Anda di halaman 1dari 9

Struktur Konstruksi dan Utilitas Bangunan Bertingkat Rendah

STRUKTUR BANGUNAN
Struktur bangunan adalah komponen penting dalam arsitektur. Fungsi struktur
(sutrisno,1985) :
1. Untuk melindungi suatu ruang terhadap iklim dan bahaya –bahaya
yang ditimbulkan oleh alam.
2. Menyalurkan beban ke dalam tanah
Struktur bangunan pada umumnya terdiri dari struktur bawah (lower/sub structure)
dan struktur atas (upper structure). Struktur bawah (lower structure) yang dimaksud adalah
pondasi dan struktur bangunan yang berada di bawah permukaan tanah, sedangkan yang
dimaksud dengan struktur atas (upper structure) adalah struktur bangunan yang berada di
atas permukaan tanah seperti kolom, balok, plat, tangga. Setiap komponen tersebut
memiliki fungsi yang berbeda-beda di dalam sebuah struktur.
Suatu bangunan gedung beton bertulang yang berlantai banyak sangat rawan
terhadap keruntuhan jika tidak direncanakan dengan baik. Oleh karena itu, diperlukan suatu
perencanaan struktur yang tepat dan teliti agar dapat memenuhi kriteria kekuatan
(strenght), kenyamanan (serviceability), keselamatan (safety), dan umur rencana bangunan
(durability).
Beban-beban yang bekerja pada struktur seperti beban mati (dead load), beban
hidup (live load), beban gempa (earthquake), dan beban angin (wind load) menjadi bahan
perhitungan awal dalam perencanaan struktur untuk mendapatkan besar dan arah gaya-gaya
yang bekerja pada setiap komponen struktur, kemudian dapat dilakukan analisis struktur
untuk mengetahui besarnya kapasitas penampang dan tulangan yang dibutuhkan oleh
masing-masing struktur (Gideon dan Takim, 1993).

Perencanaan struktur atas harus mengacu pada peraturan atau pedoman standar
yang mengatur perencanaan dan pelaksanaan bangunan beton bertulang, yaitu Standar Tata
Cara Penghitungan Struktur Beton nomor: SK SNI T-15-1991-03, Peraturan Pembebanan
Indonesia untuk Gedung 1983, Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk
Gedung tahun 1983, dan lain-lain (Istimawan, 1999).

Struktur Bawah Bangunan (Substructure)

Bangunan struktur bawah berfungsi untuk menerima atau menahan beban-beban


yang disalurkan dari beban struktur atas, dan kemudian beban-beban tersebut disalurkan ke
pondasi.
Struktur bawah gedung umumnya terdapat beberapa pekerjaan, yaitu:
 Pondasi (pancang, bore pile, telapak, dll)
 Galian tanah
 Pile cap dan sloof
 Dinding penahan tanah / retaining wall
 Waterproofing (umumnya waterproofing membrane atau integral)
 Urug tanah kembali dan pemadatan tanah
1. Pondasi
Pengertian umum untuk Pondasi adalah Struktur bagian bawah bangunan yang
berhubungan langsung dengan tanah, atau bagian bangunan yang terletak di bawah
permukaan tanah yang mempunyai fungsi memikul beban bagian bangunan lainnya
di atasnya. Pondasi harus diperhitungkan untuk dapat menjamin kestabilan
bangunan terhadap beratnya sendiri, beban – beban bangunan (beban isi bangunan),
gaya-gaya luar seperti: tekanan angin, gempa bumi, dan lain-lain. Disamping itu,
tidak boleh terjadi penurunan level melebihi batas yang diijinkan.

