Anda di halaman 1dari 82

PERHITUNGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN

PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 PADA P T


LANCANG KUNING PERKASA

TUGAS AKHIR

Disusun untuk me menuhi syarat kelulusan Program Diploma III

Oleh:

ANIMUN FARIDA
3110712005

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA
POLITEKNIK NEGERI BATAM
2010
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Tugas Akhir ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Animun Farida

NIM : 3110712005

Tanda Tangan :

Tanggal : 27 Januari 2011

ii
LEMBAR PENGESAHAN

TUGAS AKHIR

PERHITUNGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK


PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 PADA PT LANCANG KUNING
PERKASA

Oleh:

ANIMUN FARIDA
3110712005

Batam, 27 Januari 2011

Dosen Pembimbing

Dwi Kartikasari, ST.


Dosen Penguji I Dosen Penguji II

Ely Kartikaningdyah, M.Si. Bambang Hendrawan, ST, M.SM.

iii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanya kepada Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat

dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang

berjudul ”Perhitungan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh)

Pasal 21 pada PT Lancang Kuning Perkasa”. Penulisan tugas akhir ini

merupakan salah satu syarat yang harus penulis penuhi untuk memperoleh gelar

Diploma III pada Politeknik Negeri Batam.

Dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini penulis mendapat bantuan dan bimbingan

dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan baik secara materil maupun

spritual kepada penulis. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu Dwi Kartikasari, ST. selaku pembimbing. Makasih banyak ya, Bu, untuk

bimbingan, arahan, dan waktu yang telah Ibu berikan.

2. Ibu Arniati, M.Ak. selaku penguji proposal. Makasih banyak ya, Bu buat

masukan yang telah diberikan serta buat bimbingan singkatnya.

3. Ibu Ely Kartikaningdyah, M.Si. selaku penguji I. Makasih banyak ya, Bu

untuk masukannya.

4. Bapak Bambang Hendrawan, ST, M.SM. selaku penguji II. Makasih, Pak atas

masukan serta bimbingan yang telah diberikan.

5. Ibu Nanik Lestari, SE. selaku Dosen Wali. Terima kasih, Bu atas bimbingan

dan arahannya.

6. Semua Dosen Akuntansi yang tersayang, Ibu Sinar, Ms. Yosi, Ibu Mega, Ibu

Marihot, Pak Irsutami, Pak Zaen, Pak Hendra, dan seluruh staff dosen Prodi

Akuntansi. Makasih, Pak/Bu atas semua pelajarannya.

iv
7. Bapak Muslim Ansori, SE, M. Ak. selaku direktur PT Lancang Kuning

Perkasa. Terima kasih atas bimbingan dan arahan yang telah Bapak berikan.

Terima kasih juga untuk materi pajak yang Bapak berikan.

8. Terima kasih untuk suamiku tersayang, Prasaja Wikanta, ST. yang selalu

memotivasi dan membantu penulis selama mengerjakan Tugas Akhir ini.

Makasih juga untuk dukungan dan semua nasehatnya. Merci beaucoup et

t’aime mon mari.

9. Rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis

yang sangat berjasa membimbing dan memberi dorongan baik secara moril

maupun materil sehingga penulis bisa menyelesaikan Tugas Akhir ini.

10. Terima kasih banyak untuk Bapak dan Ibu mertua penulis yang selalu

memberi motivasi, dorongan, dan nasehat selama penulis mengerjakan Tugas

Akhir.

11. Untuk adik-adik penulis, Ria, Nurul, Bila, Hiyas, yang selalu menghibur

penulis selama penyelesaian Tugas Akhir ini.

12. Teman-teman sekelas dan seperjuangan, tetap semangat ya guys!!

13. Buat teman sekantor penulis, mbak Santi dan Tira. Makasih ya untuk saran

dan motivasinnya.

14. Buat Mas Didik dan Mas Agus selaku penjaga perpus, thanks ya udah bantuin

nyari buku-buku yang penulis butuhkan.

15. Buat Mbak Yuyun dan Mbak Tintin, thank you so much buat motivasinya.

16. Anis dan Bang Afis, makasih untuk pengertianya selama penulis mengerjakan

Tugas Akhir ini. “Maaf ya, karena ga bisa bantu tiap hari?”.

v
Demikian kata pengantar ini penulis sampaikan, atas segala bantuan dan

perhatian semua pihak penulis ucapkan terima kasih. Dengan segala kerendahan

hati, penulis menghargai kritik dan saran yang sifatnya membangun sehingga

dapat bermanfaat bagi penulis di masa mendatang.

Batam, 27 Januari 2011


Penulis

Animun Farida
3110712005

vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Politeknik Negeri Batam, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:

Nama : Animun Farida

NIM : 3110712005

Program Studi : Akuntansi

Jenis Karya : Tugas Akhir/Skripsi/Karya Ilmiah

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Politeknik Negeri Batam Hak Bebas Royalti Nonekskusif (Nonexclusive
Royalry-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

Perhitungan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21


pada PT Lancang Kuning Perkasa

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Politeknik Negeri Batam berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian penyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Batam

Pada Tanggal : 27 Januari 2011

Yang menyatakan

(Animun Farida)

vii
DAFTAR ISI

Lembar Judul ................................................................................................................ i

Lembar Pernyataan Orisinalitas ................................................................................... ii

Lembar Pengesahan...................................................................................................... iii

Kata Pengantar ............................................................................................................. iv

Lembar Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah................................................................ vii

Daftar Isi....................................................................................................................... viii

Daftar Tabel.................................................................................................................. xi

Daftar Gambar .............................................................................................................. xii

Daftar Lampiran ........................................................................................................... xiii

Abstrak ......................................................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................. 3

1.3 Batasan Masalah ................................................................................................... 3

1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................................. 4

1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................................ 4

1.6 Sistematika Penulisan ........................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................... 7

2.1 Pajak ..................................................................................................................... 7

2.1.1 Definisi Pajak ............................................................................................ 7

viii
2.1.2 Fungsi Pajak ............................................................................................... . 8

2.1.3 Jenis Pajak ................................................................................................. 9

2.2 Ketentuan Umum Perpajakan ............................................................................... 11

2.1.1 Tata Cara Pemungutan Pajak .................................................................... 11

2.1.2 Kewajiban dan Hak Wajib Pajak .............................................................. 14

2.1.3 Pembayaran dan Penyetoran Pajak ........................................................... 17

2.1.4 Pemotongan/Pemungutan Pajak ................................................................ 19

2.1.5 Pelaporan Pajak ......................................................................................... 20

2.3 Pajak Penghasilan ................................................................................................. 23

2.3.1 Subjek Pajak Penghasilan........................................................................... 23

2.3.2 Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh Pasal 21) .............................................. 24

2.4 Perhitungan PPh Pasal 21 ..................................................................................... 25

2.4.1 Tarif PPh Pasal 21...................................... ................................................ 25

2.4.2 Dasar Pengenaan dan Pemotongan PPh Pasal 21 ...................................... 26

2.4.3 Penghasilan Tidak Kena Pajak .................................................................. 28

2.4.4 Tata Cara PenghitunganPPh Pasal 21 ........................................................ 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN GAMBARAN UMUM

PERUSAHAAN.......................................................................................... 30

3.1 Metodologi Penelitian........................................................................................... 30

3.1.1 Obyek Penelitian.......................................................................................... 30

3.1.2 Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 30

3.1.3 Metode Analisis Data ................................................................................. 31

3.2 Gambaran Umum Perusahaan ............................................................................. 32

ix
3.2.1 Sejarah Perusahaan ..................................................................................... 32

3.2.2 Visi dan Misi............................................................................................... 33

3.2.3 Kebijakan Mutu dan Sasaran Mutu ............................................................. 33

3.2.4 Jasa Usaha Perusahaan ............................................................................... 33

3.2.5 Struktur Organisasi ..................................................................................... 34

3.2.6 Job Deskripsi .............................................................................................. 35

BAB IV PEMBAHASAN .......................................................................................... 38

4.1 Perhitungan PPh Pasal 21 ..................................................................................... 38

4.1.1 Perhitungan PPh Pasal 21 PT Lancang Kuning Perkasa ............................. 39

4.1.2 Perbandingan Perhitungan PPh Pasal 21 PT Lancang Kuning Perkasa

dengan UU RI No. 36 Tahun 2008 .............................................................. 49

4.2 Penyetoran PPh Pasal 21 ...................................................................................... 55

4.3 Pelaporan PPh Pasal 21 ........................................................................................ 56

BAB V PENUTUP .................................................................................................... 58

5.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 58

5.2 Saran ..................................................................................................................... 59

Daftar Pustaka

Lampiran

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Batas Pembayaran dan Pelaporan SPT Masa............................................... 22

Tabel 2.2 Batas Pembayaran dan Pelaporan SPT Tahunan ......................................... 22

Tabel 2.3 Tarif Pajak Penghasilan Orang Pribadi ........................................................ 25

Tabel 2.4 Perhitungan PPh Pasal 21............................................................................. 29

Tabel 4.1 Contoh Format Perhitungan PPh Pasal 21 PT Lancang Kuning Perkasa .... 40

Tabel 4.2 Rekapitulasi Perhitungan PPh Pasal 21 Pegawai Menurut PT Lancang

Kuning Perkasa ............................................................................................ 45

Tabel 4.3 Resume Perhitungan PPh Pasal 21 Pegawai Menurut UU RI No. 36

Tahun 2008................................................................................................... 52

Tabel 4.4 Tanggal Penyetoran PPh Pasal 21 PT Lancang Kuning Perkasa ................. 56

Tabel 4.5 Tanggal Pelaporan PPh Pasal 21 PT Lancang Kuning Perkasa ................... 57

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT Lancang Kuning Perkasa .................................... 34

Gambar 4.1 Skema Dasar Pengenaan Pajak................................................................. 39

Gambar 4.2 Perbandingan Perhitungan PPh Pasal 21 untuk kasus HH Menurut PT

Lancang Kuning Perkasa dengan UU RI No. 36 Tahun 2008.................. 49

Gambar 4.3 Perbandingan Perhitungan PPh Pasal 21 untuk kasus B Menurut PT

Lancang Kuning Perkasa dengan UU RI No. 36 Tahun 2008 .................. 50

Gambar 4.4 Perbandingan Perhitungan PPh Pasal 21 untuk PP Menurut PT

Lancang Kuning Perkasa dengan UU RI No. 36 Tahun 2008.................. 54

Gambar 4.5 Perbandingan Perhitungan PPh Pasal 21 untuk kasus QQ Menurut PT

Lancang Kuning Perkasa dengan UU RI No. 36 Tahun 2008.................. 55

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Laporan Magang

Lampiran II : SSP dan SPT PT Lancang Kuning Perkasa

Lampiran III : Kartu Bimbingan Tugas Akhir

xiii
ABSTRAK

Nama : Animun Farida


Jurusan Studi : Akuntansi
Judul : Perhitungan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan
(PPh) Pasal 21 pada PT Lancang Kuning Perkasa

Penelitian tugas akhir ini di lakukan di PT Lancang Kuning Perkasa. Perhitungan


PPh pasal 21 karyawan dapat memberikan informasi berapa jumlah PPh Pasal 21
karyawan yang harus disetor dan dilaporkan oleh PT Lancang Kuning Perkasa.
Kesalahan dalam menghitung PPh Pasal 21 dapat menyebabkan terjadinya pajak
kurang/lebih bayar. Keterlambatan penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 21 akan
dikenakan denda yang dapat merugikan perusahaan. Metode penelitian yang
digunakan adalah analisis deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini adalah
perhitungan PPh Pasal 21 pada PT Lancang Kuning Perkasa masih ada yang
belum sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2008
tentang pajak penghasilan.

Kata kunci:
Gaji, Pajak, PPh Pasal 21

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap negara membutuhkan pendapatan yang digunakan untuk mendanai

seluruh kegiatan dan pengeluarannya. Sumber pendapatan negara berasal dari

penerimaan pajak dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Penerimaan

pajak terdiri atas Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB),

Pajak Pertambahan Nilai (PPN), bea materai, bea masuk, pungutan lain atas impor

dan cukai, serta pajak daerah dan retribusi daerah.

Sedangkan PNBP merupakan semua pendapatan yang diperoleh negara

selain yang berasal dari pajak. Pendapatan tersebut diperoleh dari kegiatan usaha

yang dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik

Daerah (BUMD), hibah atau sumbangan, pinjaman atau bantuan, denda-denda

dan penyitaan barang, pencetakan uang, penerimaan dari pemanfaatan sumber

daya alam, serta hasil pengelolaan kekayaan negara lainnya.

Fungsi pajak adalah sebagai sumber keuangan negara (budgetair) dan

pengatur (regularend). Sebagai sumber keuangan negara, pajak merupakan

pendapatan negara yang terbesar. Sedangkan sebagai pengatur, pajak adalah alat

untuk melaksanakan kebijakan negara dalam bidang ekonomi dan sosial serta alat

untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang letaknya di luar bidang keuangan.

Karena peranan pajak sangat besar bagi negara, maka warga negara

diharapkan untuk membayar pajak sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan.

