Anda di halaman 1dari 33

III.

METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

Suatu rangkaian penelitian dalam upaya pelestarian dan pengembangan Sapi

Pasundan di Jawa Barat, telah dilakukan melalui 3 (tiga) tahap penelitian. Tahap

pertama survei untuk mengetahui kondisi objektif sapi Pasundan yang

berkembang di masyarakat buffer zone hutan sepanjang wilayah Priangan utara

dan Pesisir selatan berdasarkan pendekatan analisis karakteristik produksi dan

kinerja reproduksi sebagai upaya pelestarian sapi Pasundan di Jawa Barat.Tahap

kedua sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian tahap pertama, dalam hal ini Sapi

Pasundan mempunyai fertilitas yang tinggi, akan tetapi belum mempunyai

efisiensi reproduksi yang tinggi disebabkan manajemen reproduksi yang kurang

baik. Memadukan semua keunggulan yang dimiliki sapi Pasundan menjadi

kekuatan produksi dan reproduksi yang handal dan berdaya saing tinggi serta

berbasis peternakan rakyat yang tidak meninggalkan kesinergisan dengan

pertanian secara global dan selalu berorientasi pada kelestarian lingkungan

(ramah lingkungan), konsistensi dan terjamin kontinyuitasnya. Berdasarkan hasil

penelitian tahap pertama diperoleh data bahwa kinerja reproduksi pada sapi

Pasundan dara relatif mengalami keterlambatan umur pubertas dan silent heat ,

sebagai solusi tentu dapat memamfaatkan perkembangan teknologi reproduksi

guna memperbaiki efisiensi reproduksi dan mutu genetik Sapi Pasundan . Disisi

lain lokasi peternakan Sapi Pasundan memiliki suhu yang panas dan

konsekuensinya berdampak pada kurangnya ketersediaan air dan rendahnya

kualitas pakan, hal ini akan menyebabkan permasalahan metabolisme yang

95
berdampak pada pertumbuhan dan reproduksi. Untuk itu dilakukan aplikasi

teknologi reproduksi terhadap kinerja reproduksi hubungannya dengan profile

hormon (estrogen dan progesteron), hematologis (eritrosit, leucosit, hemoglobin)

dan metabolit darah (BUN, BHBA, dan NEFA). Tahap ketiga sebagai tindak

lanjut hasil tahap kedua untuk mengetahui pengaruh aplikasi teknologi reproduksi

terhadap estimasi ekonomi.

PENELITIAN TAHAP I

Evaluasi pelestarian mutu sapi Pasundan melalui pendekatan analisis

karakteristik produksi dan reproduksi sapi Pasundan di buffer zone hutan

sepanjang wilayah Priangan utara dan Pesisir selatan.

A. Disain Penelitian

Penelitian pada tahap pertama digunakan metode survai melalui pengamatan

dan monitoring langsung yang dirancang kedalam 2 (dua) wilayah buffer zone

hutan di Jawa Barat, yaitu wilayah Priangan Utara dan wilayah pesisir Selatan

yang ditentukan berdasarkan purposive random sampling yang memiliki populasi

sapi Pasundan tertinggi. Wilayah Priangan Utara diwakili Kabupaten Bogor,

Purwakarta, dan Sumedang dengan jumlah sapi Pasundan 3625 ekor, sedangkan

wilayah Pesisir Selatan diwakili Kabupaten Garut, Sukabumi, dan Cianjur dengan

jumlah sapi Pasundan 3646 ekor.

B. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Penelitian deskriptif menurut Sugiyono (2006: 6), yaitu penelitian yang dilakukan

96
tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel yang lainnya.

Arikunto (2004: 127), penelitian deskriptif merupakan penelitian non hipotesis

sehingga dalam langkah penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesis.

C. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang lingkup Substansi penelitian

Ruang lingkup subtansi penelitian ini hanya fokus pada karakteristik

produksi dan reproduksi sapi Pasundan betina tidak bunting dan sapi pejantan

umur 2 – 5.0 tahun. Karakterisasi produksi dilakukan menggunakan metode

sederhana yaitu melalui pengukuran permukaan tubuh meliputi tinggi pundak,

lingkar dada, panjang badan, dan berat badan sapi Pasundan. Sedangkan untuk

karakteristik reproduksi membahas tentang pubertas, service per conception (S/C),

conception rate (CR), calving rate , post partum estrus, post partus mating, days

open (DO) , calving interval (CI), bobot lahir pedet dan pertumbuhan berat badan

pedet.

2. Ruang Lingkup Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kelompok tani ternak sapi Pasundan di buffer zone

hutan sepanjang wilayah Priangan utara (Kabupaten Bogor, Purwakarta,

Sumedang) dan Pesisir selatan (Kabupaen Garut, Cianjur, dan Sukabumi).

Berdasarkan hasil studi lapangan menunjukkan bahwa peternak sapi Pasundan

umumnya melakukan pola pemeliharaan secara semi intensif dan ekstensif.

Umumnya peternak untuk kebutuhan pakan sapi menggunakan sumberdaya lahan

lain terutama hutan dan perkebunan atau mengintegrasikan diri dengan

97
sumberdaya lain, seperti pertanian, hal ini terjadi karena peternak sebagian besar

tidak memiliki lahan untuk pengembalaan.

3. Lokasi Penelitian

Penetapan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive sampling),

sebanyak 30 persen dari populasi masing – masing lokasi penelitian. Penentuan

lokasi didasarkan pada populasi memadai yaitu minimal 250 ekor. Adapun

penentuan sampel penelitian di masing-masing lokasi ditentukan secara secara

acak (random sampling). Penelitian dilaksanakan di Wilayah Priangan Utara

diwakili Kabupaten Bogor, Purwakarta, dan Sumedang, sedangkan wilayah Pesisir

Selatan diwakili Kabupaten Garut, Sukabumi, dan Cianjur. Lokasi penelitian

disajikan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Lokasi Penelitian

Kelompok / Desa Kecamatan Kabupaten


Karyamukti,Sancang,Sagara,Mekarsari Cibalong, Kab. Garut
Najaten,Cigaronggong,KaryaSari,
Simpang, Maroko, Mekarwangi,
Mekar Mukti
Karya Tani Tegal Buled Tegal Buled ,Kab. Sukabumi
Karya Mukti, Sukamanah Agrabinta
Kabupaten. Cianjur
Dadung Dawuk, Cipelang Ujung Jaya
Kab.Sumedang
MekarTani,Singasari ,Kuta Mekar Jonggol,Cariu, Sukamakmur,
Sukaharja Kabupatan Bogor
Cigelam,Sukamulya,Tegalsari, Cikawao, Tegalwaru Kabupaten Purwakarta
Pasanggrahan,Sukahaji,Karoya,
Warungjeruk,Cisarua,Panyindangan,
Sindanglaya

98
4. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan, terhitung mulai bulan Februari

sampai Mei 2019

D. Bahan dan Alat

Sapi yang dipilih sebagai sampel adalah sapi Pasundan siap kawin paritas nol

sampai induk partus dua(2) kali dan berumur antara 2.0 – 5.0 tahun, sehat dan

tidak bunting (sapi betina), milik petani peternak yang tergabung dalam wadah

kelompok tani ternak sapi Pasundan di lokasi buffer zone hutan sepanjang

wilayah Priangan utara dan Pesisir selatan. Pendugaan umur dilakukan dengan

cara bertanya kepada peternak selanjutnya dikonfirmasi dengan melihat kondisi

gigi seri bawah serta memanfaatkan data recording. Peralatan yang digunakan

untuk mengukur peubah pada sapi adalah pita meteran, tongkat ukur setinggi 200

cm dengan tingkat ketelitian 0,1 cm; pita ukur dalam satuan (cm) dengan tingkat

ketelitian 0,1 cm, laptop, alat tulis, dan kamera. Pengukuran bagian- bagian

permukaan tubuh diambil ketika ternak dalam kondisi berdiri normal.

E. Unit Analisis / Sasaran Penelitian

Unit analisis adalah satuan analisis yang diteliti bisa berupa individu,

kelompok, benda atau suatu latar peristiwa sosial seperti aktivitas individu atau

kelompok sebagai subjek penelitian (Hamidi, 2004:75). Unit analisis dalam

pengkajian ini adalah berupa organiasasi dan individu. Unit analisis organisasi

99
yaitu Dinas Peternakan dan Kelompok Ternak. sedangkan unit analisis individu

yaitu Peternak pemilik sapi dan Petugas Dinas Peternakan.di lokasi penelitian.

Sasaran penelitian adalah peternak (random sampling) minimal pengalaman

beternak selama 3 tahun (purposive sampling) dan memiliki sapi minimal 5 ekor.

F. Teknik Penentuan Sumber Data.

1. Populasi dan Sampel.

Teknik Pengambilan Sampel responden di masing-masing wilayah sesuai

dengan kriteria materi sapi Pasundan yang dibutuhkan yang ditentukan secara

proporsional berdasarkan simple random sampling sebanyak 30 % yaitu suatu

metode dengan semua anggota sampel dianggap memiliki karakteristik yang

sama, sehingga siapapun yang diambil dapat mewakili populasinya (Mardikanto,

2001 cit. Satyawan, 2006). Sedangkan untuk evaluasi karakteristik reproduksi

dilakukan dengan alat bantu kuisioner yang dilengkapi dengan daftar pertanyaan

terstruktur yang ditujukan pada peternak. Untuk menggali informasi lebih jauh

dilakukan wawancara secara mendalam (indepth study) kepada beberapa

informan kunci

2. Variabel Penelitian

Peubah yang diamati adalah karakteristik produksi yang meliputi tinggi

pundak, panjang badan, lingkar dada, dan bobot badan sapi Pasundan betina

umur 2.0 –5.0 tahun dalam keadaan tidak bunting. Karakteristik reproduksi yang

diamati meliputi sistem perkawinan, umur pubertas, jumlah perkawinan sampai

100
terjadi kebuntingan (service per conception, S/C), conception rate (CR), post

partus estrus, post partus mating, days open (DO) dan jarak kelahiran (CI).

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melalui 3 (tiga) cara yaitu

sebagai berikut (1). Observasi, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara mengadakan pengamatan secara langsung dan pengukuran karakteristik

produksi terhadap sapi yang diteliti, sehingga dapat membuat catatan-catatan

yang objektif. (2). Wawancara yang mendalam (indepth interview), dan pengisian

kuesioner yang telah disiapkan, diharapkan dapat diperoleh berbagai informasi

(data empiris) yang berkaitan dengan fokus penelitian. (3). Studi Kepustakaan,

yaitu untuk memperoleh data yang bersifat teoritis perlu dilakukan penelitian

melalui buku-buku, diktat maupun catatan kuliah yang mempunyai hubungan

erat dengan penulisan tesis ini.

1. Analisis Karakteristik Produksi

a). Tinggi pundak diukur berdasarkan jarak dari permukaan yang rata

sampai bagian tertinggi pundak melewati bagian Scapulla secara

tegak lurus, menggunakan tongkat ukur.

b). Panjang Badan diukur berdasarkan jarak dari bongkol bahu

(Tuberositas humeri) sampai ujung tulang duduk (Tuber ischii),

menggunakan tongkat ukur.

c). Lingkar Dada diukur dengan cara melingkarkan pita ukur pada

101
bagian dada dibelakang bahu.

d). Bobot badan adalah bobot badan aktual sapi Pasundan yang diukur

dengan timbangan dalam satuan kilogram.

Gambar 3.1 Teknik Pengukuran

2. Analisis Karakteristik Reproduksi

a). Umur pubertas adalah umur pada saat seekor sapi Pasundan betina

untuk pertama kali terjadinya berahi yang ditentukan dalam satuan

bulan;

b). Service per conception adalah jumlah perkawinan sampai terjadinya

kebuntingan dalam satuan kali;

c). conception rate adalah jumlah induk sapi Pasundan yang bunting hasil

IB ke -1 dibagi jumlah sapi Pasundan yang dikawinkan kali 100

dalam satuan persen;

d). Post partum estrus adalah lama waktu timbulnya berahi induk sapi

Pasundan setelah melahirkan dalam satuan hari;

e). Post partum mating adalah lama waktu induk sapi Pasundan

dikawinkan lagi setelah melahirkan dalam satuan hari;

f). Days open adalah lama waktu dari melahirkan sampai bunting lagi

102
dalam satuan hari;

g). Jarak beranak (calving interval, CI) adalah lama waktu dari mulai

beranak ke beranak berikutnya dalam satuan bulan.

H. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data

Analisa data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke

dalam suatu pola, kategori dan situasi uraian dasar (Moleong, 2003). Teknik

analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis kualitatif.

Penelitian yang menggunakan teknik analisis kualitatif bertujuan untuk menggali

atau membangun suatu proposisi atau menjelaskan makna dibalik realita, yaitu

peneliti berpijak pada realita atau peristiwa yang terjadi di lapangan (Bungin,

2007).

Data karakteristik produksi dan reproduksi yang diperoleh dari masing-

masing wilayah buffer zona hutan Priangan utara dan Pesisir selatan dianalisis

rata-rata (Mean) dan dijelaskan secara deskriptif, yang bertujuan untuk

menggambarkan fakta-fakta dan menjelaskan objek penelitian serta menggali

informasi yang dibutuhkan sesuai dengan kenyataan sebagaimana adanya

(Nawawi, 2002).

I. PENELITIAN TAHAP II.

Penelitian tahap II dilakukan sebagai solusi dari tindak lanjut hasil penelitian

tahap pertama melalui implementasi teknologi reproduksi hubungannya dengan

profil hormone reproduksi, gambaran hematologis dan metabolit darah.

103
Disain Penelitian

Sebanyak 40 ekor sapi Pasundan betina dara , Umur 2 – 2.5 tahun

dialokasikan ke dalam dalam 2 (dua) kelompok perlakuan, kemudian masing-

masing kelompok dibagi menjadi 2 (dua) subkelompok sebagai berikut.

Kelompok pertama (A) adalah lokasi dilakukan di kabupaten Bogor mewakili

buffer zone hutan wilayah priangan utara yang dibagi kedalam 2 (dua)

subkelompok perlakuan hormon, yaitu :

Subkelompok a1 = 10 ekor disuntik prostaglandin (PGF2α, dinoprost

tromethamine) dengan dosis 5 ml/ekor sebanyak 2 (dua) kali

dengan selang waktu 11 hari untuk menyeragamkan kondisi

fisiologis masing-masing ternak sebagai kontrol.

Subkelompok a2 = 10 ekor disuntik prostaglandin (PGF2α, dinoprost

tromethamine) dengan dosis 5 ml/ekor secara intramuskulair

sebanyak 2 (dua) kali dengan selang waktu 11 hari, namun

pada hari ke -9 disuntik gonadotropin realising hormone

(GnRH, gonadorelin) sebanyak 2.5 ml/ekor secara

intramuskulair.

Kelompok kedua (B) adalah lokasi penelitian dilakukan di kabupaten Garut

mewakili buffer zone hutan wilayah pesisir selatan yang dibagi kedalam 2 (dua)

subkelompok perlakuan hormon, yaitu :

104
Subkelompok b1 = 10 ekor disuntik prostaglandin (PGF2α, dinoprost

tromethamine) dengan dosis 5 ml/ekor sebanyak 2 (dua)

kali dengan selang waktu 11 hari untuk menyeragamkan

kondisi fisiologis masing-masing ternak sebagai kontrol.

Subkelompok b2 = 10 ekor disuntik prostaglandin (PGF2α, dinoprost

tromethamine) dengan dosis 5 ml/ekor secara

intramuskulair sebanyak 2 (dua) kali dengan selang waktu

11 hari, namun pada hari ke -9 disuntik gonadotropin

realising hormone (GnRH, gonadorelin) sebanyak 2.5

ml/ekor secara intramuskulair.

Sapi yang berahi langsung di IB 2 kali dengan selang waktu 6 jam setelah IB

pertama. Kinerja reproduksi yang diamati adalah penampilan berahi yang

meliputi intensitas berahi dan persentase berahi, angka konsepsi dan kelahiran,

post partum estrus, post partum mating, dan days open. Profil hormon reproduksi

yang diukur adalah konsentrasi estrogen dan progesteron, sedangkan kondisi

hematologis terdiri dari sel darah merah, sel darah putih, dan kadar hemoglobin,

serta metabolit darah antara lain Blood Urea Nitrogen (BUN), β-hydroxybutyric

acid (ВНВА) Non-esterified fatty acids (NEFA) diukur pada saat berahi, saat

pemeriksaan kebuntingan 60 hari, dan pada 150 hari kebuntingan. Produktivitas

yang diamati meliputi berat lahir pedet, pertambahan bobot pedet dan angka

kematian pedet dari umur 0-180 hari (mortalitas neonatus sapi umur 0 sampai

180 hari ).

105
A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah eksperimen di lapangan untuk

implementasi inovasi teknologi reproduksi. Rangkaian penelitian ini diawali

dengan penyampaian sosialisasi informasi teknologi pada para peternak sebagai

pengguna teknologi, dan pelaksanaan penelitian teknologi reproduksi pada sapi

Pasundan dara di lapangan. Dirancang berdasarkan pola tersarang dengan

rancangan dasar acak lengkap. Seluruh sapi percobaan diberi pakan basal (hijauan

makanan ternak) dan pakan tambahan sesuai dengan masing-masing kondisi

lingkungan setempat, sedangkan air minum diberikan secara adlibitum

C. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang Lingkup Substansi Penelitian

