Disusun Oleh :
KELOMPOK 4
ANGELIA NUKE P 18013010077
HILYATI NURUL S 18013010217
VERONICA ANGGUN P 18013010225
ANANDA RIANA W 18013010228
C. SISTEM PENCATATAN
Menurut abdul Halim dan Muhammad Syam Kusufi dalam Akuntansi Keuangan
Daerah (2014), akuntansi keuangan daerah merupakan salah satu jenis akuntansi,
maka didalam akuntansi keuangan daerah juga terdapat proses pengidentifikasi,
pengukuran, pencatatan, dan pelaporan transaksi – transaksi keuangan ekonomi yang
terjadi dipemerintah daerah.
Beberapa sistem yang digunakan:
1. sistem pencatatan single entry.
Sistem pencatatan single entry sering disebut juga dengan sistem tata buku
tunggal. Pencatatan ekonomi dilakukan dengan mencatat satu kali. Transaksi yang
berakibat bertambahnya kas di sisi penerimaan, sedangkan transaksi yang berakibat
berkurangnya kas akan dicatat di sisi pengeluaran didalam buku kas umum (BKU).
Kelebihan Sistem ini sederhana dan mudah. Kelemahan sistem ini susah mencari
kesalahan dalam transaksi pembukuan.
2. sistem pencatatan double entry.
Sistem pencatatan double entry sering disebut juga dengan sistem tata buku
berpasangan. Suatu transaksi ekonomi akan dicatat dua kali, dalam artian setiap
transaksi minimal akan memengaruhi dua perkiraan, satu di sisi debit dan satu di sisi
kredit. Sisi debit ada disebelah kiri, sedangkan disisi kredit ada disisi sebelah kanan.
Setai transaksi harus melaksanakan menjaga keseimbangan antara debit dan kredit.
3. sistem pencatatan triple entry.
Sistem pencatatan triple entry adalah sistem pencatatan yang menggunakan double
entry ditambah dengan pencatatan pada buku anggran. Buku anggrakan itu pencatatan
pada buku anggran yang telah sesuai dengan pencatatan pada double entry. Maka,
dapat dilihat sisa anggran untuk masing – masing komponen yang ada di anggaran
pendapatan belanja daerah (APBD).
D. SIKLUS AKUNTANSI
Menurut Abdul Halim dan Muhammad Syam Kusufi dalam Akuntansi Keuangan
Daerah (2014), akuntansi adalah suatu sistem. Suatu sistem mengolah input (masukan)
dan menjadi output (keluaran). Input sistem akuntansi adalah bukti-bukti transaksi
dalam bentuk dokumen atau formulir. Output-nya adalah laporan keuangan.Dalam
konteks akuntansi keuangan daerah terdapat sistem akuntansi keuangan daerah.
Sistem akuntansi keuangan daerah menurut peraturan yang lama (Kepmendagri No. 29
Tahun 2002) adalah sistem akuntansi yang meliputi proses pencatatan, penggolongan,
penafsiran, peringkasan transaksi atau kejadian keuangan serta pelaporan keuangan
dalam rangka pelaksanaan APBD, dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip
akuntansi yang berterima umum. Dalam sistem akuntansi keuangan daerah, contoh
input-nya adalah bukti memorial, Surat Tanda Setoran, atau Surat Perintah Pencairan
Dana Langsung (SP2D-LS). Sementara contoh output-nya adalah laporan realisasi
anggaran, laporan perubahan SAL, neraca, laporan operasional, laporan perubahan
ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan (PP No. 71 Tahun 2010
tentang Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan, Paragraf 28).
System akuntansi diatas dapat dijelaskan secara rinci melalui siklus akuntansi, yaitu
tahap-tahap yang terdapat dalam system akuntansi, seperti (Sugiri, 2001: 13) :
1. Mendokumentasikan transaksi keuangan dalam bukti dan melakukan analisis
transaksi keuangan tersebut.
2. Mencatat transaksi keuangan dalam buku jurnal, tahapan ini disebut menjurnal.
3. Meringkas, dalam buku besar, transaksi-transaksi keuangan yang sudah dijurnal.
Tahapan ini disebut posting atau mengakunkan.
4. Menentukan saldo-saldo buku besar diakhir periode dan menuangkannya dalam
neraca saldo.
5. Menyesuaikan buku besar berdasarkan pada informasi yang paling up-to-date
(mutakir)
6. Menentukan saldo-saldo buku besar setelah penyesuaian dan menuangkannya
dalam neraca saldo setelah penyesuaian (NSSP).
7. Menyusun laporan keuangan berdasarkan pada NSSP.
8. Menutup buku besar.
9. Menentukan saldo-saldo buku besar dan menuangkannya dalam neraca saldo
setelah tutup buku.
E. ASUMSI DASAR
Berdasarkan PP No. 71 Tahun 2010 tentang Kerangka Konseptual Akuntansi
Pemerintahan, asumsi dasar dalam pelaporan keuangan di lingkungan pemerintah
adalah anggapan yang diterima sebagai suatu kebenaran tanpa perlu dibuktikan agar
standar akuntansi dapat diterapkan, yang terdiri dari:
1. Asumsi kemandirian entitas.
Asumsi kemandirian entitas, berarti bahwa setiap unit organisasi
merupakan unit yang mandiri dan mempunyai kewajiban untuk menyajikan
laporan keuangan, sehingga tidak terjadi kekacauan antar-unit instansi
pemerintah dalam pelaporan keuangan.
2. Asumsi kesinambungan entitas.
Laporan keuangan dicatat dengan asumsi bahwa laporan pelaporan akan
tetap ada. Dengan demikian, pemerintah diasumsikan tidak melakukan likuidasi
atas entitas pelaporan jangka pendek.
3. Asumsi keterukuran dalam suatu uang.
Laporan keuangan entitas pelaporan harus menyajikan setiap kegiatan
yang diasumsikan dapat dibaca dengan satuan uang. Hal ini diperlukan agar
mendukung analisis dan pengukuran dalam akuntansi.
G. BASIS AKUNTANSI
1. Akuntansi Berbasis Kas (Cash Based Accounting)
Akuntansi berbasis kas adalah basis akuntansi yg mengakui pengaruh
transaksi dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau
dibayarkan. Dimana focus pengukurannya pada saldo kas dan perubahan saldo
kas, dengan cara membedakan antara kas yg diterima dan kas yg dikeluarkan.
2. Akuntansi Berbasis Kas menuju Akrual (Cash Toward Accrual Based
Accounting)
Basis ini merupakan basis proses transisi. Dengan basis ini, pendapatan
belanja, dan pembayaran dicatatat berdasarkan basis akrual .
3. Akuntansi Berbasis Akrual (Accrual Basis Accounting)
Akuntansi berbasis akrual adalah basis akuntansi yg mengakui pengaruh
transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi,
tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar. Dimana
focus sistem akuntansi ini ada pada pengukuran sumber daya ekonomis dan
perubahan daya pada suatu entitas.
H. PRINSIP AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN
Prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan dimaksudkan sebagai ketentuan yg
dipahami dan ditaati oleh pembuat standar dalam penyusunan standar
akuntansi. Berikut adalah 7 prinsip yg digunakan dalam akuntansi dan pelaporan
keuangan daerah :