Anda di halaman 1dari 10

RESUME AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH

BAB 1 : GAMBARAN UMUM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH

Dosen Pengampu : Nanda Wahyu Indah Kirana, SE., M.Ak.

Disusun Oleh :
KELOMPOK 4
ANGELIA NUKE P 18013010077
HILYATI NURUL S 18013010217
VERONICA ANGGUN P 18013010225
ANANDA RIANA W 18013010228

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIOANAL “VETERAN” JAWA TIMUR


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN AKUNTANSI
2021
A. PENGERTIAN AKUNTANSI
Ada beberapa definisi dan pengertian akuntansi dari beberapa sudut padang
yang berbeda. Menurut American Accounting Association (1996) akuntansi adalah
suatu proses pengidentifikasia, pengkuran, pencatatan dan pelaporan transaksi
ekonomi (keuangan) dari suatu organisasi / entitasyang dijadikan sebagai informasi
dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak-pihak yang memerlukan.
Abdul Halim dan Muhammad Syam Kusufi (2014) juga mengutip pengertian
akuntansi menurut Accounting Principles Board (1970), yang mana akuntansi
merupakan suatu kegiatan jasa yang fungsinya menyediakan informasi kuantitatif,
terutama yang bersifat keuangan tentang entitas ekonomi yang dimaksudkan agar
berguna dalam pengambilan keputusan ekonomis.
Sementara, PP No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
akuntansi sebagai transaksi da kejadian keuangan, serta penginterpretasian atas
hasilnya.
Dari ketiga definisi tersebut, maka dapat dilihat dari 2 (dua) sudu pandang :
1. Fungsi kegunaan
Akuntansi merupakan aktivitas jasa yang berfungsi memberikan informasi
kuantitatif mengenai kesatuan-kesatuan ekonomi terutama yang bersifat
keuangan yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan.
2. Proses kegiatan
Mengklasifikasikan, dan mengikhtisarkan transaksi-transaksi kejadian yang
sekurang-kurangnya atau sebagian bersifat keuangan dengan cara
menginterpretasikan hasil-hasilnya.

B. KEDUDUKAN AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH


Seperti yang dikutip Abdul Halim dan Muhammad Syam Kusufi dalam Akuntansi Sektor
Publik, akuntansi terdiri atas 3 (tiga) bidang utama :
1. Akuntansi Komersil / Perusahaan (Commercial Accounting)
Data akuntansi digunakan untuk memberikan informasi keuangan kepada
manajemen, pemilik modal, penanam modal, kreditur dan pihak-pihak lain yang
berkepentingan dengan perusahaan.
2. Akuntansi Sektor Publik
Akuntansi yang digunakan untuk mencatat peristiwa ekonomi pada organisasi
nonprofit atau nirlaba. Secara sederhana ini banyak dipakai oleh organisasi
sector publik. Akuntansi Sektor Publik dibedakan atas :
a. Akuntansi Pemerintahan (Governmental Accounting)
Data akuntansi digunakan untuk memberikan informasi mengenai transaksi
ekonomi dan keuangan pemerintah kepada pihak eksekutif, legislatif,
yudikatif, dan masyarakat.
b. Akuntansi Sosial (Social Accounting)
Bidang akuntansi khusus untuk diterapkan pada lembaga, dalam artian
makro yang melayani perekonomian nasional. Akuntansi sosial adalah
akuntansi yang digunakan untuk mencatat peristiwa ekonomi pada organisasi
nonprofit atau nirlaba. Sederhananya akuntansi sosial ini banyak dipakai oeh
organisasi sektor publik.

