Asuhan Keperawatan Anak
Asuhan Keperawatan Anak
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sebenarnya tidak ada anak cacat melainkan anak berkebutuhan khusus, karena
anak-anak yang dianggap cacat itu sebenarnya sama saja dengan anak-anak pada
umumnya, punya kelebihan dan kekurangan. Tetapi karena pemahaman sebagian
masyarakat yang kurang, maka masyarakatlah yang memberi label cacat itu.
Untuk itu perlu dipahami sebuah pendekatan kepada masyarakat bahwa mereka
yang mempunyai keterbatasan ada dalam lingkungan mereka, sama-sama
mempunyai hak yang sama dengan anak yang normal pada umumnya.
Jika kita melihat anak-anak yang mengalami kecacatan mental, mungkin kita
beranggapan bahwa mereka mengalami jenis kecacatan mental yang sama. Namun
kita harus mengetahui kecacatan mental yang dialami anak-anak tersebut berbeda
penyebabnya yang dalam hal ini adalah cerebral palsy.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari uraian latar belakang makalah diatas, kami ingin menguraikan beberapa
rumusan masalah sebagai berikut :
4. Apa saja gejala klinis pada klien yang mengalami Cerebral Palsy ?
5. Bagaimana Penatalaksanaannya ?
C. TUJUAN
BAB II
KONSEP DASAR
A. DEFINISI
motorik atau jaringan penghubungnya, yang kekal dan tidak progresif, yang terjadi
pada masa prenatal, saat persalinan atau sebelum susunan saraf pusat menjadi
cukup matur, ditandai dengan adanya paralisis, paresis, gangguan kordinasi atau
kelainan-kelainan fungsi motorik. Pada tahun 1964 World Commission on Cerebral
Palsy mengemukakan definisi CP sebagai berikut : CP adalah suatu kelainan dari
fungsi gerak dan sikap tubuh yang disebabkan karena adanya kelainan atau cacat
pada jaringan otak yang belum selesai pertumbuhannya. Sedangkan Gilroy dkk
(1975), mendefinisikan CP sebagai suatu sindroma kelainan dalam cerebral control
terhadap fungsi motorik sebagai akibat dari gangguan perkembangan atau
kerusakan pusat motorik atau jaringan penghubungnya dalam susunan saraf pusat.
Definisi lain : CP ialah suatu keadaan kerusakan jaringan otak yang kekal dan tidak
progresif, terjadi pada waktu masih muda (sejak dilahirkan), dan merintangi
perkembangan otak normal dengan gambaran klinik yang dapat berubah selama
hidup, dan menunjukkan kelainan dalam sikap dan pergerakan, disertai kelainan
neurologik berupa kelumpuhan spastik, gangguan ganglia basalis dan serebelum.
B. INSIDENSI
Para peneliti dari berbagai negara melaporkan insidensi yang berbeda-beda yaitu:
1,3 per 1000 kelahiran di Denmark (Erik Hansen); 5 per 1.000 anak di Amerika
Serikat (Gilroy), dan 7 per 100.000 kelahiran di Amerika (Phelps); 6 per 1.000
kelahiran hidup di Amerika (Ingram, 1955 dan Kurland,1957). Di Indonesia, belum
ada data mengenai insidensi CP. Pada KONIKA V Medan (1981), R. Suhasim dan Titi
Sularyo melaporkan 2,46% dari jumlah penduduk Indonesia menyandang gelar
cacat, dan di antaranya ± 2 juta adalah anak. CP merupakan jenis cacat pada anak
yang terbanyak dijumpai. Di Jaipur, Meenakshi Sharma dkk (1981) menyelidiki 219
CP, 150 di antaranya adalah laki-laki dan 69 perempuan. Terdiri dari 42 anak umur
kurang 1 tahun, 113 antara 1 - 5 tahun, 52 antara 5 - 10 tahun dan 12 di atas 10
tahun.
Angka kejadiannya sekitar 1 – 5 per 1000 anak. Laki-laki lebih banyak dari pada
wanita. Sering terdapat pada anak pertama, mungkin anak pertama lebih sering
mengalami kesulitan pad waktu dilahirkan. Angka kejadiannya lebih tinggi pada
bayi BBLR dan anak kembar. Umur ibu sering lebih dari 40 tahun, lebih-lebih pada
multipara.
