Anda di halaman 1dari 19

AKUNTANSI BELANJA DAN BEBAN

KELOMPOK 4:
1. Anggelia Nuke P.S 18013010077
2. Hilyati Nurul Shadrina 18013010217
3. Veronika Anggun 18013010228
4. Ananda Riana 18013010228

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGDI AKUNTANSI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
2021
AKUNTANSI BELANJA DAN BEBAN

DEFINISI BELANJA DAN BEBAN


Istilah belanja dalam akuntansi sector public hapir serupa dengan istiah beban dalam
akuntansi sector komersial. Menurut Deddi Nordiawan (2007), beban di lingkungan
akuntansi komersial dapat didefinisikan sebagai arus keluar dari aset atau segala bentuk
penggunaan aset yang terjadi selama periode tertentu yang berasal dari produksi barang,
penyerahan jasa, atau aktivitas lain yang terjadi dalam kegiatan operasional entitas.
Menurut Accounting Principle Board (APB) Statement No. 4, belanja didefinisikan
sebagai jumlah yang diukur dalam uang, dari kas yang dikeluarkan, jasa yang diberikan,
atau kewajiban yang terjadi dalam hubungannnya dengan barang atau jasa yang telah
atau akan diterima.
1. Definisi Belanja
Belanja adalah semua pengeluaran dari rekening kas umum negara/daerah yang
mengrangi saldo anggaran lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan
yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah. (PSAP No.
2, Paragraf 7). Sementara menurut Permendagri No. 59 Tahun 2007 dan
Permendagri No. 21 Tahun 2011 , belanja daerah merupakan kewajiban
pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.
2. Definisi Beban
Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam
bentuk arus kas keluar atau berkurangnya aset atau terjadinya kewajian yang
mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada
penanam modal (IAI). Sementara PASP No. 1 Paragraf 8 beban adalah penurunan
manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode pelaporan yang menurunkan
ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya
kewajiban.
KLASIFIKASI BELANJA
PSAP No.2 Paragraf 34 menyatakan bahwa
b e l a n j a diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi ( jenis belanja ), organisasidan
fungsi. Klasifikasi ekonomi sendiri menurut paragraf selanjutnya merupakan
pengelompokkan belanja yang didasarkan pada jenis belanja untuk melaksanakan
suatu aktivitas. Klasifikasi belanja untuk tujuan pelaporan keuangan menurut PSAP
No.2Paragraf 36-40 dikelompokkan menjadi :
1. Belanja operasi
Pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari-hari pemerintah pusat/daerah yang
memberi manfaat jangka pendek. Belanja operasi meliputi belanja pegawai,
belanja barang, bunga, subsidi, hibah, dan bantuan sosial.
2. Belanja modal
Pengeluaran anggran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi
manfaat lebih dari satu periode akuntansi.
3. Belanja lain-lain/ belanja tak terduga.
Pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa dan tidak
diharapkan berulang.
4. Transfer keluar
Penegeluaran uang dari entitas pelaporan ke entitas peaporan lain.
Namun, berdasarkan permendagri No. 13 tahun 2006 sebagaimana telah diubah
dengan permendagri No. 59 tahun 2007 dan permendagri No. 21 tahun 2011, belanja
dikelompokkan menjadi :
1. Belanja tidak langsung
Belanja yang dinaggarkan yang tidak terkai secra langsung dengan pelaksanaan
program dan kegiatan. Kelompok belanja tidak langsung dikelompokkan menurut
jenis belanja yang terdiri dari :
a. Belanja Pegawai
Belanja kompensasi, dalam bentuk gaji dan tunjangan
b. Belanja Bunga
Digunakan untuk menganggarkan pembayaran bunga utang yang dihitung atas
kewajiban pokok utang berdasarkan perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka
menengah, dan jangka panjang.
c. Belanja Subsidi
Untuk menganggarkan bantuan biaya produksi kepada perusahaan/lembaga
tertentu agar harga jual produksi/jasa yang dihasilkan dapat terjangkau oleh
masyarakat banyak.
d. Belanja Hibah
Untuk menganggarkan pemberian hibah dalam bentuk uang, barang dan/ atau
jasa kepada pemerintah daerah lainnya dan kelompok masyarakat/perorangan
yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya.
e. Batuan Sosial
Untuk menganggarkan pemebrian bantuan dalam bentuk uang, barang dan /
atau barang kepada masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
f. Belanja Bagi Hasil.
Menganggarkan dana bagi hasil yang bersumber dari pendapatan provinsi
kepada kabupaten/kota atau pendapatan kabupaten/kota kepada pemerintah
desa atau pendapatan pemerintah daerah tertentu kepada pemerintah daerah
lainnya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
g. Bantuan Keuangan.
Menganggarkan bantuan keuangan yang bersifat umum atau khusus dari
provinsi kepada kabupaten/kota, pemerintah desa, dan kepada pemerintah
daerah lainnya atau dari pemerintah daerah lainnya dalam rangka pemerataan
dan/atau peningkatan kemampuan keuangan
h. Belanja Tidak Terduga
Belanja untuk keiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan
berulang.

