sebelum pubertas)

c) Perawakan tubuh normal

d) Ligament laxity dan kelemahan otot

e) Sclera mata berwarna biru, ungu, atau abu – abu

f) Triangular face

g) Kurva spinal cenderung ke depan


7

h) Tidak ada atau sedikit deformity tulang

i) Mungkin ada brittle teeth

j) Mungkin terjadi kehilangan pendengaran, biasanya pada awal umur 20

tahun atau 30 tahun

k) Struktur kolagen normal, hanya lebih sedikit dari jumlah normal.

2) Tipe II

a) Tipe OI yang paling parah

b) Biasanya menyebabkan kematian saat lahir atau sesaat setelah kelahiran

karena masalah pernafasan

c) Terdapat banyak sekali fraktur dan deformity tulang yang parah

d) Perawakan kecil dengan paru – paru tidak berkembang

e) Sklera berwarna biru, ungu, atau abu – abu

f) Kolagen tidak terbentuk dengan baik.

3) Tipe III

a) Tipe paling parah diantara pasien yang bertahan hidup saat fase neonatal

b) Tulang mudah fraktur (frakur biasanya terjadi saat kelahiran)

c) Perawakan kecil

d) Sclera biru, ungu, atau abu – abu

e) Ligament laxity dan perkembangan otot buruk pada lengan dan tungkai

f) Rib cage berbentuk seperti barrel

g) Wajah berbentuk triangular

h) Spinal curvature

i) Ada masalah pernafasan


8

j) Biasanya terdapat deformity tulang yang parah

k) Ada brittle teeth

l) Ada kehilangan pendengaran

m) Kolagen tidak terbentuk dengan baik.

4) Tipe IV

a) Tingkat keparahan diantara tipe I dan III

b) Tulang mudah fraktur (fraktur kebanyakan terjadi sebelum pubertas)

c) Perawakan kecil hingga sedang

d) Warna sklera normal

e) Deformitas tulang mild hingga moderate

f) Kurva spinal cenderung ke depan

g) Rib cage berbentuk seperti barrel

h) Wajah berbentuk triangular

i) Memiliki brittle teeth

j) Mengalami kehilangan pendengaran

k) Kolagen tidak terbentuk dengan baik.

5) Tipe V

a) Secara klinis tanda dan gejala sama dengan OI tipe IV

b) Tanda tebal terlihat pada x-rays berdekatan dengan plate pertumbuhan

dari tulang panjang

c) Calus – callus besar yang tidak biasa, disebut hypertropic callus, pada

tempat terjadinya fraktur atau tempat dilkukannya prosedur operasi


9

d) Calcifikasi membran antara radius dan ulna yang mnyebabkan

terbatasnya rotasi forearm

e) Warna sclera normal

f) Gigi normal namun terilhat berantakan

g) Dominan keturunan.

6) Tipe VI

a) Secara klinis tanda dan gejala sama dengan OI tipe IV tetapi sangat

jarang terjadi

b) Sedikit meninggikan level aktivitas alkaline phosphatase (enzim yang

berhubungan dengan pembentukan tulang), yang dapat dilihat melalui tes

darah

c) Terdapat penampilan khusus “fish-scale” pada tulang ketika dilihat

menggunakan mikroskop

d) Di diagnosa dengan biopsi tulang.

7) Tipe VII

a) Tanda dan gejala mirip dengan OI tipe IV dalam banyak aspek

b) Dalam contoh lain, tanda dan gejala sama dengan tipe II OI letal, kecuali

bayi dengan warna sclera putih, kepala kecil dan wajah bulat

c) Perawakan kecil

d) Tulang humerus dan femur pendek

e) Biasanya mengalami coxa vara (kondisi neck of femur bergeser

kebawah).
10

8) Tipe VIII

a) Tanda dan gejal sama dengn OI tipe II lethal atau OI tipe III, kecuali bayi

dengan sclera putih

b) Pertumbuhan yang kurang secara extreme

c) Kerusakan skeletal yang parah.

f. Treatment

Menurut (Eunice, 2017) treatment OI bertujuan untuk mencegah atau

mengontrol gejala yang berbeda – beda pada setiap pasien. Intervensi awal sangat

penting untuk memastikan kualitas hidup pasien yang optimal. Treatment OI dan

gejalanya yang berhubungan termasuk :

1) Perawatan Fraktur

Casting, splinting, dan bracing pada tulang yang fraktur dapat membantu

tulang tersebut untuk pulih secara tepat. Bagaimanapun, tulang dapat melemah

jika ditempatkan pada satu posisi dalam jangka waktu yang lama. Petugas medis

harus menyeimbangkan antara menyembuhkan fraktur dan menjaga kekuatan

tulang.

