Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MATA KULIAH KETERAMPILAN DASAR KLINIK KEBIDANAN

“ASUHAN PADA PASIEN PRE DAN PASCA BEDAH PADA KASUS


KEBIDANAN”

Disusun oleh :

Rania Aufa (P27824119036)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN

SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA

JURUSAN KEBIDANAN

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN SUTOMO

TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas dari mata kuliah Keterampilan Dasar
Klinik Kebidanan dengan judul “Asuhan pada Pasien Pre dan Pasca Bedah Pada
Kasus Kebidanan”. Sholawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada
baginda tercinta yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’atnya di
akhirat.

Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk


menyelesaikan makalah ini dengan baik. Untuk itu dalam kesempatan ini, penulis
mengucapkan terima kasih kepada :

1. Astuti Setiyani, SST., M.Kes., selaku ketua Jurusan Kebidanan


Poltekkes Kemenkes Surabaya.
2. Dwi Wahyu Wulan S, SST., M.Keb., selaku ketua Prodi D3 Kebidanan
kampus Surabaya Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya.
3. Novita Eka KW, SST, M.Keb, selaku dosen pengajar keterampilan
dasar klinik kebidanan kampus Surabaya Politeknik Kesehatan
Kemenkes Surabaya.
4. Seluruh pihak yang turut membantu dan kerjasama dalam
menyelesaikan makalah ini.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, agar menjadi
makalah yang baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Surabaya, 28 Maret 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Tujuan.......................................................................................................2

1.3 Manfaat.....................................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN..........................................................................................3

2.1 Pengertian Pre Operasi dan Post Operasi..................................................3

2.2 Persiapan Pre Operasi...............................................................................3

2.2.1 Persiapan Fisik...................................................................................3

2.2.2 Persiapan Psikososial.........................................................................6

2.2.3 Persiapan Administrasi......................................................................7

2.3 Perawatan Post Operasi.............................................................................8

2.3.1 Faktor yang Berpengaruh Post Operasi.............................................9

2.3.2 Tindakan...........................................................................................10

2.4 Jenis-Jenis Pembedahan..........................................................................11

2.5 Jenis-Jenis Anestesi.................................................................................12

BAB 3 PENUTUP.................................................................................................14

3.1 Kesimpulan...................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi


hapir semua pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan
membahayakan bagi pasien. Maka tak heran jika seringkali pasien dan
keluarganya menunjukkan sikap yang agak berlebihan dengan kecemasan yang
mereka alami. Kecemasan yang mereka alami biasanya terkait dengan segala
macam prosedur asing yang harus dijalani pasien dan juga ancaman terhadap
keselamatan jiwa akibat segala macam prosedur pembedahan dan tindakan
pembiusan. Perawat dan bidan mempunyai peranan yang sangat penting dalam
setiap tindakan pembedahan baik pada masa sebelum, selama maupun setelah
operasi. Intervensi keperawatan yang tepat diperlukan untuk mempersiapkan klien
baik secara fisik maupun psikis. Tingkat keberhasilan pembedahan sangat
tergantung pada setiap tahapan yang dialami dan saling ketergantungan antara tim
kesehatan yang terkait (dokter bedah, dokter anestesi, perawat/bidan) di samping
peranan pasien yang kooperatif selama proses perioperatif.
Ada tiga faktor penting yang terkait dalam pembedahan, yaitu penyakit
pasien, jenis pembedahan yang dilakukan dan pasien sendiri. Dari ketiga faktor
tersebut faktor pasien merupakan hal yang paling penting, karena bagi penyakit
tersebut tidakan pembedahan adalah hal yang baik/benar. Tetapi bagi pasien
sendiri pembedahan mungkin merupakan hal yang paling mengerikan yang
pernah mereka alami. Mengingat hal tersebut diatas, maka sangatlah penting
untuk melibatkan pasien dalam setiap langkah – langkah perioperatif. Tindakan
perioperatif yang berkesinambungan dan tepat akan sangat berpengaruh terhadap
suksesnya pembedahan dan kesembuhan pasien.

1
2

1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum :
Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui dan memahami keterampilan
dasar klinik kebidanan tentang asuhan pada pasien pre dan pasca bedah pada
kasus kebidanan.

b. Tujuan Khusus :
1. Untuk mengetahui pengertian pre operasi dan post operasi.
2. Untuk mengetahui persiapan pre operasi.
3. Untuk mengetahui perawatan post operasi.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis pembedahan.
5. Untuk mengetahui jenis-jenis anestesi.

