Anda di halaman 1dari 31

Pengaruh Moral Pajak, Sanksi Pajak, dan Kebijakan

Pengampunan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Dela Rizky Cahyani

17.05.52.2012

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS


UNIVERSITAS STIKUBANK SEMARANG
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pajak merupakan komponen yang sangat penting dalam sebuah negara.
ini dikarenakan pajak merupakan sumber penerimaan pendapatan terbesar
suatu negara. Dominasi pajak sebagai sumber penerimaan merupakan satu hal
yang sangat wajar. Menurut Alabede, et.al, (2011) pajak adalah suatu
komponen yang sangat penting di dalam sebuah negara, karena sumber daya
keuangan negara berasal dalam bentuk penerimaan pajak dan penerimaan
bukan pajak.
Penerimaan pajak di Indonesia cenderung terus meningkat. Hal ini dapat
memberikan kontribusi dominan terhadap pendapatan negara serta
mengurangi kebutuhan pembiayaan yang bersumber dari utang. Sumber
penerimaan negara menurut APBN sesuai Undang-Undang terdiri dari
penerimaan dalam negeri dan hibah. Penerimaan dalam negeri terdiri dari
penerimaan dari sektor pajak dan bukan pajak. Pada penerimaan sektor
pajak terbagi lagi menjadi penerimaan pajak dalam negeri dan penerimaan
pajak atas perdagangan internasional. Penerimaan bukan pajak terdiri dari
laba Badan Usaha Milik Negara (BUMN), penerimaan sumber daya alam,
dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) lainnya. 
Di Indonesia sendiri, berdasarkan APBN tahun 2019, penerimaan pajak
sebesar 82,5% dari total pendapatan negara. Itu berarti bahwa pajak
merupakan salah satu sumber penerimaan utama negara digunakan untuk
membiayai pembangunan dan pengeluaran pemerintah. Sayangnya, tingkat
kesadaran masyarakat dalam membayar pajak masih jauh dari harapan.
Apabila dibandingkan dengan aktivitas perekonomiannya, Indonesia belum
mampu menghimpun penerimaan pajak dalam jumlah yang ideal. Hal ini
dapat dilihat dari rendahnya tax ratio Indonesia. Pada 2018, tax
ratio Indonesia hanya mencapai 11,5 persen. Artinya, porsi pajak yang
berhasil dikumpulkan negara hanya sekitar 11 persen dari total aktivitas
perekonomian Indonesia.
Pemungutan pajak memang bukan suatu pekerjaan yang mudah,
disamping peran serta aktif dari petugas perpajakan, juga dituntut kemauan
dan kesadaran dari para wajib pajak itu sendiri. Masyarakat atau wajib pajak
yang sadar dengan melakukan pembayaran pajak akan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, menunjukkan bahwa mereka ingin ikut
berpartisipasi dalam menunjang pembangunan negara yaitu dengan patuh
dalam perpajakan (Tatiana dan Hari, 2009).
Rendahnya rasio pajak di Indonesia disebabkan oleh masih banyak
permasalahan terkait dengan perpajakan di Indonesia. Penelitian yang
dilakukan oleh [ CITATION Rag14 \l 1057 ] , [ CITATION Rah17 \l 1057 ], dan
[ CITATION Sai17 \l 1057 ] menyebutkan bahwa kepercayaan publik terhadap
otoritas pajak relatif rendah, kurangnya komitmen pemerintah untuk
meningkatkan kepatuhan pajak dengan integrasi berbagai basis data dengan
informasi yang relevan, sanksi pajak yang lemah, aturan dan kebijakan
perpajakan yang berbelit-belit, serta masih banyaknya praktik penghindaran
pajak.
Kepatuhan pajak sejauh mana wajib pajak telah mematuhi (atau gagal
mematuhi) dengan peraturan perpajakan negaranya, misalnya dengan
melaporkan penghasilan, mengajukan pengembalian, dan membayar pajak
jatuh tempo pada waktu yang tepat (www.moneycontrol.com). Ada beberapa
teori yang melandasi kepatuhan pajak menurut Hardika (2006), Salman dan
Farid (2008). Prospect Theory, orang-orang menghargai keuntungan dan
kerugian yang berbeda dan, dengan demikian, akan mendasarkan keputusan
pada keuntungan yang dirasakan daripada kerugian yang dirasakan.
Deterrence Theory, menggambarkan suatu model yang memperhitungkan
biaya dan manfaat potensial yang akan diperoleh dari suatu tindakan yang
dipilih. Cognitive Structures, sikap patuh terhadap pajak mempengaruhi
perilaku wajib pajak melalui niat dan niat akhirnya mempengaruhi perilaku
membayar pajak (Salman dan Farid, 2008). Agency Theory terkait dengan
situasi dimana seorang individu yang bekerja sebagai agen bagi individu lain
(principle) dan memberikan hasil kepada principle-nya. Atribution Theory,
persepsi seseorang untuk membuat penilaian mengenai orang lain sangat
dipengaruhi oleh kondisi internal maupun eksternal orang tersebut (Jatmiko,
2006).
Moral pajak dipandang sebagai motivasi intrinsik untuk membayar pajak,
Menurut Torgler (2007) moral pajak adalah motivasi intrinsik untuk mematuhi
dan membayar pajak sehingga berkontribusi secara sukarela pada penyediaan
barangbarang publik. Moral pajak merupakan determinan kunci yang dapat
menjelaskan mengapa orang jujur dalam masalah perpajakan (Cahyonowati,
2011). Teori yang dianggap erat kaitannya dengan moral wajib pajak adalah
theory of moral reasoning. Theory of moral reasoning dalam kontek
kepatuhan pajak menyatakan bahwa keputusan moral terutama dipengaruhi
oleh perlakuaan terhadap sanksi pada tingkat moral reasoning yang rendah,
pengharapan akan adanya keadilan pada tingkat moderat, dan issue keadilan
pada tingkat yang tertinggi. Wajib pajak yang lebih menggunakan moral
dalam pengambilan keputusan pembayaran pajak akan lebih patuh
dibandingkan dengan wajib pajak lainya. Wajib pajak dengan tingkat moral.
Sanksi pajak diberlakukan untuk menciptakan kepatuhan Wajib Pajak
dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Pemberian sanksi yang
memberatkan Wajib Pajak bertujuan untuk memberikan efek jera sehingga
tercipta kepatuhan pajak. Kontribusi pemasukan dana yang bersumber dari
Wajib Pajak merupakan pendapatan yang berarti dan memiliki makna yang
luas bagi pembangunan Negara Republik Indonesia. Menurut Bawazier (2011)
hal yang sangat menjadi perhatian adalah usaha untuk meningkatkan
kesadaran Wajib Pajak untuk membayar pajak adalah inti dari peraturan dan
pengenaan sanksi pidana di bidang perpajakan. Sanksi pajak sangat diperlukan
dalam sistem pajak agar Wajib Pajak patuh akan kewajiban dalam membayar
pajak. Namun, pengetahuan Wajib Pajak akan sanksi pajak masih sangat
minim sehingga pemerintah perlu berperan aktif untuk mensosialisasikan
dengan baik mengenai peraturan dan sanksi dalam perpajakan serta
mempertegas sanksi-sanksi dalam perpajakan. Apabila pemerintah
memberikan pemahaman mengenai peraturan dan sanksi dalam perpajakan
serta dapat menerapkan sanksi yang lebih tegas bagi Wajib Pajak yang tidak
mematuhi peraturan, maka Wajib Pajak akan lebih taat membayar pajak dan
penerimaan pajak dapat lebih maksimal setiap tahunnya.
Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak berusaha untuk
meningkatkan kepatuhan wajib pajak dan mengejar target penerimaan pajak
yaitu dengan menetapkan kebijakan pengampunan pajak yang dikenal dengan
tax amnesty. Silitonga (2008) berpendapat bahwa salah satu cara inovatif
untuk meningkatkan penerimaan pajak tanpa menambah beban pajak baru
kepada masyarakat, dunia usaha dan para pekerja melalui program
pengampunan pajak. Pengampunan pajak merupakan kebijakan pemerintah
yang memberikan penghapusan pajak terutang dengan membayar tebusan
dalam jumlah tertentu.
Direktorat Jenderal Pajak mengeluarkan kembali kebijakan pengampunan
pajak, tepatnya pada tanggal 1 Juli 2016 presiden republik indonesia
mengesahkan Undang- Undang Tax Amnesty No 11 Tahun 2016 tentang
pengampunan pajak. Pelaksanaan tax amnesty merupakan upaya pemerintah
untuk menarik dana warga negara Indonesia yang selama ini ada di luar
negeri. Dengan adanya pengampunan pajak diharapkan mampu meningkatkan
subjek pajak dan objek pajak. Subjek pajak berupa penambahan wajib pajak,
sedangkan objek pajak dapat berupa kembalinya dana-dana dari luar negeri.
Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu tentang pengaruh moral pajak,
sanksi pajak dan kebijakan pengampunan pajak terhadap kepatuhan wajib
pajak, penelitian ini dikembangkan dengan berfokus pada penelitian
pengukuran dari variabel moral pajak dengan pengukuran yang lebih lengkap.
Pengukuran yang lebih lengkap dapat dilakukan dengan menambahkan
indikator lain dengan menambahkan analisis yang membandingkan keadaan
sebelum dilakukannya kebijakan pengampunan pajak dengan keadaan setelah
dilakukannya kebijakan pengampunan pajak. Teknik pengumpulan data pada
penelitian ini nantinya akan dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada
wajib pajak yang berada di KPP Pratama Ungaran. Peneliti memilih KPP
Pratama Ungaran karena belum ada penelitian terdahulu yang meneliti pada
KPP tersebut.
Penelitian sebelumnya memiliki beberapa kelemahan diantaranya,
diperlukan kehati-hatian dalam melakukan generalisasi hasil. Kedua,
pengukuran moral pajak yang hanya dipadang melalui tingkat pengetahuan,
persepsi terhadap pemerintahan, serta persepsi terhadap keadilan pajak.
Ketiga, penelitian ini dilakukan pada saat setelah diberlakukannya kebijakan
pengampunan pajak, sehingga tidak diketahui bagaimana perbedaan antara
sebelum pelaksanaan dan setelah pelaksanaan kebijakan. Dengan demikian
penulis melakukan penelitian yang berjudul “ Pengaruh Moral Pajak, Sanksi
Pajak, Kebijakan Pengampunan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak ”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan fenomena yang sudah disajikan di latar belakang penelitian


