Pasundan di Jawa Barat, telah dilakukan melalui 3 (tiga) tahap penelitian. Tahap
kedua sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian tahap pertama, dalam hal ini Sapi
kekuatan produksi dan reproduksi yang handal dan berdaya saing tinggi serta
penelitian tahap pertama diperoleh data bahwa kinerja reproduksi pada sapi
Pasundan dara relatif mengalami keterlambatan umur pubertas dan silent heat ,
guna memperbaiki efisiensi reproduksi dan mutu genetik Sapi Pasundan . Disisi
lain lokasi peternakan Sapi Pasundan memiliki suhu yang panas dan
95
berdampak pada pertumbuhan dan reproduksi. Untuk itu dilakukan aplikasi
dan metabolit darah (BUN, BHBA, dan NEFA). Tahap ketiga sebagai tindak
lanjut hasil tahap kedua untuk mengetahui pengaruh aplikasi teknologi reproduksi
PENELITIAN TAHAP I
A. Disain Penelitian
dan monitoring langsung yang dirancang kedalam 2 (dua) wilayah buffer zone
hutan di Jawa Barat, yaitu wilayah Priangan Utara dan wilayah pesisir Selatan
Purwakarta, dan Sumedang dengan jumlah sapi Pasundan 3625 ekor, sedangkan
wilayah Pesisir Selatan diwakili Kabupaten Garut, Sukabumi, dan Cianjur dengan
B. Pendekatan Penelitian
Penelitian deskriptif menurut Sugiyono (2006: 6), yaitu penelitian yang dilakukan
96
tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel yang lainnya.
produksi dan reproduksi sapi Pasundan betina tidak bunting dan sapi pejantan
lingkar dada, panjang badan, dan berat badan sapi Pasundan. Sedangkan untuk
conception rate (CR), calving rate , post partum estrus, post partus mating, days
open (DO) , calving interval (CI), bobot lahir pedet dan pertumbuhan berat badan
pedet.
97
sumberdaya lain, seperti pertanian, hal ini terjadi karena peternak sebagian besar
3. Lokasi Penelitian
lokasi didasarkan pada populasi memadai yaitu minimal 250 ekor. Adapun
98
4. Waktu Penelitian
Sapi yang dipilih sebagai sampel adalah sapi Pasundan siap kawin paritas nol
sampai induk partus dua(2) kali dan berumur antara 2.0 – 5.0 tahun, sehat dan
tidak bunting (sapi betina), milik petani peternak yang tergabung dalam wadah
kelompok tani ternak sapi Pasundan di lokasi buffer zone hutan sepanjang
wilayah Priangan utara dan Pesisir selatan. Pendugaan umur dilakukan dengan
gigi seri bawah serta memanfaatkan data recording. Peralatan yang digunakan
untuk mengukur peubah pada sapi adalah pita meteran, tongkat ukur setinggi 200
cm dengan tingkat ketelitian 0,1 cm; pita ukur dalam satuan (cm) dengan tingkat
ketelitian 0,1 cm, laptop, alat tulis, dan kamera. Pengukuran bagian- bagian
Unit analisis adalah satuan analisis yang diteliti bisa berupa individu,
kelompok, benda atau suatu latar peristiwa sosial seperti aktivitas individu atau
pengkajian ini adalah berupa organiasasi dan individu. Unit analisis organisasi
99
yaitu Dinas Peternakan dan Kelompok Ternak. sedangkan unit analisis individu
yaitu Peternak pemilik sapi dan Petugas Dinas Peternakan.di lokasi penelitian.
beternak selama 3 tahun (purposive sampling) dan memiliki sapi minimal 5 ekor.
dengan kriteria materi sapi Pasundan yang dibutuhkan yang ditentukan secara
dilakukan dengan alat bantu kuisioner yang dilengkapi dengan daftar pertanyaan
terstruktur yang ditujukan pada peternak. Untuk menggali informasi lebih jauh
informan kunci
2. Variabel Penelitian
pundak, panjang badan, lingkar dada, dan bobot badan sapi Pasundan betina
umur 2.0 –5.0 tahun dalam keadaan tidak bunting. Karakteristik reproduksi yang
100
terjadi kebuntingan (service per conception, S/C), conception rate (CR), post
partus estrus, post partus mating, days open (DO) dan jarak kelahiran (CI).
