BAB II
KONSEPSI TAUHID
Pertemuan kedua
A. Deskripsi singkat
Bagian ini menjelaskan pengertian iman dan konsepsi tauhid
dalam Islam.
1
Imam Bukhari sempat merekam suatu peristiwa yang ditelusurinya lewat
Abu Raja’ al-Atharidy :
“Kami pernah menyembah batu, bila kami menemukan batu yang lebih
baik daripadanya , kami buang batu itu dan mengambil batu yang lain. Bila kami
tidak menemukan batu maka kami menumpukan debu kemudian mengambil
seekor kambing untuk diperas susunya di atas (tumpukan debu itu) kemudian
kami thawaf mengelilinginya”.
“Dan (kami telah mengutus) kepada kaum ‘Ad saudara mereka Hud. Ia berkata :
“hai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya.
Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?” (Q.S. al-A’raf : 65)
Tauhid menjadi landasan dasar dan inti ajaran Islam, yang membedakan
manusia menjadi muslim atau kafir, musrik atau dahriyyin (orang yang tidak
percaya adanya tuhan). Tetapi perbedaan antara yang percaya dan yang tidak
percaya bukan hanya terletak pada kalimah syahadah. Kekuatan sesungguhnya
terletak pada penerimaan secara sadar dan mutlak terhadap ajaran Islam dan
penerapannya di dalam kehidupan nyata. Tanpa itu manusia tidak akan dapat
menyadari pentingnya ajaran Islam. Jika manusia mengerti makna tauhid, maka
akan membuat manusia dapat menghindari setiap bentuk keingkaran, atheisme
dan polytheisme.
a. Tauhid Rububiyah.
Secara etimologis kata rububiyah berasal dari akar kata rabb. Kata rabb
ini sebenarnya mempunyai banyak arti antara lain menumbuhkan,
mengembangkan, mencipta, memelihara, memperbaiki, mengelola, memiliki dna
lain-lain. Maka secara terminologis Tauhid Rububiyah ialah keyakinan bahwa
Allah Swt. adalah Tuhan pencipta semua makhluk dan alam semesta. Dialah
yang memelihara makhluk-Nya dan memberikan serta mengendalikan segala
urusan. Dialah yang memberikan manfaat dan mafsadat, penganugerah
kemuliaan dan kehinaan. Tauhid Rububiyah ini tergambar dalam ayat-ayat al-
Qur’an antara lain:
coba perhatikan juga urat Luqman : 25 dan Fathir : 3 dan masih banyak
yang lainnya.
b. Tauhid Mulkiyah.
Kata mulkiyah berasal dari akar kata malaka. Isim failnya dapat dibaca
dengan dua macam cara 1) Malik dengan huruf mim dibaca panjang ; berarti
yang memiliki. 2) Malik dengan huruf mim dibaca pendek; yang menguasai.
Syekh Ahmad Mustafa al-Maraghi dalam kitab tafsirnya menjelaskan bahwa
kata malik dengan huruf mim panjang berati yang memiliki adalah lebih sempit
maknanya dari pada kata malik dengan huruf mim pendek, berarti yang
menguasai. Karena memiliki belum tentu mengasai, sedangkan menguasai
sudah barang tentu juga memiliki.
“Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di
dalamnya, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu “ (Q.S. al-Maidah: 120).
At-Taghut dalam ayat di atas adalah segala sesuatu yang dipertuhan selain
Allah Swt. dan dia suka diperlakukan sebagai Tuhan tersebut. Sayyid Quthub
dalam tafsir Fi Dzilal al-Qur’an menerangkan bahwa yang dimaksud
dengan at-Taghut adalah segala sesuatu yang menentang kebenaran dan
melanggar batas yang telah digariskan oleh Allah Swt. untuk hamba-Nya. At-
Taghut itu bisa berbentuk pandangan hidup, peradaban dan lain-lain yang
tidak berlandaskan ajaran Allah.
c. Tauhid Uluhiya
Kata uluhiyah adalah mashdar dari kata alaha yang mempunyai arti tentram,
tenang, lindungan, cinta dan sembah. Namun makna yang paling mendasar
adalah ‘abada, yang hamba sahaya (‘abdun), patuh dan tunduk (‘ibadah),
yang mulia dan agung (al-ma’bad), selalu mengikutinya (‘abada bih). Jadi
seseorang yang menghambankan diri kepada Allah maka ia harus mengikuti,
mengagungkan, memuliakan, mematuhi dan tunduk kepada-Nya serta
bersedia untuk mengorbankan kemerdekaannya. Dengan demikian Tauhid
Uluhiyah merupakan keyakinan bahwa Allah Swt. adalah satu-satunya Tuhan
yang patut dijadikan ilah yang harus dipatuhi, ditaati, diagungkan dan
dimuliakan. Hal ini tersurat dalam ayat-ayat berikut ini :
“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka
sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingatKu” (Q.S. at-Thaha :
14).
“Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan melainkan Allah dan
mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi dosa orang-orang mukmin, laki-
laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan
tempat tinggalmu’ (Q.S. Muhammad : 19)
d. Tauhid Ubudiyah.
