FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN
BANDUNG
2020
Daftar Isi
Table of Contents
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................ 1
1.1. Deskripsi Proyek ........................................................................................................................... 1
BAB II INTERPRETASI KONDISI PELAPISAN TANAH .................................................................. 3
2.1. Data borelog/ Drilling Log ................................................................................................................ 3
2.2. Interpretasi Pelapisan Tanah .............................................................................................................. 5
BAB III PARAMETER GEOTEKNIK DESAIN ................................................................................... 7
3.1. Parameter Desain berdasarkan Plotting Data Laboratorium Triaxial UU ......................................... 7
3.2. Perbandingan Parameter Desain Korelasi dengan Uji Laboratorium .............................................. 11
3.3. Parameter Tanah Desain Akhir Beserta Korelasinya ....................................................................... 12
3.4. Korelasi yang Digunakan Dalam Mencari Parameter Desain.......................................................... 14
3.4.1. Berat Isi Tanah (Ꝩt) ................................................................................................................... 14
3.4.2. Konsistensi ................................................................................................................................ 14
3.4.3. Sudut Geser Dalam Efektif (Ø’) ............................................................................................... 15
3.4.4. Kohesin Efektif (c’) .................................................................................................................. 16
3.4.5. Deviator Stress (qu) .................................................................................................................. 17
3.4.6. Modulus Unloading/Reloading Total Dan Efektif (Eu) & (Eu’) .............................................. 17
3.4.7. Poisson Ratio Total (vu) Dan Efektif (vu’) ............................................................................... 18
3.4.8. Angka pori (eo) .......................................................................................................................... 19
3.4.9. Compression Index (Cc), Recompression Index (Cr), dan Swelling Index (Cs)........................ 21
BAB IV DESAIN DAN PERKIRAAN PENURUNAN PONDASI ....................................................... 23
4.1. Daya Dukung Pondasi Dangkal ....................................................................................................... 23
4.1.1. Program DOS FTGBC .............................................................................................................. 23
4.1.2. Program Microsoft Excell ......................................................................................................... 25
4.2. Penurunan Pondasi Dangkal ............................................................................................................ 26
4.3. Daya Dukung dan Konfigurasi Pondasi Tiang................................................................................. 30
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ................................................................................... 34
5.1. Kesimpulan ...................................................................................................................................... 34
5.2. Rekomendasi .................................................................................................................................... 34
i
BAB I
PENDAHULUAN
Lokasi titik uji dilakukan pada beberapa lokasi pondasi akan dikonstruksi. Pada lokasi
pondasi dangkal, dilakukan uji pada titik P1, P2, P3, dan P4. Pada lokasi pondasi dalam,
dilakukan uji pada titik BM-1, BM-2, BM-3, BM-4, BM-5, BM-6, BM-7, dan BM-8.
Pada penelitian ini, dilakukan desain pondasin dangkal dan pondasi dalam berdasarkan
data borelog-3 (BM-3).
Perhitungan dimensi pondasi dangkal dilakukan dengan program DOS FTGBC dan
FTGBSETT, sedangkan perhitungan pondasi dalam menggunakan program DOS
BORPILE. Gambar 1.1 merupakan denah lokasi titik uji pada proyek yang akan
dilakukan desain pondasi.
1
Denah Lokasi Proyek yang Dilakukan Uji
2
BAB II
INTERPRETASI KONDISI PELAPISAN TANAH
3
Untuk mendapatkan parameter-parameter tanah guna mendesain pondasi dalam dan
pondasi dangkal, maka dilakukan interpretasi kondisi pelapisan tanah pada lokasi
drilling [BM-3] (Gambar 2.1 a dan Gambar 2.2b)
4
2.2. Interpretasi Pelapisan Tanah
Dari data Borelog, di plot nilai SPT terhadap kedalaman seperti pada Tabel 2.1 dan
Gambar 2.2. Setelah melakukan plot nilai SPT terhadap kedalaman, selanjutnya
menentukan jumlah pelapisan tanah berdasarkan jenis, keseragaman nilai NSPT, serta
deskripsi tanah pada borelog
NSPT
Tabel 2.1. Nilai SPT 0 10 20 30 40 50 60
terhadap kedalaman uji 0
2 4
Kedalaman 4 5
NSPT 1. Silty Clay
(m) 6 7
1,45 4 8 5
3,45 5 10 5
5,45 7 13
12 2. Clayey Silt
7,45 5 11
14
9,45 5 3. Silty Sand 50
16
11,45 13
18 41
13,45 11 4. Clayey Silt
20 30
15,21 50
36
17,45 41 22
19,4 30 24 45
5. Clayey Silt
21,45 36 26 47
23,45 45 42
28
25,45 47 26 6. Clayey Silt
30
27,33 42 32 16
7. Silty Clay
29,45 26 34 20
31,45 16 36 23 8. Silty Clay
33,45 20 11
38
35,45 23 9. Clayey Silt
36
40
37,45 11
42
39,37 36
5
Tabel 2.2 berikut merupakan hasil akhir jenis pelapisan tanah berdasarkan tebal lapis
desain.