Pemerintah juga memberikan berbagai insentif pajak, melakukan sosialisasi pajak

1
2

serta memberlakukan sanksi perpajakan. Melalui langkah- langkah tersebut,

pemerintah berharap para subjek pajak dapat memenuhi kewajiban perpajakannya

dengan baik.

Salah satu jenis pajak yang harus dipenuhi wajib pajak adalah Pajak

Penghasilan (PPh). Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan

terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima dalam satu tahun pajak.

Pembayaran Pajak Penghasilan (PPh) dapat dilakukan sendiri oleh wajib pajak

yang bersangkutan atau melalui pemotongan oleh pihak yang membayar

penghasilan.

PT Lancang Kuning Perkasa merupakan salah satu badan usaha yang

bergerak di bidang outsourcing yang menjadi pemotong Pajak Penghasilan (PPh),

yaitu PPh Pasal 21 terhadap sejumlah karyawannya. Setiap bulannya PT lancang

Kuning Perkasa menghitung, menyetor, dan melaporkan PPh Pasal 21 yang

menjadi tanggung jawabnya.

Namun, status karyawan yang berbeda-beda menyebabkan komponen

yang digunakan untuk menghitung PPh Pasal 21 juga berbeda-beda. Perbedaan-

perbedaan tersebut membuat penulis tertarik untuk membandingkan perhitungan

PPh Pasal 21 yang dilakukan oleh PT Lancang Kuning Perkasa dengan Undang-

Undang pajak penghasilan yang berlaku saat ini.

Perbandingan tersebut bertujuan untuk melihat ketidaksesuaian

perhitungan PPh pasal 21 pada PT Lancang Kuning Perkasa dengan UU Pajak

Penghasilan. Efek dari ketidaksesuaian perhitungan adalah sanksi berupa denda,

sehingga hal tersebut dapat menyebabkan kerugian pada PT Lancang Kuning

Perkasa.
3

Selain membandingkan perhitungan, penulis juga tertarik untuk

membandingkan waktu penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 21 yang dilakukan

oleh PT Lancang Kuning Perkasa dengan tanggal yang telah ditentukan di dalam

Ketentuan Umum Perpajakan. Karena keterlambatan penyetoran da n pelaporan

akan dikenakan sanksi administrasi.

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan tersebut, maka Penulis tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul ”Perhitungan, Penyetoran, dan

Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 pada PT Lancang Kuning

Perkasa”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dibahas

dalam penelitian ini adalah : “Apakah perhitungan, penyetoran, dan pelaporan

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 PT Lancang Kuning Perkasa telah sesuai

dengan perundang-undangan yang berlaku?”

1.3 Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih mengarah pada tujuan yang diharapkan, penulis

membatasi ruang lingkup penelitian, yaitu :

a. Batasan Data

Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah gaji pegawai dan gaji

bukan pegawai PT Lancang Kuning Perkasa pada bulan Juli - September 2010.
4

b. Batasan Lapangan

Adapun batasan lapangan dalam penelitian ini adalah PT Lancang Kuning

Perkasa.

c. Batasan Aspek

Pajak yang akan dihitung adalah Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 atas 2 (dua)

kategori subjek pajak, yaitu :

1. Perhitungan PPh Pasal 21 untuk pegawai tetap.

2. Perhitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan yang diterima oleh bukan

pegawai (dewan komisaris, tenaga ahli, dan penerima penghasilan

berkesinambungan).

1.4 Tujuan Penelitan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu : untuk

membandingkan perhitungan, penyetoran, dan pelaporan Pajak Penghasilan (PPh)

Pasal 21 pada PT Lancang Kuning Perkasa dengan UU perpajakan yang berlaku

saat ini.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak

yang berkepentingan. Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain:

a. Bagi Perusahaan
5

Agar dapat mengetahui apakah perhitungan, penyetoran, dan pelaporan Pajak

Penghasilan (PPh) Pasal 21 telah sesuai dengan UU perpajakan yang berlaku

saat ini.

b. Bagi Penulis

Menambah pengetahuan penulis tentang Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21

khususnya dalam menghitung, karena setiap perusahaan memiliki komponen-

komponen yang berbeda dalam menghitung PPh Pasal 21. Serta dapat

menerapkan materi yang telah diperoleh selama proses perkuliahan khususnya

dalam mata kuliah perpajakan.

c. Bagi Pembaca

Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan informasi tambahan bagi

pembaca tentang pajak, khususnya untuk Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21.

Serta dapat dijadikan bahan referensi untuk melakukan penelitian yang sejenis.

1.6 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penelitian yang ada, maka penulisan penelitian ini

dibagi menjadi beberapa bab, yaitu:

Bab I Pendahuluan

Bab ini menjelaskan latar belakang, rumusan masalah, batasan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika

penulisan.

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab ini menjelaskan landasan teori atau konsep yang mendasari

penyusunan penelitian ini.


6

Bab III Metode Penelitian Dan Gambaran Umum Perusahaan

Bab ini menjelaskan tentang lingkup objek penelitian, teknik

pengumpulan data, metode analisis data, dan gambaran umum

perusahaan.

Bab IV Pembahasan

Bab ini menguraikan jawaban atas pertanyaan pada rumusan masalah,

yaitu: apakah perhitungan, penyetoran, dan pelaporan Pajak

Penghasilan (PPh) Pasal 21 PT Lancang Kuning Perkasa telah sesuai

dengan perundang-undangan yang berlaku saat ini.

Bab V Penutup

Bab ini akan berisi kesimpulan dari hasil analisis yang dilakukan oleh

Penulis dan saran untuk pihak-pihak yang berkepentingan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pajak

2.1.1 Definisi Pajak

Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang

oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak

mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya

untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara

menyelenggarakan pemerintahan (Ilyas & Suhartono, 2007).

Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara

untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplus-nya digunakan untuk public

saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment

(Resmi, 2009).

Sedangkan menurut Pasal 1 UU No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan

Umum dan Tata Cara Perpajakan, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara

yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan

digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang

melekat pada pengertian pajak adalah :

1. Pajak dipungut oleh negara dan berdasarkan undang- undang.

2. Sifatnya dapat dipaksakan.

7
8

3. Tidak ada prestasi kembali (imbalan) secara langsung dari pemerintah kepada

setiap individu.

4. Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran rutin atau pengeluaran umum

yang berhubungan dengan tugas negara.

5. Jika masih terdapat surplus dari pemasukan pajak, maka digunakan untuk

public investment.

2.1.2 Fungsi Pajak

Terdapat dua fungsi pajak, yaitu fungsi budgetair (sumber keuangan

negara) dan fungsi regularend (pengatur), yaitu (Resmi, 2009):

a. Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara)

Pajak mempunyai fungsi budgetair artinya pajak merupakan salah satu sumber

penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun

pembangunan. Sebagai sumber keuangan negara, pemerintah berupaya

memasukkan uang sebanyak-banyaknya untuk kas negara. Upaya tersebut

ditempuh dengan cara ekstensifikasi maupun intensifikasi pemungutan pajak

melalui penyempurnaan peraturan barbagai jenis pajak seperti pajak

penghasilan, pajak pertambahan nilai, pajak penjualan atas barang mewah,

pajak bumi dan bangunan.

b. Fungsi Regularend (Pengatur)

Pajak mempunyai fungsi pengatur artinya pajak sebagai alat untuk mengatur

atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi,

serta mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan. Adapun

beberapa contoh penerapan pajak sebagai fungsi pengatur adalah:


9

1) Pajak yang tinggi dikenakan terhadap penjualan atas barang mewah,

semakin mewah suatu barang maka tarif pajaknya semakin tinggi sehingga

barang tersebut semakin mahal harganya. Pengenaan pajak ini dimaksud

agar masyarakat tidak berlomba-lomba untuk mengonsumsi barang-barang

mewah.

2) Tarif pajak progresif dikenakan atas penghasilan, dimaksudkan agar pihak

yang memperoleh penghasilan tinggi memberikan kontribusi yang tinggi.

3) Tarif pajak ekspor sebesar 0%, dimaksudkan agar pengusaha terdorong

untuk mengekspor hasil produksinya.

4) Pajak penghasilan dikenakan atas penyerahan barang hasil industri tertentu

seperti semen, rokok, baja, dan lain sebagainya, dimaksudkan agar

terdapat penekanan produksi terhadap industri tersebut.

5) Pembebasan pajak penghasilan atas sisa hasil usaha koperasi,

dimaksudkan untuk mendorong berkembangnya koperasi di Indonesia.

6) Pemberlakuan tax holiday, dimaksudkan untuk menarik investor asing

agar menanamkan modalnya di Indonesia.

2.1.3 Jenis Pajak

Terdapat berbagai jenis pajak, yang dapat dikelompokkan menjadi tiga,

yaitu pengelompokan menurut golongan, menurut sifat, dan menurut lembaga

pemungutnya (Resmi, 2009).

1) Menurut Golongan

Pajak menurut golongan dikelompokkan menjadi dua, yaitu:


10

a. Pajak Langsung

Pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan

tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain atau pihak

lain.

Contoh : Pajak Penghasilan (PPh).

b. Pajak Tidak Langsung

Pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada

orang lain atau pihak ketiga. Pajak tidak langsung terjadi jika terdapat

suatu kegiatan, peristiwa, atau perbuatan yang me nyebabkan terutangnya

pajak, misalnya terjadi penyerahan barang atau jasa.

Contoh : Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Untuk menentukan apakah sesuatu termasuk pajak langsung atau tidak

langsung dalam arti ekonomis, yaitu dengan cara melihat ketiga unsur yang

terdapat dalam kewajiban pemenuhan perpajakannya, ketiga unsur pajak

tersebut adalah Penanggungjawab Pajak, Penanggung Pajak, Pemikul Pajak.

Apabila ketiga unsur tersebut ditemukan pada seseorang maka pajaknya

disebut pajak langsung, sedangkan jika ketiga unsur tersebut terpisah atau

terdapat pada lebih dari satu orang maka pajaknya disebut pajak tidak

langsung.

2) Menurut Sifat

Menurut sifat, pajak dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

a. Pajak Subyektif
11

Pajak yang pengenaannya memperhatikan keadaan pribadi wajib pajak.

Keadaan pribadi wajib pajak tersebut selanjutnya digunakan untuk

menentukan besarnya penghasilan tidak kena pajak.

Contoh : dalam pengenaan PPh untuk orang pribadi memperhatikan status

perkawinan, banyaknya anak dan tanggungan lainnya.

b. Pajak Obyektif

Pajak yang pengenaannya memperhatikan obyeknya baik berupa benda,

keadaan, perbuatan, atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya

kewajiban membayar pajak, tanpa memperhatikan keadaan pribadi wajib

pajak maupun tempat tinggal.

Contoh : Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

3) Menurut Lembaga Pemungut

Pajak dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

a. Pajak Negara (Pajak Pusat)

Pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk

membiayai rumah tangga negara pada umumnya.

Contoh : PPh, PPN dan PPnBM, PBB, serta BPHTB.

b. Pajak Daerah

Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah baik daerah tingkat I (pajak

provinsi) maupun daerah tingkat II (pajak kabupaten/kota) dan digunakan

untuk membiayai rumah tangga daerah masing- masing.

Contoh : Pajak Parkir.


12

2.2 Ketentuan Umum Perpajakan

2.2.1 Tata Cara Pe mungutan Pajak

Tata cara pemungutan pajak terdiri atas stelsel pajak, asas pemungutan

pajak, dan sistem pemungutan pajak (Resmi, 2009).

1) Stelsel Pajak

a. Stelsel Nyata (Riil)

Stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan pajak didasarkan pada obyek

yang sesungguhnya terjadi (untuk PPh maka obyeknya adalah penghasilan).

Oleh karena itu, pemungutan pajaknya badan dapat dilakukan pada akhir

tahun pajak, yaitu setelah semua penghasilan yang sesungguhnya dalam

suatu tahun pajak diketahui.

b. Stelsel Anggapan (Fiktif)

Stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan pajak didasarkan pada suatu tahun

anggapan yang diatur oleh undang-undang. Sebagai contoh, penghasilan

suatu tahun dianggap sama dengan penghasilan tahun sebelumnya sehingga

pajak yang terutang pada suatu tahun juga dianggap sama dengan pajak

terutang tahun sebelumnya. Dengan stelsel ini berarti besarnya pajak yang

terutang pada tahun berjalan sudah dapat ditetapkan atau diketahui pada

awal tahun bersangkutan.

c. Stelsel Campuran

Stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan pajak didasarkan pada kombinasi

antara stelsel nyata dan stelsel anggapan. Pada awal tahun, besarnya

pajaknya dihitung berdasarkan suatu anggapan, kemudian pada akhir tahun

besarnya pajak dihitung berdasarkan keadaan yang sesungguhnya.