C. SISTEM PENCATATAN
Menurut abdul Halim dan Muhammad Syam Kusufi dalam Akuntansi Keuangan
Daerah (2014), akuntansi keuangan daerah merupakan salah satu jenis akuntansi,
maka didalam akuntansi keuangan daerah juga terdapat proses pengidentifikasi,
pengukuran, pencatatan, dan pelaporan transaksi – transaksi keuangan ekonomi yang
terjadi dipemerintah daerah.
Beberapa sistem yang digunakan:
1. sistem pencatatan single entry.
Sistem pencatatan single entry sering disebut juga dengan sistem tata buku
tunggal. Pencatatan ekonomi dilakukan dengan mencatat satu kali. Transaksi yang
berakibat bertambahnya kas di sisi penerimaan, sedangkan transaksi yang berakibat
berkurangnya kas akan dicatat di sisi pengeluaran didalam buku kas umum (BKU).
Kelebihan Sistem ini sederhana dan mudah. Kelemahan sistem ini susah mencari
kesalahan dalam transaksi pembukuan.
2. sistem pencatatan double entry.
Sistem pencatatan double entry sering disebut juga dengan sistem tata buku
berpasangan. Suatu transaksi ekonomi akan dicatat dua kali, dalam artian setiap
transaksi minimal akan memengaruhi dua perkiraan, satu di sisi debit dan satu di sisi
kredit. Sisi debit ada disebelah kiri, sedangkan disisi kredit ada disisi sebelah kanan.
Setai transaksi harus melaksanakan menjaga keseimbangan antara debit dan kredit.
3. sistem pencatatan triple entry.
Sistem pencatatan triple entry adalah sistem pencatatan yang menggunakan double
entry ditambah dengan pencatatan pada buku anggran. Buku anggrakan itu pencatatan
pada buku anggran yang telah sesuai dengan pencatatan pada double entry. Maka,
dapat dilihat sisa anggran untuk masing – masing komponen yang ada di anggaran
pendapatan belanja daerah (APBD).
D. SIKLUS AKUNTANSI
Menurut Abdul Halim dan Muhammad Syam Kusufi dalam Akuntansi Keuangan
Daerah (2014), akuntansi adalah suatu sistem. Suatu sistem mengolah input (masukan)
dan menjadi output (keluaran). Input sistem akuntansi adalah bukti-bukti transaksi
dalam bentuk dokumen atau formulir. Output-nya adalah laporan keuangan.Dalam
konteks akuntansi keuangan daerah terdapat sistem akuntansi keuangan daerah.
Sistem akuntansi keuangan daerah menurut peraturan yang lama (Kepmendagri No. 29
Tahun 2002) adalah sistem akuntansi yang meliputi proses pencatatan, penggolongan,
penafsiran, peringkasan transaksi atau kejadian keuangan serta pelaporan keuangan
dalam rangka pelaksanaan APBD, dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip
akuntansi yang berterima umum. Dalam sistem akuntansi keuangan daerah, contoh
input-nya adalah bukti memorial, Surat Tanda Setoran, atau Surat Perintah Pencairan
Dana Langsung (SP2D-LS). Sementara contoh output-nya adalah laporan realisasi
anggaran, laporan perubahan SAL, neraca, laporan operasional, laporan perubahan
ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan (PP No. 71 Tahun 2010
tentang Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan, Paragraf 28).
System akuntansi diatas dapat dijelaskan secara rinci melalui siklus akuntansi, yaitu
tahap-tahap yang terdapat dalam system akuntansi, seperti (Sugiri, 2001: 13) :
1.      Mendokumentasikan transaksi keuangan dalam bukti dan melakukan analisis
transaksi keuangan tersebut.
2.      Mencatat transaksi keuangan dalam buku jurnal, tahapan ini disebut menjurnal.
3.      Meringkas, dalam buku besar, transaksi-transaksi keuangan yang sudah dijurnal.
Tahapan ini disebut posting atau mengakunkan.
4.      Menentukan saldo-saldo buku besar diakhir periode dan menuangkannya dalam
neraca saldo.
5.      Menyesuaikan buku besar berdasarkan pada informasi yang paling up-to-date
(mutakir)
6.      Menentukan saldo-saldo buku besar setelah penyesuaian dan menuangkannya
dalam neraca saldo setelah penyesuaian (NSSP).
7.      Menyusun laporan keuangan berdasarkan pada NSSP.
8.      Menutup buku besar.
9.      Menentukan saldo-saldo buku besar dan menuangkannya dalam neraca saldo
setelah tutup buku.
E. ASUMSI DASAR
Berdasarkan PP No. 71 Tahun 2010 tentang Kerangka Konseptual Akuntansi
Pemerintahan, asumsi dasar dalam pelaporan keuangan di lingkungan pemerintah
adalah anggapan yang diterima sebagai suatu kebenaran tanpa perlu dibuktikan agar
standar akuntansi dapat diterapkan, yang terdiri dari:
1. Asumsi kemandirian entitas.
Asumsi kemandirian entitas, berarti bahwa setiap unit organisasi
merupakan unit yang mandiri dan mempunyai kewajiban untuk menyajikan
laporan keuangan, sehingga tidak terjadi kekacauan antar-unit instansi
pemerintah dalam pelaporan keuangan.
2. Asumsi kesinambungan entitas.
Laporan keuangan dicatat dengan asumsi bahwa laporan pelaporan akan
tetap ada. Dengan demikian, pemerintah diasumsikan tidak melakukan likuidasi
atas entitas pelaporan jangka pendek.
3. Asumsi keterukuran dalam suatu uang.
Laporan keuangan entitas pelaporan harus menyajikan setiap kegiatan
yang diasumsikan dapat dibaca dengan satuan uang. Hal ini diperlukan agar
mendukung analisis dan pengukuran dalam akuntansi.

