Anda di halaman 1dari 7

Antonius Patrick / 205040101111029

Muhammad Rafli Mumtaz / 205040107111062

TM 3 PRAKTIKUM EKONOMI MAKRO

1. Produk Domestik Bruto (GDB) dari :

Sisi produksi
Harga berlaku
Nilai pendapatan nasional yang diperoleh dinamakan Produk Domesti Bruto menurut harga
pasar. Ini berarti didalam menilai produksi yang tercipta di tiap-tiap sektor, bukan saja
dihitung pembayaran kepada faktor-faktor produksi yang digunakan tetapi juga pajak tak
langsung yang dibayar oleh tiap-tiap sektor.

Kalau diperhatikan nilai-nilai produk domestic bruto dari tahun 1990 sampai 2009 tersebut
adalah nyata bahwa kenaikan nilainya sangat besar sekali. Produk domestic bruto Pada tahun
1990 sebesar 210,866, pada tahun 1995 sebesar 454,514, pada tahun 2000 sebesar 1,389,770,
pada tahun 2005 sebesar 2,774,281 dan pada tahun 2009 sebesar 5,613,442. produk domestic
bruto pada tahun 2000 telah melebihi lima kali lipat dari nilainya pada tahun 1990, dan pada
tahun 2009 telah menjadi 25 kali lipat daripada nilainya dalam tahun 1990. Kenaikan nilai
produk domestic bruto yang sangat tinggi tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan harga-
harga yang cukup tinggi diantara tahun-tahun tersebut. GDP diperoleh dari penjumlahan
Mining, Manufacturing, Electricity, gas, and water, Construction, Trade, Transport and
communications, Financeb, Public administration and Others.

Harga konstan
Constant prices kalau diperhatikan nilai-nilai produk domestic bruto dari tahun 1990 sampai
2009 tersebut terjadi kenaikan nilai secara signifikan, tetapi tidak begitu besar seperti GDP
harga berlaku. Produk domestic bruto Pada tahun 1990 sebesar 263,262 pada tahun 1995
sebesar 383,792 pada tahun 2000 sebesar 1,389,770 pada tahun 2005 sebesar 1,750,815 dan
pada tahun 2009 sebesar 2,176,976. Produk domestic bruto tahun 2000 pada telah melebihi 6
kali lipat dari nilainya pada tahun 1990, dan pada tahun 2009 telah menjadi 10 kali lipat
daripada nilainya dalam tahun 1990. Kenaikan nilai produk domestic bruto pada harga
konstan tidak terlalu tinggi kenaikannya seperti pada harga berlaku yang kenaikannya begitu
tinggi pada tahun 2009 dari nilainya pada tahun 1990 yaitu 5,613,442.

Sisi pengeluaran
Harga berlaku
Nilai-nilai produk domestik bruto berdasarkan harga berlaku di lihat dari sisi pengeluaran
pada tahun 1990 sampai 2009 terjadi kenaikan secara signifikan. Dimana pada tahun 1990
sebesar 210,866, pada tahun 1995 sebesar 454,514, pada tahun 2000 sebesar 1,389,770, pada
tahun 2005 sebesar 2,774,281.1 dan pada tahun 2009 sebesar 5.613441.7. Dilihat dari
besarnya kenaikan yang terjadi pada tahun 1990 sampai 2009 disebabkan tingkat konsumsi,
investasi, pembelian pemerintah dan ekpor neto semakin tinggi, sehingga menyebabkan
kenaikan 28 kali lipat pada tahun 2009 daripada nilainya pada tahun 1990.

Harga konstan
Nilai-nilai produk domestic bruto berdasarkan harga konstan di liat dari sisi pengeluaran pada
tahun 1990 sampai 2009 terjadi kenaikan secara signifikan. Dimana pada tahun 1990 sebesar
263,262 pada tahun 1995 sebesar 383,792 pada tahun 2000 sebesar 1,389,770 pada tahun
2005 sebesar 1,750,815 dan pada tahun 2009 sebesar 2,176,976 dilihat dari besarnya
kenaikan yang terjadi pada tahun 1990 sampai 2009 disebabkan tingkat konsumsi, investasi,
pembelian pemerintah dan ekpor neto semakin tinggi, sehingga menyebabkan kenaikan 28
kali lipat pada tahun 2009 daripada nilainya pada tahun 1990.