diatas, masalah yang dihadapi adalah rendahnya rasio pajak, rendahnya
kesadaran masyarakat untuk membayar pajak, serta kebijakan pemerintah
yang cukup rumit menjadi hal yang menarik untuk diteliti. Penelitian ini
bertujuan untuk menguji pengaruh moral pajak, sanksi pajak, dan kebijakan
pengampunan pajak terhadap kepatuhan pajak wajib pajak orang pribadi.

Berdasarkan masalah penelitian di atas, pertanyaan penelitian yang


dikembangkan adalah sebagai berikut :

1.2.2.1 Bagaimana pengaruh moral pajak terhadap kepatuhan wajib pajak ?

1.2.2.2 Bagaimana pengaruh sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak ?

1.2.2.3 Bagaimana pengaruh kebijakan pengampunan pajak terhadap


kepatuhan wajib pajak ?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :


1.3.1 Untuk menguji hubungan moral pajak terhadap kepatuhan wajib pajak

1.3.2 Untuk menguji hubungan sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak

1.3.3 Untuk menguji hubungan kebijakan pengampunan pajak terhadap


kepatuhan wajib pajak

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

1.4.1.1 Hasil penelitian ini diharapkan mampu mengembangan ilmu


penelitian khususnya dalam bidang akuntansi yang berkaitan dengan
kepatuhan wajib pajak yang ada di Indonesia.

1.4.1.2 Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi pada


penelitian di waktu yang akan datang yang berkaitan dengan kepatuhan
wajib pajak.