F. KARAKTERISTIK KUALITATIF LAPORAN KEUANGAN


PP No. 71 Tahun 2010 tentang Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan,
menyebutkan bahwa kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang
perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi, sehingga dapat memenuhi isi. Keempat
perbatasan berikut merupakan prasyarat normatif yang diperlukan agar laporan
keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki.
Relevan
Laporan keuangan yang relevan dan relevan informasi yang termuat di dalamnya
dapat mempengaruhi keputusan pengguna yang membantu mereka peristiwa masa lalu
atau masa kini, dan memprediksi masa depan, serta mengoreksi atau mengoreksi hasil
evaluasi di masa lalu. Dengan demikian, informasi laporan keuangan yang relevan
dapat digunakan dengan maksud penggunaan.
Informasi yang relevan:
1. Memiliki manfaat umpan balik.
Informasi yang memungkinkan pengguna untuk mengoreksi atau mengoreksi
mereka di masa lalu.
2. Memiliki manfaat prediktif.
Informasi dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa yang akan
datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini.
3. Tepat waktu
Informasi disajikan tepat waktu, sehingga dapat berpengaruh dan berguna dalam
pengambilan keputusan.
4. Lengkap
Informasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan selengkap munglkin,
mencakup semua informasi akuntansi yang dapat mengambil keputusan
keputusan yang memperhatikan yang ada. Informasi yang melatarbelakangi
setiap butir informasi utama yang termuat dalam laporan keuangan bisnis
dengan jelas agar kekeliruan dalam penggunaan informasi tersebut dapat
dicegah.
Andal
Informasi dalam laporan keuangan bebas dari kesalahan yang menyesatkan dan
kesalahan, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat. Informasi yang
relevan, tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka
penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Informasi
yang andal memenuhi:
1. Penyajian jujur.
2. Dapat diverifikasi.
3. Netralitas
Dalam PP No. 71 Tahun 2010 tentang Kerangka Konseptual Akuntansi
Pemerintahan, Paragraf 56-59 bahwa informasi akuntansi dan laporan keuangan
adalah setiap keadaan yang tidak mendukung terwujudnya kondisi yang ideal dalam
mewujudkan informasi akuntansi dan laporan keuangan yang relevan dan dan karena
keterbatasan (batasan) ) atau karena alasan-alasan kepraktisan.
Tiga hal yang menimbulkan kendala informasi akuntansi dan laporan keuangan
pemerintah, yaiitu:
1. Materialitas
laporan keuangan pemerinta hanya diharuskan memuat informasi yang
memenuhi kriteria materjalita Informasi yang wajib diisi dengan materi yang
diperlukan untuk mengukur kesalahan dalam catatan informasi tersebut dapat
memengaruhi keputwan ekonomi pengguna yang diambil atas dasar laporan
keuangan.
2. Pertimbangan biaya dan manfaat
Manfaat yang dihasilkan informasi seharusnya melebihi penyusunannya
karena itu, laporan keuangan pemerintah tidak semestinya menyajikan segala
informasi yang manfaatnya lebih kecil dari biaya penyusunannya. Namun
demikian, evaluasi biaya dan manfaat merupakan proses pertimbangan yang
substansial.
3. Keseimbangan Antarkarakteristik Kualitatif
Keseimbangan antarkarakteristik kualitatif diperlukan untuk mencapai
keseimbangan yang tepat di antara berbagai tujuan normatif yang dipenuhi oleh
laporan keuangan pemerintah.
Dapat Dibandingkan
Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika dapat
dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan
pelaporan lain pada umumnya. Perbandingan dapat dilakukan secara internal dan
eksternal. Analisis secara internal dapat dilakukan bila suatu entitas menerapkan
kebijakan akuntansi yang sama dari tahun ke tahun. Perbandingan secara eksternal
dapat dilakukan jika entitas yang diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi
yang sama.
Dapat Dipahami
Informasi yang disajikan laporan keuangan dapat diterapkan oleh pengguna dan
dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman
pengguna. Untuk itu, pengguna yang mengasumsikan pengetahuan yang memadai
atas kegiatan dan lingkungan operasi pelaporan, serta adanya kemauan pengguna
untuk mempelajari informasi yang dimaksud.

