Tugas TTM 1 Kewarganegaraan Hifzur Rahman - OSEANOGRAFI - FPIK - 2020
Tugas TTM 1 Kewarganegaraan Hifzur Rahman - OSEANOGRAFI - FPIK - 2020
Resume 1
A. Konstitusi
1 . Pengertian Konstitusi
Istilah konstitusi dikenal dalam sejumlah bahasa, misalnya dalam bahasa Prancis dikenal dengan
istilah constituer, dalam bahasa Latin/Italia digunakan istilah constitutio, dalam bahasa Inggris
digunakan istilah constitutiori, dalam bahasa Belanda digunakan istilah constitutie. Kontitusi
mengandung permulaan dari segala peraturan mengenai suatu negara atau dengan kata lain
bahwa konstitusi mengandung permulaan dari segala peraturan mengenai negara, pembentukan
suatu negara atau menyusun dan menyatakan suatu negara dan sebagai peraturan dasar mengenai
pembentukan negara. Konstitusi adalah hukum dasar yang dijadikan pegangan dalam
penyelenggaraan suatu negara. Konstitusi dapat berupa hukum dasar tertulis yang lazim disebut
Undang. Ada tiga unsur yang menonjol dalam konstitusi, yakni:
Konstitusi sebagai piagam yang menjamin hak-hak asasi manusia dan warga negara
sekaligus menentukan batas-batas hak dan kewajiban warga negara dan alat-alai
pemerintahannya.
Dalam sejarahnya, sejak Proklamasi 17 Agustus 1945 hingga sekarang telah berlaku tiga macam
Undang-Undang Dasar dalam lima periode, yaitu sebagai berikut:
a. Periode Undang-Undang Dasar 1945, yakni dari tanggal 18 Agustus 1945-27 Desember
1949; UUD 1945 terdiri dari 3 bagian, yaitu: pembukaan, batang tubuh (16 bab, 37 pasal,
4 pasal Aturan Peralihan, 2 ayatAturan Tambahan), dan bagian penjelasan.
c. Periode Undang-Undang Dasar Sementara 1950, 17 Agustus 1950-5 Juli 1959; UUDS
1950 terdiri atas 6 bab, 146 pasal dan beberapa bagian.
e. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 18 Agustus 1945 hanya berlaku dalam
waktu singkat yaitu mulai tanggal 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949. Sejak 27
Desember 1949 diberlakukan Undang-Undang Dasar baru yang disebut Konstitusi
Republik Indonesia Serikat (KRIS) tahun 1949.
Adapun yang menjadi dasar pemikiran sehingga dilakukan Amandemen terhadap UUD
1945,yaitu:
Undang-Undang Dasar 1945 memberikan kekuasaan yang sangat besar kepada pemegang
kekuasaan eksekutif (Presiden). Sistem yang dianut UUD 1945 adalah executive heavy
yakni kekuasaan dominan berada di tangan Presiden dilengkapi dengan berbagai hak
konstitusional yang lazim disebut hak prerogative.
UUD 1945 mengandung pasal-pasal yang terlalu luwes dan “fleksibel" sehingga dapat
menimbulkan multitafsir, misalnya Pasal 7 UUD 1945 (sebelum di amandemen).
UUD 1945 terlalu banyak memberi kewenangan kepada kekuasaan Presiden untuk
mengatur hal-hal penting dengan Undang-undang. Presiden juga memegang kekuasaan
legislatif sehingga Presiden dapat merumuskan hal-hal penting sesuai kehendaknya
dalam Undang-undang.
B. Rule of Law
Istilah negara hukum berkaitan dengan paham rechtsstaat, dan the rule of law, juga
berkaitan dengan paham nomocracy yang berasal dari perkataan nomos dan cratos;
nomos berarti norma, sedangkan cratos adalah kekuasaan, ialah kekuasaan oleh norma
atau kedaulatan hukum (Jimly Asshiddiqie, 2004). Jadi dalam kaitan dengan kekuasaan
tertinggi dalam suatu negara, menurut paham nomokrasi, kekuasaan tem'nggi ada pada
norma atau yang berdaulat adalah norma atau hukum (dalam hal ini kedaulatan hukum).
Lebih Ianjut disebutkan, bahwa dalam buku Plato berjudul Nomoi yang kemudian
diterjemahkan dalam bahasa Inggris dengan judul The Laws, jelas tergambar bagaimana
ide nomokrasi sesungguhnya; yang sejak lama dikembangkan dari Zaman Yunani Kuno.
Konsep rule of law tidak bisa dipisahkan dengan konsep negara hukum. Namun demikian,
negara yang menganut sistem rule of law harus memiliki prinsip yang jelas. Menurut
Dicey (Kaelan dan Acmad Zubaidi, 2007), terdapat tiga unsur yang fundamental dalam
rule of law, yaitu:
1. Supremasi absolut atau predominasi dari regular law untuk menentang pengaruh dari
arbitrary power dan meniadakan kesewenang-wenangan, prerogatif atau dicretionary
authority yang luas dari pemerintah.
2. Persamaan di hadapan hukum atau penundukan yang sama dari semua golongan kepada
ordinary law yang dilaksanakan oleh ordinary court; ini berarti bahwa tidak ada orang
yang berada di atas hukum; tidak ada peradilan administrasi negara;
3. Konstitusi adalah hasil dari the ordinary law of the land, bahwa hukum konstitusi
bukanlah sumber tetapi merupakan konsekuensi dari hak-hak individu yang dirumuskan
dan ditegaskan oleh peradilan.
Di dalam bagian Penjelasan UUD 1945, konsepsi negara hukum Indonesia dirumuskan
dalam kalimat yang bersayap yang penuh keraguan "Indonesia ialah negara yang berdasar
atas hukum, tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka. Rumusan ini dapat ditafsirkan
bahwa Indonesia itu sebenarnya machstaat (yang primer), namun juga “rechsstaat” (yang
sekunder). Penjabaran prinsip-prinsip Rule of Law secara formal termuat di dalam pasaI-
pasal UUD 1945, yaitu: