Bahan
Bahan
formal dan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini yang dapat menjembatani antara
matematika dan budaya yakni etnomatematika, Etnomatematika merupakan aktivitas matematika
yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan berkembang di masyarkat, yang meliputi
konsep-konsep matematika[3], [5]. Selain itu etnomatematika dapat dianggap sebuah program
yang dapat membantu siswa dalam mempelajari bagaimana siswa dapat memahami, mengelola
dan mengartikulasikan serta menggunakan ide-ide matematika yang dapat memecahkan masalah
dalam kehidupan sehari-hari [6]. Melalui penerapan etnomatematika dalam pendidikan,
khususnya pendidikan matematika diharapkan siswa lebih memahami dan mengerti budaya-
budaya yang ada dalam lingkungannya.Dengan kata lain dapat diartikan bahwa ethnomatematika
merupakan serangkaian aktivitas masyrakat yang secara turun menurut masih melekat sampai
saat ini dan didalamnya yang terkandung dengan konsep-konsep matematika [7].
Awalan ethno mengacu pada kelompok kebudayaan yang dapat dikenali, seperti
perkumpulan suku di suatu negara dan kelas-kelas profesi di masyarakat, termasuk pula bahasa
dan kebiasaan mereka sehari-hari. Kemudian, mathema disini berarti menjelaskan, mengerti, dan
mengelola hal-hal nyata secara spesifik dengan menghitung, mengukur, mengklasifkasi,
mengurutkan, dan memodelkan suatu pola yang muncul pada suatu lingkungan. Akhiran tics
mengandung arti seni dalam teknik. Secara istilah etnomatematika diartikan sebagai matematika
yang dipraktikkan di antara kelompok budaya diidentifkasi seperti masyarakat nasional suku,
kelompok buruh, anak-anak dari kelompok usia tertentu dan kelas professional (D’Ambrosio,
1985: 44- 48). Lebih luas lagi, jika ditinjau dari sudut pandang riset, maka etnomatematika
didefnisikan sebagai antropologi budaya (cultural antrophology of mathematics) dari matematika
dan pendidikan matematika (D’Ambrosio, 2006: 1)
Istilah etnomatematika diperkenalkan pertama kali oleh D'Ambrosio, seorang
matematikawan Brasil pada tahun 1977. Menurut D’Ambrosio (2001) etnometematika
merupakan istilah yang digunakan untuk mengekspresikan hubungan antara budaya dan
matematika. Etnomatematika sering juga disebut dengan istilah etnomathematic. Istilah ethno
diartikan sebagai sesuatu yang sangat luas yang mengacu pada konteks sosial budaya, termasuk
bahasa, jargon, kode perilaku, mitos, dan symbol. Kata dasar mathema cenderung berarti
menjelaskan, mengetahui, memahami, dan melakukan kegiatan seperti pengkodean, mengukur,
mengklasifikasi, menyimpulkan, dan pemodelan. Akhiran “tics “berasal dari techne, dan
bermakna teknik. Zhang dan Zhang (2010) mendefinisikan ethomatematika sebagai penelitian
tentang hubungan antara matematika dan latar belakang budaya sosial. Zhang dan Zhang (2010)
juga menyebutkan bahwa etnomatematika merupakan penilitian bagaimana menunjukkan
matematika diproduksi, ditransfer, menyebar dan khusus dalam sistem budaya yang beragam.
Etnomatematika menurut NASGEM, Amerika Utara Study Group Of Ethnomathematics (dalam
Arisetyawan et al.,2014) didefinisikan secara luas bahwa studi etnomatematika tidak terbatas
pada skala kelompok kecil, tapi awalan "etno" dapat merujuk kepada kelompok apapun seperti
bangsa, serikat buruh, agama,tradisi, dan sebagainya, termasuk penggunaan simbol-simbol
matematika, tata ruang, metode perhitungan, pengukuran dalam ruang dan waktu, cara-cara 20
tertentu penalaran, dan kegiatan manusia lainnya yang dapat diterjemahkan ke dalam
representasi matematis formal. Berdasarkan definisi-definisi tersebut etnomatematika dapat
diartikan sebagai matematika yang dipraktikkan oleh kelompok budaya, seperti masyarakat
perkotaan dan pedesaan, kelompok buruh, anak-anak dari kelompok usia tertentu, masyarakat
adat, dan lainnya. Adanya etnomatematika adalah untuk mengakui bahwa ada cara-cara berbeda
dalam melakukan matematika dengan mempertimbangkan pengetahuan matematika akademik
yang dikembangkan oleh berbagai sektor masyarakat serta dengan mempertimbangkan modus
yang berbeda di mana budaya yang berbeda merundingkan praktek matematika mereka cara
mengelompokkan, berhitung, mengukur, merancang bangunan atau alat, bermain dan lainnya.
Dalam penelitian ini etnomatematika yang dimaksud adalah algoritma berhitung yang dilakukan
oleh pedagang sayur keliling dalam transaksi jual beli dengan para konsumennya yang meliputi
penentukan jumlah modal dan bahan apa saja yang akan dibeli, penentukan harga jual,
menentukan total belanjaan pembeli, penentukan berapa kembalian pembeli, dan perhitungan
keuntungan yang didapatkan.
Konsep matematika pada tradisi jual beli
1. Menghitung ( Counting)
Yang terdiri dari perkiraan, ketepatan, dan tenaga atau kekuatan
2. Menentuan lokasi (Location)
Terdiri dari lokasi lingkungan, menggunakan garis lurus, bentuk lingkaran, elips
3. Mengukur (Measuring)
Terdiri dari perkiraan waktu, luas, volume, suhu, pemesanan
4. Merencanakan (Designing)
Terdiri dari bentuk, ukuran besar, kecilnya, permukaan
5. Bermain (playing)
Terdiri dari prediksi, dan model
6. Menjelaskan
Terdiri dari penjelasan dan symbol.