G. BASIS AKUNTANSI
1. Akuntansi Berbasis Kas (Cash Based Accounting)
Akuntansi berbasis kas adalah basis akuntansi yg mengakui pengaruh
transaksi dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau
dibayarkan. Dimana focus pengukurannya pada saldo kas dan perubahan saldo
kas, dengan cara membedakan antara kas yg diterima dan kas yg dikeluarkan.
2. Akuntansi Berbasis Kas menuju Akrual (Cash Toward Accrual Based
Accounting)
Basis ini merupakan basis proses transisi. Dengan basis ini, pendapatan
belanja, dan pembayaran dicatatat berdasarkan basis akrual .
3. Akuntansi Berbasis Akrual (Accrual Basis Accounting)
Akuntansi berbasis akrual adalah basis akuntansi yg mengakui pengaruh
transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi,
tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar. Dimana
focus sistem akuntansi ini ada pada pengukuran sumber daya ekonomis dan
perubahan daya pada suatu entitas.
H. PRINSIP AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN
Prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan dimaksudkan sebagai ketentuan yg
dipahami dan ditaati oleh pembuat standar dalam penyusunan standar
akuntansi. Berikut adalah 7 prinsip yg digunakan dalam akuntansi dan pelaporan
keuangan daerah :

1. Prinsip Nilai Historis


Dalam prinsip ini asset dicatat sebesar pegeluaran kas dan setara kas yg
dibayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration) untuk memperoleh
asset tsb pada saat perolehan. Kewajiban dicatat sebesar jumlah kas dan setara
kas yg diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewjiban dimasa yg akan
datang dalam pelaksaan kegiatan pemerintah. Nilai historis lebih dapat
diandalkan daripada penilaian yg lain karena lebih objektif dan dapat diverifikasi.
2. Prinsip Realisasi
Bagi pemerintah, pendapatan yg tersedia yg telah diotorisasikan melalui
anggaran pemerintah selama suatu tahun diskal akan digunakan untuk
membayar utang dan belanja dalam periode tsb. Prinsip layak temu biaya-
pendapatan (matching-cost against revenue principle) dalam akuntansi
pemerintah tidak mendapat penekanan sebagaimana dipraktikkan dalam
akuntansi komersial.
3. Prinsip Substansi Mengungguli Bentuk Formal (Substance Over Form)
Informasi dimaksudkan untuk menyajikan dgn wajar transaksi serta
peristiwa lain yg seharusnya disajikan, maka transaksi atas peristiwa lain tsb
perlu dicatatat dan disajika dengan substansi dan realitas ekonomi dan bukan
hanya aspek formalitasnya.
4. Prinsip Periodisitas
Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan entitas pelaporan perlu
dibagi menjadi periode-periode pelaporan, sehingga kinerja entitas dapat diukur
dan posisi sumber daya yg dimilikinya dapat ditentukan. Dimana periode
utamanya yg digunakan adalah tahunan namun periode bulanan, triwulanan, dan
semesteran juga dianjurkan.
5. Prinsip Konsistensi
Dalam prinsip ini perlakuan akuntansi yg sama diterapkan pada kejadian
yg serupa dari period eke periode oleh suatu pelaporan (prinsip konsistensi
internal).
6. Prinsip Pengungkapan Lengkap
Dalam prinsip ini laporan keuangan menyajikan secara lengkap informasi
yg dibutuhkan oleh pengguna. Informasi yg dibutuhkan oleh pengguna laporan
keuangan dapat ditempatkan pada lembar muka (on the face) laporan keuangan
atau catatan atas laporan keuangan.
7. Prinsip Penyajian Wajar
Dalam prinsip ini laporan keuangan menyajikan dengan wajar laporan
realisasi anggaran neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.
Dalam rangka penyajian secara wajar, maka factor pertibangan sehat bagi
penyusun laporan keuangan diperlukan ketika mengadapi ketidakpastian
peristiwa dan keadaan tertentu.

Anda mungkin juga menyukai