2) Physical Therapy

Tujuan physical therapy adalah untuk menjaga fungsi dalam banyak aspek

kehidupan pasien semaksimal mungkin. Program biasanya kombinasi antara

penguatan otot dengan aerobic conditioning. Banyak anak dengan OI mengalami

motor skill yang terlambat karena otot mereka lemah. Program rehabilitasi fisik

dapat termasuk penguatan otot deltoid, biceps, dan otot – otot bawah yang

penting, seperti gluteus maximus, gluteus medius, dan otot extensor trunk. Ketika
11

otot – otot ini kuat, anak dapat mengangkat lengannya untuk melawan gravitasi

dan dapat beraktivitas secara mandiri.

3) Bracing

Untuk beberapa orang dengan OI, memakai brace pada tungkai dapat men-

support otot yang lemah, mengurangi nyeri, dan menjaga joint tetap pada posisi

anatomisnya. Brace dapat membantu pasien OI untuk beraktivitas secara mandiri

dan lebih mudah.

4) Operasi

Beberapa orang dengan OI membutuhkan operasi untuk mengkoreksi

defomitas tulang, termasuk scoliosis dan basilar invagination. Prosedur operasi

yang umum dilakukan penderita OI adalah “rodding”, yaitu penempatan tangkai

metal pada tulang panjang di tungkai. Hal ini akan menguatkan tulang tersebut

dan mencegah terjadinya fraktur. Beberapa tangkai ikut memanjang ketika

tungkai bertumbuh. Operasi juga dapat dilakukan untuk meningkatkan

pendengaran pada penderita OI yang kehilangan pendengaran.

5) Obat – obatan

Bisphosphonates adalah obat untuk perawatan osteoporosis. Namun obat

tersebut juga berguna untuk pasien OI, terutama pada anak – anak. Obat ini tidak

membentuk tulang baru, tetapi memperlambat kerusakan tulang yang ada. Namun,

percobaan menunjukkan bahwa obat ini tidak dapat meningkatkan kemampuan

motoric atau mengurangi nyeri pada tulang.


12

6) Treatment untuk kondisi lain

Alat bantu dengar untuk penderita yang kehilangan pendengaran, crowns dan

alat dental lain yang serupa untuk mengatasi brittle teeth, tabung oksigen untuk

penderita yang mengalami masalah paru – paru.

Gambar 1.1
Hasil Rotegen Pasien OI

2. Knee Ankle Foot Orthosis (KAFO)

a. Definisi

Knee ankle foot orthosis (KAFO) adalah alat yang digunakan untuk

membantu fungsi dari telapak kaki sampai atas lutut, penguat anggota gerak

bawah dan juga dapat mencegah deformitas lebih lanjut (Wardono, 2006).

Terdapat berbagai jenis KAFO dilihat dari desain dan fungsinya pada

pergelangan kaki dan lutut. Sebelum memutuskan jenis KAFO yang akan dipakai

pasien, harus diketahui tempat tinggal, jenis pekerjaan, keluhan, perawatan lain

yang diinginkan, jenis alas kaki yang tidak cocok, cara berjalan, lingkup gerak

sendi, kekuatan otot, kepekaan, propriocepciona, dan panjang kaki. Kebutuhan

pasien akan KAFO dilihat berdasarkan kelumpuhan, kelemahan otot,

ketidakseimbangan otot, luka bakar, kontraktur, spastisitas, kaki yang tidak sama
13

panjang. Tujuan utamanya ialah memaksimalkan kualitas hidup pasien dengan

menyediakan alat orthosis dan mengajarkan manajemen orthosis yaitu cara

memakai serta merawat alat tersebut (Pontoh dan Angliadi, 2015).

