Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Karbohidrat merupakan senyawa yang terbentuk dari molekul karbon,


hidrogen dan oksigen. Sebagai salah satu jenis zat gizi, fungsi utama karbohidrat
adalah penghasil energi di dalam tubuh. Karbohidrat ini kemudian digunakan oleh
tubuh untuk menjalankan berbagai fungsi-fungsinya seperti bernafas, kontraksi
jantung dan otot serta juga untuk menjalankan berbagai aktivitas sehari-hari.

Contoh dari karbohidrat sederhana adalah monosakarida seperti glukosa,


fruktosa, dan galaktosa atau juga disakarida seperti sukrosa dan laktosa. Jenis-
jenis karbophidrat sderhana ini dapat ditemui terkandung di dalam produk pangan
seperti madu, buah-buahan, dan susu. Sedangkan contoh dari karbohidrat
kompleks adalah pati, glikogen, selulosa, serat atau dalam konsumsi sehari-hari
karbohidrat kompleks dapat ditemui terkandung di dalam produk pangan seperti,
nasi, kentang, jagung, singkong, ubi, pasta, roti, dan sebagainya.

Metabolisme mempunyai pengertian yang amat luas, yang pada prinsipnya


dapat diartikan sebagai semua reaksi kimia atau perubahan kimia yang terjadi di
dalam tubuh makhluk hidup. Metabolisme yang terjadi dalam tubuh makhluk
hidup melibatkan berbagai reaksi kimia yang saling berkaitan satu dengan yang
lain yang saling menunjang. Misalnya dalam sintesis jaringan terlibat
metabolisme protein yang mempersiapkan kerangka dasar jaringan tersebut.
Disamping untuk memenuhi kebutuhan energi melalui metabolisme
energi/bioenergetik.

Semua itu terkait dalam suatu keterpaduan yang serasi termasuk disini
pengendalian/kontrol sehingga semuanya dapat berjalan serasi, efektif, dan efisien
bagi kelangsungan hidup tersebut. Akan amat sulit untuk menjelaskan secara
simultan, keseluruhan rangkaian yang terkait menjadi satu tersebut. Olehnya itu di
dalam pembahasan metabolisme karbohidrat akan dibahas satu persatu, kemudian
dicoba merangkunya untuk memberikan gambaran secara simultan.

1
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, penulis merumuskan


beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu :

1. Apa yang dimaksud dengan proses glikogenesis dan bagaimana prosesnya?


2. Apa yang dimaksud dengan proses glikogenolisis dan bagaimana prosesnya?
3. Apa yang dimaksud dengan proses gukoneogenesis dan bagaimana prosesnya?
4. Apa saja gangguan metabolisme karbohidrat?

C. Tujuan

Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah :

1. Dapat memahami apa itu proses glikogenesis dan bagaimana prosesnya.

2. Dapat memahami apa itu proses glikogenolisis dan bagaimana prosesnya.

3. Dapat memahami apa itu proses glukoneogenesis dan bagaimana prosesnya.

4. Dapat mengetahui apa saja gangguan metabolisme karbohidrat.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Proses Glikogenesis

Glikogenesis merupakan proses pembentukan glikogen dari glukosa.


Glukosa berfungsi sebagai bahan bakar untuk sebagian besar jaringan tubuh.
Apabila terjadi peningkatan kadar glukosa dalam darah misalnya beberapa saat
setelah makan maka pancreas akan mengeksresikan hormone insulin yang akan
menstimulasi penyimpanan glukosa dalam bentuk glikogen di dalam hati dan otot.
Hormon insulin akan menstimulasi enzim glikogen sintase untuk memulai proses
glikogenesis.

Rangkaian proses terjadinya glikogenesis digambarkan sebagai berikut:

1. Glukosa mengalami fosforilasi menjadi glukosa 6-fosfat (reaksi yang


lazim terjadi juga pada lintasan glikolisis). Di otot reaksi ini dikatalisir oleh
heksokinase sedangkan di hati oleh glukokinase.
2. Glukosa 6-fosfat diubah menjadi glukosa 1-fosfat dalam reaksi dengan
bantuan katalisator enzim fosfoglukomutase. Enzim itu sendiri akan mengalami
fosforilasi dan gugus fosfo akan mengambil bagian di dalam reaksi reversible
yang intermediatnya adalah glukosa 1,6-bifosfat. Selanjutnya glukosa 1-fosfat
bereaksi dengan uridin trifosfat (UTP) untuk membentuk uridin difosfat glukosa
(UDPGlc). Reaksi ini dikatalisir oleh enzim UDPGlc pirofosforilase. Uridin
difosfat glukosa (UDPGlc).