1.4.2 Manfaat Praktis

1.4.2.1 Bagi calon investor, hasil penelitian ini diharapkan dapat


membantu dalam pengambilan keputusan dalam berinvestasi sebagai
bahan pertimbangan untuk mengidentifikasi apakah pentingnya
kepatuhan wajib pajak tersebut.

1.4.2.2 Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman yang


bermanfaat bagi manajemen dalam memahami pentingnya kepatuhan
wajib pajak yang dapat digunakan untuk mempertahankan perusahaan.

1.4.3 Manfaat Kebijakan

1.4.3.1 Bagi kementerian keuangan, hasil penelitian ini diharapkan


mampu untuk menjadi bahan pertimbangan pada penciptaan regulasi
yang mendukung untuk meningkatkan penerimaan pajak negara.
1.4.3.2 Bagi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), hasil penelitian ini mampu
memberikan informasi untuk pembuatan regulasi ataupun tingkat
kehati-hatian terhadap kepatuhan wajib pajak yang ada di Indonesia
terutama perihal audit pajak.

BAB II

LANDASAN TEORI, KAJIAN EMPIRIS DAN HIPOTESIS

2.1 Telaah Pustaka

2.1.1 Teori Atribusi

Atribusi adalah memperkirakan sesuatu apa yang menyebabkan


orang lain berperilaku tertentu. Menurut [ CITATION Rob11 \l 1057 ] ,
individu mengamati perilaku seseorang dan mereka mencoba
menentukan apakah perilaku tersebut timbul secara internal atau
eksternal. Perilaku yang timbul secara internal adalah perilaku yang
berada di bawah kendali pribadi individu tersebut. Perilaku yang timbul
secara eksternal adalah perilaku yang dipengaruhi keadaan di luar diri
individu. Teori atribusi berkaitan dengan variabel moral pajak dan sanksi
pajak. Moral pajak merupakan motivasi yang timbul dari dalam diri
individu untuk menunaikan kewajiban perpajakannya. Sanksi pajak
merupakan dorongan yang berasal dari luar diri individu untuk
membayar kewajiban perpajakannya. Dengan kata lain, individu terpaksa
untuk melakukan suatu hal karena didorong oleh situasi [ CITATION Jat06 \l
1057 ].

