Anda di halaman 1dari 18

Asuhan Keperawatan Depresi

MATA AJAR ILMU KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA 2

Disusun Oleh :

1. Fika Rizkiyatul Mufidah (SK117012)


2. Fina Khusnul Khoiriyah (SK117013)
3. Ifah Dwi Rahayu (SK117014)
4. Indri Hapsari (SK117016)
5. Intan Nur Chofifah (SK117017)
6. IslahiyahPratiwi (SK117018)

Program StudiIlmuKeperawatan
SekolahTinggiIlmuKesehatan Kendal
2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke khadirat Allah SWT, yang telah memberikan taufik dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan “Asuhan Keperawatan
Depresi”.

Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman atas kerja
samanya juga pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini, baik
secara langsung maupun tidak langsung.Dan pada kesempatan ini pula penulis
haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu Dosen yang telah
membimbing, sehingga makalah ini dapat selesai dengan baik. Penulis menyadari
bahwa Makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritikkan dan saran konstruktif sangat kami harapkan demi
perbaikan penyusunan selanjutnya. Akhirnya penulis tetap berharap semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.

Kendal , 17 April 2020

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................. i

KATAPENGANTAR................................................................................ ii

DAFTAR ISI.............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
C. Tujuan................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Depresi.................................................................................... 3
B. Etiologi Depresi.................................................................................... 3
C. Manifestasi Klinis Depresi.................................................................... 4
D. Psikodinamika Depresi......................................................................... 4
E. Penatalaksanaan Depresi....................................................................... 5
F. Pemeriksaan Penunjang Depresi........................................................... 7
G. Asuhan Keperawatan Depresi............................................................... 8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Depresi adalah suatu penyakit jiwa dengan gejala utama sedih, yang
disertai gejala-gejala psikologik lainnya, gangguan somatic maupun
gangguan psikomotor dalam kurun waktu tertentu dan digolongkan kedalam
gangguan afektif. Depresi dalam penggunaan istilah sehari-hari biasanya
dikaitkan dengan perasaan sedih, murung, putus asa, merana dan tidak
bahagia. Depresi dapat juga berupa sekumpulan gejala atau sindroma (disertai
perubahan kognitif, psikomotor dan vegetatif) atau merupakan kesatuan
penyakit (dengan gambaran klinis yang khas, dasar riwayatnya dan hubungan
dengan keadaan biologisnya) (Ardhana dalam Soetjiningsih, 2007).
Depresi terkait dengan situasi yang meliputi diantaranya perasaan sedih,
murung, putus asa, tidak percaya diri, dan menyalahkan diri sendiri secara
berlebihan. Seseorang yang mengalami depresi akan cenderung
meninterprestasikan pemikiran negatif dari apa yang terjadi dalam keadaan
kondisi yang tertekan pada saat seseorang mengalami depresi. Menurut Beck
(Nevid, 2005) seseorang yang mengalami depresi perasaan dan perilakunya
diakibatkan oleh persepsi negative mereka dan verbalisme mereka.
Depresi merupakan perasaan murung, kehilangan gairah untuk melakukan
hal-hal yang biasa dilakukannya dan tidak dapat mengekspresikan
kegembiraan. Biasanya terjadi pada awal sampai pertengahan usia dewasa.
Dapat terjadi sekali, dapat terjadi sering kali, dapat sebentar, dapat selama
hidup, dapat bertahap, dan dapat mendadak berat (Sarwono, 2010).
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Defisini Depresi?
2. Bagaimana Etiologi Depresi?
3. Apa saja Manifestasi Klinis Depresi?
4. Bagaimana Psikodinamika Depresi?
5. Bagaimana Penatalaksanaan Depresi?
6. Apa saja Pemeriksaan penunjang Depresi?
7. Asuhan keperawatan Depresi?