3
Lintasan glikogenesis dan glikogenolisis

3. Hidrolisis pirofosfat inorganic berikutnya oleh enzim pirofosfatase


inorganik akan menarik reaksi kea rah kanan persamaan reaksi
4. Atom C1 pada glukosa yang diaktifkan oleh UDPGlc membentuk ikatan
glikosidik dengan atom C4 pada residu glukosa terminal glikogen, sehingga
membebaskan uridin difosfat. Reaksi ini dikatalisir oleh enzim glikogen sintase.
Molekul glikogen yang sudah ada sebelumnya (disebut glikogen primer) harus
ada untuk memulai reaksi ini. Glikogen primer selanjutnya dapat terbentuk pada
primer protein yang dikenal sebagai glikogenin. Residu glukosa yang lebih lanjut
melekat pada posisi 14 untuk membentuk rantai pendek yang diaktifkan oleh
glikogen sintase. Pada otot rangka glikogenin tetap melekat pada pusat molekul

4
glikogen, sedangkan di hati terdapat jumlah molekul glikogen yang melebihi
jumlah molekul glikogenin.
5. Setelah rantai dari glikogen primer diperpanjang dengan penambahan
glukosa tersebut hingga mencapai minimal 11 residu glukosa, maka enzim
pembentuk cabang memindahkan bagian dari rantai 14 (panjang minimal 6
residu glukosa) pada rantai yang berdekatan untuk membentuk rangkaian 16
sehingga membuat titik cabang pada molekul tersebut. Cabang-cabang ini akan
tumbuh dengan penambahan lebih lanjut 1glukosil dan pembentukan cabang
selanjutnya. Setelah jumlah residu terminal yang non reduktif bertambah, jumlah
total tapak reaktif dalam molekul akan meningkat sehingga akan mempercepat
glikogenesis maupun glikogenolisis.

B. Glikogenolisis

Kata glikogenolisis dijabarkan menjadi glikogen yaitu glikogen dan lisisi


yaitu pemecahan atau pengurain. Sehingga glikogenolisis merpakan proses
pengubanhan dari polisakarida yaitu glikogen menjadi monosakarida yaitu
glukosa. Proses glikogenolisi itu terjadi dalam tubuh karna kadar glukosa dalam
tubuh sudah mulai kekurangan akan glukosa akibat berbagai aktifitas dalam tubuh
maupun luar tubuh. Aktivitas dari luar tubuh seperti berlari, berjalan, bersepada,
berenang, dll.sedangkan aktivitas dari dalam tubuh sendiri meliputi proses
respirasi, percernaa, siste kerja saraf dan lain-lain. Tujuan dari glikogenolisi ini
terbagi menjadi uda yaitu:

1. Diotot; proses ini digunakan untuk kperluan menghasilkan energy


2. Di hati : proses ini dilakukan untuk mempertahankan kadar gula dalam
darah pada saat jeda waktu makan.

Glikogenolisis terjadi jika asupan makana tidak cukup memenuhi energy


yang dibutuhkan tubuh sehingga untuk mendapatkan energy tubuh mengambil
alternative lain yaitu dengan menggunaakan simpanan glikogen dalam hati atau
otot. Proses pada saat makan, hati dapat menarik simpanan glikogennya untuk
memulihkan glukosa didalma darah (glikogenolis) atau dengan bekerja smaa
dengan ginjal, mengkonversikan metabolit non-karbohidrat gseperti laktat,

5
gliserol, dan asam amino menjadi glukosa . upaya untuk mempertahan glukosa
dalam konsentrasi yang memadai didalam darah sangant penting bagi beberap
jaringan tertentu, glukosa merupakan bahan bakar yang wajib tersedia, misalnya
otal dan eritrosit

Glikogenolisi merupakan reaksi hidrolisis gikogen menjadi glukosa,


perubahann glikogen menjadi sumber enrgi merupakan proses katabolisme
cadangan sumber energy. Proses glikogenolisis terkadang menyebabkan
meningktanya kadar gula yang dapat menyebabkanpenyakit diabetes.

Glikogenolisis adalah lintasan metabolisme yang digunakan dalam tubuh,


selain glukoneogenosis untuk menjaga kseimbangan glukosa didalam plasma
darah juga untuk menghindari sintoma hipoglisemia.

PROSES GLIKOGENOLISIS

Dalam glikogenolisis, glikogen yang tersimpan dalam hati dan


otot,pertama dikonversi menjadi glukosa-1 fosfat dan kemudian menjadi glukosa-
6 fosfat. Dua hormone yang mengendalikan glikogenolisi adalah peptide,
glucagon, dan pangkreas kelenjaar adrenal.