Ruang lingkup subtansi penelitian ini hanya terbatas pada pelaksanaan

induksi hormonal secara eksogen melalui program aplikasi teknologi sinkronisasi

estrus dan ovulasi, serta pemanfaatan teknologi inseminasi buatan pada sapi

Pasundan dara. Sejalan dengan hal tersebut, yang menjadi fokus penelitian ini

adalah respon kinerja reproduksi sapi Pasundan dara terhadap perlakuan induksi

hormonal secara eksogen menggunakan hormon prostaglandin (PGF2α, dinoprost

tromethamine) dan gonadotropin realising hormone (GnRH. gonadorelin)

kaitannya dengan profil hormon reproduksi gambaran hematologis, dan

metaboloit darah induk selama kebuntingan, serta dampaknya terhadap

peningkatan efisiensi reproduksi. (service per conception, S/C), conception rate

(CR), Calving rate )

106
2.Ruang Lingkup Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan dikelompok tani ternak sapi Pasundan di buffer zone

hutan sepanjang wilayah Priangan utara diwakili oleh Kabupaten Bogor (di

Kecamatan Cariu) dan Pesisir Selatan yang diwakili Kabupaten Garut (

Kecamatan Cibalong). Provinsi Jawa Barat. Peternak memelihara sapi dengan

cara digembalakan dan pakan diambil dari lahan pertanian sendiri. Cara

pemeliharaan hampir semua peternak sapi Pasundan adalah digembalakan,

dikandangkan, serta jarang diberi tambahan pakan seperti konsentrat. Sistim

perkawinan yang dilaksanakan meliputi perkawinan menggunakan inseminasi

buatan dan kawin alami dengan pejantan.

3.Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kelompok Ternak Mekar Sari 2 beralamat di Desa

Singasari, Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat, dan di

Kelompok Rundayan Sawargi yang beralamat di Kp Cihurang Ds Karya Mukti

Kecamatan Cibalong Kabupaten Garut Jawa Barat.

D. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah preparat hormon prostaglandin (Lutalyse

TM, dinoprost tromethamine, Upjohn, Kalmozoo USA); dan gonadotropin

realising hormone, (Fertagyl, gonadorelin, Intervet Animal Health UK Ltd,

Cambridge ), semen beku sapi Pasundan Produksi Balai Inseminasi Buatan

Lembang. Sedangkan alat yang digunakan meliputi perlengkapan KIT untuk

107
inseminasi buatan, alat dan bahan kimia untuk mengukur konsentrasi hormon

reproduksi dan metabolit darah, serta KIT estrogen, progesterone, BUN, BHBA,

dan NEFA, spuit injeksi, kamera, dan alat tulis kantor.

E. Unit Analisis / Sasaran Penelitian

Peneltian mengunakan materi berupa ternak sapi Pasundan sebanyak 40 ekor

berumur 2.0 – 2.5 tahun milik petani peternak yang tergabung dalam wadah

kelompok tani ternak sapi Pasundan di lokasi buffer zone hutan sepanjang

wilayah Priangan utara dan Pesisir selatan.

F. Teknik Penentuan Sampel

1. Populasi dan Sampel

Pemilihan ternak akseptor IB sebanyak 40 ekor sapi Pasundan, umur 2 – 2.5

tahun dengan kriteria memilki skor kondisi tubuh (body condition score,

BCS) 2.8- 3.0 sesuai penilaian kisaran BCS 1-5 (Alapati et al., (2010), dan sehat

secara klinis Semua ternak dipalpasi rektal untuk mengetahui kesehatan organ

reproduksi , status reproduksi dan memastikan bahwa sapi tidak dalam keadaan

bunting. Ternak terpilih diberi nomor identifikasi dan dicatat data-data yang

diperlukan seperti pemilik ternak, umur, ciri khas ternak, status sapi

Pasundan (dara ) dan lain-lain.

Pengambilan sampling darah dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali pada saat

berahi, umur 60 hari kebuntingan, dan umur 150 hari kebuntingan. Darah diambil

dari vena jugularis sebanyak 10 ml dengan menggunakan disposibel syringe ,

108
kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi anticoagulant (

EDTA) dan ditempatkan dalam termos berisi es dan dibawa ke Laboratorium

untuk dilakukan pemeriksaan. Sampel darah sebagian digunakan untuk analisis

hematologis, dan sebagian didinginkan 5OC selama dua jam, kemudian

disentrifuge dengan kecepatan 2500 rpm selama 15 menit untuk memisahkan

plasma dari gumpalan sel-sel darah. Plasma yang terbentuk dipisahkan ke dalam

tabung evendorf yang akan digunakan untuk analisis hormon dan metabolit darah

Sampel plasma yang diperoleh disimpan dalam freezer yang selanjutnya

digunakan untuk menganalisis konsentrasi hormon estrogen dan progesteron, serta

metabolit darah berupa Blood jadi serum Urea Nitrogen (BUN), β-hydroxybutyric

acid (ВНВА), Non-esterified fatty acids (NEFA).

a. Estrogen

Konsentrasi estrogen dalam serum diukur dengan Enzyme Linked

immunosorbent assay (ELISA). Pada masing-masing plat Elisa

dimasukkan 25 μl laruta standar, sampel, dan kontrol, kemudian dicampur

masing-masing dengan 200 μl reagen konjugat estradiol pada

masing-masing well. Selanjutnya inkubasi selama 120 menit pada suhu

ruangan. Nilai absorbansi dibaca pada ELISA reader setelah 10 menit

dengan absorbansi 450±10 nm. Dengan menggunakan KIT (Diagnostic

Product Corporation [DPC], Los Angeles, CA). estrogen elisa kit –

mybiosource.

b. Progesteron

Konsentrasi estrogen dalam serum diukur dengan Enzyme Linked

109
immunosorbent assay (ELISA). Pada masing-masing plat Elisa

dimasukkan 25 μl laruta standar, sampel, dan kontrol, kemudian dicampur

masing-masing dengan 200 μl reagen konjugat estradiol pada

masing-masing well. Selanjutnya inkubasi selama 120 menit pada suhu

ruangan. Nilai absorbansi dibaca pada ELISA reader setelah 10 menit

dengan absorbansi 450±10 nm. Dengan menggunakan KIT (Diagnostic

Product Corporation [DPC], Los Angeles, CA). Progesteron elisa kit –

mybiosource.

c. Sel Darah Merah

Sel darah merah diukur berdasarkan jumlah sel darah yang dihitung

beradasarkan metode Hayem dalam satuan per mm3 darah.