13

2) Asas Pemungutan Pajak

a. Asas Domisili (Asas Tempat Tinggal)

Asas ini menyatakan bahwa negara berhak mengenakan pajak atas seluruh

penghasilan wajib pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik

penghasilan yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Setiap wajib

pajak yang berdomisili atau bertempat tinggal di wilayah Indonesia

dikenakan pajak atas seluruh penghasilan yang diperolehnya baik dari

Indonesia maupun dari luar negeri.

b. Asas Sumber

Asas ini menyatakan bahwa negara berhak mengenakan pajak atas

penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat

tinggal wajib pajak. Setiap orang yang memperoleh penghasilan dari

Indonesia dikenakan pajak atas penghasilan yang diperolehnya tadi.

c. Asas Kebangsaan

Asas ini menyatakan bahwa pengenaan pajak dihubungkan dengan

kebangsaan suatu negara. Misalnya pajak bangsa asing di Indonesia

dikenakan atas setiap orang asing yang bukan berkebangsaan Indonesia

tetapi tinggal di Indonesia.

3) Sistem Pe mungutan Pajak

a. Official Assessment System

Sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan aparatur perpajakan

untuk menentukan sendiri jumlah pajak terutang setiap tahunnya sesuai


14

dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Dalam

sistem ini, inisiatif serta kegiatan menghitung dan memungut pajak

sepenuhnya berada di tangan para aparatur perpajakan.

b.Self Assessment System

Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang wajib pajak dalam

menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai

dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Dalam

sistem ini, inisiatif serta kegiatan menghitung dan memungut pajak

sepenuhnya berada di tangan wajib pajak.

c. With Holding System

Sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pihak ketiga yang

ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak

sesuai dengan peraturan perundang- undangan perpajakan yang berlaku.

Penunjukan pihak ketiga ini dilakukan sesuai peraturan perundang-

undangan perpajakan, keputusan presiden, dan peraturan lainnya untuk

memotong, memungut pajak, menyetor, dan mempertanggungjawabkan

melalui sarana perpajakan yang tersedia.

2.2.2 Kewajiban dan Hak Wajib Pajak

Kewajiban wajib pajak menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007

adalah sebagai berikut :

1. Mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah

kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib pajak dan
15

kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak, apabila telah memenuhi

persyaratan subjektif dan objektif.

2. Melaporkan usahanya pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah

kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Pengusaha dan tempat

kegiatan usaha dilakukan untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak.

3. Mengisi surat pemberitahuan dengan benar, lengkap, dan jelas, dalam bahasa

Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang

Rupiah, serta menandatangani dan menyampaikannya ke kantor Direktorat

Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain

yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.

4. Menyampaikan Surat Pemberitahuan dalam bahasa Indonesia dengan

menggunakan satuan mata uang selain rupiah yang diizinkan, yang

pelaksanaannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

5. Membayar atau menyetor pajak yang terutang dengan menggunakan Surat

Setoran Pajak ke kas negara melalui tempat pembayaran yang diatur dengan

atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

6. Membayar pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan perpajakan, dengan tidak menggantungkan pada adanya surat

ketetapan pajak.

7. Menyelenggarakan pembukuan bagi Wajib Pajak orang pribadi yang

melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak badan, dan

melakukan pencatatan bagi Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan

kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.


16

8. a. Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku catatan, dokumen yang

menjadi dasarnya, dan dokumen lain yang berhubungan dengan

penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak,

atau objek yang terutang pajak;

b. Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang yang

dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan;

dan/atau

c. Memberikan keterangan lain yang diperlukan apabila diperiksa.

Hak-hak wajib pajak menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007

adalah sebagai berikut :

1. Melaporkan beberapa Masa pajak dalam 1 (satu) Surat Pemberitahuan Masa.

2. Mengajukan surat keberatan dan banding bagi Wajib Pajak dengan kriteria

tertentu.

3. Memperpanjang jangka waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan

Pajak Penghasilan untuk paling lama 2 (dua) bulan dengan cara menyampaikan

pemberitahuan secara tertulis atau dengan cara lain kepada Direktur Jenderal

Pajak.

4. Membetulkan Surat Pemberitahuan yang telah disampaikan dengan

menyampaikan pernyataan tertulis, dengan syarat Direktur Jenderal Pajak

belum melakukan tindakan pemeriksaan.

5. Mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak.

6. Mengajukan keberatan kepada Direktur Jenderal Pajak atas suatu :

a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar;


17

b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan;

c. Surat Ketetapan Pajak Nihil;

d. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar;

e. Pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga berdasarkan

ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan.

7. Mengajukan pemohonan banding kepada badan peradilan pajak atas Surat

Keputusan Keberatan.

8. Menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus untuk menjalankan hak

dan memenuhi kewajiban sesuai.

2.2.3 Pembayaran dan Penyetoran Pajak

Pembayaran pajak dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut :

1. Membayar sendiri pajak yang terutang.

a. Pembayaran angsuran setiap bulan (PPh Pasal 25), yaitu pembayaran pajak

penghasilan secara angsuran. Hal ini dimaksudkan untuk meringankan

beban Wajib Pajak dalam melunasi pajak yang terutang dalam 1 (satu) tahun

pajak. Wajib Pajak diwajibkan untuk mengangsur pajak yang akan terutang

pada akhir tahun dengan membayar sendiri angsuran pajak setiap bulan.

b. Pembayaran PPh Pasal 29 setelah akhir tahun, yaitu pelunasan pajak

penghasilan yang dilakukan sendiri oleh Wajib Pajak pada akhir tahun pajak

apabila pajak terutang untuk suatu tahun pajak lebih besar dari total pajak

yang dibayar sendiri dan pajak yang dipotong atau dipungut pihak lain

sebagai kredit pajak.


18

2. Melalui pemotongan dan pemungutan oleh pihak lain (PPh Pasal 4 (2), PPh

pasal 15, PPh Pasal 21, 22, dan 23, serta PPh Pasal 26). Pihak lain yang

dimaksud adalah pemberi penghasilan, pemberi kerja, dan pihak lain yang

ditunjuk atau ditetapkan oleh pemerintah.

3. Melalui pembayaran pajak di luar negeri (PPh Pasal 24).

4. Pemungutan PPN oleh pihak penjual atau oleh pihak yang ditunjuk pemerintah

(misalnya bendaharawan pemerintah).

5. Pembayaran pajak-pajak lainnya.

a. Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), yaitu pelunasan

berdasarkan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT).

b. Pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), yaitu

pelunasan pajak atas perolehan hak atas tanah dan bangunan.

c. Pembayaran Bea Materai, yaitu pelunasan pajak atas dokumen yang dapat

dilakukan dengan cara menggunakan benda materai berupa materai tempel

atau kertas bermaterai atau dengan cara lain seperti menggunakan mesin

teraan.

Penyetoran adalah pembayaran yang wajib dilakukan oleh pihak ketiga,

bukan yang wajib membayar pajak. Misalnya penyetoran pajak penghasilan

karyawan yang dipungut oleh pemilik. Dalam hal ini karyawan adalah pembayar

pajak sedangkan pemilik berkewajiban menyetorkan pajak yang dipungut ke kas

negara.

Pelaksanaan pembayaran pajak dapat dilakukan di Kantor Penerima

Pembayaran dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) yang dapat diambil
19

di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau KP4 terdekat, atau dengan cara lain melalui

pembayaran pajak secara elektronik (e-payment). Surat Setoran Pajak (SPP)

adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melakukan pembayaran atau

penyetoran pajak yang terutang ke kas negara melalui Kantor Penerima

Pembayaran.

Kantor Penerima Pembayaran adalah Kantor Pos dan atau bank Badan

Usaha Milik Negara atau bank Badan Usaha Milik Daerah atau tempat

pembayaran lain yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan sebagai penerima

pembayaran atau setoran pajak.

Menurut UU No. 28 Tahun 2007 pasal 9 ayat (2a), keterlambatan

pembayaran atau penyetoran akan dikenakan sanksi administrasi berupa bunga

sebesar 2% per bulan yang dihitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran sampai

dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.

2.2.4 Pemotongan/Pemungutan

Selain pembayaran bulanan yang dilakukan sendiri, ada pembayaran

bulanan yang dilakukan dengan mekanisme pemotongan/pemungutan yang

dilakukan oleh pihak ketiga. Adapun jenis Pajak Penghasilan yang

pembayarannya melalui pemotongan/pemungutan adalah PPh Pasal 21, PPh Pasal

22, PPh Pasal 23, PPh Pasal 26, dan PPN dan PPnBm.

Seperti halnya PPh Pasal 25, pemotongan/pemungutan tersebut merupakan

angsuran pajak. Untuk PPh dikreditkan pada akhir tahun, sedangkan PPN

dikreditkan pada masa berlakunya pemungutan dengan mekanisme Pajak

Keluaran (PK) dan Pajak Masukan (PM).


20

2.2.5 Pelaporan Pajak

Surat Pemberitahuan (SPT) merupakan sarana bagi Wajib Pajak untuk

melaporkan hal- hal yang berkaitan dengan kewajiban perpajakan. SPT harus diisi

dengan benar, lengkap, dan jelas dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan

huruf latin dan angka arab, satuan mata uang rupiah dan menandatangani serta

menyampaikannya ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau tempat lain yang

ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.

Fungsi SPT bagi Wajib Pajak Pajak Penghasilan adalah sebagai sarana

untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak

yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang :

1. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan/atau

melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam 1 (satu) Tahun Pajak

atau Bagian Tahun Pajak;

2. Penghasilan yang merupakan Objek Pajak dan/atau bukan Objek Pajak;

3. Harta dan kewajiban; dan/atau

4. Pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan atau

pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain dalam 1 (satu) Masa Pajak

sesuai dengan ketentuan peruaturan perundang- undangan perpajakan yang

berlaku.

Bagi Pengusaha Kena Pajak, fungsi Surat Pemberitahuan adalah sebagai

sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah

Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang

sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang :


21

1. Pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran; dan

2. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh

Pengusaha Kena Pajak atau melalui pihak lain dalam satu Masa Pajak, sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan.

Bagi pemotong atau pemungut pajak, fungsi Surat Pemberitahuan adalah

sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang

dipotong atau dipungut dan disetorkannya.

Surat Pemberitahuan (SPT) dapat dibedakan sebagai berikut :

a. SPT Masa, yaitu SPT yang digunakan untuk melakukan pelaporan atas

pembayaran pajak bulanan. SPT Masa, yaitu SPT yang digunakan untuk

melakukan pelaporan atas pembayaran pajak bulanan. SPT Masa terdiri dari

SPT Masa PPh pasal 21, pasal 22, pasal 23, pasal 26, pasal 4 ayat (2), pasal

15, PPN dan PPnBM.

b. SPT Tahunan, yaitu SPT yang digunakan untuk pelaporan tahunan. SPT

Tahunan terdiri dari SPT Tahunan wajib pajak badan, wajib pajak orang

pribadi, wajib pajak orang pribadi yang mempunyai penghasilan satu atau

lebih pemberi kerja yang dikenakan PPh final, wajib pajak orang pribadi yang

mempunyai penghasilan bruto tidak lebih dari Rp30.000.000,- setahun dan

bukti potong PPh pasal 21 pegawai tetap/pensiun.

Pelaporan pajak disampaikan ke KPP dimana wajib pajak terdaftar.

Menurut UU No. 28 Tahun 2007 pasal 7 ayat (1), keterlambatan pelaporan untuk

SPT masa dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar :

- Rp50.000,- untuk SPT Masa PPN


22

- Rp100.000,- untuk SPT Masa Lainnya

- Rp1.000.000,- untuk SPT Tahunan Badan

- Rp100.000,- untuk SPT Tahunan Orang Pribadi

Tabel 2.1 Batas Pembayaran dan Pelaporan SPT Masa

No Jenis SPT Batas Pembayaran Batas Pelaporan


1 PPh Pasal 21/26 Tgl. 10 bulan berikutnya Tgl. 20 bulan berikut
2 PPh Pasal 23/26 Tgl. 10 bulan berikutnya Tgl. 20 bulan berikut
3 PPh Pasal 25 Tgl. 15 bulan berikutnya Tgl. 20 bulan berikut
4 PPh Pasal 22, PPN & PPn 1 hari setelah dipungut 7 hari setelah
BM oleh Bea Cukai pembayaran
5 PPh Pasal 22 - Bendaharawan Pada hari yang sama saat Tgl. 14 bulan berikut
Pemerintah penyerahan barang
6 PPh Pasal 22 - Pertamina Sebelum Delivery Order dibayar
7 PPh Pasal 22 - Pemungut Tgl. 10 bulan berikutnya Tgl. 20 bulan berikut
tertentu
8 PPh Pasal 4 ayat (2) Tgl. 10 bulan berikutnya Tgl. 20 bulan berikut
9 PPN dan PPn BM - PKP Tgl. 15 bulan berikutnya Tgl. 20 bulan berikut
10 PPN dan PPn BM - Tgl. 17 bulan berikutnya Tgl. 14 bulan berikut
Bendaharawan
11 PPN & PPn BM - Pemungut Tgl. 15 bulan berikutnya Tgl. 20 bulan berikut
Non Bendaharawan

Tabel 2.2 Batas Pembayaran dan Pelaporan SPT Tahunan


No Jenis SPT Batas Pembayaran Batas Pelaporan
1 PPh - Badan, OP, PPh Pasal Tgl. 25 bulan ketiga akhir bulan ketiga
21 setelah berakhirnya tahun setelah berakhirnya
atau bagian tahun pajak tahun atau bagian
tahun pajak
2 PBB 6 (enam) bulan sejak -
tanggal diterimanya
SPPT
3 BPHTB Dilunasi pada saat -
terjadinya perolehan hak
atas tanah dan bangunan
23

2.3 Pajak Penghasilan

Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan terhadap Subjek

Pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam satu tahun pajak

(Resmi, 2009).

