OLEH:
NAMA : ALYA ASMI AZIS
NIM : O1A116160
KELAS : SP FARMASI RUMAH SAKIT
HALAMAN JU
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala anugerah dan karunia-Nya
sehingga makalah ini berjudul system reproduksi pada pria dan wanita sebagai
salah satu tugas mata kuliah anatomi fisiologi manusia dapat terselesaikan.
Saya berharap, makalah ini dapat menambah pengetahuan dan kompetensi bagi
teman-teman yang lain.
Kami sadar bahwa isi Makalah natomi Fisiologi Sistem Reproduksi ini masih
jauh dari sempurna, oleh sebab itu saran maupun kritik dari pembaca kami terima
dengan senang hati.
Kendari, 10 Agustus 2020
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah
sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut
diperjelas dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor :
1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit,
yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian
yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang
berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu,
Salah satu upaya kesehatan yang dilakukan pemerintah adalah
dengan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan rumah sakit yang
antara lain dapat dicapai dengan penggunaan obat-obatan yang rasional
dan berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang
bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat (Siregar, 2004).
Biaya yang diserap untuk penggunaan obat merupakan komponen
terbesar dari pengeluaran rumahsakit. Dibanyak Negara berkembang
belanja obat di rumah sakit dadat menyerap sekitar 40-50% dari biaya
keseluruhan rumah sakit. Belanja perbekalan farmasi yang demikian besar
tentunay harus dikelola dengan efektif dan efisien, hal ini perlu dilakukan
mengingat dana kebutuhan obat di rumah sakit tidak selalu sesuai dengan
kebutuhan.
Kondisi diatas tentunya harus disikapi dengan baik-baik. Saat ini pada
tataran global telah dirintis prongram Good Governance In Pharmaceutical
Sector atau lebih di kenal dengan tata kelola obat yang baik si Sektor
Farmasi. Indonesia termasuk salah satu Negara yang berpartisipasi dalam
program ini bersama 19 negara lainnya. Pemikiran tentang perlunya
tatkelola obat yang baik disektor farmasi berkembang mengingat
banyaknya praktek illegal di lingkungan kefarmasian mulai dari clinical
trial, riser dan pengadaan , registrasi, pendaftaran, paten, produksi,
penetapan harga, pengadaan, seleksi, distribusi dan trasportasi. Bentuk
intransparansi dibidang farmasi antara lain : pemalsuan data keamanan dan
enyufikasi, penyuapan, kolosi, donasi, promo yang tidak etis maupun
tekanan dari berbagai pihak yang berkepentingan dengan obat.
Instalasi farmasi rumah sakit (IFRS) adalah bagian dari rumah sakit
yang bertugas menyelenggarakan, mengkooadinasikan, mengatur dan
mengawasi seluruh kegiatan pelayanan farmasi serta melaksanaan
pembinaan teknis kefarmasian di rumah sakit, sedangkan Komite Farmasi
dan Terapi adalah bagian yang bertanggung jawab tentang penyusunan
formularium rumah sakit dapat sesuai dengan aturan yang berlaku, maka
diperlukam tenaga professional dibidang tersebut. Untuk menyiapkan
tenaga professional tersebut diperlukan berbagai masukan diantaranya
adalah tersedianya pedoman yang tepat digunakan dalam pengelolaan
perbekalan farmasi di rumah IFRS.
Mengingat pentingnya pelayanan farmasi di rumah sakit, maka
calon apoteker perlu memahami dan mengenal peranan apoteker di
rumah sakit, khususnya Instalasi Farmasi. Hal ini penting sebagai bekal
bagi lulusan Program Pendidikan Profesi Apoteker apabila bekerja di
rumah sakit.
BAB II
PEMBAHASAN
3. Sumbangan /hibah/droping
Pada prinsipn pengelolaan perbekalan farmasi dari hibah/ sumbangan,
mengikuti kaidah umum pengelolaan perbekalan farmasi regular.
Perbekalan farmasi yang tersisa dapat dipakai untuk menunjang pelayanan
kesehatan disaat situasi normal. (Depkes RI,2008)
2.4 Penerimaan
Penerimaan adalah kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang
telah diadakan sesuai aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung,
tender, konsinyasi atau sumbangan.