1
C. Tujuan
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Jiwa Depresi

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan
kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga
hilangnya kegairahan hidup. (Hawari, 2001). Depresi adalah suatu mood
sedih (disforia) yang berlangsung lebih dari empat minggu, yang disertai
prilaku seperti perubahan tidur, gangguan konsentrasi, iritabilitas, sangat
cemas, kurang bersemangat, sering menangis, waspada berlebihan, pesimis,
merasa tidak berharga, dan mengantisipasi kegagalan. Depresi adalah suatu
gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan sedih dan berduka
yang berlebihan dan berkepanjangan (Purwaningsih, 2009). Depresi adalah
keadaan emosional yang ditunjukkan dengan kesedihan, berkecil hati,
perasaan bersalah,penurunan harga diri, ketidakberdayaan dan keputusasaan
(Isaacs, 2004).
B. Etiologi
Etiologi diajukan  para  ahli  mengenai depresi (Damping, 2003) adalah:
1. Polifarmasi
Terdapat  beberapa  golongan  obat yang  dapatmenimbulkan  depresi, ant
ara  lain: analgetika, obatanti inflamasi nonsteroid, anti hipertensi,
antipsikotik, antikanker, ansiolitika, dan lain-lain.
2. Kondisi medis umum
Beberapa kondisi medis umum yang berhubungan dengan depresi adalah
gangguan endokrin, neoplasma, gangguan neurologis, dan lain- lain.
3. Teori psikodinamik
Elaborasi Freud pada teori Karl Abraham tentang proses berkabung
menghasilkan pendapat bahwa hilangnya objek cinta diintrojeksikan
kedalam individu tersebut sehingga menyatu atau merupakanbagian dari
individu itu. Kemarahan terhadap objek yang hilang tersebut ditujukan
kepada diri sendiri. Akibatnya terjadi perasaan bersalah atau
menyalahkan diri sendiri, merasa diri tidak berguna,dan sebagainya.

3
4. Teori kognitif dan perilaku
Konsep Seligman tentang learned  helplessness menyatakan bahwa
terdapat hubungan antara kehilangan yang tidak dapat dihindari akibat
proses penuaan seperti keadaan tubuh, fungsi seksual, dan sebagainya
dengan sensasi passive helplessness pada pasien usia lanjut. Salah satu
teori psikologis tentang terjadinya gangguan depresif adalah terjadinya
distorsi kognitif. Dalam hal ini berkaitan dengan bagaimana interpretasi
seseorang terhadap peristiwa-peristiwa kehidupan yang dialaminya.
C. Manifetasi Klinis Depresi
Menurut Hawari (2001) secara lengkap gejala klinis depresi adalah sebagai
berikut :
1. Afek disforik, yaitu perasaan murung, sedih, gairah hidup menurun, tidak
semangat, merasa tidak berdaya
2. Perasaan bersalah, berdosa, penyesalan
3. Nafsu makan menurun
4. Berat badan menurun
5. Konsentrasi dan daya ingat menurun
6. Gangguan tidur: insomnia (sukar/tidak dapat tidur) atau sebaliknya
hipersomnia (terlalu banyak tidur). Gangguan ini sering kali disertai
dengan mimpi-mimpi yang tidak menyenangkan, misalnya mimpi orang
yang telah meninggal
7. Agitasi atau retardasi psikomotor (gaduh gelisah atau lemah tak berdaya)
8. Hilangnya rasa senang, semangat dan minat, tidak suka lagi melakukan
hobi, kreativitas menurun, produktivitas juga menurun
9. Gangguan seksual (libido menurun)
10. Pikiran ± pikiran tentang kematian, bunuh diri.
D. Psikodinamika
Elaborasi Freud pada teori Karl Abraham tentang proses berkabung
menghasilkan pendapat bahwa hilangnya objek cinta diintrojeksikan ke dalam
individu tersebut sehingga menyatu atau merupakan bagian dari individu itu.
Kemarahan terhadap objek yang hilang tersebut ditujukan kepada diri sendiri.