2.3.1 Subjek Pajak Penghasilan

Yang disebut subjek pajak dalam hal ini adalah segala sesuatu yang

mempunyai potensi untuk memperoleh penghasilan dan menjadi sasaran untuk

dikenakan pajak penghasilan. Pasal 2 ayat 1 UU No. 36 Tahun 2008 memerinci

subjek pajak sebagai berikut (Tjahjono & Husein, 2005) :

a. Subjek pajak orang pribadi

Subjek pajak pribadi meliputi wajib pajak yang bertempat tinggal di dalam

negeri maupun yang bertempat tinggal di luar negeri yang memperoleh

penghasilan dari Indonesia.

b. Subjek pajak warisan belum dibagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang

berhak

Warisan yang belum dibagi tersebut kedudukanya sebagai subjek pengganti,

menggantikan mereka yang berhak yaitu ahli waris. Penunjukan warisan yang

belum terbagi sebagai Subjek Pajak Pengganti dimaksudkan agar pengenaan

pajak atas penghasilan yang berasal dari warisan tersebut tetap dapat

dilaksanakan.

c. Subjek pajak badan

Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan

baik yang melakukan usaha maupun tidak melakukan usaha yang meliputi:
24

perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha

Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma,

kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan organisasi

massa, organisasi sosial politik, atau organisasi sejenis, lembaga, bentuk usaha

tetap, dan bentuk badan usaha lainnya termasuk reksadana.

d. Bentuk usaha tetap (BUT)

Bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi

yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih

dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau badan yang tidak didirikan

dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, utnuk menjalankan usaha atau

melakukan kegiatan di Indonesia.

2.3.2 Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh Pasal 21)

Pajak Penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang

dilakukan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi Subjek Pajak Dalam Negeri, yang

selanjutnya disebut PPh Pasal 21, merupakan pajak atas penghasilan gaji, upah,

honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apa

pun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan

oleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri.

Pembayaran PPh Pasal 21 dilakukan dalam tahun berjalan melalui

pemotongan oleh pihak-pihak tertentu. Pihak yang wajib melakukan pemotongan,

penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal 21 adalah pemberi kerja, bendaharawan

pemerintah, dana pensiun, badan, perusahaan, dan penyelenggara kegiatan.


25

Jumlah pajak yang telah dipotong dan disetorkan dengan benar ole h

pemberi kerja dan pemotong lainnya dapat digunakan oleh Wajib Pajak untuk

dijadikan kredit pajak atas PPh yang terutang pada akhir tahun.

2.4 Perhitungan PPh Pasal 21

Formula yang digunakan secara umum untuk menghitung PPh Pasal 21

adalah :

PPh Pasal 21 =Tarif x Dasar Pengenaan Pajak

2.4.1 Tarif PPh Pasal 21

Menurut UU No. 36 Tahun 2008 pasal 17, tarif yang digunakan sebagai

dasar untuk menghitung PPh Pasal 21 adalah sebagai berikut :

Tabel 2.3 Tarif Pajak Penghasilan Orang Pribadi


Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
Sampai dengan Rp50.000.000,- 5%
> Rp50.000.000,- s.d. Rp250.000.000,- 15%
> 250.000.000,- s.d. 500.000.000,- 25%
> 500.000.000,- 30%

Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 yang diterapkan terhadap Wajib Pajak

yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) menjadi lebih tinggi

20% daripada tarif yang ditetapkan terhadap Wajib Pajak yang dapat

menunjukkan NPWP. Kepemilikan NPWP dapat dibuktikan oleh Wajib Pajak,

antara lain, dengan menunjukkan kartu NPWP.


26

2.4.2 Dasar Pengenaan dan Pe motongan PPh Pasal 21

Dasar pengenaan dan pemotongan PPh Pasal 21 ditentukan sebagai

berikut:

1. Penghasilan kena pajak, yang berlaku bagi :

a. Pegawai tetap

b. Penerima pensiun berkala

c. Pegawai tidak tetap yang penghasilannya dibayar secara bulanan atau

jumlah kumulatif penghasilan yang diterima dalam satu bulan kalender

telah melebihi Rp. 1.320.000,00.

d. Bukan pegawai selain tenaga ahli, yang menerima imbalan yang bersifat

berkesinambungan.

2. Jumlah penghasilan yang melebihi Rp. 150.000,00 sehari, yang berlaku bagi

pegawai tidak tetap yang menerima upah harian, upah mingguan, upah satuan

atau upah borongan, sepanjang penghasilan kumulatif yang diterima dalam satu

bulan kalender belum melebihi Rp. 1.320.000,00.

3. 50% dari jumlah penghasilan bruto, yang berlaku bagi tenaga ahli yang

melakukan pekerjaan bebas.

4. Jumlah penghasilan bruto, yang berlaku bagi penerima penghasilan selain

penghasilan No. 1, 2, dan 3.

Dasar pengenaan dan pemotongan PPh Pasal 21 adalah jumlah

penghasilan bruto. Jumlah penghasilan bruto adalah seluruh penghasilan yang

diterima atau diperoleh dalam suatu periode atau pada saat dibayarkan.

Penghasilan kena pajak bagi masing–masing penerima penghasilan

dibedakan sebagai berikut :


27

1. Bagi pegawai tetap dan penerima pensiun berkala, sebesar penghasilan neto

dikurangi PTKP. Besarnya penghasilan neto bagi pegawai tetap yang dipotong

PPh Pasal 21 adalah jumlah penghasilan bruto dikurangi dengan :

a. Biaya jabatan, sebesar 5% dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya Rp.

500.000,00 sebulan atau Rp. 6.000.000,00 setahun.

b. Iuran yang terkait dengan gaji yang dibayar oleh pega wai kepada dana

pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan atau

badan penyelenggara tunjangan hari tua atau jamina n hari tua yang

dipersamakan dengan dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh

Menteri Keuangan.

2. Bagi pegawai tidak tetap, sebesar penghasilan bruto dikurangi PTKP.

3. Bagi bukan pegawai, sebesar penghasilan bruto dikurangi PTKP yang dihitung

secara bulanan. Dalam hal bukan pegawai selain tenaga ahli memberikan jasa

kepada pemotong PPh Pasal 21 :

a. Mempekerjakan orang lain sebagai pegawainya, maka jumlah penghasilan

bruto adalah sebesar jumlah pembayaran setelah dikurangi dengan bagian

gaji/upah dari pegawai yang dipekerjakan tersebut, kecuali apabila dalam

kontrak/perjanjian tidap dapat dipisahkan bagi gaji/upah dari pegawai yang

dipekerjakan tersebut, maka besarnya penghasilan bruto tersebut adalah

sebesar jumlah yang dibayarkan.

b. Melakukan penyerahan material/barang, maka besarnya jumlah

penghasilan bruo adalah hanya atas pemberian jasanya saja, kecuali apabila

dalam kontrak/perjanjian tidak dapat dipisahkan antara pemberian jasa


28

dengan material/barang, maka besarnya penghasilan bruto tersebut

termausk pemberian jasa dan material/barang.

4. Atas penghasilan dari pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas yang tidak

dibayar secara bulanan atau jumlah kumulatifnya dalam satu bulan kalender

belum melebihi Rp1.320.000,00, berlaku ketentuan sebagai berikut :

a. Tidak dilakukan pemotongan PPh Pasal 21, dalam hal penghasilan sehari

atau rata-rata belum melebihi Rp150.000,00.

b. Dilakukan pemotongan PPh Pasal 21, dalam hal penghasilan sehari atau

rata-rata penghasilan sehari belum melebihi Rp150.000,00 dan jumlah

sebesar Rp150.000,00 tersebut merupakan jumlah yang dapat dikurangkan

dari penghasilan bruto.

Dalam hal pegawai tidak tetap telah memperoleh penghasilan kumulatif

dalam 1 (satu) bulan kalender melebihi Rp1.320.000,00 maka jumlah yang

dapat dikurangkan dari penghasilan bruto adalah sebesar PTKP yang

sebenarnya:

a. PTKP yang sebenarnya adalah sebesar PTKP untuk jumlah hari kerja yang

sebenarnya.

b. PTKP sehari sebagai dasar untuk menetapkan PTKP yang sebenarnya

adalah sebesar PTKP per tahun dibagi 360 hari.

2.4.3 Penghasilan Tidak Kena Pajak

Besarnya PTKP PPh pasal 21 sesuai dengan Pasal 17 Undang–Undang

Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang–Undang

Nomor 36 Tahun 2008 adalah sebagai berikut :


29

1. Rp15.840.000,00 per tahun atau Rp1.320.000,00 per bulan untuk diri wajib

pajak orang pribadi.

2. Rp1.320.000,00 per tahun atau Rp110.000,00 per bulan tambahan untuk wajib

pajak yang kawin.

3. Rp1.320.000,00 per tahun atau Rp110.000,00 per bulan tambahan untuk setiap

anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus

serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3

orang untuk setiap keluarga.

2.4.4 Tata Cara Penghitungan PPh Pasal 21

Perhitungan PPh Pasal 21 secara umum dapat dirumuskan sebagai berikut :

Tabel 2.3 Perhitungan PPh Pasal 21

Penghasilan Bruto :
1 Gaji sebulan xxx
2 Tunjangan PPh xxx
3 Tunjangan dan honorarium lainnya xxx
4 Premi asuransi yang dibayar pemberi kerja xxx
5 Penerimaan dalam bentuk natura yang dikenakan xxx
pemotongan PPh Pasal 21
6 Jumlah penghasilan bruto (jumlah 1 s/d 5) xxx
Pengurangan :
7 Biaya jabatan (5% x penghasilan bruto, maksimal xxx
Rp500.000 sebulan)
8 Iuran pensiun atau iuran THT/JHT xxx
9 Jumlah pengurangan (jumlah 7 + 8) (xxx)
Penghitungan PPh Pasal 21 :
10 Penghasilan neto sebulan (6 – 9) xxx
11 Penghasilan neto setahun/disetahunkan (10 x 12 bulan) xxx
12 Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) xxx
13 Penghasilan Kena Pajak setahun (11 – 12) xxx
14 PPh Pasal 21 yang terutang (13 x tarif pasal 17 ayat 1 xxx
huruf (a)
15 PPh Pasal 21 yang dipotong sebulan (14 ÷ 12 bulan) xxx
Sumber : Resmi, 2009
30
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN DAN GAMBARAN UMUM


PERUSAHAAN

3.1 Metodologi Penelitian

Metode penelitian membahas tentang proses yang dilakukan selama

penelitian. Dimulai dalam objek yang diangkat dalam pene litian, tata cara

pengumpulan data dan metode analisis data yang digunakan dalam melaksanakan

penelitian.

3.1.1 Objek Penelitian

Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berkaitan dengan

perhitungan, penyetoran, dan pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 pada

PT Lancang Kuning Perkasa, berdasarkan: data gaji pegawai dan data gaji bukan

pegawai PT Lancang Kuning Perkasa.

3.1.2 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan penulis, antara lain:

a. Observasi

Observasi adalah teknik yang menuntut adanya penelitian dari peneliti baik

secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek penelitian (Umar,

2009). Observasi dilakukan pada saat Penulis melakukan pengamatan

langsung atas seluruh kejadian yang berlangsung dalam penghitungan,

pembayaran dan penyetoran Pajak Penghasilan (PPh) Pasa l 21. Tujuannya


30
31

untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih akurat dan tepat da lam

memahami cara perhitungan, penyetoran dan penyetoran PPh pasal 21.

b. Wawancara

Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data yang pelaksanaannya

dapat dilakukan secara langsung berhadapan dengan yang diwawancarai,

tetapi dapat juga secara tidak langsung seperti memberikan daftar pertanyaan

untuk dijawab pada kesempatan lain (Umar, 2009). Karena terbatasnya

karyawan yang ada di PT Lancang Kuning Perkasa, maka penulis hanya

melakukan wawancara terhadap direktur PT LKP. Dari hasil wawancara

tersebut, penulis memperoleh data dan cara melakukan penghitungan,

pembayaran, dan penyetoran PPh Pasal 21 .

c. Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan

menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis,

gambar maupun elektronik. Dokumen yang telah diperoleh kemudian

dianalisis (diurai), dibandingkan dan dipadukan (sintesis) membentuk satu

hasil kajian yang sistematis dan memperkuat landasan teori untuk

dilakukannya pengujian atau pembahasan terhadap objek penelitian (Sevilla,

1993). Data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah data gaji

pegawai dan data gaji bukan pegawai PT Lancang Kuning Perkasa bulan Jul –

September 2010.

3.1.3 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang penulis gunakan adalah analisis deskriptif.

Metode analisis deskriptif adalah metode yang bertujuan untuk menggambarkan


32

sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat penelitian dilakukan dan

memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu (Umar, 2009).