Glucagon dilpaskan darinpangkreas dalam menanggapi gluoa darah rendah


dan epinefrin dilepaskan sebagai respon terhadap ancaman atau stress. Kedua
hormone bertindak atas enzim glikogen fosforilase merangsang untuk memulai
glikogenolis menghambat sintetse glikogen (glikogenesis berhenti)

Glikogen adalah strktur polimer yang bercabang yang mengandung


glukosa sebagai monomer dasar. Pertama molekul glukosa individu di hidrolisa
dari lantai, diikuti dengan penambahan gugus fosfat c-1. Pada langkah selanjutnya
fosfat tersbut akan dipidahkan pada posisi c-6 untuk memberikan glikosa 6-fosfat
suatu senyawa persimpangan jalan

Glukosa-6-fosfat adalah langkah pertama dari jalur glikolisis glikogen jika


adalah sumber karbohidrat dan enregi lebih lanjut diperlukan. Jika energy tidak
segera diperlukan, glukosa-6-fosfot diubah menjadi glukosa untuk distribusi
diberbagai darah kesel-sel seperti sel-sel otak

6
Glikogenoliss berlangsung dengan jalur yang berlainan. Dengan adanya
enzim fosfirilase, fosfat anorganik melepaskan sisa glukosa non mereduksi ujung
satu persatu untuk menghasilkan D-glukosa fosfat 1-fosfat. Proses glikogenolisis
merupakan proses pemecahan glikogen yang berlangsung lewat jalan yang
berbeda, tergantung kepaada roses yang mempengaruhinya.

C. Glukoneogenesis

Glukoneogenesis, merupakan proses di mana glukosa disintesis dari non-


karbohidratprekursor, terjadi terutama di hati dalam kondisi puasa. Di
bawahkondisi kelaparan yang lebih ekstrim, korteks ginjal juga dapat
menghasilkan glukosa. Sebagian besar, glukosa yang diproduksi oleh korteks
ginjal digunakan oleh ginjalmedula, tetapi beberapa mungkin memasuki aliran
darah.Dimulai dengan piruvat, sebagian besar langkah glukoneogenesis hanyalah
pembalikan dari glikolisis. Bahkan, jalur ini berbeda hanya pada tiga titik.

Enzim yang terlibat dalam mengkatalisasi langkah-langkah ini diatur


sehingga glikolisis atauglukoneogenesis mendominasi, tergantung pada kondisi
fisiologis.Sebagian besar langkah glukoneogenesis menggunakan enzim yang
sama yang mengkatalisasiproses glikolisis. Aliran karbon, tentu saja, berada di
arah sebaliknya.Tiga urutan reaksi glukoneogenesis berbeda dari langkah-langkah
yang sesuaiglikolisis. Mereka melibatkan konversi piruvat menjadi

7
fosfoenolpiruvat (PEP)dan reaksi yang menghilangkan fosfat dari fruktosa 1,6-
bifosfat terbentukfruktosa 6-fosfat dan dari glukosa 6-fosfat untuk membentuk
glukosa.

Konversi piruvat menjadi PEP dikatalisis selama glukoneogenesis oleh


serangkaianenzim bukan enzim tunggal yang digunakan untuk glikolisis. Reaksi
itumenghilangkan fosfat dari fruktosa 1,6-bifosfat dan dari glukosa 6-fosfat
masing-masing menggunakan enzim tunggal yang berbeda dari enzim glikolisis
yang sesuai.Meskipun fosfat ditambahkan selama glikolisis oleh kinase, yang
menggunakan adenosin trifosfat (ATP), itu dihapus selama glukoneogenesis oleh
fosfatase itu melepaskan Pi melalui reaksi hidrolisis.

A. Prosedur untuk Glukoneogenesis

Proses ke kanan adalah reaksi glikolisis, sedangkan proses ke kiri adalah


reaksi glukoneogenesis.

Tiga sumber karbon utama untuk glukoneogenesis pada manusia adalah


laktat, gliserol, dan asam amino, khususnya alanin. Laktat diproduksi oleh

8
glikolisis anaerobdalam jaringan seperti melatih otot atau sel darah merah, serta
olehadiposit selama keadaan makan. Gliserol dilepaskan dari toko adiposa di
triasilgliserol, dan asam amino terutama berasal dari kolam asam amino di otot,di
mana mereka dapat diperoleh dengan degradasi protein otot. Alanine, sang
mayorasam amino glukoneogenik, diproduksi di otot dari asam amino lain dan
dari glukosa.

