Anda di halaman 1dari 9

BAB IV

AKUNTANSI BELANJA DAN BEBAN

DEFINISI BELANJA DAN BEBAN

Istilah belanja dalam akuntansi sector public hapir serupa dengan istiah beban dalam
akuntansi sector komersial. Menurut Deddi Nordiawan (2007), beban di lingkungan
akuntansi komersial dapat didefinisikan sebagai arus keluar dari aset atau segala
bentuk penggunaan aset yang terjadi selama periode tertentu yang berasal dari
produksi barang, penyerahan jasa, atau aktivitas lain yang terjadi dalam kegiatan
operasional entitas.

Menurut Accounting Principle Board (APB) Statement No. 4, belanja didefinisikan


sebagai jumlah yang diukur dalam uang, dari kas yang dikeluarkan, jasa yang
diberikan, atau kewajiban yang terjadi dalam hubungannnya dengan barang atau jasa
yang telah atau akan diterima.

1. Definisi Belanja
Belanja adalah semua pengeluaran dari rekening kas umum negara/daerah yang
mengrangi saldo anggaran lebih dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh
pemerintah. (PSAP No. 2, Paragraf 7). Sementara menurut Permendagri No. 59
Tahun 2007 dan Permendagri No. 21 Tahun 2011 , belanja daerah merupakan
kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan
bersih.
2. Definisi Beban
Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi
dalam bentuk arus kas keluar atau berkurangnya aset atau terjadinya kewajian
yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian
kepada penanam modal (IAI). Sementara PASP No. 1 Paragraf 8 beban adalah
penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode pelaporan yang
menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau
timbulnya kewajiban.

KLASIFIKASI BELANJA

PSAP No.2 Paragraf 34 menyatakan bahwa


b e l a n j a diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi ( jenis belanja ), organisasidan
fungsi. Klasifikasi ekonomi sendiri menurut paragraf selanjutnya merupakan
pengelompokkan belanja yang didasarkan pada jenis belanjauntuk melaksanakan
suatu aktivitas.Klasifikasi belanja untuk tujuan pelaporan keuangan menurut PSAP
No.2Paragraf 36-40 dikelompokkan menjadi :

1. Belanja operasi
Pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari-hari pemerintah pusat/daerah yang
memberi manfaat jangka pendek. Belanja operasi meliputi belanja pegawai,
belanja barang, bunga, subsidi, hibah, dan bantuan sosial.
2. Belanja modal
Pengeluaran anggran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi
manfaat lebih dari satu periode akuntansi.
3. Belanja lain-lain/ belanja tak terduga.
Pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa dan tidak
diharapkan berulang.
4. Transfer keluar
Penegeluaran uang dari entitas pelaporan ke entitas peaporan lain.

Namun, berdasarkan permendagri No. 13 tahun 2006 sebagaimana


telahdiubah dengan permendagri No. 59 tahun 2007 dan permendagri No.
21tahun 2011, belanja dikelompokkan menjadi :

1. Belanja tidak langsung


Belanja yang dinaggarkan yang tidak terkai secra langsung dengan pelaksanaan
program dan kegiatan. Kelompok belanja tidak langsung dikelompokkan menurut
jenis belanja yang terdiri dari :
a. Belanja Pegawai
Belanja kompensasi, dalam bentuk gaji dan tunjangan

b. Belanja Bunga
Digunakan untuk menganggarkan pembayaran bunga utang yang dihitung
atas kewajiban pokok utang berdasarkan perjanjian pinjaman jangka pendek,
jangka menengah, dan jangka panjang.
c. Belanja Subsidi
Untuk menganggarkan bantuan biaya produksi kepada perusahaan/lembaga
tertentu agar harga jual produksi/jasa yang dihasilkan dapat terjangkau oleh
masyarakat banyak.
d. Belanja Hibah
Untuk menganggarkan pemberian hibah dalam bentuk uang, barang dan/ atau
jasa kepada pemerintah daerah lainnya dan kelompok masyarakat/perorangan
yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya.
e. Batuan Sosial
Untuk menganggarkan pemebrian bantuan dalam bentuk uang, barang dan /
atau barang kepada masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
f. Belanja Bagi Hasil.
Menganggarkan dana bagi hasil yang bersumber dari pendapatan provinsi
kepada kabupaten/kota atau pendapatan kabupaten/kota kepada pemerintah
desa atau pendapatan pemerintah daerah tertentu kepada pemerintah
daerah lainnya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
g. Bantuan Keuangan.
Menganggarkan bantuan keuangan yang bersifat umum atau khusus dari
provinsi kepada kabupaten/kota, pemerintah desa, dan kepada pemerintah
daerah lainnya atau dari pemerintah daerah lainnya dalam rangka
pemerataan dan/atau peningkatan kemampuan keuangan
h. Belanja Tidak Terduga
Belanja untuk keiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan
berulang.