Agar kegagalan fungsi pondasi dapat dihindari, maka pondasi bangunan harus
diletakkan pada lapisan tanah yang cukup keras, padat, dan kuat mendukung beban
bangunan tanpa menimbulkan penurunan yang berlebihan. Pondasi merupakan
bagian struktur dari bangunan yang sangat penting, karena fungsinya adalah
menopang bangunan diatasnya, maka proses pembangunannya harus memenuhi
persyaratan utama sebagai berikut:
1. Cukup kuat menahan muatan geser akibat muatan tegak ke bawah.
2. Dapat menyesuaikan pergerakan tanah yang tidak stabil (tanah gerak)
3. Tahan terhadap pengaruh perubahan cuaca
4. Tahan terhadap pengaruh bahan kimia.

Jenis-jenis struktur bawah (Pondasi)


Secara umum jenis-jenis struktur bawah (pondasi) dibagi menjadi 2 bagian, yaitu
pondasi dangkal dan pondasi dalam.
1. Pondasi dangkal
Yang dimaksud pondasi dangkal adalah apabila kedalaman alas pondasi (Df) dibagi
lebar terkecil alas pondasi (B) kurang dari 4, (Df/B < 4). Jenis pondasi ini digunakan
apabila letak tanah baik (kapasitas dukung ijin tanah > 2,0 kg/cm2) relatif dangkal
(0,6-2,0 m)
2. Pondasi dalam
Apabila lapisan atas berupa tanah lunak dan terdapat lapisan tanah yang keras yang dalam
maka dibuat pondasi tiang pancang yang dimasukkan ke dalam sehinggamencapai tanah
keras (Df/B >10 m), tiang-tiang tersebut disatukan oleh poer/pile cap.
Struktur bawah bangunan pondasi terdiri dari pondasi dan tanah pendukung pondasi.
Pondasi berfungsi untuk mendukung seluruh beban bangunan dan meneruskan beban
bangunan tersebut kedalam tanah dibawahnya. Suatu sistem pondasi harus dapat menjamin,
harus mampu mendukung beban bangunan diatasnya, termasuk gaya-gaya luar seperi gaya
angin, gempa, dll. Untuk itu pondasi haruslah kuat, stabil, aman, agar tidak mengalami
penurunan, tidak mengalami patah, karena akan sulit untuk memperbaiki suatu sistem
pondasi.
Akibat penurunan atau patahnya pondasi, maka akan terjadi :
1.  Kerusakan pada dinding, retak-retak, miring dan lain –lain
2.  Lantai pecah, retak, bergelombang
3.  Penurunan atap dan bagian-bagian bangunan lain.
Suatu sistem pondasi harus dihitung untuk menjamin keamanan, kestabilan bangunan
diatasnya, tidak boleh terjadi penurunan sebagian atau seluruhnya melebihi batas-batas
yang diijinkan. Pembuatan pondasi dihitung berdasarkan hal-hal berikut :
1. Berat bangunan yang harus dipikul pondasi berikut beban-beban hidup, mati serta beban-
beban lain dan beban- beban yang diakibatkan gaya-gaya eksternal.
2.  Jenis tanah dan daya dukung tanah.
3.  Bahan pondasi yang tersedia atau mudah diperoleh di tempat.
4.  Alat dan tenaga kerja yang tersedia.
5.  Lokasi dan lingkungan tempat pekerjaan.
6.  Waktu dan biaya pekerjaan.