B. Pembentukan Glukoneogenik Menengah dari Sumber Karbon

1. Laktat, Asam amino, dan Gliserol

Piruvat diproduksi di hati dari laktat dan prekursor glukoneogenikalanin. Laktat


dehidrogenase mengoksidasi laktat menjadi piruvat, menghasilkan NADH dan
alanin aminotransferase mengubah alanin menjadi piruvat. Meskipun alanin
adalah asam amino glukoneogenik utama, asam amino lainnya,seperti serin,
berfungsi sebagai sumber karbon untuk sintesis glukosa karena mereka juga
membentuk piruvat, substrat untuk langkah awal dalam proses. Beberapa
aminoasam membentuk intermediet dari siklus TCA, yang dapat memasukijalur
glukoneogenik.Karbon gliserol bersifat glukoneogenik karena mereka membentuk
dihidroksiasetonfosfat (DHAP), zat antara glikolitik.

2. Propionat

Asam lemak dengan jumlah atom karbon ganjil, yang diperoleh terutamadari
sayuran dalam makanan, menghasilkan propionil CoA dari tiga karbon diakhir
rantai. Karbon ini adalah prekursor yang relatif kecilglukosa pada manusia.
Propionyl CoA dikonversi menjadi methylmalonylCoA, yang disusun kembali
untuk membentuk suksinil CoA, zat antara 4-karbon. Siklus TCA yang dapat
digunakan untuk glukoneogenesis. Sisa karbon dari suatu asam lemak rantai ganjil
membentuk asetil CoA, dari mana tidak ada sintesis glukosa bersih terjadi.
Oksidasi asam lemak menghasilkan asetil KoA. Karena dehidrogenase piruvat
Reaksi secara termodinamik dan kinetik ireversibel, asetil KoA tidak membentuk
piruvat untuk glukoneogenesis. Karena itu, jika asetil KoA adalah untuk
menghasilkan glukosa, itu harus memasuki siklus TCA dan dikonversi menjadi
malate. Untuk setiap dua karbon asetil KoA yang dikonversi menjadi malat, dua

9
karbon dilepaskan sebagai CO2: satu di reaksi dikatalisis oleh isocitrate
dehydrogenase dan yang lainnya dalam reaksi dikatalisasi oleh -ketoglutarat
dehidrogenase. Oleh karena itu, tidak ada sintesis glukosa bersih dari asetil KoA.

C. Jalur Glukoneogenesis

Glukoneogenesis terjadi oleh jalur yang membalik banyak, tetapi tidak


semua, dari langkah-langkah glikolisis.

1. Konversi Piruvat kepada Fospoenol Piruvat

Dalam glikolisis, PEP dikonversi menjadi piruvat oleh piruvat kinase.


Dalam glukoneogenesis, diperlukan serangkaian langkah untuk menyelesaikan
reaksi ini. Piruvat di karboksilasi oleh piruvat karboksilase untuk membentuk
oksaloasetat. Ini Enzim, yang membutuhkan biotin, adalah katalisator reaksi
anaplerotik (pengisian ulang)dari siklus TCA. Dalam glukoneogenesis, reaksi ini
mengisi kembalioksaloasetat yang digunakan untuk sintesis glukosa. CO2 yang
ditambahkan ke piruvat untuk membentuk oksaloasetat dilepaskan dalam reaksi
dikatalisasi oleh phosphoenolpyruvate carboxykinase (PEPCK), yang
menghasilkan PEP .

Untuk reaksi ini, GTP menyediakan sumber energi dan juga gugus fosfat
PEP. Piruvat karboksilase ditemukan di mitokondria. Dalam berbagai spesies,
PEPCK terletak di sitosol atau mitokondria, atau didistribusikan antara dua
kompartemen ini. Pada manusia, enzim tersebut didistribusikan sama di setiap
kompartemen. Oxaloacetate, dihasilkan dari piruvat oleh piruvat karboksilase atau
dari amino asam yang membentuk intermediet dari siklus TCA, tidak mudah
melintasi mitokondria selaput. Entah itu dekarboksilasi untuk membentuk PEP
oleh mitokondria PEPCK atau dikonversi menjadi malat atau aspartat . Itu
konversi oksaloasetat menjadi malat membutuhkan NADH. PEP, malat, dan
aspartat dapat diangkut ke sitosol. Setelah malat atau aspartat melintasi membran
mitokondria (bertindak sebagai pembawadari oksaloasetat) dan masuk ke sitosol,
mereka diubah menjadi oksalo asetat oleh pembalikan reaksi.