Dalam penelitian ini penulis menggambarkan seluruh kegiatan

penghitungan, penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal 21 atas gaji pegawai dan

bukan pegawai di PT Lancang Kuning Perkasa.

3.2 Gambaran Umum Perusahaan

3.2.1 Sejarah Perusahaan

PT Lancang Kuning Perkasa merupakan perusahaan yang bergerak dalam

bidang jasa yang beralamat di Kampus Politeknik Batam, Jl. Parkway Batam

Center, Batam. Secara legal maupun secara manajemen, PT Lancang Kuning

Perkasa terpisah dari Politeknik. Namun, PT Lancang Kuning Perkasa dimiliki

oleh Politeknik Batam (95%) dan karyawan (5%) dengan mekanisme pengakuan

goodwill. Artinya, karyawan Politeknik dicatat sebagai pemilik PT Lancang

Kuning Perkasa tanpa menyetor modal.

Perusahaan ini berdiri pada tanggal 14 Maret 2005 dengan Akta Pendirian

Nomor : 06, tanggal 14 Maret 2005 yang dibuat oleh Notaris Nani Fitriyah, S.H.

Kemudian pada tanggal 08 Juni 2010 PT Lancang Kuning Perkasa melakukan

perubahan akta menjadi Nomor : 07, tanggal 08 Juni 2010 oleh Notaris Nani

Fitriyah, S.H.

PT Lancang Kuning Perkasa didirikan sebagai salah satu penunjang dana

keuangan Politeknik Batam. Tujuannya adalah untuk mengantisipasi apabila

suatu saat nanti Otorita Batam menghentikan bantuan dana operasional untuk
33

Politeknik Batam, maka Politeknik Batam masih memiliki sumber dana untuk

menjalankan kegiatan operasionalnya.

3.2.2 Visi dan Misi

Adapun visi dan misi PT Lancang Kuning Perkasa adalah sebagai berikut :

a. Visi

Menjadi perusahaan yang mendukung pendanaan Politeknik Batam.

b. Misi

Mengelola seluruh potensi sumber daya Politeknik Batam menjadi sumber

ekonomi.

3.2.3 Kebijakan Mutu dan Sasaran Mutu

a. Kebijakan Mutu

- Respon komplain 2 x 24 jam

- Melaksanakan minimal 2 bidang usaha dalam 2 tahun pertama operasi

- Audit atas laporan keuangan setelah 1 tahun operasi

b. Sasaran Mutu

- Memberikan jasa melebihi ekspektasi konsumen

- Mencapai target kualitas pelayanan 99%

- Kepuasaan konsumen yang absolute

- Setia menjaga amanah

3.2.4 Jasa Usaha Perusahaan

Adapun jasa yang ditawarkan oleh PT Lancang Kuning Perkasa adalah :


34

- Jasa kegiatan database, yaitu semua kegiatan jasa yang berhubungan

dengan Teknologi Informasi untuk kategori software.

- Perdagangan eceran pakaian jadi, yaitu menyediakan jasa untuk pengadaan

pakaian seragam.

- Jasa perusahaan yang tidak dapat diklasifikasikan di tempat lain, yaitu jasa

perusahaan dalam bentuk proyek-proyek (sesuai akta notaris).

- Jasa Cleaning Service, yaitu menyediakan jasa untuk menjaga kebersihan.

- Jasa Security Service, yaitu menyediakan jasa untuk menjaga keamanan.

- Jasa Lab Uji dan Kalibrasi, yaitu menyediakan jasa untuk uji RoHS.

3.2.5 Struktur Organisasi

KOMISARIS

DIREKTUR

KEUANGAN
DAN
ADMINISTRASI

DIVISI
DIVISI DIVISI DIVISI
CLEANING
PROJECT SECURITY LAB UJI
SERVICE

Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Lancang Kuning Perkasa


35

3.2.6 Job Deskripsi

Job Deskripsi menggambarkan tugas-tugas dan tanggung jawab yang harus

dilaksanakan oleh masing- masing fungsi. Berikut ini adalah job deskripsi pada All

Tax & Customs Consultants:

a) Komisaris

Adapun tugas dan wewenang dari Komisaris adalah sebagai berikut:

- Komisaris melakukan pengawasan atas kebijaksanaan Direksi dalam

menjalankan perseroan serta memberikan nasehat kepada Direksi.

- Komisaris setiap waktu berhak memberhentikan untuk sementara seorang

atau lebih anggota Direksi apabila anggota Direksi tersebut bertindak

bertentangan dengan peraturan yang berlaku

- Komisaris berhak memperoleh penjelasan Direktur tentang segala hal yang

diperlukan oleh Komisaris.

b) Direktur

Adapun tugas dan wewenang dari Direktur adalah sebagai berikut:

- Direktur berhak mewakili Perseroan di dalam dan di luar pengadilan

tentang segala hal dalam segala kejadian, mengikat Perseroan dengan

pihak lain dan pihak lain dengan Perseroan, serta menjalankan segala

tindakan, baik yang mengenai kepengurusan maupun kepemilikan.

- Bertanggung jawab langsung membawahi para manajer di bagian

operasional serta memastikan setiap bagian berjalan sesuai dengan yang

diharapkan.
36

c) Staf Keuangan dan Administrasi

Adapun tugas dan tanggung jawab dari staf keuangan dan administrasi adalah

sebagai berikut:

- Staf Keuangan bertanggung jawab atas tugas dan kewajibannya dalam

mempersiapkan laporan keuangan sesuai periode waktu yang telah

ditentukan perusahaan atau manajemen.

- Staf Keuangan wajib melaporkan segala hal yang berkaitan dengan laporan

keuangan pada manajer operasional dan segala hal tersebut akan dibahas

pada rapat bulanan.

- Staf Administrasi harus bekerja sama dengan Bagian Keuangan atas

administrasi keuangan perusahaan.

- Staf Administrasi wajib menyiapkan segala hal yang berkaitan dengan

administrasi perusahaan.

d) Divisi Project

Adapun tugas dan tanggung jawab dari Divisi Project adalah sebagai berikut:

- Bertanggung jawab untuk proyek-proyek utama perusahaan.

- Membuat perkiraan anggaran untuk setiap proyek dan memastikan biaya

yang dikeluarkan tidak melebihi anggaran atau alokasi biaya yang sudah

ditentukan.

e) Divisi Cleaning Service, Security dan Lab Uji

1. Bertanggung jawab untuk mengelola beberapa fungsi- fungsi sumber daya

manusia.

2. Bertanggung jawab untuk menjaga kebersihan dan keamanan.


37

3. Melakukan komunikasi atau hubungan dengan bagian sumber daya

manusia.

4. Melakukan hal- hal yang berhubungan dengan kompensasi kerja.

5. Melakukan pelatihan karyawan (training and development).

6. Menangani hal- hal yang berhubungan dengan kesejahteraan karyawan.


BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Perhitungan PPh Pasal 21

Mekanisme yang digunakan untuk menghitung PPh Pasal 21 adalah Tarif

x Dasar Pengenaan Pajak. Di bawah ini adalah skema Dasar Pengenaan Pajak

(Prastowo, 2010).

Tetap Ph Neto - PTKP

Pegawai Bulanan Ph Bruto - PTKP

Tidak Tetap Ph Bruto - 150

Ph Bruto
Bulanan (9 > 1,32 jt - 6 jt) - PTKP
Harian

Ph Bruto (>6 jt) - PTKP

Sekaligus Masih berlaku PP 149 Th 2000

Pensiun

Berkala Ph Neto - PTKP

38
Tenaga ahli 50% x Ph Bruto (kumulatif)

Lainnya yang menerima


Ph Bruto (kumulatif) - PTKP
penghasilan
Bulanan
berkesinambungan

Bukan Pegawai
Komisaris, Mantan
Pegawai, Penarikan Ph Bruto (kumulatif)
DAPEN O/Pegawai

Lainnya yang menerima


penghasilan tidak
berkesinambungan

Peserta Kegiatan Ph Bruto

Gambar 4.1 Skema Dasar Pengenaan Pajak

4.1.1 Perhitungan PPh Pasal 21 PT Lancang Kuning Perkasa

Pegawai PT Lancang Kuning Perkasa terdiri dari pegawai tetap, pegawai

tidak tetap yang menerima penghasilan berkesinambungan, dan tenaga ahli. Gaji

yang diterima oleh setiap pegawai berbeda-beda, karena setiap pegawai memiliki

gaji pokok, tunjangan, lembur dan potongan yang berbeda-beda yang ditentukan

berdasarkan kebijakan perusahaan.

PT Lancang Kuning Perkasa menghitung gaji pegawainya berdasarkan

hari kerja masing- masing pegawai. Jika jumlah hari kerja tidak sesuai dengan

yang seharusnya, maka pegawai tersebut akan memperoleh denda yang akan

39
menjadi pengurang dalam menghitung PPh Pasal 21. Format yang digunakan oleh

PT Lancang Kuning Perkasa untuk menghitung PPh Pasal 21 adalah sebagai

berikut :

Tabel 4.1 Contoh Format Perhitungan PPh Pasal 21 PT Lancang


Kuning Pe rkasa

Penghasilan Bruto :
1 Gaji sebulan xxx
2 Tunjangan xxx
3 Lembur xxx
4 JKK (Jaminan Kecelakaan Kerja) xxx
5 JK (Jaminan Kematian) xxx
6 JPK (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan) xxx
7 Penalty absent (xxx)
8 Penalty late (xxx)
9 Jumlah penghasilan bruto (jumlah 1 s/d 6 – 7 s/d 8) xxx
Pengurangan :
10 Biaya jabatan (5% x penghasilan bruto, maksimal xxx
Rp500.000 sebulan)
11 Iuran JHT (Jaminan Hari Tua) xxx
12 Jumlah pengurangan (jumlah 10+11) (xxx)
Penghitungan PPh Pasal 21 :
13 Penghasilan neto sebulan (9 – 12) xxx
14 Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) xxx
15 Penghasilan Kena Pajak sebulan (13 – 14) xxx
16 PPh Pasal 21 yang dipotong sebulan xxx
Sumber : PT Lancang Kuning Perkasa

Penghasilan bruto diperoleh dari penjumlahan gaji pokok karyawan,

tunjangan, lembur, dan iuran Jamsostek, kemudian dikurangkan dengan penalty

absent dan penalty late. Jumlah lembur dihitung berdasarkan jam lembur

karyawan kemudian dikalikan dengan tarif lembur per jam. Perusahaan juga

memberikan iuran Jamsostek yang terdiri dari 3 (tiga) jenis, yaitu Jaminan

Kecelakaan Kerja (JKK) yang jumlahnya 0,24% dari gaji pokok, Jaminan

Kematian (JK) yang jumlahnya 0,3% dari gaji pokok, dan Jaminan Pemeliharaan
40
Kesehatan (JPK) yang jumlahnya 3% dari Rp1.000.000 untuk karyawan dengan

status belum menikah atau 6% dari Rp1.000.000 untuk karyawan dengan status

menikah. Pengurang berupa penalty absent dan penalty late adalah denda yang

diberikan kepada karyawan yang dihitung dari jumlah hari tidak masuk kerja

tanpa ada surat keterangan dari dokter dan jumlah jam terlambat dalam satu bulan.

Besarnya penalty absent adalah Rp55.000 per hari sedangkan penalty late

Rp2.000 per jam.

Jumlah pengurang diperoleh dari biaya jabatan sebesar 5% dari

penghasilan bruto dan iuran Jaminan Hari Tua (JHT) sebesar 2% dari gaji pokok.

Perhitungan PPh Pasal 21 di PT Lancang Kuning Perkasa dideskripsikan

melalui kaus-kasus sebagai berikut :

a. C adalah staff cleaning service yang memiliki NPWP dengan status menikah

dan memiliki seorang anak. Karena sering terlambat, selama bulan Juli jumlah

jam terlambat C adalah 4 jam. Besarnya penalty late yang diberikan kepada C

adalah Rp2.000 per jam. Perhitungan PPh Pasal 21 untuk C adalah sebagai

berikut :

C (Staff Cleaning Service), status K/1 (memiliki NPWP)

Gaji sebulan Rp 1.110.000


Lembur Rp 566.700
JKK (Rp1.110.000 x 0,24%) Rp 2.664
JK (Rp1.110.000 x 0,3%) Rp 3.330
JPK (Rp.1.000.000 x 6%) Rp 60.000
Penalty Late (Rp 8.000) +
Penghasilan bruto Rp 1.734.694
Biaya jabatan Rp 86.735

41
Iuran JHT (Rp1.110.000 x 2%) Rp 22.200 -
Penghasilan netto Rp 1.625.759
PTKP Rp 1.540.000 -
PKP Rp 85.759
PPh Pasal 21 (5%) Rp 4.288

b. HH adalah staff Security Service yang tidak memiliki NPWP. Status HH adalah

menikah dan memiliki seorang anak. Perhitungan PPh Pasal 21 untuk HH

adalah:

HH (Staf Security Service), status K/1 ( tidak memiliki NPWP)

Gaji sebulan Rp 1.300.000


Tunjangan RP 75.000
Lembur Rp 796.484
JKK Rp 3.120
JK Rp 3.900
JPK Rp 60.000 +
Penghasilan bruto Rp 2.238.504
Biaya jabatan Rp 111.925
Iuran JHT Rp 26.000 -
Penghasilan netto Rp 2.100.579
PTKP Rp 1.540.000 -
PKP Rp 560.579
PPh Pasal 21 (5%) Rp 28.029

c. NN adalah karyawan tidak tetap namun menerima penghasilan

berkesinambungan setiap bulan. NN memiliki NPWP dengan status menikah

dan telah memiliki 3 (tiga) orang anak. Perhitungan PPh Pasal 21 untuk NN

adalah :

42
NN (Karyawan tidak tetap yang menerima penghasilan

berkesinambungan), status K/3 (memiliki NPWP)

Gaji sebulan Rp 300.000


Penghasilan bruto Rp 300.000
Biaya jabatan Rp 15.000 -
Penghasilan netto Rp 285.000
PTKP Rp 1.760.000 -
PKP (Rp 1.475.000)
PPh Pasal 21 (5%) Rp -

d. OO adalah konsultan untuk security service di PT Lancang Kuning perkasa.

