Anda di halaman 1dari 7

NAMA : IKBARUL MUFID

NPP : 29.0034

KELAS : F-3

NO. ABSEN : 16

A. HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA (HAPTUN)

1. Rangkuman :

a. PENGERTIAN HAPTUN
adalah Peraturan Hukum yg mengatur proses penyelesaian
perkara atau sengketa Tata Usaha Negara (TUN) antara orang atau
badan hukum perdata yang mempertahakan hak-hak dan cara untuk
mempertahankan dan menegakan hukum administrasi negara di
muka Peradilan Tata Usaha Negara.

Hukum Acara Peradilan TUN termuat dalam UU Peradilan TUN,


karena UU Peradilan TUN selain memuat aturan hukum tentang lembaga
Peradilan TUN juga memuat tentang hukum acara yang berlaku dalam
Peradilan TUN.

HAPTUN disebut juga hukum normal yang berfungsi mempertahankan


berlakunya HTUN (HAN) sebagai hukum material.

b. CIRI-CIRI/KAREKTERISTIK HAPTUN DAN PERBANDINGAN DENGAN


HUKUM ACARA PERDATA.
Ciri utama yang membedakan Hukum Acara Peradilan TUN di
Indonesia dengan Hukum Acara Perdata atau Hukum Acara Pidana
adalah hukum acaranya secara bersama-sama diatur dengan hukum
materialnya yaitu dalam UU Nomor 5 Tahun 1985 jo UU Nomot 9 Tahun
2004, jo UU Nomor 51 Tahun 2009 (UU Peradilan TUN).
- Perbedaan Hukum Acara Peradilan Tun Dengan Hukum Acara
Perdata

1. Obyek Gugatan.
Dalam Hukum Acara Perdata obyek gugatan antara lain adalah
adanya perbuatan melawan hukum dan wanprestasi, sedangkan
dalam Hukum Acara Peradilan TUN obyek gugatan adalah Keputusan
TUN .

2. Subyek Gugatan
Dalam Hukun Acara Perdata, subjek gugatan terdiri dari orang atau
badan hukum (baik badan hukum privat maupun publik) melawan
orang atau badan hukum (baik badan hukum privat maupun publik)
dalam posisi yang seimbang. Sedangkan dalam Hukum Acara
Peradilan TUN, subyek gugatan adalah orang pribadi atau badan
hukum perdata sebagai Penggugat melawan Pejabat TUN sebagai
Tergugat.

3. Tenggang Waktu Pengajuan Gugatan


Dalam hukum Acara Perdata, tenggang waktu mengajukan gugatan
relatif lebih lama dari pada dalam Hukum Acara PeradilanTUN yang
hanya menentukan 90 hari (Pasal 53).

4. Tahapan Proses Berperkara


Beberapa tahapan proses berperkara dalam Hukum Acara Peradilan
yang tidak ada dalam Hukum Acara Perdata adalah Dismissal Proses
(Pasal 62), dan Pemeriksaan Persiapan (Pasal 63).

5. Tuntutan (Petitum)
Dalam Hukum Acara Perdata, tuntutan bisa berupa mohon
pelaksanaan/pembatalan perjanjian, ganti rugi, pembayaran uang
paksa dan lain-lain. Dalam Hukum Acara Peradilan TUN, tuntutan yang
dapat diminta antara lain adalah pembatalan suatu Keputusan TUN,
atau agar badan atau Pejabat TUN menerbitkan Keputusan yang
dimohon, disertai dengan ganti rugi materiil minimal Rp. 250.000,-. dan
maksimal Rp. 5.000.000,-
6. Gugat balik (rekonvensi)
Dalam Hukum Acara Peradilan TUN tidak dikenal gugat balik .

7. Peranan Pengadilan Tinggi


Dalam Hukum Acara Perdata, peranan Pengadilan Tinggi selalu
sebagai Pengadilan tingkat banding. Dalam Hukum Acara Peradilan
TUN, untuk kasus-kasus yang harus melalui prosedur Banding
Administratif maka Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara berfungsi
sebagai Pengadilan Tingkat Pertama.