1.3 Manfaat
a. Manfaat Umum :

Manfaat dari penyusunan makalah ini, yaitu memberikan informasi kepada


mahasiswa dan pembaca untuk memahami keterampilan dasar klinik kebidanan
tentang asuhan pada pasien pre dan pasca bedah pada kasus kebidanan dalam
masyarakat.

b. Manfaat khusus :
1. Agar dapat memahami pengertian pre operasi dan post operasi.
2. Agar dapat memahami persiapan pre operasi.
3. Agar dapat memahami perawatan post operasi.
4. Agar dapat memahami jenis-jenis pembedahan.
5. Agar dapat memahami jenis-jenis anestesi.
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pre Operasi dan Post Operasi

Operasi merupakan tindakan pembedahan pada suatu bagian tubuh


(Smeltzer and Bare, 2002).
Pre operasi adalah fase dimulai ketika keputusan untuk menjalani
operasi atau pembedahan dibuat dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke
meja operasi ( Smeltzer and Bare, 2002 ).
Post Operasi adalah masa setelah dilakukan pembedahan yang dimulai saat
pasien dipindahkan ke ruang pemulihan dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya
(Uliyah & Hidayat, 2008). Tahap pasca-operasi dimulai dari memindahkan pasien
dari ruangan bedah ke unit pasca-operasi dan berakhir saat pasien pulang.

2.2 Persiapan Pre Operasi

Pre operasi (pre bedah) merupakan masa sebelum dilakukannya tindakan


pembedahan, dimulai sejak persiapan pembedahan dan berakhir sampai pasien di
meja bedah.
Hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam tahap pra oprasi adalah persiapan
fisik, psikososial, dan administrasi pasien. Prioritas pada prosedur pembedahan
yang utama adalah inform consent yaitu pernyataan persetujuan klien dan
keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan yang berguna untuk mencegah
ketidaktahuan klien tentang prosedur yang akan dilaksanakan dan juga menjaga
rumah sakit serta petugas kesehatan dari klien dan keluarganya mengenai tindakan
tersebut.

2.2.1 Persiapan Fisik

Persiapan fisik pre operasi yang dialami oleh pasien dibagi dalam 2
tahapan, yaitu persiapan di unit perawatan dan persiapan di ruang operasi.
Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien sebelum
operasi antara lain :

3
4

a. Status kesehatan fisik secara umum


Pemeriksaan status kesehatan secara umum, meliputi identitas
klien, riwayat penyakit seperti kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan
keluarga, pemeriksaan fisik lengkap, antara lain status hemodinamika,
status kardiovaskuler, status pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik,
fungsi endokrin, fungsi imunologi, dan lain-lain. Selain itu pasien
harus istirahat yang cukup, karena dengan istirahat dan tidur yang
cukup pasien tidak akan mengalami stres fisik, tubuh lebih rileks
sehingga bagi pasien yang memiliki riwayat hipertensi, tekanan
darahnya dapat stabil dan bagi pasien wanita tidak akan memicu
terjadinya haid lebih awal.

b. Status nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan
dan berat badan, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan
globulin) dan keseimbangan nitrogen.

c. Keseimbangan cairan dan elektrolit


Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan
input dan output cairan. Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait
erat dengan fungsi ginjal. Dimana ginjal berfungsi mengatur
mekanisme asam basa dan ekskresi metabolit obat-obatan anastesi.
Jika fungsi ginjal baik maka operasi dapat dilakukan dengan baik.
Namun jika ginjal mengalami gangguan seperti oligurianuria,
insufisiensi renal akut, nefritis akut maka operasi harus ditunda
menunggu perbaikan fungsi ginjal. Kecuali pada kasus-kasus yang
mengancam jiwa.

d. Kebersihan lambung dan kolon


Lambung dan kolon harus dibersihkan terlebih dahulu.
Tindakan yang bisa diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan
dan dilakukan tindakan pengosongan lambung dan kolon dengan
5

tindakan enemalavement. Lamanya puasa berkisar antara 7 sampai 8


jam (biasanya puasa dilakukan mulai pukul 24.00 WIB). Tujuan dari
pengosongan lambung dan kolon adalah untuk menghindari aspirasi
(masuknya cairan lambung ke paru-paru) dan menghindari
kontaminasi feses ke area pembedahan sehingga menghindarkan
terjadinya infeksi pasca pembedahan.

e. Pencukuran daerah operasi


Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari
terjadinya infeksi pada daerah yang dilakukan pembedahan karena
rambut yang tidak dicukur dapat menjadi tempat bersembunyi kuman
dan juga mengganggu/menghambat proses penyembuhan dan
perawatan luka.

