Menurut teori, ada tiga cara pengenaan pajak yang dapat dilakukan. Menurut teori, ada
tiga cara pengenaan pajak yang dapat dilakukan, yaitu cara pengenaan du depan (stelsel fiksi),
cara pengenaan di belakang (stelsel riil), dan cara pengenaan campuran (kombinasi antara stelsel
fiksi dan stelsel riil).
Tarif Progresif adalah tariff pemungutan pajak yang persentasenya semakin besar bila
jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak juga besar. Dimana tarif progresif diatur dalam
Pasal 17 UU PPh, yaitu sebagai berikut :
< 25.000.000 5%
≤ 50.000.000 10%
Dengan tarif ini, jumlah pajak yang terhutang semakin besar sesuai dengan kenaikan
tariff dan besarnya jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak. Hal ini digambarkan dengan
contoh berikut :
Penghasilan A sebesar 100.000.000 maka besarnya pajak yang terhutang adalah :
5% x 25.000.000 = 1.250.000
Dalam Pasal 17 UU PPh No. 36 Tahun 2008, tariff progresif untuk wajib pajak orang
pribadi dalam negeri, diatur sebagai berikut :
≤ 50.000.000 5%
Sedangkan untuk wajib pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap, untuk tahun pajak
2009 tidak lagi menggunakan tariff progresif tetapi menggunakan tariff tetap sebesar 28%. Tarif
ini kemudian diturunkan menjadi 25% yang digunakan untuk tahun 2010 dan seterusnya.
Tarif Advalorem
Tarif Advalorem adalah suatu tariff dengan persentase tertentu yang dikenakan /
ditetapkan pada harga atau nilai suatu barang. Misalnya, PT ABC mengimpor barang A
sebanyak 1.000 unit dengan harga per unitnya 100.000. Jika tariff bea masuk atas impor barang
tersebut 10% maka besarnya bea masuk yang harus dibayar ialah :
= 100.000.000
Tarif bea masuk 10%, maka
= 10.000.000
Maka bea yang harus dibayar ialah 10.000.000 dan pembayaran barang impor sebesar
100.000.000. maka total pembayarannya ialah 110.000.000