OO telah menikah dan memiliki 1 orang anak. OO juga telah memiliki NPWP.

Perhitungan PPh Pasal 21 untuk OO adalah :

OO (Staf Tenaga Ahli), status K/1 (memiliki NPWP)

Gaji sebulan Rp 2.000.000


Penghasilan bruto (PKP) Rp 2.000.000
PPh Pasal 21 (50% x PKP x 5%) Rp 50.000

e. B adalah seorang komisaris yang tidak merangkap sebagai pegawai tetap.

Posisi B adalah sebagai dewan pengawas atau wakil pemegang saham. B telah

menikah dan memiliki 1 (satu) orang anak serta telah memiliki NPWP.

Perhitungan PPh Pasal 21 PP adalah :

B (Komisaris), status K/1 (memiliki NPWP)

Honorarium Rp 750.000
Penghasilan bruto Rp 750.000
Biaya jabatan Rp 37.500 -
Penghasilan netto Rp 712.500

43
PTKP Rp 1.540.000 -
PKP (Rp 827.500)
PPh Pasal 21 (5%) Rp -

Rekapitulasi perhitungan PPh Pasal 21 untuk seluruh pegawai pada PT

Lancang Kuning Perkasa adalah sebagai berikut :

44
Tabel 4.2 Rekapitulasi Perhitungan PPh Pasal 21 Pegawai Menurut PT Lancang Kuning Perkasa

PT Lancang Kuning Perkasa


NPWP : 02.459.680.1-215.000
Daftar Gaji Pegawai Bulan Juli 2010

Pendapatan Pengurang
No Nama Jabatan Gaji Pokok Gaji Kotor
JKK JK JPK Lembur Tunjang an Al pha Telat
1 A Direktur 1.500.000 1.500.000
2 B Ko misaris 750.000 750.000
3 C Cleaning Serv ice 1.110.000 2.664 3.330 60.000 566.700 8.000 1.734.694
4 D Cleaning Serv ice 1.110.000 2.664 3.330 60.000 158.000 50.000 4.000 1.379.994
5 E Cleaning Serv ice 1.110.000 2.664 3.330 30.000 143.000 1.288.994
6 F Cleaning Serv ice 1.110.000 2.664 3.330 60.000 1.175.994
7 G Cleaning Serv ice 1.110.000 2.664 3.330 60.000 1.175.994
8 H Cleaning Serv ice 1.110.000 2.664 3.330 30.000 147.700 25.000 1.318.694
9 I Cleaning Serv ice 1.110.000 2.664 3.330 30.000 68.850 6.000 1.208.844
10 J Cleaning Serv ice 1.110.000 2.664 3.330 30.000 311.850 25.000 1.482.844
11 K Cleaning Serv ice 1.110.000 2.664 3.330 30.000 604.400 1.750.394
12 L Cleaning Serv ice 1.110.000 2.664 3.330 60.000 216.550 4.000 1.388.544
13 M Cleaning Serv ice 1.110.000 2.664 3.330 60.000 61.200 55.000 1.182.194
14 N Cleaning Serv ice 1.110.000 2.664 3.330 60.000 55.000 1.120.994
15 O Cleaning Serv ice 1.110.000 2.664 3.330 30.000 379.450 165.000 1.360.444
16 P Leader 1.750.000 4.200 5.250 60.000 85.000 20.000 1.924.450
17 Q Cleaning Serv ice 1.110.000 2.664 3.330 30.000 91.800 1.237.794
18 R Cleaning Serv ice 1.110.000 2.664 3.330 30.000 119.750 1.265.744
19 S Cleaning Serv ice 1.110.000 1.025 1.281 30.000 1.145.994
20 T Admin istration 2.000.000 4.800 6.000 30.000 2.040.800
21 U Staff Lab Uji 1.800.000 4.320 5.400 60.000 1.869.720
22 V Chief Security 1.700.000 4.080 5.100 60.000 125.000 1.894.180
23 W Security 1.400.000 3.360 4.200 60.000 1.051.960 100.000 2.619.520

45
Pendapatan Pengurang
No Nama Jabatan Gaji Pokok Gaji Kotor
JKK JK JPK Lembur Tunjang an Al pha Telat
24 X Security 1.400.000 3.360 4.200 60.000 962.948 100.000 2.530.508
25 Y Security 1.400.000 3.360 4.200 60.000 825.384 100.000 2.392.944
26 Z Security 1.400.000 3.360 4.200 60.000 32.368 100.000 1.599.928
27 AA Security 1.300.000 3.120 3.900 60.000 954.278 75.000 2.396.298
28 BB Security 1.300.000 3.120 3.900 60.000 894.166 75.000 2.336.186
29 CC Security 1.300.000 3.120 3.900 60.000 796.484 75.000 2.238.504
30 DD Security 1.300.000 3.120 3.900 60.000 826.540 75.000 2.268.560
31 EE Security 1.300.000 3.120 3.900 60.000 766.428 75.000 2.208.448
32 FF Security 1.300.000 3.120 3.900 60.000 792.727 75.000 2.234.747
33 GG Security 1.300.000 3.120 3.900 60.000 792.727 75.000 2.234.747
34 HH Security 1.300.000 3.120 3.900 60.000 796.484 75.000 2.238.504
35 II Security 1.300.000 3.120 3.900 60.000 796.484 75.000 2.238.504
36 JJ Security 1.300.000 3.120 3.900 60.000 939.250 75.000 2.381.270
37 KK Security 1.300.000 3.120 3.900 60.000 766.428 75.000 2.208.448
38 LL Security 1.300.000 3.120 3.900 30.000 792.727 75.000 2.204.747
39 MM Security 899.690 2.159 2.699 60.000 146.523 75.000 1.186.071
40 NN Kary. Td k Tetap 300.000 300.000
41 OO Tenaga Ahli 2.000.000 2.000.000
42 PP Kary. Td k Tetap 1.000.000 1.000.000
43 QQ Kary. Td k Tetap 1.500.000 1.500.000
Total 54.159.690 113.063 141.329 1.890.000 15.888.156 1.620.000 275.000 22.000 73.515.238

46
Tabel 4.2 Rekapitulasi Perhitungan PPh Pasal 21 Pegawai Menurut PT Lancang Kuning Perkasa (Lanjutan)

PT Lancang Kuning Perkasa


NPWP : 02.459.680.1-215.000
Perhitungan PPh Pasal 21 Pegawai Bulan Juli 2010

No Nama Kepemilikan NPWP Status Gaji Kotor Biaya Jabatan JHT Gaji Bersih PTKP PKP PPh 21
1 A Memiliki NPWP K/2 1.500.000 75.000 1.425.000 1.650.000 - -
2 B Memiliki NPWP K/1 750.000 37.500 712.500 1.540.000 - -
3 C Memiliki NPWP K/1 1.734.694 86.735 22.200 1.625.759 1.540.000 85.759 4.288
4 D Memiliki NPWP K/2 1.379.994 69.000 22.200 1.288.794 1.650.000 - -
5 E Memiliki NPWP TK 1.288.994 64.450 22.200 1.202.344 1.320.000 - -
6 F Memiliki NPWP TK 1.175.994 58.800 22.200 1.094.994 1.320.000 - -
7 G Memiliki NPWP TK 1.175.994 58.800 22.200 1.094.994 1.320.000 - -
8 H Tidak Memiliki NPW P TK 1.318.694 65.935 22.200 1.230.559 1.320.000 - -
9 I Memiliki NPWP TK 1.208.844 60.442 22.200 1.126.202 1.320.000 - -
10 J Memiliki NPWP TK 1.482.844 74.142 22.200 1.386.502 1.320.000 66.502 3.325
11 K Memiliki NPWP TK 1.750.394 87.520 22.200 1.640.674 1.320.000 320.674 16.034
12 L Memiliki NPWP K/1 1.388.544 69.427 22.200 1.296.917 1.540.000 - -
13 M Memiliki NPWP K/1 1.182.194 59.110 22.200 1.100.884 1.540.000 - -
14 N Tidak Memiliki NPW P TK 1.120.994 56.050 22.200 1.042.744 1.320.000 - -
15 O Memiliki NPWP K/1 1.360.444 68.022 22.200 1.270.222 1.320.000 - -
16 P Memiliki NPWP K/2 1.924.450 96.223 35.000 1.793.228 1.650.000 143.228 7.161
17 Q Tidak Memiliki NPW P K/1 1.237.794 61.890 22.200 1.153.704 1.320.000 - -
18 R Tidak Memiliki NPW P K/1 1.265.744 63.287 22.200 1.180.257 1.320.000 - -
19 S Tidak Memiliki NPW P K/1 1.145.994 57.300 22.200 1.066.494 1.320.000 - -
20 T Memiliki NPWP K/1 2.040.800 102.040 34.000 1.904.760 1.320.000 584.760 29.238
21 U Memiliki NPWP K/1 1.869.720 93.486 36.000 1.740.234 1.320.000 420.234 21.012
22 V Memiliki NPWP K/3 1.894.180 94.709 34.000 1.765.471 1.760.000 5.471 274
23 W Memiliki NPWP K/3 2.619.520 130.976 28.000 2.460.544 1.760.000 700.544 35.027
24 X Memiliki NPWP K/3 2.530.508 126.525 28.000 2.375.983 1.760.000 615.983 30.799
47
No Nama Kepemilikan NPWP Status Gaji Kotor Biaya Jabatan JHT Gaji Bersih PTKP PKP PPh 21
25 Y Memiliki NPWP K/1 2.392.944 119.647 28.000 2.245.297 1.540.000 705.297 35.265
26 Z Tidak Memiliki NPW P K/3 1.599.928 79.996 28.000 1.493.932 1.760.000 - -
27 AA Memiliki NPWP K/1 2.396.298 119.815 26.000 2.250.483 1.540.000 710.483 35.524
28 BB Memiliki NPWP K/2 2.336.186 116.809 26.000 2.193.377 1.650.000 543.377 27.169
29 CC Memiliki NPWP K/2 2.238.504 111.925 26.000 2.100.579 1.650.000 450.579 22.529
30 DD Memiliki NPWP K/2 2.268.560 113.428 26.000 2.129.132 1.650.000 479.132 23.957
31 EE Memiliki NPWP K/2 2.208.448 110.422 26.000 2.072.026 1.650.000 422.026 21.101
32 FF Memiliki NPWP K/1 2.234.747 111.737 26.000 2.097.010 1.540.000 557.010 27.850
33 GG Memiliki NPWP K/0 2.234.747 111.737 26.000 2.097.010 1.430.000 667.010 33.350
34 HH Tidak Memiliki NPW P K/1 2.238.504 111.925 26.000 2.100.579 1.540.000 560.579 28.029
35 II Memiliki NPWP K/1 2.238.504 111.925 26.000 2.100.579 1.540.000 560.579 28.029
36 JJ Memiliki NPWP K/1 2.381.270 119.064 26.000 2.236.207 1.540.000 696.207 34.810
37 KK Memiliki NPWP K/0 2.208.448 110.422 26.000 2.072.026 1.430.000 642.026 32.101
38 LL Memiliki NPWP TK 2.204.747 110.237 26.000 2.068.510 1.320.000 748.510 37.425
39 MM Memiliki NPWP TK 1.186.071 59.304 26.000 241.447 1.320.000 - -
40 NN Memiliki NPWP K/3 300.000 15.000 285.000 1.760.000 -
41 OO Memiliki NPWP K/1 2.000.000 50.000
42 PP Memiliki NPWP K/2 1.000.000 50.000 950.000 1.650.000 -
43 QQ Memiliki NPWP K/3 1.500.000 75.000 1.425.000 1.760.000 -
Total 73.515.238 3.575.762 987.200 66.952.276 63.140.000 10.685.966 584.298
(Su mber : PT Lancang Kuning Perkasa)

Notes :

Baris yang diwarnai adalah contoh kasus perhitungan PPh Pasal 21 menurut PT Lancang Kuning Perkasa

48
Dari hasil resume di atas dapat dilihat bahwa PPh Pasal 21 yang dibayar

PT Lancang Kuning Perkasa untuk bulan Juli 2010 adalah Rp584.298,00.