f. Personal Hygine
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan
operasi, karena tubuh yang kotor dapat merupakan sumber kuman dan
dapat mengakibatkan infeksi pada daerah yang dioperasi. Apabila
masih memungkinkan, klien dianjurkan membersihkan seluruh
badannya sendiri/dibantu keluarga di kamar mandi. Apabila tidak,
maka bidan melakukannya di atas tempat tidur.

g. Pengosongan kandung kemih


Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan
pemasangan kateter. Selain untuk pengongan isi kandung kemih,
tindakan kateterisasi juga diperlukan untuk mengobservasi balance
cairan.

h. Latihan Pra Operasi


Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara
lain latihan nafas dalam, latihan batuk efektif dan latihan gerak sendi.
6

 Latihan nafas dalam bermanfaat untuk memperingan keluhan saat


terjadi sesak nafas, sebagai salah satu teknik relaksasi, dan
memaksimalkan supply oksigen ke jaringan. Cara latihan teknik
nafas dalam yang benar adalah :

o Tarik nafas melalui hidung secara maksimal kemudian


tahan 1-2 detik
o Keluarkan secara perlahan dari mulut
o Lakukanlah 4-5 kali latihan, lakukanlah minimal 3 kali
sehari (pagi, siang, sore)

 Batuk efektif bermanfaat untuk mengeluarkan secret yang


menyumbat jalan nafas. Cara batuk efektif adalah :

o Tarik nafas dalam 4-5 kali


o Pada tarikan selanjutnya nafas ditahan selama 1-2 detik
o Angkat bahu dan dada dilonggarkan serta batukan dengan
kuat
o Lakukan empat kali setiap batuk efektif, frekuensi
disesuaikan dengan kebutuhan
o Perhatikan kondisi klien

 Latihan gerak sendi bermanfaat untuk meningkatkan atau


mempertahankan fleksibilitas dan kekuatan otot, mempertrahankan
fungsi jantung dan pernapasan, serta mencegah kontraktur dan
kekakuan pada sendi. Beberapa jenis gerakan sendi: fleksi,
ekstensi, adduksi, abduksi, oposisi, dll.

2.2.2 Persiapan Psikososial

Pasien yang akan menghadapi pembedahan akan mengalami


berbagai macam jenis prosedur tindakan tertentu dimana akan
7

menimbulkan kecemasan. Cemas atau istilah kesehatan dikenal dengan


anxietas dapat terjadi di semua individu. Core (2005) dalam Asmadi
(2008), cemas dapat menjadikan suatu kekuatan atau motivasi untuk
perubahan dan perkembangan pada individu yang bersangkutan.
Kecemasan pasien pre operasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu usia,
pengalaman pasien menjalani operasi, konsep diri dan peran, tingkat sosial
ekonomi, kondisi medis, akses informasi, proses adaptasi, jenis tindakan
medis dan komunikasi terapeutik (Kaplan & Sudock, 2005). Segala bentuk
prosedur pembedahan selalu didahului dengan suatu reaksi emosional
tertentu oleh pasien, apakah reaksi itu jelas atau tersembunyi, normal atau
abnormal. Sebagai contoh, kecemasan pre operasi kemungkinan
merupakan suatu respon antisipasi terhadap suatu pengalaman yang dapat
dianggap pasien sebagai suatu ancaman terhadap perannya dalam hidup,
integritas tubuh, atau bahkan kehidupan itu sendiri. Sudah diketahui
bahwa pikiran yang bermasalah secara langsung mempengaruhi fungsi
tubuh. Karenanya, penting artinya untuk mengidentifikasi kecemasan yang
dialami pasien (Potter & Perry, 2005).

Pasien pre operasi mengalami berbagai ketakutan, termasuk


ketakutan akan ketidaktahuan dan kematian. Kehawatiran mengenai
kehilangan waktu kerja, kemungkinan kehilangan pekerjaan, tanggung
jawab mendukung keluarga, dan ancama ketidakmampuan permanen yang
lebih jauh, memperberat ketegangan emosional yang sangat hebat yang
diciptakan oleh prospek pembedahan (Potter & Perry, 2005). Pada wanita
efek kecemasan dapat mempengaruhi menstruasinya menjadi lebih
banyak, itu juga memungkinkan operasi ditunda hingga pasien benar-
benar siap untuk menjalani operasi (Suliswati, 2005).