2.1.2 Teori Kontrak Pajak Psikologis

Istilah kontrak psikologi berbeda dengan kontrak kerja. [ CITATION


Fel02 \l 1057 ] menyatakan bahwan kepatuhan pajak didorong oleh kontrak
pajak psikologis antara masyarakat dan otoritas pajak. Dalam kontrak
psikologis, diperlukan adanya penghargaan dan sanksi. Selain itu,
diperlukan juga loyalitas dan emosi yang melandasi. [ CITATION Fel02 \l
1057 ] menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara pembayar pajak dan
otoritas pajak yang saling menghormati dan jujur. Apabila pembayar pajak
diperlakukan dengan kurang baik, maka kontrak pajak psikologis telah
dilanggar. Hal tersebut membuat masyarakat memiliki sebuah alasan
untuk tidak mematuhi kontrak yang ada, artinya mereka memilih untuk
tidak melakukan kewajiban pajaknya. Teori ini dapat menjelaskan variabel
moral pajak dan kebijakan pengampunan pajak. Teori kontrak pajak
menjelaskan variabel moral pajak melalui pengukuran kepercayaan
terhadap pemerintah. Di sisi lain, adanya kebijakan pengampunan pajak
dianggap melanggar kontrak psikologis antara pemerintah dengan wajib
pajak karena memberikan pengampunan terhadap pelanggaran pajak.
2.1.3 Teori Keadilan
Teori keadilan menyatakan bahwa individu yang merasa dirinya
sebagai orang yang tidak diuntungkan atau merasa sangat diuntungkan
akan mengalami kesusahan, dan kesusahan tersebut akan membawa pada
usaha untuk mengembalikan keadilan. [ CITATION Hus87 \l 1057 ]
menyatakan bahwa teori keadilan dibentuk dari teori pertukaran,
disonansi, dan perbandingan sosial dalam membentuk prediksi mengenai
bagaimana individu mengatur hubungan mereka dengan orang lain. Teori
keadilan berkaitan dengan pengukuran keadilan perpajakan yang
merupakan bagian dari pengukuran variabel moral pajak. Hasil
penggunaan uang pajak tidak hanya diperuntukkan oleh wajib pajak saja,
tetapi oleh semua masyarakat di Indonesia, bahkan orang yang lalai dalam
membayar pajak.
2.1.4 Kepatuhan Wajib Pajak
Kepatuhan wajib pajak adalah rasa bersalah dan rasa malu,
persepsi wajib pajak atas kewajaran dan keadilan beban pajak yang
mereka tanggung, dan pengaruh kepuasan terhadap pelayanan pemerintah.
Menurut Safri Nurmanto dalam Siti Kurnia Rahayu (2010:138) kepatuhan
perpajakan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana Wajib Pajak
memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak
perpajakannya.
Erard dan Feinstin mengartikan “Kepatuhan wajib pajak
meggunakan teori kontrak psikologi yaitu sebagai rasa bersalah dan rasa
malu, persepsi wajib pajak atas kewajaran dan keadilan bebas pajak yang
mereka tanggung dan pengaruh kepuasan terhadap pelayanan pemerintah”
(Erard dan Feinstin dalam Sony Devano, 2006: 110-111). Abdul Rahman
mengertikan “Kepatuhan perpajakan sebagai suatu keadaan di mana Wajib
Pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak
perpajakannya” (Abdul Rahman, 2010: 32).
2.1.5 Moral Pajak
Moral perpajakan (tax morale) dapat didefinisikan sebagai
motivasi intrinsik untuk mematuhi dan membayar pajak sehingga
berkontribusi secara sukarela pada penyediaan barang-barang publik.
Moral perpajakan merupakan determinan kunci yang dapat menjelaskan
mengapa orang jujur dalam masalah perpajakan (Torgler & Schneider
(2004).
Moral pajak merupakan determinan kunci yang dapat menjelaskan
mengapa orang jujur dalam masalah perpajakan. Sedangkan kepatuhan
perpajakan (tax compliance) dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan
dimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan
melaksanakan hak perpajakannya (Nurmantu, 2000 dalam Cahyonawati,
2011: 162).
2.1.6 Sanksi Pajak
Sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti/ditaati/
dipatuhi, dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah
agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan (Mardiasmo, 2011:
59). Sanksi perpajakan ini diharapkan dapat memberikan efek jera kepada
wajib pajak yang melanggar ketentuan perpajakan dan wajib pajak akan
memenuhi kewajibannya bila memandang sanksi pajak lebih banyak
merugikannya.
Sanksi Pajak akan meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak. Menurut
Tryana Tiraada (2013: 99) juga menjelaskan bahwa Kepatuhan Wajib
Pajak juga dipengaruhi oleh sanksi perpajakan. Ketentuan umum dan tata
cara perpajakan telah diatur dalam Undang-Undang.
2.1.7 Kebijakan Pengampunan Pajak
Kebijakan pengampunan pajak merupakan interprestasi dan
pandangan wajib pajak dengan adanya kebijakan amnesti pajak itu tinggi,
maka mereka akan memiliki kesadaran untuk berperilaku patuh.
Pengampunan pajak yaitu kebijakan pemberian fasilitas perpajakan dalam
bentuk pengampunan pajak yang diatur dalam (Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 11 tahun 2016 Tentang pengampunan pajak).
Suyanto dan Putri (2017) pengampunan pajak merupakan
kebijakan yang ditawarkan untuk mengungkapkan semua penghasilan atau
harta yang belum dilaporkan, membayar uang tebusan sebagai penalty,
tidak ada penyusutan atas jumlah yang dimintakan pengampunan,
tambahan penerimaan bagi negara dan mendorong kepatuhan sukarela.
2.2 Penelitian Terdahulu
[ CITATION Sri20 \l 1057 ] meneliti tentang pengaruh moral pajak,
sanksi pajak, dan kebijakan pengampunan pajak terhadap kepatuhan pajak
wajib pajak orang pribadi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Variabel terikat
penelitian ini adalah kepatuhan pajak wajib pajak orang pribadi. Variabel
bebas terdiri atas moral pajak, sanksi pajak, dan kebijakan pengampunan
pajak. Penelitian ini menggunakan variabel kontrol yang terdiri atas jenis
kelamin, umur, pendidikan, serta tingkat penghasilan. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa moral pajak dan kebijakan pengampunan pajak
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kepatuhan pajak wajib
pajak orang pribadi.
[ CITATION KaA19 \l 1057 ] menganalisis pengaruh tax amnesty
dan sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak di Kantor Pelayanan
Pajak Makassar Selatan Variabel independen dalam penelitian ini yaitu tax
amnesty dan sanksi pajak, sedangkan variabel dependen yaitu kepatuhan
wajib pajak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sanksi pajak
berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Sanksi pajak yang semakin
tinggi akan meningkatkan kepatuhan wajib pajak di masa mendatang.
[ CITATION Ang19 \l 1057 ] penelitian ini bertujuan untuk menguji
kembali pengaruh tentang penerapan kebijakan pengampunan pajak,
pengetahuan perpajakan, kesadaran wajib pajak, dan sanksi perpajakan
atas kepatuhan wajib pajak orang pribadi pada KPP Pratama Denpasar
Timur. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kesadaran wajib pajak dan
sanksi perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak
orang pribadi di Indonesia.
[ CITATION Rah17 \l 1057 ] melakukan penelitian tentang
permasalahan rendahnya kepatuhan perpajakan di Indonesia. Penelitian
tersebut dilakukan kepada petugas pajak, dalam perannya sebagai pelayan
publik atau pembayar pajak. Penelitian ini menggunakan beberapa faktor
yang mempengaruhi kepatuhan pajak, diantaranya sistem administrasi
pajak yang modern, sanksi pajak, pelayanan pajak, dan moral pajak. Hasil
penelitian menemukan bahwa sistem administrasi pajak yang modern,
pelayanan pajak, dan moral pajak berhubungan secara positif terhadap
kepatuhan pajak.
[ CITATION Sar17 \l 1057 ] meneliti mengenai pengaruh tax
amnesty, pengetahuan perpajakan, dan pelayanan fiskus terhadap
kepatuhan wajib pajak. Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif
kausalitas. Hasil analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa ada
pengaruh positif tax amnesty dan pengetahuan perpajakan.
[ CITATION Sir17 \l 1057 ] penelitian ini bertujuan untuk melihat
pengaruh kesadaran wajib pajak dan sanksi pajak terhadap kepatuhan
wajib pajak orang pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Batam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesadaran wajib pajak dan sanksi
pajak secara simultan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam
membayar pajak pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Batam.

Berdasarkan penelitian terdahulu dapat disimpulkan dalam tabel berikut


ini :
Tabel 2.1
Tabel Matriks Hasil Penelitian Terdahulu

Nama
Variabel Variabel Hasil
No Peneliti Judul
Independen Dependen
dan Tahun
1. [ CITATION Pengaruh Moral Pajak, Kepatuhan + sig
Sri20 \l Moral Pajak, Sanksi Pajak, Wajib Pajak
1057 ] Sanksi Pajak, dan Kebijakan Orang Pribadi
dan Kebijakan Pengampunan
Pengampunan Pajak
Pajak
Terhadap
Kepatuhan
Wajib Pajak
Orang Pribadi

2. [ CITATION Pengaruh Tax Tax Amnesty Kepatuhan + sig


KaA19 \l Amnesty dan dan Sanksi Wajib Pajak
1057 ] Sanksi Pajak Pajak
Terhadap
Kepatuhan
Wajib Pajak di
Kantor
Pelayanan
Pajak Pratama
Makassar
Selatan