2. Belanja Langsung
Belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program
dan kegiatana. Kelompok belanja langsung dari suatu kegiatan dibagi menurut jenis
belanja yang terdiri atas :
a. Belanja Pegawai
Untuk pengeluaran honorarium/upah dalam melaksanakan program dan
kegiatan pemerintah daerah
b. Belanja Barang dan jasa
Untuk pengeluaran pembelian / pengadaan barang yang nilai manfaatnya
kurang dari 12 (dua belas) bulan dan/atau pemakaian jasa dalam melaksanakan
program dan kegiatan pemerintah daerah
c. Belanja Modal
Pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembelian/pengadaan atau
pembangunan aset tetap berwujud lyang mempunyai nilai manfaat lebih dari
12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah
Adanya perbedaan klasifikasi belanja diantara kedua
d a s a r peraturan tersebut membuat entitas pelaporan harus melakukan
konfersiuntuk klasifikasi belanja yang akan dilakukan realisai anggaran
(LRA).H a l ini sejalan dengan PSAP No.2 paragraf 44-45 bahwa
realisasianggaran belanja dilaporkan sesuai dengan klasifikasi yang
ditetapkandalam dokumen anggaran.berikut klasifikasi belanja menurut PP No.71
Tahun 2010 tersebut.
a. Klasifikasi Belanja Pemerintah Pusat
Belanja Operasi :
- Belanja Pegawai
- Belanja barang
- Bunga
- Subsidi
- Hibah
- Bantuan Sosial
- Belanja lain-lain

Belanja Modal :
- Belanja Tanah
- Belanja Peralatan dan Mesin
- Belanja Gedung dan Bangunan
- Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan
- Belanja Aset Tetap Lainnya
- Belanja Aset Lainnya

Transfer

Dana Perimbangan :
- Dana Bagi Hasil Pajak
- Dana Bagi Hasil SDA
- Dana Alokasi Umum
- Dana Alokasi Khusus

Transfer Lainnya (disesuaikan dengan program yang ada) :


- Dana Otonomi Khusus
- Dana Penyesuaian
b. Klasifikasi Belanja Pemerintah Provinsi
Belanja Operasi :
- Belanja Pegawai
- Belanja barang
- Bunga
- Subsidi
- Hibah
- Bantuan Sosial

Belanja Modal :
- Belanja Tanah
- Belanja Peralatan dan Mesin
- Belanja Gedung dan Bangunan
- Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan
- Belanja Aset Tetap Lainnya
- Belanja Aset Lainnya

Belanja Tak Terduga


- Belanja Tak Terduga

Transfer

Transfer /Bagi Hasil Pendapatan ke Kabupaten/Kota


- Bagi Hasil Pajak ke Kabupaten/Kota
- Bagi Hasil Retribusi ke Kabupaten/Kota
- Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke Kabupaten/Kota
c. Klasifikasi Belanja Pemerintah Kabupaten/Kota
Belanja Operasi :
- Belanja Pegawai
- Belanja barang
- Bunga
- Subsidi
- Hibah
- Bantuan Sosial