- KARAKTERISTIK ACARA

No PEMBEDA HAPTUN ACARA


. PERDATA
Warga
1 Subjek / Pihak Badan Pejabat TUN masyarakat
lawan warga masyarakat lawan warga
masyarakat

Kepentingan
2 Sebab Sengketa Ketetapan tertulis Pejabat Perdata
warga
masyarakat

Perbuatan
3 Tindakan Perbuatan melawan melawan
hukum penguasa hukum
masyarakat.
Wanprestasi

4 Peran Hakim Hakim Aktif Hakim Pasif

5 Rekonvensi Tidak dikenal Dikenal,


diatur
c. PENYELESAIAN SENGKETA TUN MELALUI GUGATAN
Gugatan adalah permohonan yang berisi tuntutan terhadap badan
atau pejabat tata usaha negara yang diajukan ke Pengadilan untuk
mendapatkan putusan (Pasal 1 angka 11 UU Peradilan TUN), antara lain :

1. SUBYEK
Subyek atau pihak-pihak yang berperkara atau bersengketa di
Pengadilan TUN adalah :
a. Penggugat
Sesuai dengan ketentuan Pasal 53 ayat (1) jo pasal 1 angka 10 jo.
Penjelasan Pasal 53 UU Peradilan TUN, yang dapat menjadi pihak
Penggugat di dalam perkara atau sengketa di Pengadilan TUN
adalah seseorang atau Badan Hukum Perdata yang merasa
kepentingannya dirugikan dengan dikeluarkannya Keputusan Tata
Usaha Negara oleh Badan atau Pejabat TUN baik di pusat maupun
di daerah.

b. Tergugat
Dalam Pasal 1 angka 12 UU Peradilan TUN, secara tegas
disebutkan bahwa pihak Tergugat adalah Badan atau Pejabat TUN
yang mengeluarkan Keputusan berdasarkan wewenang yang ada
padanya atau yang dilimpahkan kepadanya .

Sedangkan yang dimaksud badan atau Pejabat TUN menurut


Pasal 1 angka 8 UU Peradilan TUN adalah badan atau pejabat
yang melaksanakan urusan pemerintahan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

2. OBYEK
Dari ketentuan Pasal 53 ayat (1) jo. Pasal 1 angka 10 jo. Pasal 3 UU
Peradilan TUN, dapat disimpulkan bahwa yang dapat dijadikan sebagai
Obyek Gugatan dalam Sengketa TUN adalah:

a. Keputusan TUN.
yang dapat dijadikan sebagai Obyek Gugatan di Pengadilan TUN
adalah Keputusan TUN sebagaimana yang disebutkan dalam
Ketentuan Pasal 1 angka 9 UU Peradilan TUN yaitu suatu
penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat
TUN yang berisi tindakan Hukum TUN berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku yang bersifat konkrit,
individual, final dan yang menimbulkan akibat hukum bagi
seseorang atau badan hukum perdata.

b. Yang Dipersamakan Keputusan TUN (Keputusan TUN Fiktif


Negatif) Obyek Gugatan ini tidak berwujud suatu Surat
Keputusan. Apabila Badan atau Pejabat TUN tidak mengeluarkan
keputusan, sedangkan hal itu menjadi kewajibannya, maka hal
tersebut disamakan dengan Keputusan TUN.