kedalaman
Lapis
(m)
0-8 Silty Clay
8-14 Clayey Silt
14-16 Silty Sand
16-20 Clayey Silt
20-28 Clayey Silt
28-30 Clayey Silt
30-34 Silty Clay
34-38 Silty Clay
38-40 Clayey Silt
Tabel 2.2, merupakan tebal pelapisan tanah desain beserta jenisnya, dimana penentuan
interval/ tebal pelapisan tanah tersebut dapat ditentukan oleh jenis tanah, deskripsi,
serta keseragaman nilai NSPT. Pada kedalaman 0-16 meter, terdapat 3 jenis pada 3 lapis
tanah yang berbeda diantaranya silty clay, clayey silt, dan silty sand , yang berarti
bahwa penentuan tebal ketiga lapis tersebut ditentukan oleh perbedaan jenis lapis tanah
pada data borlog. Pada kedalaman 16-20 meter, terdapat 1 jenis lapis pada 3 lapis tanah
yaitu clayey silt, yang berarti bahwa penentuan tebal ketiga lapis tersebut ditentukan
oleh perbedaan deskripsi tanah pada data borelog. Pada kedalaman 30-38 meter,
terdapat 1 jenis pada 2 lapis tanah yaitu silty clay, yang berarti bahwa penentuan tebal
kedua lapis tersebut juga ditentukan oleh nilai perbedaan deskripsi tanah pada borelog.
Pada lapis terakhir, yaitu pada kedalaman 38-40 meter, terdapat 1 jenis pada 1 lapis
tanah, dimana pelapisan ini ditentukan oleh jenis lapis tanah pada borlog
6
BAB III
PARAMETER GEOTEKNIK DESAIN
7
Gambar 3.2. Grafik NSPT desain serta plot Atteberg limit terhadap kedalaman
8
Gambar 3.3. Grafik NSPT desain serta plot Gs dan eo terhadap kedalaman
9
Gambar 3.4. Grafik NSPT desain serta plot shear strength terhadap kedalaman
Untuk menentukan parameter desain, maka dilakukan plotting besaran-besaran parameter yang
didapat dari laboratorium berupa, berupa Ꝩt, Ø, c, wn, LL,PI, Gs, dan eo terhadap kedalaman, lalu
bandingkan dengan hasil plotting NSPT desain., seperti pada Gambar 3.1, Gambar 3.2, Gambar
3.3, dan Gambar 3.4.