4
Akibatnya terjadi perasaan bersalah atau menyalahkan diri sendiri, merasa
diri tidak berguna dan sebagainya.
Mengkaji pasien dengan depresi dapat menggunakan tehnik
mengobservasi prilaku pasien dan wawancara langsung kepada pasien dan
keluarganya. Observasi yang lakukan terutama untuk mengkaji data objektif
depresi. Ketika mengobservasi prilaku pasien untuk tanda-tanda seperti:
1. Penampilan tidak rapi, kusut dan dandanan tidak rapi, kulit kotor
(kebersihan diri kurang)
2. Interaksi selama wawancara: kontak mata kurang, tampak sedih, murung,
lesu, lemah, komunikasi lambat/tidak mau berkomunikasi.
Aspek psikososial yang perlu dikaji oleh perawat yaitu apakah lansia
mengalami kebingungan, kecemasan, menunjukkan afek yang labil, datar
atau tidak sesuai, apakah lansia mempunyai ide untuk bunuh diri. Bila data
tersebut saudara peroleh, data subjektif didapatkan melalui wawancara
dengan menggunakan skala depresi pada lansia (Depresion Geriatric Scale).
E. Penatalaksanaan depresi
Menurut (Tomb, 2003) Semua pasien depresi harus mendapatkan psikoterapi,
dan beberapa memerlukan tambahan terapi fisik. Kebutuhan terapi khusus
bergantung pada diagnosis, berat penyakit, umur pasien, respon terhadap
terapi sebelumnya.
1. Terapi Psikologik 
Psikoterapi suportif selalu diindikasikan. Berikan kehangatan,
empati, pengertian dan optimistic. Bantu pasien mengidentifikasi dan
mengekspresikan hal ± hal yang membuatnya prihatin dan
melontarkannya. Identifikasi factor pencetus dan bantulah untuk
mengoreksinya. Bantulah memecahkan problem eksternal (misal,
pekerjaan, menyewa rumah), arahkan pasien terutama selama periode
akut dan bila pasien tidak aktif bergerak. Latih pasien untuk mengenal
tanda-tanda dekompensasi yang akan dating. Temui pasien sesering
mungkin (mula-mula 1-3 kali per minggu) dan secara teratur, tetapi
jangan sampai tidak berakhir atau untuk selamanya. Kenalilah bahwa

5
beberapa pasien depresi dapat memprovokasi kemarahan anda (melalui
kemarahan, hostilitas, dan tuntutan yang tak masuk akal, dll.)
Psikoterapi berorientasi tilikan jangka panjang, dapat berguna pada
pasien depresi minor kronis tertentu dan beberapa pasien dengan depresi
mayor yang mengalami remisi tetapi mempunyai konflik. Terapi Kognitif
Perilaku dapat sangat bermanfaat pada pasien depresi sedang dan ringan.
Diyakini oleh sebagian orang sebagai ketidakberdayaan yang dipelajari,
depresi diterapi dengan memberikan pasien latihan keterampilan dan
memberikan pengalaman-pengalaman sukses. Dari perspektif kognitif,
pasien dilatih untuk mengenal dan menghilangkan pikiran-pikiran
negative dan harapan-harapan negative. Terapi ini mencegah
kekambuhan. Deprivasi tidur parsial (bangun mulai di pertengahan malam
dan tetap terjaga sampai malam berikutnya), dapat membantu mengurangi
gejala-gejala depresi mayor buat sementara. Latihan fisik (berlari,
berenang) dapat memperbaiki depresi, dengan mekanisme biologis yang
belum dimengerti dengan baik.
2. Terapi Fisik 
Semua depresi mayor dan depresi kronis atau depresi minor yang tidak
membaik membutuhkan antidepresan (70-80 % pasien berespon terhadap
antidepresan), meskipun yang mencetuskan jelas terlihat atau dapat
diidentifikasi. Mulailah dengan SSRI atau salah satu antidepresan terbaru.
Apabila tidak berhasil, pertimbangkan antidepresan trisiklik, atau  MAOI 
(terutama pada depresi atipikal) atau kombinasi beberapa obat yang
efektif bila obat pertama tidak berhasil. Waspadalah terhadap efek
samping dan bahwa antidepresan dapat mencetuskan episode manik pada
beberapa pasien bipolar (10 % dengan TCA, dengan SSRI lebih rendah,
tetapi semua koonsep tentang ³presipitasi manic´ masih diperdebatkan).
Setelah semuh dari episode depresi pertama, obat dipertahankan untuk
beberapa bulan, kemudian diturunkan, meskipun demikian pada beberapa
pasien setelah satu atau lebih kekambuhan, membutuhkan obat rumatan
untuk periode panjang. Antidepresan saja (tunggal) tidak dapat mengobati
depresi psikosis unipolar.