3. SYARAT DAN ALASAN PENGAJUAN GUGATAN


Sesuai dengan ketentuan Pasal 53 ayat (1) UU Peradilan TUN, gugatan
harus dibuat tertulis. Penjelasan Pasal 53 antara lain menyebutkan
bahwa :
a. Bentuk Gugatan di Pengadilan TUN disyaratkan dalam bentuk
tertulis karena gugatan itu akan menjadi pegangan pengadilan
dan para pihak selama pemeriksaan.

b. Mereka yang tidak pandai baca tulis dapat mengutarakan


keinginannya untuk menggugat kepada Panitera Pengganti yang
akan membantu merumuskan gugatannya dalam bentuk tertulis.

c. Gugatan dibuat ditandatangani oleh Penggugat atau Kuasanya,


dan apabila gugatan yang dibuat dan ditandatangani oleh Kuasa,
maka gugatan haru dilampiri Surat Kuasanya yang sah.

d. Gugatan sedapat mungkin disertai juga Keputusan TUN yang


disengketakan.

4. TENGGANG WAKTU MENGGUGAT

Gugatan di PTUN dibatasi waktu tertentu yaitu seperti :


a. Gugatan dengan objek sengketa Keputusan TUN sebagaimana
Pasal 1 angka 9 UU Peradilan TUN berdasarkan Pasal 55 UU
Peradilan TUN jo. SE Mahkamah Agung RI Nomor 2 Tahun 1991

b. Gugatan dengan obyek sengketa yang didasarkan pada Pasal 3


UU Peradilan TUN (Keputusan Negatif Fiktif), tentang tengang
waktu mengajukan gugatan diatur dalam penjelasan UU Peradilan
TUN
5. TEMPAT MENGAJUKAN GUGATAN
Gugatan yang telah dibuat dan ditandatangani oleh penggugat atau
kuasanya, kemudian didaftarkan di Panitera Pengadilan TUN yang
berwenang sesuai dengan ketentuan Pasal 54 UU Peradilan TUN, yaitu:
a. Diajukan kepada Pengadilan yang berwenang yang daerah
hukumnya meliputi tempat kedudukan tergugat.

b. Apabila tergugat lebih dari satu Badan atau Pejabat TUN dan tidak
dalam satu daerah hukum pengadilan, gugatan diajukan kepada
Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi kedudukan salah satu
Badan atau Pejabat TUN.

c. Dalam hal tempat kedudukan tergugat tidak berada dalam daerah


hukum Pengadilan tempat kediamanan penggugat, maka gugatan
dapat diajukan ke Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi
tempat kediamanan penggugat selanjutnya diteruskan kepada
Pengadilan yang bersangkutan.

d. Dalam hal-hal tertentu sesuai dengan sifat sengketa TUN yang


bersangkutan yang diatur dengan Peraturan Permerintah, gugatan
dapat diajukan kepada Pengadilan yang berwenang yang daerah
hukumnya meliputi tempat kediamanan penggugat.

e. Apabila penggugat dan tergugat berkedudukan atau berada di luar


negeri, gugatan diajukan kepada Pengadilan di Jakarta.

f. Apabila tergugat berkedudukan di dalam negeri dan penggugat di


luar negeri, gugatan diajukan kepada Pengadilan di tempat
kedudukan tergugat.
2. PENDAPAT :

Dengan ringkasan yang telah dibuat tadi kita dapat memahami


pengertian dari hukum acara peradilan TUN adalah hukum yang mengatur
tentang cara menyelesaikan Sengketa TUN antara orang atau badan hukum
perdata dengan badan atau pejabat TUN akibat dikeluarkannya keputusan
TUN termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan perundang -
undangan yang berlaku. Hukum Acara Peradilan TUN termuat dalam UU
Peradilan TUN, karena UU Peradilan TUN selain memuat aturan hukum
tentang lembaga Peradilan TUN juga memuat tentang hukum acara yang
berlaku dalam Peradilan TUN.

Ciri utama yang membedakan Hukum Acara Peradilan TUN di


Indonesia dengan Hukum Acara Perdata atau Hukum Acara Pidana adalah
hukum acaranya secara bersama-sama diatur dengan hukum materialnya
yaitu dalam UU Nomor 5 Tahun 1985 jo UU Nomot 9 Tahun 2004, jo UU
Nomor 51 Tahun 2009 (UU Peradilan TUN)

Anda mungkin juga menyukai