KAFO sendiri terdapat bagian-bagian yang memiliki peran dan fungsi saling

terkait satu sama lain. Komponen yang berguna untuk telapak kaki merupakan

alas atau bagian paling rendah dari KAFO, namun bagian ini memiliki peran

mengoreksi tinggi badan sehingga kedua kaki mempunyai tinggi yang sama.

Komponen betis berfungsi mengkoreksi shank (betis), membantu tulang betis

untuk menopang gaya yang dihasilkan oleh anggota tubuh dan juga segmen

KAFO bagian lutut dan paha. Bagian pengunci yang terletak di lutut berfungsi

sebagai keamanan ketika pengguna berjalan, karena pengguna KAFO cenderung

memiliki kelemahan otot untuk menopang berat badan ketika sedang berjalan.

Bagian pengunci lutut ini biasanya menggunakan drop lock knee joint, yang

dapat mengunci secara otomatis ketika pasien berdiri. Komponen paha,

merupakan bagian paling atas dari sebuah KAFO yang berfungsi untuk menopang

paha ataupun tulang pantat dari pasien. Sedangkan sabuk merupakan pelengkap

yang berfungsi menahan anggota tubuh yang ditopang KAFO agar tidak keluar

dari posisinya (Wardono, 2006).

b. Jenis KAFO

1) Jenis knee ankle foot orthosis (KAFO) menurut materialnya ada 3 yaitu:

a) Custom plastic KAFO

KAFO tipe ini terdiri dari metal uprights dengan knee joints yang

dihubungkan dengan moulded AFO section (dengan atau tanpa joint) dan moulded
14

thigh section. Moulded section dapat terbuat dari bahan polyprophylene (PP) atau

laminasi menggunakan glass reinforcement plastic (GRP). KAFO jenis ini

memiliki area yang luas sehingga pressure distributionnya yang

mempertimbangkan kosmetik, pasien yang ingin mengganti-ganti sepatu.

Kontraindikasi custom plastic KAFO adalah insensate skin, oedema, scar area.

Keuntungan custom plastic KAFO adalah dapat menggunakan sepatu normal,

dapat berganti-ganti sepatu, kosmetik bagus, kontrol pergerakan bagus, mudah

dalam pengaturan, mudah dibersihkan, nyaman dan ringan. Sedangkan kerugian

dari custom plastic KAFO adalah panas dan berkeringat, banyak waktu terbuang

dalam pembuatan, material harus di import.

Gambar 1.2 KAFO Plastic


Sumber : CSPO course manual KAFO Hal.44

b) Conventional KAFO

Merupakan jenis KAFO dengan side bar, knee joint, dan ankle joint. Metal

cuff dilapisi kulit yang terletak pada thigh dan calf, dan dihubungkan langsung

dengan sepatu. Metode pembuatannya dengan cara tracing yaitu menggambar

permukaan terluar profil kaki pasien dari anterior serta bending yaitu proses

membengkokkan side bar mengikuti kontur/garis tracing. Indikasi conventional


15

KAFO adalah pasien dengan fluctuating edema, pasien yang tidak memungkinkan

untuk di casting, pasien yang tidak dapat mentoleransi kontak plastic KAFO

dengan permukaan kulitnya karena adanya insensate skin, keinginan pasien.

Kontraindikasi conventional KAFO adalah ketika dibutuhkan koreksi yang

kuat, pasien bekerja pada lingkungan yang basah, pasien yang mempertimbangkan

kosmetik. Kelebihan conventional KAFO adalah mampu mengakomodasi pasien

dengan kondisi fluctuating edema serta insensate skin, hanya membutuhkan

pengukuran yang sederhana (tidak memerlukan proses casting), lebih dingan dari

plastic, dapat diperbaiki sendiri, material mudah didapat.

Kekurangan conventional KAFO adalah tekanan yang lebih tinggi pada kulit,

kontrol yang kurang karena luas permukaannya kecil, lebih berat, kosmetik yang

kurang bagus, kontrol kaki tergantung pada sepatu sehingga tidak bebas berganti

sepatu, sulit dibersihkan, dan kosmetik buruk.