C. ETIOLOGI
Prenatal :
penyakit metabolisme
penyakit plasenta
Natal :
partus lama
prematuritas
Post natal :
hiperbilirubinemia/kernikterus
gangguan sirkulasi darah seperti emboli/trombosis otak
FAKTOR RESIKO
1. Letak sungsang.
5. Kehamilan ganda.
6. Malformasi SSP.
7. Perdarahaan maternal atau proteinuria berat pada saat masa akhir kehamilan.
Perdarahan vaginal selama bulan ke 9 hingga 10 kehamilan dan peningkatan
jumlah protein dalam urine berhubungan dengan peningkatan resiko
terjadinya CP pada bayi.
Menurut Perlstein dan Barnett, suatu trauma kepala dan perdarahan intrakranial
pada umumnya akan melibatkan sistem piramidal, sedangkan anoksia terutama
mengenai sistem ekstrapiramidal. Manifestasi klinik kelainan ini bergantung pada
hebatnya dan
lokalisasi lesi yang terjadi, apakah ia di korteks serebri, ganglia basalis ataukah di
serebelum. Kernikterus menyebabkan kerusakan pada masa nukleus yang dalam,
ditandai dengan warna kuning, kerusakan berupa nekrosis dan lisis neuron yang
diikuti dengan proliferasi neuroglia dan pengerutan yang hebat. Pada kelainan
bawaan otak, misalnya agenesis/hipogenesis bagian-bagian otak dan hidrosefalus,
akan terjadi gangguan perkembangan.
Manifestasi klinik CP bergantung pada lokalisasi dan luasnya jaringan otak yang
mengalami kerusakan, apakah pada korteks serebri, ganglia basalis atau
serebelum. Dengan demikian secara klinik dapat dibedakan 3 bentuk dasar
gangguan motorik pada CP, yaitu : spastisitas, atetosis dan ataksia.
a) Spastisitas.
b) Atetosis.
Atetosis meliputi 25% kasus CP, merupakan gerakan-gerakan abnormal yang timbul
spontan dari lengan, tungkai atau leher yang ditandai dengan gerakan memutar
mengelilingi sumbu "kranio-kaudal", gerakan bertambah bila dalam keadaan emosi.
Kerusakan terletak pada ganglia basalis dan disebabkan oleh asfiksi berat atau
jaundice.
c) Ataksia.
Bayi/anak dengan ataksia menunjukkan gangguan koordinasi, gangguan
keseimbangan dan adanya nistagmus. Anak berjalan dengan langkah lebar,
terdapat
d) Rigiditas.
Merupakan bentuk campuran akibat kerusakan otak yang difus. Di samping gejala-
gejala motorik, juga dapat disertai gejala-gejala bukan motorik, misalnya gangguan
perkembangan mental, retardasi pertumbuhan, kejang-kejang, gangguan
sensibilitas, pendengaran, bicara dan gangguan mata.
Gangguan Pendengaran
Gangguan Bicara
Gangguan Mata
Gangguan mata biasanya berupa strabismus konvergen dan kelainan refraksi. Pada
keadaan asfiksia yang berat dapat terjadi katarak. Hampir 25 % penderita Cerebral
Palsy menderita kelainan mata.
Berdasarkan manifestasi klinik CP, American Acedemy for Cerebral Palsy
mengemukakan klasifikasi sebagai berikut.
Klasifikasi neuromotorik
1. Spastik, ialah adanya penambahan pada stretch reflex dan deep tendon reflex
6. Mixed.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Diagnosis dini dan tepat adanya lesi di otak sangat penting sebagai dasar dalam
seleksi prosedur-prosedur terapeutik yang akan diambil.
Pada anamnesis perlu diketahui mengenai riwayat prenatal, persalinan dan post
natal yang dapat dikaitkan dengan adanya lesi otak. Tahap-tahap perkembangan
fisik anak harus ditanyakan, umpamanya kapan mulai mengangkat kepala,
membalik badan, duduk, merangkak, berdiri dan berjalan.
DIAGNOSIS BANDING
G. PEMERIKSAAN KHUSUS
Untuk memperoleh hasil yang maksimal, penderita CP perlu ditangani oleh suatu
Team yang terdiri dari: dokter anak, ahli saraf, ahli jiwa, ahli bedah tulang, ahli
fisioterapi, occupational therapist,guru luar biasa, orang tua penderita dan bila
perlu ditambah dengan ahli mata, ahli THT, perawat anak dan lain-lain.
H. PENATALAKSANAAN
Oleh karena gangguan tingkah laku dan adaptasi sosial sering menyertai CP, maka
psiko terapi perlu diberikan, baik terhadap penderita maupun terhadap
keluarganya.
3) Koreksi operasi.
4) Obat-obatan.