10
3.2. Perbandingan Parameter Desain Korelasi dengan Uji Laboratorium
NSPT Ꝩt C
kedalaman Lapis Ø° PI [%] wn [%] LI [%] Gs eo
desain [kN/m3] [kPa]
0-8 Silty Clay 5 15,5 9 15 31 62 106 2,65 1,77
9-14 Clayey Silt 10 - - - - - - - -
14-16 Silty Sand 50 - - - - - - - -
16-20 Clayey Silt 40 - - - - - - - -
20-28 Clayey Silt 40 - - - - - - - -
28-30 Clayey Silt 26 - - - - - - - -
30-34 Silty Clay 18 17,2 8 53 36 42 91 2,59 1,13
34-38 Silty Clay 17 17,9 4 88 27 32 89 2,58 0,91
38-40 Clayey Silt 36 - - - - - - - -
NSPT Ꝩt Su Su/N
Lapis kedalaman Lapis Ø° PI [%] Ø' C' qu [kPa] Eu (kPa) E' vu v' wn LL Cc
desain [kN/m3] [kPa] [kPa]
1 0-8 Silty Clay 5 15,5 30 0 6 31 28 1 60 6000 5200 0,5 0,3 61,5 106 0,672
2 9-14 Clayey Silt 10 17 60 0 6 18 32 0 120 12000 10400 0,5 0,3 - - -
3 14-16 Silty Sand 50 19 - 41 - - 44 0 - - 50000 - 0,3 - - -
4 16-20 Clayey Silt 40 17 240 0 6 18 32 0 480 48000 41600 0,5 0,3 - - -
5 20-28 Clayey Silt 40 17 240 0 6 18 32 0 480 48000 41600 0,5 0,3 - - -
6 28-30 Clayey Silt 26 17 156 0 6 18 32 0 312 31200 27040 0,5 0,3 - - -
7 30-34 Silty Clay 18 17,2 108 0 6 36 27 0 216 21600 18720 0,5 0,3 42 91 0,567
8 34-38 Silty Clay 17 17,9 102 0 6 27 28 0 204 20400 17680 0,5 0,3 32 89 0,553
9 38-40 Clayey Silt 36 18 216 0 6 18 32 0 432 43200 37440 0,5 0,3 - - -
11
3.3. Parameter Tanah Desain Akhir Beserta Korelasinya
Setelah menentukan parameter desain berdasarkan uji laboratorium (Tabel 3.1), maka
ditentukan pula parameter desain berdasarkan korelasi (Tabel 3.2) berdasarkan
penelitian-penelitian sebelumnya, baik berupa tabel, grafik, maupun persamaan.
Setelah itu, dibandingkan antara parameter desain hasil korelasi dengan parameter
desain hasil uji laboratorium untuk menentukan parameter desain akhir. Parameter
desain akhir dapat diambil dapat dari hasil korelasi, uji laboratorium, atau kombinasi
dari keduanya yang sekiranya paling logis dan konsisten untuk dipakai.
Tabel 3.3 (a) dan Tabel 3.3 (b) merupakan parameter desain akhir dari korelasi
maupun data labotatorium, sebangkan Tabel 3.4 (a) dan Tabel 3.4 (b) merupakan jenis
korelasi, data lab, maupun pendekatan yang dgunakan.
12
Tabel 3.4 (a). Jenis korelasi, pendekatan, serta data lab yang digunakan
kedalaman NSPT
Lapis Ꝩt [kN/m3] Konsistensi Ø '[o] C' [kPa] qu [kPa] Eu (kPa)
[m] desain
Lab (TX Sorensen &
0-8 Silty Clay 5 Gybson;B
UU) Okkels Duncan &
jerum
Buchignani
9-14 Clayey Silt 10 et.al.
Tabel 3.4 (b). Jenis korelasi, pendekatan, serta data lab yang digunakan (tabel lanjutan)
kedalaman NSPT
Lapis E'[kPa] vu v' eo Cc Cr Cs
[m] desain
LL. Skempton
0-8 Silty Clay 5
Duncan & (1944)
Buchignani
9-14 Clayey Silt 10
Pendekatan
38-40 Clayey Silt 36
Regresi
13
3.4. Korelasi yang Digunakan Dalam Mencari Parameter Desain
Pada sub-bab ini, akan dijelaskan secara singkat serta dilampirkan bagaimana peneliti
menentukan parameter tanah melalui korelasi yang dipilih
Tabel 3.5 merupakan acuan peneliti dalam menentukan berat isi tanah secara
pendekatan.
3.4.2. Konsistensi
Tabel 3.6 (a) Konsitensi pada tanah lanau dan lempung; Mochtar (2006), revised (2012)
14
Tabel 3.6 (b) Konsitensi pada tanah pasir; Teng, 1962
Tabel 3.6 (a) dan Tabel 3.6 (b) merupakan data yang digunakan untuk menentukan
konsistensi pada tanah lempung, lanau, serta pasir.
Gambar 3.5. Hubungan antara indeks plastisitas dengan sudut geser dalam pada tanah berbutir halus;
Gybson; Bjerum et. Al.
15
Untuk tanah berbutir kasar
Gambar 3.5 merupakan hubungan antara indeks plastisitas (IP) dan sudut geser dalam
efektif (Ø’) pada tanah berbutir halus, sedangkan persamaan (3.1) merupakan korelasi
sudut geser dalam efektif (Ø’) dengan nilai NSPT formula Peck.