Pengenceran darah dengan larutan HAYEM menyebabkan lisis sel leukosit

dan trombosit sehingga memudahkan perhitungan jumlah sel eritrosit.

Darah diencerkan 200X dan sel eritrosit dihitung pada 5 bidang sedang di

tengah pada kamar hitung Improved Neubauer.

Alat :

1) Hemositometer Lengkap, terdiri dari: Pipet Eritrosit, Kamar Hitung

IN dan Deck glass, Selang Penghisap. 2). Mikroskop. 3). Reagensia

terdiri dari : Larutan Hayem, Darah vena + anti koagulan EDTA

(ethylene diaminetetraacetic acid)

Prosedur Kerja :

a. Mengisi Pipet Eritrosit

110
1). Hisap darah sampai tanda 0,5; bersihkan bagian luar pipet.

2). Dengan pipet yang sama hisaplah larutan Hayem sampai tanda 101.

Hati-hati jangan sampai terjadi gelembung udara.

3). Lepaskan karet penghisap lalu tutup kedua Ujung pipet dengan kedua

ujung jari.

4).Kocoklah selama 15-30 detik (±80 Kali).

5). Jika tidak segera dihitung letakkan pipet dalam posisi horizontal.

b. Mengisi Kamar Hitung

1).Kamar Hitung dan deck glass dalam keadaan bersih.

2). Letakkan kamar hitung dalam keadaan horizontal lalu basahi kedua

tanggulnya dengan air. Letakkan deck glass diatasnya sampai menempel.

3). Kocok pipet tadi, jangan sampai ada cairan yang tumpah.

4). Buang 3-4 tetes pertama lalu tetes berikutnya dimasukkan dalam kamar

hitung.

5). Masukkan dalam kamar hitung dengan cara menyentuhkan ujung pipet

dengan sudut 30° pada permukaan kamar hitung. Maka dengan

sendirinya kamar hitung akan terisi cairan.

6). Biarkan kamar hitung selama 2-3 menit, jika tidak segera dihitung simpan

kamar hitung dalam cawan petri yang diberi kapas basah.

111
c. Menghitung Jumlah Eritrosit

Letakkan kamar hitung pada meja mikroskop kemudian gunakan lensa

40X, amati penyebaran sel yang merata lalu hitung jumlah eritrosit pada

5 bidang sedang ditengah

d. Sel Darah Putih

Sel darah putih diukur berdasarkan jumlah sel darah putih yang dihitung

beradasarkan metode Turk dalam satuan per mm3 darah

Menurut Nugroho (2013) untuk menghitung leukosit, darah diencerkan

dalam pipa leukosit lalu dimasukkan ke dalam kamar hitung. Pengencer

yang digunakan adalah larutan Turk.

Langkah-langkah pemeriksaan yang diterapkan yaitu a). Hisap darah

kapiler, darah EDTA atau darah oksalat sampai tanda 0,5; b). Hapus

kelebihan darah diujung pipet; c). Masukkan ujung pipet ke dalam

larutan Turk dengan sudut 45o, tahan agar tetap di tanda 0,5. Isap

larutan Turk hingga mencapai tanda 11. Jangan sampai ada gelembung

udara; d). Tutup ujung pipet dengan ujung jari lalu lepaskan karet

penghisap; e). Kocok selama 15-30 detik; f). Letakkan kamar hitung

dengan penutup terpasang secara horisontal di atas meja; g). Kocok pipet

selama 3 menit, jaga agar cairan tak terbuang dari pipet; h). Buang

semua cairan di batang kapiler (3-4 tetes) dan cepat sentuhkan ujung

pipet ke kamar hitung dengan menyinggung pinggir kaca penutup

dengan sudut 30o. Biarkan kamar hitung terisi cairan dengan daya

112
kapilaritas; i). Biarkan 2-3 menit supaya leukosit mengendap; j).

Gunakan lensa obyektif mikroskop dengan pembesaran 10 kali, fokus

dirahkan ke garis-garis bagi; k). Hitunglah leukosit di empat bidang

besar dari kiri atas ke kanan, ke bawah lalu ke kiri, ke bawah lalu ke kiri

dan seterusnya. Untuk sel-sel pada garis,yang dihitung adalah pada garis

kiri dan atas; l). Jumlah leukosit per μL darah adalah: jumlah sel x 50.

e. Hemoglobin

Hemoglobin diukur berdasarkan jumlah hemoglobin yang dihitung


3
berdasarkan metode Sahli dalam satuan per mm darah. Prinsip metode

ini adalah hemoglobin diubah menjadi hematin asam, kemudian warna

yang terjadi dibandingkan secara visual dengan standar warna pada alat

hemoglobinometer. (Dacie dan Lewis, 1996; Dharmawan, 2002),

f. Blood Urea Nitrogen (BUN)

Konsentrasi BUN diukur dengan menggunakan teknik enzimatik

memakai KIT (Sigma Chemical Co., St Louis, MO) dengan kisaran

standar yang sudah tersedia.

Parameter ini dianalisis dengan menggunakan alat Auto analizer

(Refloton (R) plus) Adapun caranya adalah dengan meneteskan satu

tetes darah (30μl) pada batang kit. Setiap parameter menggunakan

batang kit yang berbeda, kemudian masukkan ke Auto analizer, tunggu

beberapa menit, alat akan membaca hasilnya secara otomatis.

113
g. β-hydroxybutyric acid (ВНВА)

Konsentrasi BHBA diukur dengan menggunakan teknik enzimatik


memakai KIT (Sigma Chemical Co., St Louis, MO) dengan kisaran
standar yang sudah tersedia.

Pemeriksaan beta hidroksi butirat (beta OH- butirat) menggunakan :

- Bahan pemeriksaan : darah dari Vena Jugularis

- Reagensia : keton strip

- Alat : Optium Xceed

- Metode : biosensor

h. Non-esterified fatty acids (NEFA)

Konsentrasi NEFA diukur dengan menggunakan teknik enzimatik


memakai KIT (Sigma Chemical Co., St Louis, MO) dengan kisaran
standar yang sudah tersedia.