Pada penderita CP yang kejang. pemberian obat anti kejang memeerkan hasil yang
baik dalam mengontrol kejang, tetapi pada CP tipe spastik dan atetosis obat ini
kurang berhasil. Demikian pula obat muskulorelaksan kurang berhasil menurunkan
tonus otot pada CP tipe spastik dan atetosis. Pada penderita dengan kejang
diberikan maintenance anti kejang yang disesuaikan dengan karakteristik
kejangnya, misalnya luminal, dilantin dan sebagainya. Pada keadaan tonus otot
yang berlebihan, obat golongan benzodiazepine, misalnya : valium, librium atau
mogadon dapat dicoba. Pada keadaan choreoathetosis diberikan artane. Tofranil
(imipramine) diberikan pada keadaan depresi. Pada penderita yang hiperaktif dapat
diberikan dextroamphetamine 5 -- 10 mg pada pagi hari dan 2,5 -- 5 mg pada waktu
tengah hari.
I. PENCEGAHAN
J. PROGNOSIS
Prognosis bergantung pada banyak faktor, antara lain : berat ringannya CP,
cepatnya diberi pengobatan, gejala-gejala yang menyertai CP, sikap dan kerjasama
penderita, keluarganya dan masyarakat. Menurut Nelson WE dkk (1968), hanya
sejumlah kecil penderita CP yang dapat hidup bebas dan menyenangkan, namun
Nelson KB dkk (1981) dalam penyelidikannya terhadap 229 penderita CP
yang.didiagnosis pada usia 1 tahun, ternyata setelah berumur 7 tahun 52% di
antaranya telah bebas dari gangguan motorik. Dilaporkan pula bahwa bentuk CP
yang ringan, monoparetik, ataksik, diskinetik dan diplegik yang lebih banyak
mengalami perbaikan. Penyembuhan juga lebih banyak ditemukan pada golongan
anak kulit hitam dibanding dengan kulit putih. Di negara maju, misalnya diInggris
dan Scandinavia, terdapat 20--25% penderita CP bekerja sebagai buruh harian
penuh dari 30--50% tinggal di" Institute Cerebral Palsy". Makin banyak gejala
penyerta dan makin berat gangguan motorik, makin buruk prognosis. Umumnya
inteligensi anak merupakan petunjuk prognosis, makin cerdas makin baik prognosis.
Penderita yang sering kejang dan tidak dapat diatasi dengan anti kejang
mempunyai prognosis yang jelek. Pada penderita yang tidak mendapat pengobatan,
perbaikan klinik yang spontan dapat terjadi walaupun lambat. Dengan seringnya
anak berpindah-pindah tempat, anggota geraknya mendapat latihan bergerak dan
penyembuhan dapat terjadi pada masa kanak-kanak. Makin cepat dan makin
intensif pengobatan maka hasil yang dicapai makin lebih baik. Di samping faktor-
faktor tersebut di atas, peranan orang tua/keluarga dan masyarakat juga ikut
menentukan prognosis. Makin tinggi kerjasama dan penerimaannya maka makin
baik prognosis.
BAB III
Bertahan hidup
Asfiksia berat
Otot Bulber
Gangguan pendengaran
Kelumpuhan
· Strabismus konvergen
· Kelainan refraksi
Meninggal
Spastisitas
CP
Disartria
Imobilitas
Resiko cedera
Gangguan bicara
Gangguan mata
Kerusakan komunikasi
Disfagia
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Biodata
2. Riwayat kesehatan.
Riwayat kesehaataan yang berhubungan dengan factor prenatal, natal dan post
natal serta keadaan sekitar kelaahiran yang mempredisposisikan anoksia janin.
Posture abnormal
Mempertahankan agar pinggul lebih tinggi dari tubuh pada posisi telungkup,
menyilangkan ataau mengekstensikan kaki dengan telapak kaki plantar fleksi
pada posisi telentang, postur tidur dan istirahat infantile menetap, lengan
abduksi pada bahu, siku fleksi, tangan mengepal.
Abnormalitas refleks
Refleks infantile primitive menetap (reflek leher tonik ada pada usia berapa
pun, tidak menetap diatas usia 6 bulan), Refleks Moro, plantar, dan
menggenggam menetaap atau hiperaktif, Hiperefleksia, klonus pergelangan
kaki dan reflek meregang muncul pada banyak kelompok otot pada gerakan
pasif cepat.