Gambar 3.6. merupakan chart hubungan antara Cu dengan c’ oleh sorrensen dan
Okkels untuk tanah lempung OC. Peneliti mengasumsikan bahwa tanah lapis 1 adalah
tanah OC karena terdapat timbunan sebelumnya (dari data borelog), sehingga
kemungkinan besar sudah berkonsolidasi. Selain itu, pada tanah lapis 1 biasanya terjadi
desikasi, dimana suatu proses evaporasi pada tanah lapis atas, karena bersentuhan
langsung dengan matahari sehingga kadar air berkurang dan tanah lebih terkompresi.
Pada lapis yang lebih dalam, peneliti menganggap bahwa tanah masih berkonsolidasi
(UC), sehingga kohesi efektif tanah pada lapis lainnya dianggap nol.
16
3.4.5. Deviator Stress (qu)
𝑞𝑢 = 2𝑆𝑢 … … … … … … … … … … … … … … … . (3.2)
Tabel 3.7. Korelasi Modulus (E) dengan nilai Su ; Briaud untuk tanah pasir dan kerikil
Untuk pasir, peneliti menggunakan korelasi Briaud, dimana E=1000NSPT seperti pada
Tabel 3.7, sedangkan untuk tanah lempung dan lanau, peneliti mengguanakan korelasi
Dunchan & Buchignani seperti pada Gambar 3.7.
17
Gambar 3.7. Korelasi Modulus (Eu) dengan nilai Su ; Briaud untuk tanah lempung dan lanau
Pada tanah lempung dan lanau, peneliti mengambil harga modulus, Eu=200 Su,
sedangkan untuk nilai Modulus efektif (Eu’) peneliti mengambil harga dengan
formula 3.4 berikut.
2(1 + 𝑣)
𝐸𝑢′ = 𝑥𝐸𝑢 … … … … … … … … . . (3.4)
3
Angka poison untuk kondisi total stress analysis pada berbagai jenis tanah didapat dari
tabel korelasi Bowles (1997), seperti yang ditunjukan pada Tabel 3.8. Untuk angka
poison pada kondisi efektif stress analysis, peneliti mengasumsikan bahwa untuk
semua jenis tanah (lempung, lanau, dan pasir) bernilai 0,3.
18
Tabel 3.8. Korelasi nilai angka poisson pada tanah ; Bowles (1997)
Pada tanah lapis pertama, ketujuh, dan kedelapan, angka pori yang digunakan
merupakan hasil dari data laboratorium Triaxial UU, sedangkan oleh karena tidak
tersedianya data lab pada lapis lainnya, maka peneliti melakukan regresi nilai eo
terhadap kedalaman tanah.
Tabel 3.9 merupakan besar nilai eo terhadap kedalaman dari data uji laboratorium
Triaxial UU yang kemudian dilakukan plotting terhadap kedalaman tanah untuk
menghasilkan grafik regresi antara eo uji laboratorium terhadap kedalaman seperti yang
ditunjukan pada Gambar 3.8, sehingga diperoleh persamaan interpolasi hubungan
antara eo regresi dengan kedalaman tanah (persamaan 3.5).
Pengertian angka pori sendiri merupakan perbandingan antara volume void dengan
volume solid. Secara logika, angka pori akan mengecil seiring dengan bertambahnya
kedalaman, semakin dalam pelapisan tanah, maka tanah akan semakin terkompresi
sehingga pori-pori pada tanah akan semakin mengecil. Maka dari itu, peneliti
melakukan pendekatan interpolasi antara nilai eo dengan kedalaman tanah.
19
Tabel 3.9. Kedalaman
tanah serta nilai eo lab
Kedalaman eo
eo Lab
(m) regresi
4 1,77 -
11,5 - 1,60
15 - 1,51
18 - 1,43
24 - 1,27
29 - 1,15
32 1,13 -
36 0,91 -
39 - 0,89
Dari hasil persamaan regresi antara kedalaman dengan nilai eo dari data laboratorium,
maka diperoleh persamaan regresi pada Gambar 3.8, yang kemudian dapat ditentukan
besarnya nilai eo pada lapis lainnya, dengan persamaan empiris;
𝑦 − 73,12
𝑥 = −( ) … … … … … … … … … … … … … … … … … … … (3.5)
38,677
Kedalaman eo
eo Lab
(m) regresi
4 1,77 -
11,5 - 1,60
15 - 1,51
18 - 1,43
24 - 1,27
29 - 1,15
32 1,13 -
36 0,91 -
39 - 0,89
20
Dengan memasukan nilai kedalaman yang akan dicari besarnya nilai eo, maka didapat
nilai eo regresi (eo empiris) seperti pada Tabel 3.10.