Prinsip pengukuran NEFA yaitu reaksi dengan enzimacyl-CoA

synthetase, acyl-CoA oxydase,dan peroxydase. Larutan yang

dibutuhkan 3 macam yaitu (1) larutan A, satu buah tablet

mengandung CoA, ATP, Acyl-CoA. synthetase, 4-amino antipirin dan

stabiliser, dilarutkan dalam larutan mengandung11 ml buffer

kaliumfosfat, 11 ml bromohidrobenzoat, dan 11 ml magnesiumkhlorida,

(2) larutan B, 3 ml N-etilmaleinimida dan stabiliser, dan (3) larutan C,

satu tablet mengandung acyl- CoA oxydase dan stabiliser dilarutkan

dalam larutan mengandung 0,6 ml acyl- CoA oxydase dan stabiliser .

114
Dua tabung reaksi disiapkan untu blanko dan contoh plasma.

Tabung ke –1 untu blanko diisi dengan 1 ml larutan A, dan 0,05 ml

redist-water dikocok dan disimpan selama 15 menit. Setelah itu, tabung

diisi lagi dengan 0,05 ml larutan B. Absorbansi dari blanko dibaca

dengan menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 578

atau 623 nm (= A1). Setelah absorbansi I dibaca, tabung blanko diisi

dengan 0,05 ml larutan C dan dikocok selama 15 menit.

absorbansinya dibaca dengan panjang gelombang 578 atau 623 nm (=

A2).

Tabung ke-2 diisi dengan 1 ml larutan A dan 0,05 ml contoh darah

lalu dikocok dan disimpan selama 15 menit. Absorbansi dari contoh

plasma dibaca dengan menggunakan spektrofotometer dengan panjang

gelombang 578 atau 623 nm (= A1). Setelah absorbansi I dibaca, tabung

diisi lagi dengan 0,05 ml larutan C dan dikocok selama 15 menit.

Absorbansi contoh plasma dibaca lagi dengan menggunakan

spektrofotometer dengan panjang gelombang 578 atau 623 nm (= A2).

∆A = ∆Ac - ∆Ab ; C (konsentrasi NEFA, mEqL-1) = 1,192 mmol/1

plasma x ∆A∆Ac = A2 - A1 untuk contoh, ∆Ab = A2- A1 untuk

blanko

3. Variabel Penelitian

115
a.. Intensitasi berahi adalah nilai skor tingkatan berahi berdasarkan munculnya

jumlah kondisi fisiologis vulva, yaitu (1) vulva merah, (2) vulva bengkak,

(3) berlendir, (4) vulva hangat.

b. Persentase berahi adalah jumlah sapi yang berahi dibagi jumlah sapi yang

disinkronisasi berahi dikali 100 dalam satuan persen.

c. Service pre conception (S/C) ditentukan berdasarkan jumlah sapi yang

bunting pada saat pemeriksaan kebuntingan 60 hari secara palpasi rektal

dibagi jumlah sapi yang diinseminasi kali 100 dalam satuan persen.

d. Angka Konsepsi (Conception rate) ditentukan berdasarkan jumlah sapi


Pasundan yang positif bunting dibagi jumlah ternak yang diinseminasi kali
100 dalam satuan persen.

e. Angka Kelahiran (Calving Rate) ditentukan berdasarlan jumlah sapi

Pasundan yang melahirkan anak normal dibagi jumlah ternak yang

diinseminasi kali 100 dalam satuan persen.

f. Profil estrogen dan progesteron, gambaran hematologis dan metabolit darah

di ukur menggunakan KIT.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi/ pengamatan

langsung yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara pengamatan secara

langsung terhadap respon sapi Pasundan yang diinduksi hormon prostaglandin

dan gonadotropin realising hormone terutama kaitannya dengan kinerja

reproduksi dan dampaknya pada profil hormone reproduksi, gambaran

116
hematologis, dan metabolit darah. Selanjutnya data yang terkumpul dilakukan

tabulasi sesuai disain penelitian.

H. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data

Untuk mengetahui perbedaan rata-rata peubah yang diamati baik

kinerja reproduksi, konsentrasi hormon, kondisi hematologis, dan metabolit

darah antar kelompok wilayah buffer zona hutan priangan utara dan pesisir

selatan, serta subkelompok perlakuan induksi hormon eksogen dilakukan

analisis variansi dengan menggunakan pola tersarang, dengan persamaan model

matematis:

Yijk = µ + τi +βj(i) +€ (ij)k

Yijk = respon kinerja reproduksi, konsentrasi hormone, hematologis,

dan metabolit darah yang diamati

µ = rata-rata sampel yang diamati

τi = pengaruh faktor wilayah (i=1,2)

βj(i) = pengaruh faktor perlakuan hormone ke-j dalam wilayah ke-i

(j=1,2)

€(ij)k = kesalahan percobaan akibat pengaruh faktor wilayah ke-i dan

faktor perlakuan hormone ke-j

Jika terjadi pengaruh perlakukan yang signifikan dilanjutkan dengan

uji lanjut beda nyata jujur (BNJ).

117
Untuk mengetahui perbedaan angka konsepsi dan kelahiran ditentukan

dengan membedakan frekuensi observasi (Oi) dan frekuensi ekspetasi (Ei) yang

dianalisis dengan menggunakan uji Chi Kuadrat pada populasi kecil model

matematik sebagai berikut :

O = frekuensi hasil observasi

E = frekuensi yang diharapkan

Nilai E = ( jumlah sebaris X jumlah sekolom ) / jumlah data

df = (b-1) (k-1)

Kaidah keputusan:

1. Bila nilai chi square hitung > chi square tabel, maka hipotesis Nol (Ho)

ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima.

2. Bila nilai chi square hitung < chi square table, maka hipotesis Nol (Ho)

diterima dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak.