Belanja Modal :
- Belanja Tanah
- Belanja Peralatan dan Mesin
- Belanja Gedung dan Bangunan
- Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan
- Belanja Aset Tetap Lainnya
- Belanja Aset Lainnya

Belanja Tak Terduga


- Belanja Tak Terduga

Transfer

Transfer /Bagi Hasil Pendapatan ke Kabupaten/Kota


- Bagi Hasil Pajak ke Kabupaten/Kota
- Bagi Hasil Retribusi ke Kabupaten/Kota
- Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke Kabupaten/Kota
KLASIFIKASI BEBAN
Berdasarkan PSAP No. 12 Paragraf 37-38, beban diklasifikasikan menurut klasifikasi
ekonomi yang mana pada prinsipnya mengelompokkan berdasrkan jenis beban.
Klasifikasi ekonomi untuk pemerintah pusat, yaitu :
a. Beban pegawai
b. Beban barang
c. Beban bunga
d. Beban subsidi
e. Beban hibah
f. Beban bantuan sosial
g. Beban penyusutan aset tetap/amortisasi
h. Beban transfer
i. Beban lain-lain

Klasifikasi ekonomi untuk pemerintah daerah terdiri atas :


a. Beban pegawai
b. Beban barang
c. Beban bunga
d. Beban subsidi
e. Beban hibah
f. Beban bantuan sosial
g. Beban penyusutan aset tetap/amortisasi
h. Beban transfer
i. Beban tak terduga

PENYESUAIAN PADA AKHIR TAHUN


Pada akhir periode akuntansi ada beberapa perkiraan yang harus dilakukan
penyesuaian di antaranya pada saat kewajiban timbul kare adanya beban yang masih
harus dibayar atau terjadinya konsumsi aset atau terjadinya penurunan manfaat ekonomi
atau potensi jasa, walaupun tidak terjadi pengeluaran kas.
Jurnal atas transaksi konsumsi aset diakui dengan bertambahnya beban aset ang
dicatat disisi debit dan berkurangnya aset yang dicatat disiis kredit dengan nilai nominal
aset yang sudah digunakan/terpakai.

PENGAKUAN BELANJA DAN BEBAN

Deddi Noordiawan dalam bukunya Akuntansi Pemerintahan (007) mengungkapkan


bahwa dalam terminologi akuntansi komersial, belanja bisa disebut juga sebagai beban
atau belanja memiliki pengertian yang berbeda dengan biaya. Biaya adalah sejumlah kas
atau setara kas yang dibayarkan untuk memperoleh suatu aset, sedangkan beban adalah
biaya yang sudah terjadi. Tidak semua biaya dapat langsung dibebankan apabila biaya
tersebut memiliki priode lebih dari satu tahun.

1. Pengakuan belanja untuk Laporan Realisasi Anggaran


PSAP No. 2 Paragraf 31-33, realisasi transaksi belanja pada saat pengeluaran dari
rekening kas umum negara / daerah. Khusus pengeluaran dari pengeluaran tersebut
pengeluaran yang terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran oleh unit yang
mempunyai fungsi perbendaharaan. Dalam hal badan layanan umum, belanja dengan
mengacu pada peraturan perundangan yang membahas tentang badan layanan umum.
Pengakuan belanja dapat dikategorikan menjadi dua jenis berdasarkan sumber dana asal
yang digunakan untuk pelaksanaan belanja tersebut. Kedua hal tersebut adalah:
a. Pengeluaran belanja melalui rekening umum negara/daerah.
b. Pengeluaran belanja melalui kas di bendahara pengeluaran.
Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kota Pagar Alam No 7 tentang Akuntansi Belanja
menyatakan bahwa suatu pengeluaran belanja akan diperlakukan sebagai belanja modal
(untuk laopran realisasi anggaran) dan nantinya akan sebagai aset tetapjika memiliki
kreteria sebagai berikut:
a. Manfaat ekonomi barang yang dibeli lebih dari 1 bulan.
b. Perolehan barang tersebut untuk oprasional dan pelayanan serta tidak untuk
dijual.
c. Nilai rupiah pembelian barang material atau pengeluaran untuk pembelian barang
melebihi batasan minimal kapasitas aset tetap yang telah ditetapkan.
d. Barang yang dibeli merupakan objek pemeliharaan.
Suatu pengeluaran belanja pemeliharaan akan diperlakukan sebagai belanja modal dan
dikapitalisasikan menjadi aseta tetap jika memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Manfaat ekonomi atas barang /aset tetap yang dipelihara:
1. bertambah ekonomi /efisien
2. bertambah umur ekonomis
3. bertambah volume
4. bertambah kapsitas produksi
b. Nilai rupiah pengeluaran belanja atas pemeliharaan barang/aset tetap tersebut
material/melebihi batas minimal kapitalisasi aset tetap yang telah ditetapkan.