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melalui 3 (tiga) cara yaitu
sebagai berikut (1). Observasi, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan
yang objektif. (2). Wawancara yang mendalam (indepth interview), dan pengisian
(data empiris) yang berkaitan dengan fokus penelitian. (3). Studi Kepustakaan,
yaitu untuk memperoleh data yang bersifat teoritis perlu dilakukan penelitian
a). Tinggi pundak diukur berdasarkan jarak dari permukaan yang rata
c). Lingkar Dada diukur dengan cara melingkarkan pita ukur pada
101
bagian dada dibelakang bahu.
d). Bobot badan adalah bobot badan aktual sapi Pasundan yang diukur
a). Umur pubertas adalah umur pada saat seekor sapi Pasundan betina
bulan;
c). conception rate adalah jumlah induk sapi Pasundan yang bunting hasil
d). Post partum estrus adalah lama waktu timbulnya berahi induk sapi
e). Post partum mating adalah lama waktu induk sapi Pasundan
f). Days open adalah lama waktu dari melahirkan sampai bunting lagi
102
dalam satuan hari;
g). Jarak beranak (calving interval, CI) adalah lama waktu dari mulai
dalam suatu pola, kategori dan situasi uraian dasar (Moleong, 2003). Teknik
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis kualitatif.
atau membangun suatu proposisi atau menjelaskan makna dibalik realita, yaitu
peneliti berpijak pada realita atau peristiwa yang terjadi di lapangan (Bungin,
2007).
masing wilayah buffer zona hutan Priangan utara dan Pesisir selatan dianalisis
(Nawawi, 2002).
Penelitian tahap II dilakukan sebagai solusi dari tindak lanjut hasil penelitian
103
Disain Penelitian
buffer zone hutan wilayah priangan utara yang dibagi kedalam 2 (dua)
intramuskulair.
mewakili buffer zone hutan wilayah pesisir selatan yang dibagi kedalam 2 (dua)
104
Subkelompok b1 = 10 ekor disuntik prostaglandin (PGF2α, dinoprost
Sapi yang berahi langsung di IB 2 kali dengan selang waktu 6 jam setelah IB
meliputi intensitas berahi dan persentase berahi, angka konsepsi dan kelahiran,
post partum estrus, post partum mating, dan days open. Profil hormon reproduksi
hematologis terdiri dari sel darah merah, sel darah putih, dan kadar hemoglobin,
serta metabolit darah antara lain Blood Urea Nitrogen (BUN), β-hydroxybutyric
acid (ВНВА) Non-esterified fatty acids (NEFA) diukur pada saat berahi, saat
yang diamati meliputi berat lahir pedet, pertambahan bobot pedet dan angka
kematian pedet dari umur 0-180 hari (mortalitas neonatus sapi umur 0 sampai
180 hari ).
105
A. Pendekatan Penelitian
rancangan dasar acak lengkap. Seluruh sapi percobaan diberi pakan basal (hijauan
estrus dan ovulasi, serta pemanfaatan teknologi inseminasi buatan pada sapi
Pasundan dara. Sejalan dengan hal tersebut, yang menjadi fokus penelitian ini
adalah respon kinerja reproduksi sapi Pasundan dara terhadap perlakuan induksi
106
2.Ruang Lingkup Lokasi Penelitian
hutan sepanjang wilayah Priangan utara diwakili oleh Kabupaten Bogor (di
cara digembalakan dan pakan diambil dari lahan pertanian sendiri. Cara
3.Lokasi Penelitian
107
inseminasi buatan, alat dan bahan kimia untuk mengukur konsentrasi hormon
reproduksi dan metabolit darah, serta KIT estrogen, progesterone, BUN, BHBA,
berumur 2.0 – 2.5 tahun milik petani peternak yang tergabung dalam wadah
kelompok tani ternak sapi Pasundan di lokasi buffer zone hutan sepanjang
tahun dengan kriteria memilki skor kondisi tubuh (body condition score,
BCS) 2.8- 3.0 sesuai penilaian kisaran BCS 1-5 (Alapati et al., (2010), dan sehat
secara klinis Semua ternak dipalpasi rektal untuk mengetahui kesehatan organ
reproduksi , status reproduksi dan memastikan bahwa sapi tidak dalam keadaan
bunting. Ternak terpilih diberi nomor identifikasi dan dicatat data-data yang
diperlukan seperti pemilik ternak, umur, ciri khas ternak, status sapi
berahi, umur 60 hari kebuntingan, dan umur 150 hari kebuntingan. Darah diambil
108
kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi anticoagulant (
plasma dari gumpalan sel-sel darah. Plasma yang terbentuk dipisahkan ke dalam
tabung evendorf yang akan digunakan untuk analisis hormon dan metabolit darah
metabolit darah berupa Blood jadi serum Urea Nitrogen (BUN), β-hydroxybutyric
a. Estrogen
mybiosource.
b. Progesteron
109
immunosorbent assay (ELISA). Pada masing-masing plat Elisa
mybiosource.
Sel darah merah diukur berdasarkan jumlah sel darah yang dihitung
Darah diencerkan 200X dan sel eritrosit dihitung pada 5 bidang sedang di
Alat :
Prosedur Kerja :
110
1). Hisap darah sampai tanda 0,5; bersihkan bagian luar pipet.