4. Pemeriksaan penunjang
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Tujuan :
Intervensi :
Berikan nutrisi dengan cara yang sesuai dengan kondisi anak
Baringkan pasien dengan kepala tempat tidur 30-45 derajat, posisi duduk dan
menegakkan leher
Libatkan dalam pemilihan makanan dan urutan makan yang dihidangkan (dalam
batasan diet dan nutrisi)
Berikan makanan semipadat dan cairan melalui sedotan untuk anak yang
berbaring pada posisi telungkup
Perkaya makanan dengan suplemen nutrisi mis.susu bubuk atau suplemen yang
lain
Evaluasi :
Tujuan :
Intervensi :
Kaji kulit setiap 2 jam dan prn terhadap area tertekan, kemerahan dan pucat.
R/ pengkajian yang tepat dan lebih dini akan cepat pula penanganan terbaik
pada masalah yang terjadi pada klien
Evaluasi :
Tujuan :
Intervensi :
Hindari lantai yang disemir dan permadani yang berantakan. R/ untuk mencegah
jatuh.
Pilih mainan yang sesuai dengan usia dan keterbatasan fisik. R/ untuk mencegah
cedera.
Berikan helm pelindung pada anak yang cenderung jatuh dan dorong untuk
menggunakannya. R/ mencegah cedera kepala.
Evaluasi :
Tujuan :
Intervensi :
Evaluasi :
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Cerebral Palsy adalah suatu kerusakan jaringan otak yang bersifat permanen dan
tidak progresif. Walaupun demikian, gambaran kliniknya masih dapat berubah
dalam perjalanan hidup penderita. Insidensi penyakit ini di luar negeri bervariasi
antara 0,07 -- 6per 1.000 kelahiran hidup. Di Indonesia masih belum diketahui.
Faktor penyebab mungkin terletak pada masa prenatal, natal dan post natal.
Perubahan neuropatologik pada CP berlokasi pada korteks motorik, ganglia basalis
dan serebelum. Manifestasi klinik bergantung pada lokalisasi dan luasnya kerusakan
jaringan otak. Dibedakan 3 bentuk dasar gangguan motorik pada CP, yaitu
spastisitas, atetosis dan ataksia. Diagnosis ditegakkan atas adanya riwayat yang
berkaitan dengan kemungkinan adanya kerusakan jaringan otak dan kelainan
fisik/neurologik yang sesuai. Kadang-kadang diperlukan pemeriksaan penunjang.
Perawatan dari anak-anak ini memerlukan ketrampilan dan, jika mereka dirawat
dirumah, maka harus ada pelayanan pendukung yang efektif. Tindakan perawatan
spesifik bertujuan :
Pencegahan dekubitus
CP tak selalu menganggu intelegensia penderita. Ada pasien justru yang bisa sekolah dan
berprestasi. Contohnya saja, ada pasien yang sekarang sudah kelas 6, bahkan kuliah di UI. Pasien
dari Bandung misalkan, kelas 5 juara kelas. Sebenarnya, soal intelegensia pada CP, ada yang
memang kena, ada yang tidak, tergantung tingkat keparahan CP-nya.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (2000.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.
(terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit. Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.
http://www.indonesiaindonesia.com/f/12784-cerebral-palsy/
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/13_CerebralPalsy.pdf/13_CerebralPalsy.html
www.medicastore.com
http://heri-rahmat.blogspot.com/2005/06/case-study-cerebral-palsy.html
DENGAN
CEREBRAL PALSY
“Untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan anak”
KELOMPOK :
JOMBANG
2008
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Cerebral palsy merupakan kelainan motorik yang banyak diketemukan pada anak-anak.
Di Klinik Tumbuh Kembang RSUD Dr.Soetomo pada periode 1988-1991,sekitar 16,8%
adalah dengan cerebral palsy. William Little yang pertama kali mempublikasikan kelainan ini
pada tahun 1843, menyebutnya dengan istilah “cerebral diplegia”, sebagai akibat dari
prematuritas atau asfiksia neonatorium. Pada waktu itu kelainan ini dikenal sebagai penyakit
dari Little. Sigmund Freud menyebut kelainan ini dengan istilah “Infantil Cerebral Paralysis”.
Sedangkan Sir William Osler adalah yang pertama kali memperkenalkan istilah “cerebral
palsy”. Nama lainnya adalah “Static encephalopathies of childhood”.
Angka kejadiannya sekitar 1-5 per 1000 anak laki-laki lebih banyak daripada wanita.
Sering terdapat pada anak pertama, mungkin karena anak pertama lebih sering mengalami
kesulitan pada waktu dilahirkan. Angka kejadiannya lebih tinggi pada bayi BBLR dan anak-
anak kembar. Umur ibu sering lebih dari 40 tahun, lebih-lebih pada multipara.
