Anda di halaman 1dari 9

REVIEW JURNAL

Judul PENGARUH RETURN ON ASSET, RETURN ON


EQUITY, NET PROFIT MARGIN DAN DEBT TO
EQUITY RATIO TERHADAP HARGA SAHAM
Jurnal Jurnal SEKURITAS
Volume & Vol.1, No.3, Maret 2018 Halaman : 157 – 181
Halaman
Tahun Maret 2018
Penulis Neneng Tita Amalya

Reviewer 1. Rizqi Alif Prakasa – 18013010223


2. Annisa Ayu Riyani – 18013010227
3. Ananda Riana – 1801030228
4. Bahrul Ulum Alamsyah - 18013010229
Tanggal 17 Februari 2021

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis seberapa besar


pengaruh ROA, ROE, NPM dan DER secara simultan dan parsial
terhadap harga saham perusahaan pertambangan sektor batubara
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 20122014. Sampel
dalam penelitian ini sebanyak 20 perusahaan pertambangan sektor
batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Hasil dengan menggunakan uji F menunjukan bahwa kinerja


perusahaan yang diukur dengan ROA, ROE, NPM dan DER
mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham. Secara
parsial dengan uji t disimpulkan bahwa secara parsial variabel ROA,
ROE dan DER tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga
saham, sedangkan variabel NPM berpengaruh signifikan terhadap
harga saham. Koefisien determinasi yang ditunjukan dari nilai
adjusted Rsquare sebesar 0,218. Hal ini berarti bahwa 21,8%
variabel dependen yaitu harga saham dapat dijelaskan oleh empat
variabel independen yaitu ROA, ROE, NPM dan DER, sedangkan
sisanya 78,2% dijelaskan oleh variabel atau sebab-sebab lainnya
diluar model. NPM berpengaruh dominan terhadap harga saham
pada perusahaan pertambangan sektor batubara yang terdaftar pada
di Bursa Efek Indonesia Periode 2012 - 2014.
Pengantar Pengantar pada jurnal ini menjelaskan tentang Kegiatan bisnis
industri dan pertambangan di Indonesia telah berkembang dengan
pesat. Sektor pertambangan memiliki peran sebagai penyedia
sumber daya energi yang sangat diperlukan bagi pertumbuhan suatu
perekonomian negara. Perusahaan dalam mengembangkan usahanya
membutuhkan modal yang banyak agar dapat tumbuh dan
berkembang secara kompetitif. Bagi perusahaan, pasar modal dapat
digunakan sebagai tempat untuk memperoleh tambahan dana untuk
kegiatan operasional perusahaan agar kelangsungan hidup
perusahaan dapat bertahan dan agar dapat mampu bersaing dengan
perusahaan lain.

Penilaian harga pasar saham adalah perusahaan tambang, khususnya


batu bara. Ditjen Minerba Kementerian ESDM mencatat harga batu
bara acuan (HBA) penjualan langsung (spot) Januari 2015 turun ke
USD63,84 per ton dibandingkan bulan sebelumnya sebesar
USD64,65 per ton. tidak semua perusahaan pertambangan
khususnya batu bara mengalami penurunan harga saham disaat nilai
HBA sedang turun. hal ini dikarenakan penurunan harga saham
tidak mempengaruhi ROA, ROE, NPM dan DER pada periode 2012
– 2014 di beberapa perusahaan pertambangan khususnya batu bara.
Fenomena tersebut yang melatarbelakangi peneliti untuk melakukan
penelitian terhadap emiten yang melakukan kegiatan industri batu
bara dan menjual atau menerbitkan saham melalui bursa efek, dalam
mempertanggungjawabkan pengembalian deviden kepada para
investor, membayar expens-expens, pajak, dan kestabilan atau
peningkatan modal sendiri yang diperoleh.
Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Kategori penelitian dalam penulisan tesis ini menggunakan
pendekatan deskriptif. yaitu suatu penelitian dengan membuat
deskripsi data yang diambil dari informasi laporan keuangan Bursa
Efek Indonesia (BEI) yang telah di publikasikan (diaudit). Dengan
pendekatan penelitian tersebut, penulis berusaha merumuskan
kebenaran dari teori atau kajian data yang diperoleh dari berbagai
rujukan buku-buku, artikel dari media majalah khusus yang
dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia per bulannya dan hasil
penelitian sebelumnya dengan cara menerapkannya dalam
penelitian ini.
Hasil Penelitian Hasil penelitian dari jurnal ini menyatakan bahwa Pada
tahun 2012 rata-rata Return On Equity sebesar 4.92. ROE yang
paling tertinggi ada pada perusahaan Garda Tujuh Buana tbk
(GTBO) sebesar 54.80, hal ini terjadi karena modal pada tahun
tersebut meningkat dibanding tahun sebelumnya. Laba juga
mengalami peningkatan karena biaya yang dikeluarkan menurun.
Dan ROE terendah pada perusahaan Berau Coal Energy tbk.,
(BRAU) sebesar minus 74.38 karena modal yang dimiliki menurun
dari tahun sebelumnya, perusahaan mengalami kerugian karena
pendapatan yang diperoleh lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan.