2). Dengan pipet yang sama hisaplah larutan Hayem sampai tanda 101.
3). Lepaskan karet penghisap lalu tutup kedua Ujung pipet dengan kedua
ujung jari.
5). Jika tidak segera dihitung letakkan pipet dalam posisi horizontal.
2). Letakkan kamar hitung dalam keadaan horizontal lalu basahi kedua
3). Kocok pipet tadi, jangan sampai ada cairan yang tumpah.
4). Buang 3-4 tetes pertama lalu tetes berikutnya dimasukkan dalam kamar
hitung.
5). Masukkan dalam kamar hitung dengan cara menyentuhkan ujung pipet
6). Biarkan kamar hitung selama 2-3 menit, jika tidak segera dihitung simpan
111
c. Menghitung Jumlah Eritrosit
40X, amati penyebaran sel yang merata lalu hitung jumlah eritrosit pada
Sel darah putih diukur berdasarkan jumlah sel darah putih yang dihitung
kapiler, darah EDTA atau darah oksalat sampai tanda 0,5; b). Hapus
larutan Turk dengan sudut 45o, tahan agar tetap di tanda 0,5. Isap
larutan Turk hingga mencapai tanda 11. Jangan sampai ada gelembung
udara; d). Tutup ujung pipet dengan ujung jari lalu lepaskan karet
penghisap; e). Kocok selama 15-30 detik; f). Letakkan kamar hitung
dengan penutup terpasang secara horisontal di atas meja; g). Kocok pipet
selama 3 menit, jaga agar cairan tak terbuang dari pipet; h). Buang
semua cairan di batang kapiler (3-4 tetes) dan cepat sentuhkan ujung
dengan sudut 30o. Biarkan kamar hitung terisi cairan dengan daya
112
kapilaritas; i). Biarkan 2-3 menit supaya leukosit mengendap; j).
besar dari kiri atas ke kanan, ke bawah lalu ke kiri, ke bawah lalu ke kiri
dan seterusnya. Untuk sel-sel pada garis,yang dihitung adalah pada garis
kiri dan atas; l). Jumlah leukosit per μL darah adalah: jumlah sel x 50.
e. Hemoglobin
yang terjadi dibandingkan secara visual dengan standar warna pada alat
113
g. β-hydroxybutyric acid (ВНВА)
- Metode : biosensor
114
Dua tabung reaksi disiapkan untu blanko dan contoh plasma.
A2).
blanko
3. Variabel Penelitian
115
a.. Intensitasi berahi adalah nilai skor tingkatan berahi berdasarkan munculnya
jumlah kondisi fisiologis vulva, yaitu (1) vulva merah, (2) vulva bengkak,
b. Persentase berahi adalah jumlah sapi yang berahi dibagi jumlah sapi yang
dibagi jumlah sapi yang diinseminasi kali 100 dalam satuan persen.
langsung yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara pengamatan secara
116
hematologis, dan metabolit darah. Selanjutnya data yang terkumpul dilakukan
darah antar kelompok wilayah buffer zona hutan priangan utara dan pesisir
matematis:
(j=1,2)
117
Untuk mengetahui perbedaan angka konsepsi dan kelahiran ditentukan
dengan membedakan frekuensi observasi (Oi) dan frekuensi ekspetasi (Ei) yang
dianalisis dengan menggunakan uji Chi Kuadrat pada populasi kecil model
df = (b-1) (k-1)
Kaidah keputusan:
1. Bila nilai chi square hitung > chi square tabel, maka hipotesis Nol (Ho)
2. Bila nilai chi square hitung < chi square table, maka hipotesis Nol (Ho)
a = Slope (Konstanta)
118
b1 = Koefisien regresi X1
b2 = Koefisien regresi X2
b3 = Koefisien regresi X3
bn = Koefisien regresi Xn
X1 = Konsentrasi hormon
X2 = Konsentrasi Metabolit
X3 = Konsentrasi hematologis
Penelitian tahap ketiga dilakukan sebagai tindak lanjut penelitian tahap kedua
A. Disain Penelitian
Dampak yang diperoleh dari hasil penelitian tahap kedua adalah tingkat
reproduksi dalam penelitian ini dapat dilihat dari service per konseption (S/C),
angka konsepsi, dan angka kelahiran karena S/C yang tinggi, angka konsepsi dan
kelahiran yang rendah tentunya akan meningkatkan unit cost. Anak yang
dilahirkan induk dicatat jenis kelamin maupun berat badan anak per induk, serta
119
B. Pendekatan Penelitian
pertama (survey) dan tahap kedua (ekperimen). Data yang diperlukan yaitu data
primer yang diperoleh dari hasil penelitian eksperimen Tahap kedua dan data
teknologi.