Untuk mengetahui bentuk dan keeratan hubungan antara peubah

tidak bebas kinerja reproduksi (Y) dengan peubah bebas konsentrasi

hormon, hematologis, dan metabolit darah (X) dilakukan analisis regresi

korelasi dengan persamaan regresi ganda sebagai berikut:

Y = a ± b1 X1 ± b2X2 ± b3X3 … ± bnXn

Y = Peubah kinerja reproduksi

a = Slope (Konstanta)

118
b1 = Koefisien regresi X1

b2 = Koefisien regresi X2

b3 = Koefisien regresi X3

bn = Koefisien regresi Xn

X1 = Konsentrasi hormon

X2 = Konsentrasi Metabolit

X3 = Konsentrasi hematologis

Xn = Konsentrasi hormone ke-n atau metabolit ke-n atau hematologis ke-n

II. PENELITIAN TAHAP KETIGA

Penelitian tahap ketiga dilakukan sebagai tindak lanjut penelitian tahap kedua

yaitu untuk mengetahui dampak pemanfaatan aplikasi teknologi reproduksi

terhadap estimasi ekonomi.

A. Disain Penelitian

Dampak yang diperoleh dari hasil penelitian tahap kedua adalah tingkat

keberhasilan efisiensi reproduksi induk, kelahiran anak hasil aplikasi teknologi

reproduksi, dan tingkat mortalitas anak yang dilahirkan. Indikator efisiensi

reproduksi dalam penelitian ini dapat dilihat dari service per konseption (S/C),

angka konsepsi, dan angka kelahiran karena S/C yang tinggi, angka konsepsi dan

kelahiran yang rendah tentunya akan meningkatkan unit cost. Anak yang

dilahirkan induk dicatat jenis kelamin maupun berat badan anak per induk, serta

mortalitas anak untuk dievaluasi tingkat keberhasilannya dan dianalisis kelayakan

ekonomisnya sebagai bahan pelaporan.

119
B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah evaluasi hasil penelitian tahap

pertama (survey) dan tahap kedua (ekperimen). Data yang diperlukan yaitu data

primer yang diperoleh dari hasil penelitian eksperimen Tahap kedua dan data

sekunder sebagai hasiltahap pertama melelui wawancara langsung dengan

responden atau berinteraksi langsung dengan peternak dengan berpedoman pada

daftar pertanyaan yang sudah dibuat.

C. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang Lingkup Substansi Penelitian

Ruang lingkup subtansi penelitian ini hanya terbatas pada estimasi

ekonomi tingkat keberhasilan penelitian tahap 2 yang menggunakan

inovasi teknologi reproduksi dan kemudian dibandingkan dengan estimasi

ekonomi hasil penelitian tahap pertama yang tidak menggunakan

teknologi.

2. Ruang Lingkup Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan dikelompok tani ternak sapi Pasundan di buffer

zone hutan sepanjang wilayah Priangan utara diwakili oleh Kabupaten

Bogor (di Kecamatan Cariu) dan Pesisir Selatan yang diwakili Kabupaten

Garut (Kecamatan Cibalong). Umumnya peternak untuk kebutuhan pakan

sapi menggunakan sumberdaya lahan lain terutama hutan dan perkebunan

atau mengintegrasikan diri dengan sumberdaya lain, seperti pertanian.

120
3. .Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kelompok Ternak Mekar Sari 2 beralamat di Desa

Singasari, Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat, dan

di Kelopok Rundayan Sawargi yang beralamat di Kp Cihurang Ds Karya

Mukti Kecamatan Cibalong Kabupaten Garut Jawa Barat. Penetapan lokasi

penelitian dilakukan secara sengaja (puposive sampling),. Penentuan lokasi

didasarkan pada populasi memadai yaitu pada kelompok tani yang

memiliki populasi minimal 250 ekor. Adapun penentuan sampel penelitian

di masing-masing lokasi ditentukan secara secara acak (random sampling).

4. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan setelah hasil penelitian tahap kedua yaitu sejak

lahirnya pedet sampai umur 180 hari. Dilaksanakan selama 6 bulan mulai bulan

Januari sampai Juli 2020.

D. Bahan Dan Alat

Peralatan yang digunakan untuk mengukur peubah pada sapi adalah pita ukur

dalam satuan (cm) dengan tingkat ketelitian 0,1 cm, laptop, alat tulis, dan

kamera. Pengukuran berat badan pedet diambil ketika pedet saat lahir sampai

umur 180 hari.

E. Unit Analisis /Sasaran Penelitian

121
Unit analisis pada penelitian tahap ketiga ini mengunakan materi berupa

pedet sapi Pasundan sebanyak 40 ekor berumur 0 – 180 hari hasil penelitian tahap

pertama (survei) dan tahap kedua (eksperimen) milik petani peternak yang

tergabung dalam wadah kelompok tani ternak sapi Pasundan di lokasi buffer zone

hutan sepanjang wilayah Priangan utara dan Pesisir selatan

F. Teknik Penentuan Sumber Data

Populasi dalam penelitian tahap ketiga ini adalah semua pedet hasil penelitian

tahap kedua. Variabel dan pengukuran data penelitian ini yaitu: (a) Keuntungan

adalah selisih antara total penerimaan produksi sapi Pasundan dengan total biaya

yang dikeluarkan selama proses pemeliharaan dinyatakan dalam Rp/Tahun; (b)

Penerimaan adalah total jumlah uang yang diterima oleh peternak sapi Pasundan

dari hasil penjualan serta nilai ternak yang sementara dipelihara, dinyatakan dalam

Rp/ Tahun; (c) Biaya variabel, adalah biaya-biaya yang besar kecilnya

dipengaruhi oleh jumlah atau tingkat produksi, seperti biaya bibit, pakan, vaksin

dan obat-obatan, tenaga kerja, biaya inseminasi, biaya penerapan teknologi

reproduksi dan lain lain, dinyatakan dalam Rp/ Tahun; (d) Biaya tetap,

adalah biaya yang sifatnya tidak terpengaruh oleh naik turunnya tingkat

produksi, seperti biaya penyusutan kandang, peralatan, pajak bumi dan bangunan,

dinyatakan dalam Rp/ Tahun, (e) Biaya total, adalah seluruh total biaya yang

dikeluarkan oleh peternak sapi PO selama proses pemeliharaan berupa biaya tetap

dan biaya varibel, dinyatakan dalam Rp/ Tahun. Analisis data yang digunakan

dalam penelitian adalah Analisis Keuntungan (Soekartawi, 1995).