3.4.9. Compression Index (Cc), Recompression Index (Cr), dan Swelling Index (Cs).
Penentuan Compression Index (Cc) pada lapis 1, 7, dan 8 didasarkan pada persamaan
LL Skempton (1944) sebagai berikut;
Undisturbed sample
Disturbed sample
Karena pada lapis 2,3,4,5,6, dan 9 tidak tersedia data liquid limit hasil uji Triaxial UU,
dilakukan pendekatan regresi nilai Cc formula Skempton (1944) terhadap kedalaman
pelapisan tanah tersebut.
21
Dari hasil persamaan regresi antara kedalaman dengan nilai Cc dari data laboratorium,
maka diperoleh persamaan regresi pada Gambar 3.9, yang kemudian dapat ditentukan
besarnya nilai Cc pada lapis lainnya, dengan persamaan empiris;
𝑦 − 184,12
𝑥 = −( ) … … … … … … … … … … … … … … … … … … … (3.8)
268,06
Dengan menggunakan Persamaan 3.8, maka diperoleh besarnya nilai Cc pada tiap
lapis tanah, seperti yang ditunjukan pada Tabel 3.12.
Kedalaman Cc
Cc Lab
(m) regresi
4 0,672 -
11,5 - 0,64
15 - 0,63
18 - 0,62
24 - 0,60
29 - 0,58
32 0,567 -
36 0,553 -
39 - 0,70
22
BAB IV
DESAIN DAN PERKIRAAN PENURUNAN PONDASI
Dalam mendesain daya dukung pondasi dangkal, pada penelitian ini dilakukan
perhitungan Program DOS FTGBC dan juga Program Microssoft Excell.
Direncanakan pondasi dangkal yang dapat memikil beban sebesar 15 ton = 150 kN.
23
Langkah-Langkah
1. Di set satuan unit menjadi satuan SI (Standard International) pada opsi Unit
System.
2. Di set bentuk pondasi menjadi square (kotak) pada opsi Footing Shape.
3. Di masukan dimensi pondasi, dalam hal ini adalah lebar pondasi pada opsi
Footing Width dan kedalaman pondasi pada opsi Footing Depth dalam satuan
meter.Di masukan dengan nilai positif berapapun misal 1 meter untuk lebar dan
kedalaman pondasi
4. Di masukan nilai faktor inklinasi dasar pondasi pada opsi Base Inclination
sebesar nol derajat, serta masukan juga faktor inklinasi tanah dasar pada opsi
Ground Inclination sebesar nol derajat.
5. Di masukan nilai parameter tanah diantaranya; kohesi tanah (c) = 1 kPa pada
opsi soil cohesion, dan sudut geser dalam tanah (Ø) = 28° pada opsi Soil
Friction Angle.
6. Di masukan nilai berat isi tanah (ꝩ) = 15,5 Kn/cu pada opsi Soil Unit Weight,
serta masukan nilai kedalaman muka air tanah Dw = 3,4 meter pada opsi Depth
to Groundwater.
7. Di masukan nilai Faktor keamanan (FK) = 3 pada opsi Factor of Safety.
8. Maka, di sebelah kanan layer program (dibawah Result) akan keluar nilai
Allowable Bearing Capacity (kPa) dan Allowable Column Load (kN).
9. Lihat pada opsi Allowable Column Load (kN) pada berbagai metode (Terzaghi,
Mayyerhoff, dan Brinch Hansen), lalu pilih metode yang akan digunakan untuk
mendesain dimensi pondasi. Apabila metode yang dipilih masih memiliki nilai
yang lebih kecil dari Q all pada soal, maka perbesar dimensi pondasi hingga
terpenuhi.
24
meter yang mana sudah melebihi Vertical Gross Allowable Load, Qall = 150 kN
=1mx1m
Langkah – Langkah
25
Maka, disebelah kanan layer akan muncul Bearing Capacity dan Allowable Column
Load dengan metode Terzaghi dan Vesic. Pada penelitian ini dipilih metode Vesic,
(Allowable Column Load = 196 kN > Qall = 150 kN).