2.2.3 Persiapan Administrasi

Keluarga pasien yang akan dilakukan prosedur operasi wajib


bertanggung jawab membaca dan mendatangani surat izin operasi. Selain
itu persiapkan segala surat, dokumen, dan data yang dibutuhkan untuk
perihal administrasi yang akan kita urus di RS, dan informasikan semua
8

data ini secara detil kepada anggota keluarga terdekat (suami/istri,


orangtua, adik atau kakak). Jika kita menggunakan asuransi dari kantor,
jelaskan kepada anggota keluarga bagaimana prosedur pengurusan dan
formulir apa saja yang butuh diisi, di fotokopi dan disiapkan. Sama halnya
jika menggunakan BPJS ataupun cara pembiayaan yang lain. Satukan
semua berkas formulir dan fotokopi dokumen dalam satu map khusus.
Ketika kita sudah mau masuk ruang operasi sampai nanti pasca operasi,
sudah tentu semua dokumen administrasi otomatis menjadi urusan
keluarga dekat. Dengan penjelasan sejak awal akan membuat prosedur
administrasi lebih efektif dan meminimalisir kebingungan keluarga.

2.3 Perawatan Post Operasi

Post operasi adalah masa yang dimulai ketika masuknya pasien


keruang pemulihan dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik
ataudirumah. Setelah pembedahan, perawatan klien dapat menjadi kompleks
akibatfisiologis yang mungkin terjadi. Untuk mengkaji kondisi pasca atau post
operasiini, perawat mengandalkan informasi yang berasal dari hasil pengkajian
keperawatan preoperative. Pengetahuan yang dimiliki klien tentang prosedur
pembedahan dan hal - hal yang terjadi selama pembedahan berlangsung.Informasi
ini membantu perawat mendeteksi adanya perubahan. Tindakan pasca operasi
dilakukan dalam 2 tahap, yaitu periode pemulihan segera dan pemulihan
berkelanjutan setelah fase pasca operasi. Untuk klien yang menjalani bedah
sehari, pemulihan normalnya terjadi dalam 1 sampai 2 jam dan penyembuhan
dilakukan di rumah. Untuk klien yang dirawat di rumah sakit pemulihan terjadi
selama beberapa jam dan penyembuhan berlangsung selama 1hari atau lebih
tergantung pada luasnya pembedahan dan respon klien. Setelah tindakan
pembedahan (pra oprasi), beberapa hal yang perlu dikaji diantaranya adalah status
kesadaran, kualitas jalan napas, sirkulasi dan perubahan tanda vital yang lain,
keseimbangan elektrolit,  kardiovaskular, lokasi daerah pembedahan dan
sekitarnya, serta alat-alat yang digunakan dalam pembedahan. Selama periode ini
proses asuhan diarahkan pada menstabilkan kondisi pasien pada keadaan
9

equlibrium fisiologis pasien, menghilangkan nyeri dan pencegahan komplikasi.


Pengkajian yang cermat dan intervensi segera membantu pasien kembali pada
fungsi optimalnya dengan cepat, aman dan nyaman.
Upaya yang dapat dilakukan diarahkan untuk mengantisipasi dan mencegah
masalah yang kemungkinan mucul pada tahap ini. Pengkajian dan penanganan
yang cepat dan akurat sangat dibutuhkan untuk mencegah komplikasi yang
memperlama perawatan di rumah sakit atau membahayakan diri pasien.
Memperhatikan hal ini, asuhan  postoperasi sama pentingnya dengan prosedur
pembedahan itu sendiri.

2.3.1 Faktor yang Berpengaruh Post Operasi

1. Mempertahankan jalan nafas


Dengan mengatur posisi, memasang suction dan pemasangan
mayo/gudel.
2. Mempertahankan ventilasi/oksigenasi
ventilasi dan oksigenasi dapat dipertahankan dengan pemberian
bantuan nafas melalui ventilaot mekanik atau nasal kanul.
3. Mempertahakan sirkulasi darah
Mempertahankan sirkulasi darah dapat dilakukan dengan
pemberian caiaran plasma ekspander.
4. Observasi keadaan umum, observasi vomitus dan drainase
Keadaan umum dari pasien harus diobservasi untuk mengetahui
keadaan pasien, seperti kesadaran dan sebagainya. Vomitus atau
muntahan mungkin saja terjadi akibat penagaruh anastesi sehingga
perlu dipantau kondisi vomitusnya. Selain itu drainase sangat
penting untuk dilakukan obeservasi terkait dengan kondisi
perdarahan yang dialami pasien.
5. Balance cairan
Harus diperhatikan untuk mengetahui input dan output caiaran
klien. Cairan harus balance untuk mencegah komplikasi lanjutan,
seperti dehidrasi akibat perdarahan atau justru kelebihan cairan
10