Oksalat asetat yang terbentuk dalam mitokondria dikonversi menjadi salah

10
satunya malate atau aspartate untuk memasuki sitoplasma melalui shuttle malate /
aspartate. Setelah di sitoplasma, malat atau aspartat diubah kembali menjadi
oxaloacetate (lingkaran 3), dan phosphoenolpyruvate carboxykinase akan
mengubahnya menjadi PEP (lingkaran 4). Angka-angka yang dilingkari putih
adalah rute alternatif untuk keluar karbon dari mitokondria menggunakan shuttle
malate/aspartate. OAA oksaloasetat; Asam lemak FA; TG triacylglycerol.

3. Konversi Fruktosa 1,6- Bifosfat untuk Fruktosa 6-Fosfat

Enzim fruktosa 1,6-bifosfatase melepaskan fosfat anorganik dari


fruktosa1,6-bifosfat untuk membentuk fruktosa 6-fosfat. Ini bukan pembalikan
dariReaksi PFK-1; ATP tidak diproduksi ketika fosfat dihilangkan dari 1posisi
fruktosa 1,6-bifosfat, karena itu adalah ikatan fosfat berenergi rendah.Sebaliknya,
fosfat anorganik dilepaskan dalam reaksi hidrolisis ini. Di reaksi selanjutnya dari
glukoneogenesis, fruktosa 6-fosfat diubah menjadi glukosa 6-fosfat oleh
isomerase yang sama digunakan dalam glikolisis (phosphoglucoisomerase).

4. Konversi Glukosa 6-fosfat untuk Glukosa

Glukosa 6-fosfatase menghidrolisis Pi dari glukosa 6-fosfat, dan glukosa


bebas adalahdilepaskan ke dalam darah. Seperti halnya fruktosa 1,6-
bisphosphatase, ini bukan pembalikan reaksi glukokinase, karena ikatan fosfat
dalam glukosa 6-fosfat adalah ikatan energi rendah, dan ATP tidak dihasilkan
pada langkah ini. Glukosa 6-fosfatase terletak di membran retikulum endoplasma.
Ini digunakan tidak hanya dalam glukoneogenesis, tetapi juga untuk menghasilkan
glukosa darah dari kerusakan glikogen hati.

C. Regulasi Glukoneogenesis

Meskipun glukoneogenesis terjadi selama puasa, itu juga distimulasi


selama berkepanjangan berolahraga, dengan diet protein tinggi, dan dalam kondisi
stres. Faktor-faktornya yang mempromosikan keseluruhan aliran karbon dari
piruvat ke glukosa termasuk ketersediaan substrat dan perubahan aktivitas atau
jumlah enzim kunci glikolisis dan glukoneogen tertentu.

1. Ketersediaan Substrat

11
Glukoneogenesis dirangsang oleh aliran substrat utamanya dari perifer
jaringan ke hati. Gliserol dilepaskan dari jaringan adiposa kapanpun levelnya
insulin rendah dan kadar glukagon atau hormon "stres", epinefrin dan kortisol
(glukokortikoid), meningkat dalam darah. Laktat adalah diproduksi oleh otot
selama latihan dan oleh sel darah merah. Asam amino adalah dilepaskan dari otot
setiap kali insulin rendah atau ketika kortisol meningkat. Asam amino juga
tersedia untuk glukoneogenesis ketika asupan protein tinggi dan asupan
karbohidrat rendah.

2. Aktivitas atau Jumlah Kunci Enzim

Tiga urutan dalam jalur glukoneogenesis diatur:

1. piruvat S fosfoenolpiruvat

2. fruktosa 1,6-bifosfat S fruktosa 6-fosfat

3. glukosa 6-fosfat S glukosa.

3. Konversi Piruvat untuk Fosfoenol Piruvat

Piruvat, substrat utama untuk glukoneogenesis, berasal dari laktat dan


asam amino, terutama alanin. Piruvat tidak dikonversi menjadi asetil KoA dalam
kondisi lebih menyukai glukoneogenesis karena piruvat dehidrogenase relatif
tidak aktif. Alih-alih, piruvat dikonversi menjadi oksaloasetat oleh piruvat
karboksilase. Kemudian, oxaloacetate dikonversi menjadi PEP oleh PEPCK.
Karena keadaan aktivitas enzim yang dibahas pada bagian selanjutnya, PEP
membalikkan langkah glikolisis, akhirnya membentuk glukosa. Piruvat
dehydrogenase tidak aktif. Dalam kondisi puasa, kadar insulin rendah, dan kadar
glukagon meningkat. Akibatnya, asam lemak dan gliserol adalah dilepaskan dari
toko triasilgliserol jaringan adiposa. Asam lemak melakukan perjalanan ke hati, di
mana mereka menjalani oksidasi, menghasilkan asetil KoA, NADH, dan ATP.