6
Litium efektif dalam membuat remisi gangguan bipolar, mania dan
mungkin bermanfaat dalam pengobatan depresi bipolar akut dan beberapa
depresi unipolar. Obat ini cukup efektif pada bipolar serta untuk
mempertahankan remisi dan begitu pula pada pasien unipolar.
Antikonvulsan tampaknya juga sama baik dengan litium untuk mengobati
kondisi akut, meskipun kurang efektif untuk rumatan. Antidepresan dan
litium dapat dimulai secara bersama ± sama dan litium diteruskan setelah
remisi. Psikotik, paranoid atau pasien sangat agitasi membutuhkan
antipsikotik , tunggal atau bersama-sama dengan antidepresan, litium atau
ECT ± antidepresan antipikal yang baru saja terlihat efektif. ECT
mungkin merupakan terapi terpilih :
a. Bila obat tidak berhasil setelah satu atau lebih dari 6 minggu
pengobatan
b. Bila kondisi pasien menuntut remisi segera (misal, bunuh diri yang
akut)
c. Pada beberapa depresi psikotik,
d. Pada pasien yang tidak dapat mentoleransi obat (misal pasien tua yang
berpenyakit jantung). Lebih dari 90 % pasien memberikan respons.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium. Dokter mungkin akan memerintahkan
pemeriksaan darah rutin, atau pemeriksaan fungsi kelenjar gondok bila
ada indikasi kearah gangguan fungsi kelenjar gondok.
2. Pemeriksaan psikologis. Untuk mengecek ada tidaknya depresi, dokter
atau tenaga kesehatan akan menanyakan tentang perasaan dan pikiran,
dan pola perilaku pasien. Dokter atau petugas akan mengajukan
pertanyaan tentang gejala, kapan mulainya, apakah pernah mengalami
hal yang sama dulu. Dokter juga akan menanyakan apakah ada pemikiran
kearah menganiaya diri sendiri atau bunuh diri. Pasien mungkin akan
diminta untuk mengisi kuestionnaire (daftar pertanyaan) untuk membantu
menentukan ada tidaknya depresi

7
G. Askep
1. Pengkajian
a. Identitas diri klien
b. Struktur keluarga : Genoogram
c. Riwayat Keluarga
d. Riwayat Penyakit
1) Klien Kaji ulang riwayat klien dan pemeriksaan fisik untuk adanya
tanda dan gejala karakteristik yang berkaitan dengan gangguan
tertentu yang didiagnosis.
2) Kaji adanya depresi.
3) Singkirkan kemungkinan adanya depresi dengan scrining yang
tepat, seperti geriatric depresion scale.
4) Ajukan pertanyaan-pertanyaan pengkajian keperawatan
5) Wawancarai klien, pemberi asuhan atau keluarga.
e. Lakukan observasi langsung terhadap:
1) Faktor Predisposisi
a) Faktor Genetik 
Mengemukakan transmisi gangguan alam perasaan diteruskan
melalui garis keturunan. Frekwensi gangguan alam perasaan
meningkat pada kembar monozigote dari dizigote.
b) Teori Agresi Berbalik pada Diri Sendiri
Mengemukakan bahwa depresi diakibatkan oleh perasaan
marah yang dialihkan pada diri sendiri. Diawali dengan proses
kehilangan terjadi ambivalensi terhadap objek yang hilang
tidak mampu mengekspresikan kemarahan marah pada diri
sendiri.
c) Teori Kehilangan
Berhubungan dengan factor perkembangan : misalnya
kehilangan orang tua pada masa anak, perpisahan yang bersifat
traumatis dengan orang yang sangat dicintai. Individu tidak
berdaya mengatasi kehilangan.
d) Teori kepribadian

8
Mengemukakan bahwa tipe kepribadian tertentu menyebabkan
seseorang mengalami depresi atau mania.
e) Teori Kognitif 
Mengemukakan bahwa depresi merupakan masalah kognitif
yang dipengaruhi oleh penilaian negative terhadap diri sendiri,
lingkungan dan masa depan.
f) Teori Belajar Ketidakberdayaan
Mengemukakan bahwa depresi dimulai dari kehilangan
kendali diri, lalu menjadi pasif dan tidak mampu menghadapi
masalah. Kemudian individu timbul keyakinan akan
ketidakmampuan mengendalikan kehidupan sehingga ia tidak
berupaya mengembangkan respon yang adaptif.
g) Model perilaku
Mengemukakan bahwa depresi terjadi karena kurangnya
pujian (reinforcement) positif selama berinteraksi dengan
lingkungan.
h) Model Biologis
Mengemukakan bahwa pada keadaan depresi terjadi
perubahan kimiawi, yaitu defisiensi katekolamin, tidak
berfungsi endokrin dan hipersekresi kortisol.
2) Faktor Presipitasi
Stressor yang dapat menyebabkan gangguan alam perasaan
meliputi factor biologis, psikologis dan social budaya. Factor
biologis meliputi perubahan fisiologis yang disebabkan oleh obat-
obatan atau berbagai penyakit fisik seperti infeksi, neoplasma dan
ketidakseimbangan metabolism. Factor psikologis meliputi
kehilangan kasih saying, termasuk kehilangan cinta, seseorang,
dan kehilangan harga diri. Factor social budaya meliputi
kehilangan peran, perceraian, kehilangan pekerjaan.
3) Perilaku dan Mekanisme koping
Perilaku yang berhubungan dengan depresi bervariasi. Pada
keadaan depresi kesedihan dan kelambanan dapat menonjol atau