3. [ CITATION Pengaruh Penerapan Kepatuhan + sig


Ang19 \l Penerapan Kebijakan Tax Wajib Pajak
1057 ] Kebijakan Tax Amnesty, Orang Pribadi
Amnesty, Pengetahuan
Pengetahuan Perpajakan,
Perpajakan, Kesadaran
Kesadaran Wajib Pajak,
Wajib Pajak, dan Sanksi
dan Sanksi Perpajakan
Perpajakan
Terhadap
Kepatuhan
Wajib Pajak
Orang Pribadi
di Kantor
Pelayanan
Pajak Pratama
Denpasar
Timur
4. [ CITATION Rendahnya Sanksi Pajak, Kepatuhan + sig.
Rah17 \l Kepatuhan Moral Pajak, Wajib Pajak
1057 ] Perpajakan di Pelayanan
Indonesia Pajak
5. [ CITATION Pengaruh Tax Tax Amnesty, Kepatuhan + sig
Sar17 \l Amnesty, Pengetahuan Wajib Pajak
1057 ] Pengetahuan Perpajakan
Perpajakan, dan Pelayanan
dan Pelayanan Fiskus
Fiskus
Terhadap
Kepatuhan
Wajib Pajak
6. [ CITATION Pengaruh Kesadaran Kepatuhan + sig
Sir17 \l Kesadaran Wajib Pajak, Wajib Pajak
1057 ] Wajib Pajak Sanksi Pajak
dan Sanksi
Pajak
Terhadap
Kepatuhan
Wajib Pajak
2.3 Pengembangan Hipotesis
Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu yang telah dipaparkan
di atas, maka pada penelitian ini akan menguji pengaruh moral pajak,
sanksi pajak dan kebijakan pengampunan pajak terhadap kepatuhan wajib
pajak dengan rumusan hipotesis sebagai berikut :

2.3.1 Pengaruh Moral Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Moral pajak merupakan motivasi yang timbul secara intrinsik


untuk membayar pajak, yang berasal dari kesadaran bahwa penerimaan
pajak berkontribusi untuk menyediakan barang publik [ CITATION Cum09 \l
1057 ]. Moral pajak juga dapat dijelaskan dengan menggunakan teori
kontrak pajak psikologis. Adanya ikatan antara pembayar pajak dan negara
merepresentasikan inti dari moral pajak individu, dan kemudian secara
positif dapat berpengaruh terhadap kepatuhan [CITATION Placeholder1 \l
1057 ].

Penelitian menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif antara


moral pajak dengan kepatuhan pajak[ CITATION Tor04 \l 1057 ]; [ CITATION
Rah17 \l 1057 ]. [ CITATION Cha \l 1057 ] mengungkapkan bahwa kelompok
yang partisipasi kerjanya lebih rendah, lebih berpendidikan, dan
perempuan memiliki moral pajak yang lebih tinggi. Berdasarkan logika
yang telah diuraikan, dengan di dukung oleh penelitian terdahulu yang
telah dilakukan, maka hipotesis yang dapat dikembangakan adalah :

H1: Moral pajak berpengaruh secara positif terhadap kepatuhan


wajib pajak.

2.3.2 Pengaruh Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Sanksi pajak merupakan sanksi ataupun denda yang diberikan oleh


pemerintah bisa saja dengan mudah untuk dihindari karena kurangnya
kesadaran masyarakat terhadap kepatuhan wajib pajak untuk membayar
pajak dan kurang tegasnya sanksi yang dibuat oleh pemerintah. Verboon &
van Dijke (2011) menemukan bahwa tingkat sanksi yang lebih berat dapat
meningkatkan kepatuhan perpajakan sepanjang prosedur tersebut
dipandang fair oleh masyarakat.

Kaitan antara teori atribusi dan kepatuhan pajak terdapat pada


adanya dorongan yang berasal dari luar diri individu, yaitu sanksi pajak
yang mendorong mereka untuk memenuhi kewajibannya membayar pajak.
Trivedi, Shehata, dan Lynn (2003) menyatakan bahwa sanksi pajak
merupakan motivasi yang besar bagi seseorang untuk membayar pajak.
Penelitian yang dilakukan oleh Jatmiko (2006), Mutia (2014), dan
Wirawan dan Noviari (2017) menemukan bahwa sanksi perpajakan
berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi.
Berdasarkan logika yang telah diuraikan, dengan di dukung oleh penelitian
terdahulu yang telah dilakukan, maka hipotesis yang dapat dikembangakan
adalah :

H2: Sanksi pajak berpengaruh secara positif terhadap kepatuhan


wajib pajak.

2.3.3 Pengaruh Pengampunan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun


2016 tentang pengampunan pajak atau tax amnesty adalah penghapusan
pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi administrasi
perpajakan dan sanksi pidana di bidang perpajakan, dengan cara
mengungkap harta dan membayar uang tebusan sebagaimana diatur dalam
undang-undang ini. Penerapan kebijakan tax amnesty diharapkan dapat
meningkatkan kemauan masyarakat untuk membayar pajak.

[ CITATION Rec10 \l 1057 ] menyatakan bahwa kebijakan


pengampunan pajak dapat dipandang dari segi teori kontrak psikologis.
A[ CITATION Sri20 \l 1057 ] danya kebijakan pengampunan pajak dianggap
telah melanggar adanya kontrak psikologis antara wajib pajak dengan
pemerintah dan otoritas pajak. Kontrak psikologis dapat terjaga apabila
wajib pajak membayar kewajiban pajaknya dengan jujur. Apabila
dipandang dari segi pemerintah, kontrak psikologis terjaga apabila
pemerintah dapat menghormati wajib pajak dan mencegah adanya
eksploitasi terhadap wajib pajak yang telah jujur.

Penelitian yang dilakukan oleh [ CITATION Wir17 \l 1057 ]


menemukan bahwa pengampunan pajak berpengaruh secara positif
terhadap kepatuhan wajib pajak. Ia menyatakan bahwa pemerintah
mengeluarkan kebijakan pengampunan pajak dengan harapan dapat
meningkatkan kepatuhan pajak sehingga pendapatan negara meningkat.
Berdasarkan logika yang telah diuraikan, dengan di dukung oleh penelitian
terdahulu yang telah dilakukan, maka hipotesis yang dapat dikembangakan
adalah :

H3: Kebijakan pengampunan pajak berpengaruh secara positif


terhadap kepatuhan wajib pajak.

