Dari jurnal tersebut saya dapat menyimpulkan mengenai hubungan faktor
resiko terjadinya Diabetes Melitus (DM) yang meliputi obesitas, aktivitas fisik dan kebiasaan merokok. Orangorang beraktivitas fisiknya rendah 2,5 kali lebih beresiko mengalami DM dibandingkan dengan orangorang yang 3 kali lebih aktif. Berbagai kandungan zat yang terdapat dalam rokok emberikan dampak negatif pada tubuhnya. Merokok berhubungan dengan sensitvitas insulin dalam menarik glukosa di dalam darah dan menghambat produksi insulin sehingga kadargula dalam darah meningkat. Dapat diketahui bahwa distribusi praDiabetes sebanyak 17,33%, Obesitas sebanyak 23,33%, Aktivitas fisik sebanyak 30% dan Kebiasaan Merokok sebanyak 37,33%. Ada hubungan antara obesitas dengan kejadian praDiabetes Obesitas mengakibatkan terjadinya DM tipe 2 melalui mekanisme resistensi insulin, ada hubungan antara kejadian merokok dengan kejadian praDiabetes, ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian praDiabetes penurunan aktivitas fisik menghasilkan penurunan pengeluaran energi.
KETERKAITAN DENGAN PENYAKIT MENULAR:
Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit tidak menular dan menjadi penyebab utama kematian secara global tampak bahwa selama 12 t ahunWH telah menjadi transisi dimana kematian karena PTM semakin meningkat. Data WHO menunjukkan bahwa dari 57 juta kematian yang terjadi didunia pada tahun 2008, sebanyak 36 juta hampir dua pertiganya disebabkan oleh PTM. Penyaki Diabetes Melitus sering mendatangkan kecacatan dengan berbagai macam komplikasi yang berat termasuk kebutaan, peenyakit jantung , ginjal serta neuropati. Ketidakcukupan fasilitas dan kemampuan untuk mencegah sekunder dan tersier pada penderita DM berakibat timbulnya pnyakit kronis yang kemudian berlanjut sebagai gangguan fungsi dini serta kecacatan pada sebagian penderita DM. KESIMPULAN : Dari jurnal tersebut saya menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan tingkat stres pada lansia sebelum dan sesudah dengan menggunakan terapi reminiscene, terapi ini digunakan untuk memelihara kesehatan dan meningkatkan kualitas hidup. Sebelum dilakukan terapi reminiscane kelompok tinsgkat stres ringan diketehui sebanyak 40,0%, tingkat stres sedang sebanyak 46,7% dan tingkat stres erat sebanyak 13,3%, sesudah dilakukan terapi reminiscence dapat diketahui tingkat stres ringan sebanyak 53,3%, tingkat stres sedang sebanyak 26,7% dan dalam keadaan normal sebanyak 20,0%. Ada pengaruh terapi reminscence terhadapu tingkat stres pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Ilomata Kota Gorontalo menunjukkan bahwa terdapat 3 responden, 8 responden tingkat stres ringan dan 4 responden tingkat stres berat
KETERKAITAN DENGAN PENYAKIT MENULAR:
Keadaan stres yang berat merupakan penyebtagab sala s h satu terjadinya hipertensi baik lansi, dewasa muda maupunan usia pertengahan. Sebagai penurunan resiko terjadinya kerusakan organ tubuh, jantung dan lainnya dapat dilakukan dengan mengurangi mengonsumsi garam serta memberikan motivasi penghilang stres atau membuat situasi yang nyaman yang bisa dikondisikan untuk menurunkan tingkat stres. Stres yang terjadi pada masyarakat akan memicu kenaikan tekanan darah dengan suatu mekanisme yang memicu kadar adrenalin. Stres akan menstimulasi saraf simpatis akan muncul peningkatan tekanan darah dan curah jantung yang meningkat. Stres akan bertambah tinggi jika resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung meningkat sehingga menstimulasi saraf simpatis. Sehingga stres akan bereaksi pada tubuh yang antara lain termasuk peningkatan tegangan otot, peningkatan denyut jantung dan meningkatnya tekanan darah