Franky (1994) pada penelitiannya di RSUP sanglah Denpasar, mendapat bahwa umur
58,3% penderita cerebral palsy yang diteliti adalah laki-laki,62,5% anak pertama, ibu semua
dibawah 30 tahun, 87,5% berasal dari persalinan spontan letak kepala dan 75% dari
kehamilan cukup bulan.
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
Memahami dan menerapkan asuhan keperawatan pada anak dengan cerebral palsy
C. PERMASALAN
Apa definisi dari cerebral palsy dan bagaimana cara penerapan asuhan keperawatan pada
pasien cerebral palsy ?
BAB II
KONSEP DASAR
A. DEFINISI
(Behrman:1999,hal 67-70)
Cerebral palsy ialah suatu gangguan nonspesifik yang disebabkan oleh abnormalitas
system motor piramida (motor kortek,basal ganglia dan otak kecil)yang ditandai dengan
kerusakan pergerakan dan postur pada serangan awal.
Cerebral palsy adalah kerusakan jaringan otak yang kekal dan tidak progresif,terjadi
pada waktu masih muda (sejak dilahirkan) serta merintangi perkembangan otak normal denga
gambaran klinik dapat berubah selama hidup dan menunjukkan kelainan dalam sikap dan
pergerakan,disertai kelainan neurologis berupa kelumpuhan spastis ,gangguan ganglia basal
dan sebelum juga kelainan mental.
(Ngastiyah : 2000,hal 54-56)
Cerebral palsy ialah suatu gangguan atau kelainan yang terjadi pada suatu kurun waktu
dalam perkembangan anak,mengenai sel-sel motorik didalam susunan saraf pusat,bersifat
kronik dan tidak progresif akibat kelainan atau cacat pada jaringan otak yang belum selesai
pertumbuhannya.
Cerebral palsy adalah suatu keadaan yang ditandai dengan buruknya pengendalian
otot,kekakuan,kelumpuhan dan gangguan fungsi saraf lainnya.
B. ETIOLOGI
1. Pranatal
2. Radiasi
4. Toksemia grafidarum
2. Perinatal
a. Anoksia/hipoksia
b. Perdarahan otak
c. Prematuritas
d. Ikterus
e. Meningitis purulenta
3. Postnatal
a. Trauma kepala
Beberapa penelitian menyebutkan factor pranatal dan perinatal lebih berperan dari pada
factor pascanatal.Studi oleh nelson dkk(1986) menyebutkan bayi dengan berat lahir
rendah,asfiksia saat lahir,iskemia pranatal,faktor penyebab Cerebral palsy.
Faktor prenatal dimulai saat masa gestasi sampai saat akhir,sedangkan factor perinatal
yaitu segala faktor yang menyebabkan Cerebral palsy mulai dari lahir sampai satu bulan
kehidupan.Sedangkan faktor pascanatal mulai dari bulan pertama kehidupan sampai 2 tahun.
(Hagbreg dkk,1975),atau sampai 5 tahun kehidupan (Blair dan Stanley,1982),atau sampai 16
tahun (Perlstein,Hod,1964)
C. GEJALA
Gejala biasanya timbul sebelum anak berumur 2 tahun dan pada kasus yang berat,bisa
muncul pada saat anak berumur 3 bulan.
Gejalanya bervariasi,mulai dari kejanggalan yang tidak tampak nyata sampai kekakuan
yang berat,yang menyebabkan bentuk lengan dan tungkai sehingga anak harus memakai kursi
roda.
1. Tipe spastic atau pyramidal (50% dari semua kasus CP,otot-otot menjadi kaku dan lemah
d) Reflex patologis
e) Triplegi apabila mengenai satu anggota gerak atas dan dua anggota gerak
bawah,biasanya merupakn varian dan kuadriplegi.
2. Tipe disginetik (koreatetoid,20% dari semua kassus CP),otot lengan,tungkai dan badan secara
spontan bergerak perlahan,menggeliat dan tak terkendali;tetapi bisa juga timbul gerakan yang
kasar dan mengejang. Luapan emosi menyebabkan keadaan semakin memburuk,gerakan akan
menghilang jika anak tidur.
3. Tipe ataksik, (10% dari demua kasus CP)terdiri dari tremor,langkah yang goyah dengan kedua
tungkai terpisah jauh, gangguan kooordinasi dan gerakan abnormal.
4. Tipe Campuran (20% dari semua kasus CP),merupakan gabungan dari 2 jenis diatas ,yang sering
ditemukan adalah gabungan dari tipe spastik dan koreoatetoid.