Penerimaan perbekalan farmasi harus dulakukan oleh petugas yang
bertanggung jawab. Petugas yang dilibatkan dalam penerimaan harus
terlatih baik dalam tanggung jawab dan tugas mereka, serta harus mengerti
sifat penting dari perbekalan farmasi. Dalam tim penerimaan harus ada
tenaga farmasi.
Tujuan penerimaan adalah untuk menjamin perbekalan farmasi yang
diterima sesuai kontrak baik spesifikasi mutu, jumlah maupun waktu
kedatangan
Perbekalan farmasi yang di terima harus sesuai dengan spesifikasi
kontrak yang telah ditetapkan. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam
penerimaan :
1) Harus mempunyai Material, Safety, Data, Sheet(MSDS), untuk
bahan berbahaya.
2) 2. Khusus untuk alat kesehatan harus mempunyai serticate of
origin.
3) Sertifikat analisa produk (Depkes RI,2008)
2.5 Penyimpanan
Gudang merupakan tempat penyimpanan sementara sediaan farmasi
dan alat kesehatan sebelum didistribusikan. Fungsi gudang adalah
mempertahankan kondisi sediaan farmasi dan alat kesehatan yang disimpan
agar tetap stabil sampai ke tangan pasien (Siregar,2004).
Tujuan penyimpanan adalah :
a) Memelihara mutu sediaan farmasi
b) b. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab
c) Menjaga ketersediaan
d) Memudahkan pencarian dan pengawasan (Depkes RI,2008)
Penumpukan stok barang yang kadaluwarsa dan rusak dapat dihindari
dengan pengaturan sistem penyimpanan seperti fisrt expired fisrt
out (FEFO) dan fisrt in fisrt out (FIFO). Sistem FEFO adalah dimana obat
yang memiliki waktu kadaluwarsa lebih pendek keluar terlebih dahulu,
sedangkan dalam sistem FIFO obat yang pertama kali masuk adalah obat
yang pertama kali keluar.
Obat-obatan sebaiknya disimpan sesuai dengan syarat kondisi
penyimpanan masing-masing obat. Kondisi penyimpanan yang dimaksud
antara lain adalah temperatur/suhu sekitar 20-25 0 C, kelembaban dan atau
paparan cahaya. Tempat penyimpanan yang digunakan dapat berupa ruang
atau gedung yang terpisah, lemari, lemari terkunci, lemari es, freezer, atau
ruangan sejuk. Tempat penyimpanan tergantung pada sifat atau
karakteristik masing-masing obat (Siregar,2004).
Pengaturan obat digudang dapat dikelompokkan dengan 7 cara yaitu
berdasarkan :
1) Kelompok farmakologi/terapeutik
2) Indikasi klinik
3) Kelompok alphabetis
4) Tingkat penggunaan
5) Bentuk sediaan
6) Random bin
7) Kode barang.
Selain disimpan dalam tempertur yang sesuai, barang-barang sebaiknya
disimpan dalam keadaan yang mudah terambil dan tetap terlindung dari
kerusakan (Siregar,2004).
Permenkes 28/MENKES/PER/I/1978 tentang penyimpanan narkotika
disebutkan bahwa RS harus memiliki tempat khusus untuk menyimpan
narkotika, dimana tempat tersebut harus seluruhnya terbuat dari kayu atau
bahan lain yang kuat, selain itu tempat penyimpanan narkotika tersebut
harus mempunyai kunci yang kuat dan tempat penyimpanan terbagi
menjadi 2 bagian masing-masing dengan kunci yang berlainan.
2.6. Distribusi
2.6.1 Distribusi rawat inap
Distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan merupakan salah satu
tugas utama pelayanan farmasi dirumah sakit. Distribusi memegang
peranan penting dalam penyerahan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang
diperlukan ke unit-unit disetiap bagian farmasi rumah sakit termasuk
kepada pasien. Hal terpenting yang harus diperhatikan adalah
berkembangnya suatu proses yang menjamin pemberian sediaan farmasi
dan alat kesehatan yang benar dan tepat kepada pasien, sesuai dengan yang
tertulis pada resep atau kartu obat atau Kartu Instruksi Obat (KIO) serta
dilengkapi dengan informasi yang cukup (Quick,1997).