9
dapat terjadi agitasi. Mekanisme koping yang digunakan pada
reaksi kehilangan yang memanjang adalah denial dan supresi, hal
ini untuk menghindari tekanan yang hebat. Depresi, yaitu perasaan
berduka yang belum digunakan adalah represi, supresi, denial dan
disosiasi.
4) Adapun perilaku yang berhubungan dengan depresi menurut
Purwaningsih (2009) adalah :
1) Afektif : sedih, cemas, apatis, murung, kebencian, kekesalan,
marah, perasaan ditolak, perasaan bersalah, merasa tak
berdaya, putus asa, merasa sendirian, merasa rendah diri,
merasa tak berharga.
2) Kognitif : ambivalen, bingung, ragu-ragu, tidak mampu
berkonsentrasi, hilang perhatian dan motivasi, menyalahkan
diri sendiri,pikiran merusak diri,rasa tidak menentu, pesimis.
3) Fisik : sakit perut, anoreksia, mual, muntah, gangguan
pencernaan, konstipasi, lemas, lesu, nyeri, kepala pusing,
insomnia, nyeri dada, over acting, perubaha berat badan,
gangguan selera makan, gangguan menstruasi, impotensi,
tidak berespon terhadap seksual.
4) Tingkah laku : agresif, agitasi, tidak toleran, gangguan tingkat
aktifitas, kemunduran psikomotor, menarik diri, isolasi social,
irritable (mudah marah, menangis, tersinggung), berkesan
menyedihkan, kurang spontan, gangguan kebersihan.
2. Analisa Data
Data Etiologi Problem
Ds : Gangguan peran sosial Harga diri rendah
 Klien mengatakan situasional (00120)
sedih
 Klien merasa tidak
berharga.
Do :
 Klien tampak sedih
 Klien tampak
murung
 Klien beranggapan

10
dirinya dengan
negatif

Ds : Pola tidur tidak Gangguan pola tidur


 Klien mengatakan menyehatkan (000198)
merasa bersalah
 Klien merasa tidak
bisa tidur
Do :
 Klien tampak sedih
 Klien tampak
cemas
Ds : Masalah kesehatan Resiko perilaku
 Klien mengatakan mental (mis., depresi, kekerasan terhadap
menyesal, psikosis, gangguan diri sendiri (00140)
 Keluarga klien
mengatakan sering kepribadian)
marah-marah dan
memukuli dirinya
sendiri
Do :
 Klien tampak
lemah, lesu dan
tidak bergairah
 Klien tampak ada
luka pada
tangannya
3. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri (00140) b/d Masalah
kesehatan mental (mis., depresi, psikosis, gangguan kepribadian)
b. Harga diri rendah situasional (00120) b/d Gangguan peran sosial
c. Gangguan pola tidur (000198) b/d Pola tidur tidak menyehatkan
4. Intervensi

Diagnosa NOC NIC


Resiko perilaku Setelah diberikan tidakan Bantu Kontrol Marah
kekerasan keperawatan selama 1x24 jam, (4640)
terhadap diri diharapkan pesien dengan O : Monitor potensi
sendiri (00140) kriteria hasil : Menahan diri agresi yang
dari kemarahan : (1410) diekpresikan dengan
1. Mengidentifikasi cara tiadk terpat dan
kapan merasa marah dilakukan intervensi
dipertahanken pada sebalum agresi ini
jarang dilakukan (2) diekspresikan
ditingkatkan ke N : Bantu pasien