Sebagai akibatnya, konsentrasi ADP berkurang. Perubahan ini


menghasilkan fosforilasi piruvat dehidrogenase ke bentuk tidak aktif. Karena itu,
piruvat tidak dikonversi menjadi asetil CoA. piruvat karbosilat aktif. Asetil CoA,

12
yang diproduksi oleh oksidasi asam lemak, mengaktifkan piruvat karboksilase.
Karena itu, piruvat, berasal dari laktat atau alanin, dikonversi menjadi
oksaloasetat. Diinduksi fosfoenolpiruvat carboxykinase. Oxaloacetate
menghasilkan PEP dalam suatu reaksi yang dikatalisasi oleh PEPCK. PEPCK
sitosol adalah enzim yang diinduksi, yang berarti bahwa jumlah enzim dalam sel
meningkat karena peningkatan transkripsi gennya dan peningkatan terjemahan
mRNA-nya. Inducer utama adalah siklik adenosin monofosfat (cAMP), yang
meningkat oleh hormon itu aktifkan adenilat siklase. Adenylate cyclase
menghasilkan cAMP dari ATP. Glukagon adalah hormon yang menyebabkan
cAMP meningkat selama puasa, sedangkan epinefrin bekerjamsaat berolahraga
atau stres.faktor transkripsi spesifik (CREB) yang merangsang transkripsi.

4. Konversi Fruktase 1,6- Bispospat untuk Fruktase 6-fosfat

Karbon PEP membalikkan langkah-langkah glikolisis, membentuk


fruktosa 1,6-bifosfat. Fruktosa 1,6-bifosfatase bekerja pada bifosfat ini untuk
melepaskan anorganik fosfat dan menghasilkan fruktosa 6-fosfat. Siklus media
yang sia-sia dicegah di langkah ini karena, dalam kondisi yang mendukung
glukoneogenesis, konsentrasi dari senyawa yang mengaktifkan enzim glikolitik
PFK-1 rendah. Ini sama senyawa, fruktosa 2,6-bifosfat (yang kadarnya diatur oleh
insulin dan glukagon) dan AMP, adalah inhibitor allosterik dari fruktosa 1,6-
bisphosphatase. Kapan konsentrasi efektor allosterik ini rendah, PFK-1 kurang
aktif, fruktosa 1,6-bifosfatase lebih aktif, dan aliran karbon bersih menuju
fruktosa 6- fosfat dan, dengan demikian, menuju glukosa. Sintesis fruktosa 1,6-
bisphosphatase juga diinduksi saat puasa.

5. Konversi Glukosa 6-Phospat untuk Glukosa

Glukosa 6-fosfatase mengkatalisis konversi glukosa 6-fosfat menjadi


glukosa, yang dilepaskan dari sel hati (Gbr. 31.10). Enzim glikolitik glukokinase,
yang mengkatalisasi reaksi sebaliknya, relatif tidak aktif selama glukoneogenesis.
Glucokinase, yang memiliki S0,5 (Km) tinggi untuk glukosa, tidak terlalu aktif
selama puasa karena kadar glukosa darah lebih rendah (sekitar 5 mM) dari pada
S0.5 enzim. Glucokinase juga merupakan enzim yang diinduksi. Konsentrasi

13
enzim meningkat dalam keadaan makan, ketika kadar glukosa dan insulin darah
meningkat, dan menurun dalam keadaan puasa, ketika glukosa dan insulin rendah.

D. Energi Diperlukan untuk Sintesis Glukosa

Selama reaksi glukoneogenik, 6 mol ikatan fosfat berenergi tinggi adalah


melekang. Diperlukan dua mol piruvat untuk sintesis 1 mol glukosa. Karena 2 mol
piruvat dikarboksilasi oleh piruvat karboksilase, 2 mol ATP dihidrolisis. PEPCK
membutuhkan 2 mol GTP (setara dengan 2 mol ATP) untuk mengubah 2 mol
oksaloasetat menjadi 2 mol PEP. Tambahan 2 mol ATP digunakan ketika 2 mol 3-
fosfogliserat difosforilasi, membentuk 2 mol 1,3-bisphosphoglycerate. Energi
dalam bentuk mengurangi setara (NADH) adalah juga diperlukan untuk konversi
1,3-bisphosphoglycerate menjadi glyceraldehyde 3- fosfat. Dalam kondisi puasa,
energi yang dibutuhkan untuk glukoneogenesis adalah diperoleh dari -oksidasi
asam lemak.