Kata ubudiyah berasal dari akar kata ‘abada yang berarti menyembah,
mengabdi, menjadi hamba sahaya, taat, patuh, memuja, yang diagungkan (al-
ma’bud). Dari akar kata di atas maka diketahui bahwa Tauhid ubudiyah adalah
suatu keyakinan bahwasannya Allah Swt. merupakan Tuhan yang patut
disembah, ditaati, dipatuhi, dipuja manusia melainkan Allah semata. Dia
adalah tempat semua makhluk menghambakan diri dan beribadah kepada-
Nya. Tauhid Ubudiyah ini tercermin dalam ayat-ayat di bawah ini :
“hanya kepada Engkaulah kami beribadah dan hanya kepada Engkau (pula)
kami mohon pertolongan” (Q.S. al-Fatihah : 5).
Belenggu itu ialah apa yang kita kenal dengan sebutan “hawa nafsu” yang
berarti ‘keinginan diri sendiri’. Inilah sumber pribadi untuk penolakan kebenaran,
kesombongan dan kecongkakan. Kita menghadapi hal-hal dari luar yang kita
rasakan tidak sejalan dengan kemauan atau pandangan kita sendiri, betapapun
benarnya hal dari luar itu. Hawa nafsu juga menjadi sumber pandangan-
pandangan subyektif dan biased, yang juga menghalangi kita dari kemungkinan
melihat kebenaran. Gambaran ini terlihat jelas pada redaksi ayat al-Qur’an :
“Pernahkah engkau (Muahammad) saksikan orang yang menjadikan keinginan
(hawa nafsu) nya sendiri sebagai Tuhannya, kemudian Allah membuat mereka
sesat secara sadar, lalu Dia tutup pendengaran dan hatinya, dan dikenakan oleh-
Nya penutup pada pandangannya ?! Maka siapa yang sanggup memberi
petunjuk selain Allah ? Apakah kamu tidak merenungkan hal itu ?. (Q.S. al-
Jatsiyah : 23).
Paling tidak terdapat tiga pokok pikiran yang mendasar, sebagai landasan
pijak dalam memahami sentralisasi posisi tuhan dalam ajaran al-Qur’an.
Kedua, bahwa tuhan Yang maha Kuasa dan Maha Pencipta tadi adalah
Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Ia memelihara alam
ciptaannya dengan belas kasihnya, sebab alam ini diciptakan dengan tujuan
yang tertentu dan bukan sekedar iseng atau main-main (Q.S. 3 : 191; 38 : 27),
sebab : “Kami tidak menciptakan langit dan bumi serta segala sesuatu yang ada
diantaranya sebagai permainan; jika kami menginginkan permainan maka kami
dapat melakukannya sendiri (tanpa memalui penciptaan kami)- jika kami
menghendaki (Q.S. 21 : 16 – 17).
Dalam surat Luqman ayat 13 tersebut diterangkan bahwa dia telah diberi
kemuliaan oleh Tuhan berupa hikmah sehingga ia terlepas dari bahwa
kesesatan. Bahwa ini hikmah yang diberikan kepadanya disampaikan kepada
anaknya sebagai pedoman utama dalam kehidupan yaitu : ajaran tauhid
(mengesakan Allah karena tidak ada tuhan selain Allah), karena selain Allah
yang ada dalam alam ini semua ciptaan, dan dalam penciptaan tersebut tuhan
tidak bekerjasama dengan apapun juga.
Ingatlah hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik), dan
orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Kami tidak
menyembah mereka melainkan mereka supaya mendekatkan kami kepada Allah
sedekat-dekatnya”, “sesungguhnya Allah akan memutuskan diantara mereka
tentang apa yang mereka perselisihkan. Sesungguhnya Allah tidak memberi
petunjuk kepada pendusta dan sangat ingkar”. (Q.S. az-Zumar : 3)
“Dan mereka memperuntukkan bagi Allah satu bagian dari tanaman dan
ternak yang telah diciptakan Alla, lalu mereka berkata sesuai dengan perkiraan
mereka : “ini untuk Allah dan ini untuk berhala-berhala kami”. Maka sajian yang
diperuntukkan berhala-berhala mereka tidak sampai kepada Allah dan sesajen
yang disampaikan kepada Allah, maka sajian itu hanya sampai kepada berhala-
berhala mereka. Amat buruklah ketetapan mereka”. (Q.S. al-An’am : 136).
Bentuk syirik yang lain dikecam oleh al-Qur’an ialah bahwa Allah
mempunyai anak laki-laki atau perempuan. Kaum Arab Jahiliyah mengaku
bahwa Allah mempunyai anak perempuan, sedang agama Nasrani mengajarkan
bahwa Allah mempunyai anak laki-laki . Seperti firman Allah :
E. Pertanyaan/Diskusi
1. Jelaskan pengertian tauhid!
2. Jelaskan alasan tauhid sebagai poros aqidah!
3. Sebutkan tingkatan tauhid beserta penjelasannya secara singkat!
4. Jelaskan alasan tauhid sebagai pembebasan diri dari hawa nafsu!