2.4 Model Penelitian

Hubungan antara variabel berbagai variabel tersebut dapat digambarkan


seperti berikut :

MP H1

H2
SP
KWP
PP H3

JK

UR

PD

TP
Gambar 2.1
Model Penelitian

Keterangan :
MP = Moral Pajak
SP = Sanksi Pajak
PP = Pengampunan Pajak
JK = Jenis Kelamin
UR = Umur
PD = Pendidikan
TP = Tingkat Penghasilan
KWP = Kepatuhan Wajib Pajak

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah wajib pajak (WP) yang


telah memiliki nomor pokok wajib pajak (NPWP) yang terdaftar di Kantor
Pelayanan Pajak yang terdapat di KPP Pratama Ungaran.

Metode pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini


adalah convenience, yaitu teknik pengambilan sampel didasarkan pada
ketersediaan elemen dan kemudahan untuk mendapatkannya. Sampel
diambil/terpilih karena sampel tersebut ada pada tempat dan waktu yang
tepat. Kriteria yang ditetapkan dalam pengambilan sampel pada penelitian
ini adalah sebagai berikut :

1. Berdasarkan jenis kelamin

2. Berdasarkan karakteristik umur 20 – 50 tahun

3. Berdasarkan karakteristik pendidikan SMP – Strata 3

4. Berdasarkan karakteristik penghasilan Rp 3.000.000 – Rp 10.000.000

3.2 Jenis Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer.
Data primer adalah data pertama kali yang dikumpulkan oleh peneliti
melalui upaya pengambilan data di lapangan langsung, data primer disebut
sebagai data pertama atau data mentah. Data penelitian ini dikumpulkan
melalui penyebaran kuesioner baik secara langsung maupun secara online.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode


kuantitatif. Metode kuantitatif adalah metode pengukuran data kuantitatif
dan statistika objektif melalui perhitungan ilmiah berasal dari sampel
orang-orang atau penduduk yang diminta menjawab sejumlah pertanyaan
tentang survei untuk menentukan frekuensi dan presentase tanggapan
mereka. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan
survei dengan menyebarkan kuesioner kepada wajib pajak yang berada di
KPP Pratama Ungaran. Alasan peneliti memilih KPP Pratama Ungaran
adalah karena belum ada penelitian terdahulu yang meneliti pada KPP
Pratama Ungaran.

3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Ringkasan definisi operasional dan pengukuran variabel yang


digunakan dalam penelitian ini, disajikan pada Tabel 3.1
Tabel 3.1
Ringkasan Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Ket. Variabel Definisi Pengukuran Referensi

Moral Pajak artinya Moral pajak diukur Rahman


sejauh mana motivasi dengan (2017)
intrinsik seseorang pengetahuan
untuk mematuhi pajak perpajakan,
Eksogen MP
keadilan pajak, dan
kepercayaan
terhadap
pemerintah

Sanksi Pajak Sanksi pajak diukur Rahman


merupakan alat dengan pengenaan (2017)
SP pencegah agar wajib sanksi pajak
pajak tidak melanggar terhadap wajib
norma perpajakan pajak

Pengampunan Pajak Pengampunan pajak Saracoglu dan


adalah sebuah diukur dengan Caskurlu
kesempatan berbatas kontrak psikologis (2011)
waktu bagi kelompok wajib pajak
wajib pajak untuk membayar
membayar pajak kewajiban pajaknya
dengan jumlah tertentu dengan jujur
PP
sebagai pengampunan
atas kewajiban
membayar pajak yang
berkaitan dengan masa
pajak sebelumnya
tanpa takut penuntutan
pidana

Endogen KWP Kepatuhan wajib pajak Kepatuhan pajak Mohdali dan


merupakan suatu diukur dengan lima Pope (2012)
tindakan patuh dan item, terdiri atas
sadar terhadap mendaftarkan diri
ketertiban pembayaran sebagai pembayar
dan pelaporan pajak, mengisi
kewajiban perpajakan formulir pajak
masa dan tahunan dari dengan jelas dan
wajib pajak yang lengkap,
berbentuk sekumpulan menghitung secara
orang/modal yang benar jumlah pajak
merupakan usaha yang terutang,
sesuai dengan membayar pajak
ketentuan perpajakan yang terutang tepat
yang berlaku waktu, semuanya
dilakukan dengan
sukarela.

Jenis kelamin terbagi Jenis kelamin Engida dan


menjadi dua yaitu laki- diukur berdasarkan Baisa (2014).
Kontrol JK
laki dan perempuan hubungan antar
variabel

Umur adalah waktu Umur diukur Engida dan


yang terlewat sejak berdasarkan Baisa (2014).
UR
kelahiran hubungan antar
variabel

PD Pendidikan adalah Pendidikan diukur Engida dan


pembelajaran berdasarkan Baisa (2014).
pengetahuan, hubungan antar
keterampilan, dan variabel
kebiasaan sekelompok
orang yang diturunkan
dari satu generasi ke
generasi berikutnya
melalui pengajaran,
pelatihan, atau
penelitian. Pendidikan
sering terjadi di bawah
bimbingan orang lain,
tetapi juga
memungkinkan secara
otodidak

Tingkat penghasilan Tingkat Engida dan


adalah suatu hasil yang penghasilan diukur Baisa (2014).
didapatkan seseorang berdasarkan
setelah melakukan hubungan antar
pekerjaan yang variabel
TP
nantinya digunakan
untuk mencukupi suatu
kebutahan atau
mengkonsumsi barang
atau jasa

3.5 Teknik Analisis Data

Penelitian ini dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner baik secara


langsung maupun secara online. Penyebaran kuesioner secara langsung
dilakukan dengan mendatangi responden secara langsung di KPP Pratama
Ungaran.