Pada tahun 2013 rata-rata Return On Equity sebesar 7.11. ROE


yang paling tertinggi pada perusahaan BUMI sebesar 92.60. Hal ini
terjadi karena modal menurun dibanding tahun sebelumnya yang
disebabkan laba ditahan defisit. Pendapatan menurun dan beban
yang harus dikeluarkan sangat besar terutama beban bunga dari
keuangan. Dan ROE terendah pada perusahaan DOID sebesar
minus 42.90, hal ini disebabkan karena modal menurun, rugi yang
dialami tahun tersebut karena beban lain-lain yang terlalu besar
sedangkan beban operasi menurun walaupun pendapatan juga
menurun.

Pada tahun 2014 rata-rata Return On Equity sebesar 1.52. dimana


ROE tertinggi ada pada perusahaan BUMI sebesar 77.10. Padahal
perusahaan tersebut mengalami kerugian hal ini disebabkan beban
bunga yang terlalu besar, modal menurun karena pinjaman. laba
ditahan defisit. Dan ROE terendah pada perusahaan BRAU sebesar
minus 74.40. Hal ini terjadi karena perusahaan mengalami kerugian
walaupun tidak sebesar tahun sebelumnya dan modal yang dimiliki
menurun karena adanya kerugian penyusutan.
Pada tahun 2012 rata-rata Return On Asset sebesar 5.52. ROA
yang paling tertinggi ada pada perusahaan Indo Tambang Megah
Raya tbk., (ITMG), sebesar 29.00. hal ini disebabkan total assets
pada tahun tersebut meningkat dibanding tahun sebelumnya. Laba
juga mengalami peningkatan karena biaya umum dan administrasi
yang dikelurakan menurun. Dan ROA terendah ada pada
perusahaan ATPK Resourches tbk., (ATPK) sebesar minus 11.10,
dikarenakan walaupun total assets ATPK mengalami peningkatan
dari tahun sebelumnya dan pendapatan juga meningkat karena
adanya peningkatan dalam assets lancar dan penambahan modal
disetor (Laporan Direksi ATPK tbk. Tahunan 2012, Annual
Report) tetapi perusahaan mengalami kerugian karena adanya
peningkatan pada biaya operasional dan kewajiban (liabilitas) yang
harus dibayarkan oleh perusahaan pada pihak ketiga.