yang justru menjadi beban bagi jantung dan juga mungkin terkait
dengan fungsi eleminasi pasien.
6. Mempertahanakan kenyamanan dan mencegah resiko injury
Pasien post anastesi biasanya akan mengalami kecemasan,
disorientasi dan beresiko besar untuk jatuh. Tempatkan pasien pada
tempat tidur yang nyaman dan pasang side railnya. Nyeri biasanya
sangat dirasakan pasien, diperlukan intervensi keperawatan yang
tepat juga kolaborasi dengan medi terkait dengan agen pemblok
nyerinya.

2.3.2 Tindakan

1. Meningkatkan proses penyembuhan luka dan mengurangi rasa


nyeri dapat dilakukan manajemen  luka. Amati kondisi luka operasi
dan jahitannya, pastikan luka tidak mengalami perdarahan
abnormal. Observasi discharge untuk mencegah komplikasi lebih
lanjut. Manajemen luka meliputi perawatan luka sampai dengan
pengangkatan jahitan. Kemudian  memperbaiki asupan makanan
tinggi protein dan vitamin C. Protein dan vitamin C dapat
membantu pembentukan kolagen dan mempertahankan integritas
dinding kapiler.
2. Mempertahankan respirasi yang sempurna dengan latihan napas,
tarik napas yang dalam dengan mulut terbuka, lalu tahan napas
selama 3 detik dan hembuskan. Atau, dapat pula dilakukan dengan
menarik napas melalui hidung dan menggunakan diafragma,
kemudian napas dikeluarkan secara perlahan-lahan melalui mulut
yang dikuncupkan.
3. Mempertahankan sirkulasi, dengan stoking pada pasien yang
berisiko tromboflebitis atau pasien dilatih agar tidak duduk terlalu
lama dan harus meninggikan kaki pada tempat duduk guna untuk
memperlancar vena.
11

4. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, dengan


memberikan cairan sesuai kebutuhan pasien, monitor input dan
output , serta mempertahankan nutrisi yang cukup.
5. Mempertahankan eliminasi, dengan mempertahankan asupan dan
output, serta mencegah terjadinya retensi urine.
6. Mobilisasi dini,  dilakukan meliputi ROM, nafas dalam dan juga
batuk efektif yang penting untuk mengaktifkan kembali fungsi
neuromuskuler dan mengeluarkan sekret dan lendir.
Mempertahankan aktivitas dengan latihan yang memperkuat otot
sebelum ambulatori.
7. Mengurangi kecemasan dengan melakukan komunikasi
secara  terapeutik.
8. Rehabilitasi, diperlukan oleh pasien untuk memulihkan kondisi
pasien kembali. Rehabilitasi dapat berupa berbagai macam latihan
spesifik yang diperlukan untuk memaksimalkan kondisi pasien
seperti sedia kala.
9. Discharge Planning. Merencanakan  kepulangan pasien dan
memberikan informasi kepada klien dan keluarganya tentang hal-
hal yang perlu dihindari dan dilakukan sehubungan dengan
kondisi/penyakitnya post operasi. Ada 2 macam discharge
planning:
a. Untuk perawat/bidan : berisi point-point discahrge planing
yang diberikan kepada klien (sebagai dokumentasi)
b. Untuk pasien : dengan bahasa yang bisa dimengerti pasien dan
lebih detail.

2.4 Jenis-Jenis Pembedahan

1. Jenis-jenis pembedahan berdasarkan lokasi.


Berdasarkan lokasinya, pembedahan dapat dibagi menjadi :
a. Bedah toraks (dada)
b. Bedah kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah)
c. Bedah neurologi (syaraf)
12

d. Bedah orthopedic (tulang)


e. Bedah urologi (saluran perkemihan)
f. Bedah digestif (saluran pencernaan)
g. Bedah kepala leher
h. Bedah caesar dan masih banyak lagi lainnya.

2. Jenis-jenis pembedahan berdasarkan tujuan.


Berdasarkan tujuannya pembedahan dibagi menjadi:
a. Pembedahan diagnosis, ditujukan untuk menentukan sebab
b. Pembedahan kuratif, dilakukan untuk mengambil bagian dari penyakit,
misalnya pembedahan apendektomi.
c. Pembedahan restoratif, dilakukan untuk memperbaikideformitas,
menyambungdaerah yang terpisah.
d. Pembedahan paliatif, dilakukan untuk mengurangi gejala tanpa
menyembuhkan penyakit.
e. Pembedahan kosmetik, dilakukan untuk memperbaiki bentuk dalam
tubuh seperti rhinoplasti.