A. Produk nasional bruto (GNP)

Di Indonesia angka-angka yang diperoleh dari perhitungan pendapatan nasional dengan cara
pengeluaran dikemukakan secara seperti yang ditunjukkan dalam tabel. Dapat dilihat bahwa
dari perhitungan pendapatan nasional dengan cara pengeluaran, dengan sekaligus dapat
diketahui produk domestic bruto, produk nasional bruto dan pendapatan nasional. Yang
terlebih dahulu diperoleh adalah produk domestic bruto. Dengan demikian cara yang yang
digunakan sedikit berbeda dengan cara yang digunakan di Negara-negara maju. Di Amerika
serikat, misalnya pendapatan Negara yang dihitung dengan cara pengeluaran akan
memperoleh produk nasional bruto. Dalam perhitungan pendapatan nasional di Indonesia,
dan dikebanyakan Negara-negara berkembang lainnya dan pejumlahan berbagai jenis
pengeluaran dalam masyarakat yang kemudian dikurangi dengan impor diperoleh produk
domestic bruto (menurut harga pasar).

Untuk memperoleh produk nasional bruto, kepada produk domestic bruto harus ditambah
pendapatan faktor bersih dari luar negeri. Faktor bersih luar negeri adalah (i) pendapatan
faktor-faktor produksi sesuatu Negara yang digunakan Negara-negara lain, dikurangi oleh (ii)
pembayaran ke atas faktor-faktor produksi Negara lain yang digunakan di Negara itu.

Harga berlaku
GNP pada tahun 1990 sebesar 201,251, pada tahun 1995 sebesar 441,148, pada tahun 2000
sebesar 1,297,608, pada tahun 2005 sebesar 2,639,281, dan pada tahun 2009 sebesar
5,417,222

Harga konstan
GNP pada tahu 1990 sebesar 251,865, pada tahun 1995 sebesar 371,869, pada tahun 2000
sebesar 1,297,608, pada tahun 2005 sebesar 1,643,434, dan pada tahun 2009 sebesar
2,067,156

B. Pendapatan nasional (NI)

Pendapatan nasional adalah nilai seluruh produksi yang tercipta dalam sesuatu Negara dalam
satu tahun tertentu dan dihitung secara pendapatan. Dalam memperbandingkan nilai
pendapatan nasional dari tahun ke tahun lainnya, haruslah dipastikan agar nilai-nilai
pendapatan nasional yang diperbandingkan tersebut dihitung menurut harga-harga tetap atau
pendapatan nasional riel. Sebaliknya pendapatan nasional yang di nilai menurut harga-harga
yang bberlaku pada tahun di mana produksi nasional yang sedang dinilai diproduksikan
dinamakan pendapatan nasional menurut harga yang berlaku.

Cara yang paling sederhana untuk menentukan pendapatan nasional riel adalah dengan
mendeflasikan nilai pendapatan nasional menurut harga yang berlaku dengan menggunakan
indeks harga, seperti dengan menggunakan indeks harga konsumen. Yang dimaksud dengan
mendeflasikan pendapatan nasional menurut harga yang berlaku adalah menghitung nilai
pendapatan nasional riel dari berbagai tahun dengan menghilangkan atau menghapuskan
pengaruh kenaikan harga-harga yang terjadi dari tahun ke tahun kepada kenaikan pendapatan
nasional pada tahun-tahun yang bersangkutan.

Untuk memperoleh suatu pandangan tentang cara menghitung pendapatan nasional riel dari
sustu tahun tertentu, berikut ini dikemukakan berdasarkan data pertumbuhan ekonomi
Indonesia dari tahun 1990 sampai 2009. Misalkan tahun 2000 sebagai tahun dasar untuk
menunjukkan pertumbuhan yang sebenarnya dari produksi barang-barang dan jasa yang
terjadi dari tahun-ketahun. Untuk tahun tersebut indeks harga-pada umumnya yang
digunakan adalah indeks harga konsumen. Indeks harga konsumen pada tahun 2000 adalah
221 dan pendapatan nasional pada tahun 2000 bernilai 100. Pada tahun 2005 indeks harga
konsumen adalah 125 dan pendapatan nasionalnya menurut harga berlaku bernilai 158. Ini
berarti dalam tahun 2000 indeks harga konsumen mengalami kenaikann sebesar 76,8 persen.