D. Gangguan Metabolisme Karbohidrat (Diabetes)

Diabetes Militus adalah kelainanan metabolisme karbohidrat,


dimana glukosa darah tidak dapat digunakan dengan baik, sehingga
menyababkan keadaan hiperglikemia.

Setelah makan tinggi karbohidrat, glukosa darah naik dari tingkat puasa
sekitar 80 hingga 100 mg / dL (~ 5 mM) ke tingkat sekitar 120 hingga 140 mg /
dL (8 mM) dalam periode 30 menit hingga 1 jam. Konsentrasi glukosa dalam
darah kemudian mulai berkurang, kembali ke kisaran puasa sekitar 2 jam setelah
makan. Kadar glukosa darah meningkat karena glukosa makanan dicerna dan
diserap. Itu nilai tidak lebih tinggi dari sekitar 140 mg / dL pada orang normal dan
sehat karena jaringan mengambil glukosa dari darah, menyimpannya untuk
penggunaan selanjutnya dan pengoksidasi untuk energi. Setelah makan dicerna
dan diserap, kadar glukosa darah menurun karena sel terus memetabolisme
glukosa. Jika kadar glukosa darah terus meningkat setelah makan, konsentrasi
tinggi glukosa akan menyebabkan pelepasan air dari jaringan sebagai hasil dari
osmotik efek glukosa. Jaringan akan mengalami dehidrasi, dan fungsinya akan

14
menjadi terpengaruh. Koma hiperosmolar dapat terjadi akibat dehidrasi otak.

1. Glukosa dalam Hati

Setelah makan, hati mengoksidasi glukosa untuk memenuhi kebutuhan


energi langsungnya. Apa saja kelebihan glukosa dikonversi menjadi bahan bakar
yang disimpan. Glikogen disintesis dan disimpan di hati, dan glukosa diubah
menjadi asam lemak dan bagian gliserol itu bereaksi dengan asam lemak untuk
menghasilkan triasilgliserol. Triasilgliserol ini adalahdikemas dalam lipoprotein
densitas sangat rendah (VLDL) dan diangkut ke jaringan adiposa, dimana asam
lemak disimpan dalam adiposa triasilgliserol.

Mekanisme pengaturan mengontrol konversi glukosa menjadi bahan bakar


yang disimpan. Sebagai konsentrasi glukosa meningkat dalam vena portal hepatik,
konsentrasi glukosa dalam hati dapat meningkat dari tingkat puasa 80 hingga 100
mg / dL (~ 5 mM) hingga konsentrasi 180 hingga 360 mg / dL (10-20 mM).
Akibatnya, kecepatan reaksi glukokinase meningkat karena enzim ini memiliki
S0.5 yang tinggi (Km) untuk glukosa. Glucokinase juga diinduksi oleh
karbohidrat tinggi diet; jumlah enzim meningkat sebagai respons terhadap
peningkatan kadar insulin. Insulin meningkatkan penyimpanan glukosa sebagai
glikogen dengan melawan efek fosforilasi stimulasi glukagon.

Respons terhadap insulin mengaktifkan fosfatase bahwa dephosphorylate


glikogen sintase (yang mengarah ke glikogen sintase aktivasi) dan glikogen
Insulin juga mempromosikan sintesis triasilgliserol yang ada dilepaskan dari hati
ke dalam darah sebagai VLDL.

2. Glukosa Dietari dalam Jaringan Peripheral

Hampir setiap sel dalam tubuh mengoksidasi glukosa menjadi energi.


Jaringan kritis tertentu, khususnya otak, jaringan saraf lain, dan sel darah merah,
terutama tergantung pada glukosa untuk pasokan energi mereka. Otak
membutuhkan sekitar 150 g glukosa per hari. Selain itu, sekitar 40 g / hari glukosa
diperlukan oleh yang lain tergantung-glukosa tisu. Selanjutnya, semua jaringan
membutuhkan glukosa untuk pentosa fosfat jalur, dan banyak jaringan

15
menggunakan glukosa untuk sintesis dan glikoprotein senyawa yang mengandung
karbohidrat lainnya.