2.5 Jenis-Jenis Anestesi

Anestesia adalah penghilangan kesadaran sementara sehingga


menyebabkan hilang rasa pada tubuh tersebut. Tujuannya untuk penghilang
rasa sakit ketika dilakukan tindakan pembedahan.  Hal yang perlu
diperhatikan yaitu dosis yang diberikan sesuai dengan jenis pembedahan atau
operasi kecil/besar sesuai waktu yang dibutuhkan selama operasi dilakukan.
Jenis-jenis anesthesia :
1. Anestesia umum, dilakukan umtuk memblok pusat kesadaran otak dengan
menghilangkan kesadaran, menimbulkan relaksasi, dan hilangnya rasa.
Pada umumnya, metode pemberiannya adalah dengan inhalasi dan
intravena.
2. Anestesia regional, dilakukan pada pasien yang masih dalam keadaan
sadar untuk meniadakan proses konduktivitas pada ujung atau serabut
saraf sensoris di bagian tubuh tertentu, sehingga dapat menyebabkan
13

adanya hilang rasa pada daerah tubuh tersebut. Metode umum yang
digunakan adalah melakukan blok saraf, memblok regional intravena 
dengan torniquet, blok daerah spinal, dan melalui epidural.
3. Anestesia lokal, dilakukan untuk memblok transmisi impuls saraf pada
daerah yang akan dilakukan anestesia dan pasien dalam keadaan sadar.
Metode yang digunakan adalah infiltrasi atau topikal.
4. Hipoanestesia, dilakukan untuk membuat status kesadaran menjadi pasif
secara artifisial sehingga terjadi peningkatan ketaatan pada saran atau
perintah serta untuk mengurangi  kesadaran sehingga perhatian menjadi
terbatas. Metode yang digunakan adalah hipnotis.
5. Akupuntur, anestesia yang dilakukan untuk memblok rangsangan nyeri
dengan merangsang keluarnya endofrin tanpa menghilangkan kesadaran.
Metode yang banyak digunakan adalah jarum atau penggunaan elektrode
pada permukaan kulit.
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pre operasi merupakan masa sebelum dilakukannya tindakan pembedahan,


dimulai sejak persiapan pembedahan dan berakhir sampai pasien di meja bedah.

Pra oprasi merupakan  masa setelah dilakukan  pembedahan yang dimulai


sejak pasien memasuki ruang pemulihan  dan berakhir sampai evaluasi
selanjutnya.

Hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam tahap pra oprasi adalah persiapan
fisik, psikososial, dan administrasi pasien. Prioritas pada prosedur pembedahan
yang utama adalah inform consent yaitu pernyataan persetujuan klien dan
keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan yang berguna untuk mencegah
ketidaktahuan klien tentang prosedur yang akan dilaksanakan dan juga menjaga
rumah sakit serta petugas kesehatan dari klien dan keluarganya mengenai tindakan
tersebut.

Tingkat keberhasilan pembedahan sangat tergantung pada setiap tahapan


yang dialami dan saling ketergantungan antara tim kesehatan yang terkait (dokter
bedah, dokter anestesi, perawat/bidan) di samping peranan pasien yang kooperatif
selama proses perioperatif.

Tindakan  prebedah, bedah, dan pasca bedah yang dilakukan secara tepat


dan berkesinambungan akan sangat berpengaruh terhadap suksesnya pembedahan
dan kesembuhan pasien.

14
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.ump.ac.id/8269/3/FIA%20OKTANINGSIH%20BAB%20II.pdf

https://www.academia.edu/39889316/ASUHAN_KEPERAWATAN_PRE-
OPERATIF

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/124/jtptunimus-gdl-nanangqosi-6162-2-
babii.pdf

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/2690/BAB%202?
sequence=6&is

https://www.scribd.com/doc/101606038/Persiapan-pasien-Pre-Operasi

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/22359/BAB
%202%20NEW.pdf?sequence=3&isAllowed=y

https://www.scribd.com/doc/313168042/makalah-asuhan-pada-pasien-pra-dan-
pasca-operasi

https://www.academia.edu/37761350/MAKALAH_PRE_POST_OP

15

Anda mungkin juga menyukai