4.1.2 Perbandingan Perhitungan PPh Pasal 21 PT Lancang Kuning

Perkasa dengan UU RI No. 36 Tahun 2008

Berdasarkan contoh-contoh kasus di atas, terdapat beberapa perhitungan

PPh Pasal 21 PT Lancang Kuning Perkasa yang tidak sesuai dengan UU RI No.

36 Tahun 2008. Perhitungan tersebut terjadi pada kasus b dan e, yaitu pada HH

(Staf Security Service), status K/1 (tidak memiliki NPWP) dan B (Komisaris),

status K/1 (memiliki NPWP). Perbedaan tersebut dapat dilihat pada gambar di

bawah ini :

Gambar 4.2 Perbandingan Perhitungan PPh Pasal 21 untuk kasus HH


menurut PT Lancang Kuning Perkasa dengan UU RI No. 36 Tahun 2008

49
Perbedaan pada perhitungan PPh Pasal 21 untuk HH adalah jumlah PPh

Pasal 21 yang seharusnya dibayar. Karena HH tidak memiliki NPWP, maka tarif

yang digunakan harus lebih besar 20% dari yang memiliki NPWP. Jadi PPh pasal

21 yang seharusnya dibayar HH adalah Rp33.634,7 (Rp28.029 + 20% x

Rp28.029). Maka PPh Pasal 21 kurang bayar untuk HH adalah Rp33.635 –

Rp28.029,- = Rp2.606,-.

Perbedaan yang kedua adalah pada perhitungan untuk B (komisaris yang

tidak merangkap sebagai pegawai tetap). Di PT Lancang Kuning Perkasa

komisaris adalah wakil dari pemegang saham yang honornya dibayar secara

kumulatif di akhir periode, maka B dikategorikan sebagai komisaris yang tidak

merangkap sebagai pegawai tetap.

Gambar 4.3 Perbandingan Perhitungan PPh Pasal 21 untuk kasus B


menurut PT Lancang Kuning Perkasa dengan UU RI No. 36 Tahun 2008

Menurut UU RI No. 36 Tahun 2008, perhitungan yang seharusnya

dilakukan untuk menghitung PPh Pasal 21 milik B adalah pada akhir periode saat

50
B menerima honor, bukan dihitung perbulan. Jadi PT Lancang Kuning Perkasa

tidak perlu melakukan perhitungan PPh Pasal 21 untuk B setiap bulan. Perbedaan

yang lain terdapat dalam komponen yang digunakan untuk menghitung PPh Pasal

21, seharusnya tidak perlu ada biaya jabatan dan PTKP sebagai pengurang. PPh

Pasal 21 terutang milik B dihitung langsung dari honor kumulatif yang diterima.

Rekapitulasi perhitungan PPh Pasal 21 untuk seluruh pegawai pada PT

Lancang Kuning Perkasa menurut UU RI No. 36 Tahun 2008 dapat dilihat pada

tabel di bawah ini :

51
Tabel 4.3 Resume Perhitungan PPh Pasal 21 Pegawai Menurut UU RI No. 36 Tahun 2008

PT Lancang Kuning Perkasa


NPWP : 02.459.680.1-215.000
Daftar PPh Pasal 21 Pegawai Bulan Juli 2010

No Nama Kepemilikan NPWP Gaji Kotor Biaya Jabatan JHT Gaji Bersih PTKP PKP PPh 21 Ket
1 A Memiliki NPWP 1.500.000 75.000 1.425.000 1.650.000 - -
2 B Memiliki NPWP DIHITUNG PADA AKHIR PERIODE (SAAT M ENERIMA HONOR) Tarif x Bruto
3 C Memiliki NPWP 1.734.694 86.735 22.200 1.625.759 1.540.000 85.759 4.288
4 D Memiliki NPWP 1.379.994 69.000 22.200 1.288.794 1.650.000 - -
5 E Memiliki NPWP 1.288.994 64.450 22.200 1.202.344 1.320.000 - -
6 F Memiliki NPWP 1.175.994 58.800 22.200 1.094.994 1.320.000 - -
7 G Memiliki NPWP 1.175.994 58.800 22.200 1.094.994 1.320.000 - -
8 H Tidak Memiliki NPW P 1.318.694 65.935 22.200 1.230.559 1.320.000 - -
9 I Memiliki NPWP 1.208.844 60.442 22.200 1.126.202 1.320.000 - -
10 J Memiliki NPWP 1.482.844 74.142 22.200 1.386.502 1.320.000 66.502 3.325
11 K Memiliki NPWP 1.750.394 87.520 22.200 1.640.674 1.320.000 320.674 16.034
12 L Memiliki NPWP 1.388.544 69.427 22.200 1.296.917 1.540.000 - -
13 M Memiliki NPWP 1.182.194 59.110 22.200 1.100.884 1.540.000 - -
14 N Tidak Memiliki NPW P 1.120.994 56.050 22.200 1.042.744 1.320.000 - -
15 O Memiliki NPWP 1.360.444 68.022 22.200 1.270.222 1.320.000 - -
16 P Memiliki NPWP 1.924.450 96.223 35.000 1.793.228 1.650.000 143.228 7.161
17 Q Tidak Memiliki NPW P 1.237.794 61.890 22.200 1.153.704 1.320.000 - -
18 R Tidak Memiliki NPW P 1.265.744 63.287 22.200 1.180.257 1.320.000 - -
19 S Tidak Memiliki NPW P 1.145.994 57.300 22.200 1.066.494 1.320.000 - -
20 T Memiliki NPWP 2.040.800 102.040 34.000 1.904.760 1.320.000 584.760 29.238
21 U Memiliki NPWP 1.869.720 93.486 36.000 1.740.234 1.320.000 420.234 21.012
22 V Memiliki NPWP 1.894.180 94.709 34.000 1.765.471 1.760.000 5.471 274
23 W Memiliki NPWP 2.619.520 130.976 28.000 2.460.544 1.760.000 700.544 35.027
24 X Memiliki NPWP 2.530.508 126.525 28.000 2.375.983 1.760.000 615.983 30.799

52
No Nama Kepemilikan NPWP Gaji Kotor Biaya Jabatan JHT Gaji Bersih PTKP PKP PPh 21 Ket
25 Y Memiliki NPWP 2.392.944 119.647 28.000 2.245.297 1.540.000 705.297 35.265
26 Z Tidak Memiliki NPW P 1.599.928 79.996 28.000 156.750 1.760.000 - -
27 AA Memiliki NPWP 2.396.298 119.815 26.000 2.250.483 1.540.000 710.483 35.524
28 BB Memiliki NPWP 2.336.186 116.809 26.000 2.193.377 1.650.000 543.377 27.169
29 CC Memiliki NPWP 2.238.504 111.925 26.000 2.100.579 1.650.000 450.579 22.529
30 DD Memiliki NPWP 2.268.560 113.428 26.000 2.129.132 1.650.000 479.132 23.957
31 EE Memiliki NPWP 2.208.448 110.422 26.000 2.072.026 1.650.000 422.026 21.101
32 FF Memiliki NPWP 2.234.747 111.737 26.000 2.097.010 1.540.000 557.010 27.850
33 GG Memiliki NPWP 2.234.747 111.737 26.000 2.097.010 1.430.000 667.010 33.350
34 HH Tidak Memiliki NPW P 2.238.504 111.925 26.000 2.100.579 1.540.000 560.579 33.635 120% x Rp 28.029
35 II Memiliki NPWP 2.238.504 111.925 26.000 2.100.579 1.540.000 560.579 28.029
36 JJ Memiliki NPWP 2.381.270 119.064 26.000 2.236.207 1.540.000 696.207 34.810
37 KK Memiliki NPWP 2.208.448 110.422 26.000 2.072.026 1.430.000 642.026 32.101
38 LL Memiliki NPWP 2.204.747 110.237 26.000 2.068.510 1.320.000 748.510 37.425
39 MM Memiliki NPWP 1.186.071 59.304 26.000 241.447 1.320.000 - -
40 NN Memiliki NPWP 300.000 15.000 285.000 1.760.000 -
41 OO Memiliki NPWP 2.000.000 50.000
42 PP Memiliki NPWP 1.000.000 25.000 Tenaga Ahli
43 QQ Memiliki NPWP 1.500.000 37.500 Tenaga Ahli
Total 73.515.238 3.413.262 987.200 63.864.776 58.190.000 10.685.966 646.798
(Su mber : PT Lancang Kuning Perkasa, setelah diolah penulis)

Notes :

Baris yang diwarnai adalah perbedaan perhitungan PPh Pasal 21 menurut PT lancang Kuning Perkasa dengan perhitungan men urut UU RI No. 36 Tahun 200 8

53
Berdasarkan perhitungan pada tabel 4.3 di atas, terdapat 4 (empat)

perbedaan antara perhitungan PPh Pasal 21 menurut PT Lancang Kuning Perkasa

dengan perhitungan menurut UU RI No. 36 Tahun 2008. 2 (dua) perbedaan telah

dibahas pada kasus di atas, 2 (dua) perbedaan sisanya adalah untuk kasus PP dan

QQ.

PT Lancang Kuning Perkasa mengkategorikan PP dan QQ sebagai

pegawai tidak tetap yang menerima penghasilan berkesinambungan, padahal PP

dan QQ seharusnya dikategorikan sebagai tenaga ahli selain dokter yang praktik

di rumah sakit. Karena PP dan QQ adalah konsultan untuk divisi security service.

Di mana PP dan QQ menerima honor teratur setiap bulan, karena PP dan QQ

selalu memberikan jasanya setiap bulan. Maka perhitungan PPh Pasal 21 yang

seharusnya untuk PP dan QQ adalah 5% dari 50% penghasilan bruto.

Gambar 4.4 Perbandingan Perhitungan PPh Pasal 21 untuk PP menurut PT


Lancang Kuning Perkasa dengan UU RI No. 36 Tahun 2008

54
Gambar 4.5 Perbandingan Pe rhitungan PPh Pasal 21 untuk QQ me nurut PT
Lancang Kuning Perkasa dengan UU RI No. 36 Tahun 2008

Pada gambar 4.4 dan 4.5, perhitungan PPh Pasal 21 untuk PP dan QQ

menurut UU RI No. 36 Tahun 2008 tidak memerlukan biaya jabatan dan PTKP

sebagai pengurang. Sehingga besarnya PPh Pasal 21 milik PP adalah Rp25.000,-

sedangkan QQ Rp37.500

Dari resume perhitungan pada tabel 4.3, jumlah PPh Pasal 21 kurang bayar

untuk bulan Juli 2010 pada PT Lancang Kuning perkasa adalah Rp646.798 –

Rp584.298 = Rp62.500,-. Kesalahan perhitungan pada bulan Juli 2010 yang

menyebabkan terjadinya PPh Pasal 21 kurang bayar, akan diperbaiki pada saat PT

Lancang Kuning Perkasa melakukan perhitungan PPh Pasal 21 tahunan.

4.2 Penyetoran PPh Pasal 21

PT Lancang Kuning Perkasa melakukan penyetoran PPh Pasal 21 ke

Departemen Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak, Kantor Pelayanan Pajak kota

Batam melalui Kantor Pos. Dokumen yang digunakan untuk melakukan


55
penyetoran adalah Surat Setoran Pajak (SSP) seperti yang terdapat pada lampiran

II.

Waktu penyetoran PPh Pasal 21 PT Lancang Kuning Perkasa untuk bulan

Juli-September 2010 adalah:

Tabel 4.4 Tanggal Penyetoran PPh pasal 21 PT Lancang Kuning


Perkasa
Tanggal
Bulan Sesuai/Tidak
Penyetoran Batas Waktu
Juli 2010 29 Juli 2010 10 Agustus 2010 Sesuai
Agustus 2010 01 September 2010 10 September 2010 Sesuai
September 2010 04 Oktober 2010 10 Oktober 2010 Sesuai

Berdasarkan tabel 4.4 di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa penyetoran

PPh Pasal 21 PT Lancang Kuning Perkasa telah sesuai dengan Ketentuan Umum

Perpajakan. Karena penyetoran PPh Pasal 21 masa PT Lancang Kuning Perkasa

tidak pernah melewati batas tanggal penyetoran yang telah ditentukan dalam UU

No 28 Tahun 2007 pasal 3 ayat (3) dan PMK No. 184/PMK.03/2007, yaitu setiap

tanggal 10 bulan berikutnya.

4.3 Pelaporan PPh Pasal 21

PT Lancang Kuning Perkasa melaporkan PPh pasal 21 dengan cara diantar

langsung ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) kota Batam. Dokumen yang

digunakan untuk melakukan pelaporan adalah SPT masa PPh Pasal 21 dan/atau 26

seperti yang terdapat pada lampiran II.