3.5.1 Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model


regresi, variabel pengganggu atau residual berdistribusi normal. Uji
normalitas pada penelitian ini dilakukan dengan Kolmogorov-Smirnov. Uji
Kolmogorov Smirnov (KS) didasarkan pada Fungsi Distribusi Empiris
(FDE). Jika diberikan NN titik data terurutan yaitu Y_1, Y_2, ..., Y_N,Y1
,Y2,...,YN, maka FDE didefinisikan sebagai
EN = ni
N

ni adalah jumlah titik yang kurang dari Yi, dimana nilai Yi adalah data


yang telah diurutkan dari nilai yang terkecil hingga nilai yang terbesar.
FDE adalah fungsi yang naik sebesar1/N pada setiap titik data.

3.5.2 Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan penafsiran terhadap model penelitian, maka


terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik yang berguna untuk
mengetahui apakah data yang digunakan telah memenuhi ketentuan dalam
model regresi. Kriteria dari model regresi yang baik adalah residual data
terdistribusi secara normal dan tidak terjadi multikolinearitas, autokorelasi,
serta heteroskedastisitas. Pengujian ini meliputi:

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model


regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.
Terdapat dua cara untuk melakukan uji normalitas, yaitu dengan analisis
grafik dan uji statistik. Analisis grafik dilakukan dengan mengolah data ke
dalam grafik histogram dan normal probability plot. Namun, uji grafik
dapat menimbulkan bias jika kurang teliti dalam melihat bentuk grafik.
Oleh karena itu, harus didukung uji statistik dengan melihat nilai kurtosis
dan skewness dari residual maupun dengan uji Kolmogorov-Smirnov.

Besarnya kurtosis dan skewness dapat dilihat dari hasil output


SPSS dengan menggunakan descriptive statistics. Nilai Z hitung dari
kurtosis dan skewness yang lebih kecil dari nilai Z tabelmenunjukkan
bahwa residual data berdistribusi normal. Apabila menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov, maka data dinyatakan terdistribusi normal jika nilai
signifikan lebih besar dari 0,05.

3.5.3.1 Uji Multikolinearitas


Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Untuk
mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam model regresi adalah
sebagai berikut :

1. Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat
tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen banyak yang
tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.
2. Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika antar
variabel independen pada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas
0.90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinieritas.
3. Multikolinieritas dapat juga dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya
(2) variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap
variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen
lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel independen menjadi
variabel dependen (terikat) dan dirgres terhadap variabel independen
lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang
terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai
tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena
VIF=1/Tolerance). Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan
adanya multikolinieritas adalah nilai tolerance < 0.10 atau sama dengan
nilai VIF > 10. Setiap peneliti harus menentukan tingkat kolinieritas yang
masih dapat ditolerir.
3.5.3.2 Uji Autokolerasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalammodel regresi
linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Uji Durbin-Watson
adalah salah satu alat uji untuk mengetahui apakah suatu model regresi
terdapat autokorelasi. Nilai Durbin-Watson akan dibandingkan dengan
nilai dalam tabel Durbin-Watson untuk mendapatkan batas bawah bawah
(DL) dan batas atas (DU) dengan tingkat signifikansi α = 5 %. Menurut
[ CITATION Gho09 \l 1057 ] pengambilan keputusan ada tidaknya
autokorelasi

Tabel 3.2
Kriteria Autokorelasi Durbin-Watson

Hipotesis nol Keputusan Jika


Tidak ada autokerelasi positif Tolak 0 < d < dl
Tidak ada autokerelasi positif Tidak ada keputusan dl < d < du

Tidak ada autokerelasi positif Tolak 4-dl < d < 4

Tidak ada autokerelasi positif Tidak ada keputusan 4-du < d < 4-dl
Tidak ada autokerelasi, positif
Tidak Tolak du < d < 4-du
atau negatif

3.5.3.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model


regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain.

3.5.4 Uji Regresi Linier Berganda

Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda


dengan menggunakan model OLS. Analisis regresi berganda merupakan
suatu analisa yang digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh
variabel X terhadap Y yang diukur melalui koefisien regresi. Adapun
untuk mengetahui keterikatan pengaruh antar variabel – variabel, maka
dilakukan pengujian hipotesis dengan perhitungan statistik. Oleh karena
itu dilakukan uji normalitas residual dan uji asumsi klasik.

3.6.5 Uji Kelayakan Model


3.6.5.1 Uji Koefisien Determinasi
Analisis koefisien determinasi untuk mengukur besarnya presentasi
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Nilai koefisien
determinasi yang lebih kecil berarti kemampuan variabe-variabel
independen dalam menjelaskan variabel dependen sangat terbatas. Nilai
koefisien yang mendekati 1 (satu) berarti variabel independennya hampir
memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen[ CITATION Gho09 \l 1057 ]. Biasanya dalam output
korelasi, koefisien ini dinyatakan dalam R2. Nilai adjusted R2
menunjukkan tingkat kemampuan semua variabel bebas untuk
menjelaskan variabel terikat, sedangkan sisanya ditentukan oleh variabel
lain diluar variabel bebas.
3.6.5.2 Uji F Test
Uji F bertujuan untuk menguji apakah semua variabel independen
yang dimasukkan dalam model regresi mempunyai pengaruh secarab
ersama-sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011).
Dasar pengambilan keputusannya adalah :
1. Jika F-hitung < F-tabel, maka model regresi tidak fit
(hipotesisditolak).
2. Jika F-hitung >F-tabel, maka model regresi fit (hipotesis
diterima).

Uji F dapat juga dilakukan dengan melihat nilai signifikansi F pada output
hasil regresi menggunakan SPSS dengan significance level 0,05 (α = 5% ).
Jika nilai signifikansi lebih besar dari α maka hipotesis ditolak, yang
berarti model regersi tidak fit. Jika nilai signifikansi lebih kecil dari α
maka hipotesis diterima, yang berarti model regresi fit.
Pengujian statistik F atau uji ANOVA dilakukan untuk melihat apakah
variabel independen yang dimasukkan ke dalam model regresi secara
keseluruhan memiliki pengaruh secara bersamasama terhadap variabel
dependen.
3.6.6 Uji Hipotesis
Uji hipotesis pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel
independen secara individual menerangkan variasi variabel dependen.
Hipotesis penelitian ini diuji dengan menggunakan regresi berganda.
Metode ini dipilih karena analisis regresi tidak hanya mengukur kekuatan
hubungan antara dua variabel atau lebih, namun juga menunjukkan arah
hubungan antara variabel dependen dengan variabel
independen[ CITATION Gho09 \l 1057 ].