Tujuan pendistribusian : tersedianya perbekalan farmasi diunit-unit
pelayanan secara tepat waktu tepat jenis dan jumlah (Depkes RI,2008)
Farmasi rawat inap menjalankan kegiatan pendistribusian perbekalan
farmasi untuk memenuhi kebutuhan pasien rawat inap di RS, yang
diselenggarakan secara sentralisasi dan atau desentralisasi dengan sistem
persediaan lengkap diruangan, sistem resep perorangan, sistem unit dosis
dan sistem kombinasi oleh satelit farmasi.
Ada tiga macam sistem pendistribusian rawat inap, yaitu:
a) Sistem persediaan lengkap (Floor stock system), meliputi semua
persediaan obat dan alat kesehatan yang dibutuhkan diruangan.
Pelayanan dalam sistem persediaan ruangan salah satu adalah
penyediaan emergency kit (kotak obat darurat) yang digunakan
untuk keperluan gawat darurat (Siregar,2004).
b) Resep perorangan (individual prescribing) merupakan cara
distribusi obat dan alat kesehatan berdasarkan permintaan dalam
resep atau kartu obat pasien rawat inap. Sistem ini memiliki
keuntungan berupa adanya pengkajian resep pasien oleh apoteker
adanya kesempatan interaksi profesional penggunaan obat lebih
terkendali dan mempermudah penagihan biaya obat pada pasien.
Keterbatasannya adalah adanya kemungkinan keterlambatan obat
untuk dapat sampai kepada pasien (siregar dan amalia, 2004).
c) sistem unit dose dispensing (UDD) didefinisikan sebagai obat yang
disiapkan dan diberikan kepada pasien dalam unit dosis tunggal
yang berisi obat untuk sekali minum. Konsep UDD bukan
merupakan inovasi baru dalam farmasi dan pengobatan. Unit dose
dispensing merupakan tanggung jawab farmasi yang tidak dapat
berjalan disituasi institusi rumah sakit tanpa kerja sama dengan
perawat dan staf kesehatan yang lain. Keuntungan UDD antara lain
penderita hanya membayar obat yang digunakanya saja,mengurangi
kesalahan pengobatan,memperbesar komunikasi antara apoteker-
dokter perawat,serta apoteker dapat melakukan pengkajian
penggunaan obat. Keterbatasannya adalah jumlah tenaga farmasi
yang dibutuhkan lebih tinggi (Siregar dan Amalia,2004).
Kelebihan sistem UDD dibandingkan dengan sistem yang lain
diantaranya adalah:
a) Pasien mendapat pelayanan farmasi yang lebih baik selama 24 jam
a. sehari dan hanya membayar untuk obat-obatan yang
digunakan saja,
b) Semua obat yang dibutuhkan dibagian perawatan disiapkan oleh
farmasi sehingga perawat mempunyai lebih banyak waktu merawat
pasien,
c) Memberikan kesempatan farmasis menginterpretasikan dan
memeriksa kopi pesanan resep, bagi perawat mengurangi
kemungkinana kesalahan obat,
d) Meniadakan duplikasi pesanan obat dan kertas kerja yang berlebihan
dibagian perawat dan farmasi,
e) Menghemat ruang-ruang di pos perawatan,
f) Meniadakan kemungkinan terjadi pencurian dan pemborosan obat,
g) Mengurangi kemungkinan kesalahan obat dan juga membantu
menarik kembali kemasan pada saat obat itu ditarik dari peredaran
karena kemasan dosis unit masing-masing diberi label,
h) Farmasis dapat mengunjungi pos perwatan untuk menjalankan
tugasnya yang diperluas (Siregar,2004).
2.6.2 Disribusi rawat jalan
Pedoman pelayanan farmasi untuk pasien rawat
jalan (ambulatory) di RS mencakup: persyaratan manajemen, persyaratan
fasilitas dan peralatan, persyaratan pengelohan order atau resep obat, dan
pedoman operasional lainnya (siregar dan amalia, 2003).
Pelayanan farmasi untuk penderita ambulatory harus dipimpin oleh
seorang apoteker yang memenuhi syarat secara hukum dan kompeten
secara professional (Anonim,2012).
Sistem distribusi obat yang digunakan untuk pasien rawat jalan adalah
sistem resep perorangan yaitu cara distribusi obat pada pasien
secara individual berdasarkan resep dokter. Pasien harus diberikan
informasi mengenai obat karena pasien sendiri yang akan bertanggung
jawab atas pemakaian obat tanpa adanya pengawasan dari tenaga
kesehatan. Apoteker juga harus bertindak sebagai konsultan obat bagi
pasien yang melakukan swamedikasi (Siregar dan Amalia, 2003).