Pada tahun 2013 rata-rata Return On Assets sebesar 6.02. ROA


tertinggi pada perusahaan BUMI sebesar 64.20. Walaupun total
assets mengalami penurunan di tahun tersebut dibandingkan tahun
sebelumnya dan perusahaan juga mengalami kerugian tetapi tingkat
utang perusahaan mengalami peningkatan, yang berasal dari
pinjaman bank dan adanya tambahan modal yang disetor (Annual
Report Tahunan 2013) Dan ROA terendah ada pada perusahaan
BRAU sebesar minus 8.10. hal ini disebabkan turunnya total assets
yang dimiliki perusahaan dan kerugian yang dialami BRAU
dikarenakan adanya peningkatan pada beban pokok penjualan dan
pemasaran (SindoNews.com, Jumat 30 Agustus 2013, 10.56 WIB,
Dana Aditiasari)

Pada tahun 2014, rata-rata Return On Assets sebesar 3.50. ROA


tertinggi sebesar 47.92 ada pada perusahaan BUMI, dikarenakan
adanya penambahan modal yang disetor dan tingkat utang yang
berasal dari pinjaman bank juga meningkat walaupun perusahaan
tersebut mengalami kerugian dan penurunan terhadap total assets
perusahaan.. Dan ROA terendah ada pada perusahaan BYAN
sebesar minus 16.30, hal ini terjadi dikarenakan turunnya total
assets yang dimiliki perusahaan dan kerugian yang dialami BYAN
dikarenakan penyusutan terhadap beban pokok pendapatan dan
adanya selisih kurs dari tahun yang lalu (SindoNews.com, Senin,
19 January 2015, 14:27 WIB, J Erna).

Pada tahun 2012 rata-rata Net Profit Margin sebesar 9.48. NPM
tertinggi pada perusahaan GEMS dan SMMT sebesar 60.00. ke dua
perusahaan ini mengalami nilai NPM tertinggi dengan nilai yang
sama disebabkan laba setelah pajak mengalami peningkatan dari
tahun sebelumnya dan penjualan (sales) pun mengalami kenaikan
sedangkan biaya-biaya operasional menurun, hal ini
menginterpresentasikan sebagai kemampuan perusahaan dalam
menekan biayabiaya di perusahaan. Sedangkan NPM terendah ada
pada perusahaan PKPK sebesar minus 37.21, hal ini terjadi
dikarenakan perusahaan tersebut mengalami kerugian (loss)
dibanding tahun sebelumnya sedangkan beban bunga (interest
expense) mengalami peningkatan dan penjualan (sales) mengalami
penurunan pada tahun tersebut dibanding tahun sebelumnya . Dan
diduga perusahaan PKPK melakukan motivasi politik dengan
tujuan tertentu seperti perusahaan go public cenderung mengurangi
laba yang dilaporkan karena adanya tekanan publik yang
mengakibatkan pemerintah menetapkan peraturan yang lebih ketat.
Perusahaanperusahaan besar cenderung menurunkan laba untuk
mengurangi visibilitasnya khususnya selama periode kemakmuran
tinggi. Tindakan ini dilakukan untuk memperoleh kemudahan dan
fasilitas dari pemerintah misalnya subsidi.

Tahun 2013, rata-rata Net Profit Margin sebesar 6.92, dimana NPM
tertinggi sebesar 55.00 juga dipegang oleh perusahaan GEMS dan
SMMT. Hal ini terjadi disebabkan ditengah kondisi industri batu
bara yang kurang kondusif sepanjang tahun 2013, GEMS berhasil
membukukan laba bersih sebesar Rp170,3 miliar dengan penjualan
neto mencapai Rp4,4 triliun, kata Presiden Direktur GEMS
Fuganto Widjaja dalam keterangan tertulisnya, Kamis (10/4/2014),
Jakarta, APBIICMA. “Membaiknya kondisi ekonomi global diduga
menjadi salah satu pemicu melesatnya target produksi perseroan
sepanjang tahun ini. Target produksi batu bara di tahun ini naik 28
persen dibandingkan tahun lalu,” kata Sekretaris Perusahaan
Golden Energy Mines, Sudin Sudirman kepada Koran Jakarta,
Rabu (5/2). Mengacu pada data dari Kementrian Energi dan
Sumber Daya Mineral (ESDM), harga batu bara acuan untuk bulan
Januari berada di angka 81,90 dollar Amerika Serikat (AS) per ton,
naik tipis 1,97 persen dibandingkan harga batu bara acuan di bulan
Desember 2013 yang berada di level 80,31 dollar AS per ton.
Begitupula dengan keadaan Net Profit Margin perusahaan SMMT,
mengalami peningkatan dengan memperoleh laba bersih sekitar 25-
30% dari tahun yang lalu, kata Direktur Utama SMMT Hendra
Surya, Bisnis.com, Jakarta. Sedangkan NPM terendah sebesar
21.13 ada pada perusahaan GTBO, dikarenakan perusahaan GTBO
mengalami kerugian (loss) yang disebabkan adanya peningkatan
pada kewajiban yang harus dibayarkan kepada pihak ketiga dan
utang pajak yang harus dibayar perusahaan sedangkan penjualan
mengalami penurunan dibandingkan tahun yang lalu dan
melemahnya nilai rupiah terhadap dollar Amerika pada tahun
tersebut dimana sebagian besar biaya operasional dilakukan dalam
mata uang Amerika Serikat.