Dengan demikian kenaikan dari pendapatan nasional diantara kedua-dua tahun tersebut
sebagian daripadanya disebabkan oleh kenaikan harga-harga yang berlaku. Oleh karena itu
untuk mengetahui kenaikan yang sebenarnya dari produksi barang-barang dan jasa pada
tahun 2005 kaalu dibandingkan dengan tahun 2000. Nilai pendapatan nasional riel pada tahun
2005 adalah (221/125) x 158 = 279,3. Dari hasil perhitungan ini dapat disimpulkan bahwa
kalau pendapatan nasional pada tahun 2005 dihitung menurut harga yang berlaku dalam
tahun 2000, maka nilainya 279,3. Ini berarti di dalam tahun 2000 dan 2005 jumlah seluruh
produksi barang-barang akhir dan jasa-jasa dalam perekonomian itu telah naik sebesar 58,3.
Dengan demikian pendapaatan nasional riel pada tahun 2005 hanyalah : ((279,3-221)/221) x
100 % = 26,38 persen.

C. Pendapatan perorangan atau per kapita (personal income)

Personal income berdasarkan harga pasar dimana dilihat dari per kapita GDP pada tahun
1990 sebesar 1,176, tahun 1995 sebesar 2,334, tahun 2000 sebesar 6,572, tahun 2005 sebesar
12,616 dan pada tun 2009 sebesar 24,262. Sedangkan dari perkapita GNP personal income
pada tahun 1990 sebesar 1,122, tahun 1995 sebesar 2,265, tahun 2000 sebesar 6,304, tahun
2005 sebesar 12,002 dan pada tahun 2009 sebesar 23,414.
2.

3. a. Nilai statistik
 GDP Nominal = (∑ output x P output 2010)
= (400.000 x $20) + (120 x $60.000)

= 8.000.000 + 7.200.000

= 15.200.000

 GDP Riil = (∑ output thn skrg x P output thn dasar)


    = (400.000 x $10) + (120 x $50.000)

    = 4.000.000 + 6.000.000

    = 10.000.000

 Deflator implisit untuk GDP = 1,52


 CPI      = x 100% = 120,016%
    

Jadi terjadi kenaikan harga sebesar 20,016% antara tahun 2000 dan 2010

1. Perbandingan dengan Indeks Laspeyres dan Indeks Paasche


Indeks Laspeyres

IL 2000 = 100%

IL 2010 = 160%

            Indeks Paasche

            IP 2000 = 100%

            IP 2010 = 152 %

b. Hasil perhitungan IL dan IP dengan CPI terjadi perbedaan kenaikan harga


antara tahun 2000 dan 2010. Hal ini disebabkan oleh:

 CPI merupakan antara harga dengan suatu paket komoditas dari suatu kelompok
barang (mobil dan roti) pada suatu periode waktu terhadap harganya pada periode
waktu yang telah ditentukan (tahun dasar). Jadi CPI hanya mengubah harga mobil
dan roti menjadi indeks tunggal yang mengukur seluruh tingkat harga.
 Indek Laspeyres (IL). Merupakan kuantitas tahun dasar sebagai timbangan indeks
harga
 Indeks Paasche (IP). Merupakan kuantitas tahun yang sedang berjalan atau tahun
tertentu sebagai timbangan
Sehingga besarnya tingkat kenaikan harga yang dihitung dengan CPI berbeda
dengan perhitungan dengan IL dan IP.

4. Menurut pendapat kami, lebih baik menggunakan CPI karena deflator GDP merupakan
salah satu ukuran yang digunakan oleh ekonomi untuk mengamati rata-rata tingkat harga
dalam perekonomian. Sedangkan CPI merupakan suatu ukuran atas keseluruhan biaya
pembelian barang dan jasa oleh rata-rata konsumen. Perhitungan CPI selalu digunakan
untuk menghitung laju inflasi. Selain itu konsep deflator GDP juga tidak bisa digunakan
untuk mengukur tingkat kesejahterahan karena banyak masalah – masalah sosial, adanya
masalah – masalah yang dapat diperhitungkan didalam konsep deflator, GDP sebagai
ukuran  kesejahteraan menjadi keterbatasan dalam konsep tersebut. Sedangkan CPI dapat
digunakan sebagai indikator untuk melihat fluktuasi harga yang terjadi, sebagai data dasar
untuk perhitungan pendapatan nasional atau regional.

Anda mungkin juga menyukai