122
G. Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah Observasi/ pengamatan

langsung yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara pengamatan secara

langsung terhadap prosentase kelahiran pedet, bobot lahir pedet, pertambahan

bobot badan pedet dari 0 hari sampai 180 hari, prosentase kematian pedet mulai

umur nol hari sampai 180 hari. Selanjutnya data yang terkumpul dilakukan

tabulasi sesuai disain penelitian.

H.Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian tahap ketiga adalah Analisis

Keuntungan (Soekartawi,1995). Biaya variabel didefinisikan sebagai biaya yang

besar-kecilnya dipegaruhi oleh produksi yang diperoleh. Contohnya biaya untuk

sarana produksi, sehingga biaya ini sifatnya berubah-ubah tergantung dari besar

kecilnya produksi. Biaya tetap umumnya didefenisikan sebagai biaya yang relatif

tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak

atau sedikit. Jadi besarnya biaya tetap ini tidak tergantung pada besar kecilnya

produksi yang diperoleh. Contohnya pajak, biaya untuk pajak akan tetap dibayar

walaupun hasil usaha ternak itu besar atau gagal sekalipun (Soekartawi, 1995).

Joesron dan Fathorrozi (2003) menyatakan bahwa biaya total adalah penjumlahan

dari biaya total dan biaya variabel. Soekartawi (1995) menyatakan bahwa

123
penerimaan usaha tani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan

harga jual. Penerimaan yang diperoleh merupakan nilai jual dari hasil “

I. Pendapatan Usaha (Income = I)

Yaitu jumlah nilai uang (rupiah) yang diperoleh pelaku usaha budidaya

sapi sapi Pasundan, setelah Penerimaan (R = Revenue) dikurangi dengan seluruh

biaya atau Total Biaya (TC = Total Cost). Oleh karena itu pendapatan usaha

disebut juga sebagai Laba Usaha.

I = R – TC

Pendapatan atau Laba Usaha dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu :

a. Pendapatan / Laba Kotor

Adalah penerimaan usaha dikurangi biaya pokok produksi atau biaya

tidak tetap.

I = R – VC

b. Pendapatan / Laba Usaha

Adalah Laba Kotor dikurangi Biaya Usaha dan Biaya Penyusutan.

Laba Usaha = Laba Kotor – (Biaya Usaha + Biaya Penyusutan)

124
c. Pendapatan / Laba Bersih (Benefit)

Adalah Laba Usaha yang telah dikurangi dengan pajak-pajak, bunga

bank, dan pajak lain yang berlaku.

Laba Bersih = Laba Usaha – (Pajak + Bunga Bank)

Guna mempermudah estimasi ekonomi, maka didalam perhitungan biaya,

penerimaan, dan pendapatan usaha budidaya sapi Pasundan menggunakan

bantuan tabel / instrumen analisis finansial yang terdiri dari : 1) Analisis Modal

dan 2) Proyeksi Laba Rugi, sebagai berikut :

Tabel 3.2. Instrumen Analisis Finansial

a.Analisa Modal

Rencana produksi : .............................


Tujuan usaha : ............................
Volume (jumlah) : ...........................

Harga Jumlah
No. URAIAN Volume
Satuan Harga
A. INVESTASI HARTA TETAP
1. Bangunan
2. Peralatan
3. Sarana pendukung
Total Investasi Harta Tetap
B. BIAYA OPERASIONAL
1. Biaya Pokok (Biaya Tidak Tetap)
1.1. Bibit sapi
1.2. Pakan Hijauan
1.3. Pakan konsentrat
1.4. Vitamin dan obat-obatan
1.5. Upah tenaga kerja harian
1,6. Biaya inovasi teknologi
Total Biaya Produksi

125
2. Biaya Usaha (Biaya Tetap)
2.1. Gaji pengelola
2.2. Gaji Tenaga Kerja Tetap
2.3. Sewa tanah
Dst.................
Total Biaya Usaha
TOTAL BIAYA OPERASIONAL
(1+2)

b.Proyeksi Laba- Rugi

No. Uraian Jumlah

RENCANA PRODUKSI ....... Ekor/Ha/Unit


A. PENERIMAAN (hasil penjualan)
1. ...................... x Rp. Rp
2. ...................... x Rp. Rp
3. ...................... x Rp. Rp
JUMLAH PENERIMAAN Rp
B. BIAYA POKOK PRODUKSI( Biaya Tidak Tetap )
1. Bibit Sapi Rp
2. Pakan Hijauan Rp
3. Pakan Konsentrat Rp
4. Vitamin dan Obat2an Rp
1. Upah Tenaga Kerja harian Rp
2. Dst
JUMLAH BIAYA POKOK PRODUKSI (Biaya Tidak Tetap) Rp
C. LABA KOTOR (A – B) Rp
D. BIAYA USAHA ( Biaya Tetap )
1. Gaji pengelola Rp
2. Gaji tenaga kerja tetap Rp
3. Sewa tanah Rp
4. dst Rp
JUMLAH BIAYA USAHA ( Biaya Tetap ) Rp
Biaya Penyusutan Investasi Harta Tetap Rp
TOTAL BIAYA USAHA Setelah Penyusutan Rp
E. TOTAL BIAYA (B + D) Rp
F. LABA USAHA (C – D) Rp
G. BUNGA BANK (Kredit) Rp
H. LABA SEBELUM PAJAK (F – G) Rp
I. PAJAK PENGASILAN (ppH), DLL Rp

126
J. LABA BERSIH (H – I) Rp

c.Analisa Usaha :
1). R/C ratio = A/D x 100% =...............

2). B/C ratio = J/D x 100% =..............


3).BEP unit = TC/Harga per unit = .............

4).BEP harga = TC/Jumlah Produksi = ....................


5).Pay Back Periode = Investasi harta tetap/(benefit+Penyusutan)
=.........................

6). R O I = Benefit / Investasi harta tetap =....................

127

Anda mungkin juga menyukai