Hasil:
Lebar pondasi = B x B (Metode yang digunakan Vesic)
= 1 meter x 1 meter
1. Di set bentuk pondasi menjadi square (kotak) pada opsi Footing Shape.
2. Di set satuan unit menjadi satuan SI (Standard International) pada opsi Unit
System.
26
3. Di masukan dimensi pondasi, dalam hal ini adalah lebar pondasi sebesar 1 meter
pada opsi Footing Width dan kedalaman pondasi sebesar 1 meter pada opsi
Footing Depth.
4. Di masukan nilai beban rencana pada opsi Applied Load yang memikul pondasi
sebesar 15 ton, atau 150 kN
5. Di masukan nilai modulus pada opsi Soil Modulus dengan nilai 5200 kPa (modulus
merupakan modulus rata-rata sebesar 4B dari dasar pondasi)
6. Di masukan jarak antara muka air (M.A.T) ke dasar pondasi pada opsi
Groundwater Depth sebesar 3,4 meter.
7. Di masukan nilai 3D adjustment factor yang merupakan faktor koreksi karena pada
kenyataannya pondasi berbentuk 3 dimensi, namun pada program DOS kita hanya
memodelkannya 2 dimensi. Agar konservatif, maka diamasukan nilai 3D
adjustment factor sebesar 1, dimana settlement yang dihasilkan merupakan yang
paling besar.
8. Maka, di sebelah kanan layer program (dibawah Result) akan keluar nilai
Immediete settlement/ distortion sebesar 19,18 mm
27
Gambar 4.3 (c). Jendela Program DOS FTGBSETT (gambar lanjutan 2)
9. Dimasukan nilai gamma tanah untuk lapis 1 dan 2 pada kolom Unit Weight sebesar
15,5 kN/m3 untuk lapis 1, dan sebesar 17 kN/m3 untuk lapis 2.
10. Dimasukan nilai Cc pada kolom Compresibility sebesar 0,67 untuk lapis 1 dan 0,64
untuk lapis 2.
11. Maka, di sebelah kanan layer program (dibawah Result) pada Gambar 4.3 (a),
akan keluar nilai Immediete settlement/distortion sebesar 19,18 mm,
consolidation sebesar 108,34 mm, dan totalnya sebesar 127,53 mm.
28
Menimbang batasan total settlement pada bangunan di Indonesia rata-rata sebesar 20
mm, maka total settlement pada pondasi ukuran 1 x 1 pada desain diatas dianggap
masih sangat tidak memenuhi persyaratan settlement bangunan. Maka dari itu, peneliti
mencoba mengubah dimensi pondasi menjadi ukuran maksimum pondasi dangkal pada
umumnya, yaitu dengan B x L = 2 x 2 meter seperti yang ditunjukan pada Gambar 4.3
(d).
Gambar 4.3 (d). Jendela DOS FTGSETT untuk dimensi pondasi yang baru
Setelah mengubah dimensi pondasi menjadi ukuran 2x2 meter, maka settlement total
yang terjadi sebesar 104,71 mm, dimana settlement ini masih melebihi persyaratan,
yaitu sebesar 20 mm. Oleh karena itu, peneliti merekomendasikan beberapa upaya
yang dilakukan untuk mereduksi settlement yang terjadi, diantaranya; perbaikan tanah
dengan soil cement dan grouting, menggunakan raft pada pondasi dangkal, dan
mengubah jenis pondasi menjadi pondasi dalam. Untuk pemukiman yang padat
penduduk, saya tidak merekomendasikan perbaikan tanah dengan metode grouting,
karena uncertainty nya yang sangat besar dilapangan.
29
4.3. Daya Dukung dan Konfigurasi Pondasi Tiang
Direncanakan pondasi tiang BORPILE untuk memikul beban sebesar 30 ton dengan
diameter 0,35 meter dan kedalaman tiang 16,5 m. Perhitungan daya dukung
menggunakan Program DOS BORPILE.
Langkah-Langkah Pengerjaan
1. Pertama. membuka Program DOS BORPILE dan isikan pilihan nomor 1 pada
Gambar 4.4 (a). Setelah itu jendela baru akan terbuka (Gambar 4.4 (b), lalu pilih
nama drive C (wajib) lalu isikan nama file “BORPILE”.