Pada tahun 2014, rata-rata Net Profit Margin sebesar 2.71, dimana
NPM tertinggi ada pada perusahaan KKGI sebesar 32.00, Hal ini
terjadi dikarenakan perusahaan berhasil meningkatkan laba bersih
sebesar Rp.52.4 milliar dibanding tahun sebelumnya,
www.saham.ws/kkgi. Sedangkan NPM terendah sebesar minus
64.00 ada pada perusahaan ARII, dikarenakan perusahaan
mengalami kerugian yang disebabkan masih melemahnya harga
rata-rata batubara acuan (HBA) sepanjang tahun tersebut. Begitu
pula dengan penjualan ARII mengalami penurunan yang
disebabkan, “penurunan produksi batubara lantaran harga jual telah
mendekati biaya produksi, sehingga perusahaan perlu melakukan
efesiensi. Oleh karena itu, kegiatan operasi produksi perusahaan
dari Hutan Kukar di Kalimantan Timur turun cukup dalam”, kata
Joko Kus Sulistyoko, Direktur Atlas Resources.
(TRIBUNENEWS.com, Jakarta, Jumat, 19 Desember 2014 12:34
WIB)

Pada tahun 2012 rata-rata Debt To Equity Ratio sebesar 41.41


dimana DER tertinggi ada pada perusahaan ATPK sebesar 231.03
Hal ini terjadi disebabkan tingginya hutang yang tercatat pada
tahun tersebut karena lemahnya harga ratarata batubara acuan
(HBA) dan ATPK mengalami kerugian walau demikian nilai utang
tersebut menurun dibanding tahun sebelumnya Dan ATPK berhasil
menaikan 25% penjualan batubaranya dan meningkatkan kinerja
produksi, kata Awal, (Komisaris Utama ATPK, Annual Report
2012) walau demikian penjualan tersebut belum memenuhi target
akibat dari krisis moneter dunia yang memperlambat pertumbuhan
ekonomi dunia dan adanya peraturan pemerintah yang
diberlakukan pada tanggal 25 Agustus 2011, Kementerian Energi
dan Sumber Daya Mineral (“ESDM”) mengeluarkan Keputusan
Menteri No. 1991.K/30/MEM/2011 tentang penetapan kebutuhan
dan persentase batas minimal DMO tahun 2012 menjadi sebesar
24,72%. Pada tanggal 31 Oktober 2012, Menteri ESDM
mengeluarkan Keputusan Menteri No.909.K/30/DJB/2012 tentang
Perubahan Penetapan Kebutuhan dan Persentase Minimal
Penjualan Batubara untuk Kepentingan Dalam Negeri Tahun 2012
yang merevisi persentase batas minimal DMO tahun 2012 menjadi
sebesar 20,47%. Direksi melaporkan bahwa Perseroan telah
memenuhi batas minimum dari kewajiban pasar domestik untuk
tahun 2012. Sedangkan DER terendah sebesar minus 0.70 ada pada
perusahaan HRUM, dikarenakan turunya biaya operasional
perusahaan, utang bank yang berhasil dilunasi pada tahun tersebut
dan kenaikan volume penjualan batubara, membuat total assets
HRUM meningkat dibanding tahun sebelumnya dan penurunan
modal operasional akibat harga jual rata-rata batubara (HBA) yang
relatif stabil.