2. Belanja Langsung
Belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program
dan kegiatana. Kelompok belanja langsung dari suatu kegiatan dibagi menurut
jenis belanja yang terdiri atas :
a. Belanja Pegawai
Untuk pengeluaran honorarium/upah dalam melaksanakan program dan
kegiatan pemerintah daerah
b. Belanja Barang dan jasa
Untuk pengeluaran pembelian / pengadaan barang yang nilai manfaatnya
kurang dari 12 (dua belas) bulan dan/atau pemakaian jasa dalam
melaksanakan program dan kegiatan pemerintah daerah
c. Belanja Modal
Pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembelian/pengadaan atau
pembangunan aset tetap berwujud lyang mempunyai nilai manfaat lebih dari
12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah

Adanya perbedaan klasifikasi belanja diantara kedua


d a s a r peraturan tersebut membuat entitas pelaporan harus melakukan
konfersiuntuk klasifikasi belanja yang akan dilakukan realisai anggaran
(LRA).H a l ini sejalan dengan PSAP No.2 paragraf 44-45 bahwa
realisasianggaran belanja dilaporkan sesuai dengan klasifikasi yang
ditetapkandalam dokumen anggaran.berikut klasifikasi belanja menurut PP
No.71 Tahun 2010 tersebut.

a. Klasifikasi Belanja Pemerintah Pusat


Belanja Operasi :
- Belanja Pegawai
- Belanja barang
- Bunga
- Subsidi
- Hibah
- Bantuan Sosial
- Belanja lain-lain

Belanja Modal :

- Belanja Tanah
- Belanja Peralatan dan Mesin
- Belanja Gedung dan Bangunan
- Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan
- Belanja Aset Tetap Lainnya
- Belanja Aset Lainnya

Transfer

Dana Perimbangan :

- Dana Bagi Hasil Pajak


- Dana Bagi Hasil SDA
- Dana Alokasi Umum
- Dana Alokasi Khusus

Transfer Lainnya (disesuaikan dengan program yang ada) :

- Dana Otonomi Khusus


- Dana Penyesuaian

b. Klasifikasi Belanja Pemerintah Provinsi


Belanja Operasi :
- Belanja Pegawai
- Belanja barang
- Bunga
- Subsidi
- Hibah
- Bantuan Sosial

Belanja Modal :

- Belanja Tanah
- Belanja Peralatan dan Mesin
- Belanja Gedung dan Bangunan
- Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan
- Belanja Aset Tetap Lainnya
- Belanja Aset Lainnya

Belanja Tak Terduga

- Belanja Tak Terduga

Transfer

Transfer /Bagi Hasil Pendapatan ke Kabupaten/Kota

- Bagi Hasil Pajak ke Kabupaten/Kota


- Bagi Hasil Retribusi ke Kabupaten/Kota
- Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke Kabupaten/Kota

c. Klasifikasi Belanja Pemerintah Kabupaten/Kota


Belanja Operasi :
- Belanja Pegawai
- Belanja barang
- Bunga
- Subsidi
- Hibah
- Bantuan Sosial

Belanja Modal :

- Belanja Tanah
- Belanja Peralatan dan Mesin
- Belanja Gedung dan Bangunan
- Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan
- Belanja Aset Tetap Lainnya
- Belanja Aset Lainnya

Belanja Tak Terduga

- Belanja Tak Terduga

Transfer

Transfer /Bagi Hasil Pendapatan ke Kabupaten/Kota

- Bagi Hasil Pajak ke Kabupaten/Kota


- Bagi Hasil Retribusi ke Kabupaten/Kota
- Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke Kabupaten/Kota

KLASIFIKASI BEBAN
Berdasarkan PSAP No. 12 Paragraf 37-38, beban diklasifikasikan menurut klasifikasi
ekonomi yang mana pada prinsipnya mengelompokkan berdasrkan jenis beban.
Klasifikasi ekonomi untuk pemerintah pusat, yaitu :

a. Beban pegawai
b. Beban barang
c. Beban bunga
d. Beban subsidi
e. Beban hibah
f. Beban bantuan sosial
g. Beban penyusutan aset tetap/amortisasi
h. Beban transfer
i. Beban lain-lain

Klasifikasi ekonomi untuk pemerintah daerah terdiri atas :

a. Beban pegawai
b. Beban barang
c. Beban bunga
d. Beban subsidi
e. Beban hibah
f. Beban bantuan sosial
g. Beban penyusutan aset tetap/amortisasi
h. Beban transfer
i. Beban tak terduga

PENYESUAIAN PADA AKHIR TAHUN

Pada akhir periode akuntansi ada beberapa perkiraan yang harus dilakukan
penyesuaian di antaranya pada saat kewajiban timbul kare adanya beban yang masih
harus dibayar atau terjadinya konsumsi aset atau terjadinya penurunan manfaat
ekonomi atau potensi jasa, walaupun tidak terjadi pengeluaran kas.

Jurnal atas transaksi konsumsi aset diakui dengan bertambahnya beban aset
ang dicatat disisi debit dan berkurangnya aset yang dicatat disiis kredit dengan nilai
nominal aset yang sudah digunakan/terpakai.

Anda mungkin juga menyukai