Waktu pelaporan PPh Pasal 21 PT Lancang Kuning Perkasa untuk bulan

Juli-September 2010 adalah:

56
Tabel 4.5 Tanggal Pelaporan PPh pasal 21 PT Lancang Kuning
Perkasa
Tanggal
Bulan Sesuai/Tidak
Pelaporan Batas Waktu
Juli 2010 11 Agustus 2010 20 Agustus 2010 Sesuai
Agustus 2010 02 September 2010 20 September 2010 Sesuai
September 2010 05 Oktober 2010 20 Oktober 2010 Sesuai

Berdasarkan tabel 4.5 di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pelaporan

PPh Pasal 21 PT Lancang Kuning Perkasa telah sesuai dengan Ketentuan Umum

Perpajakan. Karena pelaporan PPh Pasal 21 masa PT Lancang Kuning Perkasa

tidak pernah melewati batas tanggal pelaporan yang telah ditentukan dalam UU

No 28 Tahun 2007 pasal 3 ayat (3) dan PMK No. 184/PMK.03/2007, yaitu setiap

tanggal 20 bulan berikutnya.

57
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dikemukakan dalam

bab 4 serta dikaitkan dengan tujuan penelitian ini, maka dapat dikemukakan

beberapa kesimpulan sebagai berikut:

a. Perhitungan PPh Pasal 21 yang dilakukan PT Lancang Kuning Perkasa

masih ada yang belum sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia

No. 36 Tahun 2008 tentang pajak penghasilan. Antara lain adalah tarif yang

digunakan dalam perhitungan untuk karyawan yang belum memiliki NPWP,

perhitungan untuk komisaris, dan perhitungan untuk tenaga ahli.

b. Ketidaksesuaian perhitungan PPh Pasal 21 pada PT Lancang Kuning

Perkasa menyebabkan pajak kurang bayar sebesar Rp646.798 – Rp584.298

= Rp62.500,-.

c. Waktu penyetoran PPh Pasal 21 PT Lancang Kuning Perk asa telah sesuai

dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 28 Tahun 2007 tentang

Ketentuan Umum Perpajakan, tidak melewati tanggal 10 bulan berikutnya.

d. Waktu pelaporan PPh Pasal 21 PT Lancang Kuning Perkasa telah sesuai

dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 28 Tahun 2007 tentang

Ketentuan Umum Perpajakan, tidak melewati tanggal 20 bulan berikutnya.

58
59

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Sebaiknya PT Lancang Kuning Perkasa melakukan revisi terhadap

perhitungan PPh Pasal 21 yang belum sesuai dengan Undang-Undang

Republik Indonesia No. 36 Tahun 2008 tentang pajak penghasilan.

b. Tidak perlu mengakui honor B (komisaris) pada setiap bulan, karena honor

untuk B dibayar secara kumulatif pada akhir periode. Maka perhitungan PPh

Pasal 21 untuk B juga tidak perlu dilakukan setiap bulan, tetapi hanya

dilakukan pada saat B menerima honor yang di bayar secara kumulatif pada

akhir periode akuntansi di PT Lancang Kuning Perkasa.

c. Untuk tenaga ahli sebaiknya diberlakukan kontrak secara tertulis (contoh: 1

tahun) agar memudahkan dalam perhitungan PPh Pasal 21, karena PP dan

QQ menerima honor setiap bulan.

d. Ada baiknya jika staf Accounting PT Lancang Kuning Perkasa diberi

training tentang perhitungan PPh Pasal 21 yang sesuai dengan Undang-

Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2008 tentang pajak penghasilan.

Sehingga tidak ada lagi kesalahan dalam melakukan perhitungan PPh pasal

21.
DAFTAR PUSTAKA

Cosuelo, G Sevilla. (1993). Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: Universitas


Indonesia Press.

Ilyas, Wirawan B. & Suhartono, Rudy (2007). Panduan Komprehensif dan


Praktis Pajak Penghasilan. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.

Peraturan Menteri Keuangan Tentang Penentuan Tanggal Jatuh Tempo


Pembayaran dan Penyetoran Pajak, Penentuan Tempat Pembayaran
Pajak, dan Tata Cara Pembayaran, Penyetoran dan Pelaporan Pajak,
Serta Tata Cara Pengangsuran dan Penundaan Pembayaran Pajak.
Nomor 184/PMK.03/2007 Pasal 1.

Prastowo, Yustinus. (2010). Panduan Lengkap Pajak. Jakarta: Salemba Empat


Resmi, Siti. (2009). Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta: Raih Asa Sukses.

Tjahjono, Ahmad. (2005). Perpajakan. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan


Akademik Manajemen Perusahaan YKPN.

Umar, Husien. (2009). Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta:
PT Raja Grasindo Persada.
Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Fasilitas Pajak Penghasilan,
Nomor 36 Tahun 2008.
Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara
Perpajakan, Nomor 28 Tahun 2007.
Lampiran

I. Uraian Kegiatan

Magang industri merupakan salah satu mata kuliah di semester VI pada

setiap jurusan di Politeknik Batam. Pelaksanaan magang industri ini merupakan

salah satu cara kampus untuk mengenalkan dunia kerja kepada se tiap mahasiswa,

sehingga setiap mahasiswa diharapkan mampu mengimplementasikan ilmu

terapan yang didapatkan dan beradaptasi dengan baik di dunia kerja.

Penulis melakukan magang selama tiga bulan di PT Lancang Kuning

Perkasa yang dimulai sejak tanggal 1 Juli 2010 sampai dengan 31 September

2010. Selama melakukan kegiatan magang, Penulis ditempatkan pada bagian

accounting. Di PT Lancang Kuning Perkasa, staff accounting merangkap juga

sebagai admin dan payrol. Tugas-tugas yang diberikan antara lain menghitung

gaji dan mencetak slip gaji karyawan, menghitung PPh Pasal 21 serta membuat

SSP dan SPT, menghitung dan membayar iuran jamsostek karyawan, menerbitkan

purchase order, invoice, cash received, cash payment, dan cek, menangani surat-

surat yang masuk dan keluar, serta mengontrol dan mengawasi pengeluaran dan

pemasukan kas kecil.

1.1 Sistem dan Prosedur

Setiap pekerjaan ataupun tugas yang dipercayakan oleh Penulis pastinya

memiliki sistem atau prosedur yang harus dijalani. Oleh karena itu, Penulis akan

menjelaskan setiap sistem atau prosedur yang harus dijalani oleh Penulis dalam

menyelesaikan setiap tugas yang dijalankan. Adapun sistem atau prosedur tersebut

adalah sebagai berikut:


a. Menghitung dan Membayar Gaji serta Mencetak Slip Gaji Karyawan

Untuk memulai prosedur ini, sebelumnya data diterima dari masing-

masing leader tiap divisi dalam bentuk hard copy. Data yang diterima adalah

absensi karyawan, form lembur karyawan, dan surat keterangan sakit untuk

karyawan yang tidak masuk karena sakit. Kemudian data tersebut diolah

untuk mengetahui jumlah gaji karyawan pada bulan tersebut. Setelah itu slip

gaji dapat dicetak dan dibagikan kepada karyawan. Kemudian penulis

menerbitkan cek untuk membayar gaji yang dilakukan melalui transfer bank

ke rekening yang dimiliki karyawan.

b. Menghitung PPh Pasal 21 Karyawan serta Membuat SSP dan SPT

Data yang diperlukan adalah gaji karyawan. Data tersebut dilengkapi

dengan daftar insentif berupa iuran jamsostek yang dibayar perusahaan,

daftar NPWP, dan daftar jumlah tanggungan karyawan.

Setelah diperoleh jumlah PPh Pasal 21 seluruh karyawan, selanjutnya

penulis membuat SSP masa untuk PPh Pasal 21 dan 25 yang akan disetor

melalui kantor pos oleh driver. Setelah SSP disetor, selanjutnya penulis

membuat SPT masa untuk PPh Pasal 21 dan 25 yang akan dilaporkan ke KPP

Madya Batam.

c. Menghitung dan Membayar Iuran Jamsostek Karyawan

Data yang diperlukan adalah gaji pokok dan jumlah tanggungan setiap

karyawan. Setelah dihitung, penulis mengisi formulir Rekapitulasi Rincian

Pembayaran Iuran jamsostek yang kemudian disetorka n dan dilaporkan ke

kantor Jamsostek cabang Batam.


d. Menerbitkan Purchase Order, Invoice, Cash Received, Cash Payment, dan

Cek

e. Menangani Surat-surat yang Masuk dan Keluar

f. Menangani Pengeluaran dan Pemasukan Kas Kecil

Pengisian kas kecil dilakukan dengan mengeluarkan cek dari rekening

giro perusahaan. Kemudian dana dari cek tersebut dimasukkan ke rekening

kas kecil. Untuk pengambilan kas kecil, PT Lancang Kuning Perkasa

menggunakan fasilitas atm yang hanya dipegang oleh staff accounting.

1.2 Flow Chart Sistem dan Prosedur

Untuk mempermudah pemahaman mengenai sistem dan prosedur yang ada

di PT Lancang Kuning Perkasa, dapat dilihat pada flow chart di bawah ini:
MULAI

Absensi
Karyawan

Hitung gaji
karyawan

Slip gaji

Hitung PPh Pasal


21

Buat SSP dan


SPT

Setor SSP ke
Kantor Pos

Lapor SPT ke
KPP Madya
Batam

SELESAI
1.3 Dokumen dan Pe ralatan yang Digunakan

1.3.1 Dokumen yang digunakan

Pada prosedur perhitungan PPh Pasal 21, dokumen yang digunakan oleh

penulis adalah daftar gaji dan daftar iuran jamsostek karyawan bulan Juli 2010.

1.3.2 Peralatan yang digunakan

Peralatan yang digunakan dalam meyelesaikan tugas diantaranya adalah:

1. Komputer Compaq CQ1569

2. Printer Samsung

3. Kertas A4

4. Cek

5. Pena Kenko dan Standard

6. ATM

1.3.3 Data-data yang diperlukan

Data-data yang diperlukan dalam menyelesaikan tugas diantaranya adalah:

a. Absensi Karyawan

b. Daftar Gaji Karyawan

c. Daftar Iuran Jamsostek Karyawan

1.4 Identifikasi Permasalahan Magang

Perhitungan gaji dan PPh Pasal 21 masih dilakukan secara manual.

Apalagi semua tugas hanya dibebankan kepada 1 (satu) orang. Banyaknya tugas

yang harus dikerjakan dalam jangka waktu yang relatif singkat serta masih
dikerjakan secara manual, sering menyebabkan terjadinya kesalahan, seperti salah

hitung dan salah mencetak dokumen.

1.5 Lampiran Resume Pekerjaan Selama 3 Bulan

Adapun resume kinerja magang Penulis di PT Lancang Kuning Perkasa

selama 3 bulan adalah sebagai berikut:

No Tgl/Bln/Thn Uraian Pekerjaan PIC


1 Minggu ke 1 - Membuat invoice dan cash
(01/07/2010-02/07/2010) received ke BI
- Membuat cash payment
2 Minggu ke 2 - Membuat SSP psl 21 dan 25
(05/07/2010-09/07/2010) - Menghitung, membayar, dan
melaporkan iuran jamsostek
- Membuat invoice dan cash
received ke Poltek Batam
- Membuat cash payment
3 Minggu ke 3 - Membuat cash received ke Poltek
(12/07/2010-16/07/2010) Batam
- Membuat cash payment
4 Minggu ke 4
(19/07/2010-23/07/2010)
5 Minggu ke 5 - Membuat invoice untuk Poltek
(26/07/2010-30/07/2010) Batam
- Membuat cash received untuk
klien
- Menghitung dan membayar gaji
serta mencetak slip gaji karyawan
- Mengeluarkan cek Bank Mandiri
- Menghitung PPh psl 21
- Membuat SSP psl 21 dan psl 25
6 Minggu ke 6 - Menghitung iuran jamsostek
(02/08/2010-06/08/2010) - Membuat cash payment
- Membuat cash received untuk
klien
- Membuat purchase order
7 Minggu ke 7 - Membayar dan melaporkan iuran
(09/08/2010-13/08/2010) jamsostek
- Membuat cash payment
- Membuat SPT masa psl 21
8 Minggu ke 8 - Membuat cash payment
(16/08/2010-20/08/2010) - Membuat invoice dan cash
received ke Poltek Batam
9 Minggu ke 9 - Membuat cash received untuk
(23/08/2010-27/08/2010) klien
- Menghitung dan membayar gaji
karyawan derta mencetak slip gaji
- Membuat cash payment
- Membuat kontrak kerja security
- Mengeluarkan cek Bank Mandiri
10 Minggu ke 10 - Menghitung PPh psl 21
(30/08/2010-03/09/2010) - Membuat cash payment
- Membuat SPT masa psl 21
11 Minggu ke 11 - Menghitung iuran jamsostek
(06/09/2010-10/09/2010)
12 Minggu ke 12 - Membuat cash payment
(13/09/2010-17/09/2010)
13 Minggu ke 13 - Membuat invoice dan cash
(20/09/2010-24/09/2010) received ke Poltek Batam
- Membuat cash payment
- membuat purchase order
14 Minggu ke 14 - Menghitung dan membayar gaji
(27/09/2010-30/09/2010) karyawan serta mencetak slip gaji
- Mengeluarkan cek Bank Mandiri
- Membayar dan melaporkan iuran
jamsostek
- Membuat invoice dan cash
received ke Poltek Batam

Mengetahui,

Dosen Pembimbing Pembimbing Perusahaan

Dwi Kartikasari, ST. Muslim Anshori, SE, M. Ak

Anda mungkin juga menyukai