Gambar 1.3 KAFO Coventional


Sumber : CSPO course manual KAFO Hal.56
16

c) Hybrid KAFO

Merupakan penggabungan jenis KAFO custom plastic dan conventional.

Indikasi pemakaian KAFO jenis ini adalah pasien dengan kecenderungan distal

odema. KAFO jenis ini pada sisi proksimalnya (tungkai atas) menggunakan desain

plastik dan bagian distalnya (tungkai bawah) menggunakan desain konvensional

ataupun sebaliknya.

Gambar 1.4
Hybrid KAFO

2) Jenis KAFO terdiri dari 3 macam yaitu:

a) Ischial weight bearing KAFO

Merupakan Jenis KAFO dengan penambahan ischial bearing. Indikasi

pemakaian jenis ini adalah pasien dengan fraktur atau pasien yang tidak bisa

menumpu berat badannya secara langsung sehingga tumpuan berat badan pasien

akan dipindahkan ke ischial seat. Kontraindikasi KAFO jenis ini adalah hip

dislokasi. Keuntungan dari jenis ini adalah bentuk quadrilateral pada bagian

proksimal dapat membantu mengontrol rotasi. Kerugiannya orthosis terlalu besar,

dan tidak nyaman saat dipakai duduk.


17

b) Anterior Shell

Anterior Shell KAFO adalah jenis KAFO yang memiliki penopang di bagian

depan. Indikasi dari KAFO jenis ini adalah ketika terjadi knee collaps, ada luka

pada bagian posterior, dan terjadi posterior cruciate ligament laxity.

Kontraindikasinya adalah hyperextension knee, anterior cruciate ligament laxity,

dan luka pada bagian anterior. Keuntungannya adalah pasien dapat duduk dengan

nyaman. Sedangkan kerugiannya adalah susah dalam pemakaian dan banyaknya

tekanan pada tulang (tibia).

c) Posterior Shell

Posterior shell KAFO adalah jenis KAFO yang memiliki penopang di bagian

belakang. Indikasi dari KAFO jenis ini adalah ketika terjadi hyperextension knee,

anterior cruciate ligament laxity, luka pada bagian anterior. Kontraindikasinya

adalah knee collaps, luka pada bagian posterior, dan posterior cruciate ligament

laxity. Keuntungannya adalah mudah dalam pemakaian dan semua tekanan berada

pada soft tissue. Sedangkan kerugiannya adalah terjadi ketidaknyamanan ketika

pasien duduk.

c. Komponen KAFO

1) Knee Joint

Pada KAFO, secara umum terdapat 4 jenis knee joint. Setiap jenis knee joint

memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Pemilihan joint disesuaikan

dengan kebutuhan pasien. Ada beberapa jenis knee joint untuk KAFO, yaitu:
18

a) Free Motion

Jenis knee joint yang memiliki pergerakan bebas dan memiliki extension stop

180˚, knee joint ini tidak memiliki kuncian. Knee joint ini memiliki indikasi yaitu

jika terdapat ketidakstabilan medial-lateral pada knee joint, hyperextension knee

joint, knee extensor muscle > grade 4, hip extensor muscle > grade 4.

Kontraindikasi dari knee joint ini adalah jika knee extensor muscle < grade 4, hip

extensor muscle < grade 4. Keuntungan dari knee joint ini adalah dapat

melakukan normal swing phase, mudah dibuat, dan ringan. Sedangkan

kerugiannya adalah tidak dapat mengkontrol fleksi knee joint.

b) Drop Lock

Jenis knee joint ini sama seperti free motion hanya ditambah kuncian untuk

mengunci saat ekstensi. Indikasinya adalah jika terdapat ketidakstabilan medial-

lateral knee joint, jika terdapat ketidakstabilan anterior-posterior knee joint,

hyperextension pada knee joint, knee extensor muscle <grade 3, hip extensor

muscle <grade 3. Kontraindikasinya adalah tangan atau ekstremitas superior tidak

berfungsi dengan baik, knee extensor muscle >grade 3, hip extensor muscle

>grade 3. Keuntungannya adalah knee joint dapat dikontrol dengan baik.