2. Pengakuan Beban untuk Laporan oprasional


Kerangka Konseptual PP No. 71 Tahun 2010 menyatakan bahwa beban diakui pada saat
timbulnya kewajiban , terjadinnya konsumsi aset, terjadinya penurunan manfaat ekonomi
atau potensi jasa. Dari definisi tersebut , dapat diartikan bahwa:
a. Beban harus sudah diakui apabila suatu entitas sudah memperoleh manfaat
ekonomi walaupun entitas tersebut belum melakukan pembayaran,l tetapi
telah timbul kewajiban untuk membayar.
b. Beben harus diakui apabila telah terjadi konsumsi penggunaan aset.
c. Beban diakui apabila terjadi penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa.

3. Pengakuan beban pada PPKD


a. Beban bunga, Beban bunga merupakan alokasi pengeluaran pemerintah
daerah untuk pembayaran bunga yang dilakukan atas kewajiban
penggunaan pokok utang termasuk beban pembayaran biaya-biaya yang
terkait dengan pinjaman dan hibah yang diterima pemerintah daerah
seperti biaya denda.
b. Beban subsidi, Beban subsidi merupakan pengeluaran atau alokasi
anggaran yang diberikan pemerintah daerah kepada perusahaan/lembaga
tertentu agar harga jual produksi yang dihasilkan dapat terjangkau oleh
masyarakat.
c. Beban hibah, Beban hibmerupakan beban pemerintah dalam bentuk uang,
barang, atau jasa kepada pemerintah, pemerintah daerah lainnya,
perusahaan daerah, masyarakat, dan organisasi kemasyarakatan yang
bersifat tidak mengikat.
d. Beban Bantuan sosial. Beban bantuan sosial merupakan beban
pemerintah daerah dalam bentuk uang atau barang yang diberikan kepada
individu, keluarga/ masyarakat.
e. Beban penyisihan piutang, beban penyisihan piutang merupakan
cadangan yang harus dibentuk sebesar presentase tertentu dari akun
piutang terkait ketertagihan piutang.
f. Beban Transfer. Beban transfer merupakan beban berupa pengeluaran
uang atau kewajiban ntuk mengeluarkan uang dari pemerintah daerah
kepada entitas pelaporan lainnya yang diwajibkan oleh peraturan
perundang-undangan.

4. Pengakuan Beban pada SKPD


a. Beban Pegawai. Beban pegawai merupakan
kompensasi terhadap pegawai baik dalam bentuk
uang atau barang yang harus dibayarkan kepada
pejabat negara, pegawai negri sipil, dan pegawai
yang dipekerjakan oleh pemerintah daerah yang
belum bersetatus PNS.
b. Beban Barang. Beban barang merupakan
penurunan manfaat ekonomi dalam priode
pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat
berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau
timbulnya kewajiban akibat transaksi pengadaan
barang dan jasa yang habis dipakai , perjalanan
dinas, pemeliharaan termasuk pembayaran
honorarium kegiatan kepada nonpegawai dan
pemberian hadiah atas kegiatan tertentu terkait
dengan suatu prestasi.

PENGUKURAN BELANJA DAN BEBAN


Akuntansi belanja dilaksanakan berdasarkan asas bruto dan diukur berdasarkan nilai
nominal yang dikeluarkan dan tercantum dalam dokumen pengeluaran yang sah.
Sedangkan, beban menurut PSAP No 71 diakui pada saat timbulnya kewajiban,
terjadinya konsumsi aset, dan terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa.
Pengukuran beban dari transaksi nonpertukaran diukur sebesar aset yang
digunakan atau dikeluarkan yang pada saat perolehan tersebut diukur dengan nilai wajar.
Sedangkan pengukuran beban dari transaksi pertukaran diukur dengan menggunakan
harga sebenarnya yang dibayarkan ataupun yang menjadi tagihan sesuai dengan
perjanjian yang telah membentuk harga.