Bogor (di Kecamatan Cariu) dan Pesisir Selatan yang diwakili Kabupaten
120
3. .Lokasi Penelitian
4. Waktu Penelitian
lahirnya pedet sampai umur 180 hari. Dilaksanakan selama 6 bulan mulai bulan
Peralatan yang digunakan untuk mengukur peubah pada sapi adalah pita ukur
dalam satuan (cm) dengan tingkat ketelitian 0,1 cm, laptop, alat tulis, dan
kamera. Pengukuran berat badan pedet diambil ketika pedet saat lahir sampai
121
Unit analisis pada penelitian tahap ketiga ini mengunakan materi berupa
pedet sapi Pasundan sebanyak 40 ekor berumur 0 – 180 hari hasil penelitian tahap
pertama (survei) dan tahap kedua (eksperimen) milik petani peternak yang
tergabung dalam wadah kelompok tani ternak sapi Pasundan di lokasi buffer zone
Populasi dalam penelitian tahap ketiga ini adalah semua pedet hasil penelitian
tahap kedua. Variabel dan pengukuran data penelitian ini yaitu: (a) Keuntungan
adalah selisih antara total penerimaan produksi sapi Pasundan dengan total biaya
Penerimaan adalah total jumlah uang yang diterima oleh peternak sapi Pasundan
dari hasil penjualan serta nilai ternak yang sementara dipelihara, dinyatakan dalam
Rp/ Tahun; (c) Biaya variabel, adalah biaya-biaya yang besar kecilnya
dipengaruhi oleh jumlah atau tingkat produksi, seperti biaya bibit, pakan, vaksin
reproduksi dan lain lain, dinyatakan dalam Rp/ Tahun; (d) Biaya tetap,
adalah biaya yang sifatnya tidak terpengaruh oleh naik turunnya tingkat
produksi, seperti biaya penyusutan kandang, peralatan, pajak bumi dan bangunan,
dinyatakan dalam Rp/ Tahun, (e) Biaya total, adalah seluruh total biaya yang
dikeluarkan oleh peternak sapi PO selama proses pemeliharaan berupa biaya tetap
dan biaya varibel, dinyatakan dalam Rp/ Tahun. Analisis data yang digunakan
122
G. Teknik Pengumpulan data
langsung yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara pengamatan secara
bobot badan pedet dari 0 hari sampai 180 hari, prosentase kematian pedet mulai
umur nol hari sampai 180 hari. Selanjutnya data yang terkumpul dilakukan
Analisis data yang digunakan dalam penelitian tahap ketiga adalah Analisis
sarana produksi, sehingga biaya ini sifatnya berubah-ubah tergantung dari besar
kecilnya produksi. Biaya tetap umumnya didefenisikan sebagai biaya yang relatif
tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak
atau sedikit. Jadi besarnya biaya tetap ini tidak tergantung pada besar kecilnya
produksi yang diperoleh. Contohnya pajak, biaya untuk pajak akan tetap dibayar
walaupun hasil usaha ternak itu besar atau gagal sekalipun (Soekartawi, 1995).
Joesron dan Fathorrozi (2003) menyatakan bahwa biaya total adalah penjumlahan
dari biaya total dan biaya variabel. Soekartawi (1995) menyatakan bahwa
123
penerimaan usaha tani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan
harga jual. Penerimaan yang diperoleh merupakan nilai jual dari hasil “
Yaitu jumlah nilai uang (rupiah) yang diperoleh pelaku usaha budidaya
biaya atau Total Biaya (TC = Total Cost). Oleh karena itu pendapatan usaha
I = R – TC
tidak tetap.
I = R – VC
124
c. Pendapatan / Laba Bersih (Benefit)
bantuan tabel / instrumen analisis finansial yang terdiri dari : 1) Analisis Modal
a.Analisa Modal
Harga Jumlah
No. URAIAN Volume
Satuan Harga
A. INVESTASI HARTA TETAP
1. Bangunan
2. Peralatan
3. Sarana pendukung
Total Investasi Harta Tetap
B. BIAYA OPERASIONAL
1. Biaya Pokok (Biaya Tidak Tetap)
1.1. Bibit sapi
1.2. Pakan Hijauan
1.3. Pakan konsentrat
1.4. Vitamin dan obat-obatan
1.5. Upah tenaga kerja harian
1,6. Biaya inovasi teknologi
Total Biaya Produksi
125
2. Biaya Usaha (Biaya Tetap)
2.1. Gaji pengelola
2.2. Gaji Tenaga Kerja Tetap
2.3. Sewa tanah
Dst.................
Total Biaya Usaha
TOTAL BIAYA OPERASIONAL
(1+2)
126
J. LABA BERSIH (H – I) Rp
c.Analisa Usaha :
1). R/C ratio = A/D x 100% =...............
127