Kerugiannya adalah pasien harus mampu mengangkat kunci (lock) dengan

tangannya, dan pasien harus mampu mengekstensikan kneenya untuk mengunci.

c) Bail Lock

Yaitu jenis knee joint dimana terdapat mekanisme posterior joint locking

untuk mengontrol ekstensi. Indikasinya adalah ketidakstabilan medial-lateral

knee joint, ketidakstabilan anterior-posterior knee joint, hyperekstension knee


19

joint, knee extensor muscle <grade3, hip extensor muscle <grade 3, tangan atau

ekstremitas superior tidak berfungsi dengan baik. Kontraindikasinya adalah knee

extensor muscle >grade 3+, hip extensor muscle >grade 3. Keuntungannya

adalah knee joint dapat dikontrol dengan baik. Kerugiannya adalah pasien harus

mampu mengekstensikan kneenya untuk mengunci, dan kosmetik kurang bagus.

d) Posterior Offset

Jenis knee joint ini memiliki keseimbangan joint center untuk meningkatkan

stabilitas free motion joint. Indikasinya adalah ketika terjadi ketidakstabilan

medial-lateral knee joint, knee extensor muscle >grade 3+, hip extensor muscle

>grade 4, dan pasien yang berusia lanjut (akan menambah kestabilan knee joint).

Kontraindikasinya adalah jika knee extensor muscle <grade 3+, dan hip extensor

muscle <grade 4. Keuntungannya adalah pasien dapat melakukan normal swing

phase, mudah dibuat, dan ringan. Kerugiannya adalah tidak aman jika digunakan

dikondisi tanah atau area yang tidak rata.

Gambar 1.5 Jenis Knee Joint


Sumber : CSPO course manual KAFO Hal.24
20

e) Knee Joint with adjustable component

Jenis knee joint ini sama seperti free motion hanya ditambah komponen pada

bagian posterior. Jenis knee joint ini dapat dikunci dalam berbagai derajat fleksi.

Jenis knee joint ini biasanya digunakan untuk pasien kontaktur knee dan bertujuan

untuk mengoreksi kontraktur secara bertahap.

Gambar 1.6
Adjustable Component

2) Pada KAFO terdapat 4 macam Ankle Joint sebagai berikut:

a) Rigid

Ankle joint jenis ini digunakan untuk mengoreksi spastisitas pada ankle joint.

Trimline pemotongan pada area ankle joint berada di depan mallelus. Ankle joint

jenis ini tidak bisa digerakkan (static).

b) Flexible

Yang membedakan ankle joint jenis ini dengan jenis rigid adalah pada

pemotogan trimline. Trimline pada ankle untuk jenis ini berada di belakang

maleolus. Indikasi pemakaian ankle joint jenis ini adalah pada kasus drop foot dan

masih ada kekuatan otot pada ankleminimal grade 1. Kelebihan dari ankle joint

jenis ini adalah dapat membantu mengkontrol ankle joint sekaligus melatih otot-

otot area ankle joint agar muncul tonus otot.


21

Gambar 1.7 AFO Fleksible


Sumber : CSPO Lower Extremity Orthotics Manual FO and AFO Hal. 76

c) Jointed

Ankle joint jenis ini memiliki tambahan sendi yang berguna untuk

mengkontrol gerakan plantarfleksi dan dorsifleksi. Fungsi dan indikasi dari ankle

joint ini hampir sama dengan jenis flexible.

Gambar 1.8 AFO with Jointed


Sumber : CSPO Lower Extremity Orthotics Manual FO and AFO Hal. 78

d) Conventional

Ankle joint jenis ini hampir sama dengan jenis jointed, perbedaannya adalah

pada penggunaan bahan. Conventional joint menggunakan side bar.