PENGUNGKAPAN BELANJA DAN BEBAN


1. Pengungkapan belanja
Hal-hal yang perlu diungkapkan sehubungan dengan belanja, antara lain:
a. Pengeluaran belanja tahun berkenaan setelah tanggal berakhirnya tahun
anggaran.
b. Penjelasan sebab-sebab tidak terserapnya target realisasi belanja daerah.
c. Konversi yang dilakukan akibat perbedaan klasifikasi belanja yang didasarkan
pada Permendegri No 13 Tahun 006 tentang pedoman pengelolaan keuangan
daerah dengan yang didasarkan pada PP No 71 Tahun 2010 tentang standar
Akuntansi Pemerintah.
d. Informasi lainnya yang dianggap perlu.

2. Pengungkapan beban
Beban disajikan berdasarkan jenis beban dalam laporan oprasional dan rincian lebih
lanjut jenis belanja disajikan dalam catatan atas laporan keuangan.

PROSEDUR AKUNTANSI BELANJA DAN BEBAN PPKD


Berikut fungsi-fungsi yg terakit dengan prosedur akuntansi belanja dan beban
PPKD menurut Permendagri No.64 Tahun 2013 :
a. Fungsi Akuntansi PPKD
b. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
c. Kuas BUD
Adapun pencatatan transaksi belanja dan beban PPKD berdasarkan Permendagri N0.64
Tahun 2013 :
a. Beban Bunga
Berdasarkan dokumen perjanjian utang, fungsi akuntansi PPKD membuat bukti memorial
terkait pengakuan beban bunga untuk diotorisasi oleh PPKD. Berdasarkan bukti
memorial untuk pengakuan beban tsb, fungsi akuntansi PPKD melakukan pencatatan atas
transaksi tsb dgn jurnal :
Beban Bunga xxx
Utang Bunga xxx
Selanjutnya dilaksanakan proses penatausahaan untuk pembayaran beban bunga tsb.
Berdasarkan SP2D pengeluaran kas untuk pelunasan utang bunga tsb, fungsi akuntansi
PPKD mencatat dengan jurnal :
Utang Bunga xxx
Kas di Kas Daerah xxx
Belanja Bunga xxx
Estimasi Perubahan SAL xxx
b. Beban Subsidi
Berdasarkan tagihan dari penerimaan yg telah melaksanakan prestasi sesuai persyaratan
pemberian subsidi, fungsi akuntansi PPKD menyiapkan bukti memorial terkait
pengakuan beban subsidi. Setelah diotorisasi oleh PPKD, bukti memorial tsb menjadi
dasar bagi fungsi akuntansi PPKD mencatat dengan jurnal :
Beban Subsidi xxx
Utang Belanja Subsidi xxx
Selanjutnya dilaksanakan proses penantausahaan untuk pembayaran beban subsidi tsb
mulai dari pengajuan SPP, pembuatan SPM hingga penerbitan SP2D. Berdasarkan SP2D
pengeluaran kas untuk pelunasan utang subsidi tsb, fungsi akuntansi PPKD mencatat
jurnal :
Utang Belanja Subsidi xxx
Kas di Kas Daerah xxx
Belanja Subsidi xxx
Estimasi Perubahan SAL XXX
c. Beban Hibah
Adapun pengakuan beban hibah, fungsi akuntansi PPKD mencatat dengan jurnal :
Beban Hibah xxx
Kas di Kas Daerah xxx
Belanja Hibah xxx
Estimasi Perubahan SAL xxx
d. Beban Bantuan Sosial
Berdasarkan SP2D pembayaran beban bantuan social tsb, fungsi akuntansi PPKD
mencatat jurnal :
Beban Bantuan Sosial xxx
Kas di Kas Daerah xxx
Belanja Bantuan Sosial xxx
Estimasi Perubahan SAL XXX
e. Beban Transfer
Fungsi akuntansi PPKD mencatat dengan jurnal :
Beban Transfer xxx
Kas di Kas Daerah xxx
Transfer xxx
Estimasi Perubahan SAL XXX