Tahun 2013 rata-rata Debt To Equity Ratio sebesar 29.96 dimana


DER tertinggi ada pada perusahaan ARII sebesar 138.88. Hal ini
terjadi disebabkan meningkatnya kewajiban perusahaan akibat
tingginya biaya operasional yang harus dikeluarkan sehingga
perusahaan mengalami kerugian dan adanya penambahan modal
sebesar USD20 juta hingga USD25 juta. Dana tersebut berasal dari
kas internal perseroan. Direktur Tidak Terafiliasi ARII, Eddy
Salimah mengatakan dana belanja modal tersebut digunakan untuk
haul road I dan pengembangan infrastruktur, sementara untuk haul
road II masih dalam banyak proses. "Untuk proyek haul road II,
sampai saat ini perizinannya belum selesai," ungkapnya di Gedung
BEI Jakarta, Rabu (13/3/2013). Dan DER terendah sebesar minus
2.00 ada pada perusahaan HRUM, dikarenakan perusahaan berhasil
memenuhi kewajiban-kewajiban dan biaya operasional yang
menurun sementara volume penjualan batubara meningkat dan
turunnya modal operasional akibat harga jual rata-rata batubara
(HBA) yang relatif stabil.

Pada tahun 2012, rata-rata harga saham sebesar 4.172, dimana


harga saham tertinggi ada pada perusahaan ITMG sebesar
Rp.35.500,-. Di tengah anjloknya kinerja fundamental keuangan
perusahaan, harga saham ITMG justru mengalami penguatan dalam
2 hari terakhir, Adam Nugroho/Junior Analyst Equity Research at
Vibiz Researc, Editor: Jul Allens, (Sumber :
http://vibiznews.com/feed/ ); tercatat nilai ROA dan ROE yang
diperoleh oleh perusahaan ITMG masing-masing sebesar 18% dan
43%, mengindikasikan perusahaan ITMG berhasil melakukan
efisiensi dalam strategi manajemen biaya (Sumber; m-
detikfinance.com) yang cukup signifikan dari penggunaan aset dan
ekuitas untuk meraih laba. Sementara nilai harga saham terendah
ada pada perusahaan DOID sebesar Rp.50,-. Hal tersebut
dikarenakan lesunya industri batu bara dunia menyebabkan
melemahnya harga batu bara membuat DOID melakukan efisiensi
produksinya sebesar 3,1 juta ton atau turun 6% dari bulan Juni
tahun lalu sebesar 3,3 juta ton (Sumber; m detikfinance.com),
24Juli2012. Dampaknya DOID meningkatkan anggaran belanja
modalnya (capital expenditure/capex) sebesar 36% dibanding 2011
yang sebesar US$ 220 juta.
Tahun 2013, rata-rata harga saham sebesar 3.592, dimana harga
saham tertinggi ada pada perusahaan ITMG sebesar Rp.28.500,-.
Walaupun turun dari tahun sebelumnya namun diantara emiten-
emiten yang bergerak di sektor batu bara ITMG berhasil
menstabilkan manajemen perusahaannya bahkan emiten ini dikenal
“loyal” membagi-bagikan deviden besar kepada investornya
sebesar 85% yang diambil dari perolehan laba bersih perseroan
tahun buku 2012 sebesar US$ 432 juta dengan nilai US$ 38 sen per
saham. kata Direktur Keuangan ITMG Edward Manurung usai
acara RUPST, di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Kamis (28/3/13).
Dan nilai harga saham terendah sebesar Rp.50,- ada pada
perusahaan DEWA. Dikarenakan lesunya industri batu bara dunia
menyebabkan melemahnya harga batu bara, walaupun demikian,
Presiden Direktur DEWA, Wachjudi Martono, mengatakan, para
investor diimbau untuk membeli saham lebih banyak lagi. Selagi
harganya murah," ujarnya di Balai Kartini, MetroNews.com,
Jakarta.