2.7 Pengendalian
Pengendalian persedian adalah suatu kegiatan untuk memastikan
tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program
yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/
kekosongan obat di unit-unit pelayanan.
Tujuan pengendalian : agar tidak terjadi kelbihan dan kekosongan
perbekalan farmasi di unit-unit pelayanan (Depkes RI,2008)
Kegiatan pengendalian mencakup :
a. Memperkirakan/menghitung pemakaian rata-rata periode tertentu.
Jumlah stok ini disebut stok kerja.
b. Menentukan stok optimum adalah stok obat yang diserahkan kepada
unit pelayanan agar tidak mengalami kekurangan/ kekosongan.
c. Menentukan waktu tunggu (lead time) adalah waktu yang diperlukan
dari mulai pemesanan sampai obat diterima (Depkes RI,2008)
Pengendalian obat di RS terdiri atas:
a. Sistem satu pintu,
b. Penandaan pada wadah perbekalan farmasi yang didistribusikan,
c. Pengembalian wadah bekas,
d. Penggunaan kartu kendali,
e. Menghitung dosis obat,
f. Menghitung biaya perbekalan farmasi yang dikeluarkan dan
membandingkan dengan unit cost yang diterima (Anonim,2012)
2.10.1 Monitoring
Monitoring adalah proses rutin pengumpulan data dan pengukuran
kemajuan atas objektif program/memantau perubahan yang fokus pada
proses masuk dan keluar.
1) Monitoring melibatkan perhitungan atas apa yang kita lakukan
2) Monitoring melibatkan pengamatan atas kualitas dari layanan yang
kita berikan (Depkes RI,2008)
2.10.2 Evaluasi
Evaluasi adalah penggunaan metode penelitian sosial secara sistematis
menginvestigasi efektifitas program dan menilai kontribusi program
terhadap perubahan (Goal/objektif) dan menilai kebutuhan perbaikan,
kelanjutan atau perluasan program (rekomendasi)
1) Evaluasi memerlukan desain studi/penelitian,
2) Evaluasi terkadang membutuhkan kelompok kontrol atau kelompok
pembanding,
3) Evaluasi melibatkan pengukuran seiring dengan berjalannya waktu,
4) Evaluasi melibatkan studi/penelitian khusus.
Kaitan antara Monitoring dan Evaluasi adalah evaluasi memerlukan
hasil dari monitoring dan digunakan untuk kontribusi program.
Monitoring bersifat spesifik program, sedangkan Evaluasi tidak hanya
dipengaruhi oleh program itu sendiri, melainkan variabel-variabel dari luar.
Tujuan dari Evaluasi adalah evalausi efektifitas dan cost effectiveness.
Tujuan : meningkankan produktivitas para pengelola perbekalan
farmasi di rumah sakit agar dapat ditingkatkan secara optimum (Depkes
RI,2008)
3.1 Kesimpulan
Pengolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan adalah suatu proses yang
merupakan siklus kegiatan yang dimulai dari perencanaa, pengadaan/siklus
kegiatan yang dimulai dari pengawasan, pemeliharaan, penghapusan
pemantauan, administrasi, pelaporan, dan evaluasi yang diperlukan bagi
kegiatan pelayanan. Tujuan pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan
yaitu agar tersedianya sediaan farmasi dan alat kesehatan yang bermutu
dalam jumlah dan pada saat yang tepat sesuai spesifikasi dan fungsi yang
ditetapkan oleh panitia farmasi dan terapi secara berdaya guna dan berhasil
Untuk menyiapkan tenaga professional tersebut diperlukan berbagai
masukan diantaranya adalah tersedianya pedoman yang tepat digunakan
dalam pengelolaan perbekalan farmasi di rumah IFRS.Mengingat
pentingnya pelayanan farmasi di rumah sakit, maka calon apoteker
perlu memahami dan mengenal peranan apoteker di rumah sakit,
khususnya Instalasi Farmasi. Hal ini penting sebagai bekal bagi lulusan
Program Pendidikan Profesi Apoteker apabila bekerja di rumah sakit.