PROSEDUR AKUNTANSI BELANJA DAN BEBAN SKPD


Berikut fungsi-fungsi yg terkait dengan prosedur akuntansi belanja dan beban SKPD
menurut Permendagri No. 64 Tahun 2013 :
a. Kuasa Bendahara Umum Daerah (BUD)
b. Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK-SKPD)
c. Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran
Dalam prosedur pembayaran, belanja dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
a. Belanja Uang Persediaan (UP)/Pergantia Uang (GU)/Tambahan Uang (TU)
b. Belanja Langsung (belanja LS), Belanja langsung dikelompokkan menjadi
belanja langsung gaji dan belanja langsung nongaji

 Belanja Uang Persediaan (UP) / Pergantian Uang (GU) / Tambahan Uang


(TU)
Berikut fungsi yg terkait dengan prosedur akuntansi pengeluaran kas untuk penyedia
Uang Persediaan (UP) :
a. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan
b. Bendahara Pengeluaran/Pembantu Bendahara Pengeluaran
c. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD
d. Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran
e. Bendahara Umum Daerah/Kuasa Bendahara Umum Daerah
Berikut dokumen yg digunakan dalam prosedur akuntansi pengeluaran kas untuk
penyedia Uang Persediaan (UP) :
1. Surat Penyedia Dana (SPD)
2. Surat Permintaan Pembayaran Uang Persediaan (SPP-UP)
3. Surat Permintaan Pembayaran Tambahan Uang Persediaan (SPP-TU)
4. Surat Perintah Membayar Uang Persediaan (SPM-UP)
5. Surat Perintah Membayar Tambahan Uang Persediaan (SPM-TU)
6. Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D)
7. Bukti Transfer
8. Nota Debit Bank
9. Buku Junral Pengeluaran Kas
10. Buku Besar
11. Buku Besar Pembantu
Adapun dokumen yg digunakan dalam prosedur akuntansi pengeluaran kas untuk
penggantian UP sedikit berbeda dengan dokumen untuk prosedur akuntansi pengeluaran
kas untuk UP dan TU. Berikut merupakan dokumen pergantian UP :
1. Surat Penyediaan Dana (SPD)
2. Surat Permintaan Pembayaran Ganti Uang Persediaan (SPP-GU)
3. Surat Pengesahan Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran (SPP-
Belanja)
4. Surat Perintah Membayar Ganti Uang Persediaan (SPM-GU)
5. Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D)
6. Nota Debit Bank
7. Bukti Transfer
8. Buku Jurnal
9. Buku Besar
10. Buku Besar Pembantu
Jurnal atas transaksi yg dimaksudkan berdasarkan Permendagri No.64 Tahun 2013 :
a. Belanja dan Beban Pegawai
Laporan Operasional :
Beban Pegawai-LO xxx
Kas di Bendahara Pengeluaran xxx
Laporan Realisasi Anggaran :
Belanja Pegawai xxx
Estimasi Perubahan SAL xxx
b. Belanja dan Beban Barang dan Jasa
Laporan Operasional :
Beban Barang dan Jasa xxx
Kas di Bendahara Pengeluaran xxx
Sedangkan untuk pengadaan barang dan jasa berupa belana bahan habis pakai,
belanja/material, fungsi akuntansi SKPD mencatat dengan jurnal :
Laporan Operasional :
Beban Persediaan xxx
Kas di Bendahara Pengeluaran xxx
Laporan Realisasi Anggaran :
Belanja Barang dan Jasa xxx
Estimasi Perubahan SAL xxx
c. belanja Modal dan Pembelian Aset Tetap
Laporan Operasional :
Aset Tetap xxx
Belanja Modal xxx
Laporan Realisasi Anggaran :
Belanja Modal xxx
Estimasi Perubahan SAL xxx
 Penerimaan SP2D GU
Pengajuan ganti uang persediaan dilakukan berdasarlan SP2D-GU. Fungsi akuntansi
PPKD mencatat dengan jurnal :
Laporan Operasional :
R/K SKPD xxx
Kas di Kas Daerah xxx
Laporan Realisasi Anggaran :
Tidak Ada Jurnal
Fungsi akuntansi SKPD mencatat dengan jurnal :
Laporan Operasional :
kas di Bendahara Pengeluaran xxx
R/K PPKD xxx
Laporan Realisasi Anggaran :
Tidak Ada Jurnal