1) Ringan :
Penderita masih bisa melakukan pekerjaan/aktifitas sehari-hari sehingga sama sekali tidak atau
hanya sedikit sekali membutuhkan bantuan khusus.
2) Sedang
3) Berat
Penderita sama sekali tidak bisa melakukan aktifitas fisik dan tidak mungkin dapat hidup tanpa
pertolongan orang lain. Pertolongan atau pendidikan khusus yang diberikan sangat sedikit
hasilnya.sebaiknya penderita seperti ini ditampung dengan retardasi mental berat,atau yang akan
menimbulkan gangguan sosial-emosional baik bagi keluarganya maupun lingkungannya.
Keterbelakangan mental
Gangguan penglihatan
Gangguan pendengaran
Kontraktur persendian
D. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis cerebral palsy tergantung dari bagian dan luas jaringan otak yang
mengalami kerusakan :
1. Spastisitas
Terdapat peninggian tonus otot dan reflek yang disertai dengan klonus dan reflek
Babinski kerusakan yaitu :
a. Monoplegia / monoparesis
Kelumpuhan keempat anggota gerak,tapi salah satu anggota gerak lebih hebat dari
yang lainnya.
b. Hemiplegia / hemiparisis
c. Diplegia / diparesis
Kelumpuhan keempat anggota gerak,tapi tungkai lebih hebat dari pada lengan.
d. Tetraplegia / tetraparesis
3. Ataksia
4. Gangguan pendengaran
5. Gangguan bicara
Disebabkan oleh gangguan pendengaran atau retardasi mental. Gerakan yang terjadi
dengan sendirinya dibibir dan dilidah menyebabkan sukar mengontrol otot-otot sehingga
sulit membentuk kata-kata dan sering tampak anak berliur.
6. Gangguan mata
Biasanya berupa strabismus convergen dan kelainan refraksi, asfiksia berat, dapat
terjadi katarak, hampir 25% penderita “cerebral palsy” menderita kelainan mata.
E. PATOFISIOLOGI
o Adanya malformasi pada otak, penyumbatan pada vaskuler, atropi, hilangnya neuron dan
degenerasi laminar akan menimbulkan narrower gry, saluran sulci dan berat otak rendah.
o Anoxia merupakan penyebab yang berarti dengan kerusakan otak, atau sekunder dari
penyebab mekanisme yang lain. CP (Cerebral Palsy) dapat dikaitkan dengan premature
yaitu spastic displegia yang disebabkan oleh hypoxic infarction atau hemorrhage dalam
ventrikel.
o Type athetoid / dyskenetik disebabkan oleh kernicterus dan penyakit hemolitik pada bayi
baru lahir, adanya pigmen berdeposit dalam basal ganglia dan beberapa saraf nuclei
cranial. Selain itu juga dapat terjadi bila gangsal banglia mengalami injury yang ditandai
dengan idak terkontrol; pergerakan yang tidak dosadari dan lambat.
o Type CP himepharetic, karena trauma pada kortek atau CVA pada arteri cerebral tengah.
Cerebral hypoplasia; hipoglicemia neonatal dihubungkan dengan ataxia CP.
o Spastic CP yang paling sering dan melibatkan kerusakan pada motor korteks yang paling
ditandai dengan ketegangan otot dan hiperresponsif. Refleks tendon yang dalam akan
meningkatkan dan menstimulasi yang dapat menyebabkan pergerakan sentakan yang
tiba-tiba pada sedikit atau semua ektermitas.
o Ataxic CP adanya injury dari serebelum yang mana mengatur koordinasi, keseimbangan
dan kinestik. Akan tampak pergerakan yang tidak terkoordinasi pada ekstremitas aras bila
anak memegang / menggapai benda. Ada pergerakan berulang dan cepat namun minimal.
o Rigid / tremor / atonic CP ditandai dengan kekakuan pada kedua otot fleksor dan
ekstensor. Type ini mempunyai prognosis yang buruk karena ada deformitas multiple
yang terkait dengan kurangnya pergerakan aktif.
o Secara umum cortical dan antropy cerebral menyebabkan beratnya kuadriparesis dengan
retardasi mental dan microcephaly.
