B. Fisiologi
Organ yang berperan dalam proses terjadinya eliminasi urine adalah ginjal, ureter,
kandung kemih, dan uretra.
a. Ginjal
Ginjal adalah sepasang organ retroperitoneal yang integral dengan homoestasis
tubuh dalam mempertahankan keseimbangan cairan, termasuk keseimbangan
fisika dan kimia. Ginjal mensekresi hormon dan enzim yang membantu
pengaturan produksi eritrosit, tekanan darah, serta metabolisme kalsium dan
fosfor. Ginjal mengatur cairan tubuh, asiditas, dan elektrolit sehingga
mempertahankan komposisi cairan yang normal. (Mary Baradero, 2008 : 1)
Ginjal juga menyaring bagian dari darah untuk dibuang dalam bentuk urine
sebagai zat sisa yang tidak diperlukan tubuh. Bagian ginjal terdiri atas nefron,
yang merupakan unit dari struktur ginjal yang berjumlah kurang lebih satu juta
nefron. Melalui nefron urine disalurkan ke dalam bagian pelvis ginjal, kemudian
disalurkan melalui ureter ke kandung kemih. (A.Aziz, 2008 : 62)
b. Kandung Kemih (Bladder, Buli-buli)
Kandung kemih merupakan sebuah kantong yang terdiri atas otot halus yang
berfungsi sebagai penampung air seni (urine). Dalam kandung kemih, terdapat
lapisan jaringan otot yang memanjang ditengah dan melingkar disebut sebagai
detrusor dan berfungsi untuk mengeluarkan urine. Pada dasar kandung kemih,
terdapat lapisan tengah jaringan otot yang berbentuk lingkaran bagian dalam atau
disebut sebagai otot lingkar yang berfungsi menjaga saluran antara kandung
kemih dan uretra sehingga uretra dapat menyalurkan urine dari kandung kemih
keluar tubuh. (A.Aziz, 2008 : 62)
Penyaluran rangsangan ke kandung kemih dan rangsangan monitoris ke otot
lingkar bagian dalam diatur oleh sistem simpatis. Akibat dari rangsangan ini, otot
lingkar menjadi kendur dan terjadi kontraksi sphincter bagian dalam sehingga
urine tetap tertinggal dalam kandung kemih. Sistem parasimpatis menyalurkan
rangsangan motoris kandung kemih dan rangsangan penghalang ke bagian dalam
otot lingkar. Rangsangan ini dapat menyebabkan terjadinya kontraksi otot
detrusor dan kendurnya sphincter. (A.Aziz, 2008 : 62)
c. Uretra
Uretra merupakan organ yang berfungsi untuk mengeluarkan urine ke bagian luar.
Fungsi uretra pada wanita mempunyai fungsi yang berbeda dengan yang terdapat
pada pria. Pada pria, uretra digunakan sebagai tempat pengaliran urine dan sistem
reproduksi berukuran panjang ±20 cm. pada pria uretra terdiri dari 3 bagian,
uretra prostatik, uretra membranosa, dan uretra kavernosa. Pada wanita uretra
memiliki panjang 4-6,5 cm dan hanya berfungsi untuk mengeluarkan urine ke
bagian luar tubuh. (Potter, 2005)
Saluran perkemihan dilapisi membrane mukosa dimulai dari meatus uretra hingga
ginjal. Secara normal, mikroorganisme tidak ada yang bisa melewati uretra bagian
bawah, namun membrane mukosa ini pada keadaan patologis yang terus-menerus
akan menjadikannya sebagai media yang baik untuk pertumbuhan beberapa
patogen. (A.Aziz, 2008 : 63)
D. Proses Berkemih
Berkemih merupakan proses pengosongan vesika urinaria (kandung kemih). Vesika
urinaria dapat menimbulkan rangsangan saraf bila urinaria berisi ±250 - 450 cc (pada
dewasa) dan 200 - 250 cc (pada anak-anak). (A.Aziz, 2008 : 63)
Mekanisme berkemih terjadi karena vesika urinaria berisi urine yang dapat
menimbulkan rangsangan pada saraf-saraf di dinding vesika urinaria. Kemudian
rangsangan tersebut diteruskan melali medulla spinalis ke pusat pengontrol berkemih
yang terdapat di korterks serebral. Selanjutnya otak memberikan impuls/ragsangan
melalui medulla spinalis neuromotoris di daerah sakral, kemudian terjadi koneksi otot
detrusor dan relaksasi otot sphincter internal. (A.Aziz, 2008 : 63)
Urine dilepaskan dari vesika urinaria tetapi masih tertahan sphincter eksternal. Jika
waktu dan tempat memungkinkan akan menyebabkan relaksasi sphincter eksternal dan
urine kemungkinan dikeluarkan (berkemih). (A.Aziz, 2008 : 64)
a. Ciri-ciri urine yang normal
Jumlahnya rata-rata 1-2 liter sehari, tetapi berbeda-beda sesuai dengan
jumlah cairan yang dimasukan. Banyaknya bertambah pula bila terlampau
banyak makan makanan yang mengandung protein, sehingga tersedia cukup
cairan yang melarutkan ureanya.
Warnanya bening oranye pucat tanpa endapan, tetapi adakalanya jonjot lendir
tipis tampak terapung di dalamnya.
Baunya tajam.
Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan PH rata-rata 6.
Berat jenis berkisar dari 1,010 sampai 1,025
(Pearce, 2009 : 305)
b. Komposisi urine normal:
Air (96%)
Larutan (4%)
Larutan organik : urea, ammonia, kreatin, dan asam urat.
Larutan anorganik : natrium (sodium), klorida, kalium (potassium), sulfat,
magnesium, fosfor. Natrium klorida merupakan garam yang paling banyak.
(A.Aziz, 2008 : 306)
E. Diagnosa keperawatan
Hidayat, A.Aziz, dkk. 2005. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta :
EGC
Hidayat, A.Aziz, dkk. 2008. Ketrampilan Dasar Praktek Klinik Untuk Kebidanan Edisi 2.
Jakarta: Salemba Medika
Baradero, M. 2008. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Ginjal. Jakarta : EGC
Pearce, E.C. 2009. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : PT Gramedia
Potte, P.A dan Perry. A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,
dan Praktik. Edisi 4. Jakarta : EGC
Sumber Internet :
http://www.wordpress.com/2008/03/17/konsep-dasar-pemenuhan-kebutuhan-eliminasi-
urine diakses pada tanggal 11 Oktober 2011. Pukul 13.40 WIB
http://www.jevuska.com/2007/04/19/retensi-urien-post-partum
diakses pada tanggal 11 Oktober 2011. Pukul 13.40 WIB