Gambar 4.4 (a). Input data Gambar 4.4 (b). Penyimpanan data
2. Setelah itu, mengisikan nama proyek misalnya (JAKARTA PUSAT), ukuran tiang
dengan coba coba misal D = 0,35 m dan L = 16,5 meter, Faktor keamanan 2,5
untuk selimut dan ujung tiang), kedalaman maksimum data tanah 40 m, jumlah
lapis tanah 9 lapis, dan jumlah data NSPT 9 data, seperti gambar dibawah ini.
30
3. Ketiga, dipilih salah satu dari ketiga opsi pada Gambar 4.4 (d). Dalam hal ini,
peneliti memilih opsi ke-1, yaitu korelasi Su vs N-SPT Terzaghi & Peck, Sowers.
Setelah itu akan muncul jendela kedalaman serta jenis tanah seperti pada Gambar
4.4 (e). Di isikan jumlah kedalaman tanah perlapis beserta jenis tanah sesuai pada
data pelapisan tanah desain.
Gambar 4.4 (d). Input metode perhitungan Gambar 4.4 (e). Input jenis serta
kedalaman tanah
4. Ke-empat, mengisikan kedalaman beserta nilai N-SPT seperti pada Gambar 4.4 (f).
Setelah itu, akan muncul resume/output dari hasil analisis perhitungan seperti pada
Gambar 4.4 (g). kemudian tekan enter untuk melanjutkan.
Gambar 4.4 (f). Input kedalaman Gambar 4.4 (g). Output Program
serta NSPT tanah DOS BORPILE
31
5. Kelima, dapat lihat load transfer yang terjadi pada tiang bor apabila diperlukan. Pada
Gambar 4.4 (h), terlihat bahwa semakin dalam tiang, maka semakin kecil distribusi beban
yang dipikul oleh pondasi. Hal tersebut terjadi karena pada pondasi dalam, bagian atas
terlebih dahulu memikul beban dari pada bagian bawah, khususnya pada selimut.
KONFIGURASI TIANG
Dengan daya dukung 1 tiang sebesar 34 ton, dimana telah melebihi beban kolom
sebesar 30 ton, maka peneliti mendesain pondasi dengan tipe one column one pile,
dengan ukuran pondasi sebesar 35 cm. Pile cap direncanakan berukuran lebar x lebar
= 50 x 50 cm dengan tebal sebesar 40 cm, agar tulangan pondasi tiang dapat diikatkan
dengan mudah pada tulangan pile cap. Gambar 4.5 (a) merupakan desain konfigurasi
pondasi tiang tampak atas, sedangkan Gambar 4.5 (b) merupakan desain konfigurasi
pondasi tiang tampak samping.
32
Gambar 4.5 (a). Tampak atas pondasi
tiang
33
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1. Kesimpulan
Pada pondasi tiang, maka diperoleh desain pondasi yang mampu memikul beban
sebesar 30 ton, adalah berdiameter 35 cm dengan kedalaman tiang 16,5 meter dan daya
dukung izin 1 tiang sebesar 34 ton. Oleh karena 1 tiang dapat memikul beban total pada
kolom, maka peneliti melakukan desain pondasi tiang dengan tipe one column one pile.
5.2. Rekomendasi
Besarnya settlement total yang terjadi pada pondasi dangkal ukuran 1 x 1 meter adalah
sebesar 127,53 mm, sedangkan pada pondasi dangkal ukuran 2 x 2 meter adalah sebesar
104,71 mm. Menimbang batasan total settlement pada bangunan di Indonesia rata-rata
sebesar 20 mm, maka total settlement pada desain pondasi ukuran 1 x 1 maupun 2 x 2
meter tidak memenuhi persyaratan settlement bangunan
Oleh karena itu, peneliti merekomendasikan beberapa upaya yang dilakukan untuk
mereduksi settlement yang terjadi, diantaranya; perbaikan tanah dengan soil cement
dan grouting, menggunakan raft pada pondasi dangkal, atau mengubah jenis pondasi
menjadi pondasi dalam. Untuk pemukiman yang padat penduduk, peneliti tidak
merekomendasikan perbaikan tanah dengan metode grouting, karena uncertainty nya
34
yang sangat besar dilapangan. Dalam penelitian ini, peneliti merekomendasikan untuk
menggunakan pondasi dalam agar settlement total yang terjadi tidak terlampau besar.
35