Prenatal
Radiasi
Asfiksia intrauterin
Toksemia gravidarum
Perinatal
Anoksia/hipoksia
Perdarahan
Prematuritas
Ikterus
Meningitis purulenta
Post natal
Trauma kepala
meningitis
otak
Penyumbatan CSS
hidrosefalus
Kelumpuhan spastik
F. KOMPLIKASI
Kelainan Frekuensi Tipe Cerebral Palsy
25% Spastik
25%
Spastik
7%
25-50%
G. DIAGNOSIS BANDING
1. Mental subnormal
2. Retardasi motorik terbatas
3. Tahanan volunter terhadap gerakan pasif
4. Kelainan persendian
5. Cara berjalan yang belum stabil
6. Gerakan normal
7. Berjalan berjinjit
8. Pemendekan kongenital pada gluteus maksimus, sastrak nemius atau hamstring
9. Kelemahan otot-otot pada miopati, hipotoni atau palsy erb
10. Lain penyebab dari gerakan involunter
11. Penyakit-penyakit degeneratif pada susunan saraf
12. Kelainan pada medala spinalis
13. Sindrom lain
H. PENGOBATAN / TERAPI
Tapi tidak dapat disembuhkan dan merupakan kelainan yang berlangsung seumur
hidup. Tetapi banyak hal yang dapat dilakukan agar anak bisa hidup semandiri mungkin.
Pengobatan yang dilakukan biasanya tergantung kepada gejala dan bisa berupa :
Terapi fisik
Loraces (penyangga)
Kaca mata
Obat pengendur otot (untuk mengurangi tremor dan kekakuan) : baclofen dan diazepam
Terapi okupasional
Bedah ortopedik / bedah saraf, untuk merekonstruksi terhadap deformitas yang terjadi
Terapi wicara bisa memperjelas pembicaraan anak dan membantu mengatasi masalah
makan
Jika tidak terdapat gangguan fisik dan kecerdasan yang berat, banyak anak dengan
cp yang tumbuh secara normal dan masuk ke sekolah biasa. Anak lainnya memerlukan terapi
fisik yang luas.pendidikan khusus dan selalu memerlukan bantuan dalam menjalani
aktivitasnya sehari-hari.
Prognosis
Dinegara yang telah maju misalnya Inggris dan Skandinavia, terdapat 20-25%
pasien palsi serebral sebagai buruh penuh dan 30-50% tinggal di institusi palsi serebral.
Prognosis pasien dengan manifestasi motor yang ringan baik, makin banyak manifestasi
penyertanya dan makin baik berat manifestasi motornya, makin buruk prognosisnya.
ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
1. Identifikasi anak yang mempunyai resiko
Angka kejadian sekitar 1-5 per 1000 anak
2. Jenis kelamin
Laki-laki lebih banyak daripada wanita
3. Kap iritabel anak, kesukaran dalam makan, perkembangan terlambat, perkembangan
pergerakan kurang, postur tubuh yang abnormal, refleks bayi yang persisten, ataxic,
kurangnya tonus otot.
4. Monitor respon untuk bermain
5. Kap fungsi intelektual anak
Pemeriksaan Fisik
Muskuluskeletal : - spastisitas
- ataksia
- gangguan bicara
- anak berliur
Eliminasi : - konstipasi
Nutrisi : - intake yang kurang
Pemeriksaan Laboratorium dan Penunjang
Pemeriksaan pendengaran (untuk menetukan status pendengaran)
Pemeriksaan penglihatan (untuk menentukan status fungsi penglihatan)
Pemeriksaan serum, antibody : terhadap rubela, toksoplasmosis dan herpes
MRI kepala / CT scan menunjukkan adanya kelainan struktur maupun kelainan
bawaaan : dapat membantu melokalisasi lesi, melihat ukuran / letak ventrikel.
EEG : mungkin terlihat gelombang lambat secara fokal atau umum (ensefalins) /
volsetasenya meningkat (abses)
Analisa kromosom
Biopsi otot
Penilaian psikologik
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko cidera b/d gangguan pada fungsi motorik
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d kesukaran menelan dan
meningkatnya aktivitas
3. Gangguan aktivitas b/d kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak progresif
4. Resiko tinggi terhadap trauma b/d ataksia dan kelemahan umum
5. Perubahan perfusi jaringan b/d edema serebral yang mengubah / menghentikan aliran
darah arteri / vena
6. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d penekanan respon inflamasi (akibat – obat)
7. Kurangnya pengetahuan b/d perawatan dirumah dan kebutuhan terapi
III. INTERVENSI
1. Resiko cidera b/d gangguan pada fungsi motorik
- menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor resiko dan
untuk melindungi diri dari cidera.