3. Kembali dari Glukosa Darah ke tingkat cepat

Setelah makan telah dicerna dan diserap, kadar glukosa darah mencapai
puncaknya dan kemudian mulai menurun. Penyerapan glukosa makanan oleh sel-
sel, terutama yang di hati, otot, dan jaringan adiposa, menurunkan kadar glukosa
darah. 2 jam setelahnya makan, kadar glukosa darah kembali ke tingkat puasa
normal kurang dari 140 mg / dL.

B. Kadar Glukosa Darah dalam Keadaan Puasa

1. Perubahan tingkat Insulin dan Glukosa

Selama puasa, ketika kadar glukosa darah menurun, kadar insulin


menurun, dan kadar glukagon meningkat. Perubahan hormon ini menyebabkan
hati menurunkan glikogen oleh proses glikogenolisis dan untuk menghasilkan
glukosa dengan proses glukoneogenesis sehingga kadar glukosa darah tetap
terjaga.

2. Stimulasi Glikogenolisis

Dalam beberapa jam setelah makan tinggi karbohidrat, kadar glukagon


mulai meningkat. Glukagon berikatan dengan reseptor permukaan sel dan
mengaktifkan adenilat siklase, menyebabkan tingkat cAMP dalam sel-sel hati
meningkat. cAMP mengaktifkan protein kinase A, yang memfosforilasi dan
menonaktifkan glikogen sintase. Karena itu, glikogen sintesis menurun. Pada saat
yang sama, protein kinase A merangsang degradasi glikogen oleh dua tahap
mekanisme. Protein kinase A phosphorylates dan mengaktifkan phosphorylase
kinase. Enzim ini, pada gilirannya, memfosforilasi dan mengaktifkan glikogen
fosforilase.

3. Stimulasi Glukoneogenesis

Dengan 4 jam setelah makan, hati memasok glukosa ke darah tidak hanya
oleh proses glikogenolisis tetapi juga oleh proses glukoneogenesis. Hormonal

16
perubahan menyebabkan jaringan perifer melepaskan prekursor yang
menyediakan karbon untuk glukoneogenesis, khusus laktat, asam amino, dan
gliserol. Mekanisme pengaturan mempromosikan konversi prekursor
glukoneogenik menjadi glukosa. Mekanisme ini mencegah terjadinya potensi sia-
sia siklus, yang akan terus-menerus mengubah substrat ke produk sambil
mengonsumsi energi tetapi tidak menghasilkan hasil yang bermanfaat.

4. Stimulasi Lipolisis

Perubahan hormon yang terjadi selama puasa merangsang pemecahan


adiposa triasilgliserol Akibatnya, asam lemak dan gliserol dilepaskan ke dalam
darah. Gliserol berfungsi sebagai sumber karbon untuk glukoneogenesis. Asam
lemak menjadi bahan bakar utama tubuh dan teroksidasi menjadi CO2 dan H2O
oleh berbagai jaringan, yang memungkinkan jaringan ini untuk mengurangi
pemanfaatannya glukosa. Asam lemak juga dioksidasi menjadi asetil KoA di hati
untuk menyediakan energi glukoneogenesis. Dalam puasa yang berkepanjangan,
asetil CoA dikonversi menjadi benda keton, yang masukkan darah dan berfungsi
sebagai sumber bahan bakar tambahan untuk otot dan otak.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan maka dapat disimpulkan


bahwa :

a. Proses glikogenesis merupakan proses pembentukan glikogen dari glukosa.


Biasanya, terjadi pada saat seseorang mengalami kekenyangan, dikarenakan
glukosa dalam darah sedang tinggi.
b. Proses glikogenolisis merupakan proses pemecahan glikogen. Biasanya terjadi
pada saat seseorang sedang lapar.
c. Proses glukoneogenesis merupakan proses pembentukan energi (glukosa)
zang bukan berasal dari karbohidrat. Dengan modal protein, lipid, asam laktat.
d. Glukosa yang berlebih dalam proses tersebut akan disimpah di dalam hati dan
otot.
e. Diabetes Militus adalah kelainanan metabolisme karbohidrat, dimana glukosa
darah tidak dapat digunakan dengan baik, sehingga menyababkan keadaan
hiperglikemia.

B. Saran

Kami selaku penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini


masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu diharapkan pembaca dapat
menambah wawasan dari berbagai sumber lain,dan kepada dosen pengampuh
semoga dapat mengoreksi segala bentuk kesalahan dalam penyusunan makalah
ini.

18
DAFTAR PUSTAKA

Smith, C, dkk. 2005 . Marks’ Basic Medical Biochemistry: A Clinical Approach,


2nd edition. Lippincott Williams and Wilkins. USA.

19

Anda mungkin juga menyukai