Hal yang juga penting berkaitan dengan pondasi adalah apa yang disebut soil investigation
atau penyelidikan tanah. Pondasi harus diletakkan pada lapisan tanah yang cukup keras dan
padat. Untuk mengetahui letak/kedalaman tanah keras dan besar tegangan tanah/ daya
dukung tanah, maka perlu diadakan penyelidikan tanah, yaitu dengan cara:
a. Pemboran (drilling) : dari lubang hasil pemboran (bore holes), diketahui contoh-contoh
lapisan tanah yang kemudian dikirim ke laboraturium mekanika tanah.
b. Percobaan penetrasi (penetration test) : yaitu dengan menggunakan alat yang disebut
sondir static penetrometer. Ujungnya berupa conus yang ditekan masuk kedalam tanah, dan
secara otomatis dapat dibaca hasil sondir tegangan tanah (kg/cm2).
2. GalianTanah
Galian tanah untuk pondasi dan galian-galian lainnya harus dilakukan menurut ukuran
dalam, lebar dan sesuai dengan peil-peil yang tercantum pada gambar. Semua bekas-bekas
pondasi bangunan lama dan akar-akar pohon yang terdapat pada bagian pondasi yang akan
dilaksanakan harus dibongkar dan dibuang. Bekas-bekas pipa saluran yang tidak dipakai
harus disumbat.
Apabila pada lokasi yang akan dijadikan bangunan terdapat pipa air, pipa gas, pipa-pipa
pembuangan, kabel-kabel listrik, telepon dan sebagainya yang masih dipergunakan, maka
secepatnya diberitahukan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi atau instansai yang
berwenang untuk mendapatkan petunjuk-petunjuk seperlunya.
Pelaksana Pekerjaan/ Kontraktor bertanggung jawab penuh atas segala kerusakan-
kerusakan sebagai akibat dari pekerjaan galian tersebut. Apabila ternyata penggalian
melebihi kedalaman yang telah ditentukan, maka Kontraktor harus mengisi/ mengurangi
daerah tersebut dengan bahan-bahan yang sesuai dengan syarat-syarat pengisian bahan
pondasi yang sesuai dengan spesifikasi pondasi.
Pelaksana Pekerjaan/ Kontraktor harus menjaga agar lubang-lubang galian pondasi tersebut
bebas dari longsoran-longosoran tanah di kiri dan kanannya (bila perlu dilindungi oleh alat-
alat penahan tanah) dan bebas dari genangan air (bila perlu dipompa), sehingga pekerjaan
pondasi dapat dilakukan dengan baik sesuai dengan spesifikasi.
Pengisian kembali dengan tanah bekas galian, dilakukan selapis demi selapis, sambil
disiram air secukupnya dan ditumbuk sampai padat. Pekerjaan pengisian kembali ini hanya
boleh dilakukan setelah diadakan pemeriksaan dan mendapat persetujuan Konsultan
Manajemen Konstruksi, baik mengenai kedalaman, lapisan tanahnya maupun jenis tanah
bekas galian tersebut.
3. Struktur Basement
Konstruksi basement sering merupakan solusi yang ekonomis guna mengatasi keterbatasan
lahan dalam pembangunan gedung. Tapi sebagai struktur bawah tanah, desain maupun
pelaksanaan konstruksi basement perlu dilakukan dengan memperhitungkan banyak hal.
Disamping aspek teknis dari basement itu sendiri, tidak kalah pentingnya adalah aspek
lingkungannya. Mutu pekerjaan pada konstruksi basement akan sangat mempengaruhi
umur dari basement tersebut.
Pengendalian terhadap mutu terpadu sangat diperlukan untuk mencapai produk konstruksi
mutu tinggi dan dapat diandalkan. Beberapa hal yang berkaitan dengan galian Basement
yang perlu diperhatikan adalah beban dan metode galian. Beban tersebut biasanya berupa
beban terbagi rata, beban titik, dan beban garis dan beban terbagi rata memanjang.
Sedangkan metode galian dimana dibagi menjadi: open cut, cantilever, angker, dan strut.
Pemilihan metode galian disesuaikan dengan perencanaan bangunan dan konsdisi di
lapangan. Pada metode galian basement ada beberapa factor yang perlu diperhatikan antara
lain: jenis tanah, kondisi proyek, muka air tanah, besar tekanan tanah yang bekerja, waktu
pelaksanaan, analisa biaya dan sebagainya.
Beberapa masalah yang timbul dalam pelaksanaan pembuatan galian basement, seperti
penurunan permukaan tanah disekitar galian yang dapat menyebabkan kerusakan structural
pada bangunan dekat galian, dan retaknya saluran dan sarana yang lain. Salah satu
penyebabnya adalah penurunan permukaan air tanah disekitar galian akibat pemompaan
selama konstruksi.

Anda mungkin juga menyukai