 Belanja Langsung
Berikut fungsi yg terkait dengan prosedur akuntansi pengeluaran kas untuk pembayaran
langsung kepada pihak ketiga :
a. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan
b. Bendahara Pengeluaran/Pembantu Bendahara Pengeluaran
c. Pejabat Pentausahaan Keuangan SKPD
d. Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran
e. Bendahara Umum Daerah/Kuasa Bendahara Umum Daerah
Adapun dokumen yg digunakan dalam prosedur akuntansi belanja langsung :
1. Surat Penyediaan Dana (SPD)
2. Surat Permintaan Pembayaran Ganti Uang Persediaan (SPP-GU)
3. Surat Pengesahan Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran (SPP-
Belanja)
4. Surat Perintah Membayar Ganti Uang Persediaan (SPM-GU)
5. Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D)
6. Bukti Transfer
7. Buku Jurnal
8. Buku Besar
9. Buku Besar Pembantu
a. Belanja dan Beban Pegawai
Berdasarkan Permendagri No. 64 Tahun 2013, pengakuan beban pegawai yg
menggunakan mekanisme LS dilakukan berdasarkan SP2D-LS, SP2D-LS ini menjadi
dasar bagi SKPD untuk mencatat dengan jurnal :
Laporan Operasional :
Beban Pegawai-LO xxx
R/K PPKD xxx
Laporan Realisasi Anggaran :
Belanja Pegawai xxx
Estimasi Perubahan SAL xxx
KOREKSI BELANJA DAN BEBAN
Koreksi beban dapat disebabkan atas beberapa kemungkinan, yaitu :
a. Kesalahan klasifikasi belanja/beban
b. Kesalahan pencatatan nilai belanja/beban
c. Pengembalian belanja/beban
Berdasarkan PSAP No.10 Paragraf 8-10, kesalahan bila ditinjau dari sifat kejadian
dikelompokkan dalam 2 jenis :
1. Kesalahan Tidak Berulang
Adalah kesalahan yg diharapkan tidak akan terjadi kembali, dikelompokkan menjadi :
a. Kesalahan tidak berulang yg terjadi pada periode berjalan
b. Kesalahan tidak berulang yg terjadi pada periode sebelumnya
2. Kesalahan Berulang dan Sistematik
Adalah kesalahan yg disebabkan sifat alamiah (normal) dari jenis-jenis transaksi tertentu
yg diperkirakan akan terjadi secara berulang.
Koreksi atas Belanja
Jenis Terjadi di Tahun Terjadi di Tahun
Sebelumnya yang Sama
kesalahan Tidak dilakukan jurnal koreksi Dilakukan koreksi ke kode
klasifikasi belanja yg sesuai
Kesalahan Dilakukan koreksi ke Saldo Dilakukan koreksi atas
pencatatan nilai Anggaran Lebih kekurangan/kelebihan
belanja jumlah ke kode rekening yg
terkait
Pengembalian Dicatat sebagai lain-lain PAD yg Dicatat sebagai pengurang
belanja sah belanja
Koreksi atas Beban
Jenis Terjadi di Tahun Terjadi di Tahun
Sebelumnya yang Sama
kesalahan Tidak dilakukan jurnal koreksi Dilakukan koreksi ke kode
klasifikasi beban yg sesuai
Kesalahan Dilakukan koreksi ke ekuitas Dilakuka koreksi atas
pencatatan nilai kekurangan/kelebihan
belanja jumlah kode rekening yg
terkait
Pengembalian Dilakukan koreksi ke ekuitas Dicatat sebagai pengurang
belanja beban

Anda mungkin juga menyukai