INTERVENSI RASIONAL
Ajarkan pola makan yang teratur Memberikan intake yang adekuat dan
menghindari terjadinya komplikasi /
Anjurkan untuk berpartisipasi dalam
memperberat penyakit lebih lanjut
program latihan / kegiatan,
pertahankan kebersihan mulut anak Meningkat kerja sistem endorphin
Kolaborasi dengan ahli gizi dalam
sehingga meningkatkan kemauan
pemberian nutrisi
untuk makan
INTERVENSI RASIONAL
Ajarkan gerakan Px dalam Mengurangi terjadinya cidera yang
melaksanakan ADL dapat memperparah kondisi Px
INTERVENSI RASIONAL
Berikan aktifitas ringan yang dapat Anak dapat meningkatkan kemampuan
dikerjakan anak yang dimiliki anaknya walaupun
terbatas
Libatkan anak dalam mengatur jadwal
Membantu pemenuhan kebutuhan
harian dan memilih aktifitas yang
diinginkan
INTERVENSI RASIONAL
Berikan informasi dalam bentuk- Menurunnya rentang perhatian pasien
bentuk dan segmen yang singkat dan dapat menurunkan kemampuan untuk
sederhana menerima / memproses dan
mengingat / menyimpan informasi
Diskusikan mengenai kemungkinan
yang diberikan
proses penyembuhan yang lama
Proses pemulihan dapat berlangsung
Berikan informasi tentang kebutuhan
dalam beberapa minggu / bulan dan
untuk diet tinggi protein / karbohidrat
informasi yang tepat mengenai harapan
yang dapat diberikan / dimakan dalam
dapat menolong pasien untuk
jumlah kecil tetapi sering
mengatasi ketidakmampuannya dan
juga menerima perasaa tidak nyaman
yang lama
Meningkatkan proses penyembuhan,
makan-makanan jumlah kecil tetapi
sering akan memerlukan kalori yang
sedikit pada proses metabolisme,
menurunkan iritasi lambung dan
mungkin juga meningkatkan
pemasukan secara total
IV. IMPLEMENTASI
1. Resiko cidera b/d gangguan pada fungsi motorik
Mengajarkan pola makan yang teratur
Menganjurkan untuk berpartisipasi dalam program latihan / kegiatan
Mempertahankan kebersihan mulut anak
Mengkolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian nutrisi
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d kesukaran menelan dan
meningkatnya aktifitas
Mengajarkan gerakan Px dalam melaksanakan ADL
Membantu Px untuk memenuhi kebutuhannya
Memperhatikan posisi penderita pada waktu istirahat / tidur
3. Gangguan aktifitas b/d kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak progresif
Memberikan aktivitas ringan yang dapat dikerjakan anak
Melibatkan anak dalam mengatur jadwal harian dan memilih aktifitas yang diinginkan
Mengkolaborasi dengan ahli fisioterapi
Menganjurkan keluarga turut membantu program latihan dirumah
4. Kurangnya pengetahuan b/d perawatan dirumah dan kebutuhan terapi
Memberikan informasi dalam bentuk-bentuk dan segmen yang singkat dan sederhan
Mendiskusikan mengenai kemungkinan proses penyembuhan yang lama
Memberikan informasi tentang kebutuhan untuk diet tinggi protein / karbohidrat yang
dapat diberikan / dimakan dalam jumlah kecil tetapi sering.
V. EVALUASI
Menyatakan pemahaman faktor yang menyebabkan cidera
Tidak mengalami tanda-tanda malnutrisi
Aktifitas berjalan dengan normal
Adanya kemajuan peningkatan berat badan
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Cerebral palsy merupakan suatu gangguan non spesifik yang disebabkan oleh
abnormalitas sistem motor piramida yang ditandai dengan kerusakan pergerakan dan postur
pada serangan awal.
Pranatal
Perinatal
Postnatal
Untuk pengobatan pada anak dengan Cerebral palsy dapat dilakukan melalui
banyak terapi, tergantung gejalanya.
B. SARAN
1. Behrman, Kliegman, Arvin, 1999. Ilmu Kesehatan Anak Volume 3 Edisi 15 Nelson, Jakarta :
EGC
2. Dr. Soetjiningsih, SpAK, 1995. Tumbuh Kembang Anak, Jakarta : EGC
3. Santi Wijaya, Skep. Ns, 1999. Lumpuh Otak, Bandung : http//:id.wikipedia.org
4. Soetomenggolo, Taslim S, 1999. Buku Ajar Neurologi Anak, Jakarta : Ikatan Dokter Anak
Indonesia
5. Supriadi Skp dkk, 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak, Jakarta : Sagung Seto
6. Yulianto, 2000. Cerebral Palsy Pada Anak, Jakarta : http://www.pediatrik.com. 20 april 2008
7. Wong Donna L, 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4, Jakarta : EGC