DAFTAR PUSTAKA

Anggarini, Y. &. (2019). Pengaruh Penerapan Kebijakan Tax Amnesty, Pengetahuan


Perpajakan, Kesadaran Wajib Pajak, dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Denpasar Timur.
Jurnal Riset Akuntansi.

Chan , C., C.T, T., & D.O', B. (2000). Empirical evidence from United States and Hong
Kong. Journal of International Accounting, Auditung, and Taxation, Vol. 9, 83-
103.

Cooper, D., & P, S. (2006). Metode Riset Bisnis. Vol. 1 dan 2.


Cummings, R., J, M. V., M, M., & B, T. (2009). Evidence from surveys and an
artefactual field experiment. Journal of Economis Behavior & Organization Vol
70, 447-457.

Cyan, M., A. M., K., & J, M. V. (2016). The determinants of tax morale in Pakistan .
Journal of Asian Economics Vol 47, 23-34.

E.W, S. (2017). Tax Policy in Action: 2016 Tax Amnesty Experience of the Republic
Indonesia. Laws, Vol. 6, 1-9.

Engida, T., & Abera, G. (2014). Factors Influencing Taxpayers' Compliance with Tax
System. E-Journal of Tax Research. Vol. 12 , 433-452.

Feld, L., & B. S, F. (2002). Trust Breed Trust : How Taxpayers are Treated. Economics
and Governance. Vol.3, 8799.

Feld, L., & B.S, F. (2007). Tax Compliance as the Result of a Psychological Tax
Contract: The Role of Incentives and Responsive Regulation. Law&Police. Vol.
29 No. 1, 102-120.

Gerger, G. (2012). Tax Amnesties and Tax Compliance in Turkey. International Journal
of Multidisciplinary Thought, Vol. 2 No. 3, 107-113.

Ghozali, I. (2009). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19.
Semarang: Badan Penerbitan Universitas Diponegoro.

Huseman, R., J.D, H., & E.W, M. (1987). A New Perspective on Equity Theory: The
Equity Sensitivity Construct. The Academy of Management Review, Vol. 12.,
222-234.

Indonesia, K. K. (2017, Januari 9). Perekonomian Indonesia dan APBN 2017. Retrieved
Desember 2020, from Perekonomian Indonesia dan APBN 2017:
https://www.kemenkeu.go.id/apbn2017

Jatmiko, A. (2006). Pengaruh Sikap Wajib Pajak pada Pelaksanaan Sanksi Denda,
Pelayanan Fiskus dan Kesadaran Perpajakan Terhadap Wajib Pajak. Semarang:
Universitas Diponegoro.

Ka, A. &. (2019). Pengaruh Tax Amnesty dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makasar Selatan. Jurnal Analisan
Akuntansi dan Perpajakan, 81-89.

Mohdali, R., & J, P. (2017). The effect of religiosity and external enviroment on
voluntary tax compliance. New Zealand Journal of Taxation Law and Policy,
Vol.18, 119-139.
Mutia, S. P. (2017). Pengaruh Sanksi Perpajakan, Kesadaran Perpajakan, Pelayanan
Fiskus, dan Tingkat Pemahaman Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak . Studi
Empiris pada Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Padang.

Pajak, D. J. (2017, Januari 9). http://www.pajak.go.id/statistik-amnesti. Retrieved


Desember 2020, from http://www.pajak.go.id/statistik-amnesti

Pajak, L. K. (2017). Direktorat Jenderal Pajak.

Pajak, L. K. (2018). Direktorat Jenderal Pajak.

Ragimun. (2014). Analisis Implementasi Pengampunan Pajak (Tax Amnesty) di


Indonesia. In K. K. Indonesa. Kementrian Keuangan Republik Indonesia.

Rahman, A. (2017). Tax Compliance in Indonesia, the Role of Public Officials as


Taxpayers. University of Twente.

Rechberger, S. (2010). Tax Amnestie, Justice Perceptions and Filling Behavior.


Law&Police Vol. 32, 2.

Richardson, G. (2006). The impact of tax fairnes dimensions on tax compliance behavior
in a Asian jurisdiction : The case of Hong Kong. International Tax Journal, 29-
42.

Robbins, S. (2011). Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi dan Aplikasi, Edisi


Bahasa Indonesia. Jakarta: Prenhallio.

Saracoglu, O., & E, C. (2011). Tax Amnesty with Effects and Effecting Aspects: Tax
Compliance, Tax Audits, and Enforcements Around The Turkish Case.
Internatinal Journal of Business and Social Science, Vol. 2, 95-103.

Sari, F. (2017). Pengaruh Tax Amnesty, Pengetahuan Perpajakan, dan Pelayanan Fiskus
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal Imu dan Riset Akuntansi.

Siregar. (2017). Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak. Journal of Accounting & Management Innovation, 119-128.

Sriniyati. (2020). Pengaruh Moral Pajak, Sanksi Pajak dan Kebijakan Pengampunan
Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. Jurnal Akuntansi,
Ekonomi dan Manajemen Bisnis, 14-23.

Suryaningtyas. (2017). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Pajak


Berdasarkan Perpektif Pendekatan Pdikologis Fikal. Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada.

Torgler, B. (2004). Tax Morale, Trust, and Corruption: Empirical Evidence from
Transition Countries. CREMA, 5.
Trivedi, V. U. (2003). Impact of Personal and Situational Factors on Taxpayer
Compliance: An Experimentak Analysis. Journal of Business Ethics, 175-197.

Wirawan, I. B. (2017). Pengaruh Penerapan Kebijakan Tax AMnesty dan Sanksi


Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. E-Journal Akuntansi Universitas
Udayana, 2165-294.

Anda mungkin juga menyukai