Anda di halaman 1dari 3

KOMPLIKASI

1. Retensio urine akut, terjadi apabila buli-buli menjadi dekompensasi


2. Penyempitan lumen uretra pars prostatika (Striktur Uretra)
3. Infeksi saluran kemih
4. Involusi kontraksi kandung kemih
5. Refluk vesikoureter
6. Hidroureter dan hidronefrosis dapat terjadi jika berlangsung terus menerus
7. Gagal ginjal bisa dipercepat jika terjadi infeksi
8. Hematuri, terjadi karena selalu terdapat sisa urine, sehingga dapat
terbentuk batu saluran kemih dalam buli-buli, batu ini akan menambah
keluhan iritasi. Batu tersebut dapat pula menibulkan sistitis, dan bila
terjadi refluks dapat mengakibatkan pielonefritis.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Urinalisa
Urinalisa merupakan salah satu pemeriksaan penunjang yang sederhana yang dapat
memberi informasiuntuk menegakan diagnosis penyakit ginjal dan penyakit lainnya.
Beberapa penilaian penting tentang analisa urin, seperti; piuria menggambarkan
endapan leukosit dan debris pada infeksi saluran kencing; specific gravity
memberikan penilaian mengenai status hidrasi pasien; proteinuria menggambarkan
gangguan fungsi filtrasi glomerulus atau reabsorbsi tubulus, dan banyak analisa lain
yang bisa di dapatkan dari pemeriksaan urin ini menggambarkan bahwa urinalisis
berperan penting dalam menunjang penegakan diagnosis serta dapat digunakan
untuk follow up suatu kelainan ginjal, antara lain sindrom glomerular, acute kidney
injury, chronic kidney disease, infeksi saluran kencing, hipertensi dan batu.

2. Analisis Urin dan Mikroskopik Urin


Analisis urin dan mikroskopik urin penting untuk melihat adanya sel leukosit,
sedimen, eritrosit, bakteri dan infeksi. Bila terdapat hematuri harus diperhitungkan
adanya etiologi lain seperti keganasan pada saluran kemih, batu, infeksi saluran
kemih, walaupun BPH sendiri dapat menyebabkan hematuri. Elektrolit, kadar ureum
dan kreatinin darah merupakan informasi dasar dari fungsi ginjal dan status
metabolik. Pemeriksaan prostate spesific antigen (PSA) dilakukan sebagai dasar
penentuan perlunya biopsi atau sebagai deteksi dini keganasan.

3. Pemeriksaan Darah Lengkap


Karena perdarahan merupakan komplikasi utama pasca operatif maka semua defek
pembekuan harus diatasi. Komplikasi jantung dan pernafasan biasanya menyertai
penderita BPH karena usianya yang sudah tinggi maka fungsi jantung dan pernafasan
harus dikaji. Pemeriksaan darah lengkap meliputi Pemeriksaan darah Hemogoblin
(HB), Hematokrit (HT), leukosit, eritrosit, hitung jenis leukosit, CT, BT, golongan
darah, trombosit, BUN, kreatinin serum.

4. Pemeriksaan Radiologis
Biasanya dilakukan foto polos abdomen, pielografi intravena, USG, dan sitoskopi.
Tujuan pencitraan untuk memperkirakan volume BPH, derajat disfungsi buli, dan
volume residu urin.Dari foto polos dapat dilihat adanya batu pada traktus urinarius,
pembesaran ginjal atau buli-buli. Dapat juga dilihat lesi osteoblastik sebagai tanda
metastase dari keganasan prostat serta osteoporosis akibat kegagalan ginjal. Dari
pielografi intravena dapat dilihat supresi komplit dari fungsi renal, hidronefrosis dan
hidroureter, gambaran ureter berbelok-belok di vesika urinaria, residu urin. Dari USG
dapat diperkirakan besarnya prostat,memeriksa massa ginjal, mendeteksi residu urin
dan batu ginjal.

PENATALAKSANAAN
Salah satu gejala BPH adalah LUTS yang mungkin bisa disembuhkan dengan terapi
pengobatan dan tindakan pembedahan. Penatalaksanaan BPH tujuannya untuk
mengembalikan kualitas hidup pasien. Terapi yang diberikan juga tergantung dengan
keluhan pasien.

1. Watchful Waitting
Artinya pasien tidak mendapat terapi apapun tapi tetap dalam pengawasan dokter,
pilihan Watchful Waitting ini ditujukan pada pasien dengan keluhan sedang hingga
berat, pancaran urin lemah dan mengalami pembesaran prostat > 30 gram. Pasien di
anjurkan untuk memeriksakan diri setiap 6 bulan untuk mengetahu perubahan
keluhan yang di rasakan. Yang di amati adalah perubahan gaya hidup pasien serta
melakukan evaluasi pada pasien dengan keluhan LUTS ringan. Perubahan gaya hidup
yang disarankan yaitu menghindari minuman beralkohol, mengurangi konsumsi air
sebelum tidur, danberkemih.

2. Medical Therapies (Terapi Farmakologis)


Terapi ini dilakukan pada pasien tingkat sedang, atau terapi sementara untuk pasien
BPH tingkat berat. Tujuannya untuk mengurangi volume prostat sebagai komponen
dinamik atau mengurangi volume prostat sebagai komponen statik. Beberapa obat
yang bisa diberikan yaitu a-adrenergik bloker dan 5a-reductase inhibitors (5ARIs).
Untuk pengobatan farmakologis, pedoman AUA 2003 menyatakan bahwa alfuzosin
(Uroxatral), doxazosin (Cardura), tamsulosin (Flomax), dan terazosin (Hytrin)
merupakan pilihan pengobatan yang sesuai untuk pasien dengan LUTS sekunder
untuk BPH. Meskipun ada sedikitperbedaan dalam profil efek samping dari obat ini,
AUA menyatakan bahwa keempat agen memiliki efektivitas klinis yang sama.
Pedoman ini juga menyatakan bahwa 5α-reduktase finasteride (Proscar) dan
dutasteride (Avodart) telah terbukti merupakan pengobatan yang tepat dan
efektifuntuk pasien dengan LUTS terkait dengan pembesaran prostat.

3. Minimally Invasive Therapies


Prosedur ini melibatkan stent endoskopik ke dalam uretra prosta, sehingga dapat
mengatasi gejala BPH dan meminimalkan komplikasi karena sayatan kecil dan
trauma berkurang ke jaringan sekitarnya.
Amadea, Riselena Alyssa, Alfreth Langitan, Rosa Dwi Wahyuni. (2019). BENIGN
PROSTATIC HYPERPLASIA (BPH). Jurnal Medical Profesional (MedPro). 1(2): 174-
175. [akses 10 maret 2021); Tersedia pada
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/jmp/article/view/13191

Astutik, Asri (2019). ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN BENIGNA PROSTATE


HYPERPLASIA ( BPH ) POST TUR-P HARI KE 1 DAN 2 DENGAN MASALAH NYERI
AKUT1. Akses 10 Maret 2021. Tersedia pada http://repo.stikesicme-
jbg.ac.id/2494/3/KTI%20Lengkap%20jadi.pdf

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Benign Prostatic Hyperplasia (BPH).


(n.d.). Retrieved March 11, 2021, from
http://eprints.umm.ac.id/43087/3/jiptummpp-gdl-irasawdako-51034-3-bab2.pdf

Anda mungkin juga menyukai