11
kadangkadang mengidentifikasi
dilakukan (3) sumber dari
2. Mengidentifikasi kemarahan Bantu
kapan merasa frustasi dalam
dipertahanken pada mengambangkan
jarang dilakukan (2) metode yang tepat
ditingkatkan ke untuk
kadangkadang mengekspresikan
dilakukan (3) kemarahan kepada
3. Membuat pendekatan orang lain
dengan situasi yang tak E : Berikan
terduga dengan pendidikan menganai
pemikiran terbuka metode untuk
dipertahankan pada mengatur pengalaman
kadang-kadang emosi yang sangat
dilakukan (3) kuat
ditingkatkan ke sering C : Dukung
dilakukan (4) penggunaan
4. Mengiddntidikasi kolaborasi dalam
alasan perasaan merah rangka menyelesaikan
dipertahankan peda masalah
jarang dilakukan (2)
ditingkatkan ke sering
dilakukan (4)
Harga diri Setelah diberikan tidakan Peningkatan Harga
rendah keperawatan selama 1x24 jam, Diri (5400)
situasional diharapkan pesien dengan O : monitor perasaan
(00120) kriteria hasil : pasien mengenai
Harga Diri (1205) harga diri
1. Tingkat kepercayaan N : bantu pasien
diri dipertahankan untuk
pada jarang positif (2) mnegidentifikasi
ditingkatkan ke respon positif dari
kadang-kadang positif orang lain
(3) E : dukung pasien
2. Perasaan tentang nilai untuk mngevaluasi
diri dipertahankan perilakunya sendiri
pada kadang-kadang C : kolaborasikan
positif (3) ditingkatkan dengan keluarga atau
ke sering positif (4) tenaga kesehatan
yang lain mengenai
aktivitas-aktivitas
yang meningkatkan
harga diri
Gangguan pola Setelah diberikan tidakan Peningkatan tidur
tidur (000198) keperawatan selama 1x24 jam, (1850)
diharapkan pesien dengan O : Monitor pola tidur
kriteria hasil : Tingkat depresi pasien dan catat

12
(1208) : kondisi fisik N ;
1. Perasaan dperesi Bantu untuk
dipertahankan pada menghilangkan situasi
cukup berat (2) stress sebelum tidur
ditingkatkan ke ringan E : Ajarkan pasien
(4) dan orang terdekat
2. Gangguan konsetrasi mengenai faktor yang
dipertahankan pada berkontribusi
cukup berat (2) terhadap gangguan
ditingkatkan ke sedang pola tidur
(3) C : Kolaborasikan
3. Peristiwa kehidupan dengan keluarga
yang negatif mengenai teknik
dipertahakan pada untuk meningkatkan
cukup berat (2) tidur
ditingkatkan ke ringan
(4)
4. Rasa bersalah yang
berlebihan
dipertahankan pada
cukup berat (2)
ditingkatkan ke sedang
(3)

13
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Depresi sebagai gangguan afek dan emosi. Afek ialah nada perasaan
menyenangkan atau tidak (seperti kebanggaan, kekecewaan, dan kasih sayang),
yang menyertai suatu pikiran dan biasanya berlangsung lama serta kurang disertai
oleh komponen fisiologis. Sedangkan emosi merupakan manifestasi afek keluar
dan disertai oleh banyak komponen fisiologis, biasanya berlangsung relatif tidak
lama (misalnya ketakutan, kecemasan, depresi dan kegembiraan). Afek dan emosi
dengan aspek-aspek yang lain seorang manusia (umpama proses berpikir,
psikomotor, persepsi, ingatan) saling mempengaruhi dan menentukan tingkat
fungsi dari manusia itu pada suatu waktu. Depresi adalah suatu gangguan
perasaan hati dengan ciri sedih, merasa sendirian, rendah diri, putus asa, biasanya
disertai tanda-tanda retardasi psikomotor atau kadang-kadang agitasi, menarik diri
dan terdapat gangguan fisiologis seperti insomnia dan anoreksia (Kaplan, 2010).

14
Daftar Pustaka
Ardhana dalam Soetjiningsih. 2007. Bab II Tinjauan Pustaka. Diakses dari :
http://repository.uin-suska.ac.id/5875/3/BAB%20II.pdf

Purwaningsih. 2009. Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Depresi. Diakses dari :


https://www.academia.edu/14546510/ASUHAN_KEPERAWATAN_LANSIA_DENGA
N_DEPRESI

Hawari. 2001. Askep Jiwa Depresi. Diakses dari :


https://www.scribd.com/document/62793246/ASKEP-JIWA-DEPRESI

15

Anda mungkin juga menyukai