Anda di halaman 1dari 3

KESULTANAN ACEH

Kerajaan yang didirikan oleh Sultan Ibrahim yang bergelar Ali Mughayat Syah (1514-1528),
menjadi penting karena mundurnya Kerajaan Samudera Pasai dan berkembangnya Kerajaan
Malaka. Para pedagang kemudian lebih sering datang ke Aceh.
a. Corak pemerintahan:
Corak pemerintahan di Aceh terdiri atas dua sistem: pemerintahan sipil di bawah kaum
bangsawan, disebut golongan teuku; dan pemerintahan atas dasar agama di bawah kaum ulama,
disebut golongan tengku atau teungku.
b. Agama
Pusat penyebaran dan pendidikan Islam di dayah dan rangkang, gurunya disebut teungku. Diatas
teungku ada Teungku Chiek. Teungku Munasah mengurusi keagamaan di kampong.
c. Struktur sosial
Lapisan sosial masyarakat Aceh berbasis pada jabatan struktural, kualitas keagamaan dan
kepemilikan harta benda.
- Jabatan structural lapisan teratasnya adalah sultan, dibawahnya ada para penguasa daerah.
- Jabatan di lapisan keagamaan diisi kelompok yang mengaku sebagai keturunan Nabi
Muhammad. Mereka ini menempati posisi istimewa dalam kehidupan sehari-hari, yang laki-laki
bergelar Sayyed, dan yang perempuan bergelar Syarifah.
- Lapisan sosial lainnya dan memegang peranan sangat penting adalah para orang kaya yang
menguasai perdagangan, saat itu komoditasnya adalah rempah-rempah, dan yang terpenting
adalah lada.
d. Kehidupan sehari-hari
Rumahnya disebut Rumoh Aceh, kehidupan masyarakat bercocok tanam, bagi yang di peisir
sebagai pedagang.
Senjata tradisional orang Aceh yang paling terkenal adalah rencong, bentuknya menyerupai
huruf L, dan bila dilihat dari dekat menyerupai tulisan kaligrafi bismillah.
- Dalam bidang sosial, letaknya yang strategis di titik sentral jalur perdagangan internasional di
Selat Malaka menjadikan Aceh makin ramai dikunjungi pedangang Islam.
- Kehidupan ekonomi Aceh berkembang dengan pesat pada masa kejayaannya. Dengan
menguasai daerah pantai barat dan timur Sumatra, Aceh menjadi kerajaan yang kaya akan
sumber daya alam, seperti beras, emas, perak dan timah serta rempah-rempah
KARAKTERISTIK KESULTANAN SIAK
Kesultanan Siak sendiri memegang kekuasaan dalam waktu lama. Dari informasi yang ada,
kesultanan ini berdiri sejak abad ke-18. Kekuasaannya sangat luas, mencakup Pulau Sumatera,
perairan Malaka, semenanjung Malaka, hingga ke Kalimantan di Sambas dan Pontianak.

Dari bukti-bukti sejarah yang telah ditemukan, diperoleh informasi bahwa berdirinya Kesultanan
Siak Inderapura ini masih berhubungan dengan kerajaan Islam besar sebelumnya.

Dari semua kesultanan tersebut, Johor bisa membuat kerajaannya besar layaknya Malaka
sebelumnya. Apalagi, raja pertamanya, Sultan Alauddin Riayatsyah II, merupakan anak dari raja
Kesultanan Malaka yang terakhir.

A. BIDANG MILITER
Ia membangun kekuatan di bidang militer dengan membentuk armada maritim yang kuat, di
bawah pimpinan Laksmana Raja Di laut. Bintan dijadikan tempat pembuatan kapal perang
dengan senjata yang didatangkan dari wilayah luar Siak.

B. BIDANG EKONOMI
Ia juga memanfaatkan Bandar Sabah Auh untuk dikembangkan sebagai pusat perdagangan
yang bisa menjangkau hubungan dagang hingga ke Minangkabau dan Aceh. Di samping itu, ia
juga membangun nama baik kerajaan barunya dengan menjalin hubungan dengan negri Islam
yang lain, seperti Minangkabau, Turki, Arab, dan Mesir.

C. PRESTASI KERAJAAN SIAK


Salah satu prestasi kerajaan ini yang patut diacungi jempol adalah karena bisa sanggup
mempertahankan diri dari berbagai tipu daya dan serangan Kolonial Belanda. Kekuatan maritim
dan rakyat yang bersatu bisa mempecundangi Belanda sehingga akhirnya justru Belandalah
yang terusir dari wilayahnya.

Akhir dari Kesultanan Siak ini juga punya cerita yang patut dibanggakan. Jika banyak kerajaan di
nusantara yang hancur karena diluluhlantakkan oleh pemerintahan kolonial, Kesultanan Siak bisa
bertahan menghadapi derap senjata canggih dan pasukan militernya.

Kesultanan ini masih berdiri tegak hingga Indonesia memperoleh kemerdekaannya. Hingga
akhirnya sang raja terakhir secara resmi menyerahkan kedaulatan kerajaan ini untuk bergabung
dengan NKRI. “Sultan Kasim II, raja terakhir Kesultanan Siak, bahkan menyumbangkan harta
sebanyak 13 ribu gulden kepada RI,” kata Dien.

Walaupun ini merupakan akhir dari eksistensi Kesultanan Siak, banyak peninggalan kerajaan
seperi istana dan masjid megah yang masih bisa kita saksikan hingga sekarang. Pengaruh
warisan budaya dan adat istiadat pun masih dipertahankan hingga kini.

D. KEHIDUPAN EKONOMI

Masyarakat Kesultanan Siak HIDUP BERDAGANG dengan MEMANFAATKAN SUNGAI SIAK.


Peranan Sungai Siak sebagai bagian kawasan inti dari kerajaan ini berpengaruh besar terhadap
kemajuan perekonomian Siak Sri Inderapura.

Sungai Siak merupaken kawasan pengumpulan berbagai produk perdagangan, mulai dari kapur
barus, benzoar bahkan timah & emas. Sementara pada saat bersamaan masyarakat Siak juga
telah menjadi eksportir kayu yg utama di Selat Malaka serta salah satu kawasan industri kayu
terutama untuk pembuatan kapal maupun untuk bangunan.
Kesultanan Siak cukup signifikan, mereka mampu mengantikan pengaruh Johor sebelumnya
atas penguasaan jalur perdagangan, selain itu Kesultanan Siak juga muncul sebagai
pemegang kunci ke dataran tinggi Minangkabau, melalui tiga sungai utama yaitu Siak,
Kampar, & Kuantan, yg sebelumnya telah menjadi kunci bagi kejayaan Malaka. Namun
demikian kemajuan perekonomian Siak memudar seiring dengan munculnya gejolak di
pedalaman Minangkabau yg dikenal dengan Perang Padri.

Anda mungkin juga menyukai