Dan pada tahun 2014, rata-rata harga saham sebesar 2.426, dimana
harga saham tertinggi ada pada perusahaan ITMG sebesar
Rp.15.375,-. Walaupun terus mengalami penurunan terhadap harga
saham, ITMG masih dapat menghasilkan laba dan ekuitas tetap
bertumbuh, hanya saja kecepatan pertumbuhannya berkurang.
(Sumber; m-detikfinance.com) karena lesunya industri batu bara
dunia dan akibat turunnya nilai harga minyak. Sementara nilai
harga saham terendah sebesar Rp.50,- masih dipegang oleh
perusahaan DEWA. Perusahaan ini terus berupaya memperbaiki
kinerja manajemen dan keuangannya dengan lebih meningkatkan
dari sisi keterbukaan informasi seluruh kinerja dan kegiatan serta
aktivitas perusahaan kepada stakeholder, ujar Presiden Direktur
DEWA, Wachjudi Martono, ketika ditemui usai Rapat Umum
Pemegang Saham Tahunan (RUPST) tahunan DEWA, di Balai
Kartini, Jakarta, Jumat (27/3/2015),
Kesimpulan Berdasarkan dari hasil analisis data yang telah dilakukan mengenai
pengaruh Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Net
Profit Margin (NPM) dan Debt To Equity Ratio (DER) terhadap
Harga Saham pada perusahaan pertambangan sektor batubara yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012–2014, bahwa; (1)
ROE berpengaruh tidak signifikan terhadap harga saham. ROE
memiliki hubungan positif terhadap harga saham. Yang artinya
disaat ROE meningkat, maka harga saham pun akan meningkat.
Bagi investor perusahaan pertambangan ROE bukanlah salah satu
faktor yang menentukan keputusan untuk berinvestasi. Investor
masih menganggap bahwa capital gain dan deviden hal yang
menarik dalam menentukan investasi; (2) ROA berpengaruh tidak
signifikan terhadap harga saham. ROA memiliki hubungan positif
terhadap harga saham. Yang artinya disaat ROA meningkat maka
harga saham pun akan meningkat.

Investor perusahaan pertambangan lebih berorientasi dalam


investasi di perusahaan dengan memperhatikan return yang diterima
mereka dibanding dengan kemampuan perusahaan dalam
memperoleh laba dengan menggunakan aktiva; (3) NPM
berpengaruh signifikan terhadap harga saham. NPM memiliki
hubungan positif terhadap harga saham. Yang artinya disaat NPM
meningkat maka harga saham akan meningkat. Hal tersebut
menandakan bahwa investor lebih melihat kemampuan perusahaan
dalam memperoleh laba bersih sehingga return yang diperoleh
investor dapat diketahui; (4) DER berpengaruh tidak signifikan
terhadap harga saham. DER memiliki hubungan positif terhadap
harga saham. Yang artinya disaat DER naik maka harga saham pun
akan naik. Tetapi investor di perusahaan pertambangan tidak
terpengaruh terhadap kemampuan perusahaan dalam penggunaan
modal dengan hutang. Investor lebih tertarik return yang diberikan
oleh perusahaan.
Kekuatan 1. Teori dan model analisis yang digunakan sangat tepat
2. Abstrak yang ditulis menyeluruh dan mudah dipahami oleh
pembaca
3. Penulis detail dalam memberikan hasil yang didapat dalam
melakukan penelitiannya.

Kelemahan 1. Penulis kurang lengkap dalam menuliskan penjelasan dari hasil


penelitian, dan kurang menggunakan Bahasa yang mudah
dimengerti.
DAFTAR PUSTAKA

Tayibnapis, Ahmad ZafrullaH, Lucia Endang Wuryaningsih & Radita Gora. 2018.
Indonesia's Efforts to Achieve Globally Competitive Human Resources. International
Journal of Humanities and Social Science Invention Volume 7 Issue 08 Ver. III.

Anda mungkin juga menyukai