Pada tahun 2012 rata-rata Net Profit Margin sebesar 9.48. NPM
tertinggi pada perusahaan GEMS dan SMMT sebesar 60.00. ke dua
perusahaan ini mengalami nilai NPM tertinggi dengan nilai yang
sama disebabkan laba setelah pajak mengalami peningkatan dari
tahun sebelumnya dan penjualan (sales) pun mengalami kenaikan
sedangkan biaya-biaya operasional menurun, hal ini
menginterpresentasikan sebagai kemampuan perusahaan dalam
menekan biayabiaya di perusahaan. Sedangkan NPM terendah ada
pada perusahaan PKPK sebesar minus 37.21, hal ini terjadi
dikarenakan perusahaan tersebut mengalami kerugian (loss)
dibanding tahun sebelumnya sedangkan beban bunga (interest
expense) mengalami peningkatan dan penjualan (sales) mengalami
penurunan pada tahun tersebut dibanding tahun sebelumnya . Dan
diduga perusahaan PKPK melakukan motivasi politik dengan
tujuan tertentu seperti perusahaan go public cenderung mengurangi
laba yang dilaporkan karena adanya tekanan publik yang
mengakibatkan pemerintah menetapkan peraturan yang lebih ketat.
Perusahaanperusahaan besar cenderung menurunkan laba untuk
mengurangi visibilitasnya khususnya selama periode kemakmuran
tinggi. Tindakan ini dilakukan untuk memperoleh kemudahan dan
fasilitas dari pemerintah misalnya subsidi.
Tahun 2013, rata-rata Net Profit Margin sebesar 6.92, dimana NPM
tertinggi sebesar 55.00 juga dipegang oleh perusahaan GEMS dan
SMMT. Hal ini terjadi disebabkan ditengah kondisi industri batu
bara yang kurang kondusif sepanjang tahun 2013, GEMS berhasil
membukukan laba bersih sebesar Rp170,3 miliar dengan penjualan
neto mencapai Rp4,4 triliun, kata Presiden Direktur GEMS
Fuganto Widjaja dalam keterangan tertulisnya, Kamis (10/4/2014),
Jakarta, APBIICMA. “Membaiknya kondisi ekonomi global diduga
menjadi salah satu pemicu melesatnya target produksi perseroan
sepanjang tahun ini. Target produksi batu bara di tahun ini naik 28
persen dibandingkan tahun lalu,” kata Sekretaris Perusahaan
Golden Energy Mines, Sudin Sudirman kepada Koran Jakarta,
Rabu (5/2). Mengacu pada data dari Kementrian Energi dan
Sumber Daya Mineral (ESDM), harga batu bara acuan untuk bulan
Januari berada di angka 81,90 dollar Amerika Serikat (AS) per ton,
naik tipis 1,97 persen dibandingkan harga batu bara acuan di bulan
Desember 2013 yang berada di level 80,31 dollar AS per ton.
Begitupula dengan keadaan Net Profit Margin perusahaan SMMT,
mengalami peningkatan dengan memperoleh laba bersih sekitar 25-
30% dari tahun yang lalu, kata Direktur Utama SMMT Hendra
Surya, Bisnis.com, Jakarta. Sedangkan NPM terendah sebesar
21.13 ada pada perusahaan GTBO, dikarenakan perusahaan GTBO
mengalami kerugian (loss) yang disebabkan adanya peningkatan
pada kewajiban yang harus dibayarkan kepada pihak ketiga dan
utang pajak yang harus dibayar perusahaan sedangkan penjualan
mengalami penurunan dibandingkan tahun yang lalu dan
melemahnya nilai rupiah terhadap dollar Amerika pada tahun
tersebut dimana sebagian besar biaya operasional dilakukan dalam
mata uang Amerika Serikat.
Pada tahun 2014, rata-rata Net Profit Margin sebesar 2.71, dimana
NPM tertinggi ada pada perusahaan KKGI sebesar 32.00, Hal ini
terjadi dikarenakan perusahaan berhasil meningkatkan laba bersih
sebesar Rp.52.4 milliar dibanding tahun sebelumnya,
www.saham.ws/kkgi. Sedangkan NPM terendah sebesar minus
64.00 ada pada perusahaan ARII, dikarenakan perusahaan
mengalami kerugian yang disebabkan masih melemahnya harga
rata-rata batubara acuan (HBA) sepanjang tahun tersebut. Begitu
pula dengan penjualan ARII mengalami penurunan yang
disebabkan, “penurunan produksi batubara lantaran harga jual telah
mendekati biaya produksi, sehingga perusahaan perlu melakukan
efesiensi. Oleh karena itu, kegiatan operasi produksi perusahaan
dari Hutan Kukar di Kalimantan Timur turun cukup dalam”, kata
Joko Kus Sulistyoko, Direktur Atlas Resources.
(TRIBUNENEWS.com, Jakarta, Jumat, 19 Desember 2014 12:34
WIB)
Dan pada tahun 2014, rata-rata harga saham sebesar 2.426, dimana
harga saham tertinggi ada pada perusahaan ITMG sebesar
Rp.15.375,-. Walaupun terus mengalami penurunan terhadap harga
saham, ITMG masih dapat menghasilkan laba dan ekuitas tetap
bertumbuh, hanya saja kecepatan pertumbuhannya berkurang.
(Sumber; m-detikfinance.com) karena lesunya industri batu bara
dunia dan akibat turunnya nilai harga minyak. Sementara nilai
harga saham terendah sebesar Rp.50,- masih dipegang oleh
perusahaan DEWA. Perusahaan ini terus berupaya memperbaiki
kinerja manajemen dan keuangannya dengan lebih meningkatkan
dari sisi keterbukaan informasi seluruh kinerja dan kegiatan serta
aktivitas perusahaan kepada stakeholder, ujar Presiden Direktur
DEWA, Wachjudi Martono, ketika ditemui usai Rapat Umum
Pemegang Saham Tahunan (RUPST) tahunan DEWA, di Balai
Kartini, Jakarta, Jumat (27/3/2015),
Kesimpulan Berdasarkan dari hasil analisis data yang telah dilakukan mengenai
pengaruh Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Net
Profit Margin (NPM) dan Debt To Equity Ratio (DER) terhadap
Harga Saham pada perusahaan pertambangan sektor batubara yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012–2014, bahwa; (1)
ROE berpengaruh tidak signifikan terhadap harga saham. ROE
memiliki hubungan positif terhadap harga saham. Yang artinya
disaat ROE meningkat, maka harga saham pun akan meningkat.
Bagi investor perusahaan pertambangan ROE bukanlah salah satu
faktor yang menentukan keputusan untuk berinvestasi. Investor
masih menganggap bahwa capital gain dan deviden hal yang
menarik dalam menentukan investasi; (2) ROA berpengaruh tidak
signifikan terhadap harga saham. ROA memiliki hubungan positif
terhadap harga saham. Yang artinya disaat ROA meningkat maka
harga saham pun akan meningkat.
Tayibnapis, Ahmad ZafrullaH, Lucia Endang Wuryaningsih & Radita Gora. 2018.
Indonesia's Efforts to Achieve Globally Competitive Human Resources. International
Journal of Humanities and Social Science Invention Volume 7 Issue 08 Ver. III.