Gambar 1.9 Coventional Joint


Sumber : CSPO Lower Extremity Orthotics Manual FO and AFO Hal. 84
22

3. Patological Gait

a. Instability of the knee joint

Instability of the knee joint dapat diamati dari sisi lateral pada saat permulaan

stance phase. Hal ini disebabkan karena hip joint terlalu banyak ekstensi sehingga

GRF tidak cukup jauh pada anterior knee. Knee tidak dapat mempertahankan

fleksi karena hip ekstensi terlalu banyak.

b. Instability of the hip joint

Instability of the hip joint dapat diamati dari pandangan lateral. Hip joint

ekstensi harus diberhentikan sesaat setelah foot flat. Jika ekstensinya terlalu

banyak (ekstension bumper sedikit) maka kafo akan cenderung berputar

kebelakang. Posisi hip joint akan menjadi lebih posterior sehingga menyebabkan

Ground Reaction Force (GRF) jatuh jauh di depan hip join dan menyebabkan

ketidakstabilan fleksi hip joint karena ekstensi terlalu banyak.

c. Abduction gait

Abduction gait dapat diamati dari sisi anterior atau posterior. Penyebabnya

yaitu knee tidak fleksi selama swing phase sehingga menyebabkan ortotik terlalu

panjang saat swing dan menyebabkan abduction gait. Selain itu abduction gait

juga disebabkan karena adanya kontraktur pada hip joint.

d. Lateral trunk bending

Lateral trunk bending dapat diamati dari pandangan anterior atau posterior.

Penyebabnya adalah adanya ketidakstabilan medio lateral , alasannya adalah

support orthosis pada bagian lateral terlalu sedikit sehingga menyebabkan pasien

condong ke arah lateral dan menyebabkan lateral trunk bending.


23

e. Circumduction

Circumduction dapat diamati dari sisi anterior atau posterior. Penyebab gait

deviasi ini adalah internal rotasi hip terlalu banyak

f. Vaulting

Vaulting dapat diamati dari pandangan anterior atau posterior. Penyebab dari

gait deviasi vaulting adalah pasien tidak memfleksikan knee dan jika pasien

mencondongkan tubuhnya kedepan hip ektensi stop tidak contact sehingga knee

tidak fleksi.

g. Medial whip

Medial whip dapat diamati dari pandangan anterior atau posterior.

Penyebabnya adalah hip joint atau knee joint terlalu eksternal rotasi. Jika sudah

memakai orthosis, medial whip bisa disebabkan karena orthosis tersebut berotasi

pada tungkai.

h. Lateral whip

Lateral whip dapat diamati dari pandangan anterior atau posterior.

Penyebabnya adalah hip joint atau knee joint terlalu internal rotasi. Jika sudah

memakai orthosis, lateral whip bisa disebabkan karena orthosis tersebut berotasi

pada tungkai.

i. Hand rush

Hand rush dapat diamati dari pandangan anterior. Penyebab terjadinya hand

rush adalah kekuatan otot pada sendi lutut lemah sehingga menyebabkan kaki

cenderung fleksi yang akan menyebabkan kaki pasien lemah dan pasien
24

memegang lututnya yang berfungsi untuk menstabilkan knee agar tidak cenderung

fleksi knee.

j. Trendelenburg’s

Trendelenburg’s dapat diamati dari pandangan anterior/posterior. Penyebab

terjadinya Trendelenburg’s tidak bisa mengangkat sisi pelvic untuk membantu

menaikkan kaki dan mentransfer berat badan ke kaki lainnya. Dalam melangkah

pasien akan cenderung lebih pendek pada sisi yang terkena kecacatan dan

cenderung bersandar pada sisi yang normal.

C. Tujuan Penulisan

Tujuan Umum : (1) mengetahui salah satu peranan yang dapat dilakukan oleh

ortotis protetis dalam penanganan kasus Osteogenesis Imperfecta dengan

pemberian KAFO. Tujuan khusus : (1) mengetahui fungsi dari KAFO pada kasus

Osteogenesis Imperfecta, (2) mengetahui proses fabrikasi KAFO pada kasus

Osteogenesis Imperfecta.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat teoritis: (1) Penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat

secara teoritis mengenai kasus Osteogenesis Imperfecta (OI) dan penanganannya

di bidang Ortotik Prostetik, (2) Mengembangkan keilmuan Ortotik Prostetik.

Sedangkan untuk manfaat praktis yaitu: (1) Mengetahui pathology Osteogenesis

Imperfecta serta penanganannya, (2) Mengetahui tata cara pembuatan Knee Ankle

Foot Orthosis (KAFO) di klinik Galaxy Medical Center